You are on page 1of 182

PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS

PETUNJUK MELALUI THE REAL THINGS MEDIA


DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF
KREATIF EFEKTIF MENYENANGKAN
PADA SISWA KELAS VIII-E SMP 1 KERSANA
KABUPATEN BREBES TAHUN AJARAN 2006/2007

SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh
Nama : Deni Kurnia Rahayu
NIM : 2101403005
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
SARI

Rahayu, Deni Kurnia. 2007. Peningkatan Kompetensi Menulis Petunjuk melalui


the Real Things Media dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif
Efektif Menenangkan pada Siswa Kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kabupaten
Brebes Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I: Dr. Subyantoro, M.Hum., Pembimbing II: Drs. Wagiran,
M.Hum.
Kata kunci: Kemampuan menulis petunjuk, the real things media, pendekatan
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengerjakan dan melaksanakan


sesuatu dipandu oleh petunjuk tertulis agar aktivitas tersebut berjalan dengan baik.
Penulisan petunjuk yang baik memudahkan pembaca dalam melakukan apa yang
dicantumkan didalamnya. Oleh karena itu, semakin banyak berlatih menulis
petunjuk, semakin besar kemungkinan untuk dapat menguasi keterampilan
tersebut.
Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru bidang studi
bahasa dan sastra Indonesia, keterampilan menulis petunjuk siswa kelas VIII-E
SMP 1 Kersana masih rendah. Rendahnya keterampilan siswa ini disebabkan oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terlihat pada kurangnya
motivasi pada diri siswa, kesulitannya menuangkan ide untuk menulis petunjuk,
dan akhirnya tulisan mereka kurang variatif. Faktor eksternal muncul dari
pemilihan strategi dan teknik yang digunakan guru. Penggunaan the real things
media menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
Menyenangkan diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah dari faktor-faktor
tersebut. Selain itu, juga dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan
keterampilan menulis petunjuk siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kabupaten
Brebes.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: (1) bagaimana
peningkatan kemampuan menulis petunjuk pada siswa kelas VIII-E SMP Negeri 1
Kersana Kabupaten Brebes setelah diterapkan pendekatan Pembelajaran Aktif
Kreatif Efektif Menyenangkan melalui the real things media dan (2)
bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VIII-E SMP Negeri 1 Kersana
Kabupaten Brebes setelah diterapkan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif
Efektif Menyenangkan melalui the real things media.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu siklus I dan
siklus II. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis petunjuk pada siswa kelas VIII-
E SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes sebanyak 42 responden. Pengambilan data
dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data berupa pedoman
observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Analisis data tes dilakukan
secara kuantitatif, sedangkan analisis data nontes dilakukan secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis
petunjuk setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan the real things

i
media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan.
Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan pada siswa kelas VIII-E
SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes yang meliputi tes siklus I dan tes siklus II.
Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,99 atau sebesar 68,99%. Pada
siklus II meningkat sebesar 10,20% dari rata-rata siklus I yaitu menjadi 79,19.
Peningkatan ini membuktikan keberhasilan pembelajaran menulis petunjuk
dengan penggunaan the real things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif
Kreatif Efektif Menyenangkan. Peningkatan keterampilan menulis petunjuk ini
diikuti dengan perubahan perilaku siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana. Perilaku
siswa mengalami perubahan menjadi lebih baik. Pada siklus II siswa terlihat lebih
antusias mengikuti pembelajaran dan lebih tertarik terhadap pola pembelajaran
yang diterapkan guru. Selain itu, siswa juga terlihat lebih aktif dan bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran.
Saran yang dapat diberikan yaitu: (1) guru mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia hendaknya menggunakan the real things media melalui
pendekatan PAKEM pada pembelajaran menulis petunjuk karena dengan
pembelajaran ini terbukti dapat mendorong siswa untuk aktif berpikir dan
berusaha mengalami serta membangun sendiri pengetahuan dan informasi yang
mengaitkannya ke dunia nyata siswa. Dengan pendekatan Pembelajaran Aktif
Kreatif Efektif Menyenangkan suasana belajar menjadi lebih hidup, aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan serta siswa merasa terhibur ketika mempraktikan
sendiri petunjuk yang mereka buat. Selain itu, penggunaan the real things media
dalam pembelajaran menulis petunjuk merupakan alternatif pembelajaran yang
menyenangkan. Hal ini dikarenakan siswa mendapat pengetahuan dan
pengalaman yang utuh, lengkap, dan langsung yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan dari hasil menemukan
sendiri gambaran kenyataan sepenuhnya. Hal ini menyebabkan tidak
menimbulkan kesan yang salah terhadap petunjuk yang ditulis. Siswa dapat
menuliskan urutan yang benar sesuai pengalaman yang diperolehnya lewat belajar
melalui berbuat di dalam kelas. Jadi kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam
menulis petunjuk seperti tata urutan penulisan tidak terbalik lagi, petunjuk jelas,
tidak mengalami hambatan dalam menuangkan ide, serta pengetahuan dan
pengalaman didapat langsung dalam pembelajaran menulis petunjuk. Pengalaman
belajar seperti ini mungkin tidak biasa terjadi di kelas-kelas konvensional; dan (2)
para peneliti dalam bidang pendidikan maupun bahasa, dapat melakukan
penelitian lanjutan dari penelitian ini dengan pola pembelajaran yang berbeda
untuk mengembangkan khazanah ilmu bahasa dan meningkatkan kualitas
pendidikan bangsa Indonesia.

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi.

Semarang, 24 Juli 2007

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Subyantoro, M.Hum. Drs. Wagiran, M.Hum.

NIP 132005032 NIP 132050001

iii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

pada hari: Kamis

tanggal: 23 Agustus 2007

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Rustono Drs. Mukh. Doyin, M.Si.


NIP 131281222 NIP 132106367

Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Tommi Yuniawan, S.Pd., M.Hum. Drs. Wagiran, M.Hum. Dr.Subyantoro, M.Hum.


NIP 132238498 NIP 132050001 NIP 132005032

iv
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 23 Agustus 2007

Deni Kurnia Rahayu

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

1. What God knows about me is more important than what people think about

me (Apa yang Tuhan ketahui tentang aku merupakan hal yang lebih penting

daripada apa yang orang lain pikirkan tentang aku-Deni).

2. Pasrah, bukanlah kepasifan tanpa upaya (Deni).

3. Hidup adalah gema dari dirimu sendiri. Ia akan mengembalikan padamu apa

saja yang kau lakukan dan katakan (Deni).

Terkhusus kupersembahkan untuk:

1. Allah SWT, penuntun hidupku-pembimbing jalanku, kiranya Engkau masih

menyayangiku.

2. Ayah dan ibu, yang senantiasa berdoa lahir dan batin, sebagai lentera

penyejuk jiwa dan “pamong” yang selalu kuhormati dan kubanggakan.

3. Kakakku Wahyu, kembaranku Esti, adikku Tyo dan Indha, semoga

keselamatan, kesejahteraan, dan kesuksesan selalu menyertai.

4. Alm. H.T. Soleman, Eyang kakungku yang semangatnya masih tetap hidup.

5. Aku, atas kesabaran, perjuangan, dan pengorbananku untuk skripsi ini.

6. Imamku, yang masih menjadi rahasia-Mu.

vi
PRAKATA

Segala puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang atas karunia, hidayah, dan lindungan-Nya karena

penulis masih diberikan kekutan dan petunjuk untuk menyelesaikan skripsi

dengan judul Peningkatan Kompetensi Menulis Petunjuk melalui the Real Things

Media dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan

pada Siswa Kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kebupaten Brebes Tahun Ajaran

2006/2007, dengan baik.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, motivasi, dan fasilitas yang

diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Rustono, M.Hum., dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Negeri Semarang, yang telah memberikan izin penelitian untuk menyusun

skripsi ini;

2. Drs. Mukh Doyin, M.Si., ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan

arahan dan izin penelitian kepada penulis;

3. Dr. Subyantoro, M.Hum., dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;

4. Drs. Wagiran, M.Hum., dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;

vii
5. Dosen jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan ilmu dan pengalaman

yang sangat berharga kepada penulis;

6. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru bahasa Indonesia kelas VIII-E,

dan siswa kelas VIII-E SMP Negeri 1 Kersana Kabupaten Brebes, yang telah

memberikan izin dan bantuannya kepada penulis;

7. Mas Burhan Untoro Dwi Putra, yang selalu memberi semangat dan dorongan

dengan segenap jiwa raga.

8. Sahabat-sahabatku: Kaozal, 3Angels (Rina, Iin, & Deden), Virna, Indah Nur

Ikhsani, Dewi Nurul, Vita, F4 (Ice Tea, Pinky, Itha, Artin), Asoy Geboy (Idol,

Sayur, Yati, Ade); terima kasih atas energi, waktu, dan keindahan yang

memberi warna dalam hidupku. Semoga Allah senantiasa menjaga

persahabatan yang indah ini.

9. Teman-teman PBSI angkatan ’03 (kelas reguler), genk Kisyut (KKN desa

Banjarlor), dan teman-teman PPL SMP N 40 Semarang, terima kasih kalian

telah mengajarkan arti kebersamaan.

10. Semua pihak dan instansi yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang

membaca dan dapat menjadi sumbangan bagi dunia pendidikan.

Semarang, 23 Agustus 2007

Penulis

viii
DAFTAR ISI

SARI................................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................... iii

PERNYATAAN............................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

PRAKATA....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv

DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii

DAFTAR DIAGRAM...................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 12

1.3 Pembatasan Masalah .................................................................................. 14

1.4 Rumusan Masalah ...................................................................................... 15

1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 15

1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 15

ix
BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Pustaka............................................................................................ 17

2.2 Landasan Teoretis ...................................................................................... 22

2.2.1 Keterampilan Menulis............................................................................. 22

2.2.1.1 Hakikat Menulis ................................................................................... 22

2.2.1.2 Tujuan Menulis .................................................................................... 25

2.2.1.3 Fungsi Menulis..................................................................................... 26

2.2.1.4 Manfaat Menulis .................................................................................. 27

2.2.1.5 Tahap-tahap Menulis............................................................................ 29

2.2.1.6 Ciri-ciri Tulisan yang Baik................................................................... 33

2.2.2 Manfaat Petunjuk .................................................................................... 35

2.2.2.1 Hakikat Petunjuk.................................................................................. 35

2.2.2.2 Syarat-syarat Petunjuk yang Baik ........................................................ 36

2.2.2.3 Kalimat Efektif..................................................................................... 37

2.2.3 Pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan

(PAKEM) ................................................................................................ 40

2.2.3.1 Pengertian PAKEM.............................................................................. 41

2.2.3.2 Prosedur PAKEM ................................................................................ 45

2.2.3.3 Prinsip Belajar Siswa Aktif.................................................................. 47

2.2.4 The Real Things Media ........................................................................... 48

2.2.4.1 Hakikat Media Pembelajaran ............................................................... 48

2.2.4.2 Pengertian the Real Things Media ....................................................... 51

x
2.2.5 Penerapan Pendekatan PAKEM melalui the Real Things Media

dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk................................................... 54

2.3 Kerangka Berpikir...................................................................................... 56

2.4 Hipotesis Tindakan .................................................................................... 59

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian........................................................................................ 60

3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 60

3.2.1 Variabel Peningkatan Kemampuan Menulis Petunjuk ........................... 61

3.2.2 Variabel Penggunaan Pendekatan PAKEM melalui the Real Things

Media ....................................................................................................... 61

3.3 Desain Penelitian........................................................................................ 62

3.3.1 Proses Pelaksanaan Tindakan Siklus I .................................................... 63

3.3.1.1 Perencanaan.......................................................................................... 63

3.3.1.2 Tindakan............................................................................................... 64

3.3.1.3 Observasi.............................................................................................. 65

3.3.1.4 Refleksi ................................................................................................ 66

3.3.2 Proses Pelaksanaan Tindakan Siklus II................................................... 67

3.3.2.1 Perencanaan.......................................................................................... 67

3.3.2.2 Tindakan............................................................................................... 67

3.3.2.3 Observasi.............................................................................................. 68

3.23.2.4 Refleksi .............................................................................................. 69

3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................. 70

xi
3.4.1 Tes ........................................................................................................... 70

3.4.2 Nontes ..................................................................................................... 72

3.4.2.1 Pedoman Observasi.............................................................................. 72

3.4.2.2 Jurnal .................................................................................................... 73

3.4.2.3 Pedoman Wawancara ........................................................................... 73

3.4.2.4 Dokumentasi (foto) .............................................................................. 74

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................. 74

3.5 Teknik Pengambilan Data .......................................................................... 75

3.5.1 Teknik Tes............................................................................................... 75

3.5.2 Teknik Nontes ......................................................................................... 76

3.5.2.1 Pedoman Observasi.............................................................................. 76

3.5.2.2 Jurnal .................................................................................................... 76

3.5.2.4 Wawancara........................................................................................... 76

3.5.2.4 Dokumentasi ........................................................................................ 77

3.6 Teknik Analisis Data.................................................................................. 78

3.6.1 Teknik Kuantitatif ................................................................................... 78

3.6.2 Teknik Kualitatif ..................................................................................... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 80

4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I .......................................................................... 80

4.1.1.1 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kejelasan Petunjuk ...................... 84

4.1.1.2 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tata Urutan Petunjuk................... 86

xii
4.1.1.3 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Keefektifan Kalimat .................... 89

4.1.1.4 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda

Baca...................................................................................................... 91

4.1.1.5 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kesesuaian Bahasa yang

Digunakan dengan Sasaran Petunjuk ................................................... 94

4.1.1.6 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tampilan Petunjuk ...................... 96

4.1.2 Hasil Penelitian Nontes Siklus I.............................................................. 99

4.1.2.1 Hasil Observasi .................................................................................... 99

4.1.2.2 Hasil Jurnal Siswa ................................................................................ 101

4.1.2.3 Hasil Jurnal Guru ................................................................................. 103

4.1.2.4 Hasil Wawancara ................................................................................. 105

4.1.2.5 Hasil Dokumentasi (foto)..................................................................... 107

4.1.3 Refleksi Hasil Penelitian Siklus I............................................................ 113

4.1.4 Hasil Penelitian Tes Siklus II.................................................................. 114

4.1.4.1 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kejelasan Petunjuk ...................... 119

4.1.4.2 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tata Urutan Petunjuk................... 121

4.1.4.3 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Keefektifan Kalimat .................... 123

4.1.4.4 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda

Baca....................................................................................................... 126

4.1.4.5 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kesesuaian Bahasa yang

Digunakan dengan sasaran Petunjuk.................................................... 128

4.1.4.6 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tampilan Petunjuk ...................... 130

4.1. 5 Hasil Nontes siklus II ............................................................................. 132

xiii
4.1.5.1 Hasil Observasi .................................................................................... 132

4.1.5.2 Hasil Jurnal Siswa ................................................................................ 135

4.1.5.3 Hasil Jurnal Guru ................................................................................. 138

4.1.5.4 Hasil Wawancara ................................................................................. 139

4.1.5.5 Hasil Dokumentasi (foto)..................................................................... 141

4.1.6 Refleksi Hasil Penelitian Siklus I............................................................ 147

4.2 Pembahasan................................................................................................ 148

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan .................................................................................................... 156

5.2 Saran........................................................................................................... 157

Daftar Pustaka .................................................................................................. 159

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas ..................................................... 63

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Skor Penilaian ................................................................................ 70


Tabel 2 : Kriteria Penilaian Menulis Petunjuk ............................................. 71
Tabel 3 : Penilaian Tiap Aspek Kemampuan Menulis Petunjuk.................. 72
Tabel 4 : Penilaian Keterampilan Menulis Petunjuk .................................... 72
Tabel 5 : Hasil Tes Kemampuan Menulis Petunjuk Siklus I........................ 81
Tabel 6 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Kejelasan
Petunjuk......................................................................................... 84
Tabel 7 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Kejelasan
Petunjuk ........................................................................................ 85
Tabel 8 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Kejelasan
Petunjuk......................................................................................... 85
Tabel 9 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Tata Urutan
Petunjuk......................................................................................... 87
Tabel 10 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Tata Urutan
Petunjuk......................................................................................... 87
Tabel 11 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Tata
Urutan Petunjuk............................................................................. 88
Tabel 12 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Keefektifan
Petunjuk......................................................................................... 89
Tabel 13 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Keefektifan
Petunjuk......................................................................................... 90
Tabel 14 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek
Keefektifan Petunjuk..................................................................... 90
Tabel 15 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Penggunaan
Ejaan dan Tanda Baca ................................................................... 91
Tabel 16 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Penggunaan
Ejaan dan Tanda Baca ................................................................... 92
Tabel 17 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Penggunaan
Ejaan dan Tanda Baca ................................................................... 93
Tabel 18 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek
Kesesuaian Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk.... 94
Tabel 19 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Kesesuaian Bahasa
yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk ................................... 95
Tabel 20 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Kesesuaian
Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk....................... 95
Tabel 21 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Tampilan
Petunjuk......................................................................................... 97
Tabel 22 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Tampilan
Petunjuk......................................................................................... 97
Tabel 23 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Tampilan
Petunjuk......................................................................................... 98
Tabel 24 : Hasil tes Kemampuan Menulis Petunjuk Siklus II........................ 116
Tabel 25 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Kejelasan
Petunjuk......................................................................................... 119

xvi
Tabel 26 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Kejelasan
Petunjuk......................................................................................... 120
Tabel 27 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Kejelasan
Petunjuk......................................................................................... 120
Tabel 28 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Tata Urutan
Petunjuk......................................................................................... 121
Tabel 29 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Tata Urutan
Petunjuk......................................................................................... 122
Tabel 30 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Tata
Urutan Petunjuk............................................................................. 122
Tabel 31 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Keefektifan
Petunjuk......................................................................................... 124
Tabel 32 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Keefektifan
Petunjuk......................................................................................... 124
Tabel 33 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek
Keefektifan Petunjuk..................................................................... 125
Tabel 34 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Penggunaan Ejaan
dan Tanda Baca ............................................................................. 126
Tabel 35 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek
Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca............................................... 127
Tabel 36 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek
Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca............................................... 127
Tabel 37 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Kesesuaian
Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk....................... 128
Tabel 38 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Kesesuaian Bahasa
yang Digunakan dengan Petunjuk................................................. 129
Tabel 39 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek
Kesesuaian Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk.... 130
Tabel 40 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Tampilan
Petunjuk......................................................................................... 130
Tabel 41 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Tampilan
Petunjuk......................................................................................... 131
Tabel 42 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Tampilan
Petunjuk......................................................................................... 131

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Guru Melakukan Stimulus-respon terhadap Siswa Siklus I ...... i


Gambar 2 : Kegiatan Siswa Mengamati Media Pembelajaran pada
Siklus I ................................................................... 109
Gambar 3 : Kegiatan Siswa Berinteraksi dengan Media Pembelajaran
Siklus I ................................................................... 110
Gambar 4 : Kegiatan Menulis Petunjuk Sambil Mempraktikan Petunjuk
pada Siklus I ................................................................... 111
Gambar 5 : Kegiatan Menulis Petunjuk Siklus I........................................... 112
Gambar 6 : Kegiatan Wawancara Siklus I .................................................... 112
Gambar 7 : Guru Melakukan Stimulus-respon terhadap Siswa Siklus II ..... 142
Gambar 8 : Kegiatan Siswa Mengamati Media Pembelajaran pada
Siklus II ................................................................... 143
Gambar 9 : Kegiatan Siswa Berinteraksi dengan Media Pembelajaran
Siklus II ................................................................... 144
Gambar 10 : Kegiatan Menulis Petunjuk Sambil Mempraktikan Petunjuk
pada Siklus II ................................................................... 145
Gambar 11 : Kegiatan Menulis Petunjuk Siklus II ......................................... 146
Gambar 12 : Kegiatan Wawancara Siklus II................................................... 146

xviii
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1: Diagram Garis Hasil Tes Siswa dalam Menulis Petunjuk


Siklus I .......................................................................................... 82
Diagram 2: Diagram Lingkaran Hasil Tes Siswa dalam Menulis Petunjuk
Siklus I………………................................................................... 83
Diagram 3: Diagram Garis Hasil Tes Siswa dalam Menulis Petunjuk
Siklus I .......................................................................................... 117
Diagram 4: Diagram Lingkaran Hasil Tes Siswa dalam Menulis Petunjuk
Siklus I………………................................................................... 118

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II ..................... 162


Lampiran 2 : Pedoman Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II ........................... 163
Lampiran 3 : Pedoman Jurnal Guru Siklus I dan Siklus II ............................ 165
Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Siklus I dan Siklus II ............................. 166
Lampiran 5 : Pedoman Dokumentasi (foto) Siklus I dan Siklus II ................ 167
Lampiran 6 : Pedoman Instrumen Tes Menulis Petunjuk Siklus I
dan Siklus II……… ................................................................... 167
Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Petunjuk
Siklus I………………….. ......................................................... 169
Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Petunjuk
Siklus I ……………................................................................... 177
Lampiran 9 : Hasil Tes Kemampuan Menulis Petunjuk Siklus I ................... 178
Lampiran 10 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Siklus II ...................................... 183
Lampiran 11 : Tabel Perbandingan Skor Rata-rata Siklus I dan Siklus II ...... 188
Lampiran 12 : Diagram Garis Perbandingan Skor Siklus I dan Siklus II ....... 189
Lampiran 13 : Contoh Hasil Tes Menulis Petunjuk Siswa Siklus I ................ 190
Lampiran 14 : Contoh Hasil Tes Menulis Petunjuk Siswa Siklus II ............... 192
Lampiran 15 : Hasil Observasi Siswa Siklus I ................................................ 194
Lampiran 16 : Hasil Observasi Siswa Siklus II .............................................. 196
Lampiran 17 : Hasil Jurnal Siswa Siklus I ...................................................... 198
Lampiran 18 : Hasil Jurnal Siswa Siklus II ..................................................... 202
Lampiran 19 : Hasil Jurnal Guru Siklus I ........................................................ 207
Lampiran 20 : Hasil Jurnal Guru Siklus II ....................................................... 209
Lampiran 21 : Hasil Wawancara Siklus I ........................................................ 211
Lampiran 22 : Hasil Wawancara Siklus II ....................................................... 215
Lampiran 23 : Surat Izin Penelitian ................................................................. 218
Lampiran 24 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................ 219

xx
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemampuan berkomunikasi dapat disebut juga sebagai kemampuan

berbahasa karena di dalam berkomunikasi digunakan bahasa sebagai media

utamanya. Oleh karena itu, menurut Darmadi (1996:1) kemampuan

berkomunikasi dapat dijabarkan sesuai dengan tingkat-tingkat kemampuan

bahasa, yaitu: (1) kemampuan menyimak (listening competence); (2) kemampuan

berbicara (speaking competence); (3) kemampuan membaca (reading

competence); dan (4) kemampuan menulis (writing competence). Walaupun posisi

kemampuan menulis selalu terakhir, tidak berarti menulis tidak penting, berarti,

dan berperan seperti dalam pepatah dalam bahasa Inggris “ the last but not the

least”.

Urutan proses kronologis seperti itu sekaligus menggambarkan tingkat

kesukaran dari setiap kemampuan. Dengan kata lain, kemampuan menyimak

adalah kemampuan bahasa yang relatif paling mudah dan disusul dengan

kemampuan yang agak sukar, yaitu kemampuan berbicara. Setingkat lebih sukar

lagi yaitu kemampuan membaca dan yang paling sukar adalah kemampuan

menulis.

Keberadaan komunikasi tulis sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam

berbahasa sangatlah dibutuhkan bagi setiap orang, terutama bagi kaum pelajar.

Kegiatan ini tidak hanya diperlukan pada saat mengenyam pendidikan saja

1
2

melainkan lebih dari itu bahwa menulis sangat penting untuk kehidupan

sesudahnya, yakni kehidupan di masyarakat. Dengan demikian, perlu kiranya

penanaman pembelajaran di sekolah mempertimbangkan aspek perkembangan

potensi dan kreativitas siswa dalam menulis.

Mengingat pentingnya pembelajaran menulis, maka tidak heran jika

menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dipelajari siswa dari

tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Bahkan, pada

saat menempuh pendidikan tingkat SMP dan SMA, siswa diwajibkan menyusun

karya tulis, makalah, maupun tugas akhir sebagai syarat kelulusan atau syarat

mengikuti ujian akhir nasional. Tidak jarang pula dijumpai adanya ajang

penggalian potensi kreativitas siswa melalui karya tulis siswa tingkat SMP dan

SMA. Kondisi ini menampakkan adanya posisi penting dari kegiatan menulis.

Menulis memerlukan sejumlah potensi pendukung yang untuk

mencapainya diperlukan kesungguhan, kemauan keras, dan belajar serta berlatih

dengan terus-menerus dalam waktu yang cukup lama. Dengan demikian, wajar

jika dikatakan bahwa menciptakan iklim budaya tulis akan mendorong seseorang

menjadi lebih kreatif, aktif, dan cerdas. Hal ini dapat terjadi karena untuk

mempersiapkan sebuah tulisan, sejumlah komponen harus dikuasai, mulai dari

hal-hal yang sederhana, seperti memilih kata, merakit kalimat, sampai ke hal-hal

yang agak rumit, yaitu merakit paragraf (Wiyanto 2004:7).

Manusia dalam melakukan aktivitasnya memerlukan implementasi dari

kemampuan menulis. Terutama dalam kehidupan sehari-hari, sering mengerjakan

dan melaksanakan sesuatu dipandu oleh petunjuk tertulis agar aktivitas tersebut
3

berjalan dengan baik. Ketentuan-ketentuan yang patut dituruti dalam membuat,

menggunakan, dan melakukan sesuatu disebut dengan petunjuk. Menurut Tarigan

(2003:2.42), petunjuk berarti ketentuan yang memberi arah atau bimbingan

bagaimana sesuatu harus dilakukan. Petunjuk dibagi atas petunjuk lisan dan

petunjuk tertulis.

Penulisan petunjuk yang baik akan memudahkan manusia atau pembaca

dalam melakukan apa yang dicantumkan di dalamnya. Untuk itu dikemukakan

dalam Depdiknas (2004:40-41) syarat pembuatan petunjuk yang baik antara lain

sebagai berikut: (1) jelas, artinya tidak membingungkan dan mudah diikuti; (2)

logis, artinya antara urutan yang satu dan berikutnya haruslah berhubungan secara

praktis dan logis, dalam arti tidak menimbulkan kesalahan langkah; dan (3)

singkat, artinya hanya mencantumkan hal-hal yang penting saja. Dengan

dipenuhinya ketiga syarat tersebut suatu petunjuk yang ditulis akan komunikatif

dan mudah diikuti.

Pengintegrasian kompetensi menulis petunjuk untuk kelas VIII dalam

kurikulum 2004 merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah akan

pentingnya penguasaan siswa terhadap kemampuan menulis petunjuk. Dalam

standar kompetensi terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa yaitu

mampu menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu/penjelasan tentang cara

membuat sesuatu. Indikator dan meteri pokok tersebut dapat dikembangkan oleh

guru untuk lebih meningkatkan kemampuan menulis petunjuk siswa.

Berdasarkan fakta yang ada di lapangan masih ada beberapa sekolah

(berdasarkan hasil observasi berkaitan dengan mata kuliah Metodologi Penelitian


4

Bahasa Indonesia) yang mengalami masalah dalam pembelajaran menulis

petunjuk, salah satunya di SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes. Berdasarkan

observasi, masih ada sebagian besar siswa kelas VIII SMP 1 Kersana bermasalah

dalam bidang tulis-menulis. Masalah tersebut berasal dari faktor guru, siswa,

kurikulum, sarana-prasarana sekolah, dan faktor lingkungan.

Adapun latar belakang secara umum diadakan penelitian ini, yaitu: (1)

kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

disebabkan oleh kurang merangsang dan kurang variatifnya teknik pembelajaran

guru di dalam kelas, sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensinya

sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya; (2) dalam pelajaran menulis

petunjuk siswa kesulitan menuangkan ide karena guru kurang dapat memberikan

stimulus yang merangsang daya pikir siswa (dalam hal ini guru tidak

menggunakan media pembelajaran); (3) guru masih menuntun proses pemahaman

siswa terhadap materi yang disampaikan; (4) guru cenderung mangabaikan aspek

afektif dan aspek psikomotor; dan (5) hasil tulisan siswa kurang variatif dan

maksimal karena siswa membuat petunjuk berdasarkan hasil mengingat

seperangkat fakta-fakta bukan hasil menemukan sendiri pengalaman belajar di

kelas.

Faktor guru, misalnya: (1) guru menganggap bahwa pendidikan

diselenggarakan untuk kepentingan penyelenggara bukan untuk kepentingan

peserta didik; (2) pembelajaran yang diselenggarakan masih bersifat pemindahan

isi (content transmission); (3) aspek afektif cenderung terabaikan; dan (4) guru
5

mengalami kesulitan dalam mengajar sehingga masih banyak mereduksi teks

(buku acuan) yang ada agar tidak salah langkah.

Faktor siswa, yaitu: (1) siswa mengalami kesulitan dalam menulis

petunjuk, baik dalam pemakaian bahasa maupun pengaplikasian dalam bentuk

tulisan; (2) siswa kurang memiliki minat dalam pelajaran menulis; (3) siswa

sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam menulis petunjuk; dan (4) siswa

menganggap remeh mata pelajaran bahasa Indonesia.

Faktor kurikulum, yaitu: (1) dengan diterapkannya Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) siswa mengeluh karena mengalami kesulitan karena dipaksa

menjadi siswa yang mandiri; (2) sekolah masih dalam tahap belajar, penyesuaian,

dan pengonsepan kurikulum 2004.

Faktor sarana-prasarana di sekolah, yaitu: (1) belum ada latihan-latihan

untuk mengasah dan meningkatkan keterampilan menulis; (2) media pembelajaran

untuk kompetensi dasar menulis petunjuk belum ada; (3) minimnya koleksi buku

tentang menulis, khususnya menulis petunjuk di perpustakaan SMP N 1 Kersana

Kabupaten Brebes, dan lain-lain.

Menurut Widyamarta dan Sudiati (2004:ix), Indonesia tidak hanya sedang

mengalami krisis dalam bidang ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang

pendidikan yaitu writing crisis. Hal ini sejalan dengan pendapat Djago Tarigan

dan H.G. Tarigan (1986:186), pengajaran mengarang (tulis-menulis) belum

terlaksana dengan baik di sekolah. Kelemahannya terletak pada cara guru

mengajar. Pada umumnya kurang dalam variasi, tidak merangsang, dan kurang

pula dalam frekuensi. Pembahasan karangan siswa dilaksanakan oleh guru. Murid
6

sendiri menganggap mengarang tidak penting atau belum mengetahui peranan

mengarang bagi kelanjutan studi mereka. Hal itu sejajar dengan pandangan siswa

terhadap pelajaran bahasa Indonesia itu sendiri. Pada umumnya, siswa terlalu

menganggap remeh pelajaran bahasa Indonesia. Angka enam pasti didapat.

Bagaimana tidak, karena guru sering dipojokkan untuk mengkatrol angka-angka

bahasa Indonesia.

Berdasarkan observasi terhadap kelas IX SMP 1 Kersana Kabupaten

Brebes dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa masih belum mampu menulis

petunjuk dengan baik. Dari hasil wawancara dengan siswa kelas IX yang pernah

mendapat pelajaran menulis petunjuk, ternyata banyak siswa yang mengeluh jika

pelajaran sampai pada pokok bahasan pembelajaran menulis. Mereka merasa

belum mampu menyusun dan membuat tulisan (khususnya menulis petunjuk)

dengan struktur yang baik dan benar , sistematika penulisan sering terbalik dan

kurang logis, bahasanya belum efektif, kejelasan petunjuk masih kurang, serta

ketidakefektifan kalimat, ketidaktepatan penggunaan tanda baca dan ejaan masih

rawan. Hal ini disebabkan siswa mengalami beberapa kesulitan dalam menulis

petunjuk, diantaranya kesulitan dalam menuangkan ide, terbatasnya kosakata,

terbatasnya pengetahuan, dan pengalaman siswa. Mereka sudah terbiasa dengan

kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Kesalahan tersebut sukar sekali

diperbaiki walaupun sudah diingatkan berkali-kali. Mereka membuat petunjuk

tertulis dengan asal membuat saja tanpa memperhatikan keefektifan kalimat dan

tata urutannya. Membuat petunjuk tertulis ternyata dianggap sukar oleh siswa. Hal

ini dapat peneliti lihat dari hasil penulisan petunjuk yang kurang kreatif dan
7

cenderung sama dengan hasil penulisan petunjuk siswa lain, walaupun sudah

diberikan kebebasan dalam tema penulisan. Hal ini menyebabkan guru bahasa

Indonesia kelas VIII SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes seringkali merasa

kebingungan dalam mengatasi permasalahan ini.

Tidak hanya itu, siswa juga terlalu menganggap remeh mata pelajaran

bahasa Indonesia sehingga hasil yang diperoleh kurang memuaskan dalam

menyusun petunjuk tertulis. Untuk itulah, setiap guru hendaknya lebih kreatif dan

variatif dalam penggunaan metode pembelajaran di kelas. Dengan kreativitas dan

kevariatifan tersebut, maka akan tercipta pembelajaran yang kondusif dan tidak

membosankan sehingga kecil kemungkinan siswa menganggap remeh mata

pelajaran bahasa Indonesia.

Sistem pembelajaran yang dilaksanakan di SMP 1 Kersana Brebes

khususnya kelas VIII masih menggunakan pendekatan pembelajaran klasikal yaitu

guru ceramah dan murid mendengarkan. Pembelajaran dengan metode ini

menyebabkan kurang mendapat perhatian dari siswa dan membosankan, sehingga

pembelajaran kurang bermakna dan kurang berhasil dengan baik. Di sini,

walaupun sudah menggunakan sistem KBK, tapi penerapannya belum 100%.

Guru masih menuntun proses pemahaman siswa terhadap materi yang

disampaikan. Di samping itu, bahan pembelajaran yang dikembangkan lebih

banyak bersifat teoretis sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensinya

sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minat siswa.

Masih ada sebagian besar siswa dalam membuat petunjuk tertulis masih

mencontek hasil pekerjaan siswa lain. Hampir semua isi dan kalimat-kalimat yang
8

dituangkan dalam petunjuk tertulis, sama. Hal ini dikarenakan ketika pemelajaran

menulis, guru kurang memantau kondisi siswa yang sebenarnya, dan malah guru

cenderung meninggalkan ruang kelas. Hal ini mengakibatkan siswa kurang

menganggap serius mata pelajaran bahasa Indonesia, hasil yang mereka peroleh

pun kurang maksimal karena siswa membuat petunjuk berdasarkan dari hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta bukan hasil menemukan sendiri berdasarkan

pengalaman belajar di kelas.

Melihat kenyataan-kenyataan yang muncul di atas, jelas bahwa

pemelajaran menulis petunjuk siswa kelas VIII SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes

masih memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba

menerapkan pendekatan yang akan mengantarkan siswa pada pembelajaran yang

sebenarnya. Pendekatan yang dimaksudkan adalah pendekatan Pembelajaran

Aktif Kreatif Menyenangkan.

Penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan

pada kemampuan menulis petunjuk ini digunakan di kelas VIII-E SMP 1 Kersana

Kabupaten Brebes sebagai objek penelitian. Dipilihnya kelas VIII-E karena di

kelas tersebut kemapuan menulis siswa masih rendah. Siswa kurang mampu

dalam menulis, mengalami kesulitan-kesulitan dalam menulis seperti kesulitan

dalam menuangkan ide, terbatasnya kosakata, pengetahuan dan pengalaman, serta

sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam menulis baik dari struktur tulisan

maupun ketidaktepatan pengguanaan ejaan, tanda baca, dan keefektifan kalimat.

Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil yang diperoleh siswa pada keterampilan

menulis yang masih kurang optimal. Selain itu, siswa kelas VIII-E adalah siswa
9

yang paling kurang mampu mengikuti pembelajaran bila dibandingkan dengan

kelas lainnya. Siswa di kelas tersebut suka membuat gaduh dan tidak

berpartisipasi secara aktif saat proses pembelajaran berlangsung.

Penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan

dalam penelitian ini merupakan alternatif pembelajaran menulis petunjuk melalui

the real things media, diambil peneliti untuk mengoptimalkan kemampuan siswa

dalam menulis petunjuk. Menurut Sudjana dan Rivai (2002:196), dengan

menggunakan benda-benda nyata atau makhluk hidup (real life material) dalam

pengajaran sering kali paling baik, dalam menampilkan benda-benda nyata

tentang ukuran, suara, gerak-gerik, permukaan, bobot badan, bau serta

manfaatnya. Manfaat benda-benda nyata sebagai media pembelajaran yaitu: (1)

para siswa akan lebih banyak belajar; dan (2) siswa akan lebih terkesan dalam

pembelajaran.

Sudjana dan Rivai menambahkan bahwa benda-benda nyata itu bnyak

macamnya, mulai dari benda atau mahluk hidup seperti binatang dan tumbuh-

tumbuhan, juga termasuk benda-benda mati misalnya batuan, air, tanah, dan lain-

lain. Benda-benda nyata dapat memegang peranan penting dalam upaya

memperbaiki proses belajar-mengajar.

Menurut Gerlach and Ely (1980:376), real things are things stimuli

presented to pupils by means of field trips or by bringing people or things into the

school for direct observation. Maksudnya, benda-benda nyata adalah benda-benda

perangsang yang ditujukan untuk siswa dengan menggunakan alat-alat di


10

lapangan atau dengan membawa narasumber atau benda-benda ke dalam sekolah

untuk observasi langsung.

Menurut Tim PPA (dalam Dasmawarti 2005:5), pendekatan Pembelajaran

Aktif Kreatif Menyenangkan merupakan konsep belajar yang menggunakan

berbagai media dan alat pembantu pembelajaran. Pembelajaran Aktif Kreatif

Efektif Menyenangkan adalah suatu metode pembelajaran yang baik dan

menyenangkan bagi siswa. Hal yang penting dalam pembelajaran model

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan adalah guru harus mampu

merancang skenario pembelajaran seperti yang diharapkan (pembelajaran yang

mengena) tapi tetap bersifat menyenangkan. Pembelajaran harus berpusat pada

siswa, siswa harus lebih dominan dan aktif serta terlibat sebanyak mungkin dalam

kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak harus dilaksanakan di dalam kelas tapi

bisa juga dilaksanakan di luar kelas.

Proses pembelajaran Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan

berlangsung secara alamiah dalam bentuk siswa terlibat langsung dalam berbagai

kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan

penekanan pada belajar melalui berbuat. Siswa mengalami sendiri apa yang

menjadi objek kajiannya dan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke

siswa. Dalam hal ini Keaktifan dan kekreatifan siswa akan sangat terlihat. Tidak

sekadar aspek kognitif dan psikomotorik saja yang cenderung dilibatkan dalam

pendekatan PAKEM, tapi juga aspek afektif. Dengan demikian, pengetahuan yang

diperoleh siswa pun akan lebih bermakna.


11

Pembelajaran kompetensi dasar menulis petunjuk akan sangat tepat jika

menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan.

Peneliti memilih pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan

sebagai alternatif pembelajaran menulis petunjuk karena dengan penekanan pada

belajar melalui berbuat (learning by doing) diharapkan akan lebih meningkatkan

pemahaman siswa dalam syarat-syarat menulis petunjuk yang baik. Dengan

dimilikinya pemahaman yang baik akan penulisan petunjuk, siswa diharapkan

mampu menulis petunjuk sesuatu dengan baik. Kesalahan-kesalahan dalam

menulis petunjuk dapat ditekan dan kesulitan-kesulitan dalam menulis petunjuk

dapat diminimalkan, sehingga pembaca akan mudah mengerti dan mudah

mengikuti petunjuk tersebut. Penerapan pendekatan PAKEM pada KD menulis

petunjuk diharapkan hasil yang dicapai akan dapat lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian terhadap

kemampuan menulis siswa khsususnya menulis petunjuk.

1.2 Identifikasi Masalah

Pembelajaran Menulis petunjuk di SMP belum menemukan hasil yang

diharapkan dan masih banyak mengalami kendali. Berdasarkan latar belakang

tersebut di atas maka, tampak jelas adanya beberapa masalah yang ada di SMP 1

Kersana Kabupaten Brebes terutama yang berkaitan dengan masalah pemelajaran

menulis petunjuk. Masalah-masalah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor

sebagai berikut ini.


12

Faktor dari siswa, yaitu sebagai berikut: (1) kurangnya motivasi siswa

dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia disebabkan oleh kurang

merangsang dan kurang variatifnya teknik pembelajaran guru di dalam kelas,

sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan

kemampuan, kebutuhan, dan minatnya; (2) dalam pelajaran menulis petunjuk

siswa kesulitan menuangkan ide karena guru kurang dapat memberikan stimulus

yang merangsang daya pikir siswa (dalam hal ini guru tidak menggunakan media

pembelajaran); (3) hasil tulisan siswa kurang variatif dan maksimal karena siswa

membuat petunjuk berdasarkan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta bukan

hasil menemukan sendiri pengalaman belajar di kelas.

Faktor guru, yaitu; (1) guru masih menuntun proses pemahaman siswa

terhadap materi yang disampaikan; (2) guru kurang kreatif dan variatif dalam

menggunakan metode dan media pembelajaran; (2) strategi pembelajaran masih

satu arah; (3) bahan pembelajaran yang dikembangkan lebih banyak bersifat

teoritis; (4) kurang pemantauan kondisi siswa (controling) saat siswa melakukan

kegiatan tulis-menulis, khususnya menulis petunjuk; (5) guru cenderung

meninggalkan kelas saat siswa melakukan kegiatan tulis-menulis; (6) pendidikan

diselenggarakan untuk kepentingan penyelanggara bukan untuk peserta didik; (7)

pembelajaran yang diselenggarakan masih bersifat pemindahan isi (content

transmission); (8) aspek afektif cenderung terabaikan; (9) pengajar masih banyak

mereduksi teks acuan yang ada dengan harapan agar tidak salah langkah; (10)

guru jarang dalam memberikan pengukuhan langsung terhadap hasil kerja siswa;
13

(11) perangkat pembelajaran tidak dikembangkan sendiri oleh guru tetapi hanya

menulis ulang perangkat pembelajaran yang ada dalam kurikulum.

Faktor kurikulum, yaitu; (1) Sekolah sudah melaksanakan KBK (kelas VII

dan VIII, sedangkan kelas IX belum), tapi masih dalam tahap belajar,

penyesuaian, dan pengkonsepan kurikulum; (2) pengoptimalan metode-metode

pembelajaran masih kurang; (3) penyelenggaraan kurikulum belum optimal

karena dianggap terlalu rumit dan membingungkan; (4) banyak siswa mengeluh

mengalami kesulitan dengan diterapkannya Kurikulum Terapan Satuan

Pendidikan (KTSP) karena dipaksa untuk menjadi siswa mandiri.

Faktor sarana-prasarana sekolah, yaitu; (1) belum ada latihan-latihan untuk

mengasah dan meningkatkan keterampilan menulis; (2) media pembelajaran untuk

KD menulis petunjuk belum ada; (3) minimnya koleksi buku tentang menulis,

khususnya menulis petunjuk, di perpustakaan SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes.

Faktor lingkungan, yaitu; (1) kurang adanya lingkungan sekolah yang

merangsang siswa untuk belajar menulis, khususnya menulis petunjuk; (2)

jarangnya ajang lomba-lomba menulis antarsekolah maupun intrasekolah untuk

tingkat SMP; (3) kurang adanya dorongan dari lingkungan keluarga dan

masyarakat untuk belajar menulis, khususnya menulis petunjuk.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, ternyata

banyak masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

khususnya dalam keterampilan menulis. Sehubungan dengan keterbatasan pada


14

penelitian ini maka, peneliti hanya membatasi permasalahan pada kurangnya

kemampuan menulis petunjuk siswa yang disebabkan oleh kurang tepatnya

pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Dalam hal ini peneliti akan

menerapkan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan melalui the

real things media agar dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis

petunjuk, dan agar siswa tidak merasa bosan, jenuh, dan terlibat penuh dalam

proses pembelajaran.

1.4 Rumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana peningkatan kemampuan menulis petunjuk siswa kelas VIII-E

SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes setelah diterapkan pendekatan PAKEM

pada pembelajaran menulis petunjuk?

2. Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kabupaten

Brebes setelah diterapkan pendekatan PAKEM pada pembelajaran menulis

petunjuk?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitain tindakan kelas ini yaitu sebagai berikut.

1. Mendeskripsi peningkatan kemampuan menulis petunjuk siswa kelas VIII-E

SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes setelah diterapkan pendekatan


15

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan pada pembelajaran menulis

petunjuk.

2. Mendeskripsi perubahan perilaku siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana

Kabupaten Brebes setelah diterapkan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif

Efektif Menyenangkan pada pembelajaran menulis petunjuk.

1.6 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap dari penelitian yang dilakukan ini diperoleh manfaat

teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pengembangan teori

pembelajaran, khususnya keterampilan menulis.

b. Menambah khazanah telaah dalam bidang metode pembelajaran menulis

sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi

belajar mengajar melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif

Menyenangkan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa; (1) untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar menulis

siswa; (2) untuk memudahkan dalam pengembangan kreativitas menulis

petunjuk; (3) agar mempunyai variasi pengalaman belajar melalui

pendekatan PAKEM; (4) untuk meningkatkan kemampuan intelektual

siswa.
16

b. Bagi guru; (1) sebagai upaya memperbaharui cara pembelajaran menulis;

(2) sebagai upaya memotivasi siswa dalam keterampilan menulis; (3)

sebagai upaya meningkatkan kualitas prestasi, khususnya pembelajaran

bahasa Indonesia; (4) sebagai upaya membimbing siswa untuk berpikir

sistematis dan logis.

c. Bagi sekolah; (1) hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan

sebagai bahan acuan dalam memperkaya referensi pembelajaran menulis

petunjuk; (2) sebagai alternatif pembelajaran menulis petunjuk; (3)

sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah untuk lebih meningkatkan dan

melengkapi sarana dan prasarana penunjang peningkatan keterampilan

menulis siswa.
BAB II

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan tanpa meninjau terlebih dahulu pada penelitian

sebelumnya sangatlah jarang. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti

mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam

penelitian ini. Peninjauan pada penelitian lain dapat dijadikan sebagai bahan

acuan dalam penelitian ini. Peninjauan pada penelitian yang lain sangat penting

dilakukan, sebab untuk mengetahui relevansi antara penelitian sebelumnya dengan

penelitian yang akan datang.

Upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan

masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti. Hal ini terbukti dengan

banyaknya penelitian tentang upaya peningkatan keterampilan penulisan karangan

yang telah dilakukan oleh peneliti bahasa. Penelitian-penelitian tersebut belum

semuanya sempurna. Oleh karena itu, penelitian tersebut memerlukan penelitian

lanjutan demi melengkapi penelitian sebelumnya.

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah penelitian

tentang keterampilan menulis kebahasaan disajikan di bawah ini, antara lain

Ziyadati (2004), Dasmawarti (2005), Fetiningrum (2005), Nurjanah (2005), dan

Setyorini (2005).

Ziyadati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan

Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Elemen Bertanya

17
18

Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas IIE SMP Negeri 1 Garung

Kabupaten Wonosobo menyimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan

adanya peningkatan keterampilan menulis deskripsi dengan menggunakan elemen

bertanya. Skor rata-rata kelas pada tahap prasiklus sebesar 50,37. Pada siklus I

skor rata-rata kelas meningkat sebesar 15,54 menjadi 65,91. Pada siklus II skor

rata-rata kelas meningkat sebesar 12 menjadi 77,91. Setelah digunakan elemen

bertanya pembelajaran kontekstual terjadi perubahan tingkah laku siswa yang

sebelumnya merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran menulis menjadi lebih

tertarik dan bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Konsep

pembelajarannya yaitu dengan objek langsung ke luar kelas dengan menggunakan

media pemandangan alam.

Hubungan penelitian yang dilakuakan Ziyadati dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti adalah adanya kesamaan tujuan yaitu ingin mengantarkan

siswa pada bentuk pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa diajak

untuk aktif dan menikmati pembelajaran dengan tenang.

Dasmawarti (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas

Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan (PAKEM) dalam Upaya Peningkatan

Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Tahun Ajaran

2004/2005 menyimpulkan bahwa: (1) ada perbedaan rerata nilai secara signifikan

pada kelompok siswa kelas IV sebelum diterapkan pembelajaran dengan metode

PAKEM dan setelah diterapkan pembelajaran dengan metode PAKEM di SD PL

Bernadus Semarang. Hal ini dapat dilihat pada data hasil N=44 dengan taraf

signifikan 1%, harga t=2,704, sehingga data hasil t test=19,94 signifikan. Mean
19

pretest=6,6 dan mean post-test=7,6. Berarti ada perubahan rerata nilai pretest dan

rerata nilai post-test untuk taraf signifikan 1%; dan (2) perubahan observasi

membuktikan bahwa siswa tertarik dengan pembelajaran PAKEM. Berdasarkan

observasi, dapat diketahui bahwa situasi dan kondisi jenuh, lelah, serta bosan

dapat diatasi dengan menggunakan pendekatan PAKEM, sehingga suasana

menjadi lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dapat tercipta.

Hubungan penelitian yang dilakukan Dasmawarti dengan penelitian yang

dilakukan peneliti adalah adanya kesamaan pendekatan pembelajaran yang

digunakan, yaitu pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan

(PAKEM). Namun, peneliti melengkapi pendekatan pembelajaran tersebut dengan

the real things media. Dasmawarti menggunakan pendekatan PAKEM untuk

meningkatkan keterampilan berbicara, sementara peneliti menggunakan

pendekatan PAKEM untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis

petunjuk.

Fetiningrum (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan

Kemampuan Mengungkapkan Kembali Isi Cerita Melalui Media Panggung

Boneka pada Siswa Kelas B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 22

Kabupaten Batang, menyatakan bahwa media panggung boneka dapat

meningkatkan kemampuan mengungkapkan kembali cerita pada siswa kelas B TK

Kemala Bhayangkari 22 Kabupaten Batang. Hal ini dapat dilihat dari perolehan

rata-rata nilai pada siklus I yang mengalami peningkatan pada siklus II. Adanya

perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II yang bersifat positif. Siswa

sudah tidak merasa takut ataupun malu lagi untuk bercerita di depan kelas.
20

Pemahaman siswa terhadap isi cerita menjadi lebih baik karena mereka dapat

melihat secara langsung objek yang dijadikan tokoh dalam cerita sehingga ketika

diminta untuk mengungkapkan kembali isi cerita, siswa tidak terlalu kesulitan.

Seluruh siswa menyukai media panggung boneka yang digunakan sebagai media

dalam kegiatan belajar mereka.

Penelitian yang dilakukan Fetiningrum (2005) berhubungan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti. Hubungan tersebut tercermin dari adanya

kesamaan media yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan media objek

langsung. Namun, terdapat perbedaan media yang digunakan. Ia menggunakan

media panggung boneka untuk meningkatkan keterampilan berbicara, sementara

peneliti menggunakan the real things media untuk meningkatkan keterampilan

menulis petunjuk.

Nurjanah (2005) juga telah melakukan penelitian terhadap keterampilan

menulis. Penelitian yang dilakukannya termuat dalam Jurnal Pendidikan Bahasa,

Sastra, dan Pengajarannya edisi 1 April 2005 yang berjudul “Penerapan Model

Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia”.

Penelitiannya dimaksudkan untuk mengembangkan model yang efektif dalam

pembelajaran menulis. Dari penelitian yang dilakukan, Nurjanah menyimpulkan

bahwa terdapat suatu perbedaan yang signifikan dan terdapat peningkatan seluruh

aspek kemampuan menulis yang nyata setelah perlakuan (pembelajaran) kelas

eksperimen 1 dan 2 (II-F dan II-G) dibandingkan kelas kontrol (II-E).

Kelebihan dari penggunaan model belajar kontruktivisme yaitu: (1) secara

umum model belajar kontruktivisme dapat diterima oleh siswa sebagai suatu
21

kemudahan dalam belajar menulis; (2) model kontruktivisme memilki keunggulan

secara kooperatif terhadap model belajar konvensional yang digunakan di kelas

kontrol; (3) secara umum model belajar konstruktivisme adalah melatih

sistematika berpikir, memotivasi untuk berbuat lebih kreatif dan memberikan

lingkungan belajar yang kondusif berupa lingkungan alam sebagai sumber.

Kelemahan dari penerapan model pembelajaran kontruktivisme adalah

perlu latihan adaptasi lebih dahulu untuk dapat belajar mandiri dalam

mengontruksi pengetahuannya.

Hubungan penelitian yang dilakukan Nurjanah dengan penelitian yang

dilakukan peneliti yaitu adanya kesamaan bidang keterampilan berbahasa yang

dipilih, yaitu keterampilan menulis.

Penelitian mengenai keterampilan menulis juga dilakukan oleh Setyorini

(2005) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis

Petunjuk dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry pada Siswa Kelas

VIIIC MTs. Al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang Tahun Ajaran 2005/2006

menyimpulkan bahwa penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan

menulis petunjuk. Skor rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan sebesar 46,77.

Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 10,23% dengan nilai rata-rata sebesar

60,48 atau 13,17% dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 10,23% dengan

nilai rata-rata sebesar 70,71. Peningkatan kemampuan menulis petunjuk siswa ini

diikuti pula dengan perubahan perilaku siswa dari perilaku negatif berubah

menjadi perilaku positif.


22

Hubungan penelitian yang dilakukan Setyorini dengan penelitian yang

dilakukan peneliti adalah adanya kesamaan kompetensi dasar yang digunakan,

yaitu menulis petunjuk. Namun pendekatan yang digunakan berbeda. Setyorini

menggunakan pendekatan kontekstual, sementara peneliti menggunakan

pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan (PAKEM). Selain itu,

peneliti juga menggunakan the real things media sebagai upaya meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis petunjuk.

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat ditarik simpulan bahwa

penggunaan pendekatan PAKEM dan the real things media mempunyai

kedudukan sebagai pelengkap dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Penelitiaan ini memfokuskan pada kemampuan menulis petunjuk, yakni

petunjuk melakukan, menggunakan, dan membuat sesuatu.

2.2 Landasan Teoretis

Beberapa konsep yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini yaitu

teori tentang menulis, menulis petunjuk, Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif

Menyenangkan (PAKEM) dan the real things media.

2.2.1 Keterampilan Menulis

2.2.1.1 Hakikat Menulis

Menurut Tarigan (1993:3), menulis pada hakikatnya adalah suatu

keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
23

kegiatan yang produktif dan ekspresif. Selain itu, Tarigan (1993:21) juga

menambahkan pengertian menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-

lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang

sehinggga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau

mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

Akhadiah dkk. (1996:2) menyatakan bahwa “kegiatan menulis ialah suatu

proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa melakukan kegiatan itu dalam

beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, penulisan, dan tahap revisi”.

Oshima and Hougue (1997:2) menarik simpulan sebagai berikut.

Writing is a progressive activity. This means that when you first write
something down, you have already been thinking about what you are going to
say and how you are going to say it. Then after you have written and make
changes and corrections. Therefore, writing is never a one-step action; it is a
process that has several steps

Maksudnya, menulis adalah aktivitas berkelanjutan. Hal ini berarti bahwa

ketika kali pertama menulis sesuatu, kamu telah berpikir tentang apa yang akan

kamu ceritakan dan bagaimana kamu mengatakanya. Kemudian setelah kamu

menyelesaikan menulis, kamu baca apa yang telah kamu tulis dan lakukan

perubahan serta koreksi. Maka dari itu, menulis bukanlah tindakan satu langkah,

melainkan menulis merupakan sebuah proses yang mempunyai beberapa langkah.

Menurut Mulyati (1999:2.44), menulis pada hakikatnya menyampaikan

ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafis (tulisan).

Gagasan atau pesan yang akan disampaikan bergantung pada perkembangan dan

tingkat pengetahuan serta daya nalar siswa. Menurutnya (2000:2.65), menulis

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan,


24

yaitu penyajian bahan ajar harus dimulai dari yang mudah ke yang sedang, dan

dari yang sedang ke yang sukar, dari yang sudah diketahui ke yang belum

diketahui, dari yang kongkret ke yang abstrak (2000:2.65).

Menurut Gie (2002:3) tidak ada perbedaan arti dari kata ‘mengarang’ dan

‘menulis’. Baginya dua kata itu adalah kata sepadan yang artinya sama.

Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan

gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca

untuk dipahami.

Byrne dalam Hartono (2002:2) menyatakan sebagai berikut.

Menulis/mengarang, sebagai satu keterampilan yang diajarkan merupakan


kegiatan yang sulit bagi banyak orang. Hal ini disebabkan, secara garis besar,
oleh masalah-masalah psikologis, linguistik, dan kognitif. Dan oleh karena
menulis pada hakikatnya merupakan kegiatan yang bersifat pribadi (solitary),
maka faktor yang perlu diperhatikan adalah yang berhubungan dengan siswa
sebagai individu.

Wiyanto (2004:1.3) juga mengungkapkan hal yang berbeda dengan

merumuskan kata menulis yang mempunyai dua arti, yaitu: (1) menulis berarti

mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat; (2)

kata menulis mempunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan untuk

disampaikan kepada orang lain secara tertulis.

Wagiran dan Doyin (2005:2) menyimpulkan sebagai berikut.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan


dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak
didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih.
Berdasarkan sifatnya, menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang
produktif dan reseptif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil
memanfaatkan grafologi, kosakata, struktur kalimat, pengembangan paragraf,
dan logika berbahasa
25

Hal ini berbeda dengan Nurhadi (1990:343) bahwa keterampilan menulis

merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling tinggi tingkatannya.

Menulis adalah suatu proses penuangan ide atau gagasan dalam bentuk paparan

bahasa tulis berupa rangkaian simbol-simbol bahasa (huruf).

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian menulis di atas,

dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya menulis adalah suatu keterampilan

berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, dan

perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan

gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan. Selain komponen

kosakata dan gramatikal, ketepatan kebahasaan juga sebaiknya didukung oleh

konteks dan penggunaan ejaan. Hal ini sesuai dengan objek penelitian ini yaitu

menulis petunjuk. Menulis disini dimaksudkan untuk mengungkapkan gagasan,

pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis setelah

mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang ditulis.

2.2.1.2 Tujuan Menulis

Menurut Sujanto (1988:68), “menggariskan tujuan penulisan adalah: (1)

mengekspresikan perasaan; (2) memberi informasi; (3) mempengaruhi pembaca;

dan (4) memberi hiburan”.

Sehubungan dengan “tujuan” penulisan suatu tulisan, maka Hugo Hartig

(dalam Tarigan 1993:24) merangkumkannya sebagai berikut.

(1) assignment purpose (tujuan penugasan), artinya penulis menulis sesuatu


karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri; (2) altruistic purpose (tujuan
altruistik), artinya penulis menulis karena untuk menyenangkan para pembaca
dengan karyanya; (3) persuasive purpose (tujuan persuasif) yaitu tulisan yang
26

bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang


diutarakan; (4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan
penerangan), yaitu tulisan yang bertujuan memberi informasi atau
keterangan/penerangan kepada para pembaca; (5) self-expressive purpose
(tujuan pernyataan diri), yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau
menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca; (6) creative purpose
(tujuan kreatif), yaitu tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-
nilai kesenian; dan (7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah),
artinya sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapinya.

Sedangkan menurut Tarigan (1993:23), “yang dimaksud dengan tujuan

penulis (the writer’s intention) adalah ‘respons atau jawaban yang diharapkan

oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca’”.

Berdasarkan ketiga pendapat di atas, dapat diketahui bahwa tujuan menulis

dalam penelitian ini mengacu pada tujuan yang dikemukakan oleh Hugo Hartig

(dalam Tarigan 1993:24) dan Sujanto yaitu memberi informasi, maksudnya

memberikan penerangan (arahan) kepada para pembaca. Pendapat Hugo Hartig

dan Sujanto disesuaikan dengan penelitian ini yaitu menulis petunjuk. Sedangkan

arti dari petunjuk itu sendiri adalah ketentuan memberi arah atau bimbingan

bagaimana sesuatu harus dilakukan. Sehingga pendapat Hartig dan Sujanto

tersebut sesuai dengan penelitian ini.

2.2.1.3 Fungsi Menulis

Pada prinsipnya fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang

tidak langsung.

Ada beberapa fungsi dari menulis yaitu: (1) menolong kita berpikir secara
kritis; (2) memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan;
(3) memperdalam daya tanggap atau persepsi kita; (4) memecahkan masalah-
masalah yang kita hadapi; (5) menyