You are on page 1of 16

METODE PENUGASAN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi
pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini adalah sebagai berikut
:

A. METODE FUNGSIONAL
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu
sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.

Kepala Ruang

Perawat Pengobatan Perawatan Luka Perawat Pengobatan Perawatan Luka

Pasien / Klien

Gambar 1 : Sistem pemberian asuhan Keperawatan Fungsional (Nursalam, 2002)

1. Kelebihan :
a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.

b) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga


c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.

2. Kelemahan :
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampuilan saja.

1
B. METODE PERAWATAN TIM
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif
& kolaboratif (Douglas, 1992)

1. Tujuan Metode Tim :


a) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
b) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
c) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

2. Konsep Metode Tim :


a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika
didukung oleh kepala ruang.

3. Kelebihan :
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.

4. Kelemahan :
a. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-
waktu sibuk (memerlukan waktu )
b. Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
c. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur

2
Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / Klien Pasien / Klien Pasien / Klien

Gambar 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “ (Nursalam,


1998)

C. METODE PRIMER
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan,
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

1. Konsep dasar metode primer :


a. Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
b. Ada otonomi
c. Ketertiban pasien dan keluarga

2. Kelebihannya :
a. Model praktek profesional
b. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
c. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
d. Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya

3. Kelemahannya :
a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan

3
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,
akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
b) Biaya lebih besar

Dokter Kepala Ruang Sarana RS

Perawat Primer

Pasien

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Gambar 3 : Diagram sistem asuhan keperawatan “ Primary Nursing “ (Nursalam,


2002)

D. METODE KASUS
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive
care.

1. Kelebihan :
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

2. Kekurangan :
a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

4
Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Pasien / Klien Pasien / Klien Pasien / Klien

Gambar 4 : Sistem sistem asuhan keperawatan “ Case Method Nursing “


(Nursalam, 2002)

Dari berbagai metode penugasan yang ada, setiap ruangan/unit perawatan


dapat mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari salah satu metode di atas
berdasarkan prinsip pemilihan penugasan yang tepat, efektif, dan efisien. Namun
dalam mengembangkan metode penugasan Tim, maka perlu diperhatikan hal-hal
berikut di bawah ini.

Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu),


Ketua Tim (Katim) dan Anggota Tim
Secara umum, masing-masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki
tanggung jawab yang berbeda-beda, antara lain :

1. Tanggung Jawab Karu :


a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b. Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c. Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan
managemen
d. Mengorientasikan tenaga baru
e. Menjadi narasumber bagi tim
f. Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
g. Menciptakan iklim komunikasi terbuka

2. Tanggung Jawab Katim :


a. Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan

5
c. (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
d. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang
konsisten
e. Membagi tugas anggotatim dan merencanakan kontinuitas asuhan
keperawatan melalui konfrens
f. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim
g. Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan

3. Tanggung Jawab Anggota Tim :


a) Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b) Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di
tempat
d) Berkontribusi terhadap perawatan
→ observasi terus menerus
→ ikut ronde keperawatan
→ berinterkasi dgn pasien & keluarga
→ berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah

4. Penerapan Metode Tim


a. Kepala ruangan membagi jumlah tim keperawatan berdasarkan klasifikasi pasien
b. Menilai tingkat ketergantungan pasien, melalui :

• Setiap pagi, karu bersama katim menilai langsung pada masing-masing tim
yang menjadi tanggung jawabnya, atau
• Setiap tim keperawatan (yang dinas malam) membuat klasifikasi pasien
kemudian diserahkan kepada karu/katim. Cara ini dapat lebih menghemat
waktu
c. Katim menghitung jumlah kebutuhan tenaga
d. Karu dan katim membagi pasien kepada perawat yang bertugas sesuai
kemampuan perawat (pengetahuan dan keterampilan) Serah terima antar shift oleh karu,
katim dan semua perawat pelaksana yang dapat dilakukan melalui konfrens, atau
keliling langsung ke pasien (sebelum dan selesai dinas). Materi yang diserah terimakan
yaitu laporan hasil pengkajian, permasalahan, implementasi dan evaluasi. Selain itu
perencanaan yang harus dilanjutkan oleh tim yang akan bertugas.
e. Selesai konfrens, seluruh anggota tim mulai melakukan asuhan keperawatan langsung
maupun tidak langsung

