You are on page 1of 5

Teori Kebenaran Ilmiah

Primadhea Hurisfa
1010332023

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara
lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-
pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-
kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.

Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk
pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil
aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut.

Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat
pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi
merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan
rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan
pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus
dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan
penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas.

Ilmu dicirikan dengan pemakaian sistem dan metode ilmiah yang dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Metode
ilmu dapat bersifat sangat teoritis dan apriori dengan membuat unsur-unsur bangunannya sendiri. Metode ilmu
juga dapat bersifat empiris dengan unsur-unsur bangunan yang seakan-akan diolah dari lingkungan.

Metode ilmiah yang dipakai dalam suatu ilmu tergantung dari objek ilmu yang bersangkutan. Filsafat ilmu
memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu
realitas. Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan. Aksiologi menyangkut tujuan
diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan aspek pragmatis-materialistis.

Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologi, epistemologi, dan
aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lain, dilaksanakan
secara konsekuen dan penuh disiplin (Jujun S.Suriasumantri, 1998). Kerangka filsafat di atas akan memudahkan
pemahaman mengenai keterkaitan berbagai ilmu dalam mencari kebenaran.

1. Teori Kebenaran Korespondensi


Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah
benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju
pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang
dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta
yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris
pengetahuan.

Gejala-gejala alamiah, menurut kaum empiris, adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat panca
indera manusia. Gejala itu bila ditelaah mempunyai beberapa karakteristik tertentu. Logam bila
dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir ke tempat yang rendah. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain dan berbedanya objek yang dapat ditangkap indera.
Perbedaan sensivitas tiap indera dan organ-organ tertentu menyebabkan kelemahan ilmu empiris.

Primadhea Hurisfa-2010 1
Ilmu pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia dalam menemukan kebenaran
yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penyusunan pengetahuan secara empiris
cenderung menjadi suatu kumpulan fakta yang belum tentu bersifat konsisten, dan mungkin saja bersifat
kontradiktif. Adanya kecenderungan untuk mengistimewakan ilmu eksakta sebagai ilmu empiris untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat. Pengistimewaan pengetahuan
empiris secara kultural membuat manusia modern seperti pabrik. Semua cabang kebudayaan yang
terbentuk menjadi produksi yang bersifat massal.

Keberhasilan ilmu eksakta yang berdasarkan empirisme dalam mengembangkan teknologi -ketika
berhadapan dengan ”kegagalan ” ilmu-ilmu human dalam menjawab masalah manusia- membawa
dampak buruk terhadap kedudukan dan pengembangan ilmu-ilmu human. Analisis filsafat tentang
kenyataan ini harus ditempatkan secara proporsional, karena merupakan suatu usaha ilmiah untuk
membantu manusia mengungkap misteri kehidupannya secara utuh.

2. Teori Kebenaran Koherensi Atau Konsistensi


Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau
konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-
pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada
pernyataan yang lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan dari
massa, gaya dan kecepatan dalam fisika.

Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi juga hubungan
antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar apabila
konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui kebenarannya.
Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi sebelumnya.

Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan dan dikemukakan atau menunjuk
pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak
dikemukakan. Proposisi menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan
merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang hakikat manusia, baru
dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat, karakter, pemahaman dan pengaruh
lingkungan. Psikologi strukturalisme berusaha mencari strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-
hubungan yang tersembunyi dalam kepribadiannya.

Pengetahuan rasional yang berdasarkan logika tidak hanya terbatas pada kepekaan indera tertentu dan
tidak hanya tertuju pada objek-objek tertentu. Gagasan rasionalistis dan positivistis cenderung untuk
menyisihkan seluruh pemahaman yang didapat secara refleksi. Pemikiran rasional cenderung bersifat
solifistik dan subyektif. Adanya keterkaitan antara materi dengan non materi, dunia fisik dan non fisik
ditolak secara logika. Apabila kerangka ini digunakan secara luas dan tak terbatas, maka manusia akan
kehilangan cita rasa batiniahnya yang berfungsi pokok untuk menumbuhkan apa yang didambakan
seluruh umat manusia yaitu kebahagiaan.

3. Teori Kebenaran Pragmatis


Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi
pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada
berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu
pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Menurut teori ini proposisi dikatakan
benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang
berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu

Primadhea Hurisfa-2010 2
ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau pengaruhnya
yang memuaskan (satisfactory consequences). Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap
atau mutlak.

Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari keuntungan-keuntungan untuk
memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam
kekuasaan manusia. Dengan kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal ini
membawa jiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar
mungkin bagi manusia. Manusia dengan segala segi dan kerumitan hidupnya merupakan titik temu
berbagai disiplin ilmu. Hidup manusia seutuhnya merupakan objek paling kaya dan paling padat. Ilmu
pengetahuan seyogyanya bisa melayani keperluan dan keselamatan manusia. Pertanyaan-pertanyaan
manusia mengenai dirinya sendiri, tujuan-tujuannya dan cara-cara pengembangannya ternyata belum
dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang materialis-pragmatis tanpa referensi kepada nilai-nilai
moralitas.

Aksiologi ilmu pengetahuan modern yang dibingkai semangat pragmatis-materialis ini telah
menyebabkan berbagai krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah kaca akibat akumulasi berlebihan
CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan freon berlebihan, penyakit minimata akibat limbah
methylmercury hingga bahaya nuklir akibat persaingan kekuasaan antar negara. Ketiadaan nilai dalam
ilmu pengetahuan modern yang menjadikan sains untuk sains, bahkan sains adalah segalanya, telah
mengakibatkan krisis kemanusiaan. Krisis lingkungan dan kemanusiaan, mulai dari genetic engineering
hingga foules solitaire (kesepian dalam keramaian, penderitaan dalam kemelimpahan). Manusia telah
tercerabut dari aspek-aspek utuhnya, cinta, kehangatan, kekerabatan, dan ketenangan. Kedua krisis global
ini telah menghantui sebagian besar lingkungan dan masyarakat modern yang materialis-pragmatis.

4. Teori Kebenaran Performatif Atau Religius


Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu.
Contoh pertama mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau
keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau
organisasi tertentu. Contoh kedua adalah pada masa rezim orde lama berkuasa, PKI mendapat tempat dan
nama yang baik di masyarakat. Ketika rezim orde baru, PKI adalah partai terlarang dan semua hal yang
berhubungan atau memiliki atribut PKI tidak berhak hidup di Indonesia. Contoh lainnya pada masa
pertumbuhan ilmu, Copernicus (1473-1543) mengajukan teori heliosentris dan bukan sebaliknya seperti
yang difatwakan gereja. Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa-apa yang diputuskan oleh
gereja walaupun bertentangan dengan bukti-bukti empiris.

Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif. Pemegang otoritas
yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan
sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan
beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya. Masyarakat yang mengikuti kebenaran
performatif tidak terbiasa berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena
terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih
sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar
keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran.

5. Teori Kebenaran Konsensus


Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada
komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut.
Banyak sejarawan dan filosof sains masa kini menekankan bahwa serangkaian fenomena atau realitas
yang dipilih untuk dipelajari oleh kelompok ilmiah tertentu ditentukan oleh pandangan tertentu tentang

Primadhea Hurisfa-2010 3
realitas yang telah diterima secara apriori oleh kelompok tersebut. Pandangan apriori ini disebut
paradigma oeh Kuhn dan world view oleh Sardar. Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh
anggota-anggota suatu masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat sains adalah orang-orang yang
memiliki suatu paradigma bersama.
Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai konstelasi
komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan penting
dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang
sama. Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersama
yang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai keputusan
yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis.

Pengujian suatu paradigma terjadi setelah adanya kegagalan berlarut-larut dalam memecahkan masalah
yang menimbulkan krisis. Pengujian ini adalah bagian dari kompetisi di antara dua paradigma yang
bersaingan dalam memperebutkan kesetiaan masyarakat sains. Falsifikasi terhadap suatu paradigma akan
menyebabkan suatu teori yang telah mapan ditolak karena hasilnya negatif. Teori baru yang
memenangkan kompetisi akan mengalami verifikasi . Proses verifikasi-falsifikasi memiliki kebaikan
yang sangat mirip dengan kebenaran dan memungkinkan adanya penjelasan tentang kesesuaian atau
ketidaksesuaian antara fakta dan teori.

