Professional Documents
Culture Documents
DISKRESI
PEMERINTAHAN DAERAH
Oleh:
Semester : IV
JAKARTA
1
Daftar Isi:
JUDUL..............................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
DARI PENULIS..............................................................................................................3
2
Dari Penulis...
Puji Syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan YME atas terselesaikannya tugas
Mengapakah topik ini yang saya ambil? Hal ini dikarenakan saya melihat
dipelajari pada semester IV dengan materi tentang Pemerintah Daerah yang kelak
dipelajari pada semester V yaitu pada mata kuliah Hukum Administrasi Daerah (HAD).
Makalah yang saya buat ini tentu saja masih jauh dari sempurna,tapi baiklah
saya coba untuk mengetengahkannya. Besar harapan saya akan bermanfaat dengan
sebaik-baiknya. Saran serta kritik yang membangun akan sangat saya hargai demi
pemahaman yang lebih mendalam dan kaya mengenai topik yang saya pilih ini.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen, Bp asep Bambang
Hermanto atas sumbangsih dan bimbingannya, tidak lupa juga kepada keluarga
tercinta dan rekan-rekan atas dukungan, cinta dan sarannya.Demikianlah makalah ini
Salam,
Penulis,
3
mhtw9978
Bagian 1
Sebuah pendahuluan...
A. DISKRESI
ini adalah prinsip doelmatigheid yang berarti: Tujuan untuk kepentingan umum. Jadi
“kebijaksanaannya” (belleids).
pemerintah dalam hal ini pejabat administrasi negara diberikan suatu kewenangan yang
bebas.
Kewenangan yang bebas tersebutlah yang disebut dengan Diskresi & kewenangan
Diskresi tidak memiliki dasar hukum akan tetapi boleh dilakukan sepanjang
4
B. PEMERINTAHAN DAERAH
Sebagai negara yang Demokratis, Indonesia termasuk kepada negara yang telah
menjalankan sistem ini. Desentralisasi merupakan solusi yang baik dalam menjalankan
bermakna terhadap otonomi daerah yaitu kepada pemerintah daerah sekarang ini
merupakan penekanan perubahan paradigma dalam tata kepemerintahan yang baik. Oleh
karena itu desentralisasi kewenangan pemerintah tersebut mutlak perlu dilakukan agar
menunjukkan adanya kekuasaan (authority) dari unit pemerintahan yang berdiri sendiri
(dependent) yang didirikan atas persetujuan parlemen untuk memberikan pelayanan dan
yang mewakili kepentingan umum (general interest) dari suatu daerah/wilayah tertentu di
bawah kepemimpinan kepala daerah yang dipilih oleh rakyat. Sebagaimana kita ketahui
Inggris termasuk kepada negara yang menganut sistem hukum Anglo Saxon.
Serikat (USA), dimana yang menentukan susunan pemerintahan dan kewenangan pejabat
daerah adalah negara bagian sendiri (state) bukan pemerintah nasional (federal).
Berikutnya adalah yang berlaku di Indonesia yang menganut paham Eropa Kontinental.
5
Di Indonesia saat ini setelah pasal 18 ayat (1) UUD 1945 telah diamandemen dinyatakan
bahwa:
daerah-daerah Provinsi tersebut dibagi atas Kabupaten dan Kota dan mempunyai
Dalam hal ini dapat ditafsirkan bahwa Pemerintahan Daerah tersebut dimiliki masing-
No.84/2000 ini memberikan keleluasaan dan kekuasaan yang sangat besar kepada
mempertimbangkan:
-karakteriskik, potensi
6
Lalu kemudian pada era reformasi, untuk mengatasi hal ini Pemerintahpun mengupayakan
Bagian 2
mengkhawatirkan. Banyak ditemui adanya hubungan yang tidak serasi antara pemerintah
daerah dengan rakyat yang notabene telah memilihnya sendiri. Contoh kasus:
-kasus Bupati Banyuwangi yang kebijakannya ditolak masyarakat, yang lalu diikuti dengan
-kasus Pemda Temanggung,Jawa Tengah, dimana Bupatinya didemo oleh pejabat birokrasi
daerahnya sendiri. Yang kemudian berakhir dengan pemecatan Bupati tersebut, lalu
Ketidakserasian hubungan ini juga tergambar jelas saat Pemilihan langsung Kepala
Daerah ataupun Presiden. Dapat dilihat apabila salah satu calon mer Kepala Daerah
tersebut adalah Bupati/Walikota yang menjabat maka pejabat2 birokrasi lainnya seakan
tidak memiliki diskresinya untuk tidak memihak calon tersebut. Begitu juga halnya pada
saat Pilpres. Pemerintah maupun Parpol (DPRD) terkesan kurang peka dengan situasi
seperti ini, seringkali kejadian2 seperti ini hanya dianggap sebagai hal yang biasa sebagai
dinamika demokrasi.
terkendali oleh aspirasi pejabat politik yang memimpinnya sebagai kepala daerah. Belum
7
lagi intervensi kekuatan politik dari parpol yang berada di luar DPRD. Intervensi inilah
Sementara ada hal-hal yang memang bertentangan dengan peraturan namun harus
dalam batas2 nominal (nominal boundaries) yang melekat pada jabatan atau sistem yang
ada.
dan peraturan pemerintah/daerah harus berani menolak campur tangan kepala daerah
-atau dalam hal keputusan kepala daerah yang mengakomodir kepentingan politik atau
pribadi kepala daerah, maka seorang Kadin (Kepala Dinas) diharapkan untuk berani
Singkat kata, suatu kebijakan pemerintah dilaksanakan tidak hanya hitam putih
saja, tetapi dapat lebih berseni dan berwarna apabila diwarnai dengan diskresi pejabat yang
bertanggung jawab. Pejabat yang memiliki keluasan ruang gerak Diskresi diharapkan
adalah pejabat yang memahami seluk beluk urusan kewenangannya sepanjang tidak
menyalahi peraturan yang berlaku, bertujuan bagi kepentingan masyarakat dan berdasar
kepada azas pemerintahan yang bersih. Diskresi yang menyimpang dari ketentuan2
8
Bagian 3
INTERVENSI POLITIK
organisatoris berada di bawah kekuasaan kepala daerah yang adalah kepala daerah yang
berasal dari partai politik pemenang pemilihan yang notabene memperoleh mandat dari
seringkali berujung dengan komitmen kepala daerah untuk membantu pendanaan kepada
partai politiknya. Sebagaimana kita ketahui ada dana taktis yang disediakan untuk kegiatan
kepala daerah. Disinilah diskresi dimungkinkan untuk beralih kepada korupsi yaitu disaat
menyalahgunakan dana taktis tersebut. Hal ini merupakan salah satu contoh intervensi
politik yang berujung kepada penyempitan wilayah diskresi pejabat yang bersangkutan.
Intervensi lain yang tak kalah menjadi momok yang menakutkan bagi pejabat untuk
Pemberantasan Korupsi (KPK). Terutam bila ada kasus terjadinya tunjuk langsung pada
Adakalanya dalam menjalankan diskresinya pada saat yang mendesak, waktu yang
pejabat harus menggunakan hak diskresinya akan tetapi kemudian diusut KPK lalu beralih
menjadi dugaan korupsi. Misalnya pada kasus pembelian mobil pemadam kebakaran
9
Mungkin pembelian mobil Damkarnya merupakan diskresi pejabat saat itu
dikarenakan waktu yang sempit dan kebakaran hutan yang dikhawatirkan dapat meluas
bila tidak segera ditangani, akan tetapi, diskresi tersebut berubah menjadi korupsi saat
terjadi mark-up harga yang tidak masuk diakal, yang disinyalir adalah untuk kepentingan
10
Bagian 4
DISKRESI BIROKRASI
Robert Klitgaard (dalam bukunya Corrupt Cities:A Practical To Cure & Prevention,
Korupsi apabila tidak diimbangi dengan Akuntabilitas Publik yang baik. Maka untuk pada
saat penyembuhan sekarang ini adalah lebih baik untuk mengurangi kekuasaan dan
mengenai bahay korupsi dan diskresi yang bertanggung jawab dapat terus dibina mulai dari
Diskresi dan Korupsi merupakan 2 sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Di
satu sisi Diskresi yang dijalankan dengan tujuan yang benar dan bersih merupakan seni
tersendiri dari kreatifitas masing2 pejabat daerah dalam menjalankan fungsinya. Dan di sisi
lain dapat bergeser nilai menjadi korupsi apabila menyimpang dari kebenaran.
Untuk itu, seyogyanya kita perlu meninjau kembali sistem birokrasi kita saat ini,
perlu ada evaluasi ulang dan reformasi yang menyeluruh seiring dengan perubahan sistem
11
Bagian 5
DEMOKRASI &DESENTRALISASI
Timbulnya suatu pemerintahan adalah berasal dari bawah, yakni dari adanya
kebutuhan bersama dari rakyat yang berada pada wilayah tertentu. Kebutuhan dan cita2
bersama ini adalah cikal bakal timbulnya pemerintahan, berarti pemerintahan itu bukan
sinilah lalu muncul istilah Pemerintahan yang Demokratis yaitu suatu pemerintahan yang
dijalankan dari rakyat, oleh rakyat & untuk rakyat. Dengan demikian sumber otoritas &
yang demokratis yaitu 6th Global Forum’2005. Terciptalah Deklarasi Seoul 27 Mei 2005
development of local government. Local administration can be made more effective and
“suatu kepemerintahan yang baik bisa dicapai jika dipenuhi suatu tingkat
Administrasi dan otonomi pemerintahan daerah bisa diwujudkan lebih efektif melalui
12
Deklarasi Seoul tersebut perlu kiranya kita jadikan bahan renungan untuk menata sistem
Bagian 6
Pelaksanaan Otonomi Daerahpun perlu kita evaluasi lebih lanjut yaitu pada 3
aspek:
Dan ukuran yang kia pakai adalah bagaimana sistem demokrasi Pemda itu diterapkan.
13
Bagian 7
menurut saya belum dianalisis secara serius mengenai efektifitas & ketetapan
eksistensinya. Pemda ditenggarai jarang mau melakukan rasionalisasi antara pegawai yang
yang dijalankan di Pemda adalah diskresi daerah untuk menentukan jumlah organisasi
perangkat daerahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan daerah sendiri untuk
membiayainya.
Begitu juga halnya dengan proses recruitment pejabat di daerah masih banyak
diwarnai oleh aspirasi politik praktis dari pimpinan politik yang menjadi kepala daerah,
demikian pula promosi jabatan & PNS di pemerintah daerah (PEMDA). Oleh karena itu
pendidikan politik kepada rakyat tidak hanya menjadi tugas pokok pemerintah akan tetapi
juga tugas pokok parpol2 tempat rakyat menjadi konstituennya, agar rakyat dapat belajar
14
Bagian 8
1.Desentralisasi
2.Dekonsenrasi
3.Perbantuan.
kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, juga tata hubungan antara lembaga
Kekuatan sistem desentralisasi dan otonomi daerah didukung oleh 3 pilar utamanya
yakni;
1.Kemampuan daerah untuk mengatur apa2 yang diwujudkan dalam peraturan daerah
3.Didukung juga oleh sistem manajemen pengelolaan SDM/ kepegawaian daerah yang
pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau kepada instansi vertikal di
bawahnya (Pasal 1 ayat (8) UU No.32/2004). Dalam hal ini tampak jelas ada upaya
resentralisasi yang amat kental. Juga dalam hal banyaknya pembatalan perda2 oleh pusat.
15
Sedangkan untuk membuat Perda tersebut daerah telah mengeluarkan dana yang tidak
sedikit.
Sistem lain yang juga membingungkan adalah pada pasal 222 ayat (2) yang
menyatakan pembinaan dan pengawasan erhadap kabupaten dan kota dilakukan oleh
Membingungkannya sistem ini adalah inspektur provinsi mestinya adalah aparat perangkat
daerah dari pemda provinsi bukan aparat dekonsentrasi. Oleh karenanya kita perlu mencari
solusi yang lebih baik demi terciptanya pemerintahan daerah yang lebih demokratis.
Begitu juga halnya dengan sistem hubungan kerja antara DPRD dengan Kepala
daerah perlu dicari upaya untuk mewujudkan check & balance dalam pemerintahan yang
demokratis.
melaksanakan pemilihan secara demokratis & bebas politik uang (money politics), ternyata
malah menjadi kental nuansa politik uangnya. Misalnya saja saat pemilihan, parpol
menentukan sejumlah uang yang harus diberikan oleh calonnya, belum lagi dana yang
sangat besar yang harus dikeluarkan sang calon untuk memikat hati pemilihnya kemudian.
Betapa mahalnya untuk menjadi seorang Kepala Daerah. Makanya tak heran di kemudian
dana modalnya tersebut saat yang bersangkutan menjabat. Akibatnya timbul fenomena
bahwa yang jadi Kepala daerah adalah orang2 kaya bermodal besar yang masih diragukan
16
masyarakat perlu dikaji kembali tujuan utamanya, apakah demi kepentingan rakyat ataukah
pribadi/golongan.
Bagian 9
memperoleh tanggapan dan perhatian. Persoalan2 yang perlu diperhatikan tersebut adalah
mengenai;
1.Penataan organisasi perangkat daerah hendaknya tidak membatasi diskresi pemda itu
sendiri.
3.Hubungan antara jabatan politik dan pejabat karir perlu ditata dengan memberikan dasar
hukum yang tegas bagi birokrasi pemda, sehingga tidak mudah ditarik ataupun diintervensi
Pentingnya check & balance antara hubungan kelembagaan eksekutif & legislatif
juga perlu lebih ditekankan agar tercipta harmonisasi hubungan kerja dengan tetap
Penilaian Pemda yang seringkali tidak percaya diri atas kemampuannya sendiri
perlu diperbaiki. Misalnya dalam meminta bimbingan pusat baik dalam rangka
memperoleh tambahan anggaran, dsb. Hal ini perlu sekali untuk dikurangi agar Pemda
dapat berprilaku lebih mandiri, mengingat ketergantungan daerah terhadap pusat dengan
17
Selanjutnya akuntabilitas publik hendaknya dijadikan etos kerja dalam meberikan
tersebut. Kontrol masyarakat dan akuntabilitas pemerintahan adalah selayaknya 2 sisi mata
uang yang sama mata uang logam, yang juga hendaknya dapat dijadikan acuan dalam
Demikianlah pokok2 pikiran sederhana yang dapat saya tuangkan dalam makalah
ini. Mohon maaf atas segala kekurangannya dan atas perhatiannya, saya ucapkan banyak
terima kasih.
PENULIS
DEPOK2009
18