Professional Documents
Culture Documents
Akses informasi
Pengalaman hidup
Pekerjaan
Contoh yang paling dekat dengan kita adalah penemuan VCO oleh dosen
MIPA Kimia UGM, Bapak Bambang Prastowo. Beliau adalah seorang peneliti.
Beliau menemukan cara untuk mengambil minyak kelapa tanpa ada proses
pemanasan. Hasilnya, ternyata minyak tersebut memiliki khasiat yang banyak dan
lebih baik. Hasilnya penelitiannya beliau jual dan mendapatkan keuntungan banyak.
Variasi dalam pengalaman hidup
Delmar dan Davidsson (2000) telah membandingkan sampel secara acak dari
405 orang yang memiliki bisnis dengan sebuah kelompok kontrol yang juga dipilih
secara acak dan menemukan bahwa dalam proses memulai sebuah bisnis umumnya
mereka adalah orang yang sering berpindah-pindah kerja dibandingkan kelompok
kontrol.
Ikatan Sosial
Salah satu cara yang penting agar individu bisa mendapatkan akses informasi
tentang peluang kewirausahaan adalah melalui interaksi dengan orang lain atau
jejaring sosial mereka. Struktur dari jejaring sosial seseorang akan mempengaruhi
informasi apa yang mereka terima dan mengkategorikan informasi tersebut.
Ikatan yang kuat pada seseorang yang kita percayai sepenuhnya, juga sangat
menguntungkan dalam menemukan peluang. Dalam ikatan yang kuat, terdapat
kepercayaan sehingga individu dapat mempercayai sepenuhnya keakuratan informasi
yang datang dari orang tersebut. Kepercayaan dalam keakuratan informasi
merupakan hal yang penting untuk penemuan peluang karena wirausahawan
membutuhkan akses informasi, dan selanjutnya mensintesiskannya.
Beberapa penelitian mendukung pendapat ini bahwa ikatan sosial
meningkatkan kemungkinan seseorang dalam menemukan peluang kewirausahaan.
Sebagai contoh, Zimmer dan Aldrich (1987) mempelajari kelompok etnik yang
bekerja secara mandiri di tiga kota di Inggris dan menemukan bahwa kebanyakan
pemilik usaha mendapatkan informasi tentang peluang kewirausahaan melalui
channel mereka.
Sumber :
http://avin.filsafat.ugm.ac.id
BELAJAR DARI INDIA DALAM
MENGEMBANGKAN
KEWIRAUSAHAAN
Pendahuluan
Menyimak dari apa yang telah dilakukan oleh EDI dapat
dikatakan bahwa EDI tidak pernah henti memberikan dukungan
kepada pengusaha yang pernah dilatih. EDI memang telah
menunjukkan kinerjanya untuk membangun dan mengembangkan
UKM yang mampu berdaya saing baik di dalam dan luar negeri
India.
Tidak kalah pentingnya dengan EDI, India juga sudah lama
merintis pengembangan desain. Sejak tahun 1961, India telah
mengembangkan The National Institute of Design (NID). NID ini
sangat dikenal secara internasional sebagai lembaga multidisiplin
dalam bidang pendidikan desain, penelitian terapan, pelatihan,
layanan konsultasi desain, dan berbagai program jangkauan yang
lain. Sejak didirikan telah memperoleh berbagai penghargaan
bertaraf nasional dan internasional. NID juga dikenal sebagai salah
satu lembaga perintis pendidikan desain industri setelah “Bauhaus
and Ulm” di Jerman dan diakui sebagai penghasil rancangan/desain
terbaik untuk membuat desain di India tetapi juga digunakan di
dunia.
Disamping itu, ada banyak lulusan dari NID telah berhasil
membuat desain terkenal untuk sektor perdagangan, industri dan
pengembangan sosial dengan mengambil peranan sebagai
katalis/penghubung dan melalui kepemimpinan yang tangguh. NID
juga sangat dikenal sebagai Lembaga Penelitian Industri dan Sains
oleh Departemen Sains dan Teknologi, India.
Dimana kita bisa tiru dan kembangkan hal yang sama seperti
ini ? Indonesia secara kebetulan juga anggota G-15 seperti India.
Disamping itu, Indonesia juga ditunjuk dalam kerangka G-15
sebagai koordinator untuk pusat pengembangan UKM melalui CD-
SMEs (Center For Development of SMEs). CD-SMEs selama ini
telah mengembangkan sekitar 18 SME-Center bekerjasama dengan
BRI dan SMEDI (Small and Medium Entrepreneurship
Development Institute) yang ditujukan kepada pengembangan
kewirausahaan. SME-Center sebagai sarana business networking
yang banyak didukung Bank Rakyat Indonesia dan juga diperkuat
hardware dan softwarenya oleh pemerintah Korea melalui KOICA
tampak sudah menunjukkan kinerja lebih baik. Sedangkan SMEDI
yang belum banyak mendapat dukungan, tampak kurang
berkembang.
Data dari Badan Pusat Statistik soal jumlah penganggur menurut jenjang pendidikan
tinggi selama kurun 2004-2007 menunjukkan, pengangguran sarjana mencapai lebih
dari 50 persen jika dibandingkan dengan pengangguran lulusan diploma I/II dan
akademi/diploma III. Lebih dari 80 persen sarjana memilih bekerja sebagai buruh
atau karyawan, dan hanya sekitar 6 persen yang bekerja sendiri.
