Professional Documents
Culture Documents
JURNAL BISNIS
Bandarlampung ISSN
dan Vol. 6 No.3 Hal. 333-429
Mei 2010 1411 - 9366
MANAJEMEN
Volume 6 No. 3, Mei 2010 ISSN 1411 - 9366
TIM REDAKSI
Jumal Bisnis dan Manajemen merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan tiga kali
setahun oleh Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, berisikan
ringkasan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.
Volume 6 No. 3, Mei 2010 ISSN 1411 - 9366
DAFTAR ISI
Roslina 1
ABSTRAK
Citra merek (brand image) digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi suatu
produk ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang
suatu produk. Konsumen cenderung akan memilih produk yang telah terkenal
dan digunakan oleh banyak orang daripada produk yang belum dikenalnya.
Citra merek memiliki tiga dimensi, yaitu: citra perusahaan (corporate image), citra
produk (product image) dan citra negara yang menghasilkan suatu produk
(country of origin image). Ketika konsumen mengevaluasi citra merek suatu
produk, konsumen juga mengevaluasi kualitas produk, perusahaan yang
menghasilkan serta negara penghasil produk tersebut.
Citra merek dibentuk oleh berbagai elemen identitas merek (brand identity)
dengan iklan sebagai salah satu media terpenting untuk memberikan informasi
kepada konsumen dan menempatkan merek di pikiran konsumen.
Semakin banyak merek yang berada di pasar untuk satu jenis produk
memberikan alternatif pilihan kepada konsumen. Konsumen pada umumnya
akan mengevaluasi produk dengan membandingkan kualitas, harga, serta
merek sebelum melakukan suatu pembelian. Pada umumnya konsumen akan
memilih suatu produk yang telah mereka kenal daripada produk yang tidak
pernah mereka ketahui.
1
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung
Citra merek berfokus pada dua perspektif, yaitu perusahaan dan
konsumen. Pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan berhubungan langsung
dengan perbaikan aktivitas pemasaran serta strategi menempatkan (positioning)
dan memelihara (retaining) citra merek yang positif.
Pendekatan konsumen didasarkan pada sikap konsumen dalam
menginterpretasi citra merek dan ekuitas merek. Pentingnya suatu merek di
pasar dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mengevaluasi fakta
tentang bagaimana konsumen menginterpretasikan citra dari suatu merek dan
kemampuan perusahaan untuk mengelola strategi penempatan merek, yang
menyatakan ekuitas merek kepada konsumen.
Citra merek dapat dipersepsikan secara positif maupun negatif oleh
konsumen. Hal ini tergantung dari memori serta pengalaman konsumen
terhadap suatu merek. Jika konsumen memiliki pengalaman yang baik serta
menyenangkan terhadap merek suatu produk maka hal tersebut akan terekan
dalam memori dan konsumen akan mempersepsikan produk tersebut secara
positif, demikian juga sebaiknya.
334
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
335
perusahaan yang menghasilkan barang atau menyediakan jasa untuk
konsumen.
Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa citra perusahaan
perusahaan dihasilkan oleh berbagai aktivitas yang dilakukan perusahaan yang
pada akhirnya akan menimbulkan keyakinan konsumen terhadap organisasi
atau perusahaan tersebut.
Citra juga perusahaan merujuk kepada asosiasi konsumen. Kontak
konsumen dengan organisasi secara langsung atau tidak langsung akan
mempengaruhi kekuatan atau eksistensi asosiasi tersebut.
Citra perusahaan dipersepsikan oleh eksternal stakeholder. Persepsi
tersebut dapat positif maupun negatif, tergantung kepada pengalaman eksternal
stakeholder tersebut dengan perusahaan.
Keller (2000) dalam Alwi dan Da Silva (2007:219) menyatakan bahwa
citra perusahaan dapat menyebabkan terjadinya asosiasi antara produk dengan
atribut atau manfaat (konsumen lebih menyukai kualitas atau inovasi dari
produk), orang dan hubungan atau orientasi konsumen, program dan nilai
(tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan tanggung jawab sosial),
kredibilitas perusahaan (perusahan terlihat lebih ahli, dapat dipercaya, dan
menyenangkan). Kontak yang terjadi antara konsumen dengan perusahaan
secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi eksistensi atau
kekuatan asosiasi tersebut.
Keller (2000) dalam Alwi dan Da Silva (2007:219) mengemukakan
bahwa citra merek perusahaan (corporate brand image) tergantung pada beberapa
faktor, yaitu; (1) produk yang dibuat oleh perusahaan, (2) kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan, dan (3) cara perusahaan berkomunikasi dengan
konsumen.
Smith (1993) dalam Abratt dan Mofokeng (2001:369) menyatakan bahwa
empat area yang membentuk citra perusahaan (corporate image), yaitu (1) produk
atau jasa, termasuk kualitas produk dan keperdulian terhadap konsumen, (2)
tanggung jawab sosial, kenggotaan perusahaan, perilaku etis, dan masalah
kemasyarakatan, (3) lingkungan, termasuk kantor, showroom dan pabrik, dan (4)
komunikasi termasuk periklanan, hubungan masyarakat, komunikasi personal,
brosur, dan program identitas perusahaan (corporate identity program).
Citra merek perusahaan sangat penting dan berhubungan dengan
reputasi perusahaan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bergstrom et al
dalam Alwi dan da Silva (2007:220) yang menyatakan bahwa merek perusahaan
dan reputasi pada dasarnya merupakan aset tak berwujud dari suatu
perusahaan dan memiliki hubungan yang dekat. Davis et al (2003) dalam artikel
yang sama menyatakan bahwa kepuasan konsumen akan mendorong kinerja
dan mengubah citra sebagaimana digambarkan dalam rantai reputasi
perusahaan (corporate reputation chain) pada gambar 1.
336
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Loyalty
Sales
337
Yu dan Kincade (2001:30) mendefinisikan citra produk sebagai
kombinasi berbagai atribut seperti harga, nama toko, negara penghasil suatu
produk dan produk. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa
citra produk disebabkan oleh atribut-atribut yang dimiliki oleh produk dan
dinilai serta diingat oleh konsumen.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menemukan bahwa atribut
produk atau kinerja informasi sangat penting dalam proses pembuatan
keputusan oleh konsumen. Martin (1971) dalam Yu dan Kincade (2001:33)
menemukan bahwa 67 persen partisipan mengindikasikan bahwa informasi
tentang atribut produk merupakan faktor utama yang menentukan dalam
pembelian produk pakaian.
338
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Brand identity
Signal Brand
transmitted Image
Other sources of
inspiration:
- Mimicry
- Opportunism Competition
- Idealism and
Noise
339
Pada berbagai tingkat yang menyangkut pemasaran citra, periklanan
dikenal sebagai salah satu komponen utama yang menciptakan citra. Fungsi
dari periklanan adalah untuk menciptakan simbol dan citra tentang suatu
produk yang akan mengakibatkan adanya hubungan antara merek dengan
konsumen.
Peran periklanan sangat penting dan tidak dapat dikesampingkan karena
periklanan membantu mengembangkan pengenalan merek, kesadaran dan citra
yang pada akhirnya memperkuat kepemimpinan merek. Alba dan Marmorstein
(1987) dalam Koubaa (2008:140) menyatakan bahwa frekuensi informasi atau
informasi yang berulang akan mempengaruhi kebiasaan, kemudian akan
mempengaruhi reputasi dan pada akhirnya mempengaruhi citra dalam pikiran
konsumen. Aaker dan Joachimsthaler (2001) dalam Janonis dan Virvilait÷
(2007:81) menggambarkan proses pembentukan citra merek pada Gambar 3.
Gambar 3 menunjukkan bahwa identitas merek terbagi menjadi dua
belas katagori yang dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu merek
sebagai suatu barang ( batas suatu barang, fitur, kualitas/ekuitas, pengalaman,
konsumen, negara pemroduksi), merek sebagai perusahaan (fitur perusahaan,
orientasi lokal atau global), personality (kepribadian merek; hubungan merek
dan konsumen), dan simbol (kumpulan asosiasi visual, kiasan merek).
Dalam proses pengembangan citra merek, pemosisian merek (brand
positioning) adalah salah satu tahap yang sangat penting dalam proses
pengembangan citra merek. Pemosisian merek mengacu pada tindakan untuk
menempatkan merek suatu produk dalam pikiran pelanggan terhadap produk-
produk lain dalam bentuk atribut dan keuntungan yang ditawarkan.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara
identitas merek dengan citra merek didasarkan pada proses komunikasi, yaitu
perusahaan sebagai pengirim serta konsumen sebagai penerima, dan citra
merek terbentuk dalam pikiran konsumen sebagai akibat dari proses
komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan.
340
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Brand identity
Extended
identity
Principal
identity
Brand essence
Brand positioning
Brand image
341
Tabel 1 Model Citra Merek
Dari empat model yang terdapat pada tabel 1, tiga model ( Keller, 1998;
Hankinson dan Cowking, 1993; de Chernatony, 1989) pada dasarnya asosiasi
dapat dibagi menjadi dua katagori, yaitu asosiasi fungsional yang
menunjukkan fitur yang berwujud dari suatu barang; dan emosional atau
asosiasi simbolis yang menyatakan fitur yang tidak berwujud, menggambarkan
efek persetujuan sosial dari konsumen, ekspresi diri atau penghargaan diri.
Sedangkan penulis lainnya (Keller,1998 dan Park, 1986) menambahkan katagori
yang ketiga, yaitu pengalaman (Janonis dan Virvilait÷, 2007:79).
Model citra merek yang dikemukakan oleh Keller (1993;1998)
menambah satu katagori dari asosiasi, yaitu konsepsi merek yang
menggabungkan segala evaluasi merek yang dilakukan oleh konsumen.
Asosiasi merek mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan
strategi merek.
Keller (1998) dalam Janonis dan Virvilait÷ (2007: 80) menyatakan suatu
ide bahwa kesadaran merek terdiri dari pengenalan merek dan citra merek
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.
342
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Price
Item non-
associated
Consumer
Image
Attributes
Item
associated Brand
personality
Types of
brand
association Benefit
Functional
Feelings and
experience
Suitability of
brand
association Conception
Brand
Experience
Image
Intensity of
brand
association
Symbolic
Uniqueness
of brand
association
343
secara keseluruhan (overall brand attribute) merupakan keseluruhan evaluasi
konsumen terhadap produk.
Pada umumnya persepsi citra merek yang ada pada memori konsumen
mencakup ketiga tipe asosiasi merek tersebut. Namun demikian Hsieh, Pan, dan
Setiono (2004:252) menyatakan karena terdapatnya kompleksitas yang tinggi
apabila menggunakan semua jenis asosiasi, maka umumnya penelitian hanya
memfokuskan pada asosiasi berdasarkan manfaat sebagai elemen kunci. Dobni
dan Zinkham (1990) dalam Hsieh, Pan, dan Setiono (2004:252) menyatakan
bahwa manfaat (benefit) adalah jenis informasi yang dirasakan relevan dan
berhubungan dengan dugaan bahwa persepsi citra merek sangat subjektif dan
dibentuk berdasarkan interpretasi konsumen.
Asosiasi berdasarkan manfaat berhubungan dengan kebutuhan
konsumen. Park, Jaworski dan MacInnis (1986) dalam Hsieh, Pan dan Setiono
(2004:253) mengajukan tiga konsep, yaitu; (1) manfaat fungsional (functional
benefit), yang didesain untuk memuaskan kebutuhan konsumen dalam rangka
memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsumsi. (2) Manfaat
simbolis (symbolic benefit) didesain untuk memenuhi keinginan konsumen untuk
mempertinggi diri (self-enhancement), posisi peran (role position), keanggotaan
dalam suatu kelompok (group membership), atau identifikasi ego (ego
identification). (3) Manfaat pengalaman (experiential benefit) yang didesain untuk
memenuhi keinginan konsumen yang berkaitan dengan kesukaan sensori
(sensory pleasure), keanekaragaman (variety), dan stimulasi kognitif (cognitive
stimulation).
Keller (2008:56) menyatakan bahwa citra merek berhubungan dengan;
(1) Jenis asosiasi yang digunakan (types of brand association). Jenis asosiasi merek
yang digunakan dalam model Keller adalah atribut-atribut merek (brand
attributes), manfaat merek (brand benefit), dan konsepsi (conception). Atribut
merek (brand attributs) adalah fitur deskriptif yang menjadi ciri suatu produk
atau jasa. Sedangkan manfaat merek (brand benefit) adalah nilai personal dan arti
yang diberikan oleh atribut produk atau jasa kepada konsumen. Manfaat merek
terdiri dari manfaat fungsional, manfaat simbolis, dan manfaat pengalaman.
Secara umum pengalaman secara langsung (direct experiences) menghasilkan
atribut merek dan manfaat asosiasi merek yang lebih kuat. (2) Asosiasi merek
harus disukai (favorability of brand association). Asosiasi yang disukai dapat
terjadi jika perusahaan mampu menyampaikan asosiasi tersebut. Penyampaian
tersebut ditentukan oleh tiga faktor yaitu kemampuan aktual atau potensial
suatu produk, prospek saat ini atau di masa yang akan datang untuk
mengkomunikasikan kinerja, dan keberlanjutan secara aktual dan kinerja yang
dikomunikasikan. (3) Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association).
Keunikan dapat didasarkan pada atribut yang terkait dengan produk (product
related) dan atribut yang tidak terkait dengan produk (non-product related)
ataupun manfaat. (4) Asosiasi merek yang kuat (strength of brand association).
Asosiasi merek yang kuat dapat dihasilkan oleh kedalaman berfikir seseorang
344
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
345
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D.A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on The Value of a Brand
Name. New York: The Free Press.
Abratt, Russell & Mofokeng, T.N. 2001. Development and Management of Corporate
Image in South Africa. European Journal of Marketing. Vol 35. No.3/4.
Page 368-386.
Alwi, S. F. S., & Da Silva, R. V. 2007. Online and Offline Corporate Brand Images: Do
They Differ? Corporate Reputation Review. Vol 10. No.4. Page 217-244.
Hsieh, M. H., Pan, S. L., & Setiono, R. 2004. Product-, Corporate-, and Country-
Image Dimensions and Purchase Behavior: A Multicountry Analysis.
Journal of the Academy of Marketing Science. Vol 32. No.3. Page 251-
270.
Janonis, V., & Virvilait÷, R. 2007. Brand Image Formation. Engineering Economics.
Vol 52. No.2. Page 78-90.
Janonis, V., Dovalien÷, A., & Virvilait÷, R. 2007. Engineering Economics. Vol 51.
No.1. Page 69-79.
Kapferer, J. N. 1992. Strategic Brand Management: New Approaches to Creating and
Evaluating Brand Equity. New York: The Free Press.
Keller, K. L. 2008. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing
Brand Equity. Third Edition. USA: Pearson International Edition.
Koubaa, Y. 2008. Country of Origin, Brand Image Perception, and Brand Image
Structure. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics. Vol.20. No.2.
Page 139-155.
Martínez, E., & Pina, J. M. 2003. The Nehative Impact of Brand Extension on Parent
Brand Image. Journal of Product & Brand Management. Vol 12. No.7.
Page 432-448.
Martínez, E., Polo, Y., & De Chernatony, L. 2008. Effect of Brand Extension
Strategies on Brand Image: A Comparative Study of the UK and Spanish
Markets. International Marketing Review. Vol.25. No.1. Page 107-137.
Surachman SA. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Merek. Malang: Bayumedia
Publishing.
Yu, H. J. C. & Kincade, D. H. 2001. Effects of Product Image at Three Stages of The
Consumer Decision Process for Apparel Products: Alternative Evaluation,
Purchase and Post Purchase. Journal of Fashion Marketing and
Management. Vol 5. No.1. Page 29-43.
346
ANALISIS RANDOM WALKS PADA HARGA SAHAM LQ45
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006 - 2008
Dariyus 2
ABSTRAK
Bentuk setengah kuat dari hipotesis efisiensi pasar menjaga pasar secara
seketika itu juga menyerap semua informasi yang relevan seperti itu yang
sedang terjadi di depan umum. Oleh karena itu, harga saham harian seharusnya
berfluktuasi secara random dan white noise.
Pengujian stasionaritas data dapat menggunakan uji correlogram dan uji akar
unit. Pada penelitian ini, di sajikan dua cara pengujian stasionaritas tersebut
Data historis harga saham LQ45 di Bursa efek Indonesia periode 2006 hingga
2008 di gunakan untuk menguji tingkat efisiensi pasar. Metode Box-Jenkins di
gunakan untuk memprediksi harga saham LQ45. dapat disimpulkan bahwa
data harga saham LQ45 di Bursa efek Indonesia bersifat random dan white noise.
Walaupun pengujian harga saham LQ45 terlihat signifikan, namun harga saham
LQ45 tidak dapat memprediksi perubahan harga saham LQ45 pada masa yang
akan datang.
LATAR BELAKANG
Efisiensi pasar secara langsung atau secara implisit jarang digunakan pada studi
untuk mengidentifikasi reaksi harga saham untuk memastikan adanya
pengumuman dividen (Bajaj dan Vijh 1995, 1990), pengumuman laba (Bamber
1987), pemecahan nilai nominal saham (Copeland 1979), transaksi blok yang
besar (Hohhausen, Leftwich, dan Mayers 1987: Kraus dan Stoll 1972), hak
membeli kembali penawaran dagang (Lakonishok dan Vermaelen 1990), dan
pengumuman publik yang lain (Kim dan Verrechia 1991a,b).
2
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung
Metodologi studi peristiwa digunakan untuk mengevaluasi reaksi pasar untuk
meyakinkan peristiwa-peristiwa pada perusahaan. Studi-studi yang pada
dasarnya bersifat spesifik adalah didesain untuk mengukur efisiensi pasar pada
suatu batas keyakinan dan bersama dengan peristiwa yang mendasar. Evaluasi
makro tentang efisiensi pasar dapat di bentuk dengan mencoba apakah harga
saham pada pasar modal bersifat random walk pada jangka waktu periode
tertentu.
Hipotesis dalam penulisan ini adalah diduga terdapat perilaku harga saham
LQ45 berdasarkan pada perilaku harga saham LQ45 sendiri pada periode
Januari 2006 hingga Desember 2008.
METODA PENELITIAN
Model Dasar
Model dasar data yang digunakan adalah data time series. Data time series
seringkali menunjukkan kondisi tidak stasioner pada tingkat level, namun
seringkali menunjukkan stasioner melalui proses diferensi.
Model Box-Jenkins merupakan salah satu teknik peramalan model time series
yang hanya berdasarkan perilaku data variabel yang diamati (let the data speak
for themselves). Model Box-Jenkins ini secara teknis dikenal sebagai model
autoregressive integrated moving average (ARIMA). Analisis ini berbeda dengan
model struktural baik model kausal maupun simultan dimana persamaan
model tersebut menunjukkan hubungan antara variabel-variabel ekonomi.
Alasan utama penggunaan teknik Box-Jenkins karena gerakan harga saham
seringkali sulit dijelaskan oleh teori-teori ekonomi.
348
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
untuk menentukan model yang terbaik. Model yang terpilih kemudian akan
dicek ulang dengan data historis apakah telah menggambarkan data dengan
tepat. Model terbaik akan diperoleh jika residual antara model peramalan dan
data historis kecil, didistribusikan secara random dan independen. Namun bila
model yang dipilih tidak mampu menjelaskan dengan baik maka proses
penentuan model perlu diulangi. Model Box-Jenkins ini terdiri dari beberapa
model yaitu: autoregressive (AR), moving average (MA), autoregressive-moving
average ARMA) dan autoregressive integrated moving average (ARIMA).
Model Autoregressive
Dimana:
Y = variabel dependen
Yt-1, Yt-2,Yt-p = kelambanan (lag) dari Y
еt = residual (kesalahan pengganggu)
p = tingkat AR
Dimana:
еt = residual
et-1, et-2, et-p = kelambanan (lag) dari residual
q = tingkat MA
349
Model Ma pada persamaan di atas seperti model AR kecuali bahwa variabel
dependen Y tergantung dari nilai residual sebelumnya, tidak tergantung dari
nilai variabel dependen sebelumnya. Model MA adalah model prediksi variabel
dependen Y berdasarkan kombinasi linier dari residual sebelumnya sedangkan
model AR memprediksi variabel Y didasarkan pada nilai Y sebelumnya.
Seringkali perilaku suatu data time series dapat dijelaskan dengan baik melalui
penggabungan antara model AR dan model MA. Model gabungan ini disebut
Autoregressive-Moving Average (ARMA). Secara umum, bentuk model dari
ARMA dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
Yt = β0+β1Yt-1+β2Yt-2+...+βpYt-p+α0еt+α1еt-1+α2еt-2+...+αqеt-p...... (3)
Model AR, MA dan ARMA sebelumnya mensyaratkan bahwa data time series
yang diamati mempunyai sifat stasioner. Data time series dikatakan stasioner jika
memenuhi tiga kriteria yaitu jika data time series mempunyai rata-rata, varian
dan kovarian yang konstan. Namun dalam kenyataannya data time series
seringkali tidak stasioner namun stasioner pada proses diferensi (difference).
Proses diferensi adalah suatu proses mencari perbedaan antara data satu
periode dengan periode yang lainnya secara berurutan. Data yang dihasilkan
disebut data diferensi tingkat pertama. Jika dilakukan diferensi tingkat pertama
maka akan menghasilkan data diferensi tingkat kedua dan seterusnya.
Jika data time series yang digunakan tidak stasioner dalam level maka data
tersebut kemungkinan menjadi stasioner melalui proses diferensi atau dengan
kata lain jika data tidak stasioner pada level maka perlu dibuat stasioner pada
tingkat diferensi (difference). Model dengan data yang stasioner melalui proses
differencing ini disebut model ARIMA. Dengan demikian, jika data stasioner
pada proses differencing d kali dan mengaplikasikan ARMA (p,q), maka
modelnya ARIMA (p,d,q) dimana p adalah tingkat AR, d tingkat proses
membuat data menjadi stasioner dan q merupakan tingkat MA.
Metodologi Box-Jenkin
350
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Uji Diagnosis
Tidak Ya
Prediksi
Metode sederhana yang dapat digunakan untuk menguji apakah data stasioner
atau tidak dengan melihat correlogram melalui Autocorrelation Function (ACF).
ACF menjelaskan seberapa besar korelasi data yang berurutan dalam runtut
waktu. ACF dengan demikian adalah perbandingan antara kovarian pada
kelambanan k dengan variannya. Jika ACF untuk populasi maka harus
dilakukan estimasi ACF melalui Sample Autocorrelation Function (SACF). Jika
nilai SACF pada setiap kelambanan sama dengan nol maka data adalah
stasioner. Jika sebaliknya nilai koefisien SACF relatif tinggi maka data tidak
stasioner. Sebagai aturan main kasar rule of thumb), panjangnya kelambanan
adalah sepertiga atau seperempat dari data time series yang dianalisis.
Secara formal, stasioner tidaknya suatu data time series dapat dilakukan melalui
uji statistik berdasarkan standard error (Se). Menurut Barlett, jika data time series
bersifat random sehingga bersifat stasioner maka koefisien SACF akan
mengikuti distribusi sebagai berikut:
ρk ~ N (0,1/n)
351
ρk = ± 1,96 (Se)
Jika nilai koefisien ACF (ρk) terletak di dalam interval tersebut, maka menerima
hipotesis nul (H0) bahwa ρk nilai sama dengan nol, berarti data stasioner. Tetapi
jika nilai ρk terletak diluar interval maka menolak hipotesis H0 bahwa ρk sama
dengan nol atau dengan kata lain data tidak stasioner.
Selain uji secara individual terhadap nilai koefisien ρk dapat dilakukan uji secara
serentak terhadap semua koefisien ACF sampai pada kelambanan tertentu
berdasarkan uji statistik yang dikembangkan oleh Box dan Pierce. Uji dari
keduanya dikenal uji statistik Q. Dalam sampel besar, uji statistik Q ini akan
mengikuti distribusi chi squares (χ2) dengan derajat kebebasan (df) sebesar m.
Hipotesis nul (H0) untuk uji ini adalah nilai semua koefisien SACF sampai
kelambanan tertentu sama dengan nol. Jika nilai statistik Q lebih kecil dari nilai
Q yang diperoleh dari tabel distribusi chi square (χ2) pada tingkat signifikansi
tertentu (α) maka diterima H0 yang berarti data time series adalah stasioner.
Sebaliknya data tidak stasioner jika nilai statistik Q lebih besar dari nilai tabel
distribusi chi squares (χ2).
Identifikasi Model
352
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Pada uji diagnosis, akan dipilih model yang baik dengan melihat apakah
residual yang diperoleh relatif kecil karena bersifat random (white noise).
Cara untuk melihat apakah residualnya bersifat random adalah dengan cara
menganalisis residual dengan correlogram baik melalui ACF maupun PACF.
Jika koefisien ACF maupun PACF secara individual tidak signifikan maka
residual yang didapatkan adalah bersifat random. Dengan demikian tidak perlu
lagi untuk mencari model alternatif ARIMA. Jika residual tidak bersifat white
noise maka harus kembali memilih model lain. Signifikan tidaknya koefisien
ACF dan PACF dapat dilihat melalui uji dari Barlett, Box dan Pierce maupun
Ljung-Box.
Prediksi
353
Hasil Analisis
Pengujian stasionaritas data dapat menggunakan uji correlogram dan uji akar
unit. Pada penelitian ini, di sajikan dua cara pengujian stasionaritas tersebut.
Hasilnya ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
354
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Nilai probabilitas dari lag ke-1 hingga lag ke-36 yang sangat mendekati nol,
yang berarti lebih kecil dari α = 5%. Dengan kata lain, kita menolak hipotesis nol
(bahwa data bersifat stasioner), sehingga kita simpulkan bahwa data tidak
stasioner pada level.
355
Sample: 1/02/2006 12/31/2008
Included observations: 725
.|. | .|. | 31 -0.004 0.005 10.034 1.000
.|. | .|. | 32 0.008 0.007 10.078 1.000
.|. | .|. | 33 -0.012 -0.016 10.189 1.000
.|. | .|. | 34 -0.018 -0.016 10.442 1.000
.|. | .|. | 35 0.041 0.040 11.729 1.000
.|. | .|. | 36 0.013 0.004 11.853 1.000
Nilai probabilitas dari lag ke-1 hingga lag ke-36 lebih besar dari α = 5%. Dengan
kata lain, kita menerima hipotesis nol (bahwa data bersifat stasioner), sehingga
kita simpulkan bahwa data bersifat stasioner pada turunan pertama. Uji
stasioenr juga dapat dilakukan dengan Uji akar unit. Hasil uji akar unit
ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 4. Hasil Pengujian Stasionaritas Data dengan Uji Akar Unit pada Level
Dari hasil tersebut, nilai kritis pada α = 1% adalah -3,439142 yang lebih besar
daripada nilai statistik t yang sebesar -3,028573, menunjukkan bahwa data tidak
356
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
stasioner pada tingkat level. Dan akan menjadi stasioner pada tingkat turunan
pertama, seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Hasil Pengujian Stasionaritas Data dengan Uji Akar Unit pada First
Difference
Dari hasil tersebut, nilai kritis pada α = 1% adalah -3,439155 yang lebih kecil
daripada nilai statistik t yang sebesar -26,02816, menunjukkan bahwa data
stasioner pada tingkat turunan pertama.
