You are on page 1of 8

KEBIJAKAN TATA KELOLA PENANAMAN MODAL

DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH


Widji Tri Susetiyo*

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah


daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
dalam menggali potensi sumberdaya alam, menciptakan suatu lapangan kerja baru
serta dalam mendukung perkembangan kegiatan ekonomi di daerah. Masalah pokok
dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-
kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan
dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, sumber daya fisik
serta sumberdaya alam lokal. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif–
inisiatif yang berasal dari daerah dan pelaku usaha dalam proses pembangunan untuk
menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

Pembangunan ekonomi memerlukan sistem kelembagaan yang kuat dan


berbasis pada sumber daya lokal. Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia
(SDM) dan perencanaan pengelolaan sumber daya yang dimiliki harus dikelola secara
profesional dengan memperhatikan kaidah-kaidah keberlanjutan.

Dari ketiga sumber daya tersebut, maka sumber daya manusia (SDM)
merupakan sumber daya pembangunan yang paling menentukan apabila
pengelolaannya dilakukan secara benar dan terarah. Pengelolaan sumber daya
manusia yang tepat akan memberikan dampak yang langsung terasa manfaatnya.

Pada masa era perdagangan bebas dewasa ini, dimana arus modal akan
begitu mudah berpindah dari suatu negara ke negara lain, bahkan dari suatu daerah ke
daerah lain, maka perkembangan ekonomi daerah tidak bisa dilepaskan dari aliran
modal tersebut. Bagaimana aliran modal ini dapat bermanfaat, maka disinilah peran
dari sumber daya manusianya, khususnya mereka yang diberikan kepercayaan untuk
mengelolanya, yaitu perangkat Pemerintah Daerah yang membidanginya. Aliran modal
akan masuk ke daerah-daerah yang memiliki potensi dan memberikan keuntungan bagi
pada pemiliknya. Bagaimana pergerakan modal ini dapat dimanfaatkan untuk
mendukung perkembangan ekonomi daerah menjadi pekerjaan tersendiri. Berbagai
langkah dan upaya banyak dilakukan oleh pengambil kebijakan di tingkat daerah untuk
menciptakan suatu kondisi agar supaya aliran modal dapat berhenti di daerah.
Dengan kata lain, pada saat ini Pemerintah Daerah sedang berlomba-lomba mengelola
peluang daerahnya masing-masing agar supaya terjadi aliran moda masuk.
Menciptakan peluang dan iklim kondusif menjadi kata kuncinya. Peluang dapat muncul
manakala ada upaya untuk menciptakannya. Akan tetapi tidak jarang, daerah
mengalami banyak kendala dalam menciptakan kondisi ini, padahal pada satu ;sisi
yang lain, tanpa ada upayapun, terdaat peluang-peluang penanaman modal yang bias
“dijual” kepada investor-investornya. Banyak peluang yang memang sengaja
diupayakan namun disisi yang lain tidak sedikit pula peluang itu ada tanpa adanya
upaya pengelolaan, yang hal ini sering tidak disadari keberadaannya. Di satu sisi
upaya menarik modal dari luar daerah atau luar negeri dilakukan optimalisasi dengan
emberian berbagai kemudahan, fasilitas, dan dukungan namun di sisi yang lain potensi-
potensi yang mampu menarik aliran modal luar tidak begitu dilakukan optimalisasi
sehingga daya dukung antar keduanya tidak saling bersinergis. Apa yang disampaikan
disini bukanlah tanpa alasan, namun dari berbagai pengamatan, pada saat ini tidak
sedikit pengambil kebijakan di daerah yang baru memikirkannya dalam tataran
treatment-nya sementara potensi yang untreated tidak begitu di kelola dengan baik,
bahkan diabaikan, padahal tanpa treatment yang dalampun, potensi itu sebenarnya
mampu menarik kedatangan modal dari luar daerah atau bahkan dari luar negeri
berupa penanaman investasi. Menarik investasi domestik dan luar negeri menjadi
pilihan bagi daerah ketika kecenderungan keterbatasan dana dari pusat dalam
pengembangan ekonomi daerahnya. Agar investasi itu datang maka daerah dituntut
melakukan dua hal, yaitu memperbaiki tata kelola pengelolaan unit yang berteanggung
jawab terhadap keberadaan, kedatangan, dan keberlanjutan investasi di daerah dan
melakukan inventarisasi akan potensi lokal yang bersifat khas untuk “dijual” kepada
investor luar daerah atau luar negeri. Mengacu pada analisa SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, and Threat), pemanfaatan sumber daya sumber daya alam
dan manusia harus dapat bersinergi untuk memperoleh manfaat yang maksimal.

Diskusi mengenai penanaman modal asing di daerah, Kabupaten


Purbalingga Jawa Tengah dapat dijadikan referensi karena di Kabupaten Purbalingga
terdapat banyak PMA korea yang mayoritas bergerak di bidang usaha pengolhan dan
produksi produk yang berbahan baku rambut antara lain wig dan bulu mata tiruan.
Karena banyaknya, make Kabupaten Purbalingga dikenal sebagai sentra kerajinan
rambut No. 2 di dunia. Sepuluh tahun terakhir, perkembangan ekonomi Purbalingga
menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Ini dapat dilihat dari PRB yang dari
tahu ke tahun selalu meningkat sampai pd saat ini dicapai pada angka…. Gelai
ekonominya juga kelihatan semakin bergairah dilihat dari menjamurnya bisnis kuliner,
perdagangan dan jasa lainya. Ini semua tidak diraih tanpa upaya. Tahun 2008, pemkab
Purbalingga membentuk KPM dalam struktur organisasinya. Pembentukan Kantor
Penanaman Modal (KPM) sesuai dengan Perda Kab. Purbalingga No. 16 Tahun 2008,
tentang Organisasi dan Tatakerja Lembaga Tekhnis Daerah Kab. Purbalingga, bisa
dianggap sebaga langkah inovatif, disamping tuntutan organisasi juga, karena KPM
merupakan unsur pendukung tugas Pemda dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang penanaman modal telah bekerja dan membuahkan hasil
yang cukup fenomenal yaitu diraihnya predikat sebagai Kabupaten yang paling Pro
Investasi pada tahun 2008 dan 2009. Sesuai tugas pokoknya dalam melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal dan fungsinya
dalam menetapkan kebijakan tekhnis di bidang penanaman modal, perumusan rencana
pengembangan dan penetapan program kerja, kordinasi pelaksanaan kebijakan teknis,
pemberian bimbingan, pembinaan dan pengawasan di bidang penanaman modal,
pengelolaan data dan informasi di bidang penanaman modal, fasilitasi pola kemitraan
dan pengembangan kelembagaan penanaman modal.

Prestasi masa lalu merupakan pembelajaran berharga dalam melaksanakan


tata kelola pengembangan dan pembinaan penanaman modal asing. perekonomian
Purbalingga pernah mengalami masa-masa yang mengagumkan dengan laju
pertumbuhan ekonomian rata-rata kabupaten sekitar. Demikian pula dengan
pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi pada data terakhir tahun 2007 yang
ditunjukan oleh kenaikan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar 6,19%,
lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Demikian halnya untuk tahun
2008. Pendapatan perkapita penduduk juga mengalami kenaikan dari Rp.
3.275.670,-/tahun pada tahun 2006 menjadi 3.727.398,-/tahun pada tahun 2007. Tidak
hanya itu, Purbalingga juga pernah dinobatkan menjadi Kab. Pro Investasi karena
prestasinya dalam menggaet investor untuk menanamkan modalnya.

Pertumbuhan yang relatif tinggi ini didukung oleh berbagai faktor, meliputi
antara lain dikarenakan dukungan kebijakan deregulasi investasi,
iklim usaha yang kondusif untuk mempercepat laju kenaikkan investasi dan juga
adanya kepercayaan dunia internasional (PMA khususnya korea) pada para pelaku
ekonomi daerah dan sumber daya tenaga kerja dalam melakukan berbagai bentuk.
Tentu saja kepercayaan dari para investor yang tidak datang begitu saja ini harus tetap
dijaga eksistensinya, maka harus dilakukan inovasi dan perubahan paradigma
pemikiran mengenai potensi sumber daya alam daerah sebagai magnetnya. Tentunya
perubahan ini akan menimbulkan perubahan konsep memikiran yang jarang
memunculkan kesadaran bersama, pada kali pertama dilontarkan.

Disadari bahwa setiap perubahan karena inovasi selalu membawa kepada


ketidakpastian, namun dengan pengelolaan yang baik make faktor tersebut dapat
direduksi sekecil mungkin. Sebagai kompensasinya maka hasil yang diharapkan juga
besar, melampaui tingkat perkembangan yang biasa atau wajar guna mengimbangi
resiko yang dihadapi. Gagasan dan pemikiran yang inovatif seringkali dipandang
sebagai hal yang tidak prospektif karena faktor ketidakpastiannya, padahal apabila hal
semacam ini ditangani dengan cermat dan berwawasan luas seringkali akan
menimbulkan dampak ekonomi yang luar biasa bagi daerah.

Tanpa disadari dua tahun telah berlalu sejak pembentukan KPM ini,
perekonomian daerah Purbalingga semakin mengalami proses perubahan yang lebih
baik yang secara langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Purbalingga.
Semakin ramainya bisnis kuliner, semakin banyaknya dealer sepeda motor, counter
HP, dan lain-lain usaha, merupakan bagian dari multiplier effect economy dari
keberadaan pabrik-pabrik rambut Korea dan pabrik-pabrik lain yang berdiri di
Purbalingga.     
Keberlangsungan pengelolaan investasi terus berproses. Proses ini pun
sekarang masih berlangsung dan menuntut pada para pelaku ekonomi dan pelaku
politik untuk segera memperbaiki komitmen serta kinerjanya dalam merealisasikan cita-
cita tersebut.

Pembelajaran Dari Sukses Masa Lalu.

                  Di Kabupaten Purbalingga, pada saat itu perhitungan serta kalkulasi proyek-
proyek investasi baru dapat dengan mudah dilakukan karena memang terdapat
kepastian berusaha yang tinggi dan tingkat resiko kegagalan dalam berusaha yang
rendah.  Resiko berusaha yang rendah ini didukung oleh iklim politik yang stabil.

Demikian juga sistem perijinan investasi sudah ditangani secara sentralistis


dan integrated sehingga sekaligus mengurangi rantai birokrasi yang berlebihan.
Tuntutan politis dan lembaga swadaya masyarakatpun masih dalam koridor yang tidak
banyak mengganggu jalannya proses berbisnis. 

Kondisi iklim berusaha dan resiko investasi yang positif ternyata kemudian
membuahkan hasilnya. Pengusaha-pengusaha lain tanpa ragu-ragu melakukan
ekspansi usahanya disegala lini usaha. Minat untuk melakukan investasi secara
langsung pada sektor riil yang dilakukan oleh masyarakat bisnis dan industri kecil
meningkat tajam baik di sektor pertanian, perikanan, pertambangan, konstruksi, industri
pengolahan, industri berat, jasa keuangan dan perbankan, serta pada sektor-sektor
jasa lainnya, termasuk berbagai kegiatan usaha yang berorientasikan ekspor.
             
Perkembangan investasi langsung yang baik tersebut kemudian memberikan
berbagai manfaat dan dampak positif untuk perkembangan ekonomi daerah. Jarang
kita mendengar keluhan dari para calon pekerja khususnya pwkwrja wanita di daerah
perkotaan dan perdesaan yang sulit mendapatkan lapangan kerja. Tingkat
pengangguran dapat ditekan seminimal mungkin. Lapangan kerja yang diberikan oleh
kehadiran perusahaan asing berorientasi pada ekspor secara bersamaan telah
dirasakan manfaatnya oleh kalangan pekerja.

Perkembangan investasi pengusaha lokal dan asing tadi masih memberikan


berbagai kontribusi positif untuk peningkatan sumber-sumber pajak perusahaan dan
perseorangan yang berguna dalam pembangunan daerah. Perkembangan ekonomi
lokal disekitar lokasi tempat usaha perusahaan-perusahaan yang menanamkan
investasinya menunjukkan kecenderungan mendapatkan pengaruh dampak langsung
dari kehadiran mereka. Penyelenggaran fasilitas umum dan sosial dapat ditingkatkan
sekaligus bertambahnya tingkat konsumsi lokal terhadap kebutuhan pokok dan
kebutuhan sehari-hari.
 
Tantangan
               
Melihat lebih lanjut pada pengalaman pada sebuah negara dalam
mempersiapkan datangnya gelombang globalisasi para pengambil kebijakan di daerah
harus belajar banyak. Sebagai contoh dapat kita lihat dengan pengalaman negara
China. China memiliki jumlah penduduk yang tinggi di dunia, melebihi jumlah penduduk
di Indonesia. Negara ini sama-sama memperoleh kemerdekaannya tidak jauh berbeda
dengan Indonesia. China-pun sedang dalam proses melakukan transformasi di bidang
sosial-ekonominya sejak dicanangkannya revolusi kebudayaan beberapa puluh tahun
yang lalu.
        