Menurut Hendarman, sekitar 1.500 dosen dari PTN dan PTS akan menjalani
pendidikan kewirausahaan tahun depan. ”Para dosen ini perlu diperkaya wawasan dan
pengalamannya dalam bidang kewirausahaan karena mereka akan menjadi fasilitator
mahasiswa dalam menjalankan pendidikan kewirausahaan di kampus,” ujanya.
”Pendidikan kewirausahaan di kampus ini tidak lagi berhenti pada teori-teori, tetapi
harus tahu bagaimana cara menjalankan kewirausahaan, dan mengalami sendiri
menjadi wirausahawan,” kata Antonius.
Sumber :
http://www.rumahilmuindonesia.net
Memulai Berwirausaha
Pengantar
Yang sering dikeluhkan oleh para mahasiswa ketika akan memulai
berwirausaha, harus memulai dari mana? Selain itu, sering kali mahasiswa bahkan
masyarakat umum, dijangkiti penyakit ‘jangan-jangan’ seperti ‘jangan-jangan saya
rugi’, ‘jangan-jangan tidak laku’ ketika akan memulai sebuah usaha. Selain itu,
muncul keraguan ‘waduh saingannya banyak’, bagaimana mungkin saya dapat
memenangkan persaingan?
Berikut ini akan disajikan langkah-langkah dalam memulai sebuah usaha
berdasarkan kerangka teoritik modul kuliah 3, 4, 5, 7, dan 8.
Hal ini sangat berbeda dengan ahli terapis untuk anak autis. Kenyataan
menunjukkan penderita autis meningkat di masyarakat, sementara layanan atau
terapis autis belum terlalu banyak. Keahlian khusus yang ‘langka’ akan dicari orang
tanpa mempertimbangkan aspek lokasi usaha.
Selain potensi diri dalam arti pengetahuan yang kita miliki, maka masih perlu
mengoptimalkan aspek motivasi dan kepribadian. Dalam modul kuliah 5
kharakteristik kewirausahaan dari perspektif Psikologi maka dapat diperoleh
gambaran ada beberapa kaharakteristik yang mendorong kesuksesan usaha dan yang
tidak. Oleh karenanya, sejauh mana potensi psikologis anda mampu dioptimalkan
dalam memulai sebuah usaha?
Sumber Pustaka
Salah satu program strategis yang akan dikembangkan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi mulai tahun 2008 ini adalah program kewirausahaan mahasiswa. Program ini
dimaksudkan untuk menjawab berbagai persoalan relevansi pendidikan tinggi yang
terjadi saat ini. Dikti juga melihat salah satu problem terberat juga adalah problem
ironi pendidikan Indonesia yang menunjukkan bahwa semakin lama seorang anak
bersekolah semakin tidak mandiri dia.
Opsi pengembangan kewirausahaan mahasiswa sebetulnya bukan tanpa preseden.
Beberapa kampus, institusi, dan pihak yang peduli akan urgensi kewirausahaan ini
sudah memulai bagaimana menjadikan kewirausahaan sebagai suatu budaya yang
menginternal pada setiap perguruan tinggi dan segenap civitas academika, terutama
mahasiswanya. Orientasi lulusan tidak lagi mencari kerja (job seeker), tapi
menciptakan lapangan kerja (job creator). Dalam konteks itulah, Dirjen Dikti, Dr.
Fasli Jalal pada Selasa (16/9) mengadakan pertemuan dengan Founder dan Chairman
Ciputra, Dr. Ir. Ciputra, model pengusaha yang sukses menapaki karirnya dari
wirausaha. Melalui University of Ciputra Enterpreneurshp centernya (UCEC) beliau
telah mengembangkan berbagai program pendidikan dan pelatihan kewirausahaan,
seperti CROWN dan Trusty Worthy.
Dalam pertemuan yang dihadiri seluruh eselon II dan III lingkungan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi itu, Bapak Ciputra memaparkan secara atraktif segala hal
yang terkait dengan kewirausahaan. Baginya sederhana, wirausahawan adalah
seseorang yang mampu mengubah sampah menjadi emas. Kompetensi kewirausahaan
ini baginya bukanlah ilmu magic yang tidak bisa dipelajari dan lembaga pendidikan
adalah tempat paling efektif untuk melakukan proses pembelajaran kewirausahan.
Menurut Ciputra ada tiga hal penting yang menjadi ciri pembeda seorang
wirausahawan yaitu pertama mampu menciptakan kesempatan (opportunity creator),
mampu menciptakan hal-hal atau ide-ide baru yang orisinil (innovator) dan berani
mengambil resiko dan mampu menghitungnya (calculated risk taker).
UKM di negeri ini hendaknya oleh bank, terutama di daerah/desa, tidak dipandang
"sebelah mata, dinilai merepotkan dan kalau mau utang tidak bisa membawa
dokumen jaminan dan sebagainya". Apa tidak ada pendekatan yang berbeda dengan
segala formalitas, meskipun akhirnya ada sedikit formalitas dari kalangan birokrasi
dan perbankan terhadap kebanyakan UKM?