6
5. Kesimpulan
Metode Penugasan merupakan suatu alternative metode yang akan diterapkan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien/pasien dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas asuhan dan peningkatan derajat kesehatan pasien. Pada
dasarnya seluruh jenis metode penugasan masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Prinsip dalam pemilihan metode penugasan yaitu pertimbangan jumlah
tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien.
Dengan demikian seorang manajer dapat menentukan jenis metode
penugasan yang tepat untuk diterapkan pada suatu unit keperawatan melalui kajian
situasi yang memperhatikan prinsip pemilihan metode penugasan.

7
PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL

Untuk mengendalikan infeksi nosokomial pada bayi baru lahir dan neonatus
diperlukan suatu prosedur standard yang harus dipatuhi oleh petugas yang terlibat di
dalamnya. Prosedur standard ini berbeda untuk setiap bangsal perawatan. Misalnya
prosedur di bangsal bayi baru lahir yang sehat tidak sama dengan prosedur
perawatan di bangsal perawatan intensif.
Secara umum berbagai prosedur dibawah ini harus dikerjakan di bangsal
perawatan bayi, yaitu 5,6,7 :
1. Profilaksis pada mata
Pencegahan ophthalmia neonatorum adalah satu cara yang praktis dilakukan
untuk mengkontrol infeksi pada bayi baru lahir. Untuk ini dapat dipakai obat
mata topical seperti setetes larutan Perak Nitrat 1%; salep mata Eritromisin
0.5% atau Tetrasiklin 1%. Kedua salep mata ini juga dapat mencegah Klamidia
trakomatis.

2. Perawatan kulit dan tali pusat


Dianjurkan untuk merawat kulit neonatus dengan teknik "dry skin care",
maksudnya membuat kulit agar tetap kering dengan mengatur suhu kamar,
mengurangi trauma pada kulit dan mencegah pemberian chat -chat topikal yang
mempunyai efek samping terhadap kulit. Dalam hal ini termasuk membersihkan bayi
hendaknya setelah temperaturnya stabil dan tidak menggunakan antiseptik. Kemudian
untuk menghilangkan darah dan mekonium dari wajah; kepala dan badan dipakai
spans katun yang steril dengan air hangat. Untuk perawatan tali pusat, tidak
satupun yang lebih baik dari pada yang lainnya untuk membatasi kolonisasi
bakteri. Yang penting ialah membuat tali pusat kering. Untuk ini dapat dipakai obat-
obat topikal seperti :
- Triple dye (2.29 g brilliant green; 1.14 g proflavine hemisulfate dan 2.29 g
crystal violet dalam air).
- Salep Bacitracin
- Krem Silver sulfadiazine
- Betadine 10%
Semua obat diatas dapat memperlambat atau mengurangi kolonisasi bakteri di

8
tali pusat, terutama Stafilokokkus aureus.
- Alkohol, yang sering dipakai di rumah sakit maupun setelah pulang dari rumah
sakit mempercepat keringnya tali pusat dan lepasnya tali pusat. Akan tetapi
obat ini tidak efektif untuk membatasi kolonisasi bakteri.