Model AR, MA dan ARMA sebelumnya mensyaratkan bahwa data time series
yang diamati mempunyai sifat stasioner. Data time series dikatakan stasioner
jika memenuhi tiga kriteria yaitu jika data time series mempunyai rata-rata,
varian dank ovarian yang konstan. Namun dalam kenyataannya data time
series seringkali tidak stasioner namun stasioner pada proses diferensi
(difference). Proses diferensi adalah suatu proses mencari perbedaan antara data
357
satu periode dengan periode yang lainnya secara berurutan. Data yang
dihasilkan disebut data diferensi tingkat pertama.
Data time series yang dianalisis dalam penelitian ini tidak stasioner dalam level
namun data tersebut menjadi stasioner melalui prosese diferensi. Model dengan
data yang stasioner melalui proses differencing ini disebut model ARIMA.
Dengan demikian, jika data stasioner pada proses differencing d kali dan
mengaplikasikan ARMA (p,q), maka modelnya ARIMA (p,d,q) dimana p adalah
tingkat AR, d tingkat proses membuat data menjadi stasioner dan q merupakan
tingkat MA.
Nilai kritis statistik t uji dua sisi pada α = 1%, α = 5% dan α = 10% dengan df 724
maupun 723 masing-masing adalah 2,576; 1,960 dan 1,645. Pada model ARIMA
(1,1,0), konstanta signifikan sedangkan koefisien AR(1) tidak signifikan. Begitu
pula pada model ARIMA (0,1,1), konstanta signifikan sedangkan koefisien
MA(1) tidak signifikan. Pada model ARIMA (1,1,1) konstanta signifikan dan
koefisien AR(1) dan MA(1) juga signifikan. Berdasarkan goodness of fit maka ada
satu model yang lebih baik yaitu ARIMA (1,1,1). Hal ini juga dapat dilihat dari
nilai F maupun koefisien determinasi.
358
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
4000
2000
0
4000
-2000
2000
-4000
0
-6000
-2000
-4000
-6000
06:07 07:01 07:07 08:01 08:07
Nilai ACF dan PACF dari residual model ARIMA (1,1,1) ditampilkan pada tabel
6 dengan panjang kelambanan 30.
Tabel 7. Nilai ACF dan PACF Residual dari Model ARIMA (1,1,1)
359
Sample: 1/04/2006 10/13/2008
Included observations: 724
.|. | .|. | 11 -0.005 -0.005 2.7719 0.973
.|. | .|. | 12 -0.001 0.001 2.7724 0.986
.|. | .|. | 13 0.010 0.010 2.8417 0.993
.|. | .|. | 14 0.019 0.017 3.1048 0.995
.|. | .|. | 15 -0.010 -0.011 3.1834 0.997
.|. | .|. | 16 0.022 0.024 3.5418 0.998
.|. | .|. | 17 0.002 0.001 3.5436 0.999
.|. | .|. | 18 -0.023 -0.023 3.9222 0.999
.|. | .|. | 19 0.013 0.015 4.0474 0.999
.|. | .|. | 20 -0.014 -0.017 4.2029 1.000
.|. | .|. | 21 -0.011 -0.011 4.2968 1.000
.|. | .|. | 22 0.021 0.023 4.6220 1.000
.|. | .|. | 23 0.044 0.043 6.1012 0.999
.|. | .|. | 24 0.004 0.004 6.1141 1.000
.|. | .|. | 25 0.026 0.032 6.6376 1.000
.|. | .|. | 26 0.002 -0.001 6.6394 1.000
.|. | .|. | 27 -0.028 -0.031 7.2385 1.000
.|. | .|. | 28 -0.020 -0.019 7.5498 1.000
.|. | .|. | 29 0.013 0.010 7.6831 1.000
.|. | .|. | 30 -0.016 -0.017 7.8741 1.000
Uji secara serempak sampai pada kelambanan tertentu berdasarkan uji statistik
Ljung-Box menunjukkan bahwa nilai statistik Ljung-Box sampai pada
kelambanan 30 adalah 7,8741, hal ini terlihat pada nilai Q-Statistik pada
kelambanan 30. Sedangkan nilai statistik χ2 dengan df sebesar 30 pada α = 5%
adalah 43,7729. ketidaksignifikan semua nilai koefisien ACF pada kelambanan
30 dapat dilihat juga dari nilai probabilitas statistik Ljung-Box yakni sebesar
1,000 atau pada α = 100%. Kesimpulan dari analisis correlogram baik ACF dan
PACF ini menunjukkan bahwa residual yang diestimasi dari persamaan model
ARIMA (1,1,1) merupakan residual yang white noise dan random sehingga pada
penelitian ini tidak perlu lagi untuk mencari model alternatif yang lain.
360
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Squares Error (RMSE), Mean Absolute Error (MAE) atau Mean Absolute Percentage
Error (MAPE).
8000
Forecast: AVERAGEF
7000 Actual: AVERAGE
Forecast sample: 1/02/2006 12/31/2008
6000 Adjusted sample: 1/04/2006 10/14/2008
Included observations: 724
5000
0
06:07 07:01 07:07 08:01 08:07
AVERAGEF
Simpulan
Data historis harga saham LQ45 di Bursa efek Indonesia periode 2006 hingga
2008 di gunakan untuk menguji tingkat efisiensi pasar. Metode Box-Jenkins di
gunakan untuk memprediksi harga saham LQ45. dapat disimpulkan bahwa
data harga saham LQ45 di Bursa efek Indonesia bersifat random dan white noise.
Walaupun pengujian harga saham LQ45 terlihat signifikan, namun harga saham
LQ45 tidak dapat memprediksi perubahan harga saham LQ45 pada masa yang
akan datang.
Saran
361
DAFTAR PUSTAKA
Fama, Eugene F. Random Walk in Stock Market Prices, Financial Anaysts Journal,
January-February 1995; 51,1; ABI/INFORM Global.
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis.
Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta. Yogyakarta.
362
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI BIOETANOL
BERBASIS UBI KAYU DI LAMPUNG TENGAH
ABSTRAK
To reduce dependence on imports and fuel oil (BBM), the government has tried
to issue a policy development and use of alternative fuels. One alternative is to
bioethanol fuel made from vegetable materials which can be updated. Lampung
is the cassava producing provinces and Indonesia's largest sugar cane. To meet
the needs of raw materials required ethanol agro-industry development strategy
appropriate bioethanol, so that the raw materials used to bioethanol does not
interfere with food security in Lampung in particular and Indonesia in general.
Agroindustry bioethanol in Lampung feasible to be developed using the
assumption economic life of the project that is 20 years and a production
capacity of 33 thousand KL / year produced 20.83% IRR and NPV 223 062 309
381. The SWOT analysis indicates that the development of bioethanol industry is
better done in a medium-scale industries that involve the community using
simple technology assisted the government in terms of marketing and financing
that is expected to increase the income of cassava farmers
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan dan konsumsi bahan bakar minyak bumi dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Menurut Hayun (2008), kebutuhan BBM pada tahun 2010
diperkirakan mencapai 97.100.000 kiloliter dan yang harus diimpor sekitar
52.600.000 kiloliter, sementara produksi minyak dan gas dunia terus menurun
(rata-rata 4-6% pertahun) (Lucas et al., 2007). Sejak tahun 2006 diperkirakan
cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam kurun waktu 21 tahun
3
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung/mahasiswa S3 IPB
4
Guru Besar Teknologi Industri Pertanian, FATETA – IPB
5
Dosen Senior Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA – IPB
6
Dosen Senior Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA – IPB
7
Peneliti Senior dan Mantan Peneliti BALITRO
kedepan (Yusgiantoro, 2006) dan bahkan menurut Said U (2006) hanya tinggal
12 tahun lagi jika tidak ditemukan sumber-sumber cadangan energi baru. Data
BPS (2007) menunjukkan bahwa pada tahun 1996 konsumsi minyak tanah
adalah 3,1 liter/bulan per kepala, tahun 1999 menjadi 3,5 liter/bulan per
kepala, dan pada tahun 2008 konsumsi minyak tanah mencapai 3,75 liter/bulan
per kepala. Peningkatan konsumsi minyak tanah menjadikan beban subsidi
pemerintah untuk bahan bakar minyak bertambah, bersamaan meningkatnya
harga minyak bumi dunia. Konsumsi, produksi, impor minyak dan proyeksi
kebutuhan minyak tanah Indonesia tahun 1998 – 2008 disajikan pada Gambar 1
dan 2.
12,455 12,283
11,324
10,144 11,678 11,752 11,752 9,261 9,100
7,886
9,301 9,221
8,472 9,374 9,016 8,546 8,558
7,973 8,026
6,825
2,493 2,596 2,609 2,766 2,603
917
2,274 619
770 85
364
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
dengan Protokol Kyoto dalam reduksi emisi gas rumah kaca ke atmosfir dan
dalam upaya meningkatkan stabilitas iklim global (Hayun, 2008).
Dalam upaya mendukung kebijakan pemerintah dalam hal energi, bagi
Provinsi Lampung yang bukan penghasil minyak bumi utama, tetapi sebagai
provinsi agraris, kondisi di atas dapat dijadikan momentum terbaik untuk
mewujudkan propinsi Lampung sebagai lumbung energi terbarukan khususnya
bioetanol. Lampung merupakan salah satu propinsi yang memiliki potensi
bahan baku Bioetanol (Ubi kayu, Tebu dan Jagung) yang sangat baik, bahkan.
Lampung merupakan propinsi penghasil ubi kayu dan tebu terbesar di
Indonesia. Potensi tersebut meliputi ubi kayu dengan produksi pada tahun
2007 mencapai 6.394.906 ton, jagung 1.340.821 ton dan untuk produksi tebu
pada tahunn 2007 mencapai 35.730 ton diproduksi oleh Perusahaan Negara dan
641.511 ton diproduksi oleh perkebunan swasta (BPS, 2008).
Kelebihan tanaman sebagai sumber bahan bakar nabati dapat
mengimbangi produksi rumah kaca, mengurangi pencemaran udara dan bahan
bakar tersebut dapat diproduksi secara lokal sehingga diharapkan dapat
memperbaiki ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan pekerjaan dan
meningkatkan pendapatan pertanian serta mengurangi potensi ketergantungan
bahan bakar minyak bumi impor (Gumbira-Sa’id, 2007). Beberapa perusahaan
di Lampung telah menanamkan investasinya untuk memproduksi bioetanol,
baik dari bahan baku tetes tebu maupun ubikayu. Djatnika (2007) menyatakan
bahwa Lampung berpotensi menjadi penghasil bioetanol terbesar di Indonesia
dengan pabrik yang bersifat multi feed stock design dengan bahan baku tetes tebu,
jagung dan ubikayu. Hasil penelitian BPPT tahun 2007 menunjukkan bahwa
efisiensi produksi etanol yang tertinggi berasal dari jagung yang jumlahnya
mencapai 400 liter per 1000 kilogram jagung, diikuti tetes yang mencapai 250
liter perkilogramnya dan ubikayu sejumlah 166,6 liter perkilogramnya. Untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku etanol diperlukan strategi pengembangan
agroindustri bioetanol yang tepat agar bahan baku yang digunakan untuk
bioetanol tidak menggangu ketahanan pangan di Lampung pada khususnya,
dan di Indonesia pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kelayakan pendirian agroindustri bioetanol berbasis ubikayu pada skala usaha
menengah.
2. Ruang Lingkup
Pada penelitian ini akan dikaji peluang usaha pendirian pabrik bioetanol
dan strategi pengembangan bioetanol di Lampung pada skala usaha menengah
ditinjau dari aspek penyediaan bahan baku, pemilihan teknologi, analisis
investasi dan pemasaran.
365
3. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan bakar minyak bumi (BBM) adalah jenis sumber energi yang
terbatas, tidak terbarukan, tidak stabil dan penuh ketidak pastian (Saputra,
2007). Jenis BBM meliputi minyak tanah rumah tangga, minyak tanah industri,
pertamax, pertamax plus, premium (bensin), pertamina DEX, solar transportasi,
solar industri, minyak diesel, dan minyak bakar (Pertamina, 2008).
Cadangan minyak bumi yang dimiliki oleh Indonesia terus menyusut.
Pada Tahun 1974, Indonesia memiliki cadangan minyak bumi 15.000 metrik
barel (MB) dan menurun menjadi 5.123 MB pada tahun 2000, dan 4.301 MB pada
tahun 2005 (OPEC annual Statistic Bulletin, 2005). Penurunan cadangan minyak
bumi tersebut disebabkan oleh eksploitasi minyak bumi selama bertahun tahun
dan minimnya eksplorasi atau survey geologi untuk menemukan cadangan
minyak bumi terbaru. Tanpa ditemukan cadangan minyak baru, persediaan
cadangan minyak Indonesia hanya dapat diekspoitasi sampai kira-kira tahun
2035 (Dartanto, 2005).
