You are on page 1of 145

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN (SMK) NEGERI DAN SWASTA SE-KABUPATEN KENDAL

SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Agus Nur Ikhsan Kurniawan
3301404526

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang panitia

ujian pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sukardi Ikhsan,M.Si Amir Mahmud, S.Pd., M.Si


NIP 130515747 NIP 132205936

Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman. M.Si


NIP 131967646

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi,

Rediana Setyani, S.Pd., M.Si.


NIP. 132320173

Anggota I Anggota II

Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si. Amir Mahmud, S.Pd., M.Si.


NIP.130515747 NIP.132205936

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin, M.Si.


NIP. 131658236

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan karena jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian

atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Januari 2009

Agus Nur Ikhsan Kurniawan


NIM.3301404526

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto ;
¾ “Didalam kehidupan terkadang Tuhan tidak memberikan apa
yang kamu inginkan, akan tetapi sebenarnya Tuhan telah
memberikan sesuatu kepadamu, dan begitu juga sebaliknya”.
(Imam ibnu Atha’illah As Sakandary dalam kitab Al Hikam)
¾ “Menunda amal perbuatan yang baik karena menanti-nanti
kesempatan yang lebih baik merupakan tanda kebodohan yang
mempengaruhi jiwa”. (Ibnu Atha’illah dalam Gubuk Maya Gus
Mus)
¾ “Tak ada rahasia untuk mencapai sukses. Sukses itu dapat
terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari
kegagalan”. (General Colin Power)

Persembahan ;
Dengan tanpa mengurangi rasa syukurku
pada Allah SWT, kupersembahkan karyaku
ini dengan penuh cinta dan ketulusan untuk
:
• Ibu bapakku tercinta, terima kasih atas
cinta, kasih sayang, do’a dan
dukungannya.
• Adikku Dwi Maghfiroh makasih atas do’a
dan semangatnya.
• Dek Barid YNs terima kasih atas do’a,
bantuan, dukungan dan semangatnya.
• Teman-teman pendidikan akuntansi 2004

v
• Teman-teman kost Zona Ngapak
• Almamaterku

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,

berkah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Analisis Kinerja Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri

dan swasta Se-Kabupaten Kendal”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik dan

selesai tepat waktu tanpa adanya dukungan dan batuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, rasa terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada:

1. Prof. Drs. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi

3. Drs. Sukirman, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi yang telah memberikan surat

ijin penelitian.

4. Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.

5. Amir Mahmud, S.Pd,. M.Si Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala BAPPEDA Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk melaksanakan penelitian.

vi
7. Kepala DIKPORA Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Kepala SMK se-Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian.

9. Guru-guru di SMK se-Kabupaten Kendal yang telah bersedia membantu

penulis dalam mengisi angket penelitian.

10. Ibu, bapak, adikku beserta keluarga besarku atas do’a dan dukungannya.

11. Dek Barid YNs atas do’a dan semangatnya.

12. Teman-temanku dikost Zona Ngapak beserta alumninya atas bantuan dan

motivasinya.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi catatan amal

baik, serta mendapat pahala yang setimpal dari Allah yang Maha Pemurah. Pada

akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Semarang, Januari 2009

Penulis

vii
SARI PENELITIAN

Kurniawan, Agus Nur Ikhsan., 2009. Analisis Kinerja Manajemen Sekolah


Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta Se-Kabupaten Kendal. Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs.
Sukardi Ikhsan, M.Si., Pembimbing II: Amir Mahmud, S.Pd., M.Si.

Kata Kunci : Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan


Swasta.

Formula agar sekolah dapat diberdayakan secara optimal, sekolah perlu


diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk mengelola sekolah secara mandiri.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah merasa perlu untuk menerapkan
manajemen berbasis sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kinerja kepemimpinan kepala sekolah, manajemen kurikulum, manajemen tenaga
kependidikan, manajemen kesiswaan, dan manajemen sarana prasarana di SMK
negeri dan swasta se-Kabupaten Kendal.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMK negeri dan swasta se-
Kabupaten Kendal yang berjumlah 17. Sampel penelitian berjumlah 4 SMK negeri
dan 13 SMK swasta dengan teknik populasi sampling. Variabel dalam penelitian ini
adalah kepemimpinan kepala sekolah, manajemen kurikulum, manajemen tenaga
kependidikan, manajemen kesiswaan, dan manajemen sarana prasarana. Metode
pengumpulan data, dengan metode angket. Uji validitas menggunakan rumus Product
Moment, sedang uji reliabilitas menggunakan rumus alpha. Metode analisis data
adalah analisis deskriptif kualitatif dengan kategorisasi skor tiap variabel.
Berdasarkan hasil penelitian skor rata-rata SMK negeri pada komponen
kepemimpinan kepala sekolah berkriteria sangat ideal, manajemen kurikulum sangat
optimal, manajemen tenaga kependidikan sangat ideal, manajemen kesiswaan sangat
tinggi, dan manajemen sarana prasarana optimal serta output berkriteria tinggi.
Kemudian pada SMK swasta komponen kepemimpinan berkriteria sangat ideal,
manajemen kurikulum sangat optimal, manajemen tenaga kependidikan ideal,
manajemen kesiswaan sangat tinggi, manajemen sarana prasarana optimal, serta
output berkriteria tinggi.
Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa kinerja manajemen sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) se-Kabupaten Kendal sudah optimal. Saran dalam
penelitian ini masing-masing kepala sekolah baik SMK negeri maupun swasta
hendaknya dapat mengoptimalkan kompetensi manajerialnya. Khusus pada SMK
swasta ditambah lagi untuk dapat mengoptimalkan program supervisi. Pada aspek
kurikulum hendaknya SMK swasta membuat kalender pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan. Pada aspek out put, hendaknya sekolah merencanakan dampak yang akan
dialami oleh lulusannya. Pada perekrutan tenaga laborat dan pustakawan sebaiknya di
cari orang yang memiliki keahlian dibidangnya. Pada aspek sarana prasarana, SMK

viii
negeri hendaknya meningkatkan usahanya dalam pengadaaan dan inventarisasi
secara lengkap. Sedangkan untuk SMK swasta disarankan dalam pengadaan dan
pemeliharaaan agar ditingkatkan.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

PERNYATAAN ........................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

SARI PENELITIAN .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................... 10

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 11

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 11

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 13

ix
2.1..............................................................................................Kinerj

a ................................................................................................... 13

2.1.1 .....................................................................................Penger

tian Kinerja ...................................................................... 13

2.2..............................................................................................Penger

tian Manajemen dan Fungsi-fungsi Manajemen ......................... 13

2.2.1 .....................................................................................Penger

tian Manajemen ............................................................... 13

2.2.2 .....................................................................................Fungsi

-fungsi Manajemen .......................................................... 14

2.3..............................................................................................Manaj

emen Sekolah ............................................................................... 16

2.3.1 .....................................................................................Penger

tian Manajemen Sekolah .................................................. 16

2.3.2 .....................................................................................Tujuan

Manajemen Sekolah ......................................................... 17

2.3.3 .....................................................................................Fungsi

-fungsi Manajemen Sekolah ............................................ 18

2.3.4 .....................................................................................Prinsip

-prinsip Manajemen Sekolah ........................................... 21

2.3.5 .....................................................................................Kepem

impinan Kepala Sekolah .................................................. 22

x
2.3.6 .....................................................................................Manaj

emen Komponen-komponen Sekolah .............................. 26

2.4..............................................................................................Hasil

Penelitian Terdahulu .................................................................... 42

2.4.1 .....................................................................................Hasil-

hasil yang sudah diteliti ................................................... 42

2.4.2 .....................................................................................Kajian

Penelitian yang telah dilakukan ....................................... 44

2.5..............................................................................................Kerang

ka Berfikir .................................................................................... 46

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 53

3.1..............................................................................................Jenis

Penelitian ..................................................................................... 53

3.2..............................................................................................Popula

si Penelitian .................................................................................. 53

3.3..............................................................................................Variab

el Penelitian ................................................................................. 54

3.4..............................................................................................Metod

e Pengumpulan Data .................................................................... 58

3.4.1 Metode Angket ................................................................ 58

3.5..............................................................................................Validit

as dan Realibilitas ........................................................................ 60

3.5.1 Validitas ........................................................................... 60

xi
3.5.2 Realibilitas ....................................................................... 63

3.6..............................................................................................Metod

e Analisis Data ............................................................................. 64

3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ........................................... 64

3.6.1.1 Pengkategorian Skor ............................................ 64

3.6.1.2 Penyusunan Tabel Kritria Manajemen Sekolah ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 84

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 84

4.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian ......... 84

4.1.2 Analisis Diskriptif Variabel dan Indikator Penelitian ...... 85

4.2 Pembahasan ................................................................................. 112

4.2.1 Kinerja Manajemen SMK negeri dan swasta di

Kabupaten Kendal ........................................................... 112

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 122

5.1 Simpulan ...................................................................................... 122

5.2 Saran ............................................................................................ 124

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 126

LAMPIRAN ................................................................................................. 128

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir ....................................................................... 52

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Kompetensi-kompetensi kepala sekolah ........................................................ 24

Kajian penelitian yang telah dilakukan .......................................................... 44

Populasi dan Sampel ...................................................................................... 54

Variabel-variabel penelitian ........................................................................... 55

Jumlah angket yang disebar disekolah ............................................................ 59

Hasil uji coba validitas angket ....................................................................... 62

Distribusi skor manajemen sekolah ............................................................... 66

Kategori skor kepemimpinan kepala sekolah ................................................ 66

Kategori skor kurikulum ................................................................................ 66

Kategori skor tenaga kependidikan ................................................................. 66

Kategori skor manajemen kesiswaan ............................................................. 67

Kategori skor output ........................................................................................ 67

Kategori skor sarana prasarana ...................................................................... 67

Kepemimpinan kepala sekolah ....................................................................... 68

Kategori skor kompetensi kepribadian kepala sekolah ................................... 69

Kategori skor kompetensi manajerial kepala sekolah .................................... 69

xiv
Kategori skor kompetensi kewirausahaan kepala sekolah .............................. 70

Kategori skor kompetensi supervisi kepala sekolah ...................................... 70

Kategori skor kompetensi sosial kepala sekolah ............................................ 71

Manajemen Kurikulum .................................................................................. 71

Kategori skor KTSP ....................................................................................... 72

Kategori skor kalender pendidikan ................................................................ 73

Kategori skor program pembelajaran .............................................................. 73

Kategori skor penilaian hasil belajar ............................................................... 74

Kategori skor peraturan akademik .................................................................. 74

Manajemen tenaga kependidikan..................................................................... 75

Kategori skor wakil kepala sekolah ................................................................ 76

Kategori skor guru .......................................................................................... 76

Kategori skor konselor .................................................................................... 77

Kategori skor pustakawan .............................................................................. 77

Kategori skor laborat ...................................................................................... 78

Kategori skor tenaga administrasi ................................................................... 79

Manajemen kesiswaan .................................................................................... 79

Kategori skor input siswa ................................................................................ 80

Kategori skor proses pengajaran ..................................................................... 80

Kategori skor out put (kelulusan) ................................................................... 81

Manajemen sarana prasarana .......................................................................... 81

Kategori skor pengadaan sarana prasarana sekolah ....................................... 82

Kategori skor pemeliharaan sarana prasarana sekolah .................................... 82

xv
Kategori skor inventarisasi sarana prasarana sekolah .................................... 83

Deskripsi kepemimpinan kepala sekolah negeri ............................................. 86

Deskripsi kepemimpinan kepala sekolah swasta ............................................ 89

Deskripsi kurikulum sekolah negeri ............................................................... 92

Deskripsi kurikulum sekolah swasta ............................................................... 95

Deskripsi manajemen tenaga kependidikan sekolah negeri ............................ 97

Deskripsi manajemen tenaga kependidikan sekolah swasta ........................... 101

Deskripsi manajemen kesiswaan sekolah negeri ............................................ 104

Deskripsi output SMK Negeri ....................................................................... 105

Deskripsi manajemen kesiswaan sekolah swasta ............................................ 106

Deskripsi output SMK swasta ......................................................................... 107

Deskripsi manajemen sarana prasarana sekolah negeri .................................. 108

Deskripsi manajemen sarana prasarana sekolah swasta .................................. 110

Rekap hasil penelitian ..................................................................................... 111

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Instrumen Penelitian

Lampiran B. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Lampiran C. Cara Perhitungan Skor Setiap Variabel dan Sub Variabel

Lampiran D. Hasil Penelitian

Lampiran E. Surat Ijin Penelitian

Lampiran F. Surat Rekomendasi dari BAPPEDA dan DIKPORA Kendal

Lampiran G. Surat Keterangan Penelitian

xvii
xviii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun kehidupan berbangsa dan

bernegara sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa yang bersangkutan untuk

memandang dan menyikapi secara benar persoalan-persoalan yang dihadapi.

Salah satu persoalan yang perlu kita pandang sangat penting adalah pendidikan.

Pendidikan dalam kehidupan tidak bisa ditinggalkan dan tidak bisa dipandang

sebelah mata. Artinya bangsa yang selalu memandang penting dan perlunya

sebuah pendidikan bagi manusia yang menghuni didalamnya, maka bangsa

tersebut sudah menanamkan modal dari setengah tujuan dan cita-cita bangsa

dalam lingkup nasional.

Dalam perkembangannya, manusia ingin mencapai suatu kehidupan yang

lebih baik. Untuk meningkatkan kehidupannya itu manusia akan selalu berusaha

untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Usaha tersebut adalah sebuah

fenomena nyata sebuah pendidikan yang sedang dijalankan oleh manusia.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-

orang yang diserahi tanggungjawab untuk mempengaruhi peserta didik agar

mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita nasional dalam dimensi

pendidikan.

Sesuai dengan tujuan negara sebagaimana termaktub dalam pembukaan

Undang-undang Dasar (UUD) 1945, pemerintah berkewajiban mencerdaskan


2

kehidupan bangsa, maka pasal 31 UUD 1945 menegaskan bahwa setiap warga

negara berhak mendapatkan pendidikan. Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam undang-

undang. Dengan demikian tugas pemerintah begitu berat menyangkut pendidikan

yang diemban didalamnya, karena mengandung unsur perbaikan moral, keimanan,

ketakwaan dan akhlaq sehingga memerlukan substansi materi pendidikan yang

cocok dan juga penggunaan sistem yang baik.

Amanat yang berat ini, tentunya tidak bisa dilaksanakan oleh pemerintah

pusat sendiri. Adanya otonomi daerah yang memungkinkan bagi masing-masing

wilayah/daerah untuk mengembangkan identitas wilayahnya terutama pada dunia

pendidikan, menciptakan keringanan tersendiri pada diri pemerintah pusat.

Perbedaan model pendidikan diseluruh wilayah Indonesia, memberikan nilai

positif tersendiri dimasing-masing daerah. Alasan yang tepat untuk menjelaskan

hal diatas adalah, karena tanggungjawab dan peraturan yang dibuat guna

mencerdaskan kehidupan bangsa adalah milik pemerintah daerah. Bisa dikatakan

dalam otonomi daerah peranan dan kebijakan penting ada pada pemerintah

daerah. Sehingga mutu sumber daya manusia yang ada didaerah akan semakin

terjaga sesuai dengan kelebihan daerah tersebut dan akan meningkat seiring

dengan semakin baiknya penanganan pendidikan khususnya dalam sekolah.

Agar sekolah dapat diberdayakan secara optimal, sekolah perlu diberikan

kepercayaan dan wewenang serta kesempatan untuk mengelola sendiri sesuai

dengan kebijakan pemerintah mengenai pendidikan nasional dan desentralisasi.

Untuk memenuhi kebutuhan ini pemerintah merasa perlu untuk menerapkan dan
3

mengembangkan model manajemen yang disebut ”school based manajement”

atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Menurut Morphi (2005) menyebutkan bahwa, salah satu indikator efisiensi

manajemen pendidikan adalah terkelolanya sekolah secara optimal dalam situasi

yang kondusif, seluruh komponen manajemen sekolah memiliki kinerja yang

efektif, serta kepala sekolah memegang peranan penting dalam keberhasilan

manajemen sekolah.

Selanjutnya Helmi (2005) menjelaskan bahwa manajemen peningkatan mutu

berbasis sekolah ditandai dengan adanya otonomi sekolah dan partisipasi

masyarakat tanpa mengabaikan kebijaksanaan nasional dengan harapan

kemandirian sekolah, partisipasi orang tua dan masyarakat, efisiensi, mutu dan

pemerataan pendidikan.

Secara realitas, sekolah terdiri atas sekolah yang maju, sedang dan

tertinggal. Kemudian secara ekstrim dibagi atas sekolah negeri dan swasta, oleh

sebab itu, sekolah perlu penanganan kegiatan manajemen sekolah yang spesifik

sesuai kondisi obyektifnya. Sistem pendidikan disekolah dalam konsep

manajemen sekolah menganut pola otonomi sekolah yang memiliki suatu

landasan pada pemberdayaan seluruh potensi sekolah. Sekolah menggunakan

perencanaan strategis yang lebih menjamin efektifitas dan efisiensi, serta kualitas

manajemen sekolah untuk memenangkan persaingan mutu.

Manajemen pendidikan dipandang merupakan hal yang primer bagi

peningkatan mutu pendidikan. Tidak adanya manajemen pendidikan disuatu

lembaga pendidikan, adalah simbol matinya sistem pendidikan. Dalam


4

perkembangannya istilah manajemen disamakan secara substansial dengan istilah

administrasi. Perbedaan keduanya terletak pada ruang lingkupnya saja.

Administrasi lebih luas ruang lingkupnya dibanding dengan manajemen.

Keduanya menekankan pada tercapainya efisiensi dan efektifitas kerja sebagai

implementasi tujuan organisasi.

Pada hakikatnya tujuan manajemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan

sekolah sebagai suatu organisasi. Sekolah sebagai suatu organisasi memiliki

tujuan yang ingin dicapai yang sering disebut tujuan institusional (kelembagaan)

baik tujuan institusional umum (visi) maupun institusional khusus (misi). Dalam

melaksanakan tugas kelembagaan tersebut diperlukan adanya proses manajemen

yang baik.

Proses manajemen yang baik manakala didalamnya terdapat kegiatan

manajerial yang operatif. Dapat dikatakan tujuan manajemen sekolah adalah

membantu memperlancar pencapaian tujuan sekolah agar tercapai secara efektif

dan efisien. Dasar dari model penerapan manajemen sekolah adalah Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS), karena sifat yang dimiliki oleh manajemen sekolah

hanya berbasis pada lingkup pengaturan organisasi sekolah itu sendiri.

Manajemen berbasis sekolah merupakan pelimpahan wewenang pada lapis

sekolah untuk mengambil keputusan mengenai alokasi dan pemanfaatan sumber-

sumber berdasarkan akuntanbilitas yang berkaitan dengan sumber tersebut,

(Yusufhadi, 2004:726). Tujuan manajemen sekolah adalah agar sekolah dapat : 1)

meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber, 2) meningkatkan efektivitas

sekolah melalui perbaikan mutu belajar dan pembelajaran, 3) lebih responsif


5

terhadap kebutuhan dan kondisi customer, 4) menambah kesempatan bagi siapa

saja untuk mengikuti pendidikan, 5) memberikan kesempatan kepada masyarakat

termasuk keluarga untuk berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Meskipun sekolah diberikan wewenang khusus untuk mengatur dan

mengelola pendidikan secara mandiri, namun perlu diingat sekolah tidak bisa

berbuat semaunya sendiri. Ada beberapa rambu-rambu legal yang harus diikuti

oleh masing-masing sekolah. Salah satu rambu-rambu tersebut adalah tujuan

pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat selaku poros utama dalam

membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, kemudian dirumuskan kembali

oleh masing-masing daerah dengan tidak melenceng dari tujuan utama pendidikan

nasional. Terakhir oleh setiap sekolah merumuskan lebih rinci tentang tujuan yang

ingin dicapai dimasing-masing organisasi sekolah.

Pada saat ini Kabupaten Kendal menjadi salah satu daerah untuk program

percontohan SMK di wilayah Jawa Tengah. Dimana Sekolah Menengah Kejuruan

akan dioptimalkan guna mengembangkan potensi yang ada diwilayah Kendal. Hal

yang sangat menggembirakan bagi para sivitas akademika didaerah tersebut, lebih

jauh lagi lulusan SMK akan langsung bisa bekerja sesuai dengan kemampuan dan

keahlian yang mereka miliki.

Namun demikian sedikitnya terdapat empat komponen sekolah yang harus

dikelola dengan baik dalam rangka MBS, hal ini untuk mengoptimalkan kualitas

pendidikan diwilayah Kendal. Manajemen tersebut adalah manajemen kurikulum,

tenaga kependidikan, kesiswaan, dan sarana prasarana (sarpras) pendidikan.


6

Komponen-komponen manajemen sekolah tersebut akan dikendalikan oleh

pimpinan sekolah, dalam hal ini adalah peranan kepemimpinan kepala sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor utama bagi keberhasilan

dalam setiap proses pendidikan yang ada disekolah. Kepala sekolah selain

memimpin penyelenggaraan pendidikan disekolah juga berperan sebagai

pendidik, manager, administrator, supervisor, pembaharu dan pembankit minat.

(Suprihatin, 2004:79)

Berdasarkan hasil observasi awal pada bulan Maret 2008 dalam pelaksanaan

manajemen sekolah di SMK se-Kabupaten Kendal pada aspek kepemimpinan

kepala sekolah teryata dalam kaitannya dengan MBS, kepala sekolah belum bisa

secara optimal menjalankan fungsinya. Yaitu dalam menjalin hubungan yang

harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan secara aktif dalam rangka

mewujudkan tujuan sekolah.

Menurut Pidarta dalam Suprihatin (2004:80) mengemukakan tiga macam

ketrampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk mensukseskan

kepemimpinannya, yaitu ketrampilan konseptual; ketrampilan untuk memahami

dan mengoperasikan organisasi, ketrampilan manusiawi; ketrampilan untuk

bekerjasama, memotivasi, memimpin, serta ketrampilan teknik; ketrampilan

dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik serta perlengkapan untuk

menyelesaikan tugas tertentu. Lebiha lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki

kemampuan, terutama ketrampilan konsep, para kepala sekolah diharapkan

melakukan kegiatan-kegiatan berikut:


7

1. Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para

guru dan pegawai seklah lainnya;

2. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana;

3. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan yang sedang

dilaksanakan;

4. Memanfaatkan hasil penelitian orang lain;

5. Berfikir untuk masa yang akan datang;

6. Merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.

Dari berbagai kegiatan-kegiatan diatas yang belum dilaksanakan secara

berkala oleh kepala SMK kendal adalah memanfaatkan hasil penelitian orang lain.

Hal ini tentunya untuk menambah masukan pada kegiatan manajemen yang ada

disekolah. Apabila seorang kepala sekolah belum bisa memanfaatkan temuan

yang dihasilkan dari sebuah penelitian, khususnya terkait dengan manajemen

sekolah, maka dapat diperkirakan bahwa sekolah yang dipimpin akan terlambat

pemahamannya tentang manajemen sekolah.

Hasil temuan pada manajemen kurikulum adalah dalam melaksanakan

model kegiatan pembelajaran, guru belum mengacu pada Standar Proses. Padahal

dalam Permendiknas 2007 manajemen kurikulum pada aspek program

pembelajaran mengemukakan bahwa mutu pembelajaran disekolah dikembangkan

dengan; 1) model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses, 2)

melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi,

mendorong kreativitas dan dialogis.


8

Temuan pada aspek manajemen tenaga kependidikan berupa tidak tepatnya

pemberian tugas kepada tenaga kependidikan, yang dalam hal ini adalah tenaga

laborat, pustakawan dan sebagian tenaga pendidik (guru mata pelajaran).

Diungkapkan oleh Suprihatin (2004:42) agar para personel atau tenaga

kependidikan dapat melaksanakan tugasnya secara tepat guna, berdaya guna dan

berhasil guna, mereka perlu ditata berdasarkan prinsip ”The right man on the

right place”, dengan memperhatikan latar belakang pendidikan,

ijazah/keahliannya, dan interes kerjanya.

Sebaliknya, demi suksesnya penataan itu, dari pihak pimpinan sekolah

hendaknya dapat menyediakan situasi dan kondisi kerja yang memadai, tenteram,

aman serta nyaman sehingga para pegawai makin mencintai pekerjaannya, makin

menekuni tugasnya, puas dengan hasil kerjanya, bangga dengan jabatannya,

sehingga menimbulkan kepuasan lahir dan batin yang dapat senantiasa

memotivasi peningkatan kariernya disertai loyalitas kerja yang tinggi.