3. Staf perawatan
Oleh karena banyaknya penderita dalam satu bangsal dan kurangnya staf, akan
meningkatkan terjadinya infeksi nosokomial. American Academy of Pediatrics
menganjurkan pada bangsal bayi baru lahir yang sehat (level I) rasio perawat : bayi
adalah 1 : 6- 8; sedangkan bangsal bayi dengan rawat gabung parsiel
membutuhkan 1 perawat untuk 4- 5 pasangan ibu bayi. Disini dianjurkan agar
perawat mencuci tangan terlebih dulu sebelum kontak dengan bayi. Di bangsal
bayi baru lahir dengan perawatan intensif yang sederhana diperlukan rasio 1 : 3-4,
maksudnya satu perawat untuk 3-4 bayi, dan pada bangsal perawatan intensif (NICU)
1 perawat untuk 1- 2 bayi.

4. Desain ruang perawatan


Jarak yang adekuat antara tempat tidur bayi dengan peralatan lainnya dapat
menc egah kepadatan dan mengurangi risiko kontaminasi yang tidak disengaja
antara bayi dengan petugas. Luas lantai yang di rekomendasikan untuk satu
tempat tidur bayi bervariasi tergantung intensitas perawatannya. Untuk level I :
20 -25 feet/tempat tidur; Level II 30-50 feet dan Level III 80- 100 feet/inkubator.

5. Rawat gabung
Banyak rumah sakit melakukan rawat gabung untuk merawat bayi normal. Dari
berbagai penelitian terlihat bahwa tidak ada kenaikan insiden infeksi nosokomial
pada bayi- bayi yang dirawat gab ung bila dibandingkan pada bayi- bayi yang
dirawat di bangsal perawatan bayi normal. Jadi program ini adalah suatu cara
yang potensial untuk mengurangi risiko kepadatan dan menurunkan kontaminasi
silang di bangsal perawatan bayi normal. Setiap orang yang ma suk ke kamar
bayi harus memakai sandal khusus dan mencuci tangan.

9
6. Air Susu Ibu
Air susu ibu adalah makanan standard bagi semua bayi. Menggalakkan
penggunaan air susu ibu adalah sangat penting karena ASI memberi
perlindungan alamiah terhadap problema saluran cerna yang sering timbul pada
neonatus. Clavano (1982) dengan cara rawat gabung dan penggunaan ASI
berhasil menurunkan kejadian diare, moniliasis mulut dan sepsis. Sedangkan
Narayan (1981) dengan penggunaan ASI pada BBLR berhasil pula menurunkan
kejadian infeksi.

7. Mencuci tangan :
Oleh karena cara penularan infeksi yang utama di bangsal bayi adalah melalui
tangan petugas (bakteri transien) , maka mencuci tangan merupakan satu cara yang
efektif untuk melaksakan program mengkontrol infeksi. Dengan mencuci tangan
maka mikroba yang berada di tangan petugas akan hilang. Mencuci tangan
dengan memakai sabun selama 15 detik akan menghilagkan mikroba yang
berada di tangan (bakteri transien). Sedangkan untuk membersihkan bakteri
residen diperlukan waktu yang lebih lama dan harus memakai detergen antibakteri.

Prosedur mencuci tangan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :


1. Lengan baju digulung diatas siku dan buka cincin, jam tangan serta gelang
tangan.
2. Cuci tangan selama 2 menit dengan sikat dan detergen antimikroba.
Bersihkan semua area dan jari- jari.
3. Bersihkan jari dan kuku.
4. Semua hal diatas dibersihkan dibawah air yang mengalir.
5. Kemudian tangan dibersihkan dengan kertas pembersih.
6. Mencuci tangan selama 15 detik atau lebih bila akan mengerjakan bayi yang lain.

8. Pakaian :
Dulu pemakaian gaun dianjurkan. Akan tetapi ternyata pemakaian gaun ini tidak
mengurangi penularan bakteri atau tidak menurunkan insiden infeksi nosokomial
di bangsal bayi baru lahir.

10
9. Isolasi :
Diperlukan pada kasus yang menular seperti penyakit karena stafilokokkus,
konjungtivitis bakterialis, dan diare. Perlindungan fisik (isolasi) adalah suatu cara untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di rumah sakit. Isolasi ada dua cara :
a. Mengisolasi sumber .
b. Isolasi protektif, mengisolasi penderita risiko tinggi untuk mendapat infeksi
Metode Isolasi :
1. Barrier nursing, yaitu prosedur perawatan khusus untuk mengurangi
penyebaran infeksi melalui kontak langsung/perawatan
2. Pemisahan penderita, dirawat pada "single room" atau isolator plastik untuk
mengurangi penyebaran melalui udara atau dari penderita
3. Ventilasi mekanik, untuk mengurangi penyebaran melalui udara dengan cara
mengeluarkan bakteri dari kamar penderita dan pada isolasi protektif yang
membebaskan kamar penderita dari bakteri yang ada diluar kamar.
Pada perawatan neonatus sebenarnya kamar isolasi saja tidak perlu jika :
1. Ada perawatan yang adekwat dan tenaga dokternya dan
mempunyai waktu yang cukup untuk mencuci tangan
2. Ruang rawatan yang cukup adekuat
3. Tiap kamar rawatan mempunyai tempat cuci tangan
4. Adanya program pendidikan yang kontinu mengenai
penyebaran infeksi nosokomial terhadap petugas medis yang
bekerja diruang neonatus/perinatologi. Dengan kata lain, bila
keempat point tersebut diatas tidak ada maka perlulah ruang isolasi
dengan fasilitas yang terpisah dari ruang rawatan neonati.
Neonatus dengan infeksi berat sebaiknya dirawat di ruang perawatan intensif
(sepsis, meningitis dan pneumonia). Neonatus dengan infeksi yang
penyebarannya melalui udara harus dipisahkan dari neonatus lainnya dan
sebaiknya ditempatkan di luar ruang perawatan neonatus.

10. Pengunjung :
Harus dibatasi masuk ke bangsal perawatan bayi untuk mencegah timbulnya
infeksi, terutama terhadap pengunjung yang sakit.

11
11. Pengkontrolan terhadap epidemi :
Yaitu dengan pemeriksaan epidemiologi mendata prosedur dan teknik yang
selama ini digunakan untuk merawat bayi seperti perawatan kulit dan tali pusat, cara-
cara desinfeksi dan sterilisasi alat - alat. Hal ini dilakukan dengan cara :
1. Survei Kultur dari pasien- pasien yang disangkakan untuk mendeteksi karier
asimptomatik (misalnya tali pusat lubang hidung pada epidemi stafilokokkus)
2. Kultur bagian- bagian tubuh petugas yang selalu berhubungan dengan
perawatan bayi untuk mengetahui sumber dan cara penularan.
3. Memperhatikan bayi- bayi yang dirawat
4. Memperhatikan kesehatan petugas
5. Merubah prosedur perawatan kulit dan tali pusat
6. Merubah cara membersihkan tangan dan antiseptik yang digunakan
7. Antimikroba profilaksis, seperti penisilin pada epidemi streptokokkus.

RINGKASAN

01. Kejadian infeksi nosokomial pad a bayi baru lahir diberbagai rumah sakit di
Indonesia bervariasi dari 1.4 % sampai dengan 19.2 %, dimana terlihat dari
tahun ke tahun kejadian infeksi nosokomial ini semakin berkurang.
02. Pemberian antibiotika yang lebih dari 3 hari akan meningkatkan kolonisasi
bakteri di saluran cerna dan tenggorok.
03. Untuk mengendalikan infeksi nosokomial pada neonatus diperlukan suatu
prosedur standard yang harus dipatuni oleh para petugas kesehatan yang terlibat
di dalamnya.
04. Alkohol yang sering dipakai di rumah sakit- rumah sakit, ternyata hanya
berperan untuk mempercepat keringnya tali pusat tetapi tidak untuk membatai
kolonisasi bakteri.
05. Perlu diperhatikan rasio perawat dan bayi serta desain ruangan rawatan yang
benar untuk mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
06. Rawat gabung mempunyai peranan untuk mengurangi kepadatan bangsal
perawatan dan menurunkan kontaminasi silang dari bayi- bayi.
07. Air susu ibu sangat penting dalam hal memberikan perlindungan alamiah