Kebutuhan/konsumsi BBM di Indonesia terus meningkat. Peningkatan
kunsumsi BBM disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
ekonomi Indonesia (Dartanto, 2005). Konsumsi BBM Indonesia meningkat dari
996.400 barel/hari pada tahun 2000 menjadi 1.143.700 barel/hari pada tahun
2004 (OPEC Annual Statistic Bulletin, 2005). Sementara itu, produksi BBM
Indonesia menurun dari 1.272.500 barel/hari pada tahun 2000 menjadi 1.094.000
barel/hari. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh sumur-sumur yang
ada sudah tua, teknologi yang digunakan sudah ketinggalan dan iklim investasi
di sektor pertambangan minyak kurang kondusif sehingga tidak banyak
perusahaan asing maupun nasional yang melakukan investasi di sektor
perminyakan. Dengan demikian pada Tahun 2004 Indonesia kekurangan dan
harus mengimpor BBM sebesar 49.300 barel/hari.
Untuk mengatasi menyusutnya cadangan minyak bumi dan
meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri, pemerintah
melakukan beberapa upaya. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan
mengeluarkan kebijakan yang dituangkan pada Impres Nomor.1 Tahun 2006,
Inpres Nomor. 2 Tahun 2006, dan Perpres nomor 5 tahun 2006 (Hayun, 2008).
Inpres dan perpres tersebut mengamanatkan pengembangan dan penggunaan
bahan bakar alternatif untuk mengurangi ketergantungan dan menggantikan
BBM. Bahan bakar alternatif tersebut dapat berupa biofuel seperti bioetanol,
biobutanol dan biodiesel yang diproduksi dengan menggunakan biomasa
tanaman sebagai bahan bakunya. Penggunaan bahan bakar terbarukan di dunia
baru mencapai 10,9% dari total penggunaan sumber energi dunia (Gumbira-
Said, 2007). Penggunaan biofuel sebagai pengganti BBM juga dapat mengurangi
366
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Provinsi Lampung terletak antara 105o 45' - 103o 48' Bujur Timur dan 3o
45' - 6o 45' Lintang Selatan, dengan batas wilayah adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Samudera Indonesia
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa.
Luas wilayah Provinsi Lampung adalah sekitar 35.376,50 km² atau
sekitar 1,86 % dari luas wilayah daratan Indonesia (1.904.556 km²). Propinsi
Lampung merupakan salah satu penghasil ubi kayu terabesar di Indonesia.
Produktivitas ubi kayu yang dicapai saat ini adalah sekitar 15-30 ton/hektar.
Rendahnya produkstivitas di atas disebabkan pola pengusahaan ubi kayu yang
masih dilakukan secara sederhana, belum menggunakan varietas unggul dan
tanpa pemupukan yang tepat dan cukup dosis.
367
konsumsi bioenergi di Indonesia menunjukkan peningkatan setiap tahunnya
(Tabel 1).
368
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Bahan Bakar
Bahan
Baku
Ubi Kayu Molase Minyak Sawit Minyak Jarak
11 juta ton 600 juta ton 30.2 juta ton 3.84 juta ton
)
369
3.4 Studi Kelayakan Usaha
370
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
4. Analisis Finansial
Analisis finansialakan memperhitungkan berapa jumlah dana yang
diperlukan untuk membangun dan mengopeasikan proyek. Dari sisi finansial,
proyek dikatakan sehat appabila dapat memberikan keuntungan yang layak
dan mampu memenuhi keajiban finansialnya. Analisis finansial meliputi hal-
hal berikut:
a. Kebutuhan modal.
Kebutuhan modal meliputi kebutuhan modal untuk asset tetap atau
barang investasi berupa lahan, bangunan, kendaraan, mesin dan
sebagainya. Kebutuhan modal untuk membiayai kegiatan praopeasional
seperti percobaan, survey, perijinan dan sebagainya. Selain itu ada
kebutuhan modal kerja yaitu modal yang harus selalu ada di
perusahaan untuk menjaga agar perusahaan dapat bseroperasi secara
kontinyu.
371
b. Biaya usaha, Biaya ini meliputi biaya produksi (bahan baku, tenaga
kerja, biaya overheas pabrik), biaya administrasi (gaji dan alat tulis
kantor), biaya penyusutan, asuransi dan bunga.
c. Rugi-laba perusahaan
Pernyataan rugi laba suatu perusahaan menyatakan keadaan
penerimaan, biaya dan rugi laba dlam periode tertentu. Pada aspek
finansial ini dilakukan evaluasi terhadap criteria kelayakan investasi.
Criteria investasi yang digunakan antara lain Break Event Point, Net
Present value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay back
Period dan analisis sensitive.
372
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
5. METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Analisis
Metoda Pendekatan sistem Formulasi
masalah masalah
373
A. Sub model DSS 1 dengan metode Perbandingan Eksponensial untuk
matriks kesesuaian
Sub model ini merupakan tahap pemodelan yang digunakan untuk memilih
alternative lokasi. Berdasarkan lokasi ditinjau dari ketersediaan bahan baku.
Pada tahap ini digunakan metode perbandingan eksponensial. Nilai yang
diberikan berkisar 0 sampai 1. Penentuan bobot ditetapkan pada setiap
parameter untuk menunjukkan tingkat kepentingan suatu parameter. Nilai
tingkat kepentingan yang diberikan berkisar 0-1, semakin tinggi nilai tingkat
kepentingan, maka criteria semakin penting.
374
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
2.000.000
1.800.000
1.600.000
Produksi (ton)
1.400.000
1.200.000
1.000.000 Series1
800.000
600.000
400.000
200.000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Tahun
375
Dari empat kabupaten yang dipilih, berdasarkan matriks kriteria
pemilihan lokasi maka yang terpilih adalah Lampung Tengah dengan luas areal
kebun 88.575 ha dan produksi sebesar 1.724.754 ton pertahun, lokasi dekat
dengan pemasaran yaitu pulau Jawa, sarana dan prasarana memadai dan
ketersediaan tenaga kerja banyak dengan tingkat upah minimal regional (UMR)
yang relatif rendah, serta kedekatan dengan ibu kota propinsi memudahkan
untuk memperoleh sarana dan prasarana yang diperlukan.
3. Aspek Teknologi
376
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
377
Tabel 6. Kapasitas produksi Bioetanol
Dengan kapasitas produksi 110 KL bioetanol per hari, dan harga jual
Rp.3.990,- per liter maka akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp
438.900.000,- per hari atau Rp. 10,972,000,000.
DAFTAR PUSTAKA
Aunudin 2005. Statistika: Rancangan dan Analisis Data. Bogor: IPB PRESS
380
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
BPS. 2004. Volume dan Nilai Eksport Primer Perkebunan. Ditjen Bina Produksi
Perkebunan. http://www.deptan.go.id/ditjenbun/
Brelin HK. Davenport KS. Jennings LP. Murphy PE 1997. Focused Quality.
Meningkatkan Mutu Produk dengan Hasil Nyata, Jakarta: PT Pustaka
Binamas Pressindo.
Gumbira Sa’id, E. 2007. Bisnis Global Bioenergi Versus Ketahanan Pangan dan
Energi Nasional Tantangan dalam Mengisi Visi Indonesia 2030. Materi
Orasi Ilmiah pada Wisuda ke-7 Universitas Paramadina Jakarta, Minggu
9 September 2007.
381
Hansen RS dan Hansen K. 2005. Using Analysis SWOT in Your Career Planning.
http://www.marketingteacher.com/Lessons/lesson_swot.htm
Marimin. 2002. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial.
Bogor: IPB Press.
382
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Miller A dan G.G. Dess. 1996. Strategic Management. New York: The McGraw
Hill Companies, Inc.
Saaty TL. 1996. Decision making with Dependence and Feedback. The Analytic
Network Process. Pittsburgh, USA: RWS Publications.
www.deptan.go.id/BPS.2004.
383
EVALUASI KINERJA REKSA DANA CAMPURAN
INDONESIA PADA KONDISI PASAR BEARISH
Ernie Hendrawaty8
ABSTRAK
Reksa dana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan
investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia
di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksa dana. Dana ini kemudian
dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa
saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.
Saat ini, dengan terjadinya krisis keuangan global dimana pasar sedang
mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi
lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis maka terjadinya
penurunan harga-harga saham di BEI berdampak langsung terhadap nilai
portfolio reksadana saham dan campuran.
Keywords:
I. PENDAHULUAN
8
Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
reksa dana saham turun 50 % bahkan lebih. Reksa dana merupakan instrumen
investasi yang muncul pertama kali di Indonesia pada tahun 1976. Menurut
Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):
“Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek
oleh Manajer Investasi.” Terdapat tiga unsur penting dalam pengertian Reksa
dana yaitu:
1. Adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi
2. Investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah
terdiversifikasi; dan
3. Manajer Investasi dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat
investor.
386
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Surat kabar yang sama diberitakan bahwa PT Sinar Mas Securities selaku
Manajer Investasi Reksadana Danamas Fleksi mampu membukukan return
positif karena memiliki portfolio di instrumen pasar uang dan obligasi sekitar
96%. Pihaknya telah mengalihkan portofolio aset produk investasi reksadana
perusahaan dari saham dan obligasi ke instrumen pasar uang sejak pertengahan
tahun hingga porsi obligasi jatuh tempo dan deposito cukup besar. Manajer
Investasi Harvestindo mengatakan return produknya sampai saat ini masih
positif karena selain saham dan obligasi, produk ini memiliki portofolio surat
utang jangka pendek yang berinvestasi di sektor usaha mikro kecil dan
menengah. Dengan demikian, kemampuan manajer investasi membukukan
return positif pada saat krisis keuangan global ditentukan oleh keahlian yang
dimiliki manajer investasi, yaitu keahlian dalam hal seleksi instrumen investasi
dan market timing.
Komponen kinerja manajer investasi diartikan oleh Megginson (1996,
145) bahwa …that the most studies separate managerial investment performance into
two components : selectivity ((stock picking ability) and timing- the ability to time
market turns, getting in before upturns and getting out before chrashes. Rao (2000:75)
menyebutkan bahwa keahlian seleksi saham melibatkan peramalan mikro, yang
mana meramalkan pergerakan harga dari saham-saham perusahaan individual
sehubungan dengan pergerakan saham pada umumnya. Keahlian market timing
melibatkan peramalan makro yang meramalkan pergerakan harga dari harga
saham di pasar pada umumnya sehubungan dengan surat-surat berharga bebas
resiko dan memposisikan portofolio berdasarkan timing ini.
Para manajer dana ini secara aktif berupaya menggunakan keahlian dan
gaya manajemennya untuk melebihi manajer dana lainnya dan selalu berusaha
untuk mengungguli pasar. Evaluasi terhadap kinerja dari para manajer reksa
dana ini menjadi penting bagi investor maupun bagi para akademisi.
Beragam metodologi telah digunakan dalam literatur keuangan untuk
mengidentifikasi kinerja manajer dana secara relatif. Pembuktian kinerja manajer
masih berbeda-beda (Lhabitant, 2001: 13). yaitu pada satu sisi ditemukan bahwa
beberapa reksa dana menunjukkan kemampuan seleksi yang positif dan
kemampuan market timing yang negatif. Pada sisi yang lain, penelitian-
penelitian sebelumnya yang dilakukan menyimpulkan bahwa tidak ada bukti
market timing dan kemampuan seleksi dalam return reksa dana. Menurut
pendapat Lhabitant, 2001: 13, secara jelas hasil penelitian sangat tergantung
baik pada metodologi yang digunakan maupun periode observasi yang
digunakan. Selain itu, seluruh studi yang disebutkan merupakan kinerja reksa
dana di pasar Amerika Serikat dan situasi yang terjadi dapat berbeda di
tempat yang lainnya.
387
instrumen investasi dan market timing manajer investasi Indonesia sukses pada
kondisi pasar bearish?
388
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Jenis-jenis Reksadana
1. Reksadana Pendapatan Tetap adalah Reksadana yang melakukan
investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelola (aktivanya)
dalam bentuk efek bersifat utang.
2. Reksadana Saham adalah Reksadana yang melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelolanya dalam efek
bersifat ekuitas.
3. Reksadana Campuran adalah Reksadana yang mempunyai
perbandingan target aset alokasi pada efek saham dan pendapatan tetap
yang tidak dapat dikategorikan ke dalam ketiga reksadana lainnya.
389
4. Reksadana Pasar Uang adalah Reksadana yang investasinya ditanam
pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo yang kurang dari satu
tahun.
Reksa Dana memiliki beberapa manfaat yang menjadikannya sebagai salah satu
alternatif investasi yang menarik antara lain:
1. Dikelola oleh manajemen profesional
Pengelolaan portofolio suatu Reksa Dana dilaksanakan oleh Manajer
Investasi yang memang mengkhususkan keahliannya dalam hal
pengelolaan dana. Peran Manajer Investasi sangat penting mengingat
Pemodal individu pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu,
sehingga tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam
menganalisa harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal.
2. Diversifikasi investasi
Diversifikasi atau penyebaran investasi yang terwujud dalam portofolio
akan mengurangi risiko (tetapi tidak dapat menghilangkan), karena
dana atau kekayaan Reksa Dana diinvestasikan pada berbagai jenis efek
sehingga risikonya pun juga tersebar. Dengan kata lain, risikonya tidak
sebesar risiko bila seorang membeli satu atau dua jenis saham atau efek
secara individu.
