You are on page 1of 100

Jurnal .

BISNIS & MANAJEMEN


Jurnal Ilmiah Berkala Empat Bulanan, ISSN 1411 - 9366 Volume 6 No.3, Mei 2010

CITRA MEREK: DIMENSI, PROSES PENGEMBANGAN SERTA


PENGUKURANNYA
Roslina

ANALISIS RANDOM WALKS PADA HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA


EFEK INDONESIA PERIODE 2006 - 2008
Dariyus

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI BIOETANOL BERBASIS UBI


KAYU DI LAMPUNG TENGAH
Rr. Erlina, E.Gumbira Sa’id, Machfud, Sukardi, Zainal Mahmud

EVALUASI KINERJA REKSA DANA CAMPURAN INDONESIA PADA


KONDISI PASAR BEARISH
Ernie Hendrawaty

PERBANDINGAN RETURN SAHAM SEBELUM DENGAN SESUDAH


LISTING DATE WARRANT PADA BURSA EFEK INDONESIA
Zulkarnain

PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM NILAI PENGUSAHA


TERHADAP IMPLEMENTASI STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA
MANUSIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA USAHA
MENENGAH DI KOTA JAMBI
Muazza

JURNAL BISNIS
Bandarlampung ISSN
dan Vol. 6 No.3 Hal. 333-429
Mei 2010 1411 - 9366
MANAJEMEN
Volume 6 No. 3, Mei 2010 ISSN 1411 - 9366

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN

TIM REDAKSI

Penanggung Jawab : Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc.


(Rektor Universitas Lampung)
Pembina : Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.Sc.
(Pembantu Rektor I Universitas Lampung)
: Dr. Eng. Admi Syarif
(Ketua Lembaga Penelitian Universitas Lampung)
: Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc.
(Pj. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung)
Pemimpin Umum : Hj. Aida Sari, S.E., M.Si.
Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Lampung
Dewan Editor
Ketua : Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si.
Anggota : Dr. Irham Lihan, S.E., M.Si.
Dr. Sri Hasnawati, S.E.. M.M.
Iban Sofyan, S.E., M.M.
Aripin Ahmad, S.E., M.Si.
Zulkarnain, S.E., M.B.A.
Dariyus, S.E., M.M.
Ribhan, S.E., M.Si.
Ernie Hendrawaty, S.E., M.Si.
Redaksi Pelaksana
Ketua : Hj. Mahrinasari M.S., S.E., M.P.M.
Wakil Ketua : Rinaldi Bursan, S.E., M.Si.
Sekretaris : Prakarsa Pandjinegara, S.E., M.E.
Bendahara : Hi. Habibullah Jimad, S.E., M.Si.
Tata Usaha dan Kearsipan : Prayugo
Distribusi dan Sirkulasi : Nasirudin
Alamat Redaksi : Gedung A Lantai 2, Fakultas Ekonomi Unila
Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro no. 1
Gedungmeneng - Bandarlampung, 35145
Telp. : (0721) 773465
Email : manajemen@unila.ac.id
Website : http://fe-manajemen.unila.ac.id/~jbm

Jumal Bisnis dan Manajemen merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan tiga kali
setahun oleh Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, berisikan
ringkasan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.
Volume 6 No. 3, Mei 2010 ISSN 1411 - 9366

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN

DAFTAR ISI

CITRA MEREK: DIMENSI, PROSES PENGEMBANGAN SERTA


PENGUKURANNYA
Roslina .................................................................................................................... 333

ANALISIS RANDOM WALKS PADA HARGA SAHAM LQ45 DI


BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006 - 2008
Dariyus ................................................................................................................... 347

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI BIOETANOL BERBASIS UBI


KAYU DI LAMPUNG TENGAH
Rr. Erlina, E.Gumbira Sa’id, Machfud, Sukardi, Zainal Mahmud ................. 363

EVALUASI KINERJA REKSA DANA CAMPURAN INDONESIA PADA


KONDISI PASAR BEARISH
Ernie Hendrawaty ................................................................................................. 385

PERBANDINGAN RETURN SAHAM SEBELUM DENGAN SESUDAH


LISTING DATE WARRANT PADA BURSA EFEK INDONESIA
Zulkarnain .............................................................................................................. 401

PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM NILAI PENGUSAHA


TERHADAP IMPLEMENTASI STRATEGI MANAJEMEN SUMBER
DAYA MANUSIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA USAHA
MENENGAH DI KOTA JAMBI
Muazza ................................................................................................................... 419
CITRA MEREK: DIMENSI, PROSES PENGEMBANGAN
SERTA PENGUKURANNYA

Roslina 1

ABSTRAK

Citra merek (brand image) digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi suatu
produk ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang
suatu produk. Konsumen cenderung akan memilih produk yang telah terkenal
dan digunakan oleh banyak orang daripada produk yang belum dikenalnya.

Citra merek memiliki tiga dimensi, yaitu: citra perusahaan (corporate image), citra
produk (product image) dan citra negara yang menghasilkan suatu produk
(country of origin image). Ketika konsumen mengevaluasi citra merek suatu
produk, konsumen juga mengevaluasi kualitas produk, perusahaan yang
menghasilkan serta negara penghasil produk tersebut.

Citra merek dibentuk oleh berbagai elemen identitas merek (brand identity)
dengan iklan sebagai salah satu media terpenting untuk memberikan informasi
kepada konsumen dan menempatkan merek di pikiran konsumen.

Citra merek dapat diukur menggunakan atribut, manfaat, dan keseluruhan


sikap konsumen terhadap merek. Manfaat yang dirasakan oleh konsumen
merupakan elemen kunci yang menentukan citra merek. Manfaat ini terdiri dari
manfaat fungsional, manfaat simbolis dan manfaat pengalaman.

Keywords : brand image, corporate image, product image, country of origin


image.

Semakin banyak merek yang berada di pasar untuk satu jenis produk
memberikan alternatif pilihan kepada konsumen. Konsumen pada umumnya
akan mengevaluasi produk dengan membandingkan kualitas, harga, serta
merek sebelum melakukan suatu pembelian. Pada umumnya konsumen akan
memilih suatu produk yang telah mereka kenal daripada produk yang tidak
pernah mereka ketahui.

1
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung
Citra merek berfokus pada dua perspektif, yaitu perusahaan dan
konsumen. Pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan berhubungan langsung
dengan perbaikan aktivitas pemasaran serta strategi menempatkan (positioning)
dan memelihara (retaining) citra merek yang positif.
Pendekatan konsumen didasarkan pada sikap konsumen dalam
menginterpretasi citra merek dan ekuitas merek. Pentingnya suatu merek di
pasar dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mengevaluasi fakta
tentang bagaimana konsumen menginterpretasikan citra dari suatu merek dan
kemampuan perusahaan untuk mengelola strategi penempatan merek, yang
menyatakan ekuitas merek kepada konsumen.
Citra merek dapat dipersepsikan secara positif maupun negatif oleh
konsumen. Hal ini tergantung dari memori serta pengalaman konsumen
terhadap suatu merek. Jika konsumen memiliki pengalaman yang baik serta
menyenangkan terhadap merek suatu produk maka hal tersebut akan terekan
dalam memori dan konsumen akan mempersepsikan produk tersebut secara
positif, demikian juga sebaiknya.

Definisi Citra Merek

Citra merek merupakan petunjuk yang akan digunakan oleh konsumen


untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan
yang cukup tentang suatu produk. Terdapat kecnderungan bahwa konsumen
akan memilih produk yang telah dikenal baik melalui pengalaman
menggunakan produk maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui
berbagai sumber.
Citra merek menurut Keller (2008:51) adalah persepsi konsumen tentang
suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi merek yang ada pada pikiran
konsumen. Sedangkan Aaker (1991:109) menyatakan bahwa citra merek
merupakan kumpulan asosiasi yang diorganisir menjadi suatu yang berarti.
Citra merek berdasarkan memori konsumen tentang suatu produk,
sebagai akibat dari apa yang dirasakan oleh seseorang terhadap merek tersebut.
Perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu merek
akan membentuk citra tersebut dan akan tersimpan dalam memori konsumen.
Citra merek merupakan asosiasi yang muncul dalam benak konsumen
ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana
dapat muncul dalam bentuk pemikiran dan citra tertentu yang dikaitkan
dengan suatu merek.
Citra merek tersusun dari asosiasi merek. Aaker (1991:109) menyatakan
bahwa asosiasi merek adalah apa saja yang terkait dengan memori terhadap
suatu merek. Asosiasi merek memiliki tingkat kekuatan tertentu dan akan
semakin kuat seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau
penggalian informasi dan akan bertambah kuat jika didukung oleh jaringan
lainnya. Citra merek dapat berdampak positif atau negatif, bergantung kepada

334
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

bagaimana konsumen menafsirkan asosiasi tersebut. Asosiasi merek dan citra


merek merupakan persepsi konsumen yang mungkin atau mungkin tidak
merefleksikan realitas secara objektif.
Asosiasi merek dapat membantu meringkaskan fakta dan spesifikasi
yang sulit diproses dan diakses oleh konsumen serta sangat mahal bagi
perusahaan untuk mengomunikasikannya. Suatu asosiasi dapat menghasilkan
informasi yang penting bagi konsumen dan memberikan cara untuk
mendapatkannya. Asosiasi dapat pula menjadi dasar yang sangat penting untuk
diferensiasi dan dapat menjadi kunci bagi keunggulan kompetitif.
Terdapat sebelas jenis asosiasi (Aaker, 1991:114-128), yaitu (1) Atribut
produk (product attribute). Mengembangkan asosiasi semacam ini efektif karena
jika atribut tersebut bermakna, asosiasi bisa secara langsung diterjemahkan
dalam alasan untuk membeli atau tidak membeli suatu merek. (2) Atribut-
atribut tak berwujud (intangibles). Faktor-faktor tak berwujud merupakan
asosiasi yang lebih efektif untuk dikembangkan daripada atribut-atribut
spesifik. Suatu faktor tak bewujud merupakan atribut umum, seperti kualitas
yang dirasakan, kemajuan teknologi dan nilai yang dirasakan. (3) Manfaat bagi
pelanggan (customer benefits), yang berguna untuk membedakan antara manfaat
rasional dengan manfaat psikologis. (4) Harga relatif (relative price). (5)
Penggunaan atau aplikasi (use/application). (6) Pengguna atau pelanggan
(user/customer). (7) Orang tersohor atau khalayak (celebrity/person). (8) Gaya
hidup atau kepribadian (life-style/personality). (9) Kelas produk (product class).
(10) Para kompetitor (competitors), dan (11) Negara atau wilayah geografis
(country or geographic area).

Dimensi Citra Merek

Citra Perusahaan (Corporate Image)


Perasaan maupun pengalaman konsumen terhadap suatu perusahaan
yang menghasilkan suatu produk akan membentuk citra perusahaan tersebut.
Pemahaman tentang citra perusahaan sangat penting bagi pemasar karena citra
merek yang disukai untuk perusahaan dapat mempengaruhi dukungan
konsumen dan pembuatan keputusan oleh konsumen, sedangkan citra yang
tidak disukai memiliki pengaruh yang akan merugikan bagi pengambilan
keputusan dan perilaku (Alwi & Da Silva, 2007:217).
Broomley (2000) dalam Alwi dan Da Silva (2007:219) menyatakan
bahwa citra perusahaan adalah persepsi eksternal stakeholder berdasarkan
akumulasi pengalaman terhadap organisasi. Sedangkan Rowley (1997:246)
mengemukakan bahwa citra perusahaan merupakan persepsi dari konsumen,
konsumen potensial ataupun target sasaran terhadap sebagian atau keseluruhan
fitur perusahaan. Hal senada diungkapkan oleh Keller (2000) dalam Alwi dan
Da Silva (2007:219) yang menyatakan bahwa citra merek perusahaan
merupakan asosiasi yang ada pada pikiran konsumen terhadap suatu

335
perusahaan yang menghasilkan barang atau menyediakan jasa untuk
konsumen.
Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa citra perusahaan
perusahaan dihasilkan oleh berbagai aktivitas yang dilakukan perusahaan yang
pada akhirnya akan menimbulkan keyakinan konsumen terhadap organisasi
atau perusahaan tersebut.
Citra juga perusahaan merujuk kepada asosiasi konsumen. Kontak
konsumen dengan organisasi secara langsung atau tidak langsung akan
mempengaruhi kekuatan atau eksistensi asosiasi tersebut.
Citra perusahaan dipersepsikan oleh eksternal stakeholder. Persepsi
tersebut dapat positif maupun negatif, tergantung kepada pengalaman eksternal
stakeholder tersebut dengan perusahaan.
Keller (2000) dalam Alwi dan Da Silva (2007:219) menyatakan bahwa
citra perusahaan dapat menyebabkan terjadinya asosiasi antara produk dengan
atribut atau manfaat (konsumen lebih menyukai kualitas atau inovasi dari
produk), orang dan hubungan atau orientasi konsumen, program dan nilai
(tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan tanggung jawab sosial),
kredibilitas perusahaan (perusahan terlihat lebih ahli, dapat dipercaya, dan
menyenangkan). Kontak yang terjadi antara konsumen dengan perusahaan
secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi eksistensi atau
kekuatan asosiasi tersebut.
Keller (2000) dalam Alwi dan Da Silva (2007:219) mengemukakan
bahwa citra merek perusahaan (corporate brand image) tergantung pada beberapa
faktor, yaitu; (1) produk yang dibuat oleh perusahaan, (2) kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan, dan (3) cara perusahaan berkomunikasi dengan
konsumen.
Smith (1993) dalam Abratt dan Mofokeng (2001:369) menyatakan bahwa
empat area yang membentuk citra perusahaan (corporate image), yaitu (1) produk
atau jasa, termasuk kualitas produk dan keperdulian terhadap konsumen, (2)
tanggung jawab sosial, kenggotaan perusahaan, perilaku etis, dan masalah
kemasyarakatan, (3) lingkungan, termasuk kantor, showroom dan pabrik, dan (4)
komunikasi termasuk periklanan, hubungan masyarakat, komunikasi personal,
brosur, dan program identitas perusahaan (corporate identity program).
Citra merek perusahaan sangat penting dan berhubungan dengan
reputasi perusahaan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bergstrom et al
dalam Alwi dan da Silva (2007:220) yang menyatakan bahwa merek perusahaan
dan reputasi pada dasarnya merupakan aset tak berwujud dari suatu
perusahaan dan memiliki hubungan yang dekat. Davis et al (2003) dalam artikel
yang sama menyatakan bahwa kepuasan konsumen akan mendorong kinerja
dan mengubah citra sebagaimana digambarkan dalam rantai reputasi
perusahaan (corporate reputation chain) pada gambar 1.

336
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Employee The Customer


Satisfaction Brand Satisfaction
view view

Loyalty

Retention Identity Image

Sales

Gambar 1 Rantai Reputasi Perusahaan (Corporate Reputation Chain)


Sumber: Alwi dan Da Silva (2007:220)

Citra perusahaan atau citra merek perusahaan lebih bersifat emosional


dan afektif yang melibatkan perasaan dan reaksi yang merupakan akibat dari
pengalaman mengonsumsi suatu produk atau merek.
Citra merek perusahaan yang dinilai baik oleh konsumen bukan hanya
akan membantu perusahaan untuk menghasilkan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan (sustainable competitive advantage), melalui kepuasan stakeholder
diharapkan akan meningkatkan penjualan produk dan membuat performance
perusahaan menjadi lebih baik. Schultz dan de Chernatony (2002) dalam Alwi
dan Da Silva (2007:220) menyatakan bahwa strategi merek perusahaan yang
sukses akan memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk menghasilkan
pendapatan yang signifikan di masa yang akan datang.

Citra Produk (Product Image)

Mengembangkan citra produk dalam pikiran konsumen menjadi


strategi yang sangat penting bagi perusahaan karena produk yang memiliki
citra yang kuat dalam memori jangka panjang konsumen lebih disukai ketika
akan membeli suatu produk pada saat produk tersebut dibutuhkan.
Citra produk ditentukan oleh komunikasi yang dilakukan oleh pabrik
maupun pengecer kepada konsumen. Komunikasi ini akan menjadi input
stimulus ataupun petunjuk bagi konsumen. Beberapa penelitian yang dilakukan
lebih menekankan pada citra toko serta pengukurannya, dan tidak ditemukan
penelitian yang meneliti pengaruh citra produk terhadap perilaku konsumen
(Yu & Kincade 2001:30).

337
Yu dan Kincade (2001:30) mendefinisikan citra produk sebagai
kombinasi berbagai atribut seperti harga, nama toko, negara penghasil suatu
produk dan produk. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa
citra produk disebabkan oleh atribut-atribut yang dimiliki oleh produk dan
dinilai serta diingat oleh konsumen.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menemukan bahwa atribut
produk atau kinerja informasi sangat penting dalam proses pembuatan
keputusan oleh konsumen. Martin (1971) dalam Yu dan Kincade (2001:33)
menemukan bahwa 67 persen partisipan mengindikasikan bahwa informasi
tentang atribut produk merupakan faktor utama yang menentukan dalam
pembelian produk pakaian.

Citra Negara Penghasil Produk (Country of Origin Image)

Han (1989) dalam Hsieh, Pan, dan Setiono (2004:254) menjelaskan


pengaruh citra merek pada evaluasi produk serta persepsi tentang citra negara
yang mempengaruhi keseluruhan evaluasi secara tidak langsung melalui
keyakinan konsumen ataupun secara langsung. Jika konsumen lebih familiar
dengan produk yang dihasilkan oleh suatu negara, konsumen akan
menyimpulkan informasi produk dan membentuk evaluasi secara langsung.
Kesan positif dari suatu merek yang dihasilkan oleh negara asal (country
of origin) menghasilkan sikap positif terhadap merek tersebut dan akan diikuti
oleh perilaku yang positif. Sedangkan konsumen yang memiliki citra negatif
terhadap negara tertentu tidak akan mempertimbangkan untuk membeli merek
yang berasal dari negara tersebut tanpa memperhatikan asosiasi merek tersebut.

Proses Pengembangan Citra Merek

Dalam proses pengembangan citra merek, harus diketahui bahwa


merek yang kuat memiliki identitas yang jelas. Konsumen umumnya
menginginkan sesuatu yang unik dan khas yang berhubungan dengan merek.
Ketidakcocokan citra merek dengan harapan konsumen akan memberikan
kesempatan kepada pesaing.
Kapferer (1992:37) menyatakan bahwa konsumen membentuk citra
melalui sintesis dari semua sinyal atau asosiasi yang dihasilkan merek, seperti
nama merek, simbol visual, produk, periklanan, sponsorship, artikel yang
kemudian dikembangkan dan diinterpretasikan oleh konsumen. Sinyal tersebut
dapat bersumber dari dari identitas merek, sebagaimana dapat dilihat pada
gambar berikut:

338
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Sending Media Receiving

Brand identity

Signal Brand
transmitted Image

Other sources of
inspiration:
- Mimicry
- Opportunism Competition
- Idealism and
Noise

Gambar 2 Identitas dan Citra


Sumber: Kapferer (1992:38)

Identitas merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang menjadi tujuan


atau cita-cita dari strategi merek itu sendiri untuk menciptakan atau
mempertahankan kelangsungan sebuah merek di pasar (Surachman, 2008:47).
Identitas merek harus berbeda dari pesaing dan dikembangkan secara
komprehensif untuk konsumen.
Park (1986) Park (1986) dalam Janonis, Dovalien÷, dan Virvilait÷
(2007:74) menyatakan bahwa kesuksesan suatu merek di pasar tergantung
kepada pemilihan identitas merek, penggunaan identitas dalam
mengembangkan citra, dan jaminan bahwa citra dapat mentransfer identitas
merek yang dipilih oleh perusahaan, membedakannya dari pesaing dan
merespon keinginan konsumen.. Sedangkan Kapferer (2003) dalam artikel yang
sama menyatakan citra merek merupakan cara berkomunikasi dengan
konsumen yang paling efisien dan secara signifikan berkaitan dengan identitas
merek.
Doyle (1988) dalam Janonis dan Virvilait÷ (2007:79) menyatakan bahwa
citra merek berasal dari berbagai elemen identitas merek dimana periklanan
adalah salah satu elemen yang sangat penting yang memberitahukan kepada
konsumen tentang manfaat suatu produk dan menempatkan suatu produk
dalam pikiran konsumen. Pada tingkat yang lebih emosional atau simbolik,
fungsi utama dari periklanan adalah menghasilkan kepribadian atau persepsi
merek di pasar.

339
Pada berbagai tingkat yang menyangkut pemasaran citra, periklanan
dikenal sebagai salah satu komponen utama yang menciptakan citra. Fungsi
dari periklanan adalah untuk menciptakan simbol dan citra tentang suatu
produk yang akan mengakibatkan adanya hubungan antara merek dengan
konsumen.
Peran periklanan sangat penting dan tidak dapat dikesampingkan karena
periklanan membantu mengembangkan pengenalan merek, kesadaran dan citra
yang pada akhirnya memperkuat kepemimpinan merek. Alba dan Marmorstein
(1987) dalam Koubaa (2008:140) menyatakan bahwa frekuensi informasi atau
informasi yang berulang akan mempengaruhi kebiasaan, kemudian akan
mempengaruhi reputasi dan pada akhirnya mempengaruhi citra dalam pikiran
konsumen. Aaker dan Joachimsthaler (2001) dalam Janonis dan Virvilait÷
(2007:81) menggambarkan proses pembentukan citra merek pada Gambar 3.
Gambar 3 menunjukkan bahwa identitas merek terbagi menjadi dua
belas katagori yang dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu merek
sebagai suatu barang ( batas suatu barang, fitur, kualitas/ekuitas, pengalaman,
konsumen, negara pemroduksi), merek sebagai perusahaan (fitur perusahaan,
orientasi lokal atau global), personality (kepribadian merek; hubungan merek
dan konsumen), dan simbol (kumpulan asosiasi visual, kiasan merek).
Dalam proses pengembangan citra merek, pemosisian merek (brand
positioning) adalah salah satu tahap yang sangat penting dalam proses
pengembangan citra merek. Pemosisian merek mengacu pada tindakan untuk
menempatkan merek suatu produk dalam pikiran pelanggan terhadap produk-
produk lain dalam bentuk atribut dan keuntungan yang ditawarkan.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara
identitas merek dengan citra merek didasarkan pada proses komunikasi, yaitu
perusahaan sebagai pengirim serta konsumen sebagai penerima, dan citra
merek terbentuk dalam pikiran konsumen sebagai akibat dari proses
komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan.

Pengukuran Citra Merek

Untuk menganalisa sifat dari citra merek maka harus ditentukan


terlebih dahulu cara mengukur variabel citra merek. Beberapa literatur
menyatakan bahwa citra merek adalah konsep yang multidimensional, tetapi
tidak terdapat suatu konsensus tentang bagaimana cara mengukurnya. Keller
(1993) dalam Martinez, Polo dan Chernatony (2008:108) menyatakan bahwa citra
merek berhubungan dengan asosiasi ( atribut, manfaat, dan sikap), kesukaan
(favorability), kekuatan (strength) dan keunikan asosiasi merek (uniqueness of
brand associations).
Asosiasi citra merek diklasifikasikan ke dalam katagori yang konkret.
Klasifikasi yang dibuat oleh Hankinson (2005) dalam Janonis dan Virvilaite ,
(2007:79 ) sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

340
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Brand identity

Extended
identity

Principal
identity

Brand essence

Brand as a good Brand as a symbol


Brand as a company Brand as a
1. Limit of a good personality 11. Visual associations
2. Features of a 7. Features of a and
good company (novelty, 9. Personality a number of
3. Quality/Equity care about (sincere, methapors
4. Experience consumers, active, reliable) 12. Brand inheritance
5. Consumers reliability) 10. The relationship of
6. Country producer 8. Local versus brand and
global consumers

Brand positioning

Brand image

Gambar 3. Modifikasi Proses Pengembangan Citra Merek


Sumber: Aaker dan Joachimsthaler (2003) dalam Janonis,
Dovalien÷, Virvilait÷ (2007:74)

341
Tabel 1 Model Citra Merek

Penulis Asosiasi Asosiasi Asosiasi Konsepsi


Fungsional Simbolis Pengalaman Merek
Hankinson & Cowking Atribut Nilai simbolis - -
(1993) dalam Janonis & fungsional
Virvilaite (2007:79)
De Chernatony & Mc William Dimensi Dimensi simbolis - -
(1989) dalam Janonis & fungsional
Virvilaite (2007:79)
Park (1986) dalam Janonis & Kepuasan dari Kepuasan dari Kepuasan dari -
Virvilaite (2007:79) manfaat manfaat simbolis manfaat
fungsional pengalaman
Keller (1998) Manfaat Manfaat simbolis Manfaat Konsepsi
dalam Janonis & Virvilaite fungsional pengalaman merek,
(2007:79) menunjukkan
evaluasi
merek secara
universal
Sumber : Hankinson, 2005 dalam Janonis dan Virvilait÷ (2007:79).

Dari empat model yang terdapat pada tabel 1, tiga model ( Keller, 1998;
Hankinson dan Cowking, 1993; de Chernatony, 1989) pada dasarnya asosiasi
dapat dibagi menjadi dua katagori, yaitu asosiasi fungsional yang
menunjukkan fitur yang berwujud dari suatu barang; dan emosional atau
asosiasi simbolis yang menyatakan fitur yang tidak berwujud, menggambarkan
efek persetujuan sosial dari konsumen, ekspresi diri atau penghargaan diri.
Sedangkan penulis lainnya (Keller,1998 dan Park, 1986) menambahkan katagori
yang ketiga, yaitu pengalaman (Janonis dan Virvilait÷, 2007:79).
Model citra merek yang dikemukakan oleh Keller (1993;1998)
menambah satu katagori dari asosiasi, yaitu konsepsi merek yang
menggabungkan segala evaluasi merek yang dilakukan oleh konsumen.
Asosiasi merek mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan
strategi merek.
Keller (1998) dalam Janonis dan Virvilait÷ (2007: 80) menyatakan suatu
ide bahwa kesadaran merek terdiri dari pengenalan merek dan citra merek
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.