Pengalihkesetiaan dari paradigma lama ke paradigma baru adalah pengalaman konversi yang tidak dapat
dipaksakan. Adanya perdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigma
dalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman
riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas. Adanya jaringan yang kuat dari para ilmuwan
sebagai peneliti konseptual, teori, instrumen, dan metodologi merupakan sumber utama yang
menghubungkan ilmu pengetahuan dengan pemecahan berbagai masalah.
Dalam ilmu astronomi, keunggulan kuantitatif tabel-tabel Rudolphine dan Keppler dibandingkan yang
hitungan manual Ptolomeus merupakan faktor utama dalam konversi para astronom kepada
Copernicanisme. Dalam fisika modern, teori relativitas umum Einsten mendapat ejekan karena ruang itu
tidak mungkin melengkung. Untuk membuat transisi kepada alam semesta Einstein, seluruh konsep
ruang, waktu, materi, gaya, dan sebagainya harus diubah dan di reposisi ulang. Hanya orang-orang yang
bersama-sama menjalani atau gagal menjalani transformasi akan bisa menemukan dengan tepat apa yang
mereka sepakati dan apa yang tidak.

Kesimpulan
Uraian dan ulasan mengenai berbagai teori kebenaran di atas telah menunjukkan kelebihan dan
kekurangan dari berbagai teori kebenaran :
 Korespondensi : (+) sesuai dengan fakta dan empiris
(-) kumpulan fakta-fakta
 Koherensi : (+) bersifat rasional dan Positivistik
(-) Mengabaikan hal-hal non fisik
 Pragmatis : (+) fungsional-praktis
(-) tidak ada kebenaran mutlak
 Performatif : (+) Bila pemegang otoritas benar, pengikutnya selamat
(-) Tidak kreatif, inovatif dan kurang inisiatif
 Konsensus : (+) Didukung teori yang kuat dan masyarakat ilmiah
(-) Perlu waktu lama untuk menemukan kebenaran.

Teori kebenaran yang paling sesuai pada masa kini adalah Teori Kebenaran Konsensus. Dengan
kekuatan paradigma dan masyarakat sains pendukungnya, diharapkan kebenaran konsensus dapat

Primadhea Hurisfa-2010 4
menjawab berbagai problema kehidupan manusia di masa depan. Krisis global berupa krisis lingkungan
dan krisis kemanusiaan yang selama ini telah dialami oleh manusia karena Sains Modern, cepat atau
lambat akan dijawab oleh konsensus baru dengan paradigma yang menghasilkan metode yang lebih tepat
dalam mengantisipasi krisis global tersebut.

Teori kebenaran yang paling lemah argumennya, adalah kebenaran performatif. Kebenaran yang kuat
adalah yang didasari oleh rasio, logika dan fakta empiris serta fungsional bagi umat manusia. Kebenaran
yang didukung luas oleh masyarakat ilmiah, dan menjadi rujukan kebenaran tidak hanya dalam sains
tetapi juga masalah budaya dan sosial lebih baik dan kuat lagi.

Kelima macam teori kebenaran di atas adalah berbagai cara manusia memperoleh kebenaran yang
sifatnya relatif atau nisbi. Kebenaran absolut atau kebenaran mutlak berasal dari Tuhan yang disampaikan
kepada manusia melalui wahyu. Alam dan kehidupan merupakan sumber kebenaran yang tersirat dari
tuhan untuk dipelajari dan diobservasi guna kebaikan umat manusia.

Daftar Pustaka

Bakker, Anton dan Achmad Chairis Zubair. (1994). Pustaka Filsafat : Metodologi Penelitian Filsafat.
Jakarta: Kanisius.

Iman, M. Shohibul. Mencari Jalan Menuju Islamisasi IPTEK, dalam Seminar Islamisasi IPTEK. Bogor:
13 Juli 1996.

Kuhn, Thomas S.(1993). Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suriasumantri, Jujun S. (1998). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cetakan ke-11. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Woodhose, Mark B. (1983). A Preface to Philosopy. 3rd ed. Wadsworth Publishing Company.

Sumber :

Noor, Maydina.H. 2010. Teori – Teori Kebenaran dalam Filsafat Ilmu.

http://maydinahnoor.blogspot.com/2010/06/teoriteori-kebenaran-dalam-ilmu.html. 24 Desember

2010. 22:18:13WIB

Primadhea Hurisfa-2010 5

You might also like