3. Transparansi informasi
Reksa Dana wajib memberikan informasi atas perkembangan
portofolionya dan biayanya secara kontinyu sehingga pemegang Unit
Penyertaan dapat memantau keuntungannya, biaya, dan risiko setiap
saat.Pengelola Reksa Dana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih
(NAB) nya setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan
keuangan tengah tahunan dan tahunan serta prospektus secara teratur
sehingga Investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara
rutin.
4. Likuiditas yang tinggi
Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi
harus mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dengan
demikian, Pemodal dapat mencairkan kembali Unit Penyertaannya
setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing Reksadana
sehingga memudahkan investor mengelola kasnya. Reksadana terbuka
wajib membeli kembali Unit Penyertaannya sehinga sifatnya sangat
likuid.
5. Biaya Rendah
Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal
dan kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan
besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan
menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi.
390
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
391
2.3 Konsep Evaluasi Kinerja Reksa Dana
Sejak studi Fama (1972) dan dilanjutkan oleh Merton (1981), telah
dilakukan praktek umum pengatribusian dua komponen kinerja manajer
investasi dengan patok duganya. Dua komponen kinerja yaitu komponen
peramalan perubahan harga dari saham yang terpilih (disebut juga micro-
forecasting, security analysis, atau stock selectivity) dan peramalan pergerakan
pasar secara menyeluruh (juga disebut macro-forecasting atau market timing) telah
dilakukan. Merton (1981) dan Henriksson dan Merton (1981) mengembangkan
sebuah alternative model evaluasi kinerja yang mendekomposisi kemampuan
kinerja keseluruhan dari seorang manajer portofolio kedalam suatu timing pasar
(peramalan makro) dan suatu kemampuan seleksi saham (peramalan mikro).
Manajer Investasi dengan kemampuan market timing yang superior harus dapat
memprediksikan pergerakan pasar yang luas dan menyesuaikan portofolionya.
Kao, Cheng dan Chan (1998, 129) secara jelas menyebutkan :
“Since high-risk securities tend to earn more than market average in an up
market and suffer more in a down market, these managers will alter the risk of
their portfolio by shifying their portfolio compositions to high-risk securities
when predicting an up market, and switching to low-risk securities when a
down marketis in the forecast”.
1. Jensen Alpha
Jansen merumuskan model return untuk mengukur kinerja portfolio :
RPt –Rft = P + P ( RMt-Rft) + Pt
(1)
Keterangan :
P = indeks kinerja Jensen
Nilai P menunjukkan kemampuan peramalan-mikro yang superior,
sedangkan nilai negatif membuktikan adanya peramalan-mikro yang
salah (atau biaya yang tinggi untuk mencapai peramalan mikro).
Model ini dapat menghasilkan bias estimasi P, sehingga diperlukan
pengukuran secara simultan. Model ini mengasumsikan risiko
392
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
2. Treynor-Mazuy
Treynor dan Mazuy (1966) menggunakan model regresi kuadratik :
2
RPt = P + 1 ( RMt-Rft) +2(RMt- Rft) + Pt
(2)
Keterangan :
>0 mengindikasikan kesuksesan dalam market timing ability
Grinbalt dan Titman (1994) menyatakan bahwa metodologi Treynor-
Mazuy terkena bias estimasi beta yang dapat membawa pada
pengukuran market timing yang salah. Dengan demikian model ini
tidak akan diuji dalam penelitian ini.
393
Pada persamaan 1 tingkat risiko pada dua kondisi pasar (pasar naik
dan pasar turun) tidak teridentifikasi secara eksplisit, sehingga
Henriksson dan Merton (1981) mengembangkan persamaan 1 menjadi
:
RPt -Rft -= P + U Ma x ( 0 , RMt-Rft) + D Min (0, RMt--Rft) + Pt
(4)
Keterangan :
M a x( 0, RMt-RftKondisi pasar sedang naik
M in( 0 , RMt-Rft = Kondisi pasar sedang turun
U = Beta pasar naik
U = Beta pasar turun
1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka kerangka konseptual penelitian
ini adalah:
Mengungguli (Outperform)
Pasar
394
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
2. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : Manajer Investasi Indonesia tidak sukses dalam kemampuan seleksi
instrumen investasi dan market timing.
Ha : Manajer Investasi Indonesia sukses dalam kemampuan seleksi
instrumen investasi dan market timing.
395
b. Market timing adalah komponen kinerja berupa kemampuan
manajer investasi untuk meramalkan pergerakan pasar secara
menyeluruh (juga disebut macro-forecasting).
Keterangan :
>0 mengindikasikan kesuksesan dalam market timing ability
mengindikasikan kesuksesan dalam selectivity instrumen
Rata-rata return
No. Reksadana
bulanan
1 AAA Amanah Syariah Fund -0,0191
2 AAA Balanced Fund -0,0297
3 Anam Pendapatan Kombinasi -0,0548
4 BNI Dana Plus Syariah -0,0731
5 Brent Dana Fleksi -0,0216
6 Capital Fleksi -0,0297
7 Capital Syariah Fleksi -0,0548
8 Danamas Fleksi 0,0101
396
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Rata-rata return
No. Reksadana
bulanan
9 Euro Peregrine Berimbang Plus -0,0482
10 Harvestindo Maxima -0,0470
11 Hpam Premium - 1 -0,0344
12 Jakarta Flexi Plus -0,0422
13 Jisawi Flexi -0,0393
14 Jisawi Mix -0,0292
15 Lautandhana Balanced Fund -0,0526
16 Makinta Fleksi -0,0568
17 Mega Dana Kombinasi -0,0648
18 Mega Dana Kombinasi Dua -0,0562
19 Portofolio Optimal -0,0313
20 Premier Optima -0,0590
21 Prospera Balance -0,0585
22 Reksadana Pg Synergy -0,0054
23 Reksadana Dana Fleksibel Dua -0,0788
24 Reksadana Gani Flexi Fund -0,0275
25 Sam Dana Berkembang -0,0282
26 Simas Satu -0,0494
27 Star Balanced -0,0297
28 Tiga Pilar Dana Fleksi -0,0323
29 Valbury Inklusi -0,0309
30 X-Tra Dana Dinamis -0,0374
Rata-rata reksadana campuran -0,0404
IHSG (Portofolio Pasar) -0,0518
397
Tabel 3 Kinerja Market Timing (β2) dari Manajer Investasi
Reksadana β2
Reksadana Campuran + 0,531663
(+0,696250)
Reksadana αP
Reksadana Campuran + 0,028955
(+ 3,218454*))
*) Signifikan pada level 0.01
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai evaluasi kinerja reksa
dana campuran Indonesia pada kondisi pasar bearish, maka dapat disimpulkan
bahwa: kemampuan selection positif signifikan dan kemampuan market timing
yang positif namun tidak signifikan. Kemampuan manajer investasi selama
tahun 2008 (pasar bearish) dalam mengelola reksadana campuran tampaknya
memiliki kemampuan seleksi surat berharga yang superior namun dalam hal
kemampuan market timing tidak superior. Implikasi temuan ini mendukung
398
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
hasil observasi pada umumnya pada riset kinerja reksadana yang menunjukkan
hubungan yang berlawanan antara kemampuan pemilihan surat berharga
(security selection) dan kemampuan market timing.
5.2 Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya dapat mengambil sampel reksadana
jenis lain, seperti reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap,
sehingga dapat diketahui apakah kemampuan manajer investasi ditentukan
oleh jenis reksadana atau tidak
2. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya dapat mengambil rentang waktu
penelitian yang lebih panjang untuk lebih enggambarkan kemampuan
manajer investasi baik pada kondisi pasar bearish (pasar turun) maupun
kondisi pasar bullish (pasar naik)
3. Bagi peneltian selanjutnya dapat menggunakan model pengukuran kinerja
lainnya seperti Henriksson dan Merton (1981) dan Grinblatt dan Titman
(1989) untuk menguji lebih lanjut kemampuan manajer reksadana di
Indonesia dalam hal menyeleksi surat berharga dan market timing.
DAFTAR PUSTAKA
Grant, Dwight (1978), “ Market Timing and Portfolio Management”, The Journal
of Finance, Vol. XXXIII, No. 4, pp 1119-11131
399
Grinblatt M, Titman S. (1989a), “ Mutual fund performance: an analysis of
quarterly portfolio holdings”, Journal of Business 62, 393-416
Kao, GW; LTW Cheng, dan KC Chan, (1998), “International mutual fund
selectivity and market timing during up and down market
conditions”, The Financial Review 33, hal 127-144
Treynor JL, Mazuy K (1966), “Can mutual funds outguess the market?”,
Harvard Business Review 44, pp. 131-136
http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana
400
PERBANDINGAN RETURN SAHAM SEBELUM DENGAN
SESUDAH LISTING DATE WARRANT PADA BURSA EFEK
INDONESIA
Zulkarnain9
ABSTRAK
I. LATAR BELAKANG
Pasar modal Indonesia dibuka secara resmi pada tahun 1977. Sekuritas yang
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia adalah saham preferen (prefered
stock), saham biasa (common stock), obligasi (bonds) dan turunan (derivatif)
9
Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
yang terdiri dari rights, warrant dan options. Di antara sekuritas – sekuritas
tersebut. yang paling banyak diperdagangkan adalah saham.
Sejak Januari 2004 sampai dengan Desember 2008 ada 53 buah perusahaan yang
melakukan penerbitan warrant.(Tabel 1).
402
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
403
No Kode Deskripsi Perusahaan Listing date
38 PNBN-W Warrant Seri Iv Bank Pan Bank Pan Indonesia . Tbk . 13-Jul-06
Indonesia Tbk Pt
39 PNIN-W Warrant Seri Iv Panin Insurance Panin Insurance Tbk. Pt 13-Jul-06
Tbk
40 PNLF-W Warrant Seri Iv Panin Life Tbk Panin Life Tbk. Pt 13-Jul-06
41 RODA-W Warrant Seri Ii Royal Oak Royal Oak Development 17-Jan-08
Development Asia Tbk Asia Tbk. Pt
42 SMMA-W3 Warrant Sinar Mas Multiartha Sinar Mas Multiartha Tbk. Pt 12-Jul-05
Tbk Seri Iii
43 SMMA-W4 Warrant Sinar Mas Multiartha Sinar Mas Multiartha Tbk. Pt 1-Jul-08
Tbk Seri Iv
44 SMRA-W Warrant Seri I Summarecon Summarecon Agung Tbk. Pt 22-Jun-007
Agung Tbk
45 SULI-W Warrant Seri I Sumalindo Lestari Sumalindo Lestari Jaya Tbk. 10-Jul-06
Jaya Tbk Pt
46 TBLA-W Warrant Seri I Tunas Baru Tunas Baru Lampung Tbk. 13-Jul-06
Lampung Tbk Pt
47 TMPI-W Warrant Seri Ii Agis Tbk Agis Tbk. Pt 13-Mar-08
48 TRAM-W Warrant Seri I Trada Maritime Trada Maritime Tbk. Pt 10-Sep-08
Tbk
49 TRUB-W Warrant Seri I Truba Alam Truba Alam Manunggal 16-Okt-06
Manunggal Engineering Tbk Engineering Tbk. Pt
50 UNSP-W Warrant Seri I Bakrie Sumatera Bakrie Sumatera Plantations 12-Sep-07
Plantations Tbk Tbk. Pt
51 VRNA-W Warrant Seri I Verena Oto Verena Oto Finance Tbk. Pt 25-Jun-08
Finance Tbk
52 WEHA-W Warrant Seri I Panorama Panorama Transportasi Tbk. 31-Mei-07
Transportasi Tbk Pt
53 YPAS-W Warrant Seri I Yanaprima Yanaprima Hastapersada 5-Mar-08
Hastapersada Tbk Tbk. Pt
www.ksei.co.id :
Desember 2008
404
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Tabel 2. Harga Saham BBLD, CKRA, GPRA, MLPL, RODA, dan SMMA
Selama Hari U ji
Harga Harga
Hari Hari
Tanggal Shm IHSG Tanggal Shm IHSG
Uji Uji
BBLD CKRA
15-Des-03 625 658.522 23-Nov-07 325 2.584.347
16-Des-03 H-30 600 656.740 26-Nov-07 H-30 350 2.648.044
17-Des-03 H-29 625 655.698 27-Nov-07 H-29 340 2.627.954
18-Des-03 H-28 625 664.877 28-Nov-07 H-28 330 2.671.895
19-Des-03 H-27 650 672.292 29-Nov-07 H-27 330 2.699.817
22-Des-03 H-26 650 674.395 30-Nov-07 H-26 305 2.688.332
23-Des-03 H-25 650 679.307 3-Dec-07 H-25 300 2.726.925
29-Des-03 H-24 625 693.033 4-Dec-07 H-24 295 2.752.943
30-Des-03 H-23 625 691.895 5-Dec-07 H-23 340 2.768.058
2-Jan-04 H-22 625 704.498 6-Dec-07 H-22 320 2.591.48
5-Jan-04 H-21 675 725.472 7-Dec-07 H-21 305 2.638.21
6-Jan-04 H-20 750 723.989 10-Dec-07 H-20 300 2.641.59
7-Jan-04 H-19 825 709.367 11-Dec-07 H-19 360 2.616.74
8-Jan-04 H-18 975 730.815 12-Dec-07 H-18 340 2.563.75
9-Jan-04 H-17 1050 753.692 13-Dec-07 H-17 325 2.453.21
12-Jan-04 H-16 1025 742.506 14-Dec-07 H-16 330 2.553.80
13-Jan-04 H-15 1000 743.143 17-Dec-07 H-15 305 2.524.98
14-Jan-04 H-14 1150 756.563 18-Dec-07 H-14 320 2.596.66
15-Jan-04 H-13 1075 763.453 19-Dec-07 H-13 280 2.624.43
16-Jan-04 H-12 1075 770.334 26-Dec-07 H-12 270 2.667.53
19-Jan-04 H-11 1050 766.483 27-Dec-07 H-11 270 2.662.92
20-Jan-04 H-10 1100 773.125 28-Dec-07 H-10 265 2.643.49
21-Jan-04 H-9 1075 776.301 2-Jan-08 H-9 255 2 .731.51
23-Jan-04 H-8 1075 785.879 3-Jan-08 H-8 250 2 .715.07
26-Jan-04 H-7 1150 786.874 4-Jan-08 H-7 255 2 .765.19
27-Jan-04 H-6 1100 772.494 7-Jan-08 H-6 265 2.776.410
28-Jan-04 H-5 1050 767.107 8-Jan-08 H-5 285 2 .785.63
29-Jan-04 H-4 1050 759.644 9-Jan-08 H-4 255 2 .830.26
30-Jan-04 H-3 1025 752.932 14-Jan-08 H-3 250 2 .810.37
3-Feb-4 H-2 1000 730.319 15-Jan-08 H-2 250 2 .730.03
4-Feb-04 H-1 1025 730.275 16-Jan-08 H-1 250 2 .592.31
5-Feb-04 H0 1025 736.468 17-Jan-08 H0 250 2 .649.28
6-Feb-04 H+1 1050 758.924 18-Jan-08 H+1 250 2 .611.13
9-Feb-04 H+2 1100 767.255 21-Jan-08 H+2 250 2 .485.88
10-Feb-04 H+3 1050 766.771 22-Jan-08 H+3 250 2 .294.52
11-Feb-04 H+4 1075 769.793 23-Jan-08 H+4 250 2 .476.28
405
Harga Harga
Hari Hari
Tanggal Shm IHSG Tanggal Shm IHSG
Uji Uji
BBLD CKRA
12-Feb-04 H+5 1075 766.083 24-Jan-08 H+5 240 2 .516.70
13-Feb-04 H+6 1075 773.140 25-Jan-08 H+6 235 2 .620.49
16-Feb-04 H+7 1050 775.225 28-Jan-08 H+7 225 2 .582.05
17-Feb-04 H+8 1050 776.999 29-Jan-08 H+8 235 2 .607.84
18-Feb-04 H+9 1075 785.907 30-Jan-08 H+9 235 2 .610.36
19-Feb-04 H+10 1075 789.432 31-Jan-08 H+1 220 2 .627.25
20-Feb-04 H+111 1050 794.467 1-Feb-08 0
H+1 210 2.646.821
24-Feb-04 11
H+12 1075 780.753 4-Feb-08 1H+1 215 2.701.629
25-Feb-04 H+13 1125 777.053 5-Feb-08 2H+1 245 2.704.247
26-Feb-04 H+14 1300 776.016 6-Feb-08 3H+1 230 2.639.087
27-Feb-04 H+15 1200 761.081 11-Feb-08 4H+1 225 2.589.382
1-Mar-04 H+16 1225 759.006 12-Feb-08 5H+1 225 2.589.382
2-Mar-04 H+17 1225 779.746 13-Feb-08 6H+1 225 2.610.781
3-Mar-04 H+18 1325 776.826 14-Feb-08 7H+1 220 2.675.645
4-Mar-04 H+19 1350 774.768 15-Feb-08 8H+1 235 2.688.191
5-Mar-04 H+20 1325 778.01 18-Feb-08 9H+2 240 2.684.702
8-Mar-04 H+21 1325 772.868 19-Feb-08 0H+2 260 2.711.872
9-Mar-04 H+22 1375 771.078 20-Feb-08 1H+2 255 2.689.256
10-Mar-04 H+23 1.275 760.327 21-Feb-08 2H+2 250 2.734.210
11-Mar-04 H+24 1.175 741.198 22-Feb-08 3H+2 255 2.741.181
12-Mar-04 H+25 1.125 738.152 25-Feb-08 4H+2 250 2.751.862
15-Mar-04 H+26 1.125 724.151 26-Feb-08 5H+2 250 2.738.872
16-Mar-04 H+27 1.100 716.177 27-Feb-08 6H+2 245 2.740.138
17-Mar-04 H+28 1.150 730.585 28-Feb-08 7H+2 240 2.756.314
18-Mar-04 H+29 1.175 733.57 29-Feb-08 8H+2 230 2.721.944
19-Mar-04 H+30 1.175 742.914 3-Mar-08 9H+3 220 2.652.312
20-Nov-07 350 2.624.862 19-Oct-06 0 105 1.568.60
21-Nov-07 H-30 355 2.563.621 20-Oct-06 H-30 110 1.572.85
22-Nov-07 H-29 350 2.569.514 30-Oct-06 H-29 115 1.580.19
23-Nov-07 H-28 360 2.584.347 31-Oct-06 H-28 115 1.582.63
26-Nov-07 H-27 375 2.648.044 1-Nov-06 H-27 115 1.589.87
27-Nov-07 H-26 385 2.627.954 2-Nov-06 H-26 115 1.607.70
28-Nov-07 H-25 375 2.671.895 3-Nov-06 H-25 110 1.612.92
29-Nov-07 H-24 395 2.699.817 6-Nov-06 H-24 110 1.640.85
30-Nov-07 H-23 390 2.688.332 7-Nov-06 H-23 110 1.654.15
3-Dec-07 H-22 415 2.500.58 8-Nov-06 H-22 110 1.646.07
4-Dec-07 H-21 410 2.523.70 9-Nov-06 H-21 110 1.660.26
5-Dec-07 H-20 415 2.546.61 10-Nov-06 H-20 110 1.664.84
6-Dec-07 H-19 460 2.591.48 13-Nov-06 H-19 110 1.639.27
406
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Harga Harga
Hari Hari
Tanggal Shm IHSG Tanggal Shm IHSG
Uji Uji
BBLD CKRA
7-Dec-07 H-18 445 2.638.21 14-Nov-06 H-18 110 1.672.07
10-Dec-07 H-17 445 2.641.59 15-Nov-06 H-17 110 1.670.11
11-Dec-07 H-16 445 2.616.74 16-Nov-06 H-16 110 1.668.82
12-Dec-07 H-15 435 2.563.75 17-Nov-06 H-15 110 1.672.11
13-Dec-07 H-14 425 2.453.21 20-Nov-06 H-14 110 1.684.01
14-Dec-07 H-13 420 2.553.80 21-Nov-06 H-13 105 1.681.34
17-Dec-07 H-12 410 2.524.98 22-Nov-06 H-12 110 1.705.44
18-Dec-07 H-11 420 2.596.66 23-Nov-06 H-11 110 1.704.13
19-Dec-07 H-10 415 2.624.43 24-Nov-06 H-10 120 1.717.73
26-Dec-07 H-9 415 2.667.53 27-Nov-06 H-9 120 1.728.93
27-Dec-07 H-8 415 2.662.92 28-Nov-06 H-8 120 1.691.08
28-Dec-07 H-7 415 2.643.49 29-Nov-06 H-7 120 1.713.40
2-Jan-08 H-6 420 2 .731.507 30-Nov-06 H-6 115 1.718.96
3-Jan-08 H-5 415 2 .715.065 1-Dec-06 H-5 120 1.734.75
4-Jan-08 H-4 400 2 .765.190 4-Dec-06 H-4 115 1.731.24
7-Jan-08 H-3 395 2 .776.410 5-Dec-06 H-3 110 1.776.76
8-Jan-08 H-2 410 2 .785.625 6-Dec-06 H-2 115 1.784.43
9-Jan-08 H-1 400 2 .830.263 7-Dec-06 H-1 110 1.782.12
14-Jan-08 H0 380 2 .810.372 8-Dec-06 H0 115 1.775.29
15-Jan-08 H+1 375 2 .730.031 11-Dec-06 H+1 110 1.759.67
16-Jan-08 H+2 360 2 .592.311 12-Dec-06 H+2 110 1.754.58
17-Jan-08 H+3 380 2 .649.279 13-Dec-06 H+3 110 1.753.80
18-Jan-08 H+4 365 2 .611.132 14-Dec-06 H+4 110 1.767.80
21-Jan-08 H+5 365 2 .485.879 15-Dec-06 H+5 105 1.792.16
22-Jan-08 H+6 365 2 .294.524 18-Dec-06 H+6 110 1.787.62
23-Jan-08 H+7 375 2 .476.278 19-Dec-06 H+7 100 1.736.67
24-Jan-08 H+8 365 2 .516.701 20-Dec-06 H+8 105 1.766.80
25-Jan-08 H+9 380 2 .620.493 21-Dec-06 H+9 110 1.789.09
28-Jan-08 H+10 380 2 .582.049 22-Dec-06 H+1 110 1.785.76
29-Jan-08 H+11 385 2 .607.843 26-Dec-06 0H+1 105 1.783.98
30-Jan-08 H+12 385 2 .610.359 27-Dec-06 1H+1 110 1.803.26
31-Jan-08 H+13 385 2 .627.251 28-Dec-06 2
H+1 110 1.805.52
1-Feb-08 H+14 375 2 .646.821 2-Jan-07 3H+1 121 1.836.52
4-Feb-08 H+15 380 2 .701.629 3-Jan-07 4H+1 118 1.834.71
5-Feb-08 H+16 380 2 .704.247 4-Jan-07 5H+1 117 1.824.10
6-Feb-08 H+17 380 2 .639.087 5-Jan-07 6H+1 121 1.832.55
11-Feb-08 H+18 370 2 .589.382 8-Jan-07 7H+1 127 1.813.39
12-Feb-08 H+19 380 2 .592.070 9-Jan-07 8H+1 124 1.780.88
13-Feb-08 H+20 375 2 .610.781 10-Jan-07 9H+2 119 1.710.37
0
407
Harga Harga
Hari Hari
Tanggal Shm IHSG Tanggal Shm IHSG
Uji Uji
BBLD CKRA
14-Feb-08 H+21 375 2 .675.645 11-Jan-07 H+2 122 1.703.84
15-Feb-08 H+22 365 2 .688.191 12-Jan-07 1
H+2 120 1.678.04
18-Feb-08 H+23 360 2.684.702 15-Jan-07 2H+2 123 1.730.48
19-Feb-08 H+24 360 2.711.872 16-Jan-07 3H+2 120 1.754.29
20-Feb-08 H+25 360 2.689.256 17-Jan-07 4H+2 120 1.758.48
21-Feb-08 H+26 365 2.734.210 18-Jan-07 5H+2 123 1.777.71
22-Feb-08 H+27 365 2.741.181 19-Jan-07 6H+2 133 1.795.56
25-Feb-08 H+28 375 2.751.862 22-Jan-07 7H+2 139 1.817.41
26-Feb-08 H+29 375 2.738.872 23-Jan-07 8H+2 134 1.808.58
27-Feb-08 H+30 380 2.740.138 24-Jan-07 9H+3 132 1.805.69
2-Nov-07 141 2.710.617 27-Mei-05 0 385 1.061.50
5-Nov-07 H-30 141 2.652.478 30-Mei-05 H-30 385 1.062.96
6-Nov-07 H-29 141 2.681.902 31-Mei-05 H-29 385 1.088.17
7-Nov-07 H-28 141 2.713.978 1-Jun-05 H-28 385 1.082.94
8-Nov-07 H-27 141 2.678.224 2-Jun-05 H-27 385 1.091.47
9-Nov-07 H-26 141 2.707.667 5-Jun-05 H-26 385 1.092.50
12-Nov-07 H-25 141 2.671.902 6-Jun-05 H-25 385 1.096.83
13-Nov-07 H-24 141 2.654.208 7-Jun-05 H-24 385 1.092.81
14-Nov-07 H-23 141 2.691.871 8-Jun-05 H-23 550 1.095.51
15-Nov-07 H-22 141 2.591.48 9-Jun-05 H-22 550 1.094.19
16-Nov-07 H-21 141 2.638.21 10-Jun-05 H-21 540 1.096.93
19-Nov-07 H-20 141 2.641.59 13-Jun-05 H-20 540 1.100.88
20-Nov-07 H-19 141 2.616.74 14-Jun-05 H-19 540 1.105.89
21-Nov-07 H-18 141 2.563.75 15-Jun-05 H-18 540 1.119.58
22-Nov-07 H-17 141 2.453.21 16-Jun-05 H-17 530 1.125.76
23-Nov-07 H-16 190 2.553.80 17-Jun-05 H-16 530 1.141.82
26-Nov-07 H-15 256 2.524.98 20-Jun-05 H-15 530 1.147.71
27-Nov-07 H-14 256 2.596.66 21-Jun-05 H-14 530 1.133.33
28-Nov-07 H-13 256 2.624.43 22-Jun-05 H-13 530 1.134.70
29-Nov-07 H-12 256 2.667.53 23-Jun-05 H-12 530 1.137.42
30-Nov-07 H-11 256 2.662.92 24-Jun-05 H-11 530 1.135.67
3-Dec-07 H-10 260 2.643.49 27-Jun-05 H-10 520 1.119.90
4-Dec-07 H-9 260 2 .731.51 28-Jun-05 H-9 530 1.127.82
5-Dec-07 H-8 220 2 .715.07 29-Jun-05 H-8 530 1.126.86
6-Dec-07 H-7 190 2 .765.19 1-Jul-05 H-7 540 1.122.38
7-Dec-07 H-6 200 2 .776.410 4-Jul-05 H-6 540 1.138.99
10-Dec-07 H-5 225 2 .785.63 5-Jul-05 H-5 530 1.138.88
11-Dec-07 H-4 205 2 .830.26 6-Jul-05 H-4 425 1.131.17
12-Dec-07 H-3 200 2 .810.37 7-Jul-05 H-3 425 1.108.40
408
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Harga Harga
Hari Hari
Tanggal Shm IHSG Tanggal Shm IHSG
Uji Uji
BBLD CKRA
13-Dec-07 H-2 205 2 .730.03 8-Jul-05 H-2 430 1.110.56
14-Dec-07 H-1 170 2 .592.31 11-Jul-05 H-1 450 1.123.46
17-Dec-07 H0 200 2 .649.28 12-Jul-05 H0 430 1.129.12
18-Dec-07 H+1 200 2 .611.13 13-Jul-05 H+1 430 1.132.79
19-Dec-07 H+2 185 2 .485.88 14-Jul-05 H+2 445 1.136.57
26-Dec-07 H+3 170 2 .294.52 15-Jul-05 H+3 440 1.131.46
27-Dec-07 H+4 165 2 .476.28 18-Jul-05 H+4 475 1.128.44
28-Dec-07 H+5 170 2 .516.70 19-Jul-05 H+5 465 1.132.02
2-Jan-08 H+6 200 2 .620.49 20-Jul-05 H+6 450 1.140.66
3-Jan-08 H+7 195 2 .582.05 21-Jul-05 H+7 450 1.157.51
4-Jan-08 H+8 205 2 .607.84 22-Jul-05 H+8 440 1.172.24
7-Jan-08 H+9 205 2 .610.36 25-Jul-05 H+9 430 1.169.75
8-Jan-08 H+10 200 2 .627.25 26-Jul-05 H+1 440 1.178.00
9-Jan-08 H+11 103 2 .646.82 27-Jul-05 0H+1 430 1.178.11
14-Jan-08 H+12 102 2 .701.63 28-Jul-05 1H+1 425 1.186.61
15-Jan-08 H+13 100 2 .704.25 29-Jul-05 2
H+1 435 1.182.30
16-Jan-08 H+14 100 2 .639.09 1-Aug-05 3H+1 430 1.178.22
17-Jan-08 H+15 103 2 .589.38 2-Aug-05 4H+1 445 1.189.33
18-Jan-08 H+16 101 2 .592.07 3-Aug-05 5H+1 445 1.192.20
21-Jan-08 H+17 101 2 .610.78 4-Aug-05 6H+1 445 1.185.33
22-Jan-08 H+18 90 2 .675.65 5-Aug-05 7H+1 445 1.174.09
23-Jan-08 H+19 97 2 .688.19 8-Aug-05 8H+1 435 1.158.59
24-Jan-08 H+20 97 2 .684.70 9-Aug-05 9H+2 440 1.162.80
25-Jan-08 H+21 97 2 .711.87 10-Aug-05 0H+2 435 1.176.84
28-Jan-08 H+22 100 2 .689.26 11-Aug-05 1H+2 425 1.167.97
29-Jan-08 H+23 99 2 .607.84 12-Aug-05 2H+2 420 1.153.97
30-Jan-08 H+24 96 2 .610.36 15-Aug-05 3H+2 405 1.118.27
31-Jan-08 H+25 95 2 .627.25 16-Aug-05 4H+2 385 1.113.83
1-Feb-08 H+26 92 2.646.821 18-Aug-05 5H+2 365 1.100.30
4-Feb-08 H+27 91 2.701.629 19-Aug-05 6H+2 365 1.087.95
5-Feb-08 H+28 103 2.704.247 22-Aug-05 7H+2 360 1.076.35
6-Feb-08 H+29 103 2.639.087 23-Aug-05 8H+2 370 1.066.09
11-Feb-08 H+30 94 2.589.382 24-Aug-05 9H+3 330 1.035.45
0
Data di atas menunjukkan harga yang cenderung menaik pada saham BBLD
dimulai pada tanggal listing date (H0) sampai dengan hari terakhir hari uji yaitu
hari uji ke-61. Pada hari uji terakhir tanggal 19/3/2004, harga saham BBLD
409
mencapai level 1.175. Harga ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan harga
saham BBLD pada hari uji pertama tanggal 16/12/2003 sebesar 600.
PERMASALAHAN
Permasalahan penelitian ini adalah : “Apakah rata – rata return saham sesudah
listing date warrant lebih besar daripada sebelum listing date warrant.”
TUJUAN PENELITIAN
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah sebagai masukan bagi para investor dalam
mengambil keputusan investasi, serta sebagai bahan pertimbangan bagi emiten
dalam mengambil kebijakan penerbitan warrant
HIPOTESIS
410
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Sumber Data
Data diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia
Situs internet :
http//finance.yahoo.com.
http//www.idx.co.id.
http///www.ksei.co.id.
http//www.e-bursa.com.
http//www.pembelajar.co.id
411
Metode Pengumpulan data
1. Penelitian Pustaka
2 .Penelitian Lapangan
1. Populasi
Sampel dipilih secara purposive judgement sampling, yaitu sampel dipilih atas
dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang
ditentukan ( Indriantoro dan Supomo, 1999).
412
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
ALAT ANALISIS
Uji asumsi normalitas untuk mengetahui apakah data sudah tersebar secara
normal. Untuk uji asumsi normalitas dapat dilihat melalui uji kolmogorov
smirnov dengan hipotesis sebagai berikut :
Jika Ho ditolak berarti data tidak tersebar normal. Jika Ho diterima berarti data
tersebar normal.
Pit – Pit – 1
Rit =
Pit – 1
Keterangan :
Rit : Return sesungguhnya untuk sekuritas ke-I pada hari uji ke–t
Pit : Harga saham untuk sekuritas ke-I pada hari uji ke-t
413
Pit – 1 : Harga saham untuk sekuritas ke-I sebelum hari uji ke-t
(Hartono. 2003:110)
b. Menghitung rata – rata return saham per hari per emiten selama 30 hari .
sebelum dengan sesudah listing date warrant menggunakan persamaan :
c. Menghitung rata – rata return saham semua emiten sebelum dengan sesudah
listing date warrant menggunakan persamaan :
Jumlah X Ri saham
rata – rata Ri =
Jumlah sampel yang diteliti (n)
(Hartono. 2003:110)
3. Pengujian Hipotesis
Ho : µ ses ≤ µ seb
Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih kecil atau sama
dengan rata – rata return saham sebelum listing date warrant.
Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih besar daripada rata
– rata return saham sebelum listing date warrant.
414
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Berdasarkan probabilitas
IV. PEMBAHASAN
Hasil uji asumsi normalitas terhadap sebaran data return perusahaan penerbit
warrant dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov untuk data return
saham sebelum dengan sesudah listing date warrant
Hasil uji normalitas rata-rata return sebelum dengan sesudah listing date warrant
diperoleh nilai signifikansi masing-masing 1.000 dan 0.997. Hal ini berarti nilai
signifikansi > α (0.05) sehingga dapat disimpulkan Ho diterima atau data return
saham tersebut berdistribusi normal.
Rata-rata return saham sebelum dengan sesudah listing date warrant berdistribusi
normal sehingga digunakan uji paired sample t test untuk menguji hipotesis.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Ho : µ ses ≤ µ seb
Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih kecil atau sama
dengan rata – rata return saham sebelum listing date warrant.
Tabel paired sample t test pada lampiran 14 menunjukkan bahwa rata-rata return
sebelum listing date warrant adalah 0.006383. sedangkan rata-rata return sesudah
listing date warrant adalah -0.008133.
415
Berikut adalah hasil uji beda rata-rata return sebelum dengan sesudah listing date
warrant.
Tabel 4.2 Hasil uji beda rata-rata return sebelum dengan sesudah listing
date Warrant Untuk keseluruhan emiten
Berdasarkan perhitungan uji paired sample t test secara dua arah diperoleh t
hitung -1.878, t tabel 2.571 dan probabilitas 0.119. Maka dapat dirumuskan t
hitung < t tabel atau dengan melihat probabilitas sebesar 0.119 (> 0.05) maka Ho
diterima, artinya rata-rata return saham sesudah listing date warrant lebih kecil
atau sama dengan rata-rata return saham sebelum listing date warrant.
416
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
warrant tersebut. Hal ini menyebabkan aksi jual dan beli saham tidak
berimbang atau aksi jual lebih banyak daripada aksi beli sehingga penjualan
saham yang dilakukan investor menurunkan harga saham setelah listing
date warrant.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
417
Connor G, Korajzcyk R. (1991), “The attribute, behavior and performance of
US mtual funds”, Review of Quantitative Finance and Accounting 1,
pp. 5-26
Kao, GW; LTW Cheng, dan KC Chan, (1998), “International mutual fund
selectivity and market timing during up and down market
conditions”, The Financial Review 33, hal 127-144
Treynor JL, Mazuy K (1966), “Can mutual funds outguess the market?”,
Harvard Business Review 44, pp. 131-136
http//finance.yahoo.com.
http//www.idx.co.id.
http///www.ksei.co.id.
http//www.e-bursa.com.
http//www.pembelajar.co.id
418
PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM NILAI
PENGUSAHA TERHADAP IMPLEMENTASI STRATEGI
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA USAHA MENENGAH
DI KOTA JAMBI
Muazza10
ABSTRACT
This research is based on the idea about monetary crisis in the reality small and medium
enterprise can exist, even can permeating labor and as source earnings of area. Do this
matter is caused by competence and value system of entrepreneur and implementation of
human resources management strategy?. Therefore, the research done for medium
enterprise town of Jambi this aims to know whether or not the competence and value
system of enterpreneur have significant effect tewards performance of enterprise. The
last aim is that the researcher wants to know whether or not the implementation of
human resources management strategy have significant effect teward performance of
enterprise.
The result of analysis indicates that variable of competence and value system has
significant influence tewards human resources management strategy and performance of
enterprise the contribution of the effect can be seen bellow: (1) Competence and value
system has effect to human resources management strategy with precentage 49.4%; (2)
Entrepreneur’s competence and value system effect performance of enterpreise with
precentage 51.9%. (3) The implementation og human resources management strategy
has effect to performance of entreprise with precentage 74.5%. That other factors which
have effect to human resources management strategy and performance of entreprise are
entrepreneur’s training and goverment policy.
PENDAHULUAN
10
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jambi
membawa dampak yang sangat luas terhadap seluruh sendi perekonomian di
tanah air, sehingga berbagai bidang usaha mengalami persaingan yang semakin
ketat untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam konteks
ini, setiap perusahaan baik besar, menengah maupun kecil harus mampu
bersaing dalam “market power” dengan menciptakan berbagai keunggulannya
(Porter, 1980).
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan daya
saingnya, setiap perusahaan harus selalu meningkatkan profil diri (sebagai
bagian dari corporate culture), diantaranya dengan meningkatkan kemampuan
sumber daya internal perusahaan (Mohoney dan Pandian, 1992) yang makin
kreatif dan produktif yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan wawasan
serta berorientasi pada nilai corporate culture modern (Geoffrey G. Meredith,
1996:3).
Secara kualitatif, essensi dan eksistensi usaha menengah dalam
perekonomian nasional tidak diragukan lagi. Apabila dikaitkan dengan
peranannya selama masa krisis yaitu berfungsi sebagai penyangga terhadap
ketahanan perekonomian masyarakat dan bahkan berfungsi juga sebagai
ketahanan sosial, kerena melalui keberadaan usaha menengah inilah banyak
harapan dibebankan terutama dalam masalah kegiatan perekonomian,
khususnya sebagai sumber pendapatan.
Perkembangan usaha menengah di Kota Jambi baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif cukup baik, bahkan sebagian besar pengusaha sudah
berkompeten, dibidang teknik, pemasaran, dan keuangan serta hubungan antar
pribadi. Namun fakta dilapangan juga menunjukkkan dibeberapa usaha
memperlihatkan masih ada sebagian pengusaha belum memiliki pengetahuan
atau keterampilan yang memadai dalam mengelola usahanya, seperti waktu
yang lama dalam mendesain produk, identifikasi pelanggan, kesiapan
menghadapi pesaig,pengarturan keuangan dan hubungan dengan karyawan,
dan keadaan ini perlu diatasi agar usaha menengah di Kota Jambi tetap bisa
bertahan, dan dapat berfungsi sebagai penyangga ekonomi masyarakat.
Kinerja usaha menengah di Kota Jambi selain dipengaruhi oleh
kompetensi pengusaha yang tinggi, diduga juga didukung oleh sistem nilai
pragmatik dari pengusaha Hal yang dicermati dari segi sistem nilai di beberapa
usaha memperlihatkan kedewasaan pada diri pengusaha, ada beberapa
pengusaha yang memulai usahanya tidak menguasai keterampilan dalam
bidang usaha yang dilakukannya, pengusaha memulai usahanya hanya
berbekal keberanian saja, dan ada juga beberapa pengusaha berdasarkan
percaya pada nasib sehingga pengelolaannya tidak pada strategi bisnis yang
cukup mapan
Usaha menengah di Kota Jambi sebagian besar pengusahanya kup
memiliki jiwa kewirausahaan juga telah melaksanakan implementasi strategi
manajemen sumber daya manusia secara efektif, namun masih terdapat
beberapa pengusaha yang belum memahami implementasi strategi manajemen
420
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
sumber daya manusia secara efektif, hal ini terlihat pada kemampuan
pengusaha dalam melakukan perekrutan tenaga kerja berdasarkan sistem
keluarga, fenomena lainnya terlihat dari segi strategi kompensasi masih
terdapat pengusaha melakukan strategi kompensasi berdasarkan kebijakan
pimpinan, fenomena lain terlihat pada hubungan dengan karyawan, dibeberapa
perusahan terlihat keengganan pengusaha untuk membuat komitmen bersama
dengan karyawan dalam aktivitas keseharian perusahaan. Ketidakmampuan
mengimplementasikan strategi manajemen sumber daya manusia secara tepat
dari beberapa pengusaha tersebut kerena kurangnya kemampuan sumber daya
manusia atau keterampilan dan pengetahuan, hal ini disebabkan dibebarapa
usaha terdapat pengusaha bersikap dan berperilaku kurang beorientasi bisnis,
masih rendahnya pendidikan sebagian pengusaha, serta masih terdapatnya
pengusaha yang belum pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan, kondisi
demikian tentu tidak mendukung kemampuan berkompetisi.