Jiwa kewirausahaan itu merupakan suatu aspirasi terhormat (noble aspiration) dan
lazimnya dimulai dari tekad, imajinasi dan informasi para pengambil prakarsan.
Dalam kenyataan terdapat suatu konsensus umum tentang proses kewirausahaan,
yakni: 1. persepsi peluang-peluang baru demi pencapaian laba, 2. memberdayakan
sumber daya bisnis dan penciptaan organisasi yang tepat guna (viable) untuk secara
kompeten dan kredibel menggarap peluang peluang itu, dan 3. tanggap terhadap
perubahan-perubahan dalam peluang-peluang tersebut.
Motivasi berprestasi ini tidaklah merupakan bakat sejak lahir. Banyak dipengaruhi
oleh nilai-nilai sosio-kultural, kondisi lingkungan politis, geografis, infrastruktur,
serta ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menghadirkan
sejumlah hal baru dilandasi pendidikan formal dan "co-curriculum" yang membuka
daya pikir di luar format menghafal dan "multiple choice" (pilihan berganda). Berani
berpikir lebih dari yang standar alias "thinking outside the box".
Setiap pelaku UKM walaupun tidak secara eksplisit dinyatakan "apa lagi yang
menjadi visi ke masa depan sambil memperbaiki mutu kerja dalam operasi yang
ada?" Dalam benak pelaku UKM sebagai wirausahawan masa depan, apa pun
motivasinya yang berkesinambungan dengan mengindahkan nilai nilai sosial,
menghasilkan uang atau profit yang beretika. Kehormatan termasuk pengakuan
lingkungan yang terhitung "stakeholders" karena kerja keras dan cerdas,
keingintahuan (curiosity) dan tanggungjawab sosial (social responsibility). Mereka
terhitung yang memiliki cita cita atau hasrat mencapai yang lebih bermutu (they aim
high and of values).
Secara lebih spesifik sekalipun tidak secara eksplisit terungkap, motivasi berprestasi
berarti membangun kepribadian berbisnis dengan tetap mematuhi aturan (rule of law
dan bukan law of the ruler) tanpa sejumlah hambatan buatan oknum yang tidak
bermoral.
Dalam masyarakat kita, pelaku UKM banyak yang masih milik tunggal (single
ownership). Bentuk formal, seperti PT (Perseroan Terbatas), CV (Commanditaire
Vennotschap) mereka terapkan sesuai dengan skala operasi dan tumbuhnya bisnis.
Kepemilikan tunggal tidak terlalu memperhatikan perlunya manajemen dan
keputusan baik prinsipiil termasuk administrasi berada di tangan pemilik. Bentuk
formal koperasi sesuai Undang Undang (UU) Koperasi perlu diketahui dan dalam
perkembangan operasi unit koperasi dipahami gerak langkahnya demi anggotanya.
Apa yang dikenal sebagai "owner cum manager" dalam UKM swasta masih eksis
dalam masyarakat di negeri ini secara umumnya. Artinya, fungsi bisnis yang terkait,
seperti produksi, marketing, administrasi (belum dipakainya sistem akuntansi),
pembelanjaan (financing) dan kepegawaian (belum dipakainya istilah sumber daya
manusia). Sekalipun demikian, mayoritas UKM itu harus diperlakukan secara
terhormat sebagai agen pembangunan.
Apa ada yang gagal atau mengecil atau alih usaha? Tentu ada dan serangkaian sebab
kegagalan itu bersumber pada kekakuan berpikir dalam arti ketidakterbukaan untuk
hal hal baru sementara pesaing melaju dengan menggergoti pangsa pasar (market
sgment).
Tujuan pisau analisis semacam ini adalah untuk menguraikan dan membuka
persepsi/sikap pandang dengan memahami fenomena fenomena yang eksis atau yang
akan berkembang. Suatu pemahaman bervariasi dalam pengalaman masa lalu, kini
dan ke masa depan tidak hanya di perkotaan tapi di pedesaan termasuk mutu sumber
daya bisnis: manusia, keuangan, pemasaran dan proses produksi langsdung di
palangan akan memberi visi (insght) karena heteroginitas masyarakat pelaku
ekonomi dalam masing-masing lingkungan, sekali pun dengan landasan berbangsa
dan bernegara Indonesia.
Kenyataan bahwa UKM, khususnya yang kecil itu dipersepsikan oleh banyak
ekonom kita sebagai "sederhana", tidak berarti bahwa mereka menolak kemajuan
berpikir dan boleh kurang mau maju. Modernisasi operasi yang bukan westernisasi
operasi dengan peningkatan mutu pengetahuan dan ketrampilan untuk menggapai
peluang baru bukan kemustahilan.
Oleh karena itu, fungsi birokrasi pemerintahan setempat yang terjun kelapangan
hendaknya tidak mencurigai dan mempersulit dan menghambat dengan segala
macam aturan. Tapi, justru tanpa menghambat, memotivasi untuk berprestasi secara
lebih baik dengan tanpa kenal lelah.
COPYRIGHT © 2007
Kewirausahaan Sosial Juga Punya Misi Pecahkan
Masalah Sosial
19 Maret 2009
Laporan oleh: Anton Sumantri
[Unpad.ac.id, 19/03] Kewirausahaan sosial tidak hanya memberi ikan atau cara
memancing ikan. Kewirausahaan sosial bahkan tidak akan berhenti meski akhirnya
terjadinya industri perikanan. Kewirausahaan sosial tidak hanya usaha mencari laba
semata-mata, namun juga mempunyai misi untuk menyelesaikan persoalan sosial.