342
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Price

Item non-
associated
Consumer
Image
Attributes
Item
associated Brand
personality
Types of
brand
association Benefit
Functional
Feelings and
experience
Suitability of
brand
association Conception
Brand
Experience
Image
Intensity of
brand
association

Symbolic
Uniqueness
of brand
association

Gambar 4. Model Citra Merek Keller


Sumber: Janonis dan Virvilait÷ (2007: 80)

Citra merek merupakan akibat dari kecocokan/keserasian (suitability),


intensitas (intensity), keunikan (uniqueness) dan asosiasi merek yang khas bagi
konsumen. Model ini juga menunjukkan berbagai jenis asosiasi, seperti atribut
(attributes) yang terbagi menjadi asosiasi dan non asosiasi, manfaat (benefit) atau
fungsional, pengalaman dan simbolis serta konsepsi merek.
Wilkie (1986) dalam Hsieh, Pan dan Setiono (2004:252) menyatakan
bahwa asosiasi merek berdasarkan prinsip kognitif dan psikologikal Keller
(1993) dapat diklasifikasikan menjadi tiga katagori berdasarkan tingkat
abstraksinya, yaitu atribut (attribute), manfaat (benefit) dan sikap merek secara
keseluruhan (overall brand attitude). Atribut (attribute) merujuk kepada fitur
deskriptif yang menjadi ciri suatu produk atau jasa. Manfaat (benefit) adalah
nilai personal yang konsumen dapatkan dari produk atau jasa. Sikap merek

343
secara keseluruhan (overall brand attribute) merupakan keseluruhan evaluasi
konsumen terhadap produk.
Pada umumnya persepsi citra merek yang ada pada memori konsumen
mencakup ketiga tipe asosiasi merek tersebut. Namun demikian Hsieh, Pan, dan
Setiono (2004:252) menyatakan karena terdapatnya kompleksitas yang tinggi
apabila menggunakan semua jenis asosiasi, maka umumnya penelitian hanya
memfokuskan pada asosiasi berdasarkan manfaat sebagai elemen kunci. Dobni
dan Zinkham (1990) dalam Hsieh, Pan, dan Setiono (2004:252) menyatakan
bahwa manfaat (benefit) adalah jenis informasi yang dirasakan relevan dan
berhubungan dengan dugaan bahwa persepsi citra merek sangat subjektif dan
dibentuk berdasarkan interpretasi konsumen.
Asosiasi berdasarkan manfaat berhubungan dengan kebutuhan
konsumen. Park, Jaworski dan MacInnis (1986) dalam Hsieh, Pan dan Setiono
(2004:253) mengajukan tiga konsep, yaitu; (1) manfaat fungsional (functional
benefit), yang didesain untuk memuaskan kebutuhan konsumen dalam rangka
memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsumsi. (2) Manfaat
simbolis (symbolic benefit) didesain untuk memenuhi keinginan konsumen untuk
mempertinggi diri (self-enhancement), posisi peran (role position), keanggotaan
dalam suatu kelompok (group membership), atau identifikasi ego (ego
identification). (3) Manfaat pengalaman (experiential benefit) yang didesain untuk
memenuhi keinginan konsumen yang berkaitan dengan kesukaan sensori
(sensory pleasure), keanekaragaman (variety), dan stimulasi kognitif (cognitive
stimulation).
Keller (2008:56) menyatakan bahwa citra merek berhubungan dengan;
(1) Jenis asosiasi yang digunakan (types of brand association). Jenis asosiasi merek
yang digunakan dalam model Keller adalah atribut-atribut merek (brand
attributes), manfaat merek (brand benefit), dan konsepsi (conception). Atribut
merek (brand attributs) adalah fitur deskriptif yang menjadi ciri suatu produk
atau jasa. Sedangkan manfaat merek (brand benefit) adalah nilai personal dan arti
yang diberikan oleh atribut produk atau jasa kepada konsumen. Manfaat merek
terdiri dari manfaat fungsional, manfaat simbolis, dan manfaat pengalaman.
Secara umum pengalaman secara langsung (direct experiences) menghasilkan
atribut merek dan manfaat asosiasi merek yang lebih kuat. (2) Asosiasi merek
harus disukai (favorability of brand association). Asosiasi yang disukai dapat
terjadi jika perusahaan mampu menyampaikan asosiasi tersebut. Penyampaian
tersebut ditentukan oleh tiga faktor yaitu kemampuan aktual atau potensial
suatu produk, prospek saat ini atau di masa yang akan datang untuk
mengkomunikasikan kinerja, dan keberlanjutan secara aktual dan kinerja yang
dikomunikasikan. (3) Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association).
Keunikan dapat didasarkan pada atribut yang terkait dengan produk (product
related) dan atribut yang tidak terkait dengan produk (non-product related)
ataupun manfaat. (4) Asosiasi merek yang kuat (strength of brand association).
Asosiasi merek yang kuat dapat dihasilkan oleh kedalaman berfikir seseorang

344
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

tentang informasi produk dan dihubungkan dengan pengetahuan merek yang


telah ada. Dua faktor yang yang dapat memperkuat asosiasi dengan informasi
adalah hubungan personal dan konsistensi dari informasi yang disampaikan.
Untuk dapat menjadi posisi pertama yang diingat dalam benak
konsumen (top of mind), produk atau jasa harus memiliki citra merek yang
positif di benak konsumen, citra merek yang dapat dibentuk berdasarkan
asosiasi-asosiasi merek yang dipilih dan dipersepsi positif oleh konsumen harus
memberikan kesan positif.
Martinez, Polo dan Chernatony (2008:108) mengutip Aaker (1996) yang
merekomendasikan pengukuran citra merek menggunakan asosiasi atau
diferensiasi yang diukur berdasarkan empat aspek, yaitu nilai yang dirasakan
(perceived value), kepribadian merek (brand personality), asosiasi organisasi
(organisational association) dan diferensiasi (differentiation). Aaker dan Blanco
(1995) dalam Martinez dan Pina (2003:434) menyatakan bahwa nilai yang
dirasakan meliputi manfaat fungsional dari produk yang diukur dari kesesuaian
biaya yang dikeluarkan serta kinerja merek. Kepribadian merek merujuk
kepada manfaat simbolis dan emosional yang berasal dari suatu merek produk.
Garcia dan Bergantinos (2001) dalam Martinez, Polo dan Chernatony (2008:108)
menerapkan istilah citra merek umum (general brand image/GBI) untuk yang
mencakup katagori produk yang berbeda untuk mengukurnya.
Low dan Lamb (2000) dalam artikel yang sama menyatakan bahwa
dalam asosiasi merek terdapat tiga konsep yang multidimensional dan saling
berhubungan, yaitu citra merek (brand image), kualitas yang dirasakan (perceived
quality), dan sikap merek (brand attitude). Low dan Lambs (2000) mengukur citra
merek berdasarkan produk katagori. Dalam studi terkini, pengukuran citra
merek untuk produk bukan hanya berdasarkan atribut fisik dari produk tetapi
juga manfaat fungsional, manfaat emosional, dan manfaat pernyataan diri (self-
expressive benefit). Cara untuk mengukur citra merek seperti ini disebut sebagai
citra merek produk (product brand image/PBI) yang berkaitan dengan atribut
produk yang akan dijual (Martinez, Polo & Chernatony, 2008:108).
Artikel Martinez, Polo dan Chernatony (2008:117) mengukur citra
merek dengan dua cara yang berbeda, yaitu citra merek secara umum (GBI)
menggunakan item pernyataan tentang merek yang dikemukakan oleh Aaker,
yaitu: (1) merek memberikan nilai yang baik dari uang yang dikeluarkan, (2)
terdapatnya suatu alasan membeli produk dibandingkan produk lainnya, (3)
merek memiliki kepribadian, (4) merek yang dibeli menarik, (5) kesan yang
diberikan oleh orang yang menggunakan produk, dan (6) merek tersebut
berbeda daripada merek pesaing. Penelitian ini juga mengukur citra merek
menggunakan citra merek produk (PBI) untuk produk sport dengan lima
atribut, yaitu aktif (active), menyenangkan (comfortable), fungsional (functional),
fleksibilitas (flexibility), dan sporty.

345
DAFTAR PUSTAKA

Aaker, D.A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on The Value of a Brand
Name. New York: The Free Press.
Abratt, Russell & Mofokeng, T.N. 2001. Development and Management of Corporate
Image in South Africa. European Journal of Marketing. Vol 35. No.3/4.
Page 368-386.
Alwi, S. F. S., & Da Silva, R. V. 2007. Online and Offline Corporate Brand Images: Do
They Differ? Corporate Reputation Review. Vol 10. No.4. Page 217-244.
Hsieh, M. H., Pan, S. L., & Setiono, R. 2004. Product-, Corporate-, and Country-
Image Dimensions and Purchase Behavior: A Multicountry Analysis.
Journal of the Academy of Marketing Science. Vol 32. No.3. Page 251-
270.
Janonis, V., & Virvilait÷, R. 2007. Brand Image Formation. Engineering Economics.
Vol 52. No.2. Page 78-90.
Janonis, V., Dovalien÷, A., & Virvilait÷, R. 2007. Engineering Economics. Vol 51.
No.1. Page 69-79.
Kapferer, J. N. 1992. Strategic Brand Management: New Approaches to Creating and
Evaluating Brand Equity. New York: The Free Press.
Keller, K. L. 2008. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing
Brand Equity. Third Edition. USA: Pearson International Edition.
Koubaa, Y. 2008. Country of Origin, Brand Image Perception, and Brand Image
Structure. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics. Vol.20. No.2.
Page 139-155.
Martínez, E., & Pina, J. M. 2003. The Nehative Impact of Brand Extension on Parent
Brand Image. Journal of Product & Brand Management. Vol 12. No.7.
Page 432-448.
Martínez, E., Polo, Y., & De Chernatony, L. 2008. Effect of Brand Extension
Strategies on Brand Image: A Comparative Study of the UK and Spanish
Markets. International Marketing Review. Vol.25. No.1. Page 107-137.
Surachman SA. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Merek. Malang: Bayumedia
Publishing.
Yu, H. J. C. & Kincade, D. H. 2001. Effects of Product Image at Three Stages of The
Consumer Decision Process for Apparel Products: Alternative Evaluation,
Purchase and Post Purchase. Journal of Fashion Marketing and
Management. Vol 5. No.1. Page 29-43.

346
ANALISIS RANDOM WALKS PADA HARGA SAHAM LQ45
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006 - 2008

Dariyus 2

ABSTRAK

Bentuk setengah kuat dari hipotesis efisiensi pasar menjaga pasar secara
seketika itu juga menyerap semua informasi yang relevan seperti itu yang
sedang terjadi di depan umum. Oleh karena itu, harga saham harian seharusnya
berfluktuasi secara random dan white noise.

Pengujian stasionaritas data dapat menggunakan uji correlogram dan uji akar
unit. Pada penelitian ini, di sajikan dua cara pengujian stasionaritas tersebut

Data historis harga saham LQ45 di Bursa efek Indonesia periode 2006 hingga
2008 di gunakan untuk menguji tingkat efisiensi pasar. Metode Box-Jenkins di
gunakan untuk memprediksi harga saham LQ45. dapat disimpulkan bahwa
data harga saham LQ45 di Bursa efek Indonesia bersifat random dan white noise.
Walaupun pengujian harga saham LQ45 terlihat signifikan, namun harga saham
LQ45 tidak dapat memprediksi perubahan harga saham LQ45 pada masa yang
akan datang.

Keywords: white noise, harga saham, saham LQ45

LATAR BELAKANG

Efisiensi pasar secara langsung atau secara implisit jarang digunakan pada studi
untuk mengidentifikasi reaksi harga saham untuk memastikan adanya
pengumuman dividen (Bajaj dan Vijh 1995, 1990), pengumuman laba (Bamber
1987), pemecahan nilai nominal saham (Copeland 1979), transaksi blok yang
besar (Hohhausen, Leftwich, dan Mayers 1987: Kraus dan Stoll 1972), hak
membeli kembali penawaran dagang (Lakonishok dan Vermaelen 1990), dan
pengumuman publik yang lain (Kim dan Verrechia 1991a,b).

2
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung
Metodologi studi peristiwa digunakan untuk mengevaluasi reaksi pasar untuk
meyakinkan peristiwa-peristiwa pada perusahaan. Studi-studi yang pada
dasarnya bersifat spesifik adalah didesain untuk mengukur efisiensi pasar pada
suatu batas keyakinan dan bersama dengan peristiwa yang mendasar. Evaluasi
makro tentang efisiensi pasar dapat di bentuk dengan mencoba apakah harga
saham pada pasar modal bersifat random walk pada jangka waktu periode
tertentu.

Teori keuangan memprediksikan bahwa harga saham berfluktuasi secara


random pada jangka pendek jika pasar modal berada pada tingkat yang efisien.
Bentuk setengah kuat dari hipotesis efisiensi pasar menjaga pasar secara
seketika itu juga menyerap semua informasi yang relevan seperti itu yang
sedang terjadi di depan umum. Oleh karena itu, harga saham harian seharusnya
berfluktuasi secara random dan white noise.

Hipotesis dalam penulisan ini adalah diduga terdapat perilaku harga saham
LQ45 berdasarkan pada perilaku harga saham LQ45 sendiri pada periode
Januari 2006 hingga Desember 2008.

METODA PENELITIAN

Metoda Analisis Data

Model Dasar

Model dasar data yang digunakan adalah data time series. Data time series
seringkali menunjukkan kondisi tidak stasioner pada tingkat level, namun
seringkali menunjukkan stasioner melalui proses diferensi.

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA/Box-Jenkins)

Model Box-Jenkins merupakan salah satu teknik peramalan model time series
yang hanya berdasarkan perilaku data variabel yang diamati (let the data speak
for themselves). Model Box-Jenkins ini secara teknis dikenal sebagai model
autoregressive integrated moving average (ARIMA). Analisis ini berbeda dengan
model struktural baik model kausal maupun simultan dimana persamaan
model tersebut menunjukkan hubungan antara variabel-variabel ekonomi.
Alasan utama penggunaan teknik Box-Jenkins karena gerakan harga saham
seringkali sulit dijelaskan oleh teori-teori ekonomi.

Teknik Box-Jenkins sebagai teknik peramalan berbeda dengan kebanyakan


model peramalan yang ada. Di dalam model ini tidak ada asumsi khusus
tentang data historis dari runtut waktu, tetapi menggunakan metode iteratif

348
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

untuk menentukan model yang terbaik. Model yang terpilih kemudian akan
dicek ulang dengan data historis apakah telah menggambarkan data dengan
tepat. Model terbaik akan diperoleh jika residual antara model peramalan dan
data historis kecil, didistribusikan secara random dan independen. Namun bila
model yang dipilih tidak mampu menjelaskan dengan baik maka proses
penentuan model perlu diulangi. Model Box-Jenkins ini terdiri dari beberapa
model yaitu: autoregressive (AR), moving average (MA), autoregressive-moving
average ARMA) dan autoregressive integrated moving average (ARIMA).

Model Autoregressive

Model AR menunjukkan nilai prediksi variabel dependen Yt hanya merupakan


fungsi linier dari sejumlah Yt aktual sebelumnya. Secara umum bentuk model
umum Autoregressive (AR) dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut:

Yt = β0 + β1Yt-1 + β2Yt-2 + ... + βpYt-p + еt ............................ (1)

Dimana:
Y = variabel dependen
Yt-1, Yt-2,Yt-p = kelambanan (lag) dari Y
еt = residual (kesalahan pengganggu)
p = tingkat AR

Residual dalam persamaan diatas tersebut sebagaimana model OLS mempunyai


karakteristik nilai rata-rata nol, varian konstan dan tidak saling berhubungan.
Model AR dengan demikian menunjukkan bahwa nilai prediksi variabel
dependen Yt hanya merupakan fungsi linier dari sejumlah Yt aktual sebelumnya.

Model Moving Average

Model MA ini menyatakan bahwa nilai prediksi variabel dependen Yt hanya


dipengaruhi oleh nilai residual periode sebelumnya. Secara umum, bentuk
model dari Moving Average dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:

Yt = α0 + α1еt + α2еt-1 + α3еt-2 + ... + αqеt-p ............................ (2)

Dimana:
еt = residual
et-1, et-2, et-p = kelambanan (lag) dari residual
q = tingkat MA

349
Model Ma pada persamaan di atas seperti model AR kecuali bahwa variabel
dependen Y tergantung dari nilai residual sebelumnya, tidak tergantung dari
nilai variabel dependen sebelumnya. Model MA adalah model prediksi variabel
dependen Y berdasarkan kombinasi linier dari residual sebelumnya sedangkan
model AR memprediksi variabel Y didasarkan pada nilai Y sebelumnya.

Model Autoregressive-Moving Average

Seringkali perilaku suatu data time series dapat dijelaskan dengan baik melalui
penggabungan antara model AR dan model MA. Model gabungan ini disebut
Autoregressive-Moving Average (ARMA). Secara umum, bentuk model dari
ARMA dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

Yt = β0+β1Yt-1+β2Yt-2+...+βpYt-p+α0еt+α1еt-1+α2еt-2+...+αqеt-p...... (3)

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)

Model AR, MA dan ARMA sebelumnya mensyaratkan bahwa data time series
yang diamati mempunyai sifat stasioner. Data time series dikatakan stasioner jika
memenuhi tiga kriteria yaitu jika data time series mempunyai rata-rata, varian
dan kovarian yang konstan. Namun dalam kenyataannya data time series
seringkali tidak stasioner namun stasioner pada proses diferensi (difference).
Proses diferensi adalah suatu proses mencari perbedaan antara data satu
periode dengan periode yang lainnya secara berurutan. Data yang dihasilkan
disebut data diferensi tingkat pertama. Jika dilakukan diferensi tingkat pertama
maka akan menghasilkan data diferensi tingkat kedua dan seterusnya.

Jika data time series yang digunakan tidak stasioner dalam level maka data
tersebut kemungkinan menjadi stasioner melalui proses diferensi atau dengan
kata lain jika data tidak stasioner pada level maka perlu dibuat stasioner pada
tingkat diferensi (difference). Model dengan data yang stasioner melalui proses
differencing ini disebut model ARIMA. Dengan demikian, jika data stasioner
pada proses differencing d kali dan mengaplikasikan ARMA (p,q), maka
modelnya ARIMA (p,d,q) dimana p adalah tingkat AR, d tingkat proses
membuat data menjadi stasioner dan q merupakan tingkat MA.

Metodologi Box-Jenkin

Langkah-langkah yang harus diambil di dalam menganalisis data dengan


menggunakan teknik Box-Jenkin adalah sebagai berikut:

350
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Identifikasi Model Pemilihan p, d, q


secara tentatif

Estimasi parameter model

Uji Diagnosis
Tidak Ya

Prediksi

Gambar 1. Diagram Metodologi Box-Jenkin

Identifikasi Model ARIMA

Uji Stasioner Melalui Correlogram

Metode sederhana yang dapat digunakan untuk menguji apakah data stasioner
atau tidak dengan melihat correlogram melalui Autocorrelation Function (ACF).
ACF menjelaskan seberapa besar korelasi data yang berurutan dalam runtut
waktu. ACF dengan demikian adalah perbandingan antara kovarian pada
kelambanan k dengan variannya. Jika ACF untuk populasi maka harus
dilakukan estimasi ACF melalui Sample Autocorrelation Function (SACF). Jika
nilai SACF pada setiap kelambanan sama dengan nol maka data adalah
stasioner. Jika sebaliknya nilai koefisien SACF relatif tinggi maka data tidak
stasioner. Sebagai aturan main kasar rule of thumb), panjangnya kelambanan
adalah sepertiga atau seperempat dari data time series yang dianalisis.

Secara formal, stasioner tidaknya suatu data time series dapat dilakukan melalui
uji statistik berdasarkan standard error (Se). Menurut Barlett, jika data time series
bersifat random sehingga bersifat stasioner maka koefisien SACF akan
mengikuti distribusi sebagai berikut:

ρk ~ N (0,1/n)

Dalam sampel besar, maka koefisien SACF mempunyai distribusi normal


dengan nilai rata-rata nol dan varian sebesar 1/n, dimana n adalah besarnya
sampel. Dengan mengikuti standar distribusi normal, maka interval dengan
keyakinan sebesar 95% atau α = 5% untuk ρk adalah:

351
ρk = ± 1,96 (Se)

Jika nilai koefisien ACF (ρk) terletak di dalam interval tersebut, maka menerima
hipotesis nul (H0) bahwa ρk nilai sama dengan nol, berarti data stasioner. Tetapi
jika nilai ρk terletak diluar interval maka menolak hipotesis H0 bahwa ρk sama
dengan nol atau dengan kata lain data tidak stasioner.

Selain uji secara individual terhadap nilai koefisien ρk dapat dilakukan uji secara
serentak terhadap semua koefisien ACF sampai pada kelambanan tertentu
berdasarkan uji statistik yang dikembangkan oleh Box dan Pierce. Uji dari
keduanya dikenal uji statistik Q. Dalam sampel besar, uji statistik Q ini akan
mengikuti distribusi chi squares (χ2) dengan derajat kebebasan (df) sebesar m.
Hipotesis nul (H0) untuk uji ini adalah nilai semua koefisien SACF sampai
kelambanan tertentu sama dengan nol. Jika nilai statistik Q lebih kecil dari nilai
Q yang diperoleh dari tabel distribusi chi square (χ2) pada tingkat signifikansi
tertentu (α) maka diterima H0 yang berarti data time series adalah stasioner.
Sebaliknya data tidak stasioner jika nilai statistik Q lebih besar dari nilai tabel
distribusi chi squares (χ2).

Alternatif lain uji stasioner berdasarkan nilai koefisien SACF dikembangkan


oleh Ljung-Box dikenal dengan uji statistik Ljung-Box (LB). Untuk sampel besar,
uji statistik LB ini sebagaimana uji statistik Q mengikuti distribusi chi squares
(χ2) dengan derajat kebebasan (DF) sebesar m. Jika nilai statistik LB lebih kecil
dari nilai kritis statistik dari tabel distribusi chi square (χ2) maka data
menunjukkan stasioner. Sebaliknya jika nilai statistik LB lebih besar dari nilai
kritis statistik dari tabel distribusi chi squares (χ2) maka data tidak stasioner.

Identifikasi Model

Metode baku yang digunakan untuk pemilihan model ARIMA melalui


correlogram yaitu autocorrelation function (ACF) dan partial autocorrelation
function (PACF). Partial autocorrelation function (ρkk) didefinisikan sebagai
korelasi antara Yt dan Yt-k tersebut.

Tabel 1. Pola ACF dan PACF

Model Pola ACF Pola PACF


AR (p) Menurun secara eksponensial Menurun drastis pada lag tertentu
MA (p) Menurun drastis pada lag tertentu Menurun secara eksponensial
ARMA (p,q) Menurun secara eksponensial Menurun secara eksponensial

352
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Estimasi Model ARIMA

Setelah diketahui model tentatif ARIMA maka selanjutnya dilakukan estimasi


model tentatif persamaan tersebut. Pada tahap estimasi ini kemudian dilakukan
pengujian kelayakan model dengan cara mencari model terbaik. Model terbaik
didasarkan pada goodness of fit yaitu tingkat signifikansi variabel independen
termasuk konstanta melalui uji t, uji F, maupun nilai koefisien determinasi (R2).

Uji Diagnosis Model ARIMA

Pada uji diagnosis, akan dipilih model yang baik dengan melihat apakah
residual yang diperoleh relatif kecil karena bersifat random (white noise).

Model Tentatif Arima

Model Tentatif Arima Jika signifikan


Tidak signifikan

Model Tentatif Arima

Gambar 2. Mekanisme Pemilihan Model ARIMA

Cara untuk melihat apakah residualnya bersifat random adalah dengan cara
menganalisis residual dengan correlogram baik melalui ACF maupun PACF.
Jika koefisien ACF maupun PACF secara individual tidak signifikan maka
residual yang didapatkan adalah bersifat random. Dengan demikian tidak perlu
lagi untuk mencari model alternatif ARIMA. Jika residual tidak bersifat white
noise maka harus kembali memilih model lain. Signifikan tidaknya koefisien
ACF dan PACF dapat dilihat melalui uji dari Barlett, Box dan Pierce maupun
Ljung-Box.

Prediksi

Setelah mendapatkan model yang tepat, kemudian dilakukan uji prediksi.


Dalam banyak kasus, prediksi jangka pendek dengan metode Box-Jenkin lebih
baik daripada model prediksi ekonometrika tradisional. Sedangkan untuk
mengevaluasi kesalahan peramalan digunakan Root Mean Squares Error (RMSE),
Mean Absolute Error (MAE) atau Mean Absolute Percentage Error (MAPE).

353
Hasil Analisis

Pengujian Stasionaritas Data

Pengujian stasionaritas data dapat menggunakan uji correlogram dan uji akar
unit. Pada penelitian ini, di sajikan dua cara pengujian stasionaritas tersebut.
Hasilnya ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Hasil Pengujian Stasionaritas Data dengan Uji Correlogram pada


Level

Sample: 1/02/2006 12/31/2008


Included observations: 726
Autocorrelation Partial Correlation AC PAC Q-Stat Prob
.|******** .|******** 1 0.980 0.980 699.83 0.000
.|*******| .|. | 2 0.959 -0.035 1370.6 0.000
.|*******| .|. | 3 0.939 0.025 2014.9 0.000
.|*******| .|. | 4 0.919 -0.017 2632.9 0.000
.|*******| .|. | 5 0.898 -0.027 3224.2 0.000
.|*******| .|. | 6 0.876 -0.043 3787.6 0.000
.|*******| .|. | 7 0.855 0.016 4325.3 0.000
.|****** | .|* | 8 0.840 0.128 4844.7 0.000
.|****** | .|. | 9 0.826 0.023 5347.8 0.000
.|****** | .|. | 10 0.812 -0.008 5834.5 0.000
.|****** | .|. | 11 0.797 -0.022 6304.4 0.000
.|****** | .|. | 12 0.783 0.000 6758.5 0.000
.|****** | .|. | 13 0.771 0.018 7198.6 0.000
.|****** | .|. | 14 0.756 -0.045 7623.1 0.000
.|****** | .|. | 15 0.741 -0.002 8031.4 0.000
.|****** | .|. | 16 0.726 -0.011 8423.5 0.000
.|***** | .|. | 17 0.710 -0.015 8799.6 0.000
.|***** | .|. | 18 0.694 -0.022 9159.5 0.000
.|***** | .|. | 19 0.679 0.014 9504.3 0.000
.|***** | .|. | 20 0.663 -0.014 9833.8 0.000
.|***** | .|. | 21 0.648 -0.009 10149. 0.000
.|***** | .|. | 22 0.633 -0.009 10449. 0.000
.|***** | .|. | 23 0.617 -0.027 10735. 0.000
.|***** | .|. | 24 0.600 -0.038 11007. 0.000
.|**** | .|. | 25 0.583 -0.009 11263. 0.000
.|**** | .|. | 26 0.566 -0.034 11505. 0.000
.|**** | .|. | 27 0.548 -0.012 11731. 0.000
.|**** | .|. | 28 0.531 0.007 11945. 0.000
.|**** | .|. | 29 0.514 0.002 12145. 0.000
.|**** | .|. | 30 0.497 -0.024 12332. 0.000
.|**** | .|. | 31 0.480 -0.008 12508. 0.000
.|**** | .|. | 32 0.464 -0.012 12671. 0.000
.|*** | .|. | 33 0.446 -0.030 12823. 0.000

354
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Sample: 1/02/2006 12/31/2008


Included observations: 726
.|*** | .|. | 34 0.430 -0.005 12964. 0.000
.|*** | .|. | 35 0.413 0.002 13095. 0.000
.|*** | .|. | 36 0.396 -0.041 13215. 0.000

Nilai probabilitas dari lag ke-1 hingga lag ke-36 yang sangat mendekati nol,
yang berarti lebih kecil dari α = 5%. Dengan kata lain, kita menolak hipotesis nol
(bahwa data bersifat stasioner), sehingga kita simpulkan bahwa data tidak
stasioner pada level.