Pengusaha yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengusaha yang
terdapat pada usaha menengah. Penetapan pengusaha skala industri menengah
sebagai unit observasi didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut; 1) lebih
dari setengah perusahaan didirikan sebagai pengembangan dari usaha kecil
(usaha kecil tangguh/mandiri); 2) kelompok usaha menengah ini sudah mampu
menerima pekerjaan subkontrak dan eksport; 3) terbukti dapat
mempertahankan usahanya dalam menghadapi krisis ekonomi sehingga
mampu berfungsi sebagai ketahan sosial dan ketahan ekonomi yaitu mampu
menjadi sarana pemerataan kesejahteraan rakyat dengan menyerap tenaga yang
besar, dan memberikan kontribusi ke PAD Jambi; 4) sebagian besar pengusaha
memiliki sikap kewirausahaan yang tinggi; 5) Skala industri menengah di Kota
Jambi sebagai entitas bisnis dilihat dari kinerja usahanya merupakan usaha
yang potensial untuk dikembangkan pada masa yang akan datang.
Atas dasar pertimbangan fenomena di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan tema sentral sebagai berikut: “Kompetensi yang
tinggi dimiliki oleh pengusaha (pengusaha yang berkompeten) disertai Sistem
Nilai Pengusaha yang terinternalisasi dalam perusahaan mempengaruhi
Implementasi Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia yang pada akhirnya
berdampak pada peningkatan Kinerja Usaha”.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memperoleh hasil kajian tentang kompetensi pengusaha menengah di
Kota Jambi
2. Memperoleh hasil kajian tentang sistem nilai pengusaha yang
terinternalisasi pada usaha menengah di Kota Jambi
3. Memperoleh hasil kajian tentang implementasi strategi manajemen sumber
daya manusia pada usaha menengah di Kota Jambi
4. Memperoleh hasil kajian tentang kinerja usaha menengah di Kota Jambi
5. Memperoleh hasil analisis tentang pengaruh kompetensi dan sistem nilai
pengusaha yang terinternalisasi dalam perusahaan terhadap implemetasi
421
strategi manajemen sumber daya manusia pada usaha menengah di Kota
Jambi baik secara simultan maupun parsial.
6. Memperoleh hasil anilisis pengaruh kompetensi dan sistem nilai
pengusaha yang terinternalisasi dalam perusahaan terhadap kinerja usaha
menengah di Kota Jambi baik secara simultan maupun parsial.
7. Memperoleh hasil analisis pengaruh implementasi strategi manajemen
sumberdaya manusia terhadap kinerja usaha pada usaha menengah di
Kota Jambi.
METODE PENELITIAN
Metode Analisis
422
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
untuk tingkat signifikansi 0.05 dan derajat bebas V1 = k dan = n-k-1. Serta uji
secara parsial (uji t), kriteria pengujian adalah tolak Ho jika thitung lebih besar
dari ttabel dan sebaliknya terima Ho jika thitung lebih kecil atau sama dengan ttabel .
Tabel Hasil Koefisen Jalur Pengaruh Kompetensi (X1) Dan Sistem Nilai
Pengusaha (X2) terhadap Implementasi Strategi Manajemen (Y)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 31.323 2.863 10.941 .000
Kompetensi (X1) .317 .033 .589 9.593 .000
Sistem Nilai Pengusaha (X2) .124 .026 .288 4.685 .000
a. Dependent Variable: Implementasi Strategi (Y)
423
Hasil penelitian diatas, sejalan dengan pendapat syarifudin Alwi
(2001:38) yang menyatakan untuk menjadikan sumber daya manusia sebagai
sumber keunggulan kompetitif organisasi tidak mudah, hal ini berkaitan
dengan bukan saja faktor kemampuan dan keahlian melainkan pula berkaitan
dengan faktor-faktor seperti sistem nilai, persepsi, sikap dan kemauan
individual untuk maju. Sejalan dengan pernyataan di atas, hasil penelitian yang
dilakukan The American Compensation 1996 pada 217 perusahaan di Amerika
Serikat, diperoleh suatu kesimpulan bahwa pemanfaatan kompetensi dalam
perusahaan: (1) 88%digunakan sebagai dasar dalam kegiatan staffing pegawai,
(2) 62% sebagai dasar dalam penetapan pendidikan dan pelatihan, (3) 90%
digunakan sebagai dasar bagi penilaian kinerja, serta (4) 64% digunakan sebagai
dasar penetapan kompensasi. Sama halnya oleh A. Usmara (2002:110) yang
menyatakan bahwa penentuan ambang kompetensi yang dibutuhkan tentunya
akan dapat digunakan sebagai dasar bagi implementasi strategi manajemen
sumber daya manusia yang meliputi strategi perencanaan, strategi evaluasi dan
strategi pengembangan sumber daya manusia. Hal senada didukung pula oleh
pendapat Desler (1997:23) dan Greer (1995:49) yang menyatakan bahwa dalam
sejumlah organisasi yang bertumbuh pada sumber daya manusia sekarang
dilihat sebagai suatu sumber keunggulan bersaing, ada pengakuan yang besar
bahwa kompetensi, kultur organisasi, proses manajemen dan angkatan kerja
bermutu tinggi merupakan sumber organisasi untuk bersaing.
Setelah prosedur pengujian simultan H0 ditolak, dan disimpulkan
terdapat pengaruh secara bersama-sama, selanjutnya dilakukan pengujian
individual untuk melihat kebermaknaan (signifikansi) pengaruh X1, X2 secara
parsial terhadap Y, maka dilakukan pengujian dengan uji t. Hasil perhitungan
statistik uji terlihat bahwa thitung untuk variabel X1 = 9,593 lebih besar dari ttabel =
1,656 dan signifikansi p<α 0,05 maka H0 ditolak, dan menerima H1 artinya ada
pengaruh positif yang signifikan (bermakna) dari kompetensi pengusaha
terhadap implementasi strategi manajemen sumber daya manusia. Untuk
variabel X2 terlihat bahwa thitung = 4,685 lebih besar dari ttabel = 1,656 dan
signifikansi p<α 0,05 maka H0 ditolak, dan menerima H1 artinya ada pengaruh
positif yang signifikan (bermakna) dari sistem nilai pengusaha terhadap
implementasi strategi manajemen sumber daya manusia.
Kontribusi variabel kompetensi dan sistem nilai pengusaha terhadap
implementasi strategi manajemen sumber daya manusia diperoleh nilai R-square
(R2) sebesar 0,494. Sedangkan 50,6% di pengaruhi faktor lain.
Selanjutnya untuk menjawab hipotesis penelitian mengenai pengaruh
positif kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha terhadap kinerja pada
usaha menengah di Kota Jambi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
424
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Tabel Hasil Koefisen Jalur Pengaruh Kompetensi (X1) dan Sistem Nilai
Pengusaha (X2) Terhadap Kinerja (Z)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -542.655 77.000 -7.047 .000
Kompetensi (X1) 8.891 .889 .599 9.998 .000
Sistem Nilai Pengusaha (X2) 3.593 .710 .303 5.058 .000
a. Dependent Variable: Kinerja (Z)
425
Setelah prosedur pengujian simultan H0 ditolak, dan disimpulkan
terdapat pengaruh secara bersama-sama, selanjutnya dilakukan pengujian
individual untuk melihat kebermaknaan (signifikansi) pengaruh X1, X2 secara
parsial terhadap Z, maka dilakukan pengujian dengan uji t. Hasil perhitungan
statistik uji t terlihat bahwa thitung untuk variabel X1 = 9,998 lebih besar dari ttabel
= 1,656 dan signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima H1 yang artinya
terdapat pengaruh positif yang signifikan (bermakna) dari kompetensi
pengusaha terhadap kinerja usaha dan untuk variabel X2 terlihat bahwa thitung =
5,058 lebih besar dari ttabel = 1,656 dan signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak, dan
menerima H1 artinya terdapat pengaruh positif yang signifikan (bermakna) dari
sistem nilai pengusaha terhadap kinerja usaha.
Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan statistik besarnya kontribusi
kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha terhadap kinerja usaha
ditunjukkan dengan nilai R-square (R2) sebesar 0,519. Dengan kata lain bahwa
kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha memberikan kontibusi
terhadap kinerja usaha sebesar 51,9% sedangkan 48,1% dipengaruhi faktor lain.
Implementasi strategi sumber daya manusia (Y) berpengaruh terhadap
kinerja usaha (Z), digunakan analisis jalur dengan hasil sebagai berikut :
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -931.049 100.062 -9.305 .000
Implementasi Strategi (Y) 20.562 1.554 .745 13.232 .000
a. Dependent Variable: Kinerja (Z)
426
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kompetensi pengusaha di Kota Jambi menunjukkan pengusaha yang
berkompeten dalam mengelola usaha.
2. Sistem nilai pengusaha yang terinternalisasi pada usaha menengah di kota
Jambi adalah sistem nilai pragmatik yaitu sistem nilai yang berorientasi
pada kecenderungan seseorang/pengusaha yang mengangap nilai tertentu
sebagai penting dan tidak penting sebagai kerangka acuan “keberhasilan-
kegagalan”
3. Impelementasi strategi manajemen sumber daya manusia pada usaha
menengah di Kota Jambi efektif (tepat) atau sesuai dengan tujuan
4. Kinerja usaha menengah di Kota Jambi merupakan usaha yang potensial
untuk dikembangkan pada masa yang akan datang
5. Kompetensi dan sistem nilai pengusaha berpengaruh terhadap
implementasi strategi manajemen sumber daya manusia baik secara
simultan maupun secara parsial
6. Kompetensi dan sistem nilai pengusaha berpengaruh terhadap kinerja baik
secara simultan maupun parsial.
7. Implementasi strategi manajemen sumber daya manusia berpengaruh
terhadap kinerja usaha.
Saran-saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian maka
diajukan beberapa saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi pengusaha
427
a. Sebagai usaha yang potensial untuk dikembangkan pada masa yang akan
datang maka perlunya pengusaha untuk lebih meningkatkan lagi
kompetensi dan jiwa kewirausahan/profesionalisme dalam mengelola
usaha agar bisa masuk ke tahap Fast Moving Entreprise (pengusaha yang
berskala industri besar)
b. Masih lemahnya kompetensi dibidang identifikasi pelanggan dibeberapa
perusahaan, disarankan pengusaha untuk lebih giat melakukan riset pasar
c. Implementasi strategi manajemen sumber daya manusia terutama strategi
rekrutmen berdasarkan keluarga dan strategi kompensasi berdasarkan
kebijakan pimpinan harus dipertimbangkan
d. Pihak perusahaan harus menjalin hubungan yang harmonis dengan
karyawan dalam rangka menumbuhkan rasa empati karyawan terhadap
perusahaan
e. Kompetensi, sistem nilai pengusaha, implementasi strategi manajemen
sumber daya manusia yang dilaksanakan secara efektif mempengaruhi
kinerja usaha, oleh karena itu disarankan kepada usaha-usaha yang belum
pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk lebih giat mengikuti
pendidikan dan pelatihan dibidang manajemen secara berkelanjutan.
2. Bagi Pemerintah
Usaha menengah di Kota Jambi memberikan kontribusi kepada
Pendapatan Daerah, menyerap tenaga kerja yang besar serta investasi, maka
diharap pemerintah memberikan dukungan berupa kebijakan regulasi dalam
bidang keuangan, akses pasar, infrastuktur, jaringan usaha dan asosiasi sektoral
yang mendorong kegiatan eksport bagi usaha menengah khususnya di Kota
Jambi.
DAFTAR PUSTAKA
A.Usmara. 2002. Pradigma Baru SDM. Edisis Kedua. Amara Books. Yogyakarta
Carrel, Michael R., Nobert F. Elbert and Robert D. 1995. Human Resource
Management: Global Strategies for Managing a Diverse Workforce. 5th
Edition. New Jersey. Prentice Hall International
428
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010
Cochran, William G. 1993. Sampling Technique. Third Edit. New York: Jhon Wiley
& Sons
Mahoney, J.T, JR. Pandian. 1992. The Resource Based View Within Conversation Of
Strategic Management. Journal.
Soejipto Budi W. 2002. Semper Fidelis. Swa Sembada. No. 06/XII, 22 Maret-April
Spencer, M, Lyle, Jr & Signe M. Spencer, 1993. Competence at Work “ Models for
Superior Performance”. Jhon Wiley & Sons Inc, New York
Suryana. 2000. Pengaruh Latar Belakang Profesional dan Sistem Nilai Serta
Kemodernan Kewirausahaan terhadap Kinerja dan Daya Hidup
Perusahan. Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana, Universitas
Padjadjaran
429