Jadi, kewirausahaan sosial perlu dicermati untuk menumbuhkembangkan bangsa ini.
Narasumber meyakinkan pentingnya menumbuhkembangkan wirausaha sosial di
Indonesia (Foto: Dadan T.)
Demikian dikatakan Pembantu Rektor IV Unpad, Prof. Dr. Tb. Zulrizka Iskandar,
S.Psi., M.Sc., ketika memberikan sambutan pada Seminar Internasional
Kewirausahaan Sosial yang diselenggarakan Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas
Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Unpad di Bale Rumawat Padjadjaran Kampus
Unpad, Jl. Dipati Ukur 35 Bandung pada Kamis (19/03).
Prof. Tb. Zulrizka mengatakan, Unpad kini mendorong mahasiswanya untuk tidak
hanya mencari pekerjaan, namun membuat lapangan kerja. Hal itu bisa terlihat dalam
beberapa usaha yang dilakukan Unpad. “Unpad mendidik para mahasiswanya
khususnya yang sedang dalam tingkat akhir untuk menjadi wirausahawan. Setelah
menjalani pendidikan dan pelatihan, mereka akan bisa membuat perencanaan bisnis
dan kemudian akan diberi modal secara bergulir sebagai stimulus”. Hal ini dilakukan
sebagai upaya menuju Unpad sebagai entrepreneur university.
Soni A. Lukmanulhaqim menambahkan, semangat membangun jiwa kewirausahaan
ini ditanggapi Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Unpad antara lain dengan adanya mata kuliah tentang kewirausahaan dan
mendorong mahasiswanya untuk menjadi wirausahawan sosial. Seminar
Internasional ini merupakan salah satu dari rangkaian acara Dies FISIP yang ke-50.
Sementara itu, Keith Davis mengatakan, Bandung diakui dunia sebagai kota kreatif
(creative city). Sedangkan Unpad sebagai institusi pendidikan yang memelopori dan
memberikan perhatian lebih terhadap kewirausahaan sosial dan kreativitas.
Sekda Kota Bandung, Edi Siswadi mengatakan, Indonesia merupakan negara yang
mempunyai potensi yang luar biasa. Namun kendala utama dalam pengelolaan
potensi tersebut ialah sumber daya manusia (SDM). Namun ia menambahkan,
sebenarnya SDM Indonesia jika dikelola dan diarahkan dengan baik maka akan
menghasilkan negara yang kuat. Hal ini tentunya didukung oleh pemerintah sebagai
regulator. Dengan membuat peraturan yang jelas, tegas dalam penegakannya dan
berpihak pada rakyat, niscaya Indonesia akan mengalami tahun-tahun keemasannya.
Sayangnya penduduk Indonesia tidak mendapatkan hal itu dengan maksimal. Bahkan
penduduk Indonesia cenderung konsumtif.
http://www.unpad.ac.id
Sekarang banyak perusahaan terkait bidang ini tumbuh di sekitar WUR, dan
sampai saat ini boleh dibilang terbilang cukup sukses. Kompleks Food Valley cukup
berkembang. Mahasiswa di bidang Life Science maupun Agricultural Engineering
diarahkan untuk mengambil kuliah - kuliah bisnis (bahkan untuk Agricultural
Engineering kuliah Technology, Innovation and Strategy adalah kuliah wajib).
Dalam kuliah ini saya tergabung dalam kelompok yang mendapat tugas membangun
rencana bisnis dan pemasaran bagi sebuah perusahaan Jepang yang ingin
membangun bisnis teknologi membran di Uni Eropa. Tugas kelompok ini tugas
dunia nyata, bukan sekadar simulasi. Kelompok lain mendapat tugas mengenai
rencana bisnis di sekitar Wageningen, seperti perusahaan - perusahaan di sekitar
Food Valley. Dengan mengerjakan tugas yang benar - benar nyata, tantangannya
serasa berbeda.
Selain itu, kalau dia ingin bekerja pada orang lain sesudah tamat, WUR juga
mempersiapan kuliah simulasi bernilai 12 ECTS (setara 8 SKS di Indonesia) terdiri
dari Pelatihan Konsultasi Akademik (Academic Consultancy Training-/ACT 9
ECTS) dan Pengembangan Skill (3 ECTS, berupa modul - modul praktis seperti
pengembangan karir, komunikasi interkultural, perencanaan proyek dan sebagainya),
yang umumnya wajib bagi sebagian besar program Master di WUR. Pelatihan
konsultasi Akademik ini adalah berupa pengerjaan proyek dunia nyata oleh
mahasiswa, umumnya berupa pengembangan bisnis atau teknologi tertentu. Proyek
ini disediakan dan dicari oleh WUR. Pemberi proyek turut memberi nilai, begitu juga
teman - teman anda sekelompok turut memberi nilai kepada anda. Di sini, para
mahasiswa master bukan hanya bersimulasi menjadi konsultan, tetapi juga proyek
yang dikerjakan umumnya langsung dicari WUR dari industri. Kemampuan
berinteraksi dalam sebuah kelompok yang anggotanya berasal dari berbagai negara,
mengerjakan proyek sesuai target dan tenggat waktu dan mengelola anggaran proyek
langsung diasah. Hal ini ditopang dengan internship wajib (24 ECTS atau setara 18
SKS) yang durasinya 4 bulan, yang bisa diganti dengan minor thesis kalau mau.