Perubahan terpenting yang dilakukan oleh pemerintah dan kalangan pebisnis
di negara tersebut tidaklah tangung-tanggung. Segera setelah reformasi pembangunan
menggelinding, pemerintah pusat menetapkan beberapa kawasan utama sebagai
tempat lokasi bermukimnya perusahaan-perusahaan asing yang menjadi sasaran
pembangunan.

Pemerintah dan kalangan pebisnis di China sangat menyadari arti dan peran
kehadiran modal asing dalam mendukung proses transformasi ekonomi mereka.
Desentralisasi kewenangan dalam perijinan usaha dan investasi diberikan dengan
penuh pada pengelolaan kawasan tersebut atau dengan kata lain pada daerah. Melalui
strategi ini pemerintah China telah melakukan proses otonomi daerah secara tidak
langsung. Hanya model yang mereka tempuh lebih terkelola dengan baik, dengan
dapat diminimalisirnya kemungkinan hambatan birokrasi dan instabilitas politik. Para
pengambil kebijakan pada tingkat pusat dan daerah menyadari sepenuhnya bahwa
yang memerlukan kehadiran modal domestik dan asing adalah China dan bukan
kondisi sebaliknya. Dalam bahasa lain, maka masuknya modal asing dan tumbuh
berkembangnya investasi modal domestik penting untuk dilakukan tata kelola dengan
baik oleh pemerintah.

        Kebijakan lainnya yang mendukung program peningkatan investasi di negara


China adalah pengiriman para karyawan pabrik ke negara industri untuk mempelajari
proses produksi produk-produk berbasiskan teknologi maju dan ketrampilan dalam
bidang riset dan rekayasa industri. Pemerintah menyadari pentingnya negara untuk
menyiapkan tenaga terampil siap pakai saat mereka akan mengundang calon investor
asing tersebut berketetapan akan memulai merealisasikan rencana-rencana investasi,
pemerintah pusat menunjuk dan memberikan kewenangan penuh pada beberapa pihak
tertentu untuk memproses perijinan dalam satu atap. Dengan demikian birokrasi yang
tidak diperlukan dapat dihilangkan.

        Orientasi kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang “pro”
kepada kehadiran investasi di kawasan industri dan lokasi-lokasi usaha tertentu
kemudian ternyata membuahkan hasilnya. Tanpa diduga arus masuk modal asing,
investasi ke wilayah-wilayah tersebut meningkat dengan tajamnya. Hiruk pikuk dan
peningkatan pembangunan proyek-proyek investasi dalam segala jenis kegiatan dan
besaran skala usaha mewarnai perekonomian nasional dan perekonomian lokal.
Tingkat penggangguran dapat ditekan dan terjadilah lonjakan tajam dan percepatan
laju  pertumbuhan ekonomi maupun tingkat pendapatan rumah tangga.

        Tantangan lainnya yang dihadapi oleh para pelaku bisnis dan calon investor
di negeri kita adalah bagaimana pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat
dapat memberikan iklim yang kondusif untuk terselengaranya investasi. Pada tingkatan
pemerintah pusat, masalah yang dihadapi adalah masih belum terlihatnya yang jelas
dalam strategi pengembangan industrialisasi. Strategi yang demikian sangat diperlukan
sehingga birokrasi pada pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten,
dapat menyatu-padukan dan melakukan koordinasi atas rancangan-rancangan
pengembangan investasinya di daerah untuk dapat mendukung tercapainya target-
target dari strategi industrialisasi nasional tersebut.

          Pemerintah daerah juga dituntut untuk dapat memelihara iklim usaha yang
baik dan tidak memberatkan dunia usaha dan para calon investor di kawasannya
masing-masing. Banyak cara yang bisa dilalukan antara lain mengembangkan unit
organisasi yang secara khusus menangani tata kelola investasi.

Akhirnya bagi masyarakat, pada era demokratisasi saat ini yang sedang
marak akhir-akhir ini dengan berbagai tuntutan-tuntutan yang berlebihan janganlah
mengorbankan iklim usaha yang telah terbina. Pengusaha dan calon investor di
manapun menuntut kenyamanan, keamanan dan kepastian berusaha dari proses
penanaman modalnya di daerah. Kemajuan dan peningkatan volume produksi dari
kegiatan-kegiatan investasi yang diunggulkan sudah pasti lambat laun akan
memberikan efek pengganda pada perekonomian lokal dan pendapatan rumah tangga
masyarakat disekitarnya.

          Masih banyak lagi tantangan-tantangan lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu persatu disini. Yang jelas baik kalangan pebisnis sendiri maupun para pelaku-
pelaku ekonomi dan administrasi pemerintahan perlu melakukan perubahan-perubahan
cara pandang, penerapan tata kelola perusahaan dan tata kelola administrasi
pemerintahan yang saling mendukung demi terciptanya percepatan investasi di masing-
masing daerah dan lokalitas.

          Momentum percepatan investasi seperti yang terjadi di China perlu dipelajari
dan ditiru, sehingga pada akhirnya dapat tercipta lapangan kerja yang lebih banyak dan
manfaat untuk masyarakat yang lebih luas. Mempersiapkan masa depan untuk
kelangsungan pembangunan ekonomi daerah haruslah dilakukan dari awal, artinya
bahwa keberhasilan sebuah investasi akan dirasakan dalam jangka panjang ke depan,
namun upaya untuk itu harus dipersiapkan dengan baik di masa kini.

          Kondisi kehidupan perekonomian dan tatanan masyarakat yang adil dan
sejahtera merupakan harapan yang banyak ditunggu oleh masyarakat dalam
menyongsong masa depannya. Harapan yang mereka sangat tunggu adalah kapankah
lapangan kerja di sekitar mereka dapat tersedia dengan cukup dan memadai. Mereka
telah melihat sendiri dan turut serta dalam menggulirkan berbagai reformasi, tentunya
dengan harapan pada suatu saat akan dapat mewujudkan cita-cita tersebut.
        
Lapangan kerja yang memadai dan penerapan sistem balas jasa di
perusahaan secara berkecukupan dapat terselenggara apabila proses investasi secara
langsung dapat bergulir seperti sediakala. Bahkan untuk mengejar keterlambatan dalam
memacu mesin perekonomian daerah, ternyata masih diperlukan lagi lonjakan jumlah
investasi yang besar. Kondisi perekonomian di daerah yang berangsur baik dalam
beberapa tahun terakhir masih perlu didorong lebih lanjut dengan memacu kehadiran
dan tambahan investasi yang berasal dari masyarakat, investasi PMDN maupun
investasi PMA.

        Orientasi pada pembangunan ekonomi nasional dan lokal perlu dibuat agar
lebih mendekatkan pada kepentingan kehadiran calon-calon investor di berbagai
pelosok tanah air. Demikian juga perusahaan-perusahaan yang sudah ada harus dijaga
eksistensinya, agar mereka tetap betah dan dapat menjalankan kegiatan usahanya.
Tekanan-tekanan yang menuntut keadilan dan perbaikan kesejahteraan karyawan perlu
dilakukan dengan sopan, senantiasa mencari solusi-solusi kompromi demi kepentingan
kelangsungan hidup usaha. Janganlah tujuan-tujuan politik dan kepentingan dari
segelintir kelompok dicampur-adukkan dalam proses pemberian perijinan investasi dan
usaha dengan memperpanjang jalur birokrasi.

         Proses otonomi daerahpun perlu dilakukan dengan bijak tanpa membebani
kepentingan dunia usaha secara berkelebihan. Proses pencarian dan penetapan
sumber-sumber keuangan pemerintahan daerah hendaknya dapat dilakukan dengan
memperhatikan keberlangsungan dan eksistensi perusahaan-perusahaan yang telah
bermukim lama di daerah.

Budaya melayani kepentingan calon investor baru perlu ditanamkan


diseluruh jajaran aparat birokrasi pemerintahan. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa
wilayah atau kawasan tempat berusaha tidak lagi dapat ditawarkan dan dipromosikan
dengan mudah. Masih ada ratusan alternatif tempat usaha di berbagai lokalitas di
penjuru Indonesia yang memiliki aksesibilitas ke pasar global. Tidak ada cara yang
lebih baik apabila birokrat pemerintahan memberikan pelayanan yang terbaik,
memangkas birokrasi, mengurangi beban-beban usaha yang berlebihan, menciptakan
iklim investasi dan usaha serta mempersiapkan putra-putri di daerah untuk dapat
berpartisipasi dalam proses kegiatan investasi.     Dengan cara demikian maka
pemerintah daerah telah memberikan warisan terbaik baik putra-putri warga
masyarakatnya, antara lain melalui penciptaan lapangan kerja yang lebih baik, lebih
luas.

Widji Tri Susetiyo, pemerhati masalah pembangunan ekonomi daerah, tinggal di Purbalingga.

You might also like