12
kepada bayi- bayi, sehingga akan dapat menurunkan kejadian infeksi.
08. Oleh karena infeksi nosokomial yang terjadi pacta masa neonatus lebih sering
melalui tangan, maka mencuci tangan merupakan satu prosedur yang harus
dikerjakan bila kita akan memeriksa bayi.

13
PROSEDUR TIMBANG TERIMA
1. Pengertian

Suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan
keadaan klien.

2. Tujuan
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
b. Menyampaikan hal-hal yang penting dan perlu ditidaklanjuti dinas berikutnya
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya

3. Langkah-langkah
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b. Shift yang akan menyerhakan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa
yang akan disampaikan
c. Perawat primer menyapaikan kepada penanggungjawab shift yang selanjutnya
meliputi :
1) Kondisi atau keadaan klien secara umum
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d. Penyampaian operan harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
e. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung melihat
klien

4. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :


a. Identitas pasen dan diagnosa medis.

b. Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.

c. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.

d. Intervensi dan kolaborasi dan dependesi.

e. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,misalnya
oprasi,pemeriksan laboratorium/pemeriksan penunjang lainnya,persiapan untuk konsultasi
atau Prosedur melakukannya yang tidak dilaksanakan secara rutin

f. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang ditimbangterimakan dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang jelas.

14
g. Penyampain pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.

h. Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus
dan melakukan penjelasan yang lengkap dan rinci.

i. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh
perawat primer.

SKEMA
TIMBANG
Pasien
TERIMA
Diagnosa medis Diagnosa
masalah kolaboratif Keperawatan
Rencana
Keperawatan
Yang telah Yang akan
dilakukan dilakukan
Perkembangan
keadaan pasien
Masalah :
teratasi
Belum
Sebagian
Baru OPERAN
CONTOH DOKUMENTASI
OPERAN TIM A
1. Ny. Tholhah (42 thn)
(5870049) Ca.Mammae post mastektomi / Dr.Nindi KU: baik, komposmentis. TD:
110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C. Keluhan: nyeri pada luka lengan atas
sebelah kanan dengan skala 7. Masalah keperawatan: Nyeri, Resti infeksi dan gangguan
integritas kulit. Rencana yg sudah dilakukan: monitor TTV, Relaksasi & distraksi, ganti
balut, Injeksi Tramadol 1 ampul, Injeksi Cefotaxim 500 mg. Rencana yg belum
dilakukan: Kaji tanda-tanda infeksi, Kaji luka dan kaji nyeri. Terapi: Tramadol 3x1 amp,
Cefotaxim 2 x 500 mg, Infus NaCl 20 tts/mnt. Persiapan lain tidak ada.

2. Ny. Musayadah (47 thn)


(5873281) Ca Recti / Dr. Nindi KU : lemah, komposmentis, pucat, anemis. TD: 100/60,
N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S: 37 C. Keluhan nyeri diarea anal, skala 7 dari 10. Masalah
keperawatan: Nyeri. Rencana yang sudah dilakukan: monitor TTV dan distraksi dan
relaksasi. Rencana yang belum dilakukan : pemberian asam mefenamat 500 mg peroral.
Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Vit. B kompleks 3 x 1 tablet.
Persiapan lain: USG abdomen dan Cek albumin besok pagi, Konsul ke Internis,
Persiapan kolon in loop.

15
DAFTAR PUSTAKA

MNurs , Nursalam (Honour) (2002) Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktek


keperawatan Profesional. Salemba Medika . Jakarta
S.Suarli Drs MM. 2004 Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Tasikmalaya 2004

www.nursing-begin.com

16

You might also like