Untuk yang belum punya pengalaman kerja, kombinasi ACT dan magang
(internship) sangat bermanfaat untuk mengenal dunia kerja. Untuk yang sudah punya
pengalaman kerja, kemampuan berinteraksi dalam tim yang berasal dari berbagai
bangsa diasah. Selain itu, sebagian besar mata kuliah mempunyai tugas kelompok.
Dengan demikian, keahlian yang diasah dan dipersiapkan untuk mahsiswa bukan
hanya untuk siap berkembang (aspek teoretis, seperti umumnya sarjana), tetapi juga
siap kerja atau membuka lapangan kerja. Social skill dikembangkan secara rutin dari
awal kuliah sampai tamat.
Kita sering mendengar bahwa Universitas - Universitas terkenal seperti MIT dan
Stanford di Amerika hampir semua bergerak kepada pengembangan model ini. Siapa
yang tidak pernah dengar Silicon Valley. Membuat cluster khusus seperti Silicon
Valley atau Food Valley ini sangat bermanfaat baik bagi industri maupun universitas.
Nah, untuk ini, universitas harus menjalin hubungan yang kuat dan erat dengan
industri, dan all out dalam mempersiapkan mahasiswanya. Kalau koneksi kurang
kuat dengan industri, dari mana bahan untuk simulasi dunia nyata bagi mahasiswa?
Selain itu, tampil all out dengan mempersiapkan mahasiswanya baik yang ingin kerja
untuk orang lain maupun membuka lapangan kerja sendiri.
Sumber: http://muridkehidupan.blogdetik.com
Sumber: Kompas
Kata Ciputra, negara ini butuh para entrepreneurship yang sejati untuk membantu
pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat dan tidak hanya menjadi bangsa pekerja.
Karena saat ini lapangan kerja yang ada tidak lagi mampu menampung lulusan
perguruan tinggi yang jumlahnya jutaan setiap tahun.
Tak ayal, jiwa entrepreneurship di kalangan anak muda dinilai menjadi jalan keluar
untuk membuka lebih besar lapangan kerja. Di sisi lain, berkembangnya wirasusaha
muda di berbagai sektor mempunyai nilai tambah yang mampu meringankan beban
pemerintah mengatasi pengangguran.
Dia kembali menegaskan, upaya mengatasi masalah ketenagakerjaan, tidak ada cara
lain kecuali melahirkan wirausaha-wirausaha. Ini menjadi tantangan berat buat
Indonesia. "Dan pengusaha yang ada jangan melakukan pemutusan hubungan kerja,"
paparnya.
Penyerapan tenaga kerja, kata Ciputra tidak bisa hanya bergantung pada perusahaan
yang ada dan terlebih ditengah kondisi perekonomian yang memburuk serta
banyaknya perusahaan yang merumahkan karyawan dan potensi gulung tikar.
Setidaknya dibutuhkan 4,4 juta wirausaha sejati untuk membantu menyelesaikan
masalah tersebut.
Menurut Ciputra, seorang wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang dapat
mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Wirausaha sejati tidak hanya
mampu mengubah rongsokan jadi emas, tetapi juga dapat melahirkan wirausaha
sukses lainnya. "Di Eropa, kewirausahaan sudah populer 6-7 tahun lalu, sementara di
Amerika 30 tahun lalu. Pemerintah di negara-negara Eropa aktif membantu dan
menjadikan entrepreneur sebagai gerakan nasional," ungkapnya.
Menjadi seorang wirausaha muda yang sejati, dinilainya tidak pernah ada ruginya
dan selalu membawa manfaat bagi orang lain. Dia pun menceritakan pendek
pengalamannya menjadi wirausaha, di mana berkat semangat entrepreneurship yang
dimilikinya, dia mampu pertama kalinya keluar negeri hingga memiliki asset tanah
seluas 400 hektar di Vietnam.
Seakan tidak bosan, lelaki yang di juluki bapak real estate Indonesia ini, selalu
menganjurkan pentingnya menumbuhkan semangat wirausaha muda sejak dini dan
perlunya dorongan pemerintah untuk memfasilitasi mereka. Pasalnya bangsa yang
maju bukanlah dicetak dari bangsa pekerja, namun pencipta pekerja.
Sebagai gambaran, Ciputra yang biasa disapa Pak Cik ini mengawali karirnya
sebagai konsultan arsitektur bangunan yang hanya bermodalkan garasi sebagai
kantor utamanya. Alumnus Institut Teknlogi Bandung (ITB) jurusan arsitektur pada
tahun 1960 ini sudah merintis karirnya sejak duduk di tingkat IV semasa kuliah.
Selain merambah properti dalam negeri, Ciputra juga merambah properti luar negeri.
Di mana saat ini Grup Ciputra sedang mengembangkan Citra Westlake City seluas
400 hektar di Ho Chi Minh City Vietnam.