Tabel 3. Hasil Pengujian Stasionaritas Data dengan Uji Correlogram pada


First difference

Sample: 1/02/2006 12/31/2008


Included observations: 725
Autocorrelation Partial Correlation AC PAC Q-Stat Prob
.|. | .|. | 1 0.032 0.032 0.7374 0.390
.|. | .|. | 2 -0.054 -0.056 2.9004 0.235
.|. | .|. | 3 0.007 0.010 2.9313 0.402
.|. | .|. | 4 0.020 0.017 3.2361 0.519
.|. | .|. | 5 0.018 0.018 3.4842 0.626
.|. | .|. | 6 -0.032 -0.031 4.2163 0.647
.|. | .|. | 7 -0.002 0.002 4.2181 0.754
.|. | .|. | 8 -0.016 -0.020 4.3987 0.819
.|. | .|. | 9 0.001 0.002 4.3996 0.883
.|. | .|. | 10 0.024 0.022 4.8094 0.904
.|. | .|. | 11 0.002 0.002 4.8135 0.940
.|. | .|. | 12 -0.006 -0.004 4.8426 0.963
.|. | .|. | 13 0.015 0.016 5.0113 0.975
.|. | .|. | 14 0.015 0.012 5.1877 0.983
.|. | .|. | 15 -0.008 -0.008 5.2332 0.990
.|. | .|. | 16 0.021 0.024 5.5615 0.992
.|. | .|. | 17 0.003 0.000 5.5664 0.996
.|. | .|. | 18 -0.023 -0.022 5.9753 0.996
.|. | .|. | 19 0.013 0.015 6.1072 0.998
.|. | .|. | 20 -0.014 -0.018 6.2625 0.998
.|. | .|. | 21 -0.012 -0.011 6.3780 0.999
.|. | .|. | 22 0.022 0.024 6.7461 0.999
.|. | .|. | 23 0.045 0.042 8.2403 0.998
.|. | .|. | 24 0.006 0.004 8.2670 0.999
.|. | .|. | 25 0.026 0.032 8.7618 0.999
.|. | .|. | 26 0.004 -0.002 8.7718 0.999
.|. | .|. | 27 -0.031 -0.032 9.5029 0.999
.|. | .|. | 28 -0.019 -0.017 9.7698 0.999
.|. | .|. | 29 0.011 0.010 9.8692 1.000
.|. | .|. | 30 -0.014 -0.017 10.022 1.000

355
Sample: 1/02/2006 12/31/2008
Included observations: 725
.|. | .|. | 31 -0.004 0.005 10.034 1.000
.|. | .|. | 32 0.008 0.007 10.078 1.000
.|. | .|. | 33 -0.012 -0.016 10.189 1.000
.|. | .|. | 34 -0.018 -0.016 10.442 1.000
.|. | .|. | 35 0.041 0.040 11.729 1.000
.|. | .|. | 36 0.013 0.004 11.853 1.000

Nilai probabilitas dari lag ke-1 hingga lag ke-36 lebih besar dari α = 5%. Dengan
kata lain, kita menerima hipotesis nol (bahwa data bersifat stasioner), sehingga
kita simpulkan bahwa data bersifat stasioner pada turunan pertama. Uji
stasioenr juga dapat dilakukan dengan Uji akar unit. Hasil uji akar unit
ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 4. Hasil Pengujian Stasionaritas Data dengan Uji Akar Unit pada Level

Null Hypothesis: AVERAGE has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=19)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.028573 0.0328
Test critical values: 1% level -3.439142
5% level -2.865310
10% level -2.568834
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(AVERAGE)
Method: Least Squares
Date: 05/23/09 Time: 18:59
Sample(adjusted): 1/03/2006 10/13/2008
Included observations: 725 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
AVERAGE(-1) -0.020210 0.006673 -3.028573 0.0025
C 78.65762 28.58255 2.751946 0.0061
R-squared 0.012527 Mean dependent var -4.196169
Adjusted R-squared 0.011162 S.D. dependent var 224.1643
S.E. of regression 222.9098 Akaike info criterion 13.65417
Sum squared resid 35924987 Schwarz criterion 13.66682
Log likelihood -4947.635 F-statistic 9.172253
Durbin-Watson stat 1.921684 Prob(F-statistic) 0.002545

Dari hasil tersebut, nilai kritis pada α = 1% adalah -3,439142 yang lebih besar
daripada nilai statistik t yang sebesar -3,028573, menunjukkan bahwa data tidak

356
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

stasioner pada tingkat level. Dan akan menjadi stasioner pada tingkat turunan
pertama, seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Hasil Pengujian Stasionaritas Data dengan Uji Akar Unit pada First
Difference

Null Hypothesis: D(AVERAGE) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=19)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -26.02816 0.0000
Test critical values: 1% level -3.439155
5% level -2.865316
10% level -2.568837
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(AVERAGE,2)
Method: Least Squares
Date: 05/23/09 Time: 19:00
Sample(adjusted): 1/04/2006 10/13/2008
Included observations: 724 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(AVERAGE(-1)) -0.968174 0.037197 -26.02816 0.0000
C -4.036030 8.339735 -0.483952 0.6286
R-squared 0.484089 Mean dependent var 0.039779
Adjusted R-squared 0.483374 S.D. dependent var 312.1454
S.E. of regression 224.3598 Akaike info criterion 13.66714
Sum squared resid 36343536 Schwarz criterion 13.67980
Log likelihood -4945.504 F-statistic 677.4653
Durbin-Watson stat 1.995810 Prob(F-statistic) 0.000000

Dari hasil tersebut, nilai kritis pada α = 1% adalah -3,439155 yang lebih kecil
daripada nilai statistik t yang sebesar -26,02816, menunjukkan bahwa data
stasioner pada tingkat turunan pertama.

Identifikasi Model ARIMA DAVERAGE (rata-rata harga saham LQ45)

Model AR, MA dan ARMA sebelumnya mensyaratkan bahwa data time series
yang diamati mempunyai sifat stasioner. Data time series dikatakan stasioner
jika memenuhi tiga kriteria yaitu jika data time series mempunyai rata-rata,
varian dank ovarian yang konstan. Namun dalam kenyataannya data time
series seringkali tidak stasioner namun stasioner pada proses diferensi
(difference). Proses diferensi adalah suatu proses mencari perbedaan antara data

357
satu periode dengan periode yang lainnya secara berurutan. Data yang
dihasilkan disebut data diferensi tingkat pertama.

Data time series yang dianalisis dalam penelitian ini tidak stasioner dalam level
namun data tersebut menjadi stasioner melalui prosese diferensi. Model dengan
data yang stasioner melalui proses differencing ini disebut model ARIMA.
Dengan demikian, jika data stasioner pada proses differencing d kali dan
mengaplikasikan ARMA (p,q), maka modelnya ARIMA (p,d,q) dimana p adalah
tingkat AR, d tingkat proses membuat data menjadi stasioner dan q merupakan
tingkat MA.

Tabel 6. Estimasi Model Tentatif ARIMA DAVERAGE (rata-rata harga


saham LQ45)

Model Konstanta AR(1) MA(1) R2 F


ARIMA -4.168705 0.031826 0.001013 0.732068
(1,1,0) -0.484037 0.855610
ARIMA -4.196917 0.035789 0.001139 0.824270
(0,1,1) -0.486664 0.962924
ARIMA -4.243018 -0.802462 0.838344 0.006119 2.219655
(1,1,1) -0.499933 -5.083195 5.797064

Nilai kritis statistik t uji dua sisi pada α = 1%, α = 5% dan α = 10% dengan df 724
maupun 723 masing-masing adalah 2,576; 1,960 dan 1,645. Pada model ARIMA
(1,1,0), konstanta signifikan sedangkan koefisien AR(1) tidak signifikan. Begitu
pula pada model ARIMA (0,1,1), konstanta signifikan sedangkan koefisien
MA(1) tidak signifikan. Pada model ARIMA (1,1,1) konstanta signifikan dan
koefisien AR(1) dan MA(1) juga signifikan. Berdasarkan goodness of fit maka ada
satu model yang lebih baik yaitu ARIMA (1,1,1). Hal ini juga dapat dilihat dari
nilai F maupun koefisien determinasi.

Pada pemilihan model, ditemukan bahwa model tentatifnya adalah ARIMA


(1,1,1). Kemudian estimator model ARIMA (1,1,1) tersebut harus dilihat
residualnya, untuk memastikan bahwa model tersebut mampu menjelaskan
data dengan baik.

358
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

4000

2000

0
4000
-2000
2000
-4000
0
-6000
-2000

-4000

-6000
06:07 07:01 07:07 08:01 08:07

Residual Actual Fitted

Gambar 3. Grafik garis data residual ARIMA (1,1,1) menunjukkan data


stasioner

Nilai ACF dan PACF dari residual model ARIMA (1,1,1) ditampilkan pada tabel
6 dengan panjang kelambanan 30.

Tabel 7. Nilai ACF dan PACF Residual dari Model ARIMA (1,1,1)

Sample: 1/04/2006 10/13/2008


Included observations: 724
Q-statistic probabilities
adjusted for 2 ARMA
term(s)
Autocorrelation Partial Correlation AC PAC Q-Stat Prob
.|. | .|. | 1 0.001 0.001 0.0013
.|. | .|. | 2 -0.030 -0.030 0.6391
.|. | .|. | 3 -0.012 -0.012 0.7397 0.390
.|. | .|. | 4 0.032 0.032 1.5053 0.471
.|. | .|. | 5 0.010 0.009 1.5736 0.665
.|. | .|. | 6 -0.018 -0.016 1.8049 0.772
.|. | .|. | 7 -0.013 -0.012 1.9259 0.859
.|. | .|. | 8 -0.005 -0.007 1.9472 0.924
.|. | .|. | 9 -0.008 -0.009 1.9907 0.960
.|. | .|. | 10 0.032 0.033 2.7513 0.949

359
Sample: 1/04/2006 10/13/2008
Included observations: 724
.|. | .|. | 11 -0.005 -0.005 2.7719 0.973
.|. | .|. | 12 -0.001 0.001 2.7724 0.986
.|. | .|. | 13 0.010 0.010 2.8417 0.993
.|. | .|. | 14 0.019 0.017 3.1048 0.995
.|. | .|. | 15 -0.010 -0.011 3.1834 0.997
.|. | .|. | 16 0.022 0.024 3.5418 0.998
.|. | .|. | 17 0.002 0.001 3.5436 0.999
.|. | .|. | 18 -0.023 -0.023 3.9222 0.999
.|. | .|. | 19 0.013 0.015 4.0474 0.999
.|. | .|. | 20 -0.014 -0.017 4.2029 1.000
.|. | .|. | 21 -0.011 -0.011 4.2968 1.000
.|. | .|. | 22 0.021 0.023 4.6220 1.000
.|. | .|. | 23 0.044 0.043 6.1012 0.999
.|. | .|. | 24 0.004 0.004 6.1141 1.000
.|. | .|. | 25 0.026 0.032 6.6376 1.000
.|. | .|. | 26 0.002 -0.001 6.6394 1.000
.|. | .|. | 27 -0.028 -0.031 7.2385 1.000
.|. | .|. | 28 -0.020 -0.019 7.5498 1.000
.|. | .|. | 29 0.013 0.010 7.6831 1.000
.|. | .|. | 30 -0.016 -0.017 7.8741 1.000

Uji secara serempak sampai pada kelambanan tertentu berdasarkan uji statistik
Ljung-Box menunjukkan bahwa nilai statistik Ljung-Box sampai pada
kelambanan 30 adalah 7,8741, hal ini terlihat pada nilai Q-Statistik pada
kelambanan 30. Sedangkan nilai statistik χ2 dengan df sebesar 30 pada α = 5%
adalah 43,7729. ketidaksignifikan semua nilai koefisien ACF pada kelambanan
30 dapat dilihat juga dari nilai probabilitas statistik Ljung-Box yakni sebesar
1,000 atau pada α = 100%. Kesimpulan dari analisis correlogram baik ACF dan
PACF ini menunjukkan bahwa residual yang diestimasi dari persamaan model
ARIMA (1,1,1) merupakan residual yang white noise dan random sehingga pada
penelitian ini tidak perlu lagi untuk mencari model alternatif yang lain.

Setelah mendapatkan model estimasi yang tepat, kemudian dilakukan analisis


prediksi. Hasil estimasi yang telah didapatkan digunakan untuk prediksi
perilaku harga saham LQ45. Hasil regresi dalam bentuk persamaan adalah
sebagai berikut:

D(Average) = -4,243018 + -0,802462 AR(1) + 0,838344 MA(1)


F = (2,219655)
R2 = 0,006119

Hasil prediksi rata-rata harga saham LQ45 ditunjukkan pada gambar 2.


Sedangkan untuk mengevaluasi kesalahan peramalan menggunakan Root Mean

360
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Squares Error (RMSE), Mean Absolute Error (MAE) atau Mean Absolute Percentage
Error (MAPE).

8000
Forecast: AVERAGEF
7000 Actual: AVERAGE
Forecast sample: 1/02/2006 12/31/2008
6000 Adjusted sample: 1/04/2006 10/14/2008
Included observations: 724
5000

4000 Root Mean Squared Error 223.4763


Mean Absolute Error 76.03308
3000 Mean Abs. Percent Error 2.013299
Theil Inequality Coefficient 0.026146
2000 Bias Proportion 0.000000
Variance Proportion 0.000576
1000 Covariance Proportion 0.999424

0
06:07 07:01 07:07 08:01 08:07

AVERAGEF

Gambar 4. Prediksi Harga Saham LQ45 dan Evaluasi Kesalahan Peramalan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Data historis harga saham LQ45 di Bursa efek Indonesia periode 2006 hingga
2008 di gunakan untuk menguji tingkat efisiensi pasar. Metode Box-Jenkins di
gunakan untuk memprediksi harga saham LQ45. dapat disimpulkan bahwa
data harga saham LQ45 di Bursa efek Indonesia bersifat random dan white noise.
Walaupun pengujian harga saham LQ45 terlihat signifikan, namun harga saham
LQ45 tidak dapat memprediksi perubahan harga saham LQ45 pada masa yang
akan datang.

Saran

Saran yang diberikan adalah sebaiknya peneliti selanjutnya mengganti variabel,


sehingga membuktikan teori random walks tersebut.

361
DAFTAR PUSTAKA

Fama, Eugene F. Random Walk in Stock Market Prices, Financial Anaysts Journal,
January-February 1995; 51,1; ABI/INFORM Global.

Seiler, Michael J and Rom Walter. A Historical Analysis Of Market Efficiency: Do


Historical Returns Follow A Random Walk?, Journal Of Finance and
Strategic Decisions, Volume 10 Number 2 Summer 1997, USA.

Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis.
Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta. Yogyakarta.

362
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI BIOETANOL
BERBASIS UBI KAYU DI LAMPUNG TENGAH

Rr. Erlina 3, E.Gumbira Sa’id 4, Machfud 5, Sukardi 6, Zainal Mahmud 7

ABSTRAK

To reduce dependence on imports and fuel oil (BBM), the government has tried
to issue a policy development and use of alternative fuels. One alternative is to
bioethanol fuel made from vegetable materials which can be updated. Lampung
is the cassava producing provinces and Indonesia's largest sugar cane. To meet
the needs of raw materials required ethanol agro-industry development strategy
appropriate bioethanol, so that the raw materials used to bioethanol does not
interfere with food security in Lampung in particular and Indonesia in general.
Agroindustry bioethanol in Lampung feasible to be developed using the
assumption economic life of the project that is 20 years and a production
capacity of 33 thousand KL / year produced 20.83% IRR and NPV 223 062 309
381. The SWOT analysis indicates that the development of bioethanol industry is
better done in a medium-scale industries that involve the community using
simple technology assisted the government in terms of marketing and financing
that is expected to increase the income of cassava farmers

Keywords : Bioetanol, SWOT Analysis

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan dan konsumsi bahan bakar minyak bumi dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Menurut Hayun (2008), kebutuhan BBM pada tahun 2010
diperkirakan mencapai 97.100.000 kiloliter dan yang harus diimpor sekitar
52.600.000 kiloliter, sementara produksi minyak dan gas dunia terus menurun
(rata-rata 4-6% pertahun) (Lucas et al., 2007). Sejak tahun 2006 diperkirakan
cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam kurun waktu 21 tahun

3
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung/mahasiswa S3 IPB
4
Guru Besar Teknologi Industri Pertanian, FATETA – IPB
5
Dosen Senior Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA – IPB
6
Dosen Senior Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA – IPB
7
Peneliti Senior dan Mantan Peneliti BALITRO
kedepan (Yusgiantoro, 2006) dan bahkan menurut Said U (2006) hanya tinggal
12 tahun lagi jika tidak ditemukan sumber-sumber cadangan energi baru. Data
BPS (2007) menunjukkan bahwa pada tahun 1996 konsumsi minyak tanah
adalah 3,1 liter/bulan per kepala, tahun 1999 menjadi 3,5 liter/bulan per
kepala, dan pada tahun 2008 konsumsi minyak tanah mencapai 3,75 liter/bulan
per kepala. Peningkatan konsumsi minyak tanah menjadikan beban subsidi
pemerintah untuk bahan bakar minyak bertambah, bersamaan meningkatnya
harga minyak bumi dunia. Konsumsi, produksi, impor minyak dan proyeksi
kebutuhan minyak tanah Indonesia tahun 1998 – 2008 disajikan pada Gambar 1
dan 2.

12,455 12,283
11,324
10,144 11,678 11,752 11,752 9,261 9,100
7,886
9,301 9,221
8,472 9,374 9,016 8,546 8,558
7,973 8,026
6,825
2,493 2,596 2,609 2,766 2,603
917
2,274 619
770 85

Gambar 1. Konsumsi, produksi, dan impor minyak tanah Indonesia tahun


1998 – 2008 (BPH Migas, 2009).

Penurunan subsidi minyak tanah dilakukan diantaranya dengan cara


mengurangi penggunaan minyak tanah melalui penghematan atau
menggunakan bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak tanah. Salah
satu upaya pemenuhan energi alternatif terbarukan sebagai pengganti bahan
bakar minyak tanah, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, adalah melalui
pengembangan energi terbarukan berbasis sumber daya nabati. Untuk
mengurangi impor dan ketergantungan terhadap BBM, pemerintah telah
berupaya dengan mengeluarkan kebijakan yang dituangkan dalam Inpres No.1
tahun 2006, Inpres No. 2 tahun 2006 dan Perpres No. 5 tahun 2006. Inpres dan
Perpres tersebut mengamanatkan pengembangan dan penggunaan bahan bakar
alternatif. Salah satu bahan bakar alternatif adalah bioetanol yang dibuat dari
bahan nabati yang bersifat dapat diperbaharui. Penggunaan bahan baku nabati
yang dapat diperbaharui memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk
memanfaatkan potensi mekanisme produksi yang ramah lingkungan dan sesuai

364
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

dengan Protokol Kyoto dalam reduksi emisi gas rumah kaca ke atmosfir dan
dalam upaya meningkatkan stabilitas iklim global (Hayun, 2008).
Dalam upaya mendukung kebijakan pemerintah dalam hal energi, bagi
Provinsi Lampung yang bukan penghasil minyak bumi utama, tetapi sebagai
provinsi agraris, kondisi di atas dapat dijadikan momentum terbaik untuk
mewujudkan propinsi Lampung sebagai lumbung energi terbarukan khususnya
bioetanol. Lampung merupakan salah satu propinsi yang memiliki potensi
bahan baku Bioetanol (Ubi kayu, Tebu dan Jagung) yang sangat baik, bahkan.
Lampung merupakan propinsi penghasil ubi kayu dan tebu terbesar di
Indonesia. Potensi tersebut meliputi ubi kayu dengan produksi pada tahun
2007 mencapai 6.394.906 ton, jagung 1.340.821 ton dan untuk produksi tebu
pada tahunn 2007 mencapai 35.730 ton diproduksi oleh Perusahaan Negara dan
641.511 ton diproduksi oleh perkebunan swasta (BPS, 2008).
Kelebihan tanaman sebagai sumber bahan bakar nabati dapat
mengimbangi produksi rumah kaca, mengurangi pencemaran udara dan bahan
bakar tersebut dapat diproduksi secara lokal sehingga diharapkan dapat
memperbaiki ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan pekerjaan dan
meningkatkan pendapatan pertanian serta mengurangi potensi ketergantungan
bahan bakar minyak bumi impor (Gumbira-Sa’id, 2007). Beberapa perusahaan
di Lampung telah menanamkan investasinya untuk memproduksi bioetanol,
baik dari bahan baku tetes tebu maupun ubikayu. Djatnika (2007) menyatakan
bahwa Lampung berpotensi menjadi penghasil bioetanol terbesar di Indonesia
dengan pabrik yang bersifat multi feed stock design dengan bahan baku tetes tebu,
jagung dan ubikayu. Hasil penelitian BPPT tahun 2007 menunjukkan bahwa
efisiensi produksi etanol yang tertinggi berasal dari jagung yang jumlahnya
mencapai 400 liter per 1000 kilogram jagung, diikuti tetes yang mencapai 250
liter perkilogramnya dan ubikayu sejumlah 166,6 liter perkilogramnya. Untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku etanol diperlukan strategi pengembangan
agroindustri bioetanol yang tepat agar bahan baku yang digunakan untuk
bioetanol tidak menggangu ketahanan pangan di Lampung pada khususnya,
dan di Indonesia pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kelayakan pendirian agroindustri bioetanol berbasis ubikayu pada skala usaha
menengah.

2. Ruang Lingkup

Pada penelitian ini akan dikaji peluang usaha pendirian pabrik bioetanol
dan strategi pengembangan bioetanol di Lampung pada skala usaha menengah
ditinjau dari aspek penyediaan bahan baku, pemilihan teknologi, analisis
investasi dan pemasaran.

365
3. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Bahan Bakar Minyak (BBM)

Bahan bakar minyak bumi (BBM) adalah jenis sumber energi yang
terbatas, tidak terbarukan, tidak stabil dan penuh ketidak pastian (Saputra,
2007). Jenis BBM meliputi minyak tanah rumah tangga, minyak tanah industri,
pertamax, pertamax plus, premium (bensin), pertamina DEX, solar transportasi,
solar industri, minyak diesel, dan minyak bakar (Pertamina, 2008).
Cadangan minyak bumi yang dimiliki oleh Indonesia terus menyusut.
Pada Tahun 1974, Indonesia memiliki cadangan minyak bumi 15.000 metrik
barel (MB) dan menurun menjadi 5.123 MB pada tahun 2000, dan 4.301 MB pada
tahun 2005 (OPEC annual Statistic Bulletin, 2005). Penurunan cadangan minyak
bumi tersebut disebabkan oleh eksploitasi minyak bumi selama bertahun tahun
dan minimnya eksplorasi atau survey geologi untuk menemukan cadangan
minyak bumi terbaru. Tanpa ditemukan cadangan minyak baru, persediaan
cadangan minyak Indonesia hanya dapat diekspoitasi sampai kira-kira tahun
2035 (Dartanto, 2005).
Kebutuhan/konsumsi BBM di Indonesia terus meningkat. Peningkatan
kunsumsi BBM disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
ekonomi Indonesia (Dartanto, 2005). Konsumsi BBM Indonesia meningkat dari
996.400 barel/hari pada tahun 2000 menjadi 1.143.700 barel/hari pada tahun
2004 (OPEC Annual Statistic Bulletin, 2005). Sementara itu, produksi BBM
Indonesia menurun dari 1.272.500 barel/hari pada tahun 2000 menjadi 1.094.000
barel/hari. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh sumur-sumur yang
ada sudah tua, teknologi yang digunakan sudah ketinggalan dan iklim investasi
di sektor pertambangan minyak kurang kondusif sehingga tidak banyak
perusahaan asing maupun nasional yang melakukan investasi di sektor
perminyakan. Dengan demikian pada Tahun 2004 Indonesia kekurangan dan
harus mengimpor BBM sebesar 49.300 barel/hari.
Untuk mengatasi menyusutnya cadangan minyak bumi dan
meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri, pemerintah
melakukan beberapa upaya. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan
mengeluarkan kebijakan yang dituangkan pada Impres Nomor.1 Tahun 2006,
Inpres Nomor. 2 Tahun 2006, dan Perpres nomor 5 tahun 2006 (Hayun, 2008).
Inpres dan perpres tersebut mengamanatkan pengembangan dan penggunaan
bahan bakar alternatif untuk mengurangi ketergantungan dan menggantikan
BBM. Bahan bakar alternatif tersebut dapat berupa biofuel seperti bioetanol,
biobutanol dan biodiesel yang diproduksi dengan menggunakan biomasa
tanaman sebagai bahan bakunya. Penggunaan bahan bakar terbarukan di dunia
baru mencapai 10,9% dari total penggunaan sumber energi dunia (Gumbira-
Said, 2007). Penggunaan biofuel sebagai pengganti BBM juga dapat mengurangi

366
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

dampak negatif penggunaan BBM terhadap lingkungan, yang dikenal dengan


efek rumah kaca (Brown et al.,1998)

3.2 Keadaan Umum Wilayah Lampung Dan Potensi Bahan Baku

Provinsi Lampung terletak antara 105o 45' - 103o 48' Bujur Timur dan 3o
45' - 6o 45' Lintang Selatan, dengan batas wilayah adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Samudera Indonesia
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa.
Luas wilayah Provinsi Lampung adalah sekitar 35.376,50 km² atau
sekitar 1,86 % dari luas wilayah daratan Indonesia (1.904.556 km²). Propinsi
Lampung merupakan salah satu penghasil ubi kayu terabesar di Indonesia.
Produktivitas ubi kayu yang dicapai saat ini adalah sekitar 15-30 ton/hektar.
Rendahnya produkstivitas di atas disebabkan pola pengusahaan ubi kayu yang
masih dilakukan secara sederhana, belum menggunakan varietas unggul dan
tanpa pemupukan yang tepat dan cukup dosis.

3.3 Produksi Bioetanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi oleh mikro organisme dengan


menggunakan bahan baku nabati seperti jagung, ubi jalar atau ubi kayu.
Bioetanol yang telah dikembangkan di Indonesia adalah bioetanol generasi
pertama. Bioetanol generasi pertama menggunakan substrat bahan baku nabati
mengandung gula seperti molasses (tetes tebu) dan bahan nabati mengandung
pati seperti ubi kayu, ubi jalar atau jagung. Bahan baku jagung digiling,
dipanaskan, dan kemudian ditambah enzim untuk mengubah pati menjadi
glukosa, dan larutan glukosa yang dihasilkan ditambah ragi untuk mengubah
glukosa menjadi etanol.
Teknologi produksi bioetanol pada umumnya dikembangkan
berdasarkan jenis bahan baku yang digunakan yakni bahan dengan komponen
utama pati, gula atau lignoselulosa. Walaupun demikian, saat ini baru dua jenis
teknologi produksi bioetanol yang digunakan secara komersial dalam bisnis
bioetanol dunia yaitu teknologi proses produksi berbasis bahan baku gula dan
berbasis bahan baku pati.
Bioetanol dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif memiliki
beberapa kelebihan yaitu dapat mengurangi pencemaran udara,termasuk emisi
partikel dan karbon monoksida, dapat mengimbangi produksi gas rumah kaca
karena berasal dari tanaman dan baha bakar tersebut dapat diproduksi secara
lokal sehingga diharapkan dapat memperbaiki ekonomi pedesaan, menciptakan
lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan pertanian serta mengurangi
potensi ketergantungan minyak impor (Gumbira Said, 2007). Proyeksi

367
konsumsi bioenergi di Indonesia menunjukkan peningkatan setiap tahunnya
(Tabel 1).