Pada SMK swasta tenaga kependidikan belum merasakan kondisi kerja yang

tersebut diatas. Fakta ini menujukkan belum ada insentif kepada tenaga

kependidikan di SMK swasta. Setidaknya ini juga disampaikan oleh Pak Said

(salah seorang guru besar Universitas Kebangsaan Malaysia), bahwa sebetulnya

yang sangat mempengaruhi kualitas guru adalah kondisi sosial guru. Berikut

adalah unkapannya "Di Indonesia sebetulnya gurunya pintar-pintar jika

dibandingkan dengan Malaysia, lalu kenapa pendidikan disana lebih maju pesat,

karena kami saat mengajar dalam benak kami tidak punya pikiran aduh gimana
9

besok, sehingga kami benar-benar bekerja keras untuk pendidikan". (Artikel Info

Pendidikan, 18 Juni 2008)

Dalam bidang manajemen kesiswaan baik SMK negeri maupun swasta

mengalami kondisi yang sama, yaitu mereka masih disulitkan dengan pengelolaan

dampak dari para lulusan (out put) yang mereka ciptakan. Hal ini terlihat para

lulusan SMK masih sulit untuk mengaplikasikan ilmunya, baik itu dengan bekerja

diperusahaan maupun berwirausaha.

Penyelenggaraan pendidikan di SMK pada hakikatnya merupakan suatu

proses sistem yang secara utuh meliputi, pelayanan kepada siswa sebagai masukan

(in put), pelayanan proses pembelajaran dalam satuan waktu tertentu, dan

pelayanan pada tamatan (out put). {Kepmen Dikbud Nomor 0490/U/1992, Pasal

25 ayat (1)}. Pelayanan kepada tamatan yang dimaksud adalah pemasaran dan

penelusuran tamatan. Untuk menjamin kelangsungan kegiatan pemasaran dan

penelusuran tamatan secara berkesinambungan dan mencapai sasaran yang

diharapkan, SMK menunjuk petugas khusus untuk menanganinya. Hal ini belum

dilakukan secara menyeluruh pada SMK di Kab. Kendal, sehingga mengakibatkan

para lulusan di SMK Kendal belum bisa terserap secara maksimal oleh lowongan

pekerjaan yang ada.

Pada manajemen sarpras, perlengkapan dan fasilitas sekolah sudah cukup

lengkap dan mendukung sekolah, akan tetapi dilihat dari SMK negeri dan swasta,

SMK negeri lebih lengkap dari pada SMK swasta yang meliputi ruang kelas,

ruang laboratorium bahasa, laboratorium komputer, perpustakaan, ruang

keterampilan, dan ruang serba guna. Sarana olah raga seperti lapangan voly,
10

lapangan sepak bola, tenis meja, lapangan basket. Sarana kebersihan meliputi

tempat sampah, kamar mandi untuk guru dan siswa. Sarana penunjang lainya

yaitu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, dan ruang ibadah.

Manajemen sarpras baik SMK negeri maupun swasta juga tidak

mensosialisasikan seluruh program pengelolaan sarpras pendidikan kepada

pendidik, tenaga pendidik, dan peserta didik. Hal ini seharusnya dilaksanakan oleh

setiap sekolah, karena telah termaktub dalam Permendiknas tahun 2007. Maksud

dari hal tersebut adalah supaya semua sivitas akademika turut bertanggung jawab

agar sarpras yang ada terpelihara dengan baik.

Melihat sangat pentingnya penerapan manajemen sekolah dalam aspek

manajemen kurikulum, tenaga kependidikan, kesiswaan dan sarana prasarana,

seperti dalam praktiknya yang sudah ditemukan dilapangan, maka penyusunan

skripsi hanya dibatasi pada hal tersebut. Berpijak dari latar belakang diatas, judul

yang dapat dipetik adalah ”Analisis Kinerja Manajemen Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta se-Kabupaten Kendal”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja kepemimpinan kepala sekolah di SMK negeri dan swasta

se-kabupaten Kendal?

2. Bagaimana kinerja manajemen kurikulum di SMK negeri dan swasta se-

kabupaten Kendal?
11

3. Bagaimana kinerja manajemen tenaga kependidikan di SMK negeri dan

swasta se-kabupaten Kendal?

4. Bagaimana kinerja manajemen kesiswaan di SMK negeri dan swasta se-

kabupaten Kendal?

5. Bagaimana kinerja manajemen sarana dan prasarana di SMK negeri dan

swasta se-kabupaten Kendal?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disajikan maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kinerja kepemimpinan kepala sekolah di SMK negeri dan

swasta se-kabupaten Kendal.

2. Untuk mengetahui kinerja manajemen kurikulum di SMK negeri dan swasta

se-kabupaten Kendal.

3. Untuk mengetahui kinerja manajemen tenaga kependidikan di SMK negeri

dan swasta se-kabupaten Kendal.

4. Untuk mengetahui kinerja manajemen kesiswaan di SMK negeri dan swasta

se-kabupaten Kendal.

5. Untuk mengetahui kinerja manajemen sarana dan prasarana di SMK negeri

dan swasta se-kabupaten Kendal.

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1.4.1 Kegunaan teoritis:


12

a. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu

yang telah didapat selama kuliah, sehingga terciptanya wacana ilmiah.

b. Bagi para akademisi, dapat digunakan sebagai referensi dalam menambah

khasanah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan, khususnya tentang

manajemen sekolah.

1.4.2 Kegunaan Praktis:

a. Bagi pihak sekolah, dapat memberikan masukan dalam usaha

meningkatkan mutu sekolah dengan mengimplementasikan manajemen

sekolah yang efektif & efisien.

b. Bagi praktisi pendidikan, yaitu seluruh personel sekolah, mahasiswa calon

guru, ilmuan pendidikan dan masyarakat luas sebagai pemerhati

pendidikan, diharapkan dapat terbantu memberi arah, dasar dan titik tolak

penyelenggaraan pendidikan disekolah.


13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Menurut Vroom dalam Asa’ad (2000:50) kinerja adalah tingkat sejauh mana

keberhasilan seseorang didalam melakukan tugas pekerjaanya, sehingga kegiatan

yang lazim dinilai dalam suatu organisasi adalah kinerja pegawai yakni

bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu

pekerjaan, jabatan atau peran dalam organisasi.

2.2 Pengertian Manajemen dan Fungsi-fungsi Manajemen

2.2.1 Pengertian Manajemen

Definisi manajemen menurut Stoner dalam T. Hani Handoko (2003:8)

adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-

usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya

agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Stoner menggunakan kata

proses bukan seni yang berarti cara yang sistematis untuk melakukan pekerjaan.

Manajemen diartikan sebagai proses karena semua manajer, tanpa memperdulikan

kecakapan atau keterampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatan-

kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka

inginkan.

Menurut Handoko (2003;12) manajemen bukan hanya merupakan ilmu atau

seni, tetapi kombinasi dari keduanya. Kombinasi ini tidak dalam proporsi yang
14

tetap tetapi dalam proporsi yang bermacam-macam. Pada umumnya manajer yang

efektif mempergunakan pendekatan yang ilmiah dalam pembuatan keputusan,

apalagi dengan berkembangnya peralatan komputer. Dilain pihak dalam banyak

aspek perencanaan, kepemimpinan, komunikasi, dan segala sesuatu yang

menyangkut unsur manusia, bagaimanapun manajer harus menggunakan

pendekatan artistik (seni).

2.2.2 Fungsi-fungsi Manajemen

Fattah (2003:1) mengungkapkan, bahwa dalam proses manajemen terlibat

fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading),

dan pengawasan (controlling). Oleh karena itu manajemen diartikan sebagai

proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya

organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif

dan efisien.

Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan

yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi pengorganisasian

meliputi fungsi, hubungan, dan struktur. Fungsi pemimpin menggambarkan

bagaimana manajer mengarahkan dan memepengaruhi para bawahan, bagaimana

orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang

menyenangkan untuk bekerja sama. Fungsi pengawasan meliputi penentuan

standar, supervisi, dan mengukur penampilan/pelaksanaan terhadap standar dan

memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat


15

kaitannya dengan perencanaan, karena melalui pengawasan efektivitas

manajemen dapat diukur (Nanang, 2003:2).

Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun personalianya,

langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk bergerak menuju tujuan

yang telah ditentukan. Bila fungsi perencanaan dan fungsi pengorganisasian lebih

banyak menyangkut aspek-aspek abstrak proses manajemen, kegiatan pengarahan

langsung menyangkut orang-orang dalam organisasi.

Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi-fungsi pengawasan

(controlling). Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan

untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah

ditetapkan. Fungsi pengawasan pada dasarnya menyangkut hal-hal sebagai

berikut:

a. Penetapan standar pelaksanaan

b. Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan

c. Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang

telah ditetapkan

d. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang

dari standar.

Fungsi manajemen menurut Bafadal (2003:42) meliputi, perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan. Perencanaan dapat diartikan

sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan

dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan.

Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses kerja sama sehingga tercipta


16

suatu sistem kerja yang baik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengorganisasian dilakukan berdasarkan tujuan dan program kerja sebagaimana

dihasilkan dalam perencanaan. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai

keseluruhan proses memepengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan, dan

menuntun orang lain dalam proses kerja agar berpikir, bersikap dan bertindak

sesuai aturan yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Semua fungsi-fungsi manajemen ini harus dilaksanakan oleh manajer kapan

saja dan dimana saja kelompok-kelompok diorganisasi, walaupun ada perbedaan

tekanan untuk tipe organisasi, jabatan-jabatan fungsional, dan tingkatan

manajemen yang berbeda. Akhirnya gagal atau suksesnya suatu organisasi sangat

tergantung pada kemampuan manajer untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut

secara efektif.

2.3 Manajemen Sekolah

2.3.1 Pengertian Manajemen Sekolah

Menurut Suprihatin (2004:2), mengungkapkan pengertian manajemen

sekolah sebagai aplikasi ilmu manajemen dalam bidang persekolahan. Demikian

pula istilah administrasi pendidikan, merupakan aplikasi ilmu administrasi

kedalam bidang pendidikan. Penggunaan istilah administrasi dan manajemen

dalam bidang persekolahan atau pendidikan secara substansial sebenarnya tidak

ada perbedaan, keduanya dapat dipandang secara esensial dari tiga sudut pandang

yakni sebagai ilmu, seni dan sebagai proses kegiatan.

Pengertian manajemen sekolah menurut Sagala (2006:55) adalah proses

pendayagunaan sumber daya sekolah melalui kegiatan fungsi-fungsi perencanaan,


17

pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian secara lebih efektif dan efisien

dengan segala aspeknya dengan menggunakan semua potensi yang tersedia agar

tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien serta produktifitas sekolah

yang bermutu.

2.3.2 Tujuan Manajemen Sekolah

Pada hakekatnya tujuan manajemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan

sekolah sebagai suatu organisasi. Sekolah sebagai suatu organisasi memiliki

tujuan yang ingin dicapai yang disebut tujuan institusional (kelembagaan) baik

tujuan institusional umum maupun institusional khusus. Tujuan institusional

umum mengacu pada jenjang dan jenis pendidikan, sedangkan tujuan institusional

khusus disamping diwarnai oleh jenjang dan jenis pendidikan juga diwarnai oleh

penyelenggara pendidikan itu sendiri (Suprihatin, 2004:4)

Suatu tujuan institusional baik umum maupun khusus akan tercapai

manakala ada suatu proses kegiatan dalam lembaga (organisasi sekolah). Dengan

kata lain tujuan institusi dapat tercapai tergantung dari bagaimana lembaga

tersebut melakukan tugas kelembagaannya. Dalam melaksanakan tugas

kelembagaan tersebut diperlukan adanya proses manajemen yang baik.

Proses manajemen yang baik manakala didalamnya terdapat keemauan

untuk membantu memperlancar pencapaian tujuan sekolah agar tercapai secara

efektif dan efisien. Kehadiran manajemen dalam proses persekolahan sebagai

salah satu alat untuk membantu memperlancar pencapaian tujuan. Pencapaian

tujuan sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam

proses kegiatan sekolah.


18

Manakala tujuan pada tiap jenjang dan jenis sekolah sebagai suatu

organisasi pendidikan telah tercapai dengan baik, maka diharapkan tujuan

pendidikan nasional dapat tercapai. Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai

dengan baik diperlukan partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat.

Secara lebih terinci tujuan khusus dilaksanakannya manajemen sekolah

yang baik agar: pertama, pada tiap jenis dan jenjang pendidikan terjadi adanya

efektivitas produksi. Para lulusannya dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan

diatasnya, dapat bekerja sesuai dengan pengetahuan dan keterampilannya. Kedua,

tercapainya efisiensi penggunaan sumber daya dan dana, tidak terjadi pemborosan

baik waktu, tenaga, maupun uang dan lainnya. Ketiga, lulusannya mampu

menyesuaikan diri dalam kehidupan dimasyarakat, dan keempat, terciptanya

kepuasan kerja pada setiap anggota warga sekolah. Untuk itu perlu dibangun

suatu iklim organisasi sekolah yang sehat.

2.3.3 Fungsi-fungsi Manajemen Sekolah

Menurut Suprihatin (2004:5), fungsi manajemen sekolah dilihat dari wujud

problemanya terdiri dari bidang-bidang garapan dari manajemen sekolah.

Problema-problema yang merupakan bidang garapan dari manajemen sekolah

terdiri dari:

a. Bidang pengajaran atau lebih luas disebut kurikulum

b. Bidang kesiswaan

c. Bidang personalia

d. Bidang keuangan

e. Bidang sarana
19

f. Bidang prasarana, dan

g. Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat (humas)

Fungsi manajemen sekolah menurut Sagala (2007:56-64) adalah sebagai

berikut:

a. Fungsi perencanaan

Perencanaan mengutamakan kontinuitas program sebagai lanjutan bagi

terciptanya stabilitas kegiatan belajar-mengajar disekolah. Sekolah harus

membuat rencana jangka pendek pada tiap semester dan tahunan, karena

kegiatannya selalu berubah. Perencanaan adalah proses memikirkan dan

menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan

pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Baghart dan

Trull dalam Sagala (2007:56) mengemukakan ’Educational planning is first of

all a rational procces”

b. Fungsi pengorganisasian

Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagi tugas-tugas pada orang

yang terlibat dalam kerja sama sekolah. Karena tugas-tugas ini demikian

banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, tugas-tugas ini

dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing unit organisasi. Kegiatan

pengorganisasian menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas sesuai

prinsip pengorganisasian. Salah satu prinsip pengorganisasian terbaginya

tugas-tugas dalam berbagai unsur organisasi, dengan kata lain

pengorganisasian yang efektif adalah membagi habis dan menstrukturkan


20

tugas-tugas kedalam sub-sub atau komponen-komponen organisasi secara

proporsional.

c. Fungsi penggerakan

Menggerakkan menurut Terry dalam Sagala (2007:60) berarti merangsang

anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusiasdan

kemauan yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin. Oleh

karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran yang sangat

penting dalam menggerakkan personal sekolah melaksanakan program

kerjanya.

d. Fungsi pengkoordinasian

Koordinasi dalam operasionalnya mengerjakan unit-unit, orang-orang, lalu

lintas informasi, dan pengawasan seefektif mungkin, semuanya harus

seimbang dan selaras dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Organisasi yang baik menurut Sergiovanni dalam Sagala (2007:61)

memberikan susunan administratif, aturan-aturan, mekanisme

pengkoordinasian yang dibutuhkan untuk memudahkan menjalankan aktivitas

organisasi secara maksimal.

e. Fungsi pengarahan

Pengarahan dilakukan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui

jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat

menimbulkan terjadinya pemborosan.


21

f. Fungsi pengawasan

Pengendalian manajemen menurut Stoner (1982:257) ialah proses melalui

manajer dapat memastikan bahwa aktivitas yang aktual sesuai dengan yang

direncanakan, sedangkan proses pengawasan mencatat pengembangan ke arah

tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari

perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif sebelum

terlambat. Pengawasan dan pengendalian sekolah harus dilakukan oleh kepala

sekolah, pengawasan layanan belajar harus dilakukan oleh supervisor, dan

pengawasan layanan teknis kependidikan dilakukan oleh tenaga kependidikan

yang diberi wewenang untuk itu. Pengendalian dan pengawasan penggunaan

anggaran dalam penyelenggaraanprogram sekolah harus ditentukan batas dari

sumber-sumber anggaran sekolah yang dapat digunakan untuk menjalankan

operasi sekolah. Kualitas layanan belajar biasanya akan diawasi melalui

metode pengawasan kualitas menurut ilmu statistik dan ilmu pendidikan

dalam hal pengukuran kemajuan belajar siswa dan juga kinerja sekolah secara

keseluruhan.

2.3.4 Prinsip-prinsip Manajemen Sekolah

Menurut Suprihatin (2004:7) dalam pengelolaan sekolah agar dapat

mencapai tujuan sekolah yang baik, maka perlu mendasarkan pada prinsip-prinsip

manajemen sebagai berikut:

a. Prinsip efisiensi, yakni dengan penggunaan modal yang sedikit dapat

menghasilkan hasil yang optimal.

b. Prinsip efektivitas, yakni ketercapaian sasaran sesuai tujuan yang diharapkan


22

c. Prinsip pengelolaan, yakni seorang manajer harus melakukan pengelolaan

sumber-sumber daya yang ada.

d. Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan, yakni seorang manajer harus

mengutamakan tugas-tugas pokoknya.

e. Prinsip kerja sama, yakni seorang manajer hendaknya dapat membangun kerja

sama yang baik secara vertikal maupun secara horizontal.

f. Prinsip kepemimpinan yang efektif, yakni bagaimana seorang manajer dapat

memberi pengaruh, ajakan pada orang lain untuk pencapaian tujuan bersama.

2.3.5 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Menurut Richard dalam Sagala (2007:19), kepemimpinan adalah salah satu

fenomena yang paling mudah diobservasi, tetapi menjadi salah satu hal yang

paling sulit dipahami, sedangkan menurut Joseph dalam Sagala (2007:19),

kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara

pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan

tujuan bersamanya.

Kepala sekolah adalah orang yang diberi tugas dan tanggung jawab

mengelola sekolah menghimpun, memanfaatkan, dan menggerakkan seluruh

potensi sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah

sebagai”Human Resource Manager” adalah individu yang biasanya menduduki

jabatan yang memainkan peran sebagai adviser (staff khusus) tatkala bekerja

dengan manajer lain terkait dengan urusan SDM.

Kepala sekolah termasuk pemimpin akademik, adalah pemain alam yang

berangkat dari masing-masing latar pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman.


23

Karena itu kepemimpinan kepala sekolah harus memiliki jiwa entrepreneurship,

konsep kelembagaan, dan visioner. Setiap kepala sekolah membawa pengaruh

besar terhadap pengajaran untuk kebaikan atau keburukan. Kepala sekolah

memerlukan instrumen yang mampu menjelaskan berbagai aspek lingkungan

sekolah dan kinerjanya dalam memantau perjalanan kearah masa depan yang

menjanjikan.

Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam

mengelola sekolah, menurut PERMENDIKNAS No.13 Tahun 2007 tentang

standar kepala sekolah/madrasah, maka kepala sekolah harus memiliki beberapa

kualifikasi dan kompetensi yang harus dipenuhi, kualifikasi dan kompetensi

tersebut adalah sebagai berikut:

A. Kualifikasi

1. Kualifikasi Umum

a. Memilki kualitas akademik sarjana (SI) atau diploma empat (D IV)

kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang

terakreditasi

b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56


tahun.
c. Memilki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
menurut jenjang sekolah masing-masing
d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil
(PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang
dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga berwenang.
24

2. Kualifikasi Khusus

Kualifikasi khusus bagi kepala Sekolah Menengah Kejuruan


(SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) adalah sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru SMK/MAK.
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK.
c. Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan oleh pemerintah.

B. Kompetensi
Seorang kepala sekolah harus memiliki beberapa kompetensi yang terdiri
dari kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial., kompetensi kewirausahaan,
kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Kompetensi-kompetensi tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Kompetensi-kompetensi Kepala Sekolah
NO DIMENSI KOMPETENSI
KOMPETENSI
1 Kepribadian a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan
tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak
mulia bagi komunitas sekolah
b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin
c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan
diri sebagai kepala sekolah
d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya
e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah
dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah.
f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin
pendidikan

2 Manajerial a. Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai


tingkatan perencanaan.
b. Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan
kebutuhan
c. Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan
sumber daya sekolah secara optimal
d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah
25

menuju organisasi pembelajar yang efektif


e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang
kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta
didik.
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal
g. Mengelola sarana prasarana sekolah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal.
h. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam
rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan
pembiayaan sekolah.
i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan
peserta didik baru, dan penempatan dan
pengembangan kapasitas peserta didik.
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dunia usaha
dan tujuan pendidikan nasional.
k. Mengelola keuangan sekolah sesuai prinsip
pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.
l. Mengelola ketata usahaan sekolah dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah.
m.Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam
mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan
peserta didik disekolah.
n. Mengelola sistem informasi sekolah dalam
mendukung penyusunan program dan pengambilan
keputusan
o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah
p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan
prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak
lanjutnya.

3 Kewirausahaan a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi


pengembangan sekolah.
b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah
sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah.
d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik
dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah.
e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola
kegiatan produksi jasa sekolah sebagai sumber
belajar peserta didik.
26

4 Supervisi a. Merencanakan program supervisi akademik dalam


rangka peningkatan profesionalisme guru.
b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru
dengan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat.
c. Menindaklanjuti hasil observasi akademik terhadap
guru dalam rangka peningkatan profesionalisme
guru.

5 Sosial a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan


sekolah
b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan.
c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau
kelompok lain.

Sumber : PERMENDIKNAS TAHUN 2007

2.3.6 Manajemen Komponen-komponen Sekolah

Salah satu cara untuk mengembangkan manajemen sekolah adalah dengan

menggunakan pendekatan sistem, yang memberikan gambaran menyeluruh

terhadap semua komponen serta lingkungan yang mempengaruhi sistem sekolah

yang bersangkutan. Menurut Mulyasa (2004:22), manajemen sekolah akan

melihat bagaimana manajemen substansi-substansi pendidikan di suatu sekolah

atau manajemen berbasis sekolah agar dapat berjalan dengan tertib, lancar, dan

benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem kerja sama untuk mencapai tujuan

secara efektif dan efisien. Hal yang paling penting dalam manajemen sekolah

adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri.

Menurut Suprihatin (2004:5) bahwa fungsi manajemen sekolah dilihat dari

wujud problemanya terdiri dari bidang-bidang garapan dari manajemen sekolah.

Problema-problema yang merupakan bidang garapan dari manajemen sekolah

terdiri dari: 1). Bidang pengajaran atau lebih luas disebut kurikulum, 2). Bidang
27

personalia, 3). Bidang kesiswaan, 4). Bidang keuangan, 5). Bidang sarana, 6).

Bidang prasarana, dan 7). Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat (humas).

1) Manajemen Kurikulum

Dalam program akademik yang bersifat umum, kurikulum sekolah

sekarang sudah sedemikian inovatif sampai kejenjang Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini tidak harus berarti bahwa seluruh materi

pelajaran yang ditentukan dalam kurikulum tersebut harus diliput atau

diajarkan. Yang lebih penting adalah bahwa siswa mampu menguasai

kemampuan dasar (basic competencies) dari tiap mata pelajaran, yang

mengarah pada pencapaian kualifikasi akademik.

Ukuran keberhasilan pendidikan tidak semata-mata didasarkan pada

keberhasilan lulusan dalam Ujian Nasional sehingga dapat diterima

diperguruan tinggi. Terbentuknya sikap yang positif terhadap ilmu

pengetahuan dan teknologi serta terhadap lingkungan, merupakan indikator

keberhasilan yang lebih penting. Kecuali itu atas penguasaan piranti (tools)

atau metode untuk belajar lebih lanjut/sepanjang hayat juga merupakan

indikator yang lebih penting dari pada hanya sekedar mampu menjawab

pertanyaan atau mengerjakan soal ujian. Kedua hal terakhir ini (mampu

menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal) merupakan apa yang dilakukan

oleh lembaga bimbingan belajar, dan bukanlah tugas dari lembaga pendidikan.

Penguasaan atas tujuan belajar harus diusahakan tidak hanya pada

jenjang yang rendah. Dalam ranah kognitif misalnya, penguasaan itu tidak

cukup pada kemampuan untuk mengingat dengan menyebutkan,


28

mengidentifikasi, dan mengulang, melainkan pada jenjang kognitif yang lebih

tinggi seperti kemampuan menganalisis, menilai, dan mencipta. Dalam ranah

afektif tujuan tidak hanya pada jenjang pengenalan dan pemberian respons,

melainkan pada jenjang pengorganisasian dan pengamalan (Yusufhadi,

2004:732).