Sumber :
http://www.pojokberita.web.id
Dunia saat ini tengah berada dalam era globalisasi yang membawa setiap
negara di dalamnya masuk ke dalam persaingan ketat dan intensif. Karena itu, setiap
negara termasuk Indonesia dituntut untuk membangun daya saing yang kuat agar
tetap bertahan.
Pengusaha nasional dan pendiri Universitas Sahid (Usahid), Prof Sukamdani Sahid
Gitosardjono dalam kuliah umum di universitas swasta itu belum lama ini
mengatakan, salah satu kunci untuk meningkatkan daya saing adalah dengan
meningkatkan kewirausahaan, baik sisi kualitas maupun kuantitasnya. Menurut
mantan pegawai Kementerian Dalam Negeri yang telah sukses membangun Sahid
Group itu, universitas yang didirikannya 20 tahun lalu tersebut, menanamkan
semangat kewirausahaan kepada mahasiswanya sebagai dasar pondasi dan jati diri.
Dalam kuliah umum yang diselenggarakan khusus untuk menyambut mahasiswa
baru tahun ajaran 2008/2009 tersebut, Sukamdani menekankan bahwa kewirausahaan
memegang peranan yang sangat kuat dalam meningkatkan daya saing bangsa.
"Setiap individu dalam bangsa ini harus memiliki pemikiran yang jauh ke depan,
pola pikir bahwa wirausaha adalah nilai yang harus dimiliki oleh setiap bangsa yang
modern dan maju," kata Sukamdani yang 14 Maret lalu genap berusia 80 tahun.
Hasil pemantauan menunjukkan, AS pada tahun 2007 memiliki 11,5 persen wira-
usahawan, kemudian Singapura 7,2 persen. Sementara Indonesia pada tahun 2007
diperkirakan hanya mencapai 400.000 orang atau hanya 0.18 persen dari yang
seharusnya 4,4 juta wirausahawan.
Alasan mengapa jumlah wirausahawan menjadi sangat penting untuk sebuah bangsa,
seperti dituturkan Sukamdani adalah karena wira- usahawan unggul dalam kualitas.
Kehadiran mereka membuat perekonomian negara akan semakin sejahtera dan kuat.
"Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah negara untuk menjadi
sejahtera dan kuat, yaitu terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa,
kemudian memiliki sejumlah wirausahawan yang memiliki dedikasi atau pengabdian
tinggi terhadap bangsa dan negara. Selain itu, suatu negara yang kuat juga harus
memiliki ilmuwan-ilmuwan yang siap menyumbangkan atau mempersembahkan
hasil penelitiannya, sebagai komoditas yang berharga untuk pasar global," tuturnya.
Tiga komponen tersebut, imbuh Sukamdani, harus dimiliki oleh rakyat Indonesia dan
tertanam dalam jiwa dan watak mereka. Dengan demikian, rasa bangga akan dimiliki
oleh segenap bangsa Indonesia.
Beberapa alasan yang diindikasikan oleh Sukamdani tentang kewirausahaan yang
belum berkembang di Indonesia adalah, karena budaya wirausahawan yang juga
belum mengakar dalam setiap masyarakat Indonesia terutama para kaum muda.
Mayoritas masyarakat Indonesia, masih berada dalam struktur dan alam pikiran
agraris.
"Nilai agraris pada umumnya masih didominasi oleh nilai-nilai yang lebih
bergantung pada alam daripada bertumpu pada kemampuan sendiri seperti
kemampuan inovasi dan kepandaian mengadopsi," ujarnya.
Selain itu, profesi wira- usahawan di Indonesia masih dianggap sebagai profesi yang
kurang terhormat. Budaya atau pemikiran masyarakat pada kenyataannya lebih
memandang profesi sebagai pegawai pemerintahan atau pegawai swasta sebagai
profesi yang lebih pantas dan terhormat, bukan sebagai pedagang.
"Masyarakat Indonesia masih cenderung mencari gaya bekerja dengan zona nyaman,
sementara budaya itu sangat bertolak belakang dengan budaya seorang wirausa-
hawan yang menuntut semangat yang pantang menyerah, berani mengambil risiko,
kreatif, dan inovatif," kata Sukamdani.
Di samping itu, pembangunan kewirausahaan juga tidak lepas dari peran Kamar
Dagang dan Industri (Kadin) yang pada tahun 2005 yang mengungkapkan bahwa
keberhasilan pembangunan kewirausahaan ternyata tidak lepas dari peran serta
swadaya masyarakat. Peran serta masyarakat ternyata menjadi kunci penting dalam
membangun kewirausahaan yang berdaya saing global.
Masih banyak pula yang harus dikembangkan dan dibenahi dalam menciptakan
swadaya pembangunan kewirausahaan. Misalnya, dalam sistem pendidikan
kewirausahaan. Masih banyak yang harus ditingkatkan, misalnya kurangnya minat
para wira- usahawan sukses untuk mengajar, lalu kurikulum kewirausahaan yang
dianggap kurang menarik dan lebih indoktrinatif, mental pengajar yang formal dan
sekadar menyelesaikan sejumlah minggu pertemuan, dan kurang terciptanya pusat-
pusat pelatihan kewirausahaan.
"Seharusnya, nilai dan semangat yang dimiliki oleh masyarakat etnis Tionghoa
dalam berwirausaha ini dapat ditularkan dan dicontoh oleh masyarakat Indonesia.