Tabel 1 Proyeksi Konsumsi Bioenergi di Indonesia

Tahun Bioetanol (juta Biodiesel (juta Bio Oil (juta kL)


kL) kL)
2006 1,71 1,19 0,37
2007 1,75 1,2 2,43
2008 1,78 1,22 4,71
2009 2,82 1,23 4,77
2010 1,85 1,24 4,82
Sumber: Gumbira Sa’id, 2007

Di Indonesia industri bioetanol sudah terdapat di beberapa tempat. Bahan


baku industri bioetanol berupa tetes tebu, ubi kayu dan jagung banyak terdapat
diLampung Tahun 1986 pabrik etanol BPPT di Lampung mengubah bahan
bakunya dari ubi jalar dan ubi kayu dengan mollase atau tetes (Wahid, 2008).
Hal ini disebabkan oleh sulitnya memperoleh bahan baku ubi jalar maupun ubi
kayu , yang disebabkan oleh harga bahan baku yang tinggi dan persaingan
dengan industri tepung. Di Indonesia potensi penggunaan ubikayu dan molase
diperkirakan akan menyumbang 1, 85 juta KL bioetanol untuk bahan bakar
(Gambar 2).
Di Indonesia pada saat ini etanol terbuat dari tetes untuk keperluan
bahan farmasi oleh PTPN XI, PG Rajawali II, Molindo Raya Industrial, Indo
Lampung Distilerry, Indo Acidatama, Aneka Kimia Nusantara, dan pabrik
bioetanol yang lain. Dari tahun 1997 hingga tahun 2001, produksi etanol di
Indonesia relatif konstan, yaitu sekitar 159.000 KL dan pada tahun 2002
meningkat menjadi 174.000 KL. Sejumlah 26% dari total produksi pada tahun
2002 tersebut di produksi oleh Indo Acidatama, kemudian diikuti oleh PT
Molindo Raya Industrial, dan Indo Lampung Distilerry yang masing-masing
besarnya produksi 23 % dari total produksi pada saat itu. Pangsa produksi
etanol tahun 2002 masing-masing pabrik etanol ditunjukkan pada Gambar 3.

368
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Bahan Bakar

Transportasi Listrik Kerosin


(31.7 juta kL) (7.6 juta kL) (10 juta kL)
3.8 juta kL 1 juta
Premium Solar kL
(18.5 juta kL (12.4 juta kL)
4.8 juta kL
1.85 juta kL 1.24 juta kL
Bioetanol Biodiesel Bio Oil

Bahan
Baku
Ubi Kayu Molase Minyak Sawit Minyak Jarak
11 juta ton 600 juta ton 30.2 juta ton 3.84 juta ton
)

Gambar 2. Perkiraan kebutuhan dan potensi bioenergi untuk substitusi


bahan bakar di Indonesia (Suriaatmaja, 2006)

Gambar 3. Pangsa Produksi Etanol tahun 2002 dari masing-masing pabrik


Etanol (Wahid, 2008)

369
3.4 Studi Kelayakan Usaha

Studi kelayakan usaha merupakan suatu pengkajian secara sistematis


suatu gagasan atau rencana usaha, baik usaha baru maupun pengembangan
usaha yang sudah ada, dari berbagai aspek yang dapat mempengaruhi
keberhasilan usaha tersebut. Kajian ini penting karena disadari bahwa setiap
kegiatan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta tidk selalu
sesuai dengan yang diharapkan. Kemungkinan gagalnya suatu usaha selalu
ada karena melibatkan banyak factor yang mempengaruhi keberhasilan usaha
tersebut. Tahapan studi kelayakan meliputi:
1. Tahapan identifikasi. Tahapan ini dimulai dengan penemuan ide yang
didasarkan pada penemuan logis tentang adanya peluang usaha.
2. Tahapan seleksi pendahuluan. Tahap identifikai akan menghasilkan
sejumlah alternatif usaha. Dari sejumlah alternatif usaha yang ada,
selanjutnya akan dilakukan penilaian pendahuluan untuk menentukan
usaha-usaha mana yang paling mungkin menjadi penghambat dan
mendukung dipilihnya siatu usaha. Hal-hal yang menjadi
pertimbangan adalah:
a. Jumlah modal dan sumbernya
b. Ketersediaan bahan baku dari sisi kualitas, kuantitas dan
kontinuitas
c. Ketersedian tenaga ahli
d. Prospek pemasaran dan lain-lain
3. Tahap pengkajian. Tahap ini merupakan penilaian secara lebih
mendalam terhadap beberpa aspek suatu usaha yang berhasil terpilih
pada seleksi pendahuluan. Aspek kajiannya meliputi aspek pasar,
aspek teknis dan teknologis, aspk ekonomi dan finansial serta asepek
manajerial dan yuridis.
4. Tahap penilaian. Tahapan ini merupakan tahapan akhir dlam
penyusunan sutu rencana usaha yaitu mengimplementasikan segala
sesuatu yang telah dirumuskan dalam rencana usaha.
5. Tahap evaluasi. Tahapan ini dilakukan melalui penilaian terhadap
keberhasilan atau kegagalan usaha yang sedang atau sudah dijalankan.
Hasil evaluasi akan menjadi masukan berharga bagi para pengusaha,
pemlik modal dn pemerintah di dalam memilih usaha sejenis dimasa
yang akan datang (Kusnadi, 1996).

Brown et al (1994) menyatakan bahwa untuk melakukan suatu studi


kelayakan harus memperhatikan beberapa aspek antara lain aspek pasar dan
pemasaran, aspek ekonomi dan finansia , aspek teknis dan teknologi serta aspek
managemen. Sedangkan menurut Sutojo (2000) menyatakan bahwa penelitian
terhadap keadaan dan prosek suatu industri dilakukan atas criteria-kriteria
tertentu. Criteria tersebut meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis

370
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

dan teknologis, aspek manajemen operasional, aspek yuridis dn ekonomi


finansial.
1. Aspek produksi.
Aspek produksi sangat erat dengan tingkat ketersediaan bahn baku
karena ketiadaan bahan baku membuat industri tidak berproduksi. Bahrens
dan Hawranek (1991), hal yang perlu diperhatikan dalam maslah bahan baku
adalah ciri bahan baku, pemakaian dan rencana persediaan.

2. Aspek pasar dan Pemasaran.


Aspek ini adalah aspek yang pertama kali harus dikaji karena
merupakan aspek yang penting untuk menentukan permintaan pasar dan
jumlahnya. Akhir dari analisis pasar yang terpenting adalah menentukan
jumlah produk yang mampu terserap oleh pasar. Analisis pasar dan
pemasaran dulakukan untuk mengetahui posisi produk di mata konsumen,
jumlah permintaan masa lalu dan sekarang. Untuk dapat menentukan prosek
pasar dilakukan dengan meliht kecenderungan tingkat permintan melalui
metode peramalan.

3. Aspek Teknis dan Teknologis


Aspek ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek yaitu
penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang paling tepat untuk
digunakan, penggunaan peralatan dan mesin, lokasi proyek dan tata letak yang
baik. Dalam memilih lokasi proyek hal-hal yang perlu diketahui adalah
bagaimana kemudahan salam memperoleh bahan baku, air, tenaga kerja,
utilitas, sarana dan prasarana penunjang dan daerah pemaaran. Untuk
menentukan lokasi proyek ini sebaiknya ada beberapa alternatif lokasi
kemudian dilakukan perbandingan dengan menggunakan criteria factor-faktor
pendukung lainnya.

4. Analisis Finansial
Analisis finansialakan memperhitungkan berapa jumlah dana yang
diperlukan untuk membangun dan mengopeasikan proyek. Dari sisi finansial,
proyek dikatakan sehat appabila dapat memberikan keuntungan yang layak
dan mampu memenuhi keajiban finansialnya. Analisis finansial meliputi hal-
hal berikut:
a. Kebutuhan modal.
Kebutuhan modal meliputi kebutuhan modal untuk asset tetap atau
barang investasi berupa lahan, bangunan, kendaraan, mesin dan
sebagainya. Kebutuhan modal untuk membiayai kegiatan praopeasional
seperti percobaan, survey, perijinan dan sebagainya. Selain itu ada
kebutuhan modal kerja yaitu modal yang harus selalu ada di
perusahaan untuk menjaga agar perusahaan dapat bseroperasi secara
kontinyu.

371
b. Biaya usaha, Biaya ini meliputi biaya produksi (bahan baku, tenaga
kerja, biaya overheas pabrik), biaya administrasi (gaji dan alat tulis
kantor), biaya penyusutan, asuransi dan bunga.
c. Rugi-laba perusahaan
Pernyataan rugi laba suatu perusahaan menyatakan keadaan
penerimaan, biaya dan rugi laba dlam periode tertentu. Pada aspek
finansial ini dilakukan evaluasi terhadap criteria kelayakan investasi.
Criteria investasi yang digunakan antara lain Break Event Point, Net
Present value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay back
Period dan analisis sensitive.

• Net Present value (NPV)


NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari keuntungan
dan biaya . Formulasi yang digunakan untuk menghitung NPV
adalah sebagai berikut:

NPV =Bt-Ct) / (1 + I)t………………………………………………(2)


Dengan
Bt = penerimaan kotor tahun ke-t
Ct = biaya kotor tahun ke-t
N = umur ekonomi
I = tingkat suku bunga
Nilai NPV yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut layak
untuk dilaksanakan sedngkan NPV yang negatif berarti proyek
tidak layak (Brown, 1994).
• Payback Period (PBP)
PBP merupakan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
investasi awal (Newman, 1990). Secara sederhana PBP dapat
diartikan sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol.
• Analisis Sensitivitas
Analisis kepekaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai
factor eksternal dan internal terhadap kemampuan proyek
mencapai jumlah hasil penjualan dan keuntungan.

4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai factor


untuk membuat suatu keputusan yang akan membantu pengusaha untuk
merencanakan pendirian industri bioetanol skala menengah ditinjau dari
beberapa aspek.

372
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

5. METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Ubikayu merupakan salah satu komoditas ekspor yang menyumbang


devisa bagi Negara yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol
Untuk mengetahui apakah peluang lebih besar dari hambatan yang ada maka
perlu dilakukan pengkajian tentang pembangunan industri bioetanol yang
terdiri dari pengkajian aspek finansial dan non finansial. Pada penelitian ini
dikaji peluang usaha pendirian pabrik bioetanol di Lampung ditinjau dari aspek
penyediaan bahan baku, pemilihan teknologi, analisa investasi dan pemasaran.
Metode penelitian berdasarkan kajian pustaka, tinjauan lapang dan wawancara
dengan pakar. Dalam penelitian ini dianalisis faktor-faktor kelayakan industri
pengolahan bioetanol. Kerangka pikir tersebut tersaji pada Gambar 4.

Analisis
Metoda Pendekatan sistem Formulasi
masalah masalah

Mulai Analisis ketersediaan bahan Regresi linier


baku

Lokasi agroindustri MPE Analisis

Kelayakan agroindustri B/C, Analisis


NpV, IRR dan PBP

Gambar 4. Kerangka pikir penelitian Strategi Pengembangan Industri


Bioetanol

373
A. Sub model DSS 1 dengan metode Perbandingan Eksponensial untuk
matriks kesesuaian

Sub model ini merupakan tahap pemodelan yang digunakan untuk memilih
alternative lokasi. Berdasarkan lokasi ditinjau dari ketersediaan bahan baku.
Pada tahap ini digunakan metode perbandingan eksponensial. Nilai yang
diberikan berkisar 0 sampai 1. Penentuan bobot ditetapkan pada setiap
parameter untuk menunjukkan tingkat kepentingan suatu parameter. Nilai
tingkat kepentingan yang diberikan berkisar 0-1, semakin tinggi nilai tingkat
kepentingan, maka criteria semakin penting.

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengadaan Bahan Baku

Berdasarkan bahan baku, Lampung merupakan sumber bahan baku ubi


kayu, karena hampir semua kabupaten memiliki lahan untuk ubi kayu (Tabel
2).

Tabel 2. Produksi Ubi Kayu di Propinsi Lampung Tahun 2006

No Kabupaten Luas araeal Jumlah (Ha) Produksi (Ton)


1 Lampung Selatan 22.436 234.877
2 Lampung Tengah 88.575 1.724.754
3 Lampung Timur 41.253 798.456
4 Lampung Utara 26.270 381.592
5 Way Kanan 17.690 341.635
6 Lampung Barat 427 7.649
7 Tulang Bawang 90.441 1.761.730
8 Tanggamus 2.296 42.444
9 Kota Bandar Lampung 181 3.428
Sumber: BPS (2007)

b. Perkiraan bahan baku di Lampung Tengah

Berdasarkan jumlah produktivitas bahan baku maka dapat diperkirakan


bahwa bahan baku ubi kayu di Lampung tengah layak untuk industri
pengolahan bioetanol. Produktivitas makin meningkatan dari tahun ke tahun
selain disebabkan oleh peningkatan luas lahan juga karena adanya bibit unggul
dan perbaikan proses pengolahan sehingga menyumbang terhadap peningkatan
produktivitas ubi kayu. Dari data tersebut diharapkan pada tahun-tahun
kedepan diproyeksikan bahwa bahan baku tetap akan meningkat seiring
dengan peningkatan teknologi pengolahan lahan dan bibit unggul.

374
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

2.000.000
1.800.000
1.600.000
Produksi (ton)

1.400.000
1.200.000
1.000.000 Series1
800.000
600.000
400.000
200.000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Tahun

Gambar 5. Peningkatan produksi ubi kayu di Lampung Tengah


BPS Lampung Tengah, 2007

2. Penentuan Lokasi Pabrik


Dalam menentukan lokasi proyek perlu memperhatikan bagaimana
kemudahan memperoleh bahan baku, air, tenaga kerja, utilitas, sarana dan
prasarana penunjang dan daerah pemasaran. Untuk menentukan lokasi proyek
sebaiknya ada beberapa kriteria untuk menentukan lokasi proyek. Untuk
menentukan criteria lokasi proyek digunakan Metode Perbandingan
Eksponensial. Tahap pemilihan lokasi dengan metode perbandingan meliputi:
(1) Penyusunan calon lokasi, (2) Penyusunan criteria yang dikaji, (3) Penentuan
tingkat kepentingan (rating criteria), (4) Penentuan skor setiap calon lokasi pada
setiap criteria, dan (5) Perhitungan total skor setiap calon lokasi. Calon lokasi
ditentukan dengan melihat penyebaran perkebunan rakyat dan potensi bahan
baku (Tabel 3). Matriks kesesuaian lokasi proyek dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis kriteria keputusan untuk penentuan lokasi

Lampung Lampung Tulang Lampung


No Lokasi Kriteria
Timur Tengah bawang Utara
1 Ketersediaan dan kedekatan bahan baku 1 1 1 0
2 Kedekatan dengan daerah pemasaran 0 1 0 0
3 Kemudahan dalam memperoleh fasilitas produksi 1 1 1 0
4 Harga tanah 1 1 1 1
5 Ketersediaan sarana dan prasarana yang 0 1 1 0
menunjang
6 Kemudahan memperoleh tenaga kerja 1 1 1 1
7 Tingkat upah 1 1 1 1
8 Penerimaan masyarakat terhadap proyek 1 1 1 1
9 Persaingan dengan industri tapioca 0 0 0 1
Jumlah skor 6 8 7 5

375
Dari empat kabupaten yang dipilih, berdasarkan matriks kriteria
pemilihan lokasi maka yang terpilih adalah Lampung Tengah dengan luas areal
kebun 88.575 ha dan produksi sebesar 1.724.754 ton pertahun, lokasi dekat
dengan pemasaran yaitu pulau Jawa, sarana dan prasarana memadai dan
ketersediaan tenaga kerja banyak dengan tingkat upah minimal regional (UMR)
yang relatif rendah, serta kedekatan dengan ibu kota propinsi memudahkan
untuk memperoleh sarana dan prasarana yang diperlukan.

3. Aspek Teknologi

a. Proses Produksi Bioetanol

Produksi bioetanol dengan bahan baku tanaman yang mengandung pati


atau karbohydrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula
glukosa) larut air. Bahan baku yang dapat digunakan pada pembuat etanol
adalah (1) nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira
kelapa, nira aren, nira siwalan, sari-buah mete, (2) bahan berpati: tepung-
tepung sorgum biji (jagung cantel), sagu, ubi kayu/ gaplek, ubi jalar, ganyong,
garut, umbi dalia, dan (3) bahan berselulosa (lignoselulosa): kayu, jerami,
batang pisang, bagas, dll. Saat ini bahan baku yang gunakan untuk pembuatan
bio-etanol lebih banyak memakai ubi kayu (singkong),j agung, dan tetes tebu
sedangkan tepung sagu masih jarang digunakan. Pada usaha skala rumah
tangga, 6,5 kg ubi kayu dengan kandungan karbohidrat 24% akan dihasilkan 1
liter bio-etanol Bustaman, 2008). Konversi bahan baku tanaman yang
mengandung pati atau karbohydrat dan tetes menjadi bio-ethanol ditunjukkan
pada Tabel 4.

Tabel 4. Konversi Bahan Baku Tanaman Yang Mengandung Pati Atau


Karbohidrat Dan Tetes Menjadi Bio-Ethanol

Bahan baku Kandungan gula Jumlah Hasil Perbandingan


dalam bahan Konversi Bahan Baku &
Jenis Konsumsi
baku (Kg) Bioetanol (liter) Bioetanol
Ubi kayu 1000 250-300 166,66 6,5:1
Ubi jalar 1000 150-200 125 8:1
Jagung 1000 600-700 200 5:1
Sagu 1000 120-160 90 12:1
Tetes 1000 500 250 4:1
Sumber: Wahono, 2006.

Secara singkat teknologi proses produksi ethanol/bio-ethanol tersebut dapat


dibagi dalam tiga tahap, yaitu gelatinasi, sakharifikasi, dan fermentasi

376
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

b. Prosentase Penggunaan Energy

Prosentase perkiraan penggunaan energi panas/steam dan listrik


diuraikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 5. Prosentase penggunaan Energi

Prosentase Penggunaan Energi


Identifikasi Proses Steam (%) Proses Listrik (%)
Penerimaan bahan baku, penyimpanan, dan penggilingan 0 6.1
Pemasakan (liquefaction) dan Sakarifikasi 30. 2.6
Produksi Enzim Amilase 0.7 20.4
Fermentasi 0.2 4
Distilasi 58. 1.6
Etanol Dehidrasi (jika ada) 6.4 27.1
Penyimpanan Produk 0 0.7
Utilitas 2.7 27
Bangunan 1 0.5
TOTAL 100 100
Sumber: A Guide to Commercial-Scale Ethanol Production and Financing,
Solar Energy Research Institute (SERI), 1617 Cole Boulevard,
Golden, CO 80401

3. Analisis Finansial Bioethanol Ubi Kayu

Berdasarkan kajian beberapa pustaka, kelayakan bioindustri


pengolahan bioetanol Dalam perhitungan analisis finansial bioethanol ubi kayu
digunakan beberapa asumsi yaitu umur ekonomi proyek yaitu 20 tahun.
Kapasitas produksi 33 ribu KL/tahun serta beberapa parameter lainnya yang
disajikan pada Tabel 6.

377
Tabel 6. Kapasitas produksi Bioetanol

Asumsi Satuan Nilai


1 KAPASITAS PRODUKSI
Bio Etanol kilo liter/tahun 33.000
2 PEMBIAYAAN :
Debt Equity Ratio 65% 35%
Suku Bunga Bank
- Investasi p.a. 7,62%
- Modal Kerja p.a. 7,62%
Pengembalian
Investasi tahun 5
-Modal Kerja tahun 2
Penurunan harga (Depresiasi) tahun (straight line) 12
3 UTILITAS
Uap Panas (Steam) Rp/Ton 80.000
Air Rp/M3 285
Listrik Rp/KWh 570
4 Bahan baku
Singkong Rp/Ton 294.500
Total Kebutuhan Ton/ hari 526,45
Kandungan Pati % 29%
5 Bahan Kimia dan Bahan Tambahan
Asam Sulfat Rp/Kg 2.450
Asam Posfat Rp/Kg 5.250
NaOH Rp/Kg 1.750
Amoniak cair Rp/Kg 4.375
Zat antibusa Rp/Kg 21.000
Alfa Amylase Rp/Kg 70.000
Gluco Amylase Rp/Kg 87.500
Nutrient (Urea) Rp/Kg 2.600
6 Biaya Lain
Tenaga kerja Rp/TOK 54.000.000
Perbaikan dan Pemeliharaan biaya peralatan/tahun 2%
Pengeluaran perusahaan dan administrasi biaya tenaga kerja 60%
Asuransi biaya peralatan/tahun 0,7%
Pemasaran dari penjualan 0,5%
Laboratorium and R&D dari penjualan 0,5%
7 Harga Jual
Bio Etanol Rp/KL 3.990.000
8 Hari kerja per tahun hari 300

Dari perhitungan kriteria tersebut, terlihat bahwa usaha pendirian


industri bioethanol ubi kayu layak dilakukan dan menguntungkan secara
finansial. Dengan umur proyek 20 tahun, nilai NPV positif dan IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga bank (20.83 > 7,62%).
a. Investasi

Biaya investasi untuk pendirian pabrik bioetanol singkong di Lampung


Tengah terdiri dari biaya proyek, dan modal kerja. Biaya proyek merupakan
seluruh modal awal yang diperlukan untuk pengadaan tanah, bangunan dan
peralatan juga biaya IDC (Interest during construction). IDC adalah biaya bunga
yang dihasilkan selama pendirian pabrik, sedangkan modal kerja adalah modal
yang dikeluarkan untuk keperluan pengadaan bahan baku, bahan pembantu,
tenaga kerja dan biaya operasional untuk menjalankan usaha untuk waktu
tertentu.
Total investasi yang diperlukan sebesar Rp. 197,293,427,975,- dimana
modal tersebut diperoleh dari pinjaman dan modal sendiri dengan Debt Equity
Ratio (65:35). Rincian biaya investasi disajikan pada Tabel 6.. Modal kerja terdiri
dari biaya variabel yang jumlahnya tergantung pada jumlah bioetanol yang
dihasilkan dan biaya tetap yang nilainya tidak dipengaruhi oleh kapasitas
produksi. Modal kerja yang digunakan adalah modal kerja tertinggi yaitu pada
saat pabrik telah beroperasi maksimal (100%) yaitu sebesar Rp.12,349,698,009,-
yang merupakan biaya operasional bahan baku selama 30 hari dan inventory 15
hari. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku dan bahan tambahan, utilitas
dan konsumsi serta transportasi produk. Rincian biaya operasional dengan
kapasitas pabrik maksimal (100%) disajikan pada Tabel 7

Produksi dan Pendapatan Usaha

Dengan kapasitas produksi 110 KL bioetanol per hari, dan harga jual
Rp.3.990,- per liter maka akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp
438.900.000,- per hari atau Rp. 10,972,000,000.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Kebun Penghasil Bensin–Bioetanol :


http://www.trubus.online.com

Anonim. 2008. Apa itu Bioetanol? : http://www.siagronergi.com

Aunudin 2005. Statistika: Rancangan dan Analisis Data. Bogor: IPB PRESS

Barlas Y. 2002. System Dynamics: Systemic feedback modeling for policy


analysis. In Knowledge for Sustainnable Development- An Insight into the
Encyclopedia of Life Support System. UNESCO-EOLSS: Paris and Oxford,
pp. 1131-1175

380
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

BPS. 2004. Volume dan Nilai Eksport Primer Perkebunan. Ditjen Bina Produksi
Perkebunan. http://www.deptan.go.id/ditjenbun/

Brelin HK. Davenport KS. Jennings LP. Murphy PE 1997. Focused Quality.
Meningkatkan Mutu Produk dengan Hasil Nyata, Jakarta: PT Pustaka
Binamas Pressindo.

Bustaman, S. 2008. Strategi Pengembangan Bio-etanol Berbasis Sagu di


Maluku. Perspektif Vol. 7 No. 2 / Desember 2008. Hlm 65 – 79.

Chatab N. 1997. mendokumentasi Sistem Mutu ISO 9000. Yogyakarta: Penerbit


ANDI

David FR. 2002. Concepts of Strategic Management. Edisi Bahasa Indonesia,


penerjemah: Alexander S. Jakarta: PT Prenhallindo dan Pearson
Education Asia Pte. Ltd.

Dartanto , T. 2005. BBM, kebijakan energi subsidi, dan kemiskinan di Indonesia:


Inovasi online vol 5/XVII Nopember 2005 ( http: //io,ppi. Jepang.
Org/article : php,? Id : 102); Diunduh pada tanggal 27 Desember 2008

DEPTAN. 2006. Statistik perkebunan Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian


Direktorat jenderal Perkebunan.

Djamin Z. 1993. Perencanaan dan Analisa Proyek. FE-UI, Jakarta.

Dowling ET. 2001. Introduction to Mathematical Economics. New York:


McGraw-HILL.

Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem. Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen.


Bogor: IPB Press

Fauzi AM. 2003. Kelembagaan yang Handal Untuk Kemajuan Agroindustri di


Bogor. http://www.beritaiptek.com

Gumbira Sa’id, E. 2007. Bisnis Global Bioenergi Versus Ketahanan Pangan dan
Energi Nasional Tantangan dalam Mengisi Visi Indonesia 2030. Materi
Orasi Ilmiah pada Wisuda ke-7 Universitas Paramadina Jakarta, Minggu
9 September 2007.

Gumbira Sa’id E, Rachmayanti, MZ Muttaqin. 2001. Manajemen Teknologi


Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.

381
Hansen RS dan Hansen K. 2005. Using Analysis SWOT in Your Career Planning.
http://www.marketingteacher.com/Lessons/lesson_swot.htm

Hayun. A, 2008. Prioritas pengembangan energi alternative biofuel di Indonesia.


http: //mmt.its.ac.id/library/wp-content/uploads/2008/12/4-
anggara-hayun-a.pdf, Diunduh pada tanggal 19 Desember 2008

Hitt MA, Ireland RD, Hoskisson RE. 2001 Strategic Management:


Competitiveness and Globalization. South-Western College Publishing.
Jakarta: Edisi Bahasa Indonesia oleh Thomson Learning Asia dan PT
Salemba Empat.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek: Analisis Ekonomis. Lembaga Penerbit FE-UI.

Kurniawan , Y, A. Susmiadi dan A.Toharisman. 2005. Potensi Pengembangan


Industri Gula Sebagai Penghasil Energi di Indonesia. Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Pasuruan.

Lampung Dalam Angka. 2008. Penerbit CU. Lima Saudara.