Manajemen kurikulum mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

dan penilaian kurikulum. Perencanan dan pengembangan kurikulum nasional

pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada

tingkat pusat. Sekolah yang paling penting adalah merealisasikan dan

menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Sekolah

juga bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan

lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.

Kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

objektif lingkungan, perlu dikembangkan dan mendapat perhatian yang besar.

Pengembangan kurikulum muatan lokal sperti diamanatkan dalam UUSPN

[Pasal 50 Ayat (5)] merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.

Namun sekolah perlu memberikan masukan agar dimungkinkan adanya

fleksebilitas dalam pelaksanaan kurikulum tersebut agar sesuai dengan

kebutuhan masyarakat, termasuk orang tua siswa dan kemampuan sekolah.

Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik

kurikulum nasional maupun muatan lokal yang diwujudkan melalui proses

belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional,

kurikuler, dan instruksional. Menurut Mulyasa (2004:24) manajemen atau


29

administrasi pengajaran adalah keseluruhan proses pengajaran yang bertujuan

agar seluruh kegiatan pengajaran terlaksana secara efektif dan efisien.

Untuk menjamin efektifitas pengembangan kurikulum dalam manajemen

berbasis sekolah, kepala sekolah sebagai pengelola program pengajaran

bersama guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan

operasional kedalam program tahunan, caturwulan dan bulanan. Adapun

program mingguan atau program satuan pelajaran, wajib dikembangkan guru

sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.

Manajemen kurikulum meliputi tiga kegiatan pokok yaitu kegiatan yang

berhubungan dengan tugas guru, peserta didik, dan seluruh sivitas akademika

atau warga sekolah.

1. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru meliputi

a. Pembagian tugas guru yang dijabarkan dari struktur program

pengajaran dan ketentuan tentang beban mengajar wajib bagi guru,

beban tugas maksimum seorang guru 24 jam per minggu.

b. Tugas guru dalam mengikuti jadwal pelajaran. Adapun jadwal tugas

guru ada tiga yaitu

1) Jadwal pelajaran kurikuler dengan memperhatikan ketentuan

akademik seperti keseimbangan berat ringan bobot pelajaran tiap

hari, pengaturan mata pelajaran mana yang didahulukan/

ditengah/diakhir pelajaran, mata pelajaran bersifat praktikum/

PKL/PPL.
30

2) Jadwal pelajaran non kurikuler, disusun sesuai situasi dan kondisi

individual atau kelompok peserta didik.

3) Jadwal pelajaran ekstra kurikuler disusun diluar jam pelajaran.

Kurikuler dan program kurikuler, biasanya bersifat

pengembangan ekspresi, hobi, bakat, minat serta prestasi seperti

seni tari, musik, Pencinta Alam (PA), palang merah remaja,

pramuka serta penunjang proses belajar mengajar lainya.

c. Tugas guru dalam kegiatan proses belajar mengajar meliputi

1) Membuat persiapan atau perencanaan pengajaran

2) Melaksanakan pengajaran

3) Mengevaluasi hasil pengajaran

2. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas peserta didik

Tugas ini adalah tugas guru dalam membimbing siswa supaya dapat

melaksanakan belajar dengan hasil yang maksimal.

3. Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh sivitas akademika.

Kegiatan ini merupakan pedoman sinkronasi segala kegiatan sekolah, yang

kurikuler, ekstra kurikuler, akademik atau non akademik, hari-hari kerja,

hari-hari libur, karya wisata, hari-hari besar nasional atau agama.

(Suprihatin, 2002 : 10-11)

Berdasarkan PERMENDIKNAS Tahun 2007 peraturan di bidang

kurikulum dan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1) Sekolah atau madrasah menyusun KTSP


31

2) Penyusunan KTSP memperhatikan Standar Kompetensi Lulusan,

Standar isi, dan peraturan pelaksanaannya.

3) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah,

potensi atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat,

dan peserta didik.

4) Kepala sekolah/madrasah bertanggungjawab atas KTSP.

5) Wakil kepala sekolah bidang kurikulum bertanggungjawab atas

pelaksanaan penyusunan KTSP

6) Setiap guru bertanggungjawab menyusun silabus setiap mata pelajaran

yang diampunya sesuai dengan standar isi, standar kompetensi

lulusan, dan panduan penyusunan KTSP.

7) Dalam penyusunan sillabus, guru dapat bekerjasama dengan

kelompok kerja guru, MGMP, LPMP atau perguruan tinggi.

8) Penyusunan KTSP dikoordinasi, disupervisi, dan difasilitasi oleh

Dinas Pendidikan Provinsi yang bertanggungjawab dibidang

pendidikan, sedangkan untuk penyusunan KTSP Pendidikan agama

islam oleh kantor wilayah Departemen Agama Provinsi.

b. Kalender pendidikan

1) Sekolah/madrasah menyusun kalender pendidikan yang meliputi

jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan

hari libur.

2) Penyusunan kalender akademik didasarkan pada standar isi, berisi

mengenai pelaksanaan aktivitas sekolah selama satu tahun dan dirinci


32

secara semesteran, bulanan dan mingguan, serta diputuskan dalam

rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.

3) Sekolah menyusun jadwal penyusunan KTSP

4) Sekolah menyusun mata pelajaran yang dijadwalkan pada semester

gasal, dan semester genap.

c. Program pembelajaran

1) Sekolah/madrasah menjamin mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap

mata pelajaran dan program pendidikan tambahan yang dipilihnya.

2) Kegiatan pembelajaran didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan,

standar isi, dan peraturan pelaksanaannya, serta Standar Proses dan

Standar Penilaian.

3) Mutu pembelajaran disekolah/madrasah dikembangkan dengan model

kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses, melibatkan

peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi,

mendorong kreativitas dan dialogis, tujuan agar peserta didik

mencapai pola pikir dan kebebasan berfikir, berargumentasi,

mempertanyakan, mengkaji, menemukan dan memprediksi serta

pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara aktif dalam

proses belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam

untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang

diberikan oleh guru

4) Setiap guru mempertanggungjawabkan terhadap mutu perencanaan

kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya


33

agar peserta didik mampu meningkatkan rasa ingin tahu, mencapai

keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan

pendidikan, mengolah informasi menjadi pengetahuan, menggunakan

pengetahuan untuk menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan

pengetahuan pada pihak lain, dan mengembangkan belajar mandiri

dan kelompok dengan proporsi yang wajar.

5) Kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kegiatan pembelajaran

sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah

6) Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum

bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran.

7) Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatam pembelajaran

untuk setiap mata pelajaran yang diampunya.

d. Penilaian hasil belajar peserta didik

1) Sekolah/madrasah menyusun program penilaian hasil belajar yang

berkeadilan, bertanggungjawab dan berkesinambungan

2) Penyusunan program penilaian hasil belajar didasarkan pada standar

penilaian pendidikan.

3) Sekolah/madrasah menilai hasil belajar untuk seluruh kelompok mata

pelajaran, dan membuat catatan keseluruhan, untuk menjadi bahan

program remedial, klarifikasi capaian ketuntasan yang direncanakan,

laporan kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan kenaikan kelas

atau kelulusan, dan dokumentasi

4) Seluruh program penilaian disosialisasikan kepada guru.


34

5) Program penilaian hasil belajar perlu ditinjau secara periodik.

6) Sekolah menetapkan prosedur yang mengatur transparasi sistem

evaluasi hasil belajar.

7) Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang dinilai.

8) Sekolah menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai

penilaian hasil belajar.

9) Penilaian meliputi semua kompetensi dan materi yang diajarkan.

10) Seperangkatn metode penilaian yang sesuai dengan metode/strategi

pembelajaran yang digunakan.

11) Sekolah menyusun ketentuan pelaksanaan penilaian hasil belajar

sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.

12) Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau

13) Penilaian yang didokumentasikan disertai bukti bukti kesahihan,

keandalan, dan dievaluasi secara periodik untuk perbaikan metode

penilaian.

14) Sekolah/madrasah melaporkan hasil belajar kepada orang tua peserta

didik, komite sekolah, dan institusi diatasnya.

e. Peraturan akademik

1) Sekolah menyusun dan menetapkan peraturan akademik.

2) Peraturan akademik berisi, persyaratan minimal kehadiran siswa,

ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan kelas, dan

kelulusan, ketentuan mengenai hak siswa, ketentuan mengenai


35

layanan konsultasi kepada guru mata pelajaran, wali kelas dan

konselor.

3) Peraturan akademik diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan

ditetapkan oleh kepala sekolah.

2) Manajemen Tenaga Kependidikan

Pengembangan kapabilitas dan tenaga merupakan aspek yang sangat

penting dalam setiap usaha pembaharuan, meskipun disadari bahwa tenaga

yang kapabel dan kompeten saja tidak akan cukup untuk dapat mencapai

tujuan yang diharapakan. Keseluruhan organisasi perlu dikembangkan secara

serentak. Tenaga yang perlu dikembangkan meliputi guru dan tenaga

kependidikan lain, baik yang bertugas didalam sekolah dan berinteraksi

langsung dengan siswa seperti guru, pustakawan, dan konselor maupun

mereka yang bertugas diluar sekolah dan tidak berintraksi langsung dengan

siswa-siswa seperti supervisor/pengawas, kepala sekolah, orang tua siswa,

pengurus yayasan, dan pengelola program pendidikan di daerah (provinsi,

kabupaten dan kota) dan di Pusat. Para pengelola ini berperan memfasilitasi

dan membina pengembangan persekolahan secara keseluruhan.

Pengembangan tenaga guru merupakan prioritas pertama.

Pengembangan ini dengan mendidik kembali dan menatar guru yang telah ada

sehingga berkelayakan, menambah guru baru yang sesuai dengan kebutuhan,

dan memberikan penugasan yang cocok dengan latar belakang pendidikan

atau keahliannya. Pengembangan tenaga dalam lingkup sekolah tidak hanya

dilakukan oleh guru semata, melainkan tenaga kependidikan lain seperti


36

konselor, pustakawan dan kepala sekolah sendiri perlu deberi kesempatan

untuk mengembangkan kemampuan profesionalismenya sesuai dengan

tuntutan perkembangan IPTEK.

Kepala sekolah selaku tampuk pimpinan tinggi yang ada dalam

manjemen sekolah merupakan faktor sangat penting dalam pengambilan setiap

kebijakan terkait dengan manajemen tenaga kependidikan. Manajemen tenaga

kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk

mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk

mencapai hasil yang optimal namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.

Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan

adalah menarik, mengembangkan, mengkaji, dan memotivasi personil guna

mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi dan standar

peilaku, memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan serta

menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.

Berdasarkan PERMENDIKNAS Tahun 2007, peraturan di bidang tenaga

kependidikan adalah:

a. Sekolah menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga

kependidikan

b. Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan disusun

dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta

dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah.

c. Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan tambahan dilaksanakan

berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh penyelenggara sekolah.


37

d. Sekolah perlu mendukung upaya, promosi pendidik dan tenaga

kependidikan berdasarkan asas kamanfaatan, kepatutan dan

profesionalisme, pengembangan tenaga kependidikan yang diidentifikasi

secara sistematis sesuai dengan aspirasi individu, kebutuhan kurikulum

dan sekolah, penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan

kebutuhan fisik jumlah maupun kualifikasinya dengan menetapkan

prioritas, serta mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi

lainnya didasarkan pada analisis jabatan.

e. Sekolah/ madrasah mendayagunakan kepala sekolah sebagai pengelola

sekolah, wakil kepala sekolah sebagai pembantu kepala sekolah, wakil

kepala sekolah bidang kurikulum sebagai pembantu kepala sekolah dalam

mengelola bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang sarana

prasarana sebagai pembantu dalam mengelola sarana prasarana, wakil

kepala sekolah bidang kesiswaan sebagai pembantu dalam mengelola

peserta didik, guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai

agen pembelajaran, konselor memberikan layanan bimbingan dan

konseling kepada peserta didik, instruktur memberikan pelatihan teknis

kepada peserta didik pada kegiatan pelatihan, tenaga perpustakaan

melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan, tenaga

laboratorium membantu guru mengelola kegiatan praktikum di

laboratorium, tenaga administrasi menyelenggarakan pelayanan

administratif, dan tenaga kebersihan malaksanakan tugas dalam

memberikan layanan kebersihan lingkungan.


38

4) Manajemen Kesiswaan

Peserta didik (kesiswaan) merupakan komponen utama setiap program

pendidikan. Sesuai dengan ketentuan perundangan (UUSPN No. 20 Pasal 5

ayat 1), setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu penerimaan siswa baru harus tidak

dibatasi pada kriteria keunggulan atau jenis kelamin dan suku tertentu,

melainkan diterima dengan kriteria yang berlaku umum atau yang disepakati

bersama dengan komite sekolah.

Setiap siswa berhak untuk memperoleh perlakuan adil sesuai dengan

karakteristik masing-masing. Mereka yang memiliki keunggulan tertentu

diberikan kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat hambatan, misalnya

dengan program pengayaan. Sedangkan mereka yang mengalami hambatan,

misalnya lambat dalam belajar, perlu mendapat bimbingan atau program

remidial, sehingga mampu dicapai dengan standar minimum yang diharapkan.

Para siswa perlu dipersiapkan sehingga mampu menguasai pengetahuan,

mampu mengenal jati diri, mampu berkarya, dan mampu untuk hidup bersama

dalam keselarasan dengan lingkungan.

Pemilihan jurusan atau program pendidikan ketrampilan harus dilakukan

sesuai dengan kemampuan serta bakat dan minat maing-masing siswa. Mereka

yang tidak berminat untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi, perlu

diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya atau

ketrampilannya hingga dapat bermanfaat untuk kehidupan bermasyarakat,

baik untuk memasuki dunia kerja, maupun untuk berwirausaha.


39

Manajemen peserta didik merupakan hal yang penting untuk menjadi

sebuah pemikiran utama dalam setiap manajemen sekolah. Pemikiran yang

selalu berevolusi sehingga menghasilkan inovasi guna menunjang

perkembangan siswa diharapkan jangan pernah berhenti untuk menuju titik

inovasi yang maksimal.

Menurut Soetjipto (2007:165) terdapat tiga kegiatan dalam manajemen


kesiswaan, yaitu penerimaan siswa baru, pembinaan siswa, dan penamatan
program siswa di sekolah. Ketiga program tersebut yaitu:
1. Penerimaan siswa
Penerimaan siswa adalah proses pencatatan dan layanan kepada siswa yang
baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan-persyaratan yang
ditentukan oleh sekolah itu.
2. Pembinaan siswa
Pembinaan siswa adalah pemberian layanan kepada siswa di suatu lembaga
pendidikan, baik di dalam maupun di luar jam pelajaran. Pembinaan dilakukan
dengan menciptakan kondisi atau membuat siswa sadar akan tugas-tugas
belajarnya.
3. Tamat belajar
Apabila siswa telah menamatkan semua mata pelajaran atau telah menempuh
kurikulum sekolah dengan memuaskan, maka siswa berhak mendapatkan surat
tanda tamat belajar.

5) Manajemen Sarana dan Prasarana

Menurut Mulyasa (2004:49) sarana pendidikan adalah peralatan dan

perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses

pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas,

meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.

Sarana yang dikembangkan disekolah meliputi ruang kelas dengan

perabotannya, laboratorium dengan kelengkapannya, perpustakaan dengan

koleksi buku serta bahan belajar lain, ruang ketrampilan dengan peralatannya,
40

ruang perkantoran, gedung serbaguna, dan sarana penunjang lain, seperti

mushola, kamar kecil dan lain-lain.

Semua sarana diatas dapat didayagunakan secara optimal dengan tujuan

untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi program pembelajaran. Sarana ini

harus diusahakan sebagai tempat yang menyenangkan dan menarik untuk

belajar.

Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan peserta didik dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar, maka sarana dan prasarana sangat

mutlak dibutuhkan. Dalam hubungannya dengan sarana pendidikan, Nawawi

dalam Bafadal (2003:2) mengklasifikasikannya menjadi beberapa macam

sarana pendidikan, yaitu ditinjau dari sudut habis tidaknya dipakai, bergerak

tidaknya pada saat digunakan, dan hubungannya dengan peroses belajar

mengajar.

Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan

menjadi dua macam yaitu prasarana pendidikan yang secara langsung

digunakan untuk proses belajar mengajar dan prasarana sekolah yang

keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara

langsung sangat menunjang terjadinya proses balajar mengajar.

Menurut Bafadal (2003:5) secara umum, tujuan manajemen

perlengkapan sekolah adalah memberikan layanan secara profesional di

bidang saran prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses

pendidikan secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah untuk mengupayakan

pengadaan sarana dan prasarana pendidikan malalui sistem perencanaan dan


41

pengadaan yang hati-hati dan seksama, untuk mengupayakan pemakaian

sarana dan prasarana sekolah secar tepat dan efisien, dan untuk mengupayakan

pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah sehingga keberadaannya selalu

dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personil sekolah.

Berdasarkan PERMENDIKNAS tahun 2007 mengatur bidang sarana

prasarana sebagai berikut:

a. Sekolah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai

pengelolaan sarana prasarana.

b. Program pengelolaan sarana prasarana mengacu pada Standar Sarana dan

Prasarana dalam hal merencanakan, memenuhi, mendayagunakan,

mengevaluasi, pemeliharaan, melengkapi, menyusun skala prioritas

pengembangan fasilitas pendidikan serta pemeliharaan semua fasilitas fisik

dan peralatan dengan memeperhatikan kesehatan dan keamanan

lingkungan.

c. Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan

disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik

d. Pengelolaan sarana prasarana sekolah direncanakan secara sistematis dan

dituangkan dalam rencana pokok yang meliputi gedung dan laboratorium

serta pengembangannya.

e. Pengelolaan perpustakaan perlu menyediakan petunjuk pelaksanaan

operasional peminjaman buku dan bahan pustaka lain, merencanakan

fasilitas peminjaman buku dan bahan pustaka lain, membuka pelayanan


42

minimal enam jam sehari pada jam kerja, melengkapi fasilitas peminjaman

antar perpustakaan, baik internal maupun eksternal

f. Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan dengan perkembangan

ilmu pengetahuan.

g. Pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler disesuaikan

dengan perkembangan kegiatan ekstra-kurikuler peserta didik dan

mengacu pada standar sarana dan prasarana.

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu

2.4.1 Hasil-hasil yang sudah Diteliti

Untuk mendukung pencapaian hasil secara maksimal dalam pelaksanaan

MBS, berbagai program pendukung/pengiring hingga saat ini telah dilakukan oleh

pemerintah baik pusat, propinsi, maupuan kabupaten/kota, bekerjasama dengan

komponen masyarakat (LSM).

Beberapa program yang telah dilakukan antara:

1) Program Advokasi dan Pendampingan MBS

Tujuan program ini adalah meningkatkan pemahaman dan komitmen

para penyelenggara pendidikan, mancakup unsur pimpinan dan pelaksana

(pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru) terhadap pentingnya

menerapkan program MBS dalam pengelolaan pendidikan (sekolah). Agar

pemahaman dan komitmen para penyelenggara sekolah terhadap program

MBS tetap tinggi dan terarah, maka dilakukan advokasi dan pendampingan.

Hasil yang diperoleh adalah adanya pemahaman dan komitmen yang


43

meningkat dari para penyelenggara pendidikan terhadap pentingnya

pelaksanaan MBS secara maksimal di sekolah.

2) Program Pelatihan Peran Serta Masyarakat (PSM)

Program ini bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat dan

stakeholder pendidikan dalam mendukung program-program sekolah,

terutama berkaitan dengan pelaksanaan MBS. Implementasi program ini

berupa: (a) pelatihan bagi pelaksana pendidikan, kelompok (tokoh/LSM)

masyarakat, Komite Sekolah yang peduli terhadap kemajuan pendidikan di

lingkungannya; (b) mendorong kelompok masyarakat/LSM untuk

menciptakan program-program kerjasama dengan lembaga pendidikan,

khususnya lembaga pendidikakan yang melaksanakan program MBS.

Hasil-hasil yang dapat dicapai dalam program PSM ini antara lain:

a) Meningkatnya pemahaman dan apresiasi penyelenggara pendidikan,

kelompok masyarakat/LSM, Komite Sekolah, serta stakeholder terkait,

terhadap substansi program MBS;

b) Meningkatnya dukungan masyarakat/komite sekolah dalam pengelolaan

sekolah melalui program MBS;

c) Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap perkembangan dan

kemajuan pendidikan, baik pada konteks lokal, regional maupun

nasional.

3) Program Pembelajaran Aktif, Kretaif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

Program ini berkaitan langsung dengan pelaksanaan MBS, khususnya

dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru.


44

Sebagai salah satu unsur manajemen sekolah yang didesentralisasikan, guru

sejatinya adalah aset utama pendidikan. Untuk itu, kinerja dan

profesionalismenya harus selalu berkembang.

Model PAKEM, pada dasarnya telah diakui keberadaannya oleh

kalangan pendidik tingak pendidikan dasar. Dalam konteks MBS, model ini

perlu diadopsi oleh guru-guru yang sekolahnya melaksanakan program MBS.

Hasil yang diharapkan bagi guru-guru peserta pelatihan PAKEM adalah

bahwa dirinya memiliki bekal kemampuan yang meningkat, serta berpeluang

menerapkan dan mengembangkan pembelajaran secara kreatif khususnya

merujuk kepada prinsip pembelajaran PAKEM.

2.4.2 Kajian Penelitian yang telah Dilakukan

Tabel.2.2
PENELITIAN TERDAHULU
No Judul Variabel Hasil Temuan Analisis
Daman (2001)
Pelaksanaan 1. Aspek 1. Secara Pada tahun 2001
Manajemen Keterbukaan umum MBS prosentase
Peningkatan Manajemen dilaksanakan ketercapaian
Mutu Berbasis Sekolah dengan mencapai angka
1 Sekolah 2. Kerjasama kategori 73%. Hasil ini belum
(MBS) di 3. Kemandirian baik. maksimal karena
SLTP Kota 4. Ketercapaian 2. Hasilnya terkendala masalah
Semarang sasaran dan mencapai belum terbiasanya
dampak 77,36% pengelola sekolah
MBS menerapkan MBS
Jasman Indarto (2002)
Kontribusi 1. Manajemen 1. Hasil Pada tesis ini
Penerapan kepala 65,3% ditunjukkan cukup
MBS Terhadap sekolah kategori siginifikannya
2 Kualitas cukup. kontribusi MBS
Penyelenggara 2. Proses 2. Hasil terhadap kualitas
Pendidikan pembelajaran 90,3% pengelola sekolah
Tingkat Dasar kategori tingkat dasar.
Di Jawa 3. Partisispasi tinggi Artinya semakin
Tengah masyarakat 3. Hasil baik pelaksanaan
45

88,9% MBS pada tiga aspek


kategori ini akan semakin
cukup baik juga kualitas
penyelenggaraan
pendidikan.
Andini Arsika Sari (2008)
Analisis Kepemimpinan 1. Kepemimpinan
kinerja kepala sekolah, kepala sekolah
manajemen manajemen sangat ideal
kurikulum, kurikulum, 2. Manajemen
kependidikan manajemen kurikulum
(personalia), kependidikan berkritria ideal
3
kesiswaan, (personalia), 3. Kependidikan
sarana dan manajemen berkritria ideal
prasarana sarana dan 4. Kesiswaan
sekolah di prasarana berkriteria cukup
SMA se tinggi
kabupaten 5. Manajemen sarana
Jepara dan prasarana
berkritria ideal
Sri Yuliningtias (2008)
Analisis Kepemimpinan 1. kepemimpina 1. Kepemimpinan
Portofolio Kepala n kepsek kepsek lemah
Kinerja Sekolah, sangat ideal pada kompetensi
Manajemen Kurikulum, 2. kurikulum sosial
Kinerja Kependidikan, dengan 2. Kurikulum lemah
4 Manajemen Kesiswaan, kriteria ideal pada program
Madrasah Keuangan, 3. kependidikan pengajaran
Aliyah (MA) Hudungan dengan 3. Kependidikan
Negeri dan Masyarakat, kriteria ideal lemah pada tenaga
Swasta se-Kab. Layanan 4. kesiswaan laborat
Rembang Khusus, Sarana dengan 4. Kesiswaan
dan Prasarana kriteria memiliki input
(Sarpras) cukup tinggi yang rendah
5. keuangan 5. Keuangan, MA
berkriteria negeri lebih tinggi
tinggi dari pada MA
6. Humas swasta
berkriteria 6. Humas baik
ideal 7. Layanan khusus
7. Layanan sudah baik
khusus terutama kesehatan
8. Sarpras 8. Sarpras lemah
Berkriteria pada inventarisasi
ideal
Sumber: Studi Pustaka
46

Daman (2001) dalam penelitiannnya menyebutkan hambatan-hambatan

dalam pelaksanaan MBS antara lain di SLTP adalah pengelola sekolah belum

terbiasa melaksanakan teori-teori MBS; dan budaya masyarakat baik guru, siswa,

tata usaha, maupun orang tua murid belum banyak menyadari pentingnya

pendidikan. Rekomendasi dalam penelitian tersebut adalah perlu dilakukan

sosialisasi ke semua lapisan masyarakat tentang adanya MBS baik dari kalangan

struktural maupun lapisan masyarakat dan perlu diperbanyak model-model

pengembangan peningkatan mutu sekolah melalui pemberdayaan sumber-sumber

belajar.