Misalnya, dengan belajar dari pengalaman negara yang telah sukses dengan
kewirausahaannya," ujar mantan ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Indonesia ini.
Dalam bukunya yang berjudul Wirausaha Mengabdi Pembangunan pada tahun 2001,
jelas tergambar bagaimana Sukamdani membuat sejarah, mulai dari seorang pegawai
pemerintahan pada tahun 1952 hingga menjadi pencipta peluang kerja dengan
mendirikan perusahaan percetakan dari seorang pejuang nasional menjadi seorang
wirausahawan nasional.
Sumber :http://alumnifatek.forumotion.com
Oleh senity
Bila kita saat ini sangat tergantung pada impor bahan pangan, sudah saatnya
kita menjadi eksportir bahan pangan seperti era swasembada dulu. Bila kita saat ini
tergantung pada pasokan produk BBM dari luar, maka sekaranglah saatnya kita
merintis jalan untuk memiliki produk-produk BBM yang sepenuhnya bergantung
pada potensi lokal. Inilah saatnya kepada kita untuk melecut kemandirian!
Memandirikan bangsa ini tidak lain tidak bukan dengan memanfaatkan sebaik
mungkin potensi ekonomi yang ada di sekeliling kita. Kemandirian—di era
kapitalisme saat ini—sangat erat dengan kepemilikan kapital yang cukup untuk bisa
berbuat lebih dan lebih memberdayakan. Jadi, singkatnya kita harus mewujudkan
sebuah masyarakat yang kaya, memiliki kapital besar dan relatif terdistribusi dengan
baik di seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat yang kaya tersebut bukan hanya
terkonsentrasi di satu lini sosial saja, tetapi merata dari semua lini.
Untuk mengantisipasi hal itu semua maka kita harus memaknai 100 tahun
Kebangkitan Nasional kali ini dengan sebuah gerakan moral untuk membangkitkan
kewirausahaan. Mengapa? Hanya kewirausahaan yang mampu menciptakan
masyarakat-masyarakat kaya sekaligus mendistribusikan pendapatan lebih besar dan
lebih banyak.
Tak percaya? Coba Anda tanyakan kepada kelas mahasiswa yang sekarang
tengah giatnya berkuliah, dari 10 orang yang Anda tanya mungkin hanya 2-3 orang
saja yang berani secara terbuka mengatakan akan menjadi wirausaha sebagai pilihan
masa depan mereka.
Membangkitkan kewirausahaan di Indonesia membutuhkan sebuah momentum
revolusioner. Jika momentum ini tidak diambil oleh pemerintah sebagai leading
sector, ada baiknya berbagai komunitas kewirausahaan yang saat ini mulai tumbuh
berjamuran mengambil peranan tersebut.
"Semula apa yang saya lakukan hanyalah tuntutan untuk memenuhi misi dan
cita-cita pribadi saya," katanya. Namun, ternyata yang dilakukannya lebih dari
sekadar mewujudkan impian karena terbukti mampu mengangkat kain tradisional ke
tingkat internasional dengan melibatnya banyak orang dalam prosesnya.
Sementara itu, Mahrizal Paru sukses memenangkan Champion Asian Young
Leaders Climate Forum. Pria kelahiran Aceh itu membangun komunitas perkebunan
cokelat di Pidi, Aceh. Usaha itu menghasilkan 700 ribu dolar AS per tahun bagi 182
anggota desa yang kesulitan mencari kerja selama konflik. Upayanya sekaligus
melindungi 280 ha hutan hujan yang sebelumnya menjadi sasaran para penjarah.
"Keluarga saya bisa membiayai pendidikan saya. Tetapi saya ingin melihat
generasi yang lebih muda bisa mendapatkan hasil yang sama dari kakao dan sama
beruntungnya dengan saya," katanya. -ant
Sumber : http://www.pojokberita.web.id
Sejauh mana korelasi strategi bisnis, strategi marketing dengan ekuitas merek
yang dibangun dari ciri sebuah logo? Betapa hebatnya strategi bisnis Garuda
Airways dimata saya sewaktu saya masih SMP, karena orangtua saya pernah bilang
Logo itu senilai 1 milyar di tahun 80-90-an.Dalam hati saya, seberapa hebat sebuah
logo?
Di tahun 80-an saya begitu bangga dengan Celana Jin saya yang warna biru.
Bangga bukan karena warna dan style yang menawan, namun karena celana jin saya
dibelakangnya ada tempelan logo merek “TIRA”. Strategi bisnis dan strategi
marketing yang dibangun dengan pencitraan logo yang begitu besar di setiap produk
celananya cukup membuat saya percaya diri, saat kemana-mana dengan merek itu.
Maklum seumuran itu.
Setelah 2 tahun saya baru tahu ternyata celana merek TIRA yang saya pakai
adalah tiruan yang 99% benar-benar mirip, dan dibuat oelh sekelompok wirausaha
wan dari Tangerang. PErtanyaannya, apakah celana jin langsung saya buang??
Tidak saya tetap memakainya dengan bangga, walaupun dibuat bukan dari pabrikan
namun dari wirausaha wan kecil, namun merek yang melekat dibelakang masih tetap
melekat. dan 99% mirip.