Ma’arif M.S, Tanjung H. 2003. Teknik-Teknik Kuantitatif Untuk Manajemen.


Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Machfud. 2001. Rekayasa Model Penunjang Keputusan Kelompok dengan
Fuzzy-logic untuk Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri
[Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Manktelow J. 2004. SWOT Analysis. www.mindtools.com/pages/article/new

Marimin. 2004. Penyelesaian Persoalan AHP dengan Criterium Decision Plus.


Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor.

Marimin. 2002. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial.
Bogor: IPB Press.

Martani Huseini. 1999. Mencermati Misteri Globalisasi: Menata-Ulang Strategi


Pemasaran Internasional Indonesia Melalui Pendekatan Resource Based.
Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Marketing Internasional
Universitas Indonesia. Depok: UI.

McNamee PB. 1992. Strategic Management. Oxford: Butterworth-Heinemann


Ltd.

382
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Miller A dan G.G. Dess. 1996. Strategic Management. New York: The McGraw
Hill Companies, Inc.

Net MBA. com. 2006. Scenario Planning.


http://www.netmba.com/strategy/scenario/

Nickols F. 2000. Strategy: Definition and Meaning. http://home.att.net/-


nickols/strategy definition.htm

Nurdyastuti, I. 2006. Teknologi Proses Produksi Bio-Ethanol. Prospek


Pengembangan Bio-fuel sebagai Substitusi Bahan Bakar Minyak.

Pearson S, Gotsch C, Bahri S. 2005. Aplikasi Policy Analysis Matrix pada


Pertanian Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Rangkuti F. 2004. Anilisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utana.

Saaty TL. 1996. Decision making with Dependence and Feedback. The Analytic
Network Process. Pittsburgh, USA: RWS Publications.

Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Strategic Management Society. 2002. http://www.smsweb.org/index.html

Supriyanto dan B. Purnomo. 2008. Pengembangan Agroindustri Bioetanol


Berbasis Sorgum Secara Terpadu Dan Berkelanjutan.

Umar H. 2002. Strategic Management In Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

www.deptan.go.id/BPS.2004.

383
EVALUASI KINERJA REKSA DANA CAMPURAN
INDONESIA PADA KONDISI PASAR BEARISH

Ernie Hendrawaty8

ABSTRAK

Reksa dana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan
investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia
di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksa dana. Dana ini kemudian
dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa
saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.

Saat ini, dengan terjadinya krisis keuangan global dimana pasar sedang
mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi
lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis maka terjadinya
penurunan harga-harga saham di BEI berdampak langsung terhadap nilai
portfolio reksadana saham dan campuran.

Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai evaluasi kinerja reksa dana


campuran Indonesia pada kondisi pasar bearish, maka diketahui bahwa
kemampuan selection positif signifikan sedangkan kemampuan market timing
positif namun tidak signifikan. Simpulannya adalah bahwa kemampuan
manajer investasi selama tahun 2008 (pasar bearish) dalam mengelola reksadana
campuran tampaknya memiliki kemampuan seleksi surat berharga yang
superior namun dalam hal kemampuan market timing tidak superior. Implikasi
temuan ini mendukung hasil observasi pada umumnya pada riset kinerja
reksadana yang menunjukkan hubungan yang berlawanan antara kemampuan
pemilihan surat berharga (security selection) dan kemampuan market timing.

Keywords:

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Turunnya pasar modal Amerika Serikat menjadi pemicu turunnya pasar


modal di seluruh dunia termasuk Indonesia. Akibatnya, rata-rata hasil investasi

8
Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
reksa dana saham turun 50 % bahkan lebih. Reksa dana merupakan instrumen
investasi yang muncul pertama kali di Indonesia pada tahun 1976. Menurut
Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):
“Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek
oleh Manajer Investasi.” Terdapat tiga unsur penting dalam pengertian Reksa
dana yaitu:
1. Adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi
2. Investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah
terdiversifikasi; dan
3. Manajer Investasi dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat
investor.

Reksa dana bagi investor telah menggantikan investasi dalam bentuk


kepemilikan langsung atas saham. Perusahaan-perusahaan dana ini dikatakan
menawarkan keuntungan yang melebihi keuntungan yang ditawarkan oleh
jenis investasi lainnya. Menurut Rao(2000, 75), tiga keuntungan tersebut adalah
(1) Diversifikasi (2) Dikelola oleh manajemen profesional. (3) Likuiditas.
Keuntungan lainnya adalah (1) Transparansi informasi. (2) Biaya Rendah.
Peristiwa krisis keuangan global pada tahun 2008 dimana pasar sedang
mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi
lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis maka terjadinya
penurunan harga-harga saham di BEI berdampak langsung terhadap nilai
portfolio reksadana saham dan campuran. Hal ini tercermin dari return yang
diperoleh oleh produk reksadana yang pada umumnya negatif. Sepanjang bulan
Oktober 2008, dari 111 produk reksadana campuran, 104 produk mengalami
return negatif, yang berarti hanya 7 produk reksadana yang memberikan return
positif (Rahayuningsih, 2008: 4). Ketujuh reksadana tersebut adalah :

Tabel 1: Reksadana campuran dengan return tertinggi pada Oktober 2008

Return Dana Kelolaan


Reksa Dana Manajer Investasi
(%) (Rp. Milliar)
AIM Trust Imperial PT AIM Trust 19.5 6.29
Mahanusa Dana Capital PT Mahanusa Invesment 4.43 3.88
Management
Save-2-Prosper PT Corfina Capital 2.64 1.77
Danamas Fleksi PT Sinarmas Securitas 1.05 291.96
Dhanawibawa Progresif PT Dhanawibawa Artha Cemerlang 0.54 25.85
Phillip Rupiah Balanced Fund PT Philip Securities Indonesia 0.37 2.00
Harvestindo Asset Management PT Harvestindo Aset Management 0.35 244.27
Sumber : Harian Bisnis Indonesia, 4 November 2008

386
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Surat kabar yang sama diberitakan bahwa PT Sinar Mas Securities selaku
Manajer Investasi Reksadana Danamas Fleksi mampu membukukan return
positif karena memiliki portfolio di instrumen pasar uang dan obligasi sekitar
96%. Pihaknya telah mengalihkan portofolio aset produk investasi reksadana
perusahaan dari saham dan obligasi ke instrumen pasar uang sejak pertengahan
tahun hingga porsi obligasi jatuh tempo dan deposito cukup besar. Manajer
Investasi Harvestindo mengatakan return produknya sampai saat ini masih
positif karena selain saham dan obligasi, produk ini memiliki portofolio surat
utang jangka pendek yang berinvestasi di sektor usaha mikro kecil dan
menengah. Dengan demikian, kemampuan manajer investasi membukukan
return positif pada saat krisis keuangan global ditentukan oleh keahlian yang
dimiliki manajer investasi, yaitu keahlian dalam hal seleksi instrumen investasi
dan market timing.
Komponen kinerja manajer investasi diartikan oleh Megginson (1996,
145) bahwa …that the most studies separate managerial investment performance into
two components : selectivity ((stock picking ability) and timing- the ability to time
market turns, getting in before upturns and getting out before chrashes. Rao (2000:75)
menyebutkan bahwa keahlian seleksi saham melibatkan peramalan mikro, yang
mana meramalkan pergerakan harga dari saham-saham perusahaan individual
sehubungan dengan pergerakan saham pada umumnya. Keahlian market timing
melibatkan peramalan makro yang meramalkan pergerakan harga dari harga
saham di pasar pada umumnya sehubungan dengan surat-surat berharga bebas
resiko dan memposisikan portofolio berdasarkan timing ini.
Para manajer dana ini secara aktif berupaya menggunakan keahlian dan
gaya manajemennya untuk melebihi manajer dana lainnya dan selalu berusaha
untuk mengungguli pasar. Evaluasi terhadap kinerja dari para manajer reksa
dana ini menjadi penting bagi investor maupun bagi para akademisi.
Beragam metodologi telah digunakan dalam literatur keuangan untuk
mengidentifikasi kinerja manajer dana secara relatif. Pembuktian kinerja manajer
masih berbeda-beda (Lhabitant, 2001: 13). yaitu pada satu sisi ditemukan bahwa
beberapa reksa dana menunjukkan kemampuan seleksi yang positif dan
kemampuan market timing yang negatif. Pada sisi yang lain, penelitian-
penelitian sebelumnya yang dilakukan menyimpulkan bahwa tidak ada bukti
market timing dan kemampuan seleksi dalam return reksa dana. Menurut
pendapat Lhabitant, 2001: 13, secara jelas hasil penelitian sangat tergantung
baik pada metodologi yang digunakan maupun periode observasi yang
digunakan. Selain itu, seluruh studi yang disebutkan merupakan kinerja reksa
dana di pasar Amerika Serikat dan situasi yang terjadi dapat berbeda di
tempat yang lainnya.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan fakta atau bukti empiris tersebut, maka isu atau masalah
utama yang diangkat dalam penelitian ini yaitu “Apakah kemampuan seleksi

387
instrumen investasi dan market timing manajer investasi Indonesia sukses pada
kondisi pasar bearish?

1.3 Kontribusi Penelitian


Kontribusi teoritis penelitian ini akan memverifikasi hasil penelitian
sebelumnya mengenai hubungan antara kemampuan seleksi instrumen
investasi dengan kemampuan market timing yang secara umum ditemukan
terbukti negatif.
Kontribusi metodologi penelitian ini adalah adanya wawasan baru
tentang model pengukuran kinerja manajer investasi dan penelitian ini juga
membandingkan kinerja manajer investasi dengan beberapa patok duga
manajemen pasif.
Kontribusi kebijakan dari penelitian ini adalah bahwa dengan
mengetahui kinerja manajer investasi, investor dapat menentukan dengan lebih
baik dalam memilih manajer investasi. Bagi manajer investasi, informasi kinerja
mereka dapat menjadikan mereka melakukan verifikasi atas dampak global dari
ramalannya, merevisi keputusan alokasi assetnya dan dalam beberapa kasus
informasi ini dapat mempengaruhi kompensasi yang akan diterimanya.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengukur
kesuksesan manajer investasi Indonesia dalam kemampuan memilih saham dan
market timing.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian sebelumnya adalah Lhabitant (2001) yang mengevaluasi
market timing dan kemampuan seleksi pada reksadana Swiss. Lhabitant (2001)
menemukan bahwa tidak ditemukan kemampuan market timing maupun
kemampuan menyeleksi surat berharga yang sukses dari hampir semua
return dana investasi. Sehingga kesimpulan secara umum adalah bahwa
manajer investasi Swiss tidak memiliki kemampuan market timing maupun
kemampuan menyeleksi surat berharga.
Penelitian yang lain adalah penelitian Christensen (2005) untuk
menganalisis kemampuan seleksi dan market timing pada 47 reksa dana
Denmark. Kesimpulannya, bahwa tidak satupun dari 47 reksa dana yang dapat
melampaui kinerja dari patok duga passive management.
Penelitian Swinkels dan Rzeznickzak (2008) mengenai evaluasi kinerja
reksa dana Polandia yang berjumlah 38 reksa dana selama 7 tahun. Hasilnya
menunjukkan bahwa manajer investasi Polandia tidak memiliki kemampuan
seleksi surat berharga dan market timing yang baik.
Hasil penelitian Coggin, Fabozzi dan Rahman (1993) pada reksa dana

388
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Amerika Serikat bertentangan dengan hasil-hasil penelitian yang telah


disebutkan sebelumnya. Penelitian Coggin, Fabozzi dan Rahman (1993)
menemukan bahwa beberapa reksa dana menampilkan ketrampilan seleksi
yang positif dan kemampuan market timing yang negatif.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini terlihat bahwa evalusi terhadap
kemampuan seleksi dan market timing manajer investasi di beberapa negara
berbeda-beda. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa tidak ditemukan
bukti bahwa manajer investasi memiliki kemampuan seleksi dan market timing.
Ada pula penelitian yang menyatakan bahwa manajer investasi memiliki
kemampuan seleksi dan market timing.

2.2 Konsep Reksa Dana


Portofolio surat berharga dapat dikelola secara pasif, dengan tujuan
untuk mendapatkan tingkat return / risiko yang diinginkan, atau dapat dikelola
secara aktif dengan tambahan tujuan untuk memperoleh tingkat return/risk
yang superior. Manajer Investasi bertujuan yang kedua, sehingga ia harus
mengembangkan kemampuan untuk mengungguli pasar dengan menyesuaikan
risiko portfolionya untuk mengantisipasi goncangan pasar.
Reksa dana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi
sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi
yang tersedia di Pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana
ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi,
baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.
Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):
“Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek
oleh Manajer Investasi.” Pada reksadana, manajemen investasi mengelola dana-
dana yang ditempatkannya pada surat berharga dan merealisasikan
keuntungan ataupun kerugian dan menerima dividen atau bunga yang
dibukukannya ke dalam "Nilai Aktiva Bersih" (NAB) reksadana tersebut.

Jenis-jenis Reksadana
1. Reksadana Pendapatan Tetap adalah Reksadana yang melakukan
investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelola (aktivanya)
dalam bentuk efek bersifat utang.
2. Reksadana Saham adalah Reksadana yang melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelolanya dalam efek
bersifat ekuitas.
3. Reksadana Campuran adalah Reksadana yang mempunyai
perbandingan target aset alokasi pada efek saham dan pendapatan tetap
yang tidak dapat dikategorikan ke dalam ketiga reksadana lainnya.

389
4. Reksadana Pasar Uang adalah Reksadana yang investasinya ditanam
pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo yang kurang dari satu
tahun.

Reksa Dana memiliki beberapa manfaat yang menjadikannya sebagai salah satu
alternatif investasi yang menarik antara lain:
1. Dikelola oleh manajemen profesional
Pengelolaan portofolio suatu Reksa Dana dilaksanakan oleh Manajer
Investasi yang memang mengkhususkan keahliannya dalam hal
pengelolaan dana. Peran Manajer Investasi sangat penting mengingat
Pemodal individu pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu,
sehingga tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam
menganalisa harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal.
2. Diversifikasi investasi
Diversifikasi atau penyebaran investasi yang terwujud dalam portofolio
akan mengurangi risiko (tetapi tidak dapat menghilangkan), karena
dana atau kekayaan Reksa Dana diinvestasikan pada berbagai jenis efek
sehingga risikonya pun juga tersebar. Dengan kata lain, risikonya tidak
sebesar risiko bila seorang membeli satu atau dua jenis saham atau efek
secara individu.
3. Transparansi informasi
Reksa Dana wajib memberikan informasi atas perkembangan
portofolionya dan biayanya secara kontinyu sehingga pemegang Unit
Penyertaan dapat memantau keuntungannya, biaya, dan risiko setiap
saat.Pengelola Reksa Dana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih
(NAB) nya setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan
keuangan tengah tahunan dan tahunan serta prospektus secara teratur
sehingga Investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara
rutin.
4. Likuiditas yang tinggi
Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi
harus mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dengan
demikian, Pemodal dapat mencairkan kembali Unit Penyertaannya
setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing Reksadana
sehingga memudahkan investor mengelola kasnya. Reksadana terbuka
wajib membeli kembali Unit Penyertaannya sehinga sifatnya sangat
likuid.
5. Biaya Rendah
Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal
dan kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan
besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan
menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi.

390
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Untuk melakukan investasi Reksadana, Investor harus mengenal jenis


risiko yang berpotensi timbul apabila membeli Reksadana.
1. Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan
Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi
yang dimasukkan dalam portofolio Reksadana tersebut mengalami
penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal. Penyebab
penurunan harga pasar portofolio investasi Reksadana bisa disebabkan
oleh banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang
memburuk, terjadinya kinerja emiten yang memburuk, situasi politik
dan ekonomi yang tidak menentu, dan masih banyak penyebab
fundamental lainnya.
2. Risiko Likuiditas
Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit
Penyertaan reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu
ternyata melakukan penarikkan dana dalam jumlah yang besar pada
hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut
mengalami rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit
Penyertaan reksadana. Hal ini dapat terjadi apabila ada faktor negatif
yang luar biasa sehingga mempengaruhi investor reksadana untuk
melakukan penjualan kembali Unit Penyertaan reksadana tersebut.
Faktor luar biasa tersebut di antaranya berupa situasi politik dan
ekonomi yang memburuk, terjadinya penutupan atau kebangkrutan
beberapa emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi portofolio
Reksadana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan Manajer Investasi
sebagai pengelola Reksadana tersebut.
3. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami
penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau
pasar obligasi secara drastis. Istilah lainnya adalah pasar sedang
mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen
investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis.
Risiko pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan
NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada pada Unit Penyertaan Reksadana
akan mengalami penurunan juga. Oleh karena itu, apabila ingin
membeli jenis Reksadana tertentu, Investor harus bisa memperhatikan
tren pasar dari instrumen portofolio Reksadana itu sendiri.
4. Risiko Default
Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli
obligasi milik emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal
sebelumnya kinerja keuangan perusahaan tersebut masih baik-baik saja
sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak membayar kewajibannya.
Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara memilih Manajer Investasi
yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat.

391
2.3 Konsep Evaluasi Kinerja Reksa Dana
Sejak studi Fama (1972) dan dilanjutkan oleh Merton (1981), telah
dilakukan praktek umum pengatribusian dua komponen kinerja manajer
investasi dengan patok duganya. Dua komponen kinerja yaitu komponen
peramalan perubahan harga dari saham yang terpilih (disebut juga micro-
forecasting, security analysis, atau stock selectivity) dan peramalan pergerakan
pasar secara menyeluruh (juga disebut macro-forecasting atau market timing) telah
dilakukan. Merton (1981) dan Henriksson dan Merton (1981) mengembangkan
sebuah alternative model evaluasi kinerja yang mendekomposisi kemampuan
kinerja keseluruhan dari seorang manajer portofolio kedalam suatu timing pasar
(peramalan makro) dan suatu kemampuan seleksi saham (peramalan mikro).
Manajer Investasi dengan kemampuan market timing yang superior harus dapat
memprediksikan pergerakan pasar yang luas dan menyesuaikan portofolionya.
Kao, Cheng dan Chan (1998, 129) secara jelas menyebutkan :
“Since high-risk securities tend to earn more than market average in an up
market and suffer more in a down market, these managers will alter the risk of
their portfolio by shifying their portfolio compositions to high-risk securities
when predicting an up market, and switching to low-risk securities when a
down marketis in the forecast”.

Bagi manajer investasi yang memliki kemampuan superior dalam


market timing akan merubah komposisi portfolionya ke surat berharga yang
beresiko tinggi ketika ia memprediksikan pasar sedang naik atau sebaliknya.
Manajer investasi dengan kinerja seleksi yang baik jika manajer memilih
saham-saham yang di-undervalue kedalam suatu kelas resiko tertentu secara
konsisten. Ini disebut dengan kemampuan seleksi yang baik.

2.4. Metode penilaian kinerja Manajer Investasi


Terdapat beragam formula untuk mengidentifikasi kedua atribut
tersebut, yaitu formula yang berasal dari model tradisional dan model inovatif.

1. Jensen Alpha
Jansen merumuskan model return untuk mengukur kinerja portfolio :
RPt –Rft = P + P ( RMt-Rft) + Pt
(1)
Keterangan :
P = indeks kinerja Jensen
Nilai P menunjukkan kemampuan peramalan-mikro yang superior,
sedangkan nilai negatif membuktikan adanya peramalan-mikro yang
salah (atau biaya yang tinggi untuk mencapai peramalan mikro).
Model ini dapat menghasilkan bias estimasi P, sehingga diperlukan
pengukuran secara simultan. Model ini mengasumsikan risiko

392
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

sistimatis statis, sedangkan pada kenyataannya risiko sistimatis


berubah-ubah.

2. Treynor-Mazuy
Treynor dan Mazuy (1966) menggunakan model regresi kuadratik :
2
RPt = P + 1 ( RMt-Rft) +2(RMt- Rft) + Pt
(2)

Keterangan :
 >0 mengindikasikan kesuksesan dalam market timing ability
Grinbalt dan Titman (1994) menyatakan bahwa metodologi Treynor-
Mazuy terkena bias estimasi beta yang dapat membawa pada
pengukuran market timing yang salah. Dengan demikian model ini
tidak akan diuji dalam penelitian ini.

3.Merton dan Henriksson dan Merton


MERTON (1981) dan HENRIKSSON dan MERTON (1981)
mengenalkan dua kerangka untuk mengevaluasi kinerja. Pada model
mereka, manajer investasi berupaya untuk meramalkan apakah
return pasar akan lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkat bunga
bebas risiko. Selanjutnya, manajer investasi akan menyesuaikan
alokasi assetnya sesuai ramalannya dengan menukar level risiko
sistimatisnya : beta pasar yang naik ketika diramalkan pasar naik dan
beta pasar turun ketika diramalkan pasar turun. HENRIKSSON dan
MERTON (1981) menunjukkan bahwa dalam konteks ini, total return
investasi merupakan penjumlahan return pasar dan put option pada
pasar yang hanya bernilai, jika return pasar lebih rendah dari tingkat
bunga bebas risiko.
Persamaan regresi berikut ini memberikan estimasi timing dan seleksi
yang konsisten :
RPt -Rft -= P + 1 (RMt-Rft) + 2 Max (0, -(RMt--Rft) + Pt
(3)
Keterangan :
RPt = return portofolio (reksa dana)
RMt = return portfolio pasar (IHSG dan LQ45)
Rft = return bebas risiko (SBI 1 bulan)
P = konstanta (mengukur kemampuan seleksi manajer investasi)
Max (0, -(RMt--Rft) = mengukur premi pasar turun
1 = perubahan level risiko portfolio ketika pasar berubah
2 Max (0, -(RMt--Rft) = mengukur kemampuan market timing
manajer investasi

393
Pada persamaan 1 tingkat risiko pada dua kondisi pasar (pasar naik
dan pasar turun) tidak teridentifikasi secara eksplisit, sehingga
Henriksson dan Merton (1981) mengembangkan persamaan 1 menjadi
:
RPt -Rft -= P + U Ma x ( 0 , RMt-Rft) + D Min (0, RMt--Rft) + Pt
(4)
Keterangan :
M a x( 0, RMt-RftKondisi pasar sedang naik
M in( 0 , RMt-Rft = Kondisi pasar sedang turun
U = Beta pasar naik
U = Beta pasar turun

Beranjak dari pemaparan latar belakang dan tinjauan pustaka ini


penelitian ini akan mengevaluasi kembali kinerja manajer investasi untuk
mengetahui apakah manajer investasi Indonesia memiliki kemampuan seleksi
dan market timing yang sukses atau tidak, selanjutnya akan diteliti pengaruh
beberapa karakteristik kualitatif reksa dana terhadap kinerja reksa dana
Indonesia.

2.5 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka kerangka konseptual penelitian
ini adalah:

Kinerja Kinerja Pasar


Reksa Dana Patok Duga

Mengungguli (Outperform)
Pasar

Seleksi dan Market Timing Manajer


Investasi
Sukses

Gambar 1 : Kerangka konseptual Penelitian

394
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

2. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : Manajer Investasi Indonesia tidak sukses dalam kemampuan seleksi
instrumen investasi dan market timing.
Ha : Manajer Investasi Indonesia sukses dalam kemampuan seleksi
instrumen investasi dan market timing.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Disain Pengambilan Sample / Data


Populasi reksa dana adalah seluruh produk reksa dana terbuka
Indonesia jenis reksa dana campuran yang berjumlah 111 reksadana. Sampel
yang diambil dari populasi adalah reksa dana yang bertahan dan berhasil
memenuhi kriteria dari segi ketersediaan data selama periode 2008 dan paling
tidak telah diluncurkan selama 2 tahun pada periode pengamatan. Sampel reksa
dana yang terpilih juga akan diidentifikasi dalam kelompok reksa dana yang
berinvestasi di Indonesia saja (reksa dana domestik). Dari hasil pemilihan
sampel diperoleh 30 reksadana yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian
ini.
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu antara lain data Nilai Aktiva Bersih reksa dana yang diukur
dengan secara bulanan. Return dimajemukkan secara kontinyu dengan asumsi
pembagian dividen dan capital gain diinvestasikan dalam reksa dana pada
bulan berikutnya. Untuk mendapatkan kekuatan penelitian, maka penelitian ini
menggunakan dua buah patok duga portfolio pasif domestik. Patok duga
portofolio pasif domestik adalah : Pertama adalah Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dengan lebih dari 300 saham, sehingga dapat dijadikan
sebagai proksi pasar dan meliputi periode 2008. Data bulanan dari kedua
indeks tersebut diperoleh dari BEI. Proksi tingkat return bebas risiko domestik
(risk-free rate) menggunakan SBI rate (Sertifikat Bank Indonesia) 1 bulan yang
dikumpulkan dari situs Bank Indonesia.

3.2 Variabel Penelitian


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel kinerja manajer investasi
Kinerja manajer investasi adalah suatu pengukuran kinerja yang akurat
dalam mengidentifikasi ketrampilan market timing dan seleksi dari manajer
investasi.
a. Seleksi (Stock Selectivity) adalah komponen kinerja berupa
kemampuan manajer investasi untuk meramalkan perubahan
harga dari saham yang terpilih (disebut juga micro-forecasting atau
security analysis).

395
b. Market timing adalah komponen kinerja berupa kemampuan
manajer investasi untuk meramalkan pergerakan pasar secara
menyeluruh (juga disebut macro-forecasting).

3.3 Alat Analisis

3.3.1 Uji kinerja Manajer Investasi


Treynor dan Mazuy (1966) menggunakan model regresi kuadratik
untuk mengukur seleksi instrumen dan market timing ability :
2
RPt = P + 1 ( RMt-Rft) +2(RMt- Rft) + Pt
(2)

Keterangan :
 >0 mengindikasikan kesuksesan dalam market timing ability
mengindikasikan kesuksesan dalam selectivity instrumen

Persamaan tersebut akan dihitung dengan metode Ordinary Least Square


dengan bantuan software Eviews versi 4 untuk mengestimasi parameter
persamaan-persamaan tersebut. Persamaaan tersebut akan diuji ada
atau tidak pelanggaran terhadap asumsi klasik regresi, yaitu dengan Uji
Normalitas, Uji Otokorelasi, Uji Heterokedastisitas dan Uji
Multikolinierity.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Return Reksadana Campuran dan Return Portofolio Pasar

Kinerja reksadana campuran berdasarkan tujuan khusus investasi yang


dilakukan tertera pada Tabel 2. Return reksadana campuran selama kondisi
pasar bearish (tahun 2008) ternyata mampu melampaui return rata-rata
portofolio pasar.