Jasman Indarno (2002) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan

antara manajemen kepala sekolah, proses pembelajaran, dan partisipasi

masyarakat terhadap kualitas penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan Andini

(2008) dalam penelitiannya mendeskripsikan bahwa kinerja manajmen sekolah di

SMA se-Kabupaten Jepara sudah optimal kacuali manajemen kesiswaan.

Merujuk pada penelitian terdahulu, kendati tidak menyarankan untuk

melakukan penelitian lanjutan akan tetapi penelitian pada jenjang SMK, terlebih

di KabupatenKendal belum pernah dilakukan. Oleh karenanya penelitian ini

mencoba meneliti perihal tersebut.

2.5 Kerangka Berfikir

Usaha peningkatan Mutu Pendidikan Dasar yang ditandai dengan

dikeluarkannya INPRES Nomor 5 Tahun 1994 tentang Program Wajib Belajar

Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, telah banyak memperlihatkan hasil yang

positif. Namun hasil itu banyak pula mengalami penurunan karena krisis ekonomi
47

yang diikuti oleh krisis multidimensional yang melanda dunia dan negara kita.

Krisis tersebut secara umum telah mengganggu pelaksanaan sistem pemerintahan

dan pembangunan bidang pendidikan.

Untuk menata kembali sistem pemerintahan, telah dilakukan perubahan

paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi dengan dikeluarkannya

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, bahkan

telah direvisi melalui Undang-undang Nomor 32 tahun 2004.

Perubahan sistem pemerintahan ini telah menggeser hak dan kewenangan

penyelenggaraan pendidikan dari pusat ke lini terdepan pendidikan, yakni sekolah

dan masyarakat. Implementasi penyelenggaraan pendidikan yang berbasis kepada

sekolah dan masyarakat ini diwujudkan melalui penerapan konsep manajemen

berbasis sekolah (School Based Management) dengan titik berat Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang tujuannya adalah untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

Beberapa model peningkatan mutu pendidikan sudah bukan merupakan

upaya baru dan memang seharusnya menjadi komitmen semua pihak. Akhir-akhir

ini, kita mencoba pendekatan model pembelajaran "joyful learning" atau yang

lebih dikenal dengan model pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif

dan Menyenangkan). Dari berbagai pengalaman yang amat berharga tersebut,

dapat disimpulkan bahwa apapun konsep yang diterapkan di sekolah akan sangat

bergantung kepada sekolah dan seluruh stakeholder pendidikan yang ada di

sekolah. Itulah sebabnya, maka kebijakan dan program yang sedang diluncurkan
48

harus dimulai melalui upaya pemberdayaan sekolah dan masyarakat sebagai

pemilik dan ujung tombak pendidikan.

Program "Bantuan Operasional untuk Manajemen Mutu (BOMM)" yang

telah diluncurkan sejak tahun 1999 merupakan langkah maju untuk memberikan

kepercayaan secara penuh kepada sekolah dan masyarakat dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya. Program seperti ini sudah

seharusnya ditindaklanjuti dan dikembangkan melalui program-program lainnya

dengan menggunakan sumber dana dari pusat, propinsi maupun kabupaten/kota.

Banyak manfaat yang telah dapat dirasakan baik oleh pemerintah daerah

maupun pihak sekolah yang secara langsung menjadi sasaran pelaksanaan. Hal ini

karena dalam melaksanakan program-program tersebut diterapkan prinsip-prinsip

manajemen berbasis sekolah (MBS), mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,

sampai dengan proses pelaporan dan umpan baliknya.

Dengan kata lain program-program yang dilaksanakan menganut prinsip-

prinsip demokratis, transparan, profesional dan akuntabel. Melalui pelaksanaan

program ini para pengelola pendidikan di sekolah termasuk kepala sekolah, guru,

komite sekolah dan tokoh masyarakat setempat dilibatkan secara aktif dalam

setiap tahapan kegiatan. Disinilah proses pembelajaran itu berlangsung dan semua

pihak saling memberikan kekuatan untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan

sekolah.

Upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan melalui kegiatan-

kegiatan yang disebutkan di atas, dikelola langsung oleh Komite Sekolah/Majelis

Madrasah sebagai langkah awal aplikasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).


49

Peningkatan mutu pendidikan melalui MBS ini berlandaskan pada asumsi bahwa

sekolah akan meningkat mutunya jika kepala sekolah bersama guru, orang tua

siswa dan masyarakat setempat diberi kewenangan yang cukup besar untuk

mengelola kegiatannya sendiri. Pengelolaan ini meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pengawasan dan pembinaan, baik dalam hal keuangan maupun

pembelajaran secara umum. Bukankah upaya peningkatan mutu pendidikan

merupakan akumulasi dari upaya peningkatan mutu pembelajaran di tingkat

sekolah.

Oleh karena itu sudah saatnya sekolah diberikan kewenangan bersama

seluruh komponen masyarakat yang ada di sekolah untuk merencanakan,

melaksanakan, mengorganisir dan memberikan kontrol pelaksanaan kegiatan yang

berkaitan dengan peningkatan pembelajaran di sekolah masing-masing. Untuk

melaksanakan hal ini memang diperlukan perubahan yang sangat mendasar.

Artinya manajemen sekolah yang diterapkan harus benar-benar dimulai dari awal

dan harus dibantu dengan kesadaran bersama antar pelaku organisasi (sekolah)

dalam menjalankan tugasnya.

Dalam penelitian yang akan digali secara mendalam oleh penulis hanya akan

diambil 4 (empat) aspek manajemen sekolah saja, selain manajemen dana dan

manajemen dampak penulis beranggapan bahwa keempat manajemen tersebut

adalah inti dari kinerja manajemen sekolah. Keempat aspek tersebut adalah :

1) Manajemen Kurikulum

2) Manajemen Tenaga Kependidikan

3) Manajemen Kesiswaan dan


50

4) Manajemen Sarana Prasarana

Ada satu lagi yang perlu diteliti dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu

kepimimpinan kepala sekolah. Hal ini dikarenakan kepala sekolah merupakan

manajer dilingkup organisasi sekolah. Seorang kepala sekolah bersama warga

sekolah lain, seperti orang tua dan masyarakat berhak menentukan arah

pendidikan sekolahnya sendiri tanpa melenceng dari tujuan pendidikan nasional.

Kepala sekolah sebagai pimpinan disekolah harus tahu dan mengenali apa

yang dinilai tinggi oleh masyarakat dan memilih proporsi nilai apa yang akan

diberikan. Pemimpin dituntut untuk menjadi pelayan bagi organisasi dan

bawahan. Visi organisasi tidak hanya dimiliki oleh pemimpin, tetapi oleh seluruh

anggota organisasi. Pelaksanaan fungsi pemimpin oleh seorang administrator atau

manajer adalah mutlak, baik dibidang pemerintahan, sosial, maupun pendidikan.

Menurut Yuliningtias (2008:72) Faktor-faktor penentu kinerja sekolah

melaksanakan fungsi tugasnya secara maksimal indikatornya antara lain adalah:

a. Manajemen kurikulum yang lugas dan fleksibel berpedoman pada standar

nasional

b. Proses belajar mengajar yang efektif menggunakan strategi yang tepat dengan

mengedepankan fungsi pelayanan belajar yang berkualitas untuk memperoleh

mutu yang terbaik.

c. Lingkungan sekolah yang sehat terdiri dari lingkungan fisik dan kerja sama

yang kondusif

d. Sumber daya manusia dan sumber daya lain yang handal yaitu memenuhi

kualifikasi yang dibutuhkan mengacu pada profesionalisme

e. Standardisasi pengajaran yang tinggi dan evaluasi hasil belajar yang terukur.
51

Seluruh personel sekolah harus memiliki cara-cara yang benar dalam

berkarya atau bekerja untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat sesuai dengan

harapan mereka masing-masing dan sesuai pola dan tujuan sekolah. Mengingat

pentingnya peran personal sekolah, manajemen harus mempunyai program

pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan

sekaligus meningkatkan kualitas kinerja sekolah. Dengan kualitas kinerja yang

tinggi diharapkan dapat memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kinerja dan

kemajuan sekolah khususnya mutu pendidikan.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta di Kabupaten

Kendal adalah lembaga pendidikan yang khusus ditugaskan untuk mencetak

lulusan agar bisa langsung bekerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh para

lulusannya. Untuk merealisasikan hal tersebut, harus ada kerja keras dari semua

komponen pendidikan yang bersangkutan. Kerja keras yang diharapkan tidak

terlepas dari prinsip efektif dan efisien.

Prosedur yang paling cocok untuk memperoleh prinsip efektif adan efisien

adalah dengan menerapkan manajemen sekolah pada setiap keberlangsungan

pendidikan. Dalam mengaplikasikan manajemen sekolah, baik SMK Negeri dan

Swasta di Kendal telah berupaya melaksanakan keempat aspek yang tersebut

diatas. Fakta ini menunjukkan bahwa ada keseriusan dalam mengelola pendidikan

di Kendal khususnya pada jenjang SMK. Dukungan lebih signifikan lagi adalah

kepala sekolah selaku manajer utama dalam organisasi sekolah bekerja keras

untuk kebehasilan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.


52

Penelitian yang dilakukan penulis hanya sebatas melihat kinerja manajemen

sekolah di SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Kendal. Sehingga pembahasan

cendrung pada penilaian keunggulan dan kekurangan disetiap SMK Negeri dan

Swasta. Bisa digambarkan secara menyeluruh penelitian yang akan dilaksanakan

penulis adalah sebagai berikut :

Manajemen Sekolah Negeri Manajemen Sekolah Swasta

1. Kepemimpinan Kepala 1. Kepemimpinan Kepala


Sekolah Sekolah
2. Manajemen Kurikulum 2. Manajemen Kurikulum
3. Manajemen Tenaga 3. Manajemen Tenaga
Kependidikan Kependidikan
4. Manajemen Kesiswaan 4. Manajemen Kesiswaan
5. Manajemen Sarana dan 5. Manajemen Sarana dan
Prasarana Prasarana

OUT PUT OUT PUT

DIDESKRIPSIKAN

Gambar 1: Kerangka Berfikir


53

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian kualitatif yang

berbentuk deskriptif, dimana dalam memberikan penafsiran dan penjelasan dari

hasil data yang diperoleh bersamaan dengan pengunpulan data. Data yang didapat

biasanya hanya sekedar pernyataan-pernyataan yang berupa lembar tertulis

semata. Namun demikian, bukan berarti penelitian kualitatif tidak boleh

menggunakan angka-angka dalam pengumpulan datanya. Dengan kata lain,

penelitian kualitatif bisa menggunakan angka seperti penelitian kuantitatif, akan

tetapi model pengolahan data tersebut bersifat sederhana. Berbeda dengan

penelitian kuantitatif yang sangat detail dalam proses pengolahan datanya.

3.2 Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2002:15), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Pendapat lain mengatakan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang

mungkin, hasil menghitung atau pengukuran, kualitatif maupun kuantitatif

tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin

dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2002:6).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMK Negeri dan Swasta se-

Kabupaten Kendal yang berjumlah 17, dengan rincian 4 SMK negeri dan 13 SMK

swasta. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, maka populasi penelitian

juga merupakan sampel penelitian.


54

Berikut adalah nama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan swasta

se-Kabupaten Kendal yang dijadikan sampel penelitian :

Tabel 3.01
Sampel Penelitian
No Nama Sekolah Status
1. SMK Negeri 1 Kendal Negeri
2. SMK Negeri 2 Kendal Negeri
3. SMK Negeri 3 Kendal Negeri
4. SMK Negeri 4 Kendal Negeri
5. SMK Muhammadiyah. 1 Weleri Swasta
6. SMK Muhammadiyah. 2 Boja Swasta
7. SMK Muhammadiyah. 3 Weleri Swasta
8. SMK Muhammadiyah. 4 Sukorejo Swasta
9. SMK Nahdhotul Ulama’ 01 Kendal Swasta
10. SMK Nahdhotul Ulama’ 02 Rowosari Swasta
11. SMK Nahdhotul Ulama’ 03 Kaliwungu Swasta
12. SMK Nahdhotul Ulama’ 04 Patebon Swasta
13. SMK Teknologi Nusantara Sukorejo Swasta
14. SMK Bhakti Persada Patebon Swasta
15. SMK Lentera Kendal Swasta
16. SMK YPPM Boja Swasta
17. SMK Darul Amanah Sukorejo Swasta
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kab. Kendal

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Arikunto, 2002:96). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1999:425)

populasi adalah semua keadaan, faktor, kondisi perlakukan atau tindakan yang

dapat mempengaruhi hasil penenlitian. Karena variabel sebagai objek penelitian,

maka menurut Nazir (1999:149), variabel adalah konsep yang mempunyai

macam-macam nilai. Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja manajemen

kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, dan

manajemen sarana dan prasarana pendidikan.


55

Tabel 3.02
Variabel-variabel penelitian

No Aspek/Dimensi Pengukuran Skor Kriteria


1. Kepemimpinan Kepala
Sekolah
a. Kepribadian Integritas 5 a) Sangat ideal
kepemimpinan 4 b) Ideal
3 c) Cukup ideal
2 d) Kurang ideal
1 e) Tidak ideal

b. Manajerial Kemampuan 5 a) Sangat ideal


manajerial 4 b) Ideal
3 c) Cukup ideal
2 d) Kurang ideal
1 e) Tidak ideal

c. Kewirausahaan Jiwa wirausaha 5 a) Sangat ideal


4 b) Ideal
3 c) Cukup ideal
2 d) Kurang ideal
1 e) Tidak ideal

d. Supervisi Kemampuan 5 a) Sangat ideal


supervisi 4 b) Ideal
3 c) Cukup ideal
2 d) Kurang ideal
1 e) Tidak ideal

e. Sosial Kepekaan sosial 5 a) Sangat ideal


4 b) Ideal
3 c) Cukup ideal
2 d) Kurang ideal
1 e) Tidak ideal
2. Kurikulum
a. Kurikulum KTSP Implementasi 5 a) Sangat optimal
KTSP sesuai 4 b) Optimal
standart. (aturan 3 c) Cukup optimal
PERMENDIKNAS 2 d) Kurangoptimal
tahun 2007) 1 e) Tidak optimal

b. Kalender Pelaksanaan 5 a) Sangat sesuai


Pendidikan kegiatan sekolah 4 b) Sesuai
sesuai dengan 3 c) Cukup sesuai
56

program yang 2 d) Kurang sesuai


tertera didalam 1 e) Tidak sesuai
kalender akademik

c. Program Kondisi 5 a) Sangat optimal


Pembelajaran pelaksanaan 4 b) Optimal
kegiatan 3 c) Cukup optimal
pembelajaran 2 d) Kurang optimal
1 e) Tidak optimal

d. Penilaian Hasil Kondisi 5 a) Sangat sesuai


Belajar pelaksanaan sesuai 4 b) Sesuai
standart ketuntasan 3 c) Cukup sesuai
belajar (nilai mata 2 d) Kurang sesuai
pelajaran masing- 1 e) Tidak sesuai
masing)

e. Peraturan Akademik Pelaksanaan sesuai 5 a) Sangat ideal


peraturan yang 4 b) Ideal
telah disepakati 3 c) Cukup ideal
warga sekolah 2 d) Kurang ideal
1 e) Tidak ideal
3. Tenaga Kependidikan
a. Wakil Kepala Kompetensi 5 a) Sangat ideal
Sekolah profesional dalam 4 b) Ideal
tugas dan tanggung 3 c) Cukup ideal
jawabnya 2 d) Kurang ideal
1 e) Tidak ideal

b. Guru Kondisi kesesuaian 5 a) Sangat sesuai


antara background 4 b) Sesuai
pendidikan guru 3 c) Cukup sesuai
dengan mata 2 d) Kurang sesuai
pelajaran yang 1 e) Tidak sesuai
diampu

c. Konselor Kondisi kesesuaian 5 a) Sangat sesuai


background 4 b) Sesuai
pendidikan 3 c) Cukup sesuai
konselor dengan 2 d) Kurang sesuai
profesinya sebagai 1 e) Tidak sesuai
konselor

d. Pustakawan Kesesuaian 5 a) Sangat sesuai


background 4 b) Sesuai
pendidikan 3 c) Cukup sesuai
57

pustakawan dengan 2 d) Kurang sesuai


profesinya 1 e) Tidak sesuai

e. Laborat Kondisi kesesuaian 5 a) Sangat sesuai


background 4 b) Sesuai
pendidikan laborat 3 c) Cukup sesuai
dengan profesinya 2 d) Kurang sesuai
1 e) Tidak sesuai

f. Tenaga Administrasi Kondisi kesesuaian 5 a) Sangat sesuai


background 4 b) Sesuai
pendidikan tenaga 3 c) Cukup sesuai
administrasi dengan 2 d) Kurang sesuai
profesinya 1 e) Tidak sesuai
4. Kesiswaan
a. Input Nilai siswa baru 5 a) Sangat tinggi
(NEM 4 b) Tinggi
SLTP/sekolah 3 c) Cukup tinggi
sebelumnya) 2 d) Kurang tinggi
1 e) Tidak tinggi

b. Proses Pembelajaran Kondisi kegiatan 5 a) Sangat optimal


belajar mengajar 4 b) Optimal
serta kesesuaian 3 c) Cukup optimal
pelaksanaan 2 d) Kurang optimal
pembelajaran 1 e) Tidak optimal
dengan kurikulum
yang ada (KTSP)

c. Output Tingkat kelulusan, 5 a) Sangat tinggi


nilai dan tingkat 4 b) Tinggi
diterimanya bekerja 3 c) Cukup tinggi
diperusahaan 2 d) Kurang tinggi
1 e) Tidak tinggi
5. Sarana Prasarana
a. Pengadaan Kesesuaian dengan 5 a) Sangat ideal
kebutuhan sekolah 4 b) Ideal
3 c) Cukup ideal
2 d) Kurang ideal
1 e) Tidak ideal

b. Pemeliharaan Kondisi sarana 5 a) Sangat optimal


prasarana sesuai 4 b) Optimal
dengan kondisi 3 c) Cukup optimal
sekolah 2 d) Kurang optimal
1 e) Tidak optimal
58

c. Inventarisasi Kegiatan 5 a) Sangat optimal


inventarisasi sarana 4 b) Optimal
prasarana sekolah 3 c) Cukup optimal
2 d) Kurang optimal
1 e) Tidak optimal

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penentuan metode pengumpulan data yang tepat sangat menentukan

kebenaran ilmiah suatu penelitian. Selain itu, penentuan metode pengumpulan

data yang tepat dan sesuai dengan masalah yang diteliti akan membantu

memperlancar tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Metode pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.4.1 Metode Angket

Angket atau kuosioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,2002:108). Menurut Ridwan

(2002:25), angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang

bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna.

Digunakannya metode ini dengan alasan bahwa : (a) data yang diperoleh

nantinya akan benar-benar valid karena pihak yang mengisi angket bukan orang

yang diteliti, sehingga tidak akan terjadi manipulasi data; (b) pihak yang diberi

angket adalah orang yang terlibat langsung dan mengetahui pelaksanaan

manajemen sekolah disekolahnya masing-masing; (c) hemat waktu, biaya, dan

tenaga.
59

Angket yang digunakan adalah angket tertutup, dimana responden tidak

diberi kesempatan untuk memberi jawaban dengan kata-kata sendiri. Responden

tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan. Respondn yang dijadikan

sumber informasi adalah kepala sekolah dan guru di masing-masing sekolah,

dengan asumsi bahwa pemberi respon atas angket yang disebar layak untuk

dijadikan sumber informasi utama dalam penelitian. Pengambilan sampel

responden dengan menggunakan rumus Slovin dengan standar error 5%.

Berikut rumus Slovin yang digunakan dalam pengambilan sampel

responden disetiap sekolah :

n : N
1 + N.e2

Keterangan : n : Jumlah Responden

N : Jumlah Responden dalam Sampel

e : Standar Error

Husein Umar (2003:120)

Hasil dari perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin disetiap

sekolah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.03
Jumlah Angket

No Nama Sekolah Status Jumlah Jumlah Jumlah


Guru Sampel Angket
1. SMK Negeri 1 Kendal Negeri 74 62 41
2. SMK Negeri 2 Kendal Negeri 89 73 47
3. SMK Negeri 3 Kendal Negeri 51 40 33
4. SMK Negeri 4 Kendal Negeri 60 46 37
5. SMK Muh. 1 Weleri Swasta 30 26 23
6. SMK Muh. 2 Boja Swasta 58 51 36
7. SMK Muh. 3 Weleri Swasta 52 46 34
8. SMK Muh. 4 Sukorejo Swasta 34 31 26
9. SMK NU 01 Kendal Swasta 49 44 32
60

10 SMK NU 02 Rowosari Swasta 32 30 24


11 SMK NU 03 Kaliwungu Swasta 40 36 28
12 SMK NU 04 Patebon Swasta 25 23 20
13 SMK Teknologi Nusantara Swasta 17 16 14
14 SMK Bhakti Persada Swasta 27 25 21
15 SMK Lentera Kendal Swasta 5 4 3
16 SMK YPPM Boja Swasta 45 40 31
17 SMK Darul Amanah Swasta 20 19 16

Dalam menyusun angket ini, digunakan skala likert, yaitu skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang

fenomena sosial tertentu (Ali, 1993 : 5). Jadi dengan skala likert ini, peneliti ingin

mengetahui sikap, pendapat, dan persepsi responden tentang pelaksanaan

manajemen sekolah disekolahnya masing-masing.

Untuk penskoran dari setiap jawaban yang diberikan oleh responden,

peneliti menentukan sebagai berikut:

a. Skor 5 untuk jawaban sangat memenuhi

b. Skor 4 untuk jawaban memenuhi

c. Skor 3 untuk jawaban cukup memenuhi

d. Skor 2 untuk jawaban tidak memenuhi

e. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak memenuhi

3.5 Validitas dan Reliabilitas

3.5.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2002:144). Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila instrument tersebut mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
61

rendahnya validitas suatu instrument adalah menunjukan sejauh mana data

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Berdasrkan pengujiannya validitas dibedakan menjadi dua yaitu validitas internal

dan eksternal.

Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah validitas internal.

Validitas internal adalah validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara

bagian-bagian instrumen dengan keseluruhan (Arikunto, 2002:147) dengan kata

lain sebuah instrument dikatakan validitas internal apabila setiap instrument

mendukung misi instrument secara keseluruhan yaitu dapat mengungkap data dari

variabel yang dimaksud.

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis butir, yaitu dengan

mengkorelasikan tiap butir pertanyaan dengan skor total, kemudian

dikonsultasikan dengan tabel nilai r dengan taraf signifikasi 95%. Instrumen valid

jika hasil korelasi skor tiap butir soal lebih besar dengan nilai tabel sebaliknya.

Rumus yang digunakan untuk uji validitas menggunakan produk momen dari

pearson, sebagai berikut :

N ∑ XY −(∑ X )(∑ Y )
r xy =
{N ∑ X 2
− (∑ X )
2
}{N ∑ Y 2
− (∑ Y )
2
}
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = Jumlah subyek

∑x = Jumlah skor total item X

∑y = Jumlah skor total item Y

(Arikunto, 2002:146)
62

Untuk menentukan valid tidaknya instrumen adalah dengan cara

mengkonsultasikan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan tabel nilai

koefisien korelasi (r) pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95%.

Berikut adalah tabel hasil uji coba validitas pada tiap butir pertanyaan dalam

angket, dengan 41 responden.