Keluarga pernah saya tes dengan menukar isi sebuah produk ayam goreng
produk waralaba internasional seharga 21ribu dengan yang seharga 8 ribu dari
wirausaha wan biasa. Dos tetap yang ayam goreng mahal, namun isi sya ganti denga
ayam yang 8 ribu milik wirausaha wan yg tetangga saya. Setelah makan, saya coba
tanya apakah enak?. Jawabnya iya. Kemudian, baru esok paginya keluarga saya
kasih info bahwa ayam itu ditukar. Apa jawab keluarga?? Ah masak, enaknya sama
kok sambil tidak percaya.
Saya hanya terdiam, celana jin saya yang palsupun tidak mempengaruhi,
apalagi ayam goreng pinggir jalan pun tidak masalah, yang penting logo yang
melekat itu mampu mencitrakan nilai-nilai tertentu.
Logo atau merek sudah saatnya menjadi bagian dari strategi bisnis dan unsur-
unsur wirausaha anda, sehingga seirama antara membangun kerajaan bisnis atau
wirausaha anda dengan membangun persepsi pelanggan terhadap merek. Setidaknya
kita tahu kalau bicara soal Kartu Perdana XL maka yang terbayang adalah huruf XL
warna Hijau Putih background biru seperti dalam banyak iklan2 di TV dan Baleho.
Sumber : http://ipan.web.idpage2
Kewirausahaan saat ini menjadi aspek pendukung reformasi bisnis lokal dan
nasional yang skala pertumbuhannya mudah meningkat dan mudah menurun, bahkan
secara praktikal boleh dikatakan bisa cepat untung dan cepat rugi.
Memahami secara kontekstual dan strategi bukan saja bagaimana produk itu
mempunyai nilai tambah dan dibuat. Namun perlunya pemahaman akan kebutuhan
masyarakat akan produk tersebut, baik secara frekuensi, kuantitas, bentuk/jenis dan
kualitasnya. Pemahaman usaha juga berkaitan terhadap sarana dan prasarana misal
lokasi usaha, info usaha, kondisi kelengkapan usaha. Misal saya ambil contoh,
seorang ibu yang pandai sekali memasak belum tentu berhasil dalam usaha rumah
makan karena bisnis tidak saja tentang pemahaman proses produksi saja. Misal lagi,
tempat usaha yang disewa ratusan juta belum tentu akan membawa keberhasilan
usaha, jika tidak mempunyai kedekatan pasar dan kemudahan akses (akses berbasis
jangkauan fisik dan teknologi). Kedekatan lokasi dengan sumber bahan baku/sumber
produksi juga menjadi bagian penting karena dapat mengefisiensikan biaya
transportasi dan produksi.
Pengadaaan bahan baku tidak serta merta sepreti logika membeli bahan baku
cabe, daging dalam rumaha makan atau logika semen, besi dalam usaha bangunan,
tetapi lebih kepada bagaimana bahan baku diperlakukan. Banyak pebisnis yang baru
membuka usaha membeli bahan baku sebanyak mungkin namun tidak dengan
pemahaman bagaimana bahan baku dipelihara, serta pemahaman frekuensi
penggunaan bahan baku harian, mingguan dan permintaan masyarakat .Contoh lain
lagi, pemahaman sarana, banyak pengusaha dalam bidang digital printing membeli
alat jutaan bahkan ratusan juga impor, namun tidak paham bagaimana memelihara
dan antisipasi hariannya secara rutin dan strategis, sehingga keseringan rusak
menimbulkan ketergantungan teknisi dari luar kota dan luar negeri, membuat usaha
macet ketika alat rusak. Sehingga banyak order yang di batalkan, pelanggan pun lari.
Padahal ada beberapa penyedia sarana digital printing yang memberikan layanan
garansi secara pasti sampai ke mendatangkan teknisinya dari China sana, walau
harga lebih mahal, ini semua hasil studi kasus di pebisnis digital printing di Yogya.
Wirausaha-wan yang baik memahami modal tidak saja uang. Sehingga kredit
yang membabi buta ke bank-bank bukan salah satu solusi tunggal, apalagi
mengambil kredit maksimal dari plafon jaminannya, yang tidak diperhitungkan dari
kebutuhan operasional. Pengusaha mikro banyak menjadi kan kredit sebagai expansi
produksi dan pra investasi. Tidak akurasi dalam memperhitungkan kebutuhan
suntikan modal dengan kemampuan bayar bulanan dan skala likuditas nya.
Likuiditasnya misal apakah pelanggan anda selalu cash membayar atau menunda-
nunda pembayaran. Dengan kata lain, ketika anda memgajukan kredit ke bank, tentu
andapun juga harus hati-hati dalam memberikan kredit atau pending payment
kepada pelanggan anda, pilah-pilah mana yang tertib dan tidak,lali tentukan sikap
skala prioritasnya.
Sukses selalu
KATA PENGANTAR
Pertama penyusun panjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat RahmatNyalah penyusun dapat menyelesaikan tugas kliping
kewirausahaan ini tepat pada waktunya.
Kliping tentang kewirausahaan ini dibuat untuk melengkapi tugas dari mata
kuliah Kewirausahaan. Dimana materi dari kliping ini diambil dari berbagai sumber
baik dari media cetak mapun internet yang berkaitan dengan kewirausahaan.
Semoga kliping ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu didalam penyelesaian tugas
ini.
Penyusun