Tabel 2 : Tingkat return Reksadana dan Return Portofolio Pasar

Rata-rata return
No. Reksadana
bulanan
1 AAA Amanah Syariah Fund -0,0191
2 AAA Balanced Fund -0,0297
3 Anam Pendapatan Kombinasi -0,0548
4 BNI Dana Plus Syariah -0,0731
5 Brent Dana Fleksi -0,0216
6 Capital Fleksi -0,0297
7 Capital Syariah Fleksi -0,0548
8 Danamas Fleksi 0,0101

396
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Rata-rata return
No. Reksadana
bulanan
9 Euro Peregrine Berimbang Plus -0,0482
10 Harvestindo Maxima -0,0470
11 Hpam Premium - 1 -0,0344
12 Jakarta Flexi Plus -0,0422
13 Jisawi Flexi -0,0393
14 Jisawi Mix -0,0292
15 Lautandhana Balanced Fund -0,0526
16 Makinta Fleksi -0,0568
17 Mega Dana Kombinasi -0,0648
18 Mega Dana Kombinasi Dua -0,0562
19 Portofolio Optimal -0,0313
20 Premier Optima -0,0590
21 Prospera Balance -0,0585
22 Reksadana Pg Synergy -0,0054
23 Reksadana Dana Fleksibel Dua -0,0788
24 Reksadana Gani Flexi Fund -0,0275
25 Sam Dana Berkembang -0,0282
26 Simas Satu -0,0494
27 Star Balanced -0,0297
28 Tiga Pilar Dana Fleksi -0,0323
29 Valbury Inklusi -0,0309
30 X-Tra Dana Dinamis -0,0374
Rata-rata reksadana campuran -0,0404
IHSG (Portofolio Pasar) -0,0518

4.3. Pengukuran Kinerja Manajer Investasi

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan


program Eviews didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :

RPt - Rft -= αP + β1 (RMt-Rft) + β2 (RMt--Rft)2 + Pt

RPt -Rft = 0,028955 + 0,276191 (RMt-Rft) + 0,531663 (RMt--Rft)2


(0,085815) (0,763610)

4.3.1. Pengukuran Kinerja Market Timing Manajer Investasi


Dalam model Treynor dan Mazuy (TM), kemampuan market timing
dijelaskan oleh koefisien β2. Nilai koefisien market timing (β2 ) yang positif dan
signifikan mengimplikasikan kemampuan market timing yang superior dari
manajer investasi. Tabel 6 menyajikan ringkasan nilai dan signifikansi dari
koefisien β2 untuk reksadana campuran.

397
Tabel 3 Kinerja Market Timing (β2) dari Manajer Investasi

Reksadana β2
Reksadana Campuran + 0,531663
(+0,696250)

Nilai koefisien β2 bagi reksadana campuran adalah positif menunjukkan


kemampuan market timing manajer investasi, namun kemampuannya tidak
superior karena koefisien β2 tidak signifikan. Hasil yang menunjukkan bahwa
kemampuan market timing manajer invetasi Indonesia selama periode bearish
pada tahun 2008 tidak superior tidaklah mengejutkan dan konsisten dengan
penelitian sebelumnya di Indonesia (lihat Ekandini (2008)) dan di pasar
internasional (lihat Grinblatt dan Titman (1989), Kao, et al (1998).

4.3.2. Kinerja Pemilihan Instrumen (Selection) Manajer Investasi


Berdasarkan model TM, nilai αP digunakan sebagai ukuran kemampuan
seleksi saham (selection). Model ini mengimplikasikan bahwa nilai αP akan
positif dan signifikan jika manajer memiliki kemampuan pemilihan instrumen
yang tinggi. Tabel 7 memperlihatkan nilai αP bagi reksadana campuran.

Tabel 4 Kinerja Selection dari Manajer Investasi

Reksadana αP
Reksadana Campuran + 0,028955
(+ 3,218454*))
*) Signifikan pada level 0.01

Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan manajer investasi dalam mengelola


dana selama periode bearish (tahun 2008) menunjukkan kinerja kemampuan
selection yang baik. Temuan ini konsisten dengan ekspektasi dan studi terdahulu
dalam kasus di Indonesia dari Ekandini (2008).

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai evaluasi kinerja reksa
dana campuran Indonesia pada kondisi pasar bearish, maka dapat disimpulkan
bahwa: kemampuan selection positif signifikan dan kemampuan market timing
yang positif namun tidak signifikan. Kemampuan manajer investasi selama
tahun 2008 (pasar bearish) dalam mengelola reksadana campuran tampaknya
memiliki kemampuan seleksi surat berharga yang superior namun dalam hal
kemampuan market timing tidak superior. Implikasi temuan ini mendukung

398
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

hasil observasi pada umumnya pada riset kinerja reksadana yang menunjukkan
hubungan yang berlawanan antara kemampuan pemilihan surat berharga
(security selection) dan kemampuan market timing.

5.2 Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya dapat mengambil sampel reksadana
jenis lain, seperti reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap,
sehingga dapat diketahui apakah kemampuan manajer investasi ditentukan
oleh jenis reksadana atau tidak
2. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya dapat mengambil rentang waktu
penelitian yang lebih panjang untuk lebih enggambarkan kemampuan
manajer investasi baik pada kondisi pasar bearish (pasar turun) maupun
kondisi pasar bullish (pasar naik)
3. Bagi peneltian selanjutnya dapat menggunakan model pengukuran kinerja
lainnya seperti Henriksson dan Merton (1981) dan Grinblatt dan Titman
(1989) untuk menguji lebih lanjut kemampuan manajer reksadana di
Indonesia dalam hal menyeleksi surat berharga dan market timing.

DAFTAR PUSTAKA

Bhattacharya S, Pfleiderer (1983), “A note on performance evaluation”,


Technical report 714, Stanford University, Graduate School of Business

Christensen, Michael (2005), “Danish Mutual Fund Performance : Selectivity,


Market Timing and Persistence”, Working Paper, Finance Research
Group

Coggin TD, Fabozzi FJ, Rahman S. (1993), “ The invesment performance of US


Equity fund Managers : an empirical investigation”, Journal of Finance
48, hal 1039-1055

Connor G, Korajzcyk R. (1991), “The attribute, behavior and performance of


US mtual funds”, Review of Quantitative Finance and Accounting 1,
pp. 5-26
Ekandini, Astrid Indraja (2008), “ Market Timing and Stock Selectivity
Performance Analysis onEquity Mutual Fund in Indonesia: GARCH
Model Application”, Master Theses MBIPB
Fama, E. (1972), “Components of investment performance”, Journal of
Finance 27, pp.551-567

Grant, Dwight (1978), “ Market Timing and Portfolio Management”, The Journal
of Finance, Vol. XXXIII, No. 4, pp 1119-11131

399
Grinblatt M, Titman S. (1989a), “ Mutual fund performance: an analysis of
quarterly portfolio holdings”, Journal of Business 62, 393-416

Grinblatt M, Titman S.(1989b), “Portfolio performance evaluation: old issues


and new insights”, The Review of Financial Studies 2, pp. 393-416

Grinblatt M, Titman S. (1994), “A study of monthly mutual fund returns and


performance evaluation techniques”, Journal of Financial and
Quantitative Analysis 29, 419-444

Henriksson RD, Merton RC (1981), “On market timing and investment


performance of managed portfolios. II Statistical procedures for
evaluating forecasting skills”, Journal of Business 54, pp. 513-533

Isaaac, Stephen dan Michael, WB ( 1990), Handbook in Research and


Evaluation”, EdITS Publishers, San Diego, California.

Kao, GW; LTW Cheng, dan KC Chan, (1998), “International mutual fund
selectivity and market timing during up and down market
conditions”, The Financial Review 33, hal 127-144

Lhabitant FS (2001), “On Swiss Timingand Selectivity in the Quest of Alpha”,


The FAME Research Paper Series, Juni

Merton RC (1981), “On market timing and investment performance I: an


equilibrium theory of value for market forecasts”, Journal of Business
51, pp. 363-406

Rao, SP Umanaheswar (2000), “Market Timing and Mutual Fund Performance”,


American Business Review, Juni, hal 75-79.

Rahayuningsih (2008), ” 7 Produk reksa dana campuran berikan return positif”,


Harian Bisnis Indonesia

Swinkels, Laurens dan Pawel Rzeznickzak (2008), “Performance evaluation of


Polish mutual fund manager”, Working Paper, Netherlands

Treynor JL, Mazuy K (1966), “Can mutual funds outguess the market?”,
Harvard Business Review 44, pp. 131-136

INVESTOR Tahun X/185 November 2008

http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana

400
PERBANDINGAN RETURN SAHAM SEBELUM DENGAN
SESUDAH LISTING DATE WARRANT PADA BURSA EFEK
INDONESIA

Zulkarnain9

ABSTRAK

Warrant merupakan opsi jangka panjang yang memberikan hak kepada


pemegangnya untuk membeli saham atas nama dengan harga tertentu. Masa
hidup warrant dimulai dari tanggal warrant tersebut diterbitkan di bursa efek
sampai dengan tanggal terakhir pelaksanaan penebusan (redemption) warrant
menjadi saham..

Perusahaan mengharapkan penerbitan warrant akan meningkatkan ketertarikan


investor untuk berinvestasi pada saham yang menjadi aset dasarnya, sehingga
akan meningkatkan kapitalisasi pasar. Dengan demikian, akan terjadi
perubahan return saham antara sebelum dengan sesudah penerbitan warrant.

Berdasarkan perhitungan diperoleh t hitung -1,878, sedangkan t tabel 2,571,


dengan probabilitas 0,119. Karena t hitung < t tabel atau dengan melihat
probabilitas sebesar 0,119 (> 0,05) maka Ho diterima, artinya rata-rata return
saham sesudah listing date warrant lebih kecil atau sama dengan rata-rata return
saham sebelum listing date.

Implikasi hasil penelitian membuktikan bahwa tidak terwujudnya harapan


untuk memperoleh return saham yang signifikan sesudah listing date warrant
disebabkan Warrant dijual terpisah dengan aset dasarnya, sehingga tidak
adanya pengaruh langsung terhadap fluktuasi harga saham perusahaan penerbit
warrant.

Keywords : Warrant, return saham, fluktuasi

I. LATAR BELAKANG

Pasar modal Indonesia dibuka secara resmi pada tahun 1977. Sekuritas yang
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia adalah saham preferen (prefered
stock), saham biasa (common stock), obligasi (bonds) dan turunan (derivatif)

9
Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
yang terdiri dari rights, warrant dan options. Di antara sekuritas – sekuritas
tersebut. yang paling banyak diperdagangkan adalah saham.

Warrant merupakan derivatif (turunan) dari efek sebenarnya yaitu saham


biasa. Masa hidup warrant adalah 6 bulan atau lebih. Warrant merupakan opsi
jangka panjang yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli
saham atas nama dengan harga tertentu. Masa hidup warrant dimulai dari
tanggal warrant tersebut diterbitkan di bursa efek sampai dengan tanggal
terakhir pelaksanaan penebusan (redemption) warrant. Warrant tidak
memperoleh dividen dan tidak mempunyai hak suara pada perusahan publik
karena pemiliknya bukan pemegang saham perusahaan (Anoraga dan
Pakarti:2003)

Sejak Januari 2004 sampai dengan Desember 2008 ada 53 buah perusahaan yang
melakukan penerbitan warrant.(Tabel 1).

Tabel 1. Perusahaan yang Menerbitkan Warrant periode 2004 – 2008

No Kode Deskripsi Perusahaan Listing date


1 AMAG-W Warrant Seri I Asuransi Multi Asuransi Multi Artha Guna 23-Des-05
Artha Guna Tbk Tbk. Pt
2 ASRI-W Warrant Seri I Alam Sutera Alam Sutera Realty Tbk. Pt 18-Des-07
Realty Tbk
3 ATPK-W Warrant Seri I Atpk Resources Atpk Resources Tbk. Pt 13-Jul-07
Tbk
4 BABP-W Warrant Seri I Bank Bumiputera Bank Bumiputera Indonesia 2-Jan-06
Indonesia Tbk Tbk. Pt
5 BAPA-W Warrant Seri I Bekasi Asri Bekasi Asri Pemula Tbk. Pt 14-Jan-08
Pemula Tbk
6 BBLD-W Warrant Buana Finance Tbk Buana Finance Tbk. Pt 5-Feb-04
7 BKDP-W Warrant Seri I Bukit Darmo Bukit Darmo Property Tbk. 15-Jun-07
Property Tbk Pt
8 BMSR-W Warrant Seri I Bintang Mitra Bintang Mitra Semestaraya 7-Okt-08
Semestaraya Tbk Tbk. PT
9 BNBR-W Warrant Seri I Bakrie And Bakrie & Brothers Tbk. Pt 2-Apr-08
Brothers Tbk
10 BTEL-W Warrant Seri I Bakrie Telecom Bakrie Telecom Tbk. Pt 3-Feb-06
Tbk
11 BUDI-W Warrant Seri I Budi Acid Jaya Budi Acid Jaya Tbk. Pt 11-Jul-007
Tbk
12 BVIC-W Warrant Bank Victoria Bank Victoria International 26-Jun-06
International Tbk Seri Iv Tbk. Pt
13 BVIC-W2 Warrant Bank Victoria Bank Victoria International 11-Jul-08
International Tbk Seri V Tbk. Pt

402
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

No Kode Deskripsi Perusahaan Listing date


14 CFIN-W Warrant Clipan Finance Clipan Finance Indonesia 13-Jul-07
Indonesia Tbk Seri Iv Tbk. Pt
15 CKRA-W Warrant Seri I Citra Kebun Raya Citra Kebun Raya Agri Tbk. 17-Jan-08
Agri Tbk Pt
16 COWL-W Warrant Seri I Cowell Cowell Development Tbk. Pt 19-Des-07
Development Tbk
17 CPRO-W Warrant Seri I Central Central Proteinaprima Tbk 28-Nov-06
Proteinaprima Tbk
18 CPRO-W2 Warrant Seri Ii Central Central Proteinaprima Tbk 28-Nov-06
Proteinaprima Tbk
19 CPRO-W3 Warrant Seri Iii Central Central Proteinaprima Tbk 15-Nov-06
Proteinaprima Tbk
20 CPRO-W4 Warrant Seri Iv Central Central Proteinaprima Tbk 28-Nov-06
Proteinaprima Tbk
21 CSAP-W Warrant Seri I Catur Sentosa Catur Sentosa Adiprana Tbk. 12-Des-07
Adiprana Tbk Pt
22 CTRA-W Warrant Seri I Ciputra Ciputra Development Tbk. Pt 1-Des-06
Development Tbk
23 DEWA-W Warrant Seri I Darma Henwa Tbk Darma Henwa Tbk. Pt 26-Sep-07
24 ELTY-W Warrant Seri I Bakrieland Bakrieland Development 1-Mei-07
Development Tbk Tbk. Pt
25 GPRA-W Warrant Seri I Perdana Perdana Gapuraprima Tbk. 14-Jan-08
Gapuraprima Tbk Pt
26 HOME-W Warrant Seri I Hotel Mandarine Hotel Mandarine Regency 16-Jul-08
Regency Tbk Tbk. Pt
27 KARK-W Warrant Seri Ii Dayaindo Dayaindo Resources 14-Apr-08
Resources International Tbk International Tbk. Pt
28 KBLV-W Warrant Seri I First Media Tbk First Media Tbk. Pt 15-Jan-07
29 KBRI-W Warrant Seri I Kertas Basuki Kertas Basuki Rachmat 11-Jul-08
Rachmat Indonesia Tbk Indonesia Tbk. Pt
30 KOIN-W Warrant Seri I Kokoh Inti Kokoh Inti Arebama Tbk. Pt 9-Apr-08
Arebama Tbk
31 LAPD-W Warrant Seri Ii Leyand Leyand International Tbk. Pt 11-Apr-08
International Tbk
32 MASA-W Warrant Seri I Multistrada Arah Multistrada Arah Sarana 5-Jun-07
Sarana Tbk Tbk. Pt
33 MIRA-W Warrant Seri I Mitra Rajasa Tbk Mitra Rajasa Tbk. Pt 14-Nov-07
34 MIRA-W2 Warrant Seri Ii Mitra Rajasa Tbk Mitra Rajasa Tbk. Pt 27-Nov-08
35 MLPL-W Warrant Seri I Multipolar Tbk Multipolar Tbk. Pt 8-Des-06
36 MPPA-W Warrant Seri I Matahari Putra Matahari Putra Prima Tbk. Pt 11-Jan-07
Prima Tbk
37 PEGE-W Warrant Seri I Panca Global Panca Global Securities Tbk. 24-Jun-05
Securities Tbk Pt

403
No Kode Deskripsi Perusahaan Listing date
38 PNBN-W Warrant Seri Iv Bank Pan Bank Pan Indonesia . Tbk . 13-Jul-06
Indonesia Tbk Pt
39 PNIN-W Warrant Seri Iv Panin Insurance Panin Insurance Tbk. Pt 13-Jul-06
Tbk
40 PNLF-W Warrant Seri Iv Panin Life Tbk Panin Life Tbk. Pt 13-Jul-06
41 RODA-W Warrant Seri Ii Royal Oak Royal Oak Development 17-Jan-08
Development Asia Tbk Asia Tbk. Pt
42 SMMA-W3 Warrant Sinar Mas Multiartha Sinar Mas Multiartha Tbk. Pt 12-Jul-05
Tbk Seri Iii
43 SMMA-W4 Warrant Sinar Mas Multiartha Sinar Mas Multiartha Tbk. Pt 1-Jul-08
Tbk Seri Iv
44 SMRA-W Warrant Seri I Summarecon Summarecon Agung Tbk. Pt 22-Jun-007
Agung Tbk
45 SULI-W Warrant Seri I Sumalindo Lestari Sumalindo Lestari Jaya Tbk. 10-Jul-06
Jaya Tbk Pt
46 TBLA-W Warrant Seri I Tunas Baru Tunas Baru Lampung Tbk. 13-Jul-06
Lampung Tbk Pt
47 TMPI-W Warrant Seri Ii Agis Tbk Agis Tbk. Pt 13-Mar-08
48 TRAM-W Warrant Seri I Trada Maritime Trada Maritime Tbk. Pt 10-Sep-08
Tbk
49 TRUB-W Warrant Seri I Truba Alam Truba Alam Manunggal 16-Okt-06
Manunggal Engineering Tbk Engineering Tbk. Pt
50 UNSP-W Warrant Seri I Bakrie Sumatera Bakrie Sumatera Plantations 12-Sep-07
Plantations Tbk Tbk. Pt
51 VRNA-W Warrant Seri I Verena Oto Verena Oto Finance Tbk. Pt 25-Jun-08
Finance Tbk
52 WEHA-W Warrant Seri I Panorama Panorama Transportasi Tbk. 31-Mei-07
Transportasi Tbk Pt
53 YPAS-W Warrant Seri I Yanaprima Yanaprima Hastapersada 5-Mar-08
Hastapersada Tbk Tbk. Pt
www.ksei.co.id :
Desember 2008

Dari 53 perusahaan penerbit warrant, dilakukan pengambilan sampel sebanyak


6 perusahaan yang memenuhi criteria, yaitu: PT BBL Leasing Indonesia Tbk
(BBLD), PT Citra Kebun Raya Agri Tbk (CKRA), PT Perdana Gapuraprima Tbk
(GPRA), PT Multipolar Tbk (MLPL), PT Royal Oak Development Asia Tbk
(RODA), dan PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA). Harga saham perusahaan
sampel ditunjukkan pada Tabel 2.

404
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Tabel 2. Harga Saham BBLD, CKRA, GPRA, MLPL, RODA, dan SMMA
Selama Hari U ji

Harga Harga
Hari Hari
Tanggal Shm IHSG Tanggal Shm IHSG
Uji Uji
BBLD CKRA
15-Des-03 625 658.522 23-Nov-07 325 2.584.347
16-Des-03 H-30 600 656.740 26-Nov-07 H-30 350 2.648.044
17-Des-03 H-29 625 655.698 27-Nov-07 H-29 340 2.627.954
18-Des-03 H-28 625 664.877 28-Nov-07 H-28 330 2.671.895
19-Des-03 H-27 650 672.292 29-Nov-07 H-27 330 2.699.817
22-Des-03 H-26 650 674.395 30-Nov-07 H-26 305 2.688.332
23-Des-03 H-25 650 679.307 3-Dec-07 H-25 300 2.726.925
29-Des-03 H-24 625 693.033 4-Dec-07 H-24 295 2.752.943
30-Des-03 H-23 625 691.895 5-Dec-07 H-23 340 2.768.058
2-Jan-04 H-22 625 704.498 6-Dec-07 H-22 320 2.591.48
5-Jan-04 H-21 675 725.472 7-Dec-07 H-21 305 2.638.21
6-Jan-04 H-20 750 723.989 10-Dec-07 H-20 300 2.641.59
7-Jan-04 H-19 825 709.367 11-Dec-07 H-19 360 2.616.74
8-Jan-04 H-18 975 730.815 12-Dec-07 H-18 340 2.563.75
9-Jan-04 H-17 1050 753.692 13-Dec-07 H-17 325 2.453.21
12-Jan-04 H-16 1025 742.506 14-Dec-07 H-16 330 2.553.80
13-Jan-04 H-15 1000 743.143 17-Dec-07 H-15 305 2.524.98
14-Jan-04 H-14 1150 756.563 18-Dec-07 H-14 320 2.596.66
15-Jan-04 H-13 1075 763.453 19-Dec-07 H-13 280 2.624.43
16-Jan-04 H-12 1075 770.334 26-Dec-07 H-12 270 2.667.53
19-Jan-04 H-11 1050 766.483 27-Dec-07 H-11 270 2.662.92
20-Jan-04 H-10 1100 773.125 28-Dec-07 H-10 265 2.643.49
21-Jan-04 H-9 1075 776.301 2-Jan-08 H-9 255 2 .731.51
23-Jan-04 H-8 1075 785.879 3-Jan-08 H-8 250 2 .715.07
26-Jan-04 H-7 1150 786.874 4-Jan-08 H-7 255 2 .765.19
27-Jan-04 H-6 1100 772.494 7-Jan-08 H-6 265 2.776.410
28-Jan-04 H-5 1050 767.107 8-Jan-08 H-5 285 2 .785.63
29-Jan-04 H-4 1050 759.644 9-Jan-08 H-4 255 2 .830.26
30-Jan-04 H-3 1025 752.932 14-Jan-08 H-3 250 2 .810.37
3-Feb-4 H-2 1000 730.319 15-Jan-08 H-2 250 2 .730.03
4-Feb-04 H-1 1025 730.275 16-Jan-08 H-1 250 2 .592.31
5-Feb-04 H0 1025 736.468 17-Jan-08 H0 250 2 .649.28
6-Feb-04 H+1 1050 758.924 18-Jan-08 H+1 250 2 .611.13
9-Feb-04 H+2 1100 767.255 21-Jan-08 H+2 250 2 .485.88
10-Feb-04 H+3 1050 766.771 22-Jan-08 H+3 250 2 .294.52
11-Feb-04 H+4 1075 769.793 23-Jan-08 H+4 250 2 .476.28

405
Harga Harga
Hari Hari
Tanggal Shm IHSG Tanggal Shm IHSG
Uji Uji
BBLD CKRA
12-Feb-04 H+5 1075 766.083 24-Jan-08 H+5 240 2 .516.70
13-Feb-04 H+6 1075 773.140 25-Jan-08 H+6 235 2 .620.49
16-Feb-04 H+7 1050 775.225 28-Jan-08 H+7 225 2 .582.05
17-Feb-04 H+8 1050 776.999 29-Jan-08 H+8 235 2 .607.84
18-Feb-04 H+9 1075 785.907 30-Jan-08 H+9 235 2 .610.36
19-Feb-04 H+10 1075 789.432 31-Jan-08 H+1 220 2 .627.25
20-Feb-04 H+111 1050 794.467 1-Feb-08 0
H+1 210 2.646.821
24-Feb-04 11
H+12 1075 780.753 4-Feb-08 1H+1 215 2.701.629
25-Feb-04 H+13 1125 777.053 5-Feb-08 2H+1 245 2.704.247
26-Feb-04 H+14 1300 776.016 6-Feb-08 3H+1 230 2.639.087
27-Feb-04 H+15 1200 761.081 11-Feb-08 4H+1 225 2.589.382
1-Mar-04 H+16 1225 759.006 12-Feb-08 5H+1 225 2.589.382
2-Mar-04 H+17 1225 779.746 13-Feb-08 6H+1 225 2.610.781
3-Mar-04 H+18 1325 776.826 14-Feb-08 7H+1 220 2.675.645
4-Mar-04 H+19 1350 774.768 15-Feb-08 8H+1 235 2.688.191
5-Mar-04 H+20 1325 778.01 18-Feb-08 9H+2 240 2.684.702
8-Mar-04 H+21 1325 772.868 19-Feb-08 0H+2 260 2.711.872
9-Mar-04 H+22 1375 771.078 20-Feb-08 1H+2 255 2.689.256
10-Mar-04 H+23 1.275 760.327 21-Feb-08 2H+2 250 2.734.210
11-Mar-04 H+24 1.175 741.198 22-Feb-08 3H+2 255 2.741.181
12-Mar-04 H+25 1.125 738.152 25-Feb-08 4H+2 250 2.751.862
15-Mar-04 H+26 1.125 724.151 26-Feb-08 5H+2 250 2.738.872
16-Mar-04 H+27 1.100 716.177 27-Feb-08 6H+2 245 2.740.138
17-Mar-04 H+28 1.150 730.585 28-Feb-08 7H+2 240 2.756.314
18-Mar-04 H+29 1.175 733.57 29-Feb-08 8H+2 230 2.721.944
19-Mar-04 H+30 1.175 742.914 3-Mar-08 9H+3 220 2.652.312
20-Nov-07 350 2.624.862 19-Oct-06 0 105 1.568.60
21-Nov-07 H-30 355 2.563.621 20-Oct-06 H-30 110 1.572.85
22-Nov-07 H-29 350 2.569.514 30-Oct-06 H-29 115 1.580.19
23-Nov-07 H-28 360 2.584.347 31-Oct-06 H-28 115 1.582.63
26-Nov-07 H-27 375 2.648.044 1-Nov-06 H-27 115 1.589.87
27-Nov-07 H-26 385 2.627.954 2-Nov-06 H-26 115 1.607.70
28-Nov-07 H-25 375 2.671.895 3-Nov-06 H-25 110 1.612.92
29-Nov-07 H-24 395 2.699.817 6-Nov-06 H-24 110 1.640.85
30-Nov-07 H-23 390 2.688.332 7-Nov-06 H-23 110 1.654.15
3-Dec-07 H-22 415 2.500.58 8-Nov-06 H-22 110 1.646.07
4-Dec-07 H-21 410 2.523.70 9-Nov-06 H-21 110 1.660.26
5-Dec-07 H-20 415 2.546.61 10-Nov-06 H-20 110 1.664.84
6-Dec-07 H-19 460 2.591.48 13-Nov-06 H-19 110 1.639.27