Tabel 3.04
Hasil Uji Coba Validitas Angket

No rxy rtabel Kriteria No rxy rtabel Kriteria


Item item
1 0,401 0,308 Valid 43 0,842 0,308 Valid
2 0,541 0,308 Valid 44 0,815 0,308 Valid
3 0,473 0,308 Valid 45 0,616 0,308 Valid
4 0,485 0,308 Valid 46 0,686 0,308 Valid
5 0,421 0,308 Valid 47 0,579 0,308 Valid
6 0,462 0,308 Valid 48 0,871 0,308 Valid
7 0,424 0,308 Valid 49 0,761 0,308 Valid
8 0,333 0,308 Valid 50 0,883 0,308 Valid
9 0,472 0,308 Valid 51 0,785 0,308 Valid
10 0,516 0,308 Valid 52 0,394 0,308 Valid
11 0,548 0,308 Valid 53 0,796 0,308 Valid
12 0,511 0,308 Valid 54 0,609 0,308 Valid
13 0,488 0,308 Valid 55 0,720 0,308 Valid
14 0,451 0,308 Valid 56 0,758 0,308 Valid
15 0,577 0,308 Valid 57 0,438 0,308 Valid
16 0,412 0,308 Valid 58 0,568 0,308 Valid
17 0,433 0,308 Valid 59 0,337 0,308 Valid
18 0,451 0,308 Valid 60 0,698 0,308 Valid
19 0,556 0,308 Valid 61 0,697 0,308 Valid
20 0,452 0,308 Valid 62 0,613 0,308 Valid
21 0,488 0,308 Valid 63 0,780 0,308 Valid
22 0,750 0,308 Valid 64 0,723 0,308 Valid
23 0,726 0,308 Valid 65 0,542 0,308 Valid
24 0,716 0,308 Valid 66 0,774 0,308 Valid
25 0,665 0,308 Valid 67 0,771 0,308 Valid
26 0,663 0,308 Valid 68 0,711 0,308 Valid
27 0,785 0,308 Valid 69 0,668 0,308 Valid
28 0,790 0,308 Valid 70 0,742 0,308 Valid
29 0,794 0,308 Valid 71 0,818 0,308 Valid
30 0,803 0,308 Valid 72 0,418 0,308 Valid
31 0,825 0,308 Valid 73 0,574 0,308 Valid
32 0,553 0,308 Valid 74 0,408 0,308 Valid
33 0,686 0,308 Valid 75 0,724 0,308 Valid
63

34 0,777 0,308 Valid 76 0,767 0,308 Valid


35 0,799 0,308 Valid 77 0,620 0,308 Valid
36 0,810 0,308 Valid 78 0,805 0,308 Valid
37 0,687 0,308 Valid 79 0,737 0,308 Valid
38 0,713 0,308 Valid 80 0,698 0,308 Valid
39 0,771 0,308 Valid 81 0,731 0,308 Valid
40 0,788 0,308 Valid 82 0,821 0,308 Valid
41 0,823 0,308 Valid 83 0,741 0,308 Valid
42 0,816 0,308 Valid 84 0,674 0,308 Valid
Sumber : Olahan Data Penelitian

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat

pengukur (Nazir Moh, 1999:162). Reliabilitas mengandung pengertian bahwa

suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002:154). Instrumen yang

sudah dapat dipercaya atau yang reliabel dapat menghasilkan data yang dapat

dipercaya juga.

Dalam penelitian ini untuk mencari reabilitas instrumen menggunakan

rumus Alpha, karena instrumen ini berbentuk angket yang skornya merupakan

rentangan dari 1 samai 5. rumus Alpha adalah sebagai berikut :

⎛ k ⎞⎛⎜ ∑ σb ⎞⎟
2

⎜⎜ ⎟ 1−
⎝ (k − 1) ⎟⎠⎜⎝ σ t2 ⎟⎠
r11 =

rxy = Reliabilitas instrument

K = Banyaknya butir pertanyaan

∑ σb 2
= Jumlah varians

σt 2 = Varians total
64

Kemudian menentukan reliabel tidaknya instrumen dilakukan dengan cara

mengkonsultasika dengan r tabel. Jika hasil perhitungan lebih besar dari r tabel

maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk mengambil data

dalam penelitian.

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif

Menurut Santoso dalam Novia (2008:26) Analisis Deskriptif lebih

berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil

peringkasan tersebut. Data statistik yang diperoleh dari hasil sensus, survei, atau

pengamatan lainnya. Umumnya masih acak, ‘mentah’ dan tidak terorganisir

dengan baik (raw data). Dalam penelitian ini, data yang didapat berasal dari skor

angket. Data-data tersebut kemudian diringkas dengan baik dan teratur, baik

dalam bentuk table dan pengkategorian skor, hal ini dilakukan sebagai dasar untuk

berbagai pengambilan keputusan.

Kemudian dalam proses penggunaan analisis ini ditujukan untuk

memperkaya pemahaman tentang variabel-variabel penelitian, pemahaman

terhadap variabel akan lebih dapat dilakukan sehingga analisa akan lebih

mendalam pada inti permasalahan sehingga ditemukan solusi yang tepat. Maka

dalam analisis tersebut dipilihlah program Microsoft Office Excel 2007 untuk

menghitung data kuantitatif dari angket.

3.6.1.1 Pengkategorian Skor

Skor mentah yang dihasilkan suatu skala merupakan penjumlahan dari skor

item-item dalam skala itu. Untuk memberikan makna yang memiliki nilai
65

diagnostik skor mentah perlu diderivasi dan diacukan pada suatu norma

kategorisasi (Azwar, 2007:107)

Untuk mengkategorisasikan subjek pada penelitian ini dengan menggunakan

kategori jenjang. Tujuan kategori ini adalah menempatkan individu dalam

kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum

berdasar atribut yang diukur. Banyaknya jenjang kategori diagnosis yang akan

dibuat biasanya tidak lebih dari lima jenjang dan tidak kurang dari tiga jenjang

(Azwar, 2007:107).

Kategori ini bersifat relatif, sehingga kategorisasi indikator-indikator dalam

penelitian ini, dibuat berbeda berdasarkan standar yang terdapat pada masing-

masing indikator. Adapun syarat untuk kategorisasi sebagai berikut:

a ( x ≤ μ -1.5σ) Sangat rendah

b ( μ -1.5σ < x ≤ μ -0.5σ) Rendah

c ( μ -0.5σ < x ≤ μ + 0.5σ) Sedang

d ( μ + 0.5σ < x ≤ μ + 1.5σ) Tinggi

e ( μ + 1.5σ < x) Sangat tinggi

Dalam penyajiannya, hasil analisis ini didasarkan pada distribusi frekuensi

yang memberikan gambaran mengenai distribusi subjek menurut kategori-kategori

nilai variabel. Untuk mengetahuinya didasarkan pada nilai atau skor yang telah

ditetapkan untuk setiap alternatif jawaban yang tersedia dalam angket.

Penyusunan tabel kriteria manajemen sekolah, adalah sebagai berikut:


66

Tabel. 3.05
Distribusi Skor Manajemen Sekolah
No Variabel Skor Skor Rata- Standar
Tertinggi Terendah rata Deviasi
1 Kepemimpinan kepala sekolah 105 21 63 14
2 Kurikulum 100 20 60 13.33
3 Ketenaga kependidikan 100 20 60 13.33
4 Kesiswaan 50 10 30 6.67
5. Output 15 3 9 2
6. Sarana prasarana 50 10 30 6.67
Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik

Tabel kategori skor masing-masing variabel secara keseluruhan adalah


sebagai berikut:
Tabel 3.06
Kategori Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah
Skor Kriteria
84<Skor≤105 Sangat ideal
70<Skor≤84 Ideal
56<Skor≤70 Cukup ideal
42<Skor≤56 Kurang ideal
21<Skor≤42 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

Tabel 3.07
Kategori Skor Kurikulum dan Program Pengajaran
Skor Kriteria
79.995<Skor≤100 Sangat optimal
66.665<Skor≤79.995 Optimal
53.335<Skor≤66.665 Cukup optimal
40.005<Skor≤53.335 Kurang optimal
20<Skor≤40.005 Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

Tabel 3.08
Kategori Skor Tenaga Kependidikan
Skor Kriteria
79.995<Skor≤100 Sangat ideal
66.665<Skor≤79.995 Ideal
53.335<Skor≤66.665 Cukup ideal
40.005<Skor≤53.335 Kurang ideal
20<Skor≤40.005 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
67

Tabel 3.09
Kategori Skor Manajemen Kesiswaan
Skor Kriteria
40.005<Skor≤50 Sangat tinggi
33.335<Skor≤40.005 Tinggi
26.665<Skor≤33.335 Cukup tinggi
Kurang tinggi
19.995<Skor≤26.665 Tidak tinggi
10<Skor≤19.995
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

Tabel 3.10
Kategori Skor Output
Skor Kriteria
12<Skor≤15 Sangat tinggi
10<Skor≤12 Tinggi
7<Skor≤10 Cukup tinggi
6<Skor≤7 Kurang tinggi
3<Skor≤6 Tidak tinggi
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

Tabel 3.11
Kategori Skor Sarana Prasarana
40.005<Skor≤50 Sangat optimal
33.335<Skor≤40.005 Optimal
26.665<Skor≤33.335 Cukup optimal
19.995<Skor≤26.665 Kurang optimal
10<Skor≤19.995 Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

3.6.1.2 Penyusunan Tabel Kriteria Manajemen Sekolah dengan Masing-masing

Indikatornya

a) Variabel kepemimpinan kepala sekolah

Data kepemimpinan kepala sekolah didapat dari data angket penelitian.

Kriteria penilaian kepemimpinan kepala sekolah yaitu dengan nilai maksimum

sebesar 105 (jika kepala sekolah memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi

manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi


68

sosial yang ideal dan menggunakannya secara optimal dan relevan), dan nilai

terendah 21 (jika kepala sekolah tidak memiliki kompetensi-kompetensi yang

harus dimiliki kepala sekolah serta tidak menggunakannya secara optimal).

Sedangkan untuk penyusunan tabel kriteria masing-masing indikator adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.12
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Indikator Statistik Hipotetik
Kepribadian Skor Tertinggi 25
Skor Terendah 5
Rata-Rata 15
Standar Deviasi 3.33
Manajerial Skor Tertinggi 35
Skor Terendah 7
Rata-Rata 21
Standar Deviasi 6.33
Kewirausahaan Skor Tertinggi 15
Skor Terendah 3
Rata-Rata 9
Standar Deviasi 2
Supervisi Skor Tertinggi 15
Skor Terendah 3
Rata-Rata 9
Standar Deviasi 2
Sosial Skor Tertinggi 15
Skor Terendah 3
Rata-Rata 9
Standar Deviasi 2
Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik

1. Kompetensi Kepribadian

Data kompetensi kepribadian kepala sekolah didapat dari data angket

penelitian. Kriteria penilaian kompetensi kepribadian kepala sekolah yaitu dengan

nilai maksimum sebesar 25 (jika kepala sekolah memiliki akhlak mulia, memilki

integritas kepemimpinan, memiliki sikap terbuka dan bisa mengendalikan diri),


69

dan nilai terendah 5 (jika kepala sekolah tidak memilki aspek kompetensi

kepribadian yang ideal.

Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi kepribadian:

Tabel 3.13
Kategori Skor Kompetensi Kepribadian Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria
1 19.995<skor≤25 Sangat ideal
2 16.665<skor≤19.995 Ideal
3 13.335<skor≤16.665 Cukup ideal
4 10.005<skor≤13.335 Kurang ideal
5 5<skor≤10.005 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

2. Kompetensi Manajerial

Data tentang kompetensi manajerial dengan nilai maksimum 35 (jika kepala

sekolah melaksanakan aspek-aspek manajerial dengan optimal) dan dengan nilai

minimal 7 (jika tidak dapat melaksanakan dari aspek-aspek manajerial secara

optimal).

Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi manajerial:

Tabel 3.14
Kategori Skor Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria
1 30.495<skor≤35 Sangat ideal
2 24.165<skor≤30.495 Ideal
3 17.835<skor≤24.165 Cukup ideal
4 11.055<skor≤17.835 Kurang ideal
5 7<skor≤11.055 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

3. Kompetensi Kewirausahaan

Data tentang kompetensi kewirausahaan dengan nilai maksimum 15 (jika

kepala sekolah memiliki jiwa kewirausahaan dan menggunakannya secara optimal


70

dalam mengembangkan sekolah yang dipimpinnya) dan dengan nilai minimal 3

(jika kepala sekolah tidak memiliki jiwa kewirausahaan dan tidak

melaksanakannya secara optimal ).

Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi kewirausahaan:

Tabel 3.15
Kategori Skor Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria
1 12<skor≤15 Sangat ideal
2 10<skor≤12 Ideal
3 8<skor≤10 Cukup ideal
4 6<skor≤8 Kurang ideal
5 3<skor≤6 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

4. Kompetensi Supervisi

Data tentang kompetensi supervisi dengan nilai maksimum 15 (jika kepala

sekolah memiliki program supervisi, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil

supervisi) dan dengan nilai minimal 3 (jika kepala sekolah tidak memiliki

program supervisi).

Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi supervisi:

Tabel 3.16
Kategori Skor Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria
1 12<skor≤15 Sangat ideal
2 10<skor≤12 Ideal
3 8<skor≤10 Cukup ideal
4 6<skor≤8 Kurang ideal
5 3<skor≤6 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

5. Kompetensi Sosial

Data tentang kompetensi sosial dengan nilai maksimum 15 (jika kepala

sekolah memiliki aspek sosial yang baik, serta menggunakannya secara optimal)
71

dan dengan nilai minimal 3 (jika kepala sekolah tidak memiliki dan tidak

menggunakan aspek sosial secara optimal).

Berikut disajikan tabel kriteria skor kompetensi sosial :

Tabel 3.17
Kategori Skor Kompetensi Sosial Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria
1 12<skor≤15 Sangat ideal
2 10<skor≤12 Ideal
3 8<skor≤10 Cukup ideal
4 6<skor≤8 Kurang ideal
5 3<skor≤6 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

b) Manajemen Kurikulum

Data tentang kurikulum dan program pengajaran dengan nilai maksimum

100 (jika sekolah melaksanakan KTSP secara optimal, memiliki kalender

pendidikan dan dijalankan sesuai dengan apa yang tertera dikalender pendidikan,

memiliki program pembelajaran, memiliki pedoman penilaian hasil belajar dan

memiliki peraturan akademik, serta peraturan tersebut ditaati oleh seluruh warga

sekolah) dan dengan nilai minimal 20 (jika tidak bisa melaksanakan dari

komponen manajemen kurikulum dan program pengajaran secara optimal).

Tabel 3.20
Manajemen Kurikulum
Indikator Statistik Hipotetik
KTSP Skor Tertinggi 25
Skor Terendah 5
Rata-Rata 15
Standar Deviasi 3.33
Kalender Skor Tertinggi 10
Pendidikan Skor Terendah 2
Rata-Rata 6
Standar Deviasi 1.33
72

Program Skor Tertinggi 30


Pembelajaran Skor Terendah 6
Rata-Rata 18
Standar Deviasi 4
Penilaian Skor Tertinggi 20
Hasil Belajar Skor Terendah 4
Rata-Rata 12
Standar Deviasi 2.67
Peraturan Skor Tertinggi 15
Akademik Skor Terendah 3
Rata-Rata 9
Standar Deviasi 2
Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Data tentang KTSP dengan nilai maksimum 25 (jika sekolah menggunakan

dan melaksanakan KTSP sesuai dengan peraturan Permendiknas) dan dengan nilai

minimal 5 (jika sekolah melaksanakan KTSP tidak sesuai dengan peraturan

Permendiknas).

Berikut disajikan tabel kriteria skor KTSP:

Tabel 3.19
Kategori Skor KTSP
No Interval Skor Kriteria
1 19.995<skor≤25 Sangat optimal
2 16.665<skor≤19.995 Optimal
3 13.335<skor≤16.665 Cukup optimal
4 10.005<skor≤13.335 Kurang optimal
5 5<skor≤10.005 Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

2. Kalender Pendidikan

Data tentang kalender pendidikan dengan nilai maksimum 10 (jika sekolah

memiliki kalender pendidikan dan melaksanakan kegiatan sekolah sesuai dengan


73

kalender pendidikan) dan dengan nilai minimal 2 (jika sekolah tidak memiliki

kalender pendidikan).

Berikut disajikan tabel kriteria skor kalender pendidikan:

Tabel 3.20
Kategori Skor Kalender Pendidikan
No Interval Skor Kriteria
1 7.995<skor≤10 Sangat sesuai
2 6.665<skor≤7.995 Sesuai
3 5.335<skor≤6.665 Cukup sesuai
4 4.005<skor≤5.335 Kurang sesuai
5 2<skor≤4.005 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

3. Program Pembelajaran

Data tentang program pembelajaran dengan nilai maksimum 30 (jika

sekolah memiliki program pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran

yang kondusif, efektif dan efisien) dan dengan nilai minimal 6 ( jika sekolah tidak

dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien). Berikut disajikan tabel

kriteria skor program pembelajaran:

Tabel 3.21
Kategori Skor Program Pembelajaran
No Interval Skor Kriteria
1 24<skor≤30 Sangat optimal
2 20<skor≤24 Optimal
3 16<skor≤20 Cukup optimal
4 12<skor≤16 Kurang optimal
5 6<skor≤12 Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

4. Penilaian Hasil Belajar

Data tentang penilaian hasil belajar dengan nilai maksimum 20 (jika

sekolah memiliki program penilaian hasil belajar dan melaksanakan evaluasi

belajar secara optimal dan rutin) dan dengan nilai minimal 4 ( jika sekolah tidak

dapat melaksanakan penilaian hasil belajar secara optimal).


74

Berikut disajikan tabel kriteria skor penilaian hasil belajar:

Tabel 3.22
Kategori Skor Penilaian Hasil Belajar
No Interval Skor Kriteria
1 16.005<skor≤20 Sangat sesuai
2 13.335<skor≤16.005 Sesuai
3 10.665<skor≤13.335 Cukup sesuai
4 7.995<skor≤10.665 Kurang sesuai
5 4<skor≤7.995 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

5. Peraturan akademik

Data tentang peraturan akademik dengan nilai maksimum 15 (jika sekolah

memiliki peraturan akademik, peraturan akademik tersosialisasi dengan baik serta

diipatuhi) dan dengan nilai minimal 3 (jika sekolah tidak memiliki peraturan

akademik).

Berikut disajikan tabel kriteria skor peraturan akademik:

Tabel 3.23
Kategori Skor Peraturan akademik
No Interval Skor Kriteria
1 12<skor≤15 Sangat ideal
2 10<skor≤12 Ideal
3 8<skor≤10 Cukup ideal
4 6<skor≤8 Kurang ideal
5 3<skor≤6 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

c) Manajemen Tenaga Kependidikan

Data tentang manajemen tenaga kependidikan dengan nilai maksimum 100

(jika tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akademik yang sesuai dengan

profesinya, serta tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya secara optimal) dan dengan nilai minimal 20 (jika tidak memiliki
75

kualifikasi akademik yang memadai, serta tidak dapat melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya secara optimal).

Berikut disajikan tabel data manajemen tenaga kependidikan:

Tabel 3.24
Manajemen Tenaga Kependidikan
Indikator Statistik Hipotetik
Wakil Kepala Skor Tertinggi 50
Sekolah Skor Terendah 10
Rata-Rata 30
Standar Deviasi 6.67
Guru Skor Tertinggi 10
Skor Terendah 2
Rata-Rata 6
Standar Deviasi 1.33
Konselor Skor Tertinggi 10
Skor Terendah 2
Rata-Rata 6
Standar Deviasi 1.33
Pustakawan Skor Tertinggi 10
Skor Terendah 2
Rata-Rata 6
Standar Deviasi 1.33
Laborat Skor Tertinggi 10
Skor Terendah 2
Rata-Rata 6
Standar Deviasi 1.33
Tenaga Skor Tertinggi 10
Administrasi Skor Terendah 2
Rata-Rata 6
Standar Deviasi 1.33
Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik

1. Wakil Kepala Sekolah

Data tentang kepala sekolah dengan nilai maksimum 50 (jika wakil kepala

sekolah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal) dan dengan

nilai minimal 10 (jika wakil kepala sekolah tidakmelaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya dengan baik).

Berikut disajikan tabel kriteria skor wakil kepala sekolah:


76

Tabel 3.25
Kategori Skor Wakil Kepala Sekolah
No Interval Skor Kriteria
1 40.005<skor≤50 Sangat ideal
2 33.335<skor≤40.005 Ideal
3 26.665<skor≤33.335 Cukup ideal
4 19.995<skor≤26.665 Kurang ideal
5 10<skor≤19.995 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

2. Guru

Data tentang guru dengan nilai maksimum 10 (jika guru memiliki

kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan sesuai dengan

profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal)

dan dengan nilai minimal 2 (jika guru tidak memiliki kualifikasi akademik yang

memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya secara ideal). Berikut disajikan tabel kriteria skor

guru.

Tabel 3.26
Kategori Skor Guru
No Interval Skor Kriteria
1 7.995<skor≤10 Sangat sesuai
2 6.665<skor≤7.995 Sesuai
3 5.335<skor≤6.665 Cukup sesuai
4 4.005<skor≤5.335 Kurang sesuai
5 2<skor≤4.005 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

3. Konselor

Data tentang konselor dengan nilai maksimum 10 (jika konselor memiliki

kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan sesuai dengan

profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal)

dan dengan nilai minimal 2 (jika konselor tidak memilki kualifikasi akademik
77

yang memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal). Berikut disajikan

tabel kriteria skor konselor:

Tabel 3.27
Kategori Skor Konselor
No Interval Skor Kriteria
1 7.995<skor≤10 Sangat sesuai
2 6.665<skor≤7.995 Sesuai
3 5.335<skor≤6.665 Cukup sesuai
4 4.005<skor≤5.335 Kurang sesuai
5 2<skor≤4.005 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

4. Pustakawan

Data tentang pustakawan dengan nilai maksimum 10 (jika pustakawan

memiliki kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan sesuai

dengan profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara

optimal) dan dengan nilai minimal 2 (jika pustakawan tidak memilki kualifikasi

akademik yang memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal).

Berikut disajikan tabel kriteria skor pustakawan


Tabel 3.28
Kategori Skor Pustakawan
No Interval Skor Kriteria
1 7.995<skor≤10 Sangat sesuai
2 6.665<skor≤7.995 Sesuai
3 5.335<skor≤6.665 Cukup sesuai
4 4.005<skor≤5.335 Kurang sesuai
5 2<skor≤4.005 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
78

5. Laborat

Data tentang laborat dengan nilai maksimum 10 (jika laborat memiliki

kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan sesuai dengan

profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal)

dan dengan nilai minimal 2 (jika laborat tidak memilki kualifikasi akademik yang

memadai, background pendidikan tidak sesuai, serta tidak dapat melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya secara optimal). Berikut disajikan tabel kriteria skor

laborat:

Tabel 3.29
Kategori Skor Laborat
No Interval Skor Kriteria
1 7.995<skor≤10 Sangat sesuai
2 6.665<skor≤7.995 Sesuai
3 5.335<skor≤6.665 Cukup sesuai
4 4.005<skor≤5.335 Kurang sesuai
5 2<skor≤4.005 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

6. Tenaga Administrasi

Data tentang tenaga administrasi dengan nilai maksimum 10 (jika tenaga

administrasi memiliki kualifikasi akademik yang memadai, background

pendidikan sesuai dengan profesi serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya secara optimal) dan dengan nilai minimal 2 (jika tenaga administrasi

tidak memilki kualifikasi akademik yang memadai, background pendidikan tidak

sesuai, serta tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara

optimal).

Berikut disajikan tabel kriteria skor tenaga administrasi:


79

Tabel 3.30
Kategori Skor Tenaga Administrasi
No Interval Skor Kriteria
1 7.995<skor≤10 Sangat sesuai
2 6.665<skor≤7.995 Sesuai
3 5.335<skor≤6.665 Cukup sesuai
4 4.005<skor≤5.335 Kurang sesuai
5 2<skor≤4.005 Tidak sesuai
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

d) Manajemen Kesiswaan

Data tentang kesiswaan dengan nilai maksimum 65 (jika input siswa baik,

proses belajar mengajar berjalan dengan efektif dan efisien) dan dengan nilai

minimal 13 (jika semua butir aspek hanya minimum).

Berikut disajikan tabel data manajemen kesiswaan:


Tabel 3.31
Manajemen Kesiswaan
Indikator Statistik Hipotetik
Input siswa Skor Tertinggi 15
Skor Terendah 3
Rata-Rata 9
Standar Deviasi 2
Proses Skor Tertinggi 35
Pembelajaran Skor Terendah 7
Rata-Rata 21
Standar Deviasi 4.67
Out Put Skor Tertinggi 15
Skor Terendah 3
Rata-Rata 9
Standar Deviasi 2
Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik

1. Input

Kriteria penilaian input siswa yaitu dengan nilai maksimum sebesar 15

(jika nilai input siswa tinggi, yang berupa nilai NEM sekolah sebelumnya/SMP)

dan nilai terendah 3 (jika nilai input siswa rendah).


80

Berikut disajikan tabel kriteria skor input siswa

Tabel 3.32
Kategori Skor Input Siswa
No Interval Skor Kriteria
1 12<skor≤15 Sangat tinggi
2 10<skor≤12 Tinggi
3 8<skor≤10 Cukup tinggi
4 6<skor≤8 Kurang tinggi
5 3<skor≤6 Tidak tinggi
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

2. Proses Pengajaran

Kriteria penilaian Proses pengajaran yaitu dengan nilai maksimum sebesar

35 (jika sekolah bisa menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan

efisien) dan nilai terendah 7 (jika sekolah tidak dapat menciptakan proses belajar

mengajar yang efektif dan efisien). Berikut disajikan tabel kriteria skor proses

pembelajaran:

Tabel 3.33
Kategori Skor Proses Pembelajaran
No Interval Skor Kriteria
1 28.005<skor≤35 Sangat optimal
2 23.335<skor≤28.005 Optimal
3 18.665<skor≤23.335 Cukup optimal
4 13.995<skor≤18.665 Kurang optimal
5 7<skor≤13.995 Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

3. Output

Data tentang output siswa dengan nilai maksimum 15 (jika output siswa

mempunyai kualitas tinggi) dan dengan nilai minimal 3 (jika output siswa

rendah). Berikut disajikan tabel data output siswa:


81

Tabel 3.34
Kategori Skor Output Siswa
No Interval Skor Kriteria
1 12<skor≤15 Sangat tinggi
2 10<skor≤12 Tinggi
3 8<skor≤10 Cukup tinggi
4 6<skor≤8 Kurang tinggi
5 3<skor≤6 Tidak tinggi
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

e) Manajemen Sarana Prasarana

Data tentang sarana prasarana dengan nilai maksimum 50 (jika sekolah

memiliki program pengadaan sarana prasarana yang disesuaikan dengan

kebutuhan sekolah, serta melakukan pemeliharaan dan inventarisasi secara

optimal) dan dengan nilai minimal 10 (jika sekolah tidak memanajemen sarana

prasarana secara optimal).

Berikut disajikan tabel data manajemen sarana prasarana:

Tabel 3.35
Manajemen Sarana Prasarana
Indikator Statistik Hipotetik
Pengadaan Skor Tertinggi 15
Skor Terendah 3
Rata-Rata 9
Standar Deviasi 2
Pemeliharaan Skor Tertinggi 15
Skor Terendah 3
Rata-Rata 9
Standar Deviasi 2
Inventarisasi Skor Tertinggi 20
Skor Terendah 4
Rata-Rata 12
Standar Deviasi 2.67
Sumber: Pengolahan Skor Hipotetik
82

1. Pengadaan Sarana Prasarana

Data tentang pengadaan sarana prasarana sekolah dengan nilai maksimum

15 (jika pengadaan sarana prasarana disesuaikan dengan kebutuhan dan dana yang

dimiliki sekolah) dan dengan nilai minimal 3 (jika pengadaan sarana prasarana

tidak terprogram secara ideal). Berikut disajikan tabel kriteria skor pengadaan

sarana prasarana sekolah:

Tabel 3.36
Kategori Skor Pengadaan Sarana Prasarana
No Interval Skor Kriteria
1 12<skor≤15 Sangat ideal
2 10<skor≤12 Ideal
3 8<skor≤10 Cukup ideal
4 6<skor≤8 Kurang ideal
5 3<skor≤6 Tidak ideal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi

2. Pemeliharaan Sarana Prasarana

Data tentang pemeliharaan sarana prasarana sekolah dengan nilai

maksimum 15 (jika pemeliharaan sarana prasarana dilakukan dengan optimal) dan

dengan nilai minimal 3 (jika pemeliharaan sarana prasarana tidak dilakukan secara

optimal). Berikut disajikan tabel kriteria skor pemeliharaan sarana prasarana

sekolah:

Tabel 3.37
Kategori Skor Pemeliharaan Sarana Prasarana
No Interval Skor Kriteria
1 12<skor≤15 Sangat optimal
2 10<skor≤12 Optimal
3 8<skor≤10 Cukup optimal
4 6<skor≤8 Kurang optimal
5 3<skor≤6 Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
83

3. Inventarisasi Sarana Prasarana

Data tentang perawatan sarana prasarana sekolah dengan nilai maksimum

20 (jika inventarisasi sarana prasarana dilakukan secara optimal) dan dengan nilai

minimal 4 (jika perawatan sarana prasarana tidak dilakukan secara optimal).

Berikut disajikan tabel kriteria skor inventarisasi sarana prasarana:

Tabel 3.38
Kategori Skor Inventarisasi Sarana Prasarana
No Interval Skor Kriteria
1 16.005<skor≤20 Sangat optimal
2 13.335<skor≤16.005 Optimal
3 10.66<skor≤13.335 Cukup optimal
4 7.99<skor≤10.66 Kurang optimal
5 4<skor≤7.99 Tidak optimal
Sumber: Pengolahan Skor Kategorisasi
84

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di seluruh Kabupaten Kendal

merupakan sebuah wahana pendidikan yang terus dipacu untuk dikembangkan

lebih baik menuju amanat tujuan pendidikan di tingkat SMK. Pemerintah yang

selalu tanggap, menunjukkan keseriuasan tersendiri bagi dunia pendidikan di

Kabupaten Kendal.

Seluruh SMK di Kabupaten Kendal merupakan sebagian kelompok SMK di

Indonesia yang menjadi program percontohan Mentri Pendidikan Nasional. Hal

tersebut sangat menggembirakan bagi generasi muda yang ada di Kabupaten

Kendal dan sekitarnya. Melalui SMK mereka bisa mengembangkan bakat dan

ketrampilan yang dimiliki, tidak tanggung-tanggung, pemerintah akan menjamin

lapangan kerja yang luas. Artinya bagi mereka yang lulus SMK adalah orang-

orang yang siap menjalankan pekerjaan dikemudian hari sesuai dengan keahlian

mereka masing-masing.

Program keahlian yang diterapkan disemua SMK di Kendal baik negeri

maupun swasta, dapat dikatakan sangatlah lengkap. Dimulai dari Teknik Mesin

(Otomotif), Teknik Elektro, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Teknik

Pendingin dan Tata Udara, Teknik Bangunan, Tata Busana, Bisnis Manajemen

(Bismen) dan program keahlian Akuntansi. Sedangkan Program keahlian


85

Budidaya Tanaman, Ternak. Ikan, Teknologi hasil Pertanian, Geologi

Pertambangan, dan lain sebagainya, Pemerintah kabupaten Kendal akan berusaha

sekuat tenaga untuk merealisasikan program keahlian tesebut.

Merujuk pada kompleksnya program keahlian yang ada diseluruh SMK

Kendal, maka penulis tidak melihat lebih jauh tentang program keahlian tersebut.

Penulis hanya meneliti manajemen sekolah secara umum yang diterapkan

dimasing-masing Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diseluruhn Kabupaten

Kendal dengan status sekolah negeri dan swasta.

Sekolah Menengah Kejuruan baik negeri dan swasta yang ada di Kabupaten

Kendal dapat dikatakan mempunyai persaingan yang kompetitif disetiap unsur

sistem manajemen sekolah, dimulai dari model persaingan penerimaan siswa baru,

proses belajar mengajar, dan menentukan prestasi lulusan. Lebih detail dan

semakin dalam lagi, kepemimpinan kepala sekolah pun diuji dalam persaingan

yang sehat dan penuh pengertian, tenaga pendidikan, administrasi dan lain

sebagainya selalu ada persaingan menjadi yang lebih baik dari seluruh SMK di

Kendal. Namun demikian tidak berarti antar sekolahan saling menjatuhkan sama

lain, hal yang demikian tidak terjadi di SMK Kendal. Malainkan hal sebaliknya

yang tersaji dalam persaingan tersebut, yaitu saling melengkapi kekurangan yang

dimiliki masing-masing sekolah.

4.1.2 Analisis Diskriptif Variabel dan Indikator Penelitian

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan swasta di Kabupaten

Kendal merupakan SMK yang menerapkan banyak program keahlian. Banyaknya

program keahlian yang di tempuh oleh sekolah, menjadikan sekolah tersebut


86

memerlukan kinerja manajemen yang optimal untuk mendukung berjalanya

kegiatan sekolah.

Manajemen kurikulum, tenaga kependidikan, kesiswaan, dan manajemen

sarana prasarana merupakan komponen manajemen yang harus dijaga kualitasnya

agar kesemua manajemen tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

tujuan masing-masing sekolah. Kepala sekolah selaku penggerak utama dalam

semua kebijakan untuk menjalankan amanat dimasing-masing manajemen, harus

berperan kooperatif guna menciptakan kondisi yang maksimal disetiap kinerja

manjemen.

Analisis diskriptif yang akan penulis sampaikan disetiap variabel beserta

indikatornya, digunakan untuk lebih memudahkan dan agar komunikatif dalam

mendiskripsikan hasil penelitian. Berikut adalah hasil penelitian dengan

menggunakan metode angket di setiap SMK Negeri dan Swasta se Kabupaten

Kendal.

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Tabel 4.01
Deskripsi Kepemimpinan Kepala SMK Negeri
No Indikator Skor Skor Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah Deviasi
1. Kepribadian 23.43 20.93 22.18 0.417
2. Manajerial 32.18 26.95 29.565 0.872
3. Kewirausahaan 13.73 11.74 12.735 0.332
4. Supervisi 13.79 10.78 12.285 0.502
5. Sosial 13.89 12.07 12.98 0.287
Total 96.92 82.47 89.745 2.408
Sumber: Data Penelitian (Diolah)

Nilai rata-rata secara keseluruhan pada tabel diatas menunjukkan kondisi

kepemimpinan kepala SMK negeri di Kabupaten Kendal. Berdasarkan tabel diatas


87

dapat dilihat dari nilai rata-rata kepemimpinan kepala sekolah berada pada

kategori pertama dan termasuk dalam kriteria sangat ideal. Dengan standar deviasi

menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti

kecenderungan mendekati kriteria rata-rata, berarti kepemimpinan kepala sekolah

sudah menggunakan secara maksimal kompetensi kepribadian, manajerial,

kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Namun dalam komponen kepemimpinan

kepala sekolah, kompetensi manajerial masih kurang maksimal bagi kepala SMK

negeri. Berdasarkan nilai rata-rata, kompetensi manajerial berada pada kategori

kedua dan termasuk dalam kriteria ideal, atau merupakan kelemahan dari variabel

kepemimpinan kepala sekolah. Kelemahan tersebut lebih dikarenakan kepala

sekolah belum bisa secara berkala menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan

kebutuhan pelanggan. Sehingga ada halangan pada penciptaan iklim yang inovatif

dalam pengembangan sekolah. Secara lebih rinci deskripsi kepemimpinan kepala

sekolah akan dijelaskan seperti berikut :

a) Kompetensi Kepribadian

Skor rata-rata kepribadian kepala sekolah memiliki kriteria sangat ideal, hal

ini banyak dikarenakan kepala sekolah selalu bersikap mulia sehingga mampu

menjadi teladan bagi warga sekolah, dan juga selalu menggunakan sikap terbuka

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kepala sekolah juga bisa

mengendalikan diri dalam menghadapi masalah sekolah. Hal ini terbukti,

penyimpangan dalam aspek kepribadian hanya sebesar 0.417.


88

b) Kompetensi Manajerial

Kompetensi manajerial pada SMK negeri masuk dalam kriteria ideal, hal ini

menunjukkan belum sempurnanya proses manajemen yang ada disekolah. Fakta

tersebut lebih dikarenakan kepala sekolah belum bisa mengelola pensesuaian

kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha atau pelanggan. Sehingga ada halangan

pada penciptaan iklim yang inovatif dalam pengembangan sekolah. Kepala

sekolah juga belum secara signifikan dalam mengelolah staff guru dan karyawan.

Terbukti penyimpangan dalam aspek manajerial mencapai sebesar 0.872.

c) Kompetensi Kewirausahaan

Nilai rata-rata dari tabel 4.01 diatas menunjukkan kompetensi

kewirausahaan dalam kriteria sangat ideal. Nilai tersebut lebih dikarenakan kepala

sekolah telah menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah,

kepala sekolah juga bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah.

Kompetensi kewirausahaan juga tercermin pada sikap kepala sekolah yang

pantang menyerah dalam menghadapi kendala sekolah, semua dikoordinasikan

dan dipecahkan secara bersama-sama dengan warga sekolah melalui rapat-rapat

rutin yang dilaksanakan oleh sekolah. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek

kewirausahaan sebesar 0.332.

d) Kompetensi Supervisi

Tabel 4.01 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari komptensi supervisi

masuk dalam kriteria sangat ideal. Hal ini dikarenakan kepala sekolah telah

merencanakan dan melaksanakan program supervisi akademik dalam rangka

profesionalisme guru, dan juga telah menggunakan pendekatan dan teknik


89

supervisi yang tepat. Terbukti dengan penyimpangan dari nilai rata-rata sebesar

0.502.

e) Kompetensi Sosial

Nilai rata-rata dari komptensi sosial pada table 4.01 menunjukkan kritria

sangat idal. Hal ini terjadi lebih dikarenakan kepala sekolah sudah bisa

berkomunikasi langsung oleh masyarakat sekolah dan masyarakat luar sekolah.

Sehingga permasalahan yang sering dihadapi oleh sekolah bisa terselesaikan

dengan baik dan bijaksana. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek sosial

hanya sebesar 0.287.

Tabel 4.02
Deskripsi Kepemimpinan Kepala SMK Swasta
No Indikator Skor Skor Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah Deviasi
1. Kepribadian 24.43 19.22 21.825 0.868
2. Manajerial 33.71 25.43 29.57 1.38
3. Kewirausahaan 14.57 11.31 12.94 0.543
4. Supervisi 14.00 9.00 11.5 0.833
5. Sosial 14.21 10.52 12.365 0.615
Total 100.92 75.48 88.2 4.24
Sumber: Data Penelitian, Diolah

Nilai rata-rata pada tabel diatas menunjukkan kondisi kepemimpinan kepala

sekolah pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-

rata kepemimpinan kepala sekolah berada pada kategori pertama dan termasuk

dalam kriteria sangat ideal. Dengan standar deviasi menunjukkan nilai yang kecil,

nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata,

berarti kepemimpinan kepala sekolah SMK swasta sudah mendekati kriteria

sangat ideal. Kepala sekolah menggunakan secara maksimal kompetensi

kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Namun dari kelima


90

kompetensi kepala sekolah, kompetensi manajerial dan supervisi yang masih

kurang. Berdasarkan nilai rata-rata kompetensi manajerial dan supervisi kepala

sekolah, menggambarkan kompetensi tersebut pada kepala sekolah SMK swasta

di Kabupaten Kendal berada pada kategori kedua dan berkriteria ideal.

Kelemahan pada kompetensi manajerial menunjukkan belum sempurnanya

proses manajemen yang ada disekolah. Fakta tersebut lebih dikarenakan kepala

sekolah belum bisa secara berkala menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan

kebutuhan pelanggan. Sehingga ada halangan pada penciptaan iklim inovatif

dalam pengembangan sekolah.

Sementara itu untuk kompetensi supervisi masuk dalam kriteria ideal atau

masih terdapat kelemahan dalam kompetensi supervisi di SMK swasta. Hal ini

dikarenakan kepala sekolah belum merencanakan dan melaksanakan program

supervisi akademik secara tepat, akibatnya dalam pencapaian profesionalitas guru

belum sepenuhnya tercapai. Secara lebih rinci deskripsi kepemimpinan kepala

sekolah seperti berikut ini :

a) Kompetensi Kepribadian

Perolehan nilai rata-rata kepribadian kepala sekolah memiliki kriteria sangat

ideal, hal ini dikarenakan kepala sekolah selalu bersikap mulia sehingga mampu

menjadi teladan bagi warga sekolah, dan juga selalu menggunakan sikap terbuka

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kepala sekolah juga bisa

mengendalikan diri dalam menghadapi masalah sekolah. Hal ini terbukti,

penyimpangan dalam aspek kepribadian hanya sebesar 0.868.


91

b) Kompetensi Manajerial

Pada SMK swasta kompetensi manajerial masuk dalam kriteria ideal, hal ini

menunjukkan belum sempurnanya proses manajemen yang ada disekolah. Fakta

tersebut lebih dikarenakan kepala sekolah belum bisa mengelola pensesuaian

kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha atau pelanggan. Sehingga ada halangan

pada penciptaan iklim inovatif dalam pengembangan sekolah. Terbukti

penyimpangan dalam aspek manajerial mencapai sebesar 1.38.

c) Kompetensi Kewirausahaan

Skor rata-rata pada kompetensi kewirausahaan dalam kriteria sangat ideal.

Nilai tersebut lebih dikarenakan kepala sekolah telah menciptakan inovasi yang

berguna bagi pengembangan sekolah, kepala sekolah juga bekerja keras untuk

mencapai keberhasilan sekolah. Kompetensi kewirausahaan juga tercermin pada

sikap kepala sekolah yang pantang menyerah dalam menghadapi kendala sekolah,

semua dikoordinasikan dan dipecahkan secara bersama-sama dengan warga

sekolah. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek kewirausahaan sebesar

0.543.

d) Kompetensi Supervisi

Tabel 4.02 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari kompetensi supervisi

masuk dalam kriteria ideal atau masih terdapat kelemahan dalam kompetensi

supervisi di SMK swasta. Hal ini dikarenakan kepala sekolah belum

merencanakan dan melaksanakan program supervisi akademik secara tepat,

akibatnya dalam pencapaian profesionalitas guru belum sepenuhnya tercapai.

Terbukti dengan penyimpangan dari nilai rata-rata sebesar 0.833.


92

e) Kompetensi Sosial

Nilai rata-rata dari komptensi sosial pada table 4.02 menunjukkan kriteria

sangat ideal. Hal ini terjadi lebih dikarenakan kepala sekolah aktif berkomunikasi

langsung dengan masyarakat sekolah maupun masyarakat luar sekolah. Sehingga

permasalahan yang sering dihadapi oleh sekolah bisa terselesaikan dengan baik

dan bijaksana. Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek sosial hanya sebesar

0.615.

B. Manajemen Kurikulum

Tabel 4.03
Deskripsi Manajemen Kurikulum SMK Negeri
No Indikator Skor Skor Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah Deviasi
1. KTSP 23.21 20.76 21.985 0.408
2. Kalender Pendidikan 9.68 8.73 9.205 0.158
3. Program Pembelajaran 27.97 25.22 26.595 0.458
4. Penilaian Hasil Belajar 18.48 17.07 17.775 0.235
5. Peraturan Akademik 14.00 12.71 13.355 0.215
Total 93.34 84.49 88.915 1.475
Sumber: Data Penelitian, Diolah

Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen kurikulum dan

program pengajaran SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai

rata-rata kurikulum berada pada kategori kesatu dan termasuk dalam kriteria

sangat optimal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar

deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti

kurikulum dan program pengajaran sekolah sudah sangat optimal. Pelaksanakan

kurikulum telah sesuai dengan aturan. Secara lebih rinci deskripsi manajemen

kurikulum adalah seperti berikut ini :


93

a) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Analisis yang digunakan untuk menjawab penilaian pada skor rata-rata yang

tertulis diatas dengan kriteria sangat optimal adalah karena seluruh SMK negeri

telah menggunakan KTSP dan penyusunannya telah memperhatikan standar

kompetensi lulusan, standar isi dan praturan pelaksanaannya.

KTSP yang ada dalam sekolah juga telah dikembangkan sesuai dengan

kondisi sekolah, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan dan kondisi sosial

masyarakat setempat. Dukungan yang lebih kuat lagi datang dari staff pengajar

yang mana mereka telah bertanggungjawab menyusun SILABUS dan RPP

disetiap mata pelajaran yang diampunya. Sehingga dalam pencapaian

terlaksananya KTSP dalam lingkup proses belajar selalu optimal. Penilaian sangat

optimal yang dimiliki oleh masing-masing sekolah dapat dibuktikan, bahwa

penyimpangan dalam aspek KTSP hanya sebesar 0.408.

b) Kalender Pendidikan (Kaldik)

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata dari kaldik

menunjukkan kriteria sangat sesuai. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa

kegiatan yang dilakukan oleh sekolah sudah susuai dengan kaldik. Hal ini

terbukti, penyimpangan dalam aspek kalender pendidikan dari masing-masing

SMK negeri hanya sebesar 0.158.

c) Program Pengajaran

Pelaksanaan program pengajaran di SMK negeri sudah sangat optimal.

Kriteria sangat optimal yang dimiliki oleh SMK negeri lebih disebabkan bahwa

semua tenaga pendidikan dari mulai staf waka kurikulum sebagai


94

penanggungjawab dan guru pengampu mata pelajaran telah menerapkan program

pengajaran dengan sangat optimal, seperti halnya guru telah membuat program

pengajaran yang berkualitas dan dapat membuat suasana belajar yang kondusif.

Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek program pengajaran hanya sebesar

0.458.

d) Penilaian Hasil Belajar (PHB)

Penilaian yang dilaksanakan meliputi post-test, ujian praktek, mid semester,

ujian semester dan untuk kelas XII ada Ujian Akhir Nasional (UAN). Untuk

menentukan siswanya yang berhasil dalam penilaian, SMK negeri juga memiliki

pedoman kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata PHB mendapatkan

kriteria sangat sesuai. Kritria tersebut menunjukkan bahwa SMK negeri di Kendal

telah menggunakan pedoman KKM, dan melaksanakan hal seperti penilaian selalu

dilaporkan kepada peserta didik, wali murid, komite sekolah dan institusi

diatasnya. Hal ini terbukti, bahwa penyimpangan dalam aspek penilaian hasil

belajar hanya sebesar 0.235.

e) Peraturan Akademik

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata PHB mendapatkan

kriteria sangat ideal. Hal ini dikarenakan peraturan akademik selalu diperbarui,

disosialisasikan dan ada komitmen bersama warga sekolah untuk menaatinya.

Terbukti bahwa penyimpangan dalam aspek peraturan akademik hanya sebesar

0.215.
95

Tabel 4.04
Deskripsi Manajemen Kurikulum SMK Swasta
No Indikator Skor Skor Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah Deviasi
1. KTSP 23.50 17.67 20.585 0.972
2. Kalender Pendidikan 9.50 7.19 8.345 0.385
3. Program Pengajaran 28.25 21.47 24.86 1.13
4. Penilaian Hasil Belajar 18.64 13.67 19.86 0.828
5. Peraturan Akademik 14.24 10.31 12.275 0.655
Total 94.13 70.31 82.22 3.97
Sumber: Data Penelitian, Diolah

Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen kurikulum

pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata

manajemen kurikulum berada pada kategori kesatu dan termasuk dalam kriteria

sangat optimal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar

deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti

manajemen kurikulum dan program pengajaran SMK swasta sudah sangat

optimal. Pelaksanaan kurikulum sudah dilaksanakan sesuai aturan. Namun dalam

komponen manajemen kurikulum masih memiliki kekurangan pada indikator

kalender pendidikan. Secara lebih rinci deskripsi manajemen kurikulum adalah

seperti berikut ini :

a) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Skor rata-rata yang tertulis pada tabel 4.04 dengan kriteria sangat optimal

adalah lebih dikarena seluruh SMK swasta telah menggunakan KTSP dan

penyusunannya telah memperhatikan standar kompetensi lulusan, standar isi dan

peraturan pelaksanaannya. KTSP yang ada dalam sekolah juga telah

dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah, kondisi peserta didik, kondisi

lingkungan dan kondisi sosial masyarakat setempat. Penilaian sangat optimal yang
96

dimiliki oleh masing-masing sekolah dapat dibuktikan, bahwa penyimpangan

dalam aspek KTSP hanya sebesar 0.972.

b) Kalender Pendidikan (Kaldik)

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata dari kaldik

menunjukkan kriteria sesuai. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan yang

dilakukan oleh sekolah sudah susuai dengan kaldik. Akan tetapi pelaksanaan

kaldik belum maksimal, hal ini terlihat dengan kurang tepatnya pelaksanaan ujian

semester. Sehingga dalam menyiapkan anak didiknya, seorang guru tidak

maksimal dalam mengajar. Seorang guru kadang tidak lengkap dan tuntas dalam

memberi materi pelajaran, karena waktu yang sudah habis untuk kegiatan belajar

mengajar. Fakta ini ditunjukkan dengan penyimpangan dalam aspek kalender

pendidikan dari masing-masing SMK swasta sebesar 0.385.

c) Program Pengajaran

Pelaksanaan program pengajaran di SMK swasta sangat optimal. Kriteria

sangat optimal yang dimiliki oleh sekolah lebih disebabkan bahwa semua tenaga

pendidikan dari mulai staf waka kurikulum sebagai penanggungjawab dan guru

pengampu mata pelajaran telah menerapkan program pengajaran dengan sangat

optimal, seperti halnya guru telah membuat program pengajaran yang berkualitas

dan dapat membuat suasana belajar yang kondusif. Hal ini terbukti,

penyimpangan dalam aspek program pengajaran hanya sebesar 1.13.

d) Penilaian Hasil Belajar (PHB)

Penilaian yang dilaksanakan meliputi post-test, ujian praktek, mid semester,

ujian semester dan untuk kelas XII ada Ujian Akhir Nasional (UAN). Untuk
97

menentukan siswanya yang berhasil dalam penilaian, SMK swasta juga memiliki

pedoman kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata PHB mendapatkan

kriteria sangat sesuai. Kritria tersebut menunjukkan bahwa SMK swasta di Kendal

telah menggunakan pedoman KKM, dan melaksanakan hal seperti penilaian selalu

dilaporkan kepada peserta didik, wali murid, komite sekolah dan institusi

diatasnya. Hal ini terbukti, bahwa penyimpangan dalam aspek penilaian hasil

belajar hanya sebesar 0.828.

e) Peraturan Akademik

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, skor rata-rata PHB mendapatkan

kriteria sangat ideal. Hal ini dikarenakan peraturan akademik selalu diperbarui,

disosialisasikan dan ada komitmen bersama warga sekolah untuk menaatinya.

Terbukti bahwa penyimpangan dalam aspek peraturan akademik hanya sebesar

0.655.

C. Manajemen Tenaga Kependidikan

Tabel 4.05
Deskripsi Manajemen Tenaga Kependidikan SMK Negeri
No Indikator Skor Skor Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah Deviasi
1. Wakil Kep.Sek 46.28 40.78 43.53 0.917
2. Guru 9.34 8.05 8.695 0.215
3. Konselor 9.24 7.49 8.365 0.292
4. Pustakawan 8.64 7.00 7.82 0.273
5. Laborat 8.40 6.63 7.515 0.295
6. Administrasi 8.89 7.78 8.335 0.185
Total 90.79 77.73 84.26 2.177
Sumber: Data Penelitian, Diolah
98

Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi tenaga kependidikan

SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata tenaga

kependidikan berada pada kategori pertama dan termasuk dalam kriteria sangat

ideal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi

yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria awal, berarti tenaga

kependidikan sekolah sudah mendekati kriteria sangat ideal. Hal ini berarti tenaga

kependidikan di sekolah tersebut telah sesuai dengan kebutuhan sekolah. Namun

dalam komponen ini masih terdapat kekurangan dalam hal tenaga pustakawan dan

laborat. Secara lebih rinci deskripsi manajemen tenaga kependidikan adalah

seperti berikut ini :

a) Wakil Kepala Sekolah (Wakasek)

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas, wakasek memperoleh kriteria

sangat ideal. Kriteria tersebut disebabkan semua SMK negeri telah memiliki 4

Wakil kepala sekolah yaitu wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan,

sarana prasarana dan hubungan masyarakat. Semua wakil kepala sekolah tersebut

telah melaksanakan tugasnya dengan sangat maksimal. Dalam hal ini kepala

sekolah sangat terbantu dengan adanya wakasek dalam bidangnya masing-masing.

Terbukti bahwa penyimpangan dalam aspek wakasek hanya sebesar 0.917.

b) Guru

Nilai rata-rata yang diperoleh dari indicator guru berkriteria sangat sesuai

perolehan skor rata-rata menunjukkan bahwa guru yang mengajar di SMK negeri

sudah mememiliki kualifikasi akademik yan memadai. Disamping itu, guru juga

telah memberikan motivasi, mendidik, membimbing, memfasilitasi, dan melatih


99

peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Hal ini terbukti,

penyimpangan dalam aspek guru hanya sebesar 0.215.

c) Konselor

Nilai rata-rata dari indikator guru Bimbingan Konseling (BK) atau koselor

yang ada di SMK negeri mendapat kriteria sesuai. Nilai tersebut dikarenakan

konselor yang mengajar di sekolah sesuai dengan latar belakangnya, sehingga

dalam memberikan layanan bisa terlaksana dengan maksimal. Hal ini terbukti,

penyimpangan dalam aspek tenaga konslor dari masing-masing sekolah negeri

hanya sebesar 0.292.

Dalam memberikan bimbingan dan konseling terhadap para siswa, guru

selalu tepat pada tujuan yang diinginkan saat membimbing dan saat memberikan

konseling. Dengan latar belakang yang cocok dengan pekerjaannya, mereka tidak

kesulitan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi siswa dan sekolah.

d) Pustakawan

Perolehan skor rata-rata pada indikator pustakawan dalam kriteria sesuai

atau mrupakan kelemahan dari indikator pustakawan. Namun demikian tenaga

pustakawan telah bekerja dengan sebaik mungkin, hal ini terlihat dari pengamatan

langsung dimana tatanan buku yang ada di perpustakaan tertata rapi sehingga

membuat siswa dan warga sekolah yang lain senang dan nyaman untuk membaca

buku di perpustakaan. Pelayanan dalam menggunakan fasilitas perpustakaan juga

telah maksimal dilaksanakan. Dapat dibuktikan, bahwa penyimpangan dalam

indicator pustakawan hanya sebesar 0.273.


100

e) Tenaga Laborat

Berdasarkan deskripsi perolehan skor rata-rata aspek tenaga laborat

mendapat kriteria sesuai. Nilai rata-rata tersebut memberi arti bahwa tenaga

laborat biasanya hanya membantu guru yang bersangkutan dalam melakukan

percobaan atau penelitian dilaboratorium, kegiatan belajar mengajar di dalam

laborat yang dominan tetap dilakukan guru yang bersangkutan. Di SMK negeri

belum ada tenaga laborat yang khusus untuk menjaga dan menangani ruang

laboratorium. Karena masih belum adanya tenaga laborat yang sesuai dengan

kualifiksi akademik, maka dalam indikator tenaga laborat terdapat penyimpangan

dari nilai rata-rata sebesar 0.295.

f) Tenaga Administrasi

Perolehan nilai rata-rata dari indikator tenaga administrasi menunjukkan

bahwa tenaga administrasi umumnya sudah memiliki kualifikasi akademik yang

sesuai dengan pekerjaannya. Sehingga dalam melaksanakan pekerjaan, mereka

telah bekerja dengan baik dan maksimal. Fakta tersebut bisa dilihat seperti halnya

dokumen telah tertata rapi, baik itu data tenaga personalia sekolah ataupun yang

berhubungan dengan dokumen sekolah lainya.

Pelayanan tenaga administrasi juga telah sangat sesuai, ini terlihat pelayanan

kepada guru maupun siswa sudah optimal, sehingga jika guru dan siswa

mempunyai keluhan soal keadministrasian bisa terselesaikan dengan baik. Fakta

ini terbukti, dengan penyimpangan dalam aspek tenaga administrasi hanya sebesar

0.185.
101

Tabel 4.06
Deskripsi Manajemen Tenaga Kependidikan SMK Swasta
No Indikator Skor Skor Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah Deviasi
1. Wakil Kep.Sek 44.63 35.78 40.205 1.475
2. Guru 9.50 6.92 8.21 0.43
3. Konselor 8.77 7.39 8.08 0.23
4. Pustakawan 8.35 6.27 7.31 0.347
5. Laborat 8.63 5.75 7.19 0.48
6. Administrasi 9.13 7.08 8.105 0.342
Total 89.01 69.19 79.1 3.303
Sumber: Data Penelitian, Diolah

Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen tenaga

kependidikan pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai

rata-rata manajemen tenaga kependidikan berada pada kategori kedua dan

termasuk dalam kriteria ideal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang

kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-

rata, berarti manajemen tenaga kependidikan SMK swasta sudah mendekati

kriteria ideal. Secara keseluruhan tenaga kependidikan di sekolah tersebut telah

sesuai dengan kebutuhan sekolah. Namun dalam komponen tenaga pustakawan

dan laborat masih kurang. Secara lebih rinci deskripsi manajemen tenaga

kependidikan adalah seperti berikut ini :

a) Wakil Kepala Sekolah (Wakasek)

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas, wakasek memperoleh kriteria

sangat ideal. Kriteria tersebut disebabkan semua SMK swasta telah memiliki 4

Wakil kepala sekolah yaitu wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan,

sarana prasarana dan hubungan masyarakat. Semua wakil kepala sekolah tersebut

telah melaksanakan tugasnya dengan sangat maksimal, sehingga kepala sekolah


102

sangat terbantu dengan adanya wakasek dalam bidangnya masing-masing.

Terbukti bahwa penyimpangan dalam aspek wakasek hanya sebesar 1.475.

b) Guru

Nilai rata-rata yang diperoleh dari indikator guru berkriteria sangat sesuai

perolehan skor rata-rata menunjukkan bahwa guru yang mengajar di SMK swasta

sudah mememiliki kualifikasi akademik yan memadai. Disamping itu, guru juga

telah memberikan motivasi, mendidik, membimbing, memfasilitasi, dan melatih

peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Hal ini terbukti,

penyimpangan dalam aspek guru hanya sebesar 0.43.

c) Konselor

Nilai rata-rata dari indikator guru Bimbingan Konseling (BK) atau koselor

yang ada di SMK swasta mendapat kriteria sesuai. Nilai tersebut dikarenakan

konselor yang mengajar di sekolah sesuai dengan latar belakangnya, sehingga

dalam memberikan layanan bisa terlaksana dengan maksimal. Hal ini terbukti,

penyimpangan dalam aspek tenaga konselor dari masing-masing sekolah swasta

hanya sebesar 0.23.

d) Pustakawan

Perolehan skor rata-rata pada indikator pustakawan dalam kriteria sesuai

atau masih ada kelemahan pada indikator pustakawan. Akan tetapi tenaga

pustakawan telah bekerja dengan sebaik mungkin, hal ini terlihat dari pengamatan

langsung dimana tatanan buku yang ada di perpustakaan tertata rapi sehingga

membuat siswa dan warga sekolah yang lain senang dan nyaman untuk membaca

buku di perpustakaan. Pelayanan dalam menggunakan fasilitas perpustakaan juga


103

telah maksimal dilaksanakan. Dapat dibuktikan, bahwa penyimpangan dalam

indikator pustakawan hanya sebesar 0.347.

e) Tenaga Laborat

Berdasarkan deskripsi perolehan skor rata-rata pada aspek tenaga laborat

mendapat kriteria sesuai. Nilai rata-rata tersebut memberi arti bahwa tenaga

laborat biasanya hanya membantu guru yang bersangkutan dalam melakukan

percobaan atau penelitian dilaboratorium, kegiatan belajar mengajar di dalam

laborat yang dominan tetap dilakukan guru yang bersangkutan. Di SMK swasta

belum ada tenaga laborat yang khusus untuk menjaga dan menangani ruang

laboratorium. Karena masih belum adanya tenaga laborat yang sesuai dengan

kualifiksi akademik, maka dalam indikator tenaga laborat terdapat penyimpangan

dari nilai rata-rata sebesar 0.48.

f) Tenaga Administrasi

Perolehan nilai rata-rata dari indikator tenaga administrasi menunjukkan

bahwa tenaga administrasi umumnya sudah memiliki kualifikasi akademik yang

sesuai dengan pekerjaannya. Sehingga dalam melaksanakan pekerjaan, mereka

telah bekerja dengan baik dan maksimal. Fakta tersebut bisa dilihat seperti halnya

dokumen telah tertata rapi, baik itu data tenaga personalia sekolah ataupun yang

berhubungan dengan dokumen sekolah lainya.

Pelayanan tenaga administrasi juga telah sangat sesuai, ini terlihat pelayanan

kepada guru maupun siswa sudah optimal, sehingga jika guru dan siswa

mempunyai keluhan soal keadministrasian bisa terselesaikan dengan baik. Fakta


104

ini terbukti, dengan penyimpangan dalam aspek tenaga administrasi hanya sebesar

0.342.

D. Manajemen Kesiswaan

Tabel 4.07
Deskripsi Manajemen Kesiswaan SMK Negeri
No Indikator Skor Skor Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah Deviasi
1. In Put 14.30 12.63 13.465 0.278
2. Proses 32.26 28.12 30.19 0.69
Total 43.655
Sumber: Data Penelitian, Diolah

Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi kesiswaan SMK negeri.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata kesiswaan berada pada

kategori pertama dan termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Dengan standar

deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini berarti

semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti manajemen kesiswaan SMK negeri

sudah sangat tinggi. Secara lebih rinci deskripsi manajemen kesiswaan adalah

seperti berikut ini :

a) In Put

Nilai rata-rata dari indikator in put siswa SMK negeri mendapat kriteria

sangat tinggi. Fakta ini dikarenakan banyak dari calon siswa SMK beralasan

setelah mereka lulus dari sekolah, ingin langsung bekerja dari pada melanjutkan

kejenjang yang lebih tinggi, seperti masuk kuliah ke perguruan tinggi. Berangkat

dari alasan inilah mereka melanjutkan kejenjang sekolah kejuruan, dan mereka

cendrung untuk memilih SMK negeri terlebih dahulu dari pada SMK swasta.
105

Karena banyaknya peminat yang ingin masuk pada SMK negeri, maka SMK

negeri menyiapkan dengan seksama terutama yang berkaitan dengan penerimaan

siswa baru. Hal ini yang menyebabkan nilai atau kriteria yang dimiliki SMK

negeri sangat tinggi. Walaupun memang ada penyimpangan sedikit hanya sebesar

0.278.

b) Proses Pembelajaran

Nilai rata-rata dari indikator proses pembelajaran menunjukkan criteria

sangat optimal. Hal ini diduga karena sekolah terutama guru dalam mengajar

selalu berusaha menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif, efektif dan

efisien agar menghasilkan lulusan yang berkualitas memiliki daya saing tinggi.

Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek PBM dari masing-masing SMK

negeri hanya sebesar 0.69.

Tabel 4.08
Deskripsi Manajemen Kesiswaan SMK Negeri
No Indikator Skor Skor Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah Deviasi
1. Out Put 13.12 9.80 11.46 0.553
Total 11.46
Sumber: Data Penelitian, Diolah

Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi output (lulusan) pada

SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata output

(lulusan) berada pada kategori kedua dan termasuk dalam kriteria tinggi. Dengan

standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang kecil ini

berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti output (lulusan) SMK negeri

sudah mendekati kriteria tinggi. Hasil analisis angket penelitian menunjukkan,

output SMK negeri sudah termasuk dalam kriteria tinggi. Tingkat kelulusan dalam
106

kurun waktu 4 tahun terakhir mengalami peningkatan. Siswa yang diterima

diperusahaan untuk bekerja semakin meningkat, dengan demikian secara

keseluruhan grafik perkembangan akademik mengalami kenaikan.

Tabel 4.09
Deskripsi Manajemen Kesiswaan SMK Swasta
No Indikator Skor Skor Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah Deviasi
1. In Put 14.52 10.47 12.495 0.675
2. Proses 34.13 24.78 29.455 1.558
Total 41.95
Sumber: Data Penelitian, Diolah

Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen kesiswaan

pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata

manajemen kesiswaan berada pada kategori kesatu dan termasuk dalam kriteria

sangat tinggi. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar

deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti

manajemen kesiswaan SMK swasta sudah sangat tinggi. Secara lebih rinci

deskripsi manajemen kesiswaan adalah seperti berikut ini :

a) In Put

Nilai rata-rata dari indikator in put siswa SMK swasta mendapat kriteria

sangat tinggi. Fakta ini dikarenakan banyak dari calon siswa SMK beralasan

setelah mereka lulus dari sekolah, ingin langsung bekerja dari pada melanjutkan

kejenjang yang lebih tinggi, seperti masuk kuliah ke perguruan tinggi. Berangkat

dari alasan inilah mereka melanjutkan kejenjang sekolah kejuruan.

Karena banyaknya siswa yang ingin masuk pada SMK swasta, maka SMK

swasta menyiapkan dengan seksama terutama yang berkaitan dengan penerimaan

siswa baru. Hal ini yang menyebabkan nilai atau kriteria yang dimiliki SMK
107

swasta sangat tinggi. Walaupun memang ada penyimpangan sedikit hanya sebesar

0.675. Standar deviasi tersebut menunjukkan perlu adanya perbaikan sistem pada

model penerimaan siswa baru. Perbaikan ini harus terus dijalankan untuk bisa

bersaing dengan SMK negeri.

b) Proses Pembelajaran

Nilai rata-rata dari indikator proses pembelajaran menunjukkan kriteria

sangat optimal. Hal ini diduga karena sekolah terutama guru dalam mengajar

selalu berusaha menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif, efektif dan

efisien agar menghasilkan lulusan yang berkualitas memiliki daya saing tinggi.

Hal ini terbukti, penyimpangan dalam aspek PBM dari masing-masing SMK

swasta hanya sebesar 1.558.

Tabel 4.10
Deskripsi Manajemen Kesiswaan SMK Swasta
No Indikator Skor Skor Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah Deviasi
1. Out Put 12.52 8.54 10.53 0.663
Total 10.53
Sumber: Data Penelitian, Diolah

Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi output (lulusan) pada

SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata output

(lulusan) berada pada kategori kedua dan termasuk dalam kriteria tinggi.

Sedangkan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar deviasi yang

kecil berarti semakin mendekati nilai rata-rata, artinya output (lulusan) SMK

swasta sudah mendekati kriteria tinggi.


108

E. Manajemen Sarana dan Prasarana

Tabel 4.11
Deskripsi Manajemen Sarana Prasarana SMK Negeri
No. Indikator Skor Skor Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah Deviasi
1. Pengadaan 13.11 10.76 11.935 0.392
2. Pemeliharaan 13.22 10.95 12.085 0.378
3. Inventarisasi 17.72 14.22 15.97 0.583
Total 44.05 35.93 39.999 1.353
Sumber: Data Penelitian, Diolah

Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi sarana dan prasarana

SMK negeri. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-rata manajemen

sarana dan prasarana berada pada kategori pertama dan termasuk dalam kriteria

sangat optimal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai standar

deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti

manajemen sarana dan prasarana SMK negeri sudah mendekati kriteria sangat

optimal. Namun dalam komponen ini masih terdapat kekurangan dalam hal

pengadaan dan inventarisasi sarana prasarana. Pelaksanaan manajemen sarana dan

prasarana untuk unsur pemeliharaan mencapai taraf sangat optimal. Sedangkan

untuk aspek pengadaan dan inventarisasi hanya berkriteria optimal. Secara lebih

rinci deskripsi manajemen sarana dan prasarana adalah seperti berikut ini :

a) Pengadaan

Kritria ideal yang diterima dari skor rata-rata diatas, jika dianalisis artinya

SMK negeri pada aspek pengadaan sarana dan prasarana seperti halnya membeli

perlengkapan untuk kebutuhan sekolah dalam taraf wajar-wajar saja. Karena pada

aspek pengadaan sarpras, SMK negeri tidak membutuhkan sarpras yang baru,

sehingga pembelian sarpras tidak diutamakan dalam anggaran belanja sekolah.


109

Keterangan diatas mengindikasikan masih adanya kelemahan pada indikator

pengadaan sarpras. Terbukti, penyimpangan dalam aspek pengadaan sarana

prasarana dari masing-masing sekolah hanya sebesar 0.392.

b) Pemeliharaan

Hal ini dikarenakan SMK negeri mempunyai daya dan kemampuan lebih

untuk menjaga sarana yang ada, seperti terdapat tenaga kerja yang selalu menjaga

sarana disekolah, dan juga dana yang mencukupi untuk kegiatan pemeliharaan

sarana dan prasarana disekolah. Berbeda halnya dengan SMK swasta, disamping

kurangnya tenaga kerja untuk merawat sarana dan prasarana, mereka juga lemah

dalam pendanaan dalam pemeliharaan sarpras. Hal ini terbukti, penyimpangan

dalam aspek pemeliharaan sarana prasarana dari SMK negeri hanya sebesar 0.378.

Walaupun sudah unggul dari SMK swasta, SMK negeri harus lebih

meningkatkan kualitas dan tata cara penjagaan sarpras disekolahan. Karena jika

dilihat masih terdapat penyimpangan nilai dari skor rata-rata pada aspek

pemeliharaan. Sehingga dengan peningkatan tata cara pemeliharaan sarpras,

diharapkan umur ekonomis dari barang tersebut masih cendrung utuh atau sedikit

penyusutannya.

c) Inventarisasi

Berdasarkan pengamatan langsung sarana prasarana yang di miliki oleh

SMK Negeri umumnya dalam keadaan teratur. Hal ini terbukti, penyimpangan

dalam aspek inventarisasi sarana prasarana hanya sebesar 0.583.


110

Tabel 4.12
Deskripsi Manajemen Sarana Prasarana SMK Swasta
No. Indikator Skor Skor Rata-rata Standar
Tertinggi Terendah Deviasi
1. Pengadaan 13.75 10.00 11.875 0.625
2. Pemeliharaan 14.00 9.89 11.945 0.685
3. Inventarisasi 18.50 13.64 16.07 0.81
Total 46.25 33.53 39.89 2.21
Sumber: Data Penelitian, Diolah

Nilai rata-rata pada tabel diatas mewakili kondisi manajemen sarana dan

prasarana pada SMK swasta. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari nilai rata-

rata manajemen sarana dan prasarana berada pada kategori kedua dan termasuk

dalam kriteria optimal. Dengan standar deviasi menunjukan nilai yang kecil, nilai

standar deviasi yang kecil ini berarti semakin mendekati kriteria rata-rata, berarti

manajemen sarana dan prasarana SMK swasta sudah mendekati kriteria optimal.

Namun terdapat kekurangan dalam hal pengadaan dan pemeliharaan sarana

prasarana. Secara lebih rinci deskripsi manajemen sarana dan prasarana adalah

seperti berikut ini :

a) Pengadaan

Kritria ideal yang diterima dari skor rata-rata diatas, jika dianalisis artinya

SMK negeri pada aspek pengadaan sarana dan prasarana seperti halnya membeli

perlengkapan untuk kebutuhan sekolah dalam taraf wajar-wajar saja. Karena pada

aspek pengadaan sarpras, SMK swasta tidak membutuhkan sarpras yang baru,

sehingga pembelian sarpras tidak diutamakan dalam anggaran belanja sekolah.

Keterangan diatas mengindikasikan masih adanya kelemahan pada indikator

pengadaan sarpras. Terbukti, penyimpangan dalam aspek pengadaan sarana

prasarana dari masing-masing sekolah hanya sebesar 0.392.


111

b) Pemeliharaan

Hal ini dikarenakan SMK swasta mempunyai daya dan kemampuan lebih

untuk menjaga sarana yang ada, seperti terdapat tenaga kerja yang selalu menjaga

sarana disekolah, dan juga dana yang mencukupi untuk kegiatan pemeliharaan

sarana dan prasarana disekolah. Berbeda halnya dengan SMK negeri, disamping

kurangnya tenaga kerja untuk merawat sarana dan prasarana, SMK swasta juga

lemah dalam pendanaan dalam pemeliharaan sarpras. Hal ini terbukti,

penyimpangan dalam aspek pemeliharaan sarana prasarana dari SMK swasta

hanya sebesar 0.378.

c) Inventarisasi

Berdasarkan pengamatan langsung sarana prasarana yang di miliki oleh

SMK Negeri umumnya dalam keadaan teratur. Hal ini terbukti, penyimpangan

dalam aspek inventarisasi sarana prasarana hanya sebesar 0.583. Standar deviasi

menunjukkan perlu adanya pendataan kembali sarpras yang dimiliki sekolah.

Karena sangat rugi jika sarana yang telah dimiliki oleh sekolah hilang, dan

akhirnya system pendidikan yang ada disekolah dirugikan

Tabel 4.13
Rekapitulasi Skor Kinerja Manajemen Sekolah Negeri dan Swasta
No Variabel Penelitian SMK Negeri SMK Swasta
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah 89.745 88.2
2. Kurikulum 88.915 82.22
3. Tenaga Kependidikan 84.26 79.1
4. Kesiswaan 43.655 41.95
5. Sarana dan Prasarana 39.999 39.89
6. Output 11.46 10.53
Sumber: Data Penelitian, Diolah

Tabel 4.13 menunjukkan secara keseluruhan kinerja manajemen sekolah

antara SMK negeri dan swasta. Berdasarkan hasil penelitian skor rata-rata SMK
112

negeri pada komponen kepemimpinan kepala sekolah berjumlah 89.745 (sangat

ideal), manajemen kurikulum 88.915 (sangat optimal), manajemen tenaga

kependidikan 84.26 (sangat ideal), manajemen kesiswaan 43.655 (sangat tinggi),

dan manajemen sarana prasarana 39.999 (optimal) serta output 11.46 (tinggi).

Kemudian pada SMK swasta komponen kepemimpinan berjumlah 88.2 (sangat

ideal), manajemen kurikulum 82.22 (sangat optimal), manajemen tenaga

kependidikan 79.1 (ideal), manajemen kesiswaan 41.95 ( sangat tinggi),

manajemen sarana prasarana 39.89 (optimal), serta output 10.53 (tinggi).

Terlihat bahwa SMK negeri lebih unggul sedikit dari SMK swasta. Akan

tetapi, kriteria yang diterima baik SMK negeri maupun swasta dalam kategori

yang seimbang. Artinya, kinerja manajemen sekolah di SMK negeri dan swasta di

Kabupaten Kendal dalam kondisi maksimal sesuai dengan teori dan Permendiknas

tahun 2007.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kinerja Manajemen SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Kendal

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam hal kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolah SMK negeri

dan swasta sudah sangat optimal pada semua kompetensi, hanya pada aspek

kompetensi manajerial pada kepala sekolah negeri dan swasta belum bisa

optimal atau merupakan kelemahan pada aspek tersebut. Kelemahan dalam

aspek kompetensi manajerial dikarenakan dalam merumuskan kurikulum,

kepala sekolah belum bisa secara berkala menyesuaikan kurikulum sekolah

dengan kebutuhan dan perkembangan dunia usaha dilingkungan Kendal dan


113

sekitarnya, atau yang sering dikenal dengan kebutuhan yang berorientasi pada

pelanggan. Artinya bahwa kompetensi manajerial dalam dimensi pengelolaan

dan pengembangan kurikulum serta kegiatan pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan pelanggan dan tujuan pendidikan belum dilaksanakan oleh kepala

sekolah.

Fakta diatas disebabkan kepala sekolah belum mengadakan hubungan

kerja sama dengan perusahaan, baik perusahaan manufaktur, dagang maupun

jasa di wilayah Kabupaten Kendal. Padahal disamping untuk mengetahui

perkembangan teknologi yang digunakan oleh perusahaan dan untuk

memperbaiki kualitas kelulusan, sekolah juga dapat mengelola kelulusan agar

bisa bekerja pada perusahaan terkait. Kegiatan kerjasama hanya sebatas dalam

lingkup kegiatan praktik kerja industri (Prakerin) saja, belum mencapai tahap

kerjasama perkembangan teknologi dan pengelolaan kelulusan.

Sedangkan alasan mengapa kerjasama antara sekolah dan perusahaan

tidak terjadi, adalah karena pihak sekolah belum siap dengan tenaga pendidik

yang ada untuk mengikuti perkembangan teknologi perusahaan. Penyebab lain

adalah karena pihak perusahaan menganggap bahwa kerjasama dengan

sekolah tidak memberikan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan. Hal

ini memberi arti bahwa harus ada perbaikan pada SMK se-Kabupaten Kendal,

karena alasan diatas menunjukkan bahwa pihak sekolah dinilai belum mampu

menjamin out put yang berkualitas untuk pelanggan atau dunia usaha.

Menurut Kemenade dan Garre (2003;33) dalam Martinis Yamin

(2007;78) menyebutkan bahwa standarisasi kelulusan pendidikan


114

mempersyaratkan delapan kategori, yaitu : 1) berorientasi pada pelanggan, 2)

memiliki pengetahuan praktis dan aplikasi alat-alat total quality management

(TQM), 3) mampu membuat keputusan berdasarkan fakta, 4) memiliki

pemahaman bahwa kerja adalah suatu proses, 5) berorientasi pada kelompok,

6) komitmen untuk peningkatan terus menerus, 7) pembelajaran aktif.

Merujuk pada penelitiannya Daman (2001), bahwa pelaksanaan

manajemen sekolah harus memenuhi syarat tentang keterbukaan manajemen,

kerjasama intern dan ekstern sekolah, kemandirian dan ketercapaian sasaran

dan dampak manajemen sekolah. Pada penelitian ini, aspek yang belum

maksimal adalah kerjasama diluar (ekstern) sekolah. Kerjasama yang perlu

dilakukan pada jenjang SMK adalah kerjasama sekolah dengan dunia usaha,

karena hal ini akan berpengaruh signifikan terhadap kualitas lulusan. Jadi bisa

disimpulkan bahwa temuan dari penelitian ini tidak konsisten dengan apa yang

dikatakan oleh Daman. Hal ini dikarenakan kepala sekolah belum bisa

mengelola pengembangan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dunia usaha.

Sementara itu, temuan pada SMK swasta adalah terdapat kelemahan

pada kompetensi supervisi, hal ini terjadi karena kepala sekolah tidak

maksimal dalam mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas, tidak

memantau secara berkala perkembangan peserta didik, dan belum bisa

memberikan tugas dan tanggungjawab kepada bawahannya yang sesuai

dengan latar belakang pendidikannya. Kepala sekolah hanya memberikan

tugas-tugas sekolah kepada orang-orang kepercayaannya saja, sehingga

profesionalitas didalam sekolah tidak bisa tercipta.


115

Penyebab dari fakta diatas adalah kepala sekolah mengganggap bahwa

guru yang mengajar dikelas sudah memiliki kemampuan yang maksimal,

sehingga dibiarkan saja dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dikelas.

Padahal sebenarnya masih banyak guru tidak berkualitas dalam KBM. Seperti

kurang tepatnya metode pembelajaran dengan pokok bahasan, tidak tepatnya

penanganan masalah dalam kelas dan kurang bisa memotivasi peserta didik

dalam belajar. Sedangkan penyebab ketidaksesuaian pemberian

tanggungjawab dari kepala sekolah kepada bawahannya adalah kurangnya

tenaga pendidik yang ada dalam sekolah, sehingga hanya orang yang

dipercaya kepala sekolah saja yang digunakan untuk memegang mata

pelajaran yang sebenarnya tidak sesuai dengan keahlian dan profesionalitas.

Upaya untuk meningkatkan kompetensi supervisi dapat dilakukan

dengan upaya pendayagunaan SDM adalah upaya-upaya memanfaatkan

pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan potensi serta sikap SDM yang

ada di sekolah maupun masyarakat secara optimal untuk mencapai tujuan yang

telah disepakati bersama. Pendayagunaan SDM ini dapat dilakukan dengan:

a) Mengidentifikasi tugas yang harus dikerjakan;

b) Mengidentifikasi kemampuan, minat dan sikap SDM yang ada;

c) Mengupayakan agar tugas-tugas dilaksanakan oleh tenaga yang sesuai

dengan latar belakang pendidikan, pengalaman dan sikap seseorang

dengan mnggunakan moto ”the right man on the right place”;

d) Merumuskan tugas dan tanggung jawab (pembagian kerja secara

individual maupun secara kelompok) dengan koordinasi yang memadai;


116

e) Intensifkan komunikasi antara pimpinan dan staf dan sesama staf untuk

mendiskusikan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab bersama maupun

tanggung jawab masing-masing;

f) Lakukan supervisi secara berkala dan sampaikan umpan balik dari hasil

supervisi dengan segera.

2. Manajemen Kurikulum

Secara keseluruhan berdasarkan hasil analisis angket penelitian,

pelaksanaan manajemen kurikulum di SMK negeri dan swasta memperoleh

kriteria sangat optimal. Karena kurikulum yang di terapkan di semua SMK

negeri dan swasta adalah kurikulum KTSP. Pelaksanaan kurikulum KTSP

berdasarkan Permendiknas tahun 2007 No.22 dan No.23 tentang standar isi

dan standar kompetensi lulusan. Indikator lain seperti kalender pendidikan,

program pembelajaran, penilaian hasil belajar dan peraturan akademik yang

dipakai juga telah dilaksanakan dengan sangat optimal.

Seperti yang dikatakan oleh Yusufhadi (2004:732), penguasaan atas

tujuan belajar dalam kurikulum harus diusahakan tidak hanya pada jenjang

yang rendah. Dalam ranah kognitif misalnya, penguasaan itu tidak cukup pada

kemampuan untuk mengingat dengan menyebutkan, mengidentifikasi, dan

mengulang, melainkan pada jenjang kognitif yang lebih tinggi seperti

kemampuan menganalisis, menilai, dan mencipta. Dalam ranah afektif tujuan

tidak hanya pada jenjang pengenalan dan pemberian respons, melainkan pada

jenjang pengorganisasian dan pengamalan.


117

Akan tetapi di SMK swasta ada kelemahan pada indikator kalender

pendidikan (kaldik). Kelemahan ini dikarenakan dalam memberikan kontrol

terhadap pelaksanaan kegiatan kaldik kurang maksimal diterapkan. Penyebab

dari lemahnya pelaksanaan kontrol terhadap kegiatan kaldik adalah kurang

jelasnya peran pihak yang bertanggung jawab atas kontrol kegiatan kaldik.

Ketidakjelasan ini terjadi karena sekolah tidak pernah memberi wewenang

kepada salah satu tenaga kependidikannya untuk mengawasi dan mengontrol

keberlangsungan kegiatan kaldik.

Sebagai contoh kegagalan dalam kaldik yaitu ; 1) pelaksanaan ujian

nasional sering mengalami ketidaktepatan, sehingga mengakibatkan

konsentrasi persiapan belajar siswa terganggu, 2) masih banyak guru yang

tidak masuk pada awal tahun ajaran, sehingga mengakibatkan banyak waktu

yang kosong terbuang. Hal ini yang membuat tujuan belajar belum tercapai

sesuai dengan yang dirumuskan oleh Yusufhadi.

Menurut Yuliningtias (2008:150) bahwa salah satu ketercapaian tujuan

pendidikan adalah pelaksanaan kaldik dengan tepat sesuai dengan yang

direncanakan. Jika kegiatan pendidikan yang terjadi terlepas dari rambu-

rambu kaldik, maka dimungkinkan sekolah akan melenceng dari tujuan awal

yang telah ditetapkan. Kalaupun tidak melenceng, dapat dipastikan mengalami

keterlambatan dalam pencapaian tujuan.

Mengacu pada penelitian tersebut, maka kaldik pada SMK swasta tidak

konsisten. Hal ini dikarenakan tingkat kontrol terhadap kaldik masih lemah,

dan perencanaan kaldik belum secara keseluruhan disesuaikan dengan


118

perencanaan tujuan sekolah, baik jangka pendek, menengah dan jangka

panjang.

3. Manajemen Tenaga Kependidikan

Pelaksanaan ke-enam manajemen tenaga kependidikan yang meliputi

wakil kepala sekolah, guru, konselor, pustakawan, laborat, dan tenaga

administrasi secara keseluruhan memperoleh kriteria sangat ideal. Sekolah

memiliki tenaga kependidikan yang lengkap, seperti wakil kepala sekolah,

guru bidang studi, konselor, pustakawan, laborat dan tenaga administrasi.

Akan tetapi masih terdapat kelemahan pada tenaga pustakawan dan laborat.

Diungkapkan oleh Suprihatin (2004:42) agar para personel atau tenaga

kependidikan dapat melaksanakan tugasnya secara tepat guna, berdaya guna

dan berhasil guna, mereka perlu ditata berdasarkan prinsip ”The right man on

the right place”, dengan memperhatikan latar belakang pendidikan,

ijazah/keahliannya, dan interes kerjanya. Hal ini tidak konsisten dengan tenaga

laborat dan pustakawan dimasing-masing sekolah.

Fakta diatas terjadi karena pada SMK negeri dan swasta belum

mempunyai kualifikasi akademik yang memadai untuk tenaga laborat dan

pustakawan. Sehingga untuk alokasi tenaga laborat masih dipegang secara

rangkap oleh guru masing-masing bidang studi. Sedangkan untuk pustakawan,

belum sesuai dengan bidang keahliannya. Padahal seharusnya sekolah

menempatkan tenaga khusus untuk fokus pada tugas laborat dan tugas

pengelolaan perpustakaan. Temuan peneliti perihal tersebut masih terkait soal

kurangnya dana untuk menggaji tenaga laborat dan pustakawan.


119

4. Manajemen Kesiswaan

Secara keseluruhan skor manajemen kesiswaan yang meliputi indikator

in put dan Proses Belajar Mengajar (PBM) mempunyai kriteria sangat tinggi

kriteria yang dimiliki oleh masing-masing SMK menunjukkan bahwa sekolah

telah berusaha maksimal dalam menyaring siswa baru dan telah optimal dalam

menciptakan kondisi belajar mengajar.

Temuan ini sesuai dengan teori input-process-output yang disampaikan

oleh Suparlan dkk bahwa elemen-elemen sekolah dianggap sebagai suatu

sistem. Sistem dimana antara masing-masing unsur akan saling berpengaruh.

Artinya terjadi hubungan kausalitas/sebab-akibat yang cukup signifikan.

Lebih lanjut Suparlan menggariskan salah satu indikator keberhasilan

MBS pada aspek peserta didik adalah dengan adanya kemampuan

pengembangan potensi. Artinya, jikalau sekolah swasta mengintensifkan

pegembangan potensi maka kelemahan tersebut akan dapat diatasi. Beberapa

upaya diantaranya dengan melakukan variasi pembelajaran dengan

mengkolaborasikan dengan media pembelajaran yang tepat dan efektif.

Jasman (2002) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat

pengaruh signifikan pada manajemen proses pembelajaran terhadap kualitas

penyelenggaraan pendidikan. Temuan Jasman menunjukkan bahwa proses

pembelajaran tanpa dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan kualitas

pendidikan yang rendah. Jika alasan sekolah untuk proses pembelajaran

kurang optimal dikarenakan dari in putnya kurang baik atau tidak berkualitas,

maka alasan tersebut harus ditolak. Karena proses pembelajaran yang


120

berkualitas datangnya dari manajemen proses pembelajaran yang berkualitas

pula. Dalam manajemen kesesiswaan baik negeri maupun swasta, telah

konsisten dengan apa yang dikatakan oleh Jasman.

5. Aspek Out Put (Lulusan)

Pada aspek lulusan rata-rata yang diperoleh antara SMK negeri dan

swasta dengan kriteria tinggi. Artinya walaupun tidak berkriteria sangat tinggi,

baik SMK negeri maupun swasta para lulusannya telah banyak memasuki

dunia usaha, namun demikian belum secara keseluruhan SMK se-Kabupaten

Kendal para lulusannya terserap dalam dunia usaha. Bagi yang belum bisa

bekerja karena belum diterima di industri tertentu, untuk menghindari

pengangguran mereka menutupi permasalahan tersebut dengan berwirausaha

dan melanjutkan ke perguruan tinggi.

6. Manajemen Sarana dan Prasarana (Sarpras)

Manajemen sarana dan prasarana sekolah di maksudkan agar sarana

prasarana pendidikan tetap memberikan kontribusi secara optimal dalam

proses pendidikan. Hal-hal yang terkait dengan pengelolaan sarana prasarana,

menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan dibantu oleh wakil kepala sekolah

bidang sarana prasarana.

Menurut Bafadal (2003:5) secara umum, tujuan manajemen

perlengkapan sekolah adalah memberikan layanan secara profesional di

bidang saran prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses

pendidikan secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah untuk mengupayakan


121

pengadaan sarana dan prasarana pendidikan malalui sistem perencanaan dan

pengadaan yang hati-hati dan seksama, untuk mengupayakan pemakaian

sarana dan prasarana sekolah secar tepat dan efisien, dan untuk mengupayakan

pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah sehingga keberadaannya selalu

dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personil sekolah.

Pada SMK negeri, pelaksanaan yang menjadi titik lemah manajemen

sarana dan prasarana (sarpras) adalah pada pengadaan dan inventarisasi

sarpras. Sedangkan SMK swasta memiliki kelemahan pada pengadaan dan

pemeliharaan. Dalam hal pengadaaan, SMK negeri mempunyai dua alasan

untukmenjawab ketidak optimalan dalam pengadaan sarpras. 1) kurangannya

dana untuk membeli sarpras, dan 2) tidak membutuhkan sarana yang baru.

Sedangkan pada SMK swasta, terjadi ketidakoptimalan dikarenakan tidak

mempunyai dana untuk pembelian sarpras. Begitu juga dengan tidak

maksimalnya inventarisasi sarpras pada SMK negeri dan pemeliharaan sarpras

pada SMK swasta, kedua-duanya didasari dengan alasan kurangnya biaya

dalam kegiatan tersebut.


122

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan analisis data yang telah diuraikan pada bab IV,

dapat disimpulkan bahwa pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan

swasta se-kabupaten Kendal memiliki kinerja manajemen sekolah sebagai berikut:

1. Aspek Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah pada SMK negeri dan swasta memiliki

kriteria sangat ideal. Akan tetapi antara SMK negeri dan swasta memiliki

kekurangan yang sama dalam kompetensi manajerial dengan kritria ideal. Hal

ini dikarenakan dalam merumuskan kurikulum, kepala sekolah belum bisa

menyesuiakan dengan kebutuhan dan perkembangan dunia usaha, sehingga

iklim inovatif disekolahan tidak berkembang.

Sedangkan kelemahan lainnya pada SMK swasta terdapat pada

kompetensi supervisi. hal ini terjadi karena kepala sekolah tidak maksimal

dalam mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas, sehingga tenaga pendidik

dan siswa tidak terpantau perkembangannya.

2. Aspek manajemen kurikulum

Manajemen kurikulum di SMK negeri dan swasta berkriteria sangat

optimal. Namun pada SMK swasta terdapat kriteria yang belum maksimal,

yaitu pada aspek kalender pendidikan dengan kriteria sesuai. Hal ini

dikarenakan dalam memberikan kontrol terhadap pelaksanaan kegiatan kaldik


123

kurang maksimal diterapkan, sehingga tujuan belajar belum bisa tercapai

secara dengan baik.

3. Pada aspek manajemen tenaga kependidikan

Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan secara keseluruhan

memperoleh kriteria sangat ideal. Namun, baik SMK negeri dan swasta sama-

sama memiliki kekurangan pada tenaga laboratorium dan pustakawan, fakta

ini dikarenakan rata-rata background pendidikan laboratorium dan

pustakawan tidak sesuai dengan profesinya.

4. Pada aspek manajemen kesiswaan

Manajemen kesiswaan yang meliputi indikator in put dan Proses

Belajar Mengajar (PBM) mempunyai kriteria sangat tinggi. SMK negeri

memiliki input yang sedikit lebih bagus kualitasnya dari pada SMK swasta,

hal ini disebabkan SMK swasta mendapatkan input dari siswa yang belum

mendapat kesempatan diterima pada SMK negeri. Sedangkan indikator PBM

tercatat sudah maksimal dilaksanakan.

5. Pada aspek out put (lulusan)

Aspek out put (lulusan) dalam manajemen kesiswaan rata-rata skor

yang diperoleh antara SMK negeri dan swasta dengan kriteria tinggi. Kriteria

tersebut dikarenakan belum semua tamatan terserap oleh lowongan kerja yang

ada, walaupun sebenarnya sebagian besar telah dapat bekerja.

6. Aspek manajemen sarana prasarana

Manajemen sarana prasarana memiliki skor rata-rata dengan kriteria

optimal. Namun pada SMK negeri belum maksimal pada indikator pengadaan
124

dan inventarisasi sarpras, sedangkan SMK swasta pada indikator pengadaan

dan pemeliharaan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dari penelitian ini dapat diajukan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Pada aspek kepemimpinan kepala sekolah, saran yang dapat diajukan adalah :

a. Baik kepala SMK negeri maupun swasta hendaknya meningkatkan

kompetensi manajerial, dengan selalu membuat kurikulum yang sesuai

kebutuhan pelanggan atau dunia usaha. Upaya ini agar kegiatan belajar

mencapai titik efektif dan efisien.

b. Untuk SMK swasta disarankan pada kompetensi supervisi, kepala sekolah

hendaknya mengarahkan, mengkoordinasi, membantu dan membimbing

tenaga kependidikan. Agar dapat memperbaiki kualitas peserta didik

dengan mengoptimalkan proses pelajar mengajar.

2. Aspek manajemen kurikulum di SMK swasta hendaknya lebih ditingkatkan

dalam hal Kalender Pendidikan (kaldik). Yaitu dengan membuat kaldik sesuai

tujuan pendidikan ditingkat sekolah maupun ditingkat nasional dan

dilaksanakan disertai kontrol yang ketat sesuai dengan apa yang telah

direncanakan sebelumnya.

3. Dalam aspek tenaga kependidikan, hendaknya perekrutan karyawan

laboratorium dan pustakawan harus disesuaikan background pendidikan

dengan profesi yang akan ditekuninya.


125

4. Aspek out put atau lulusan, hendaknya sekolah mengadakan kontrak

perjanjian dengan perusahaan-perusahaan didalam wilayah Kendal maupun

diluar Kendal untuk memberi informasi tentang teknologi mutakhir yang

digunakan agar sekolah dapat menyesuaikan melalui kurikulumnya, sehingga

para lulusan tidak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan yang disyaratkan oleh

perusahaan untuk bekerja.

5. Pada aspek manajemen sarana prasarana, disarankan :

a. Hendaknya SMK negeri untuk meningkatkan usahanya dalam pengadaan

sarpras untuk mendukung kegiatan belajar. Kemudian pada aspek

inventarisasi hendaknya menata dan mencatat kembali sarana prasarana

yang telah dimiliki agar bisa terjaga dan termonitor keberadaannya.

b. Untuk SMK swasta disarankan untuk meningkatkan usahanya dalam

pengadaan sarpras guna mendukung kegiatan belajar. Kemudian pada

aspek pemeliharaaan ditingkatkan supaya sarana prasarana yang dimiliki

disekolah bisa mendukung proses pendidikan.


126

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Helmi. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)


dan Kemungkinan Penerapannya. Kota Padang Panjang

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta : Rajawali


Press

Azwar, Saifudin. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

As’ad, Mohamad.. 2000. Ilmu Sumber Daya Manusia: Psikologi Industri. Edisi
IV. Yogyakarta: Liberty

Ali, Muhammad. 1993. Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Arsika Sari, Andini. 2008. Analisis kinerja manajemen kurikulum, kependidikan


(personalia), kesiswaan, sarana dan prasarana sekolah di SMA se
kabupaten Jepara. Skripsi. Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta:


PT. Bumi Aksara

Daman. 2001. Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah


(MPMBS) di SLTP Kota Semarang. Laporan Penelitian, FIP Unnes.

Depdiknas. 2002 . Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:


Buku I Konsep dan Pelaksanaan

Fattah, Nanang. 2003. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya

Handoko, Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta : BPFE

Hamonangan, S. 2004. Kesiapan Pengelolaan dan Pengembangan Manajemen


Berbasis Sekolah (MBS) dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah di
Kabupaten Grobogan. Semarang: Sari Penelitian-Lemlit UNNES.

Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta. PT Gramedia


Pustaka Utama.

Indarno, Jasman. 2002. Konstribusi Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah


terhadap Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tingkat Dasar di Jawa
Tengah. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
127

Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Morphy, Ivery. 2005. Efisiensi Manajemen Pendidikan Untuk Peningkatan Mutu


SMK. Jurnal Guru N0. 02 Volume 02 Desember 2005. Kota Padang
Panjang

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Fajar


Interpratama Offset

Menteri Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.


Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Mangkunegara, A.P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Mathis, Robert L & John H. Jackson. 2002 . Manajemen Sumber daya Manusia
Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Margono, S. 2000 . Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia

Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Grasindo

Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung : PT. Tarsito

Suprihatin. 2004. Manajemen Sekolah. Semarang : UNNES PRESS

Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu


Pendidikan. Bandung : ALFABETA

Setiyowati, Novia. 2008. Daya Tarik Iklan Produk Rokok Gudang Garam Merah
di Media Televisi. Skripsi. Fakultas Ekonomi Univrsitas Islam Indonesia.

Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta :


Gaung Persada Press Jakarta

Yulinintiyas, Sri. 2008. Analisis Portofolio Kinerja Manajemen Madrasah (MA)


Negeri dan Swasta se-Kabupaten Rembang. Skripsi. Semarang ;
Universitas Negeri Semarang (UNNES)

You might also like