406
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Harga Harga
Hari Hari
Tanggal Shm IHSG Tanggal Shm IHSG
Uji Uji
BBLD CKRA
7-Dec-07 H-18 445 2.638.21 14-Nov-06 H-18 110 1.672.07
10-Dec-07 H-17 445 2.641.59 15-Nov-06 H-17 110 1.670.11
11-Dec-07 H-16 445 2.616.74 16-Nov-06 H-16 110 1.668.82
12-Dec-07 H-15 435 2.563.75 17-Nov-06 H-15 110 1.672.11
13-Dec-07 H-14 425 2.453.21 20-Nov-06 H-14 110 1.684.01
14-Dec-07 H-13 420 2.553.80 21-Nov-06 H-13 105 1.681.34
17-Dec-07 H-12 410 2.524.98 22-Nov-06 H-12 110 1.705.44
18-Dec-07 H-11 420 2.596.66 23-Nov-06 H-11 110 1.704.13
19-Dec-07 H-10 415 2.624.43 24-Nov-06 H-10 120 1.717.73
26-Dec-07 H-9 415 2.667.53 27-Nov-06 H-9 120 1.728.93
27-Dec-07 H-8 415 2.662.92 28-Nov-06 H-8 120 1.691.08
28-Dec-07 H-7 415 2.643.49 29-Nov-06 H-7 120 1.713.40
2-Jan-08 H-6 420 2 .731.507 30-Nov-06 H-6 115 1.718.96
3-Jan-08 H-5 415 2 .715.065 1-Dec-06 H-5 120 1.734.75
4-Jan-08 H-4 400 2 .765.190 4-Dec-06 H-4 115 1.731.24
7-Jan-08 H-3 395 2 .776.410 5-Dec-06 H-3 110 1.776.76
8-Jan-08 H-2 410 2 .785.625 6-Dec-06 H-2 115 1.784.43
9-Jan-08 H-1 400 2 .830.263 7-Dec-06 H-1 110 1.782.12
14-Jan-08 H0 380 2 .810.372 8-Dec-06 H0 115 1.775.29
15-Jan-08 H+1 375 2 .730.031 11-Dec-06 H+1 110 1.759.67
16-Jan-08 H+2 360 2 .592.311 12-Dec-06 H+2 110 1.754.58
17-Jan-08 H+3 380 2 .649.279 13-Dec-06 H+3 110 1.753.80
18-Jan-08 H+4 365 2 .611.132 14-Dec-06 H+4 110 1.767.80
21-Jan-08 H+5 365 2 .485.879 15-Dec-06 H+5 105 1.792.16
22-Jan-08 H+6 365 2 .294.524 18-Dec-06 H+6 110 1.787.62
23-Jan-08 H+7 375 2 .476.278 19-Dec-06 H+7 100 1.736.67
24-Jan-08 H+8 365 2 .516.701 20-Dec-06 H+8 105 1.766.80
25-Jan-08 H+9 380 2 .620.493 21-Dec-06 H+9 110 1.789.09
28-Jan-08 H+10 380 2 .582.049 22-Dec-06 H+1 110 1.785.76
29-Jan-08 H+11 385 2 .607.843 26-Dec-06 0H+1 105 1.783.98
30-Jan-08 H+12 385 2 .610.359 27-Dec-06 1H+1 110 1.803.26
31-Jan-08 H+13 385 2 .627.251 28-Dec-06 2
H+1 110 1.805.52
1-Feb-08 H+14 375 2 .646.821 2-Jan-07 3H+1 121 1.836.52
4-Feb-08 H+15 380 2 .701.629 3-Jan-07 4H+1 118 1.834.71
5-Feb-08 H+16 380 2 .704.247 4-Jan-07 5H+1 117 1.824.10
6-Feb-08 H+17 380 2 .639.087 5-Jan-07 6H+1 121 1.832.55
11-Feb-08 H+18 370 2 .589.382 8-Jan-07 7H+1 127 1.813.39
12-Feb-08 H+19 380 2 .592.070 9-Jan-07 8H+1 124 1.780.88
13-Feb-08 H+20 375 2 .610.781 10-Jan-07 9H+2 119 1.710.37
0
407
Harga Harga
Hari Hari
Tanggal Shm IHSG Tanggal Shm IHSG
Uji Uji
BBLD CKRA
14-Feb-08 H+21 375 2 .675.645 11-Jan-07 H+2 122 1.703.84
15-Feb-08 H+22 365 2 .688.191 12-Jan-07 1
H+2 120 1.678.04
18-Feb-08 H+23 360 2.684.702 15-Jan-07 2H+2 123 1.730.48
19-Feb-08 H+24 360 2.711.872 16-Jan-07 3H+2 120 1.754.29
20-Feb-08 H+25 360 2.689.256 17-Jan-07 4H+2 120 1.758.48
21-Feb-08 H+26 365 2.734.210 18-Jan-07 5H+2 123 1.777.71
22-Feb-08 H+27 365 2.741.181 19-Jan-07 6H+2 133 1.795.56
25-Feb-08 H+28 375 2.751.862 22-Jan-07 7H+2 139 1.817.41
26-Feb-08 H+29 375 2.738.872 23-Jan-07 8H+2 134 1.808.58
27-Feb-08 H+30 380 2.740.138 24-Jan-07 9H+3 132 1.805.69
2-Nov-07 141 2.710.617 27-Mei-05 0 385 1.061.50
5-Nov-07 H-30 141 2.652.478 30-Mei-05 H-30 385 1.062.96
6-Nov-07 H-29 141 2.681.902 31-Mei-05 H-29 385 1.088.17
7-Nov-07 H-28 141 2.713.978 1-Jun-05 H-28 385 1.082.94
8-Nov-07 H-27 141 2.678.224 2-Jun-05 H-27 385 1.091.47
9-Nov-07 H-26 141 2.707.667 5-Jun-05 H-26 385 1.092.50
12-Nov-07 H-25 141 2.671.902 6-Jun-05 H-25 385 1.096.83
13-Nov-07 H-24 141 2.654.208 7-Jun-05 H-24 385 1.092.81
14-Nov-07 H-23 141 2.691.871 8-Jun-05 H-23 550 1.095.51
15-Nov-07 H-22 141 2.591.48 9-Jun-05 H-22 550 1.094.19
16-Nov-07 H-21 141 2.638.21 10-Jun-05 H-21 540 1.096.93
19-Nov-07 H-20 141 2.641.59 13-Jun-05 H-20 540 1.100.88
20-Nov-07 H-19 141 2.616.74 14-Jun-05 H-19 540 1.105.89
21-Nov-07 H-18 141 2.563.75 15-Jun-05 H-18 540 1.119.58
22-Nov-07 H-17 141 2.453.21 16-Jun-05 H-17 530 1.125.76
23-Nov-07 H-16 190 2.553.80 17-Jun-05 H-16 530 1.141.82
26-Nov-07 H-15 256 2.524.98 20-Jun-05 H-15 530 1.147.71
27-Nov-07 H-14 256 2.596.66 21-Jun-05 H-14 530 1.133.33
28-Nov-07 H-13 256 2.624.43 22-Jun-05 H-13 530 1.134.70
29-Nov-07 H-12 256 2.667.53 23-Jun-05 H-12 530 1.137.42
30-Nov-07 H-11 256 2.662.92 24-Jun-05 H-11 530 1.135.67
3-Dec-07 H-10 260 2.643.49 27-Jun-05 H-10 520 1.119.90
4-Dec-07 H-9 260 2 .731.51 28-Jun-05 H-9 530 1.127.82
5-Dec-07 H-8 220 2 .715.07 29-Jun-05 H-8 530 1.126.86
6-Dec-07 H-7 190 2 .765.19 1-Jul-05 H-7 540 1.122.38
7-Dec-07 H-6 200 2 .776.410 4-Jul-05 H-6 540 1.138.99
10-Dec-07 H-5 225 2 .785.63 5-Jul-05 H-5 530 1.138.88
11-Dec-07 H-4 205 2 .830.26 6-Jul-05 H-4 425 1.131.17
12-Dec-07 H-3 200 2 .810.37 7-Jul-05 H-3 425 1.108.40

408
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Harga Harga
Hari Hari
Tanggal Shm IHSG Tanggal Shm IHSG
Uji Uji
BBLD CKRA
13-Dec-07 H-2 205 2 .730.03 8-Jul-05 H-2 430 1.110.56
14-Dec-07 H-1 170 2 .592.31 11-Jul-05 H-1 450 1.123.46
17-Dec-07 H0 200 2 .649.28 12-Jul-05 H0 430 1.129.12
18-Dec-07 H+1 200 2 .611.13 13-Jul-05 H+1 430 1.132.79
19-Dec-07 H+2 185 2 .485.88 14-Jul-05 H+2 445 1.136.57
26-Dec-07 H+3 170 2 .294.52 15-Jul-05 H+3 440 1.131.46
27-Dec-07 H+4 165 2 .476.28 18-Jul-05 H+4 475 1.128.44
28-Dec-07 H+5 170 2 .516.70 19-Jul-05 H+5 465 1.132.02
2-Jan-08 H+6 200 2 .620.49 20-Jul-05 H+6 450 1.140.66
3-Jan-08 H+7 195 2 .582.05 21-Jul-05 H+7 450 1.157.51
4-Jan-08 H+8 205 2 .607.84 22-Jul-05 H+8 440 1.172.24
7-Jan-08 H+9 205 2 .610.36 25-Jul-05 H+9 430 1.169.75
8-Jan-08 H+10 200 2 .627.25 26-Jul-05 H+1 440 1.178.00
9-Jan-08 H+11 103 2 .646.82 27-Jul-05 0H+1 430 1.178.11
14-Jan-08 H+12 102 2 .701.63 28-Jul-05 1H+1 425 1.186.61
15-Jan-08 H+13 100 2 .704.25 29-Jul-05 2
H+1 435 1.182.30
16-Jan-08 H+14 100 2 .639.09 1-Aug-05 3H+1 430 1.178.22
17-Jan-08 H+15 103 2 .589.38 2-Aug-05 4H+1 445 1.189.33
18-Jan-08 H+16 101 2 .592.07 3-Aug-05 5H+1 445 1.192.20
21-Jan-08 H+17 101 2 .610.78 4-Aug-05 6H+1 445 1.185.33
22-Jan-08 H+18 90 2 .675.65 5-Aug-05 7H+1 445 1.174.09
23-Jan-08 H+19 97 2 .688.19 8-Aug-05 8H+1 435 1.158.59
24-Jan-08 H+20 97 2 .684.70 9-Aug-05 9H+2 440 1.162.80
25-Jan-08 H+21 97 2 .711.87 10-Aug-05 0H+2 435 1.176.84
28-Jan-08 H+22 100 2 .689.26 11-Aug-05 1H+2 425 1.167.97
29-Jan-08 H+23 99 2 .607.84 12-Aug-05 2H+2 420 1.153.97
30-Jan-08 H+24 96 2 .610.36 15-Aug-05 3H+2 405 1.118.27
31-Jan-08 H+25 95 2 .627.25 16-Aug-05 4H+2 385 1.113.83
1-Feb-08 H+26 92 2.646.821 18-Aug-05 5H+2 365 1.100.30
4-Feb-08 H+27 91 2.701.629 19-Aug-05 6H+2 365 1.087.95
5-Feb-08 H+28 103 2.704.247 22-Aug-05 7H+2 360 1.076.35
6-Feb-08 H+29 103 2.639.087 23-Aug-05 8H+2 370 1.066.09
11-Feb-08 H+30 94 2.589.382 24-Aug-05 9H+3 330 1.035.45
0

Data di atas menunjukkan harga yang cenderung menaik pada saham BBLD
dimulai pada tanggal listing date (H0) sampai dengan hari terakhir hari uji yaitu
hari uji ke-61. Pada hari uji terakhir tanggal 19/3/2004, harga saham BBLD

409
mencapai level 1.175. Harga ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan harga
saham BBLD pada hari uji pertama tanggal 16/12/2003 sebesar 600.

Dari penjelasan diatas, argumentasi yang menjadi penting adalah bahwa


penerbit warrant mengharapkan adanya kapitalisasi pasar yang meningkat
dengan dilakukannya eksekusi warrant menjadi saham, sehingga meningkatkan
return saham perusahaan penerbit warrant, namun pada kenyataannya dari
data tabel 2 terlihat adanya fluktuasi pada harga saham perusahaan sampel dan
adanya perbedaan harga saham antar sampel. Disaping itu, para penerbit
warrant juga bervarisi dari mulai perusahaan yang sahamnya kurang gairah
diperdagangkan atau yang lebih dikenal dengan saham-saham tidur, hingga
perusahaan-perusahaan yang berkapitalisasi besar, mempunyai reputasi tinggi
dan mempunyai frekuensi perdagangan yang besar atau yang termasuk ke
dalam perhitungan index LQ 45

PERMASALAHAN

Permasalahan penelitian ini adalah : “Apakah rata – rata return saham sesudah
listing date warrant lebih besar daripada sebelum listing date warrant.”

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rata-rata return


saham sebelum dan sesudah listing date warrant pada Bursa Efek Indonesia
periode 2004 – 2008.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah sebagai masukan bagi para investor dalam
mengambil keputusan investasi, serta sebagai bahan pertimbangan bagi emiten
dalam mengambil kebijakan penerbitan warrant

HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan adalah :


Ho : Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih kecil atau
sama dengan rata – rata return saham sebelum listing date warrant.
Ha : Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih besar
daripada rata – rata return saham sebelum listing date warrant.

410
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

II. KAJI LITERATUR

Setiastuti melakukan penelitian tentang warrant yang berjudul :


“Dampak Pengumuman Warrant Terhadap Pendapatan Saham Perusahaan
Manufaktur : (Perbandingan Antara Perusahaan Yang Mengumumkan Warrant
dengan Perusahaan Yang Tidak Mengumumkan Warrant Pada PT. Bursa Efek
Jakarta periode 1998-2001)” yang dilakukan pada tahun 1998 hingga 2001 di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan menggunakan 2 (dua) model analisis yaitu :
event study dan perbandingan. Analisis event study digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat pendapatan abnormal saham yang bermakna disekitar
pengumuman warrant bagi perusahaan yang mengumumkan warrant dan
perusahaan pembanding yang berada pada industri sejenis. Analisis
perbandingan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapatan
abnormal saham yang bermakna antara perusahaan yang mengumumkan
warrant dengan perusahaan yang tidak mengumumkan warrant.

Hasil penelitian Setiastuti menunjukkan bahwa bagi perusahaan yang


mengumumkan warrant, dari 11 hari uji hanya terdapat AAR (Average Abnormal
return) signifikan pada t+2. Sedangkan 10 hari lainnya tidak terdapat rata-rata
pendapatan abnormal saham yang signifikan. Sedangkan bagi perusahaan yang
tidak mengumumkan warrant, dari 11 hari uji tidak terdapat AAR yang
signifikan. Berdasarkan uji perbandingan terhadap AAR, menunjukkan tidak
ada perbedaan antara AAR kelompok perusahaan yang mengumumkan warrant
dengan kelompok perusahaan yang tidak mengumumkan warrant. (Setiastuti,
2005).

III. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data skunder yaitu harga penutupan (closing price)
dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) selama hari uji yaitu 61 hari bursa
dari H-30sampai dengan H + 30. H0 adalah harga penutupan (closing price)
pada hari listing date / tanggal tercatat.

Sumber Data

Data diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia
Situs internet :
http//finance.yahoo.com.
http//www.idx.co.id.
http///www.ksei.co.id.
http//www.e-bursa.com.
http//www.pembelajar.co.id

411
Metode Pengumpulan data

1. Penelitian Pustaka

Penelitian Pustaka dilakukan dengan membaca dan mengumpulkan informasi


dari berbagai literatur, jurnal, makalah, artikel dan hasil-hasil penelitian
sebelumnya.

2 .Penelitian Lapangan

Penelitian Lapangan dilakukan dengan mengunjungi Pusat Referensi Pasar


Modal di Bursa Efek Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian
lapangan adalah metode dokumentasi, yaitu melakukan pengumpulan dan
pencatatan data yang diperlukan dalam tulisan ini.

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah emiten yang melakukan penerbitan


warrant pada periode 2004 – 2008 yaitu 53 perusahaan yang menerbitkan
warrant pada tahun 2004 – 2008 (lihat Tabel 1).

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dipilih secara purposive judgement sampling, yaitu sampel dipilih atas
dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang
ditentukan ( Indriantoro dan Supomo, 1999).

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan go


public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan warrant pada
periode 2004 - 2008 tetapi tidak melakukan corporate action lain selama hari uji.
Corporate action yang dimaksud adalah kebijakan right issue, stock split, saham
bonus, merger, dividen tunai dan dividen saham. Disamping itu, ada tanggal
tercatat / listing date dan ada data harga / historical price selama 61 hari uji.
Hasilnya, dari 53 populasi, hanya 6 perusahaan yang memiliki criteria tersebut
(lihat Tabel 4).

412
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Tabel 4. Daftar Sampel Penelitian

No Kode Deskripsi Perusahaan Listing date


1 BBLD-W Warrant Buana Finance Tbk Buana Finance Tbk. Pt 05/2/2004
2 CKRA-W Warrant Seri I Citra Kebun Citra Kebun Raya Agri Tbk. 17/1/2008
Raya Agri Tbk Pt
3 GPRA-W Warrant Seri I Perdana Perdana Gapuraprima Tbk. 14/1/2008
Gapuraprima Tbk Pt
4 MLPL-W Warrant Seri I Multipolar Tbk Multipolar Tbk. Pt 08/12/2006
5 RODA-W Warrant Seri Ii Royal Oak Royal Oak Development 17/1/2008
Development Asia Tbk Asia Tbk. Pt
6 SMMA-W3 Warrant Sinar Mas Multiartha Sinar Mas Multiartha Tbk. Pt 12/7/2005

ALAT ANALISIS

1. Uji asumsi normalitas

Uji asumsi normalitas untuk mengetahui apakah data sudah tersebar secara
normal. Untuk uji asumsi normalitas dapat dilihat melalui uji kolmogorov
smirnov dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal


Ha : Data bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Kriteria pengambilan keputusannya adalah :

Asymp. Sig ≤ taraf signifikansi (α) = tolak Ho


Asymp. Sig > taraf signifikansi (α) = terima Ho

Jika Ho ditolak berarti data tidak tersebar normal. Jika Ho diterima berarti data
tersebar normal.

2. Perhitungan return saham sebelum dan sesudah listing date warrant

a. Menghitung return saham per emiten dengan menggunakan persamaan :

Pit – Pit – 1
Rit =
Pit – 1

Keterangan :
Rit : Return sesungguhnya untuk sekuritas ke-I pada hari uji ke–t
Pit : Harga saham untuk sekuritas ke-I pada hari uji ke-t

413
Pit – 1 : Harga saham untuk sekuritas ke-I sebelum hari uji ke-t
(Hartono. 2003:110)

b. Menghitung rata – rata return saham per hari per emiten selama 30 hari .
sebelum dengan sesudah listing date warrant menggunakan persamaan :

Jumlah return saham i X Ri


Hari pengamatan
(Hartono. 2003:110)

c. Menghitung rata – rata return saham semua emiten sebelum dengan sesudah
listing date warrant menggunakan persamaan :

Jumlah X Ri saham
rata – rata Ri =
Jumlah sampel yang diteliti (n)
(Hartono. 2003:110)

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda T test dengan sampel


berhubungan (paired samples t test) karena data berdistribusi normal. Untuk
mengetahui tingkat return saham digunakan pengujian hipotesis dua arah pada
tingkat kepercayan 95 % dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : µ ses ≤ µ seb

Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih kecil atau sama
dengan rata – rata return saham sebelum listing date warrant.

Ha : µ ses > µ seb

Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih besar daripada rata
– rata return saham sebelum listing date warrant.

Dasar pengambilan keputusan : Uji beda T test

Dengan membandingkan t hitung dengan t tabel :

Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak


Jika t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

414
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Berdasarkan probabilitas

Jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima


Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak

IV. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Asumsi Normalitas

Hasil uji asumsi normalitas terhadap sebaran data return perusahaan penerbit
warrant dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov untuk data return
saham sebelum dengan sesudah listing date warrant

Keterangan Data Asymp. Sig. K-S


Sebelum listing date warrant 1.000
Sesudah listing date warrant 0.997

Hasil uji normalitas rata-rata return sebelum dengan sesudah listing date warrant
diperoleh nilai signifikansi masing-masing 1.000 dan 0.997. Hal ini berarti nilai
signifikansi > α (0.05) sehingga dapat disimpulkan Ho diterima atau data return
saham tersebut berdistribusi normal.

4.2 Hasil perbandingan rata-rata return saham sebelum dengan sesudah


listing date warrant

Rata-rata return saham sebelum dengan sesudah listing date warrant berdistribusi
normal sehingga digunakan uji paired sample t test untuk menguji hipotesis.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Ho : µ ses ≤ µ seb
Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih kecil atau sama
dengan rata – rata return saham sebelum listing date warrant.

Ha : µ ses > µ seb


Rata – rata return saham sesudah listing date warrant lebih besar daripada
rata – rata return saham sebelum listing date warrant.

Tabel paired sample t test pada lampiran 14 menunjukkan bahwa rata-rata return
sebelum listing date warrant adalah 0.006383. sedangkan rata-rata return sesudah
listing date warrant adalah -0.008133.

415
Berikut adalah hasil uji beda rata-rata return sebelum dengan sesudah listing date
warrant.

Tabel 4.2 Hasil uji beda rata-rata return sebelum dengan sesudah listing
date Warrant Untuk keseluruhan emiten

Rata-rata return sebelum Rata-rata return sesudah T hitung Probabilitas T tabel


listing date warrant listing date warrant
0.0064 -0.0081 -1.878 0.119 2.571
Sumber : Lampiran 7

Berdasarkan perhitungan uji paired sample t test secara dua arah diperoleh t
hitung -1.878, t tabel 2.571 dan probabilitas 0.119. Maka dapat dirumuskan t
hitung < t tabel atau dengan melihat probabilitas sebesar 0.119 (> 0.05) maka Ho
diterima, artinya rata-rata return saham sesudah listing date warrant lebih kecil
atau sama dengan rata-rata return saham sebelum listing date warrant.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Setiastuti (2005), dengan menggunakan


uji perbandingan terhadap AAR diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
”tidak ada perbedaan antara AAR kelompok perusahaan yang mengumumkan
warrant dengan kelompok perusahaan yang tidak mengumumkan warrant”.

Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian tersebut, maka akan ditemukan


kemiripan yang menjelaskan bahwa ” tidak ada perbedaan return yang
signifikan yang ditimbulkan oleh suatu penerbitan warrant”.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harapan investor untuk memperoleh


return saham yang besar sesudah listing date warrant tidak terwujud. Hal ini
dibuktikan dengan menurunnya rata-rata return saham sesudah listing date
warrant secara statistik. Tidak terwujudnya harapan untuk memperoleh return
saham yang signifikan sesudah listing date warrant disebabkan oleh beberapa
kemungkinan, yaitu :

1. Warrant dijual terpisah dengan aset dasarnya. Sehingga tidak adanya


pengaruh langsung terhadap fluktuasi harga saham perusahaan penerbit
warrant menyebabkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara rata-
rata return sesudah listing date warrant dengan rata-rata return sebelum
listing date warrant.

2. Dikarenakan warrant dijual terpisah dengan aset dasarnya, investor lebih


tertarik berinvestasi pada warrant daripada saham yang menjadi aset dasar

416
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

warrant tersebut. Hal ini menyebabkan aksi jual dan beli saham tidak
berimbang atau aksi jual lebih banyak daripada aksi beli sehingga penjualan
saham yang dilakukan investor menurunkan harga saham setelah listing
date warrant.

3. Harga warrant jauh lebih rendah daripada harga sahamnya sehingga


investor lebih senang berinvestasi pada warrant yang harganya lebih rendah
tetapi berfluktuasi tinggi.

4. Saham - saham perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini tidak


termasuk dalam kategori saham blue – chips stocks, yaitu saham – saham yang
memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di perusahaan sejenis, memiliki
pendapatan stabil dan konsisten membayar dividen. Dengan kata lain,
kinerja warrant yang seharusnya menjadi sweeteners tidak dapat mebantu
kinerja saham perusahaan yang rendah.

5. Dari perusahaan – perusahaan yang menjadi sampel, tiga buah perusahaan


bergerak di bidang property dan real estate, yaitu PT Citra Kebun Raya Agri
Tbk (CKRA), PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) dan PT Royal Oak
Development Asia Tbk (RODA), dua buah perusahaan bergerak di bidang
pembiayaan, yaitu PT BBL Leasing Indonesia Tbk (BBLD) dan PT Sinar Mas
Multiartha Tbk (SMMA), dan satu buah perusahaan bergerak di bidang jasa
komputer dan perangkatnya, yaitu PT Multipolar Tbk (MLPL). Bila diamati
lebih jauh, saham – saham perusahaan tersebut juga tidak termasuk dalam
kategori saham counter cyclical stocks, yaitu saham – saham yang tidak
terpengaruh oleh kondisi makro ekonomi maupun bisnis secara umum
dikarenakan bergerak di bidang industri yang produknya selalu
dibutuhkan dan berada dalam jangkauan masyarakat luas seperti bahan
bakar dan kebutuhan sehari – hari.

SARAN

Saran yang diajukan adalah hendaknya penelitian mendatang lebih melihat


dampak penerbitan warrant dengan periode yang lebih panjang sampai dengan
tanggal exercise (redemption).

DAFTAR PUSTAKA

Bhattacharya S, Pfleiderer (1983), “A note on performance evaluation”,


Technical report 714, Stanford University, Graduate School of Business

Christensen, Michael (2005), “Danish Mutual Fund Performance : Selectivity,


Market Timing and Persistence”, Working Paper, Finance Research
Group

417
Connor G, Korajzcyk R. (1991), “The attribute, behavior and performance of
US mtual funds”, Review of Quantitative Finance and Accounting 1,
pp. 5-26

Ekandini, Astrid Indraja (2008), “ Market Timing and Stock Selectivity


Performance Analysis onEquity Mutual Fund in Indonesia: GARCH
Model Application”, Master Theses MBIPB

Fama, E. (1972), “Components of investment performance”, Journal of


Finance 27, pp.551-567

Grinblatt M, Titman S. (1994), “A study of monthly mutual fund returns and


performance evaluation techniques”, Journal of Financial and
Quantitative Analysis 29, 419-444

Isaaac, Stephen dan Michael, WB ( 1990), Handbook in Research and


Evaluation”, EdITS Publishers, San Diego, California.

Kao, GW; LTW Cheng, dan KC Chan, (1998), “International mutual fund
selectivity and market timing during up and down market
conditions”, The Financial Review 33, hal 127-144

Lhabitant FS (2001), “On Swiss Timingand Selectivity in the Quest of Alpha”,


The FAME Research Paper Series, Juni

Merton RC (1981), “On market timing and investment performance I: an


equilibrium theory of value for market forecasts”, Journal of Business
51, pp. 363-406

Swinkels, Laurens dan Pawel Rzeznickzak (2008), “Performance evaluation of


Polish mutual fund manager”, Working Paper, Netherlands

Treynor JL, Mazuy K (1966), “Can mutual funds outguess the market?”,
Harvard Business Review 44, pp. 131-136

http//finance.yahoo.com.
http//www.idx.co.id.
http///www.ksei.co.id.
http//www.e-bursa.com.
http//www.pembelajar.co.id

418
PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM NILAI
PENGUSAHA TERHADAP IMPLEMENTASI STRATEGI
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA USAHA MENENGAH
DI KOTA JAMBI

Muazza10

ABSTRACT

This research is based on the idea about monetary crisis in the reality small and medium
enterprise can exist, even can permeating labor and as source earnings of area. Do this
matter is caused by competence and value system of entrepreneur and implementation of
human resources management strategy?. Therefore, the research done for medium
enterprise town of Jambi this aims to know whether or not the competence and value
system of enterpreneur have significant effect tewards performance of enterprise. The
last aim is that the researcher wants to know whether or not the implementation of
human resources management strategy have significant effect teward performance of
enterprise.

The result of analysis indicates that variable of competence and value system has
significant influence tewards human resources management strategy and performance of
enterprise the contribution of the effect can be seen bellow: (1) Competence and value
system has effect to human resources management strategy with precentage 49.4%; (2)
Entrepreneur’s competence and value system effect performance of enterpreise with
precentage 51.9%. (3) The implementation og human resources management strategy
has effect to performance of entreprise with precentage 74.5%. That other factors which
have effect to human resources management strategy and performance of entreprise are
entrepreneur’s training and goverment policy.

Keywords :, competence, value system of enterpreneur, implementation strategic

PENDAHULUAN

Dalam kondisi perekonomian yang sedang lesu dan kurang


menguntungkan sebagai akibat adanya krisis moneter yang terjadi sejak Juli
1997. Maka krisis yang bermula dari jatuhnya nilai tukar rupiah tersebut telah

10
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jambi
membawa dampak yang sangat luas terhadap seluruh sendi perekonomian di
tanah air, sehingga berbagai bidang usaha mengalami persaingan yang semakin
ketat untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam konteks
ini, setiap perusahaan baik besar, menengah maupun kecil harus mampu
bersaing dalam “market power” dengan menciptakan berbagai keunggulannya
(Porter, 1980).
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan daya
saingnya, setiap perusahaan harus selalu meningkatkan profil diri (sebagai
bagian dari corporate culture), diantaranya dengan meningkatkan kemampuan
sumber daya internal perusahaan (Mohoney dan Pandian, 1992) yang makin
kreatif dan produktif yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan wawasan
serta berorientasi pada nilai corporate culture modern (Geoffrey G. Meredith,
1996:3).
Secara kualitatif, essensi dan eksistensi usaha menengah dalam
perekonomian nasional tidak diragukan lagi. Apabila dikaitkan dengan
peranannya selama masa krisis yaitu berfungsi sebagai penyangga terhadap
ketahanan perekonomian masyarakat dan bahkan berfungsi juga sebagai
ketahanan sosial, kerena melalui keberadaan usaha menengah inilah banyak
harapan dibebankan terutama dalam masalah kegiatan perekonomian,
khususnya sebagai sumber pendapatan.
Perkembangan usaha menengah di Kota Jambi baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif cukup baik, bahkan sebagian besar pengusaha sudah
berkompeten, dibidang teknik, pemasaran, dan keuangan serta hubungan antar
pribadi. Namun fakta dilapangan juga menunjukkkan dibeberapa usaha
memperlihatkan masih ada sebagian pengusaha belum memiliki pengetahuan
atau keterampilan yang memadai dalam mengelola usahanya, seperti waktu
yang lama dalam mendesain produk, identifikasi pelanggan, kesiapan
menghadapi pesaig,pengarturan keuangan dan hubungan dengan karyawan,
dan keadaan ini perlu diatasi agar usaha menengah di Kota Jambi tetap bisa
bertahan, dan dapat berfungsi sebagai penyangga ekonomi masyarakat.
Kinerja usaha menengah di Kota Jambi selain dipengaruhi oleh
kompetensi pengusaha yang tinggi, diduga juga didukung oleh sistem nilai
pragmatik dari pengusaha Hal yang dicermati dari segi sistem nilai di beberapa
usaha memperlihatkan kedewasaan pada diri pengusaha, ada beberapa
pengusaha yang memulai usahanya tidak menguasai keterampilan dalam
bidang usaha yang dilakukannya, pengusaha memulai usahanya hanya
berbekal keberanian saja, dan ada juga beberapa pengusaha berdasarkan
percaya pada nasib sehingga pengelolaannya tidak pada strategi bisnis yang
cukup mapan
Usaha menengah di Kota Jambi sebagian besar pengusahanya kup
memiliki jiwa kewirausahaan juga telah melaksanakan implementasi strategi
manajemen sumber daya manusia secara efektif, namun masih terdapat
beberapa pengusaha yang belum memahami implementasi strategi manajemen

420
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

sumber daya manusia secara efektif, hal ini terlihat pada kemampuan
pengusaha dalam melakukan perekrutan tenaga kerja berdasarkan sistem
keluarga, fenomena lainnya terlihat dari segi strategi kompensasi masih
terdapat pengusaha melakukan strategi kompensasi berdasarkan kebijakan
pimpinan, fenomena lain terlihat pada hubungan dengan karyawan, dibeberapa
perusahan terlihat keengganan pengusaha untuk membuat komitmen bersama
dengan karyawan dalam aktivitas keseharian perusahaan. Ketidakmampuan
mengimplementasikan strategi manajemen sumber daya manusia secara tepat
dari beberapa pengusaha tersebut kerena kurangnya kemampuan sumber daya
manusia atau keterampilan dan pengetahuan, hal ini disebabkan dibebarapa
usaha terdapat pengusaha bersikap dan berperilaku kurang beorientasi bisnis,
masih rendahnya pendidikan sebagian pengusaha, serta masih terdapatnya
pengusaha yang belum pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan, kondisi
demikian tentu tidak mendukung kemampuan berkompetisi.
Pengusaha yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengusaha yang
terdapat pada usaha menengah. Penetapan pengusaha skala industri menengah
sebagai unit observasi didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut; 1) lebih
dari setengah perusahaan didirikan sebagai pengembangan dari usaha kecil
(usaha kecil tangguh/mandiri); 2) kelompok usaha menengah ini sudah mampu
menerima pekerjaan subkontrak dan eksport; 3) terbukti dapat
mempertahankan usahanya dalam menghadapi krisis ekonomi sehingga
mampu berfungsi sebagai ketahan sosial dan ketahan ekonomi yaitu mampu
menjadi sarana pemerataan kesejahteraan rakyat dengan menyerap tenaga yang
besar, dan memberikan kontribusi ke PAD Jambi; 4) sebagian besar pengusaha
memiliki sikap kewirausahaan yang tinggi; 5) Skala industri menengah di Kota
Jambi sebagai entitas bisnis dilihat dari kinerja usahanya merupakan usaha
yang potensial untuk dikembangkan pada masa yang akan datang.
Atas dasar pertimbangan fenomena di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan tema sentral sebagai berikut: “Kompetensi yang
tinggi dimiliki oleh pengusaha (pengusaha yang berkompeten) disertai Sistem
Nilai Pengusaha yang terinternalisasi dalam perusahaan mempengaruhi
Implementasi Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia yang pada akhirnya
berdampak pada peningkatan Kinerja Usaha”.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memperoleh hasil kajian tentang kompetensi pengusaha menengah di
Kota Jambi
2. Memperoleh hasil kajian tentang sistem nilai pengusaha yang
terinternalisasi pada usaha menengah di Kota Jambi
3. Memperoleh hasil kajian tentang implementasi strategi manajemen sumber
daya manusia pada usaha menengah di Kota Jambi
4. Memperoleh hasil kajian tentang kinerja usaha menengah di Kota Jambi
5. Memperoleh hasil analisis tentang pengaruh kompetensi dan sistem nilai
pengusaha yang terinternalisasi dalam perusahaan terhadap implemetasi

421
strategi manajemen sumber daya manusia pada usaha menengah di Kota
Jambi baik secara simultan maupun parsial.
6. Memperoleh hasil anilisis pengaruh kompetensi dan sistem nilai
pengusaha yang terinternalisasi dalam perusahaan terhadap kinerja usaha
menengah di Kota Jambi baik secara simultan maupun parsial.
7. Memperoleh hasil analisis pengaruh implementasi strategi manajemen
sumberdaya manusia terhadap kinerja usaha pada usaha menengah di
Kota Jambi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei penjelasan


(explanatory survey method). Metode penelitian survei adalah usaha pengamatan
untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu masalah
tertentu dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi unit
observasi adalah pengusaha industri skala menengah di Kota Jambi yang
berjumlah 242 perusahaan yang tersebar di 6 kecamatan, yang terdiri-dari
kelompok industri: 1) makanan, minuman dan tembakau (IMTK); 2) tekstil,
barang kulit dan alas kaki (ITBK); 3) penggergajian, kayu olahan, kayu lapis dan
kerajinan (IPKK); 4) industri kimia, pupuk, dan sejenisnya); 5) industri logam
dan barang dari logam (ILBL); 6) industri barang-barang dari bahan bukan
logam (IBLK); 7) industri barang lainnya ( ILAK).
Penarikan sampel dalam penelitian ini digunakan rumus (Cochran,
1969) Agar diperoleh ukuran sampel yang minimal dan hasil yang maksimal,
digunakan tebal Cochen (1969:98) dan tabel Cambel (1987:92). Dengan besarnya
α = 0,05 (uji satu arah) dan kuasa uji β = 0,95 serta derajat korelasi ρ = 0,30, maka
diperoleh ukuran sampel sebanyak 142 usaha skala menengah. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling
dengan menggunakan tabel acak, dan masing-masing strata diambil dengan
alokasi proporsional berdasarkan jumlah populasinya tiap strata. Teknik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :1)
Kuesioner; 2) Wawancara dan observasi; 3) Dokumnetasi

Metode Analisis

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, penelitian ini


menggunakan.Analisis jalur (path analysis) yaitu teknik analisis statistik yang
digunakan untuk menguji hubungan kausal antara dua atau lebih variabel, dan
juga digunakan untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung
seperangkat variabel sebagai variabel penyebab terhadap seperangkat variabel
lainnya yang merupakan variabel akibat. Selanjutnya dilakukan uji secara
simultan (uji F) dengan ketentuan tolak Ho jika Fhitung lebih besar dari Ftabel dan
sebaliknya terima Ho jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel. Dari tabel F

422
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

untuk tingkat signifikansi 0.05 dan derajat bebas V1 = k dan = n-k-1. Serta uji
secara parsial (uji t), kriteria pengujian adalah tolak Ho jika thitung lebih besar
dari ttabel dan sebaliknya terima Ho jika thitung lebih kecil atau sama dengan ttabel .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan apakah


kompetensi (X1) dan sistem nilai pengusaha (X2) berpengaruh terhadap
implementasi strategi manajemen sumber daya manusia (Y), pada usaha
menengah di Kota Jambi digunakan analisis jalur. Hasil perhitungan koefisien
jalur yang dilakukan menggunakan software SPSS ver 10 diperoleh sebagai
berikut :

Tabel Hasil Koefisen Jalur Pengaruh Kompetensi (X1) Dan Sistem Nilai
Pengusaha (X2) terhadap Implementasi Strategi Manajemen (Y)

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 31.323 2.863 10.941 .000
Kompetensi (X1) .317 .033 .589 9.593 .000
Sistem Nilai Pengusaha (X2) .124 .026 .288 4.685 .000
a. Dependent Variable: Implementasi Strategi (Y)

Hasil perhitungan menunjukan adanya pengaruh positif dari


kompetensi dan sistem nilai pengusaha terhadap implementasi strategi
manajemen pada usaha menengah di Kota Jambi. Hal ini ditunjukkan dari hasil
perhitungan koefisien jalur pada tabel di atas (kolom Standardized
Coefficients/(Beta)) dimana diperoleh koefisien jalur untuk pengaruh kompetensi
terhadap implementasi strategi manajemen (Pyx1) bertanda positif dengan nilai
sebesar 0,589 dan koefisien jalur untuk pengaruh sistem nilai pengusaha
terhadap implementasi strategi manajemen (Pyx2) bertanda positif dengan nilai
sebesar sebesar 0,288. Selanjutnya untuk menguji apakah kompetensi dan sistem
nilai pengusaha secara bersama-sama berpengaruh terhadap implementasi
strategi manajemen sumber daya manusia dilakukan melalui statistik uji F.
Hasil perhitungan statistik uji, nilai Fhitung diperoleh sebesar 67,928 dengan p-
value (sig) sebesar 0,000. Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel (67,928 > 3,061) atau
jika dilihat nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat
kekeliruan 5% (α = 0,05), maka dapat diambil keputusan untuk menolak H0, dan
menerima H1 artinya ada pengaruh yang positif dan signifikan
(nyata/bermakna) secara bersama-sama dari kompetensi dan sistem nilai
pengusaha terhadap implementasi strategi manajemen sumber daya manusia.

423
Hasil penelitian diatas, sejalan dengan pendapat syarifudin Alwi
(2001:38) yang menyatakan untuk menjadikan sumber daya manusia sebagai
sumber keunggulan kompetitif organisasi tidak mudah, hal ini berkaitan
dengan bukan saja faktor kemampuan dan keahlian melainkan pula berkaitan
dengan faktor-faktor seperti sistem nilai, persepsi, sikap dan kemauan
individual untuk maju. Sejalan dengan pernyataan di atas, hasil penelitian yang
dilakukan The American Compensation 1996 pada 217 perusahaan di Amerika
Serikat, diperoleh suatu kesimpulan bahwa pemanfaatan kompetensi dalam
perusahaan: (1) 88%digunakan sebagai dasar dalam kegiatan staffing pegawai,
(2) 62% sebagai dasar dalam penetapan pendidikan dan pelatihan, (3) 90%
digunakan sebagai dasar bagi penilaian kinerja, serta (4) 64% digunakan sebagai
dasar penetapan kompensasi. Sama halnya oleh A. Usmara (2002:110) yang
menyatakan bahwa penentuan ambang kompetensi yang dibutuhkan tentunya
akan dapat digunakan sebagai dasar bagi implementasi strategi manajemen
sumber daya manusia yang meliputi strategi perencanaan, strategi evaluasi dan
strategi pengembangan sumber daya manusia. Hal senada didukung pula oleh
pendapat Desler (1997:23) dan Greer (1995:49) yang menyatakan bahwa dalam
sejumlah organisasi yang bertumbuh pada sumber daya manusia sekarang
dilihat sebagai suatu sumber keunggulan bersaing, ada pengakuan yang besar
bahwa kompetensi, kultur organisasi, proses manajemen dan angkatan kerja
bermutu tinggi merupakan sumber organisasi untuk bersaing.
Setelah prosedur pengujian simultan H0 ditolak, dan disimpulkan
terdapat pengaruh secara bersama-sama, selanjutnya dilakukan pengujian
individual untuk melihat kebermaknaan (signifikansi) pengaruh X1, X2 secara
parsial terhadap Y, maka dilakukan pengujian dengan uji t. Hasil perhitungan
statistik uji terlihat bahwa thitung untuk variabel X1 = 9,593 lebih besar dari ttabel =
1,656 dan signifikansi p<α 0,05 maka H0 ditolak, dan menerima H1 artinya ada
pengaruh positif yang signifikan (bermakna) dari kompetensi pengusaha
terhadap implementasi strategi manajemen sumber daya manusia. Untuk
variabel X2 terlihat bahwa thitung = 4,685 lebih besar dari ttabel = 1,656 dan
signifikansi p<α 0,05 maka H0 ditolak, dan menerima H1 artinya ada pengaruh
positif yang signifikan (bermakna) dari sistem nilai pengusaha terhadap
implementasi strategi manajemen sumber daya manusia.
Kontribusi variabel kompetensi dan sistem nilai pengusaha terhadap
implementasi strategi manajemen sumber daya manusia diperoleh nilai R-square
(R2) sebesar 0,494. Sedangkan 50,6% di pengaruhi faktor lain.
Selanjutnya untuk menjawab hipotesis penelitian mengenai pengaruh
positif kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha terhadap kinerja pada
usaha menengah di Kota Jambi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

424
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Tabel Hasil Koefisen Jalur Pengaruh Kompetensi (X1) dan Sistem Nilai
Pengusaha (X2) Terhadap Kinerja (Z)
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -542.655 77.000 -7.047 .000
Kompetensi (X1) 8.891 .889 .599 9.998 .000
Sistem Nilai Pengusaha (X2) 3.593 .710 .303 5.058 .000
a. Dependent Variable: Kinerja (Z)

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh hasil penelitian yang


menunjukan adanya pengaruh positif kompetensi pengusaha dan sistem nilai
pengusaha terhadap kinerja pada usaha menengah di Kota Jambi. Hal ini
ditunjukkan dari hasil perhitungan pada tabel di atas pada kolom Standardized
Coefficients (Beta) dimana diperoleh koefisien jalur untuk pengaruh kompetensi
pengusaha terhadap kinerja (Pzx1) bertanda positif dengan nilai sebesar 0,599
dan koefisien jalur untuk pengaruh sistem nilai pengusaha terhadap kinerja
(Pzx2) bertanda positif dengan nilai sebesar sebesar 0,303. Untuk menguji
keberartian koefesien jalur berdasarkan teori bahwa ada pengaruh positif antara
variable kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha terhadap kinerja
usaha, dilakukan melalui statistik uji F. Hasil perhitungan statistik uji diperoleh
nilai Fhitung sebesar 75,044 dengan p-value (sig) sebesar 0,000. Karena Fhitung lebih
besar dari Ftabel (75,044 > 3,061) atau jika dilihat nilai signifikansi yang diperoleh
sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat kekeliruan 5% (α = 0,05), maka dapat
diambil keputusan untuk menolak H0, dan menerima H1, artinya variabel X1 dan
X2 mempengaruhi Z.
Secara simultan kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Spencer-Spencer (1993:9) dan Miranti, Delzier dan Fitt, serta Soejipto
(2002:44) mengemukakan ada kaitan yang positif antara kompetensi dengan
kinerja, sehingga diharapkan dengan memicu kompetensi maka kinerja dapat
ditingkatkan. Selanjutnya Kumorotomo (1992:9) menyatakan bahwa nilai dapat
dirumuskan sebagai objek dari keinginan manusia, nilai menjadi pendorong
utama bagi tindakan manusia dan mempengaruhi kompleksitas tindakan
manusia. Sementara itu Penelitian yang dilakukan oleh Birdir (2000:205)
menunjukkan bahwa pengenalan secara baik pada kompetensi yang dibutuhkan
suatu perusahaan akan sangat bermanfaat sebagai titik sentral pengembangan
perusahaan. Sehubungan dengan penelitian diatas, juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Suryana (2000) mengungkapkan bahwa rata-rata
perusahaan kecil unggulan cenderung beorientasi pada sistem nilai pragmatik
dalam mencapai tujuan perusahaan.

425
Setelah prosedur pengujian simultan H0 ditolak, dan disimpulkan
terdapat pengaruh secara bersama-sama, selanjutnya dilakukan pengujian
individual untuk melihat kebermaknaan (signifikansi) pengaruh X1, X2 secara
parsial terhadap Z, maka dilakukan pengujian dengan uji t. Hasil perhitungan
statistik uji t terlihat bahwa thitung untuk variabel X1 = 9,998 lebih besar dari ttabel
= 1,656 dan signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima H1 yang artinya
terdapat pengaruh positif yang signifikan (bermakna) dari kompetensi
pengusaha terhadap kinerja usaha dan untuk variabel X2 terlihat bahwa thitung =
5,058 lebih besar dari ttabel = 1,656 dan signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak, dan
menerima H1 artinya terdapat pengaruh positif yang signifikan (bermakna) dari
sistem nilai pengusaha terhadap kinerja usaha.
Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan statistik besarnya kontribusi
kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha terhadap kinerja usaha
ditunjukkan dengan nilai R-square (R2) sebesar 0,519. Dengan kata lain bahwa
kompetensi pengusaha dan sistem nilai pengusaha memberikan kontibusi
terhadap kinerja usaha sebesar 51,9% sedangkan 48,1% dipengaruhi faktor lain.
Implementasi strategi sumber daya manusia (Y) berpengaruh terhadap
kinerja usaha (Z), digunakan analisis jalur dengan hasil sebagai berikut :

Tabel Hasil Koefisen Jalur Pengaruh Implementasi Strategi Manajemen (Y)


Terhadap Kinerja (Z)
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -931.049 100.062 -9.305 .000
Implementasi Strategi (Y) 20.562 1.554 .745 13.232 .000
a. Dependent Variable: Kinerja (Z)

Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan menunjukan adanya


pengaruh positif dari implementasi strategi manajemen sumber daya manusia
terhadap kinerja usaha. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan pada tabel di
atas pada kolom Standardized Coefficients (Beta) dimana diperoleh koefisien jalur
untuk pengaruh implementasi strategi manajemen terhadap kinerja (Pzy)
bertanda positif dengan nilai sebesar 0,745.
Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa pengaruh implementasi
strategi manajemen sumber daya manusia terhadap kinerja usaha sebesar 74,5%.
Hal ini mencerminkan bahwa variabel implementasi strategi manajemen
sumber daya manusia dapat dijadikan sebagai prediktor yang baik untuk
meningkatkan kinerja usaha. Hal ini sejalan dengan pendapat Carrel et.al
(1995:9) mengatakan bahwa strategi manajemen sumber daya manusia adalah
rencana menyeluruh dan terpadu yang mengkaitkan strategi rekrutmen dan

426
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

seleksi, strategi perencanaan sumber daya manusia, strategi pengembangan dan


pelatihan, strategi penilaian kinerja, strategi kompensasi, strategi keamanan dan
kesehatan dengan tantangan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan
perusahaan dapat dicapai melalui palaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Hal
senada juga diungkapkan oleh Amstrong (2003), Alwi (2001) menyimpulkan
implementasi strategi manajemen sumber daya manusia adalah bertujuan untuk
memastikan bahwa organisasi memiliki karyawan yang mempunyai komitmen,
bertanggung jawab dan motivasi untuk mencapai tujuan perusahaan. Desler
(1997:23) dan Greer (1995:49) yang menyatakan bahwa dalam sejumlah
organisasi yang bertumbuh pada sumber daya manusia sekarang dilihat sebagai
suatu sumber keunggulan bersaing, ada pengakuan yang besar bahwa
kompetensi, kultur organisasi, proses manajemen dan angkatan kerja bermutu
tinggi merupakan sumber organisasi untuk bersaing.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kompetensi pengusaha di Kota Jambi menunjukkan pengusaha yang
berkompeten dalam mengelola usaha.
2. Sistem nilai pengusaha yang terinternalisasi pada usaha menengah di kota
Jambi adalah sistem nilai pragmatik yaitu sistem nilai yang berorientasi
pada kecenderungan seseorang/pengusaha yang mengangap nilai tertentu
sebagai penting dan tidak penting sebagai kerangka acuan “keberhasilan-
kegagalan”
3. Impelementasi strategi manajemen sumber daya manusia pada usaha
menengah di Kota Jambi efektif (tepat) atau sesuai dengan tujuan
4. Kinerja usaha menengah di Kota Jambi merupakan usaha yang potensial
untuk dikembangkan pada masa yang akan datang
5. Kompetensi dan sistem nilai pengusaha berpengaruh terhadap
implementasi strategi manajemen sumber daya manusia baik secara
simultan maupun secara parsial
6. Kompetensi dan sistem nilai pengusaha berpengaruh terhadap kinerja baik
secara simultan maupun parsial.
7. Implementasi strategi manajemen sumber daya manusia berpengaruh
terhadap kinerja usaha.

Saran-saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian maka
diajukan beberapa saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi pengusaha

427
a. Sebagai usaha yang potensial untuk dikembangkan pada masa yang akan
datang maka perlunya pengusaha untuk lebih meningkatkan lagi
kompetensi dan jiwa kewirausahan/profesionalisme dalam mengelola
usaha agar bisa masuk ke tahap Fast Moving Entreprise (pengusaha yang
berskala industri besar)
b. Masih lemahnya kompetensi dibidang identifikasi pelanggan dibeberapa
perusahaan, disarankan pengusaha untuk lebih giat melakukan riset pasar
c. Implementasi strategi manajemen sumber daya manusia terutama strategi
rekrutmen berdasarkan keluarga dan strategi kompensasi berdasarkan
kebijakan pimpinan harus dipertimbangkan
d. Pihak perusahaan harus menjalin hubungan yang harmonis dengan
karyawan dalam rangka menumbuhkan rasa empati karyawan terhadap
perusahaan
e. Kompetensi, sistem nilai pengusaha, implementasi strategi manajemen
sumber daya manusia yang dilaksanakan secara efektif mempengaruhi
kinerja usaha, oleh karena itu disarankan kepada usaha-usaha yang belum
pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk lebih giat mengikuti
pendidikan dan pelatihan dibidang manajemen secara berkelanjutan.

2. Bagi Pemerintah
Usaha menengah di Kota Jambi memberikan kontribusi kepada
Pendapatan Daerah, menyerap tenaga kerja yang besar serta investasi, maka
diharap pemerintah memberikan dukungan berupa kebijakan regulasi dalam
bidang keuangan, akses pasar, infrastuktur, jaringan usaha dan asosiasi sektoral
yang mendorong kegiatan eksport bagi usaha menengah khususnya di Kota
Jambi.

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Michael. 2003. Strategic Human Resources Management A guide to


Action. Kagan Page Limited. London

A.Usmara. 2002. Pradigma Baru SDM. Edisis Kedua. Amara Books. Yogyakarta

Birdir, K, Thomas E. Pearson. 2000. Reseach Chefs Competencies: A Delphi


Approach. International Journal of Contemporary Hospitality Management

Carrel, Michael R., Nobert F. Elbert and Robert D. 1995. Human Resource
Management: Global Strategies for Managing a Diverse Workforce. 5th
Edition. New Jersey. Prentice Hall International

428
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.3, Mei 2010

Cochen, J. and P. Cochen. 1969. Applied Multiple Regression/correlation Analysis for


Behavior Sciences. Second Eddition. Lawrence Erlbaum Association Inc.
New York

Cochran, William G. 1993. Sampling Technique. Third Edit. New York: Jhon Wiley
& Sons

Dessler, Gary (Triyana. Iskandar), 1997. Human Resource Management. PT.


Prenhallindo, Jakarta.

Geer Charles R. 1995. Strategi And Human Resouces. A General Managerial


Perspective. Prentice Hall, Inc

Kumorotomo Wahyudin. 1992. Etika Administrasi Negara. Rajawali Press. Jakarta

Mahoney, J.T, JR. Pandian. 1992. The Resource Based View Within Conversation Of
Strategic Management. Journal.

Meredith G. Geoffrey. 1996. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta: Pustaka


Binaman Presindo

Porter, Micheael E. 1980. Competitve Strategy. New York: Pree Press

Soejipto Budi W. 2002. Semper Fidelis. Swa Sembada. No. 06/XII, 22 Maret-April

Spencer, M, Lyle, Jr & Signe M. Spencer, 1993. Competence at Work “ Models for
Superior Performance”. Jhon Wiley & Sons Inc, New York

Suryana. 2000. Pengaruh Latar Belakang Profesional dan Sistem Nilai Serta
Kemodernan Kewirausahaan terhadap Kinerja dan Daya Hidup
Perusahan. Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana, Universitas
Padjadjaran

Syafarudin Alwi. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia: Strategi Keunggulan


Kompetitif. BPFE. Yogyakarta

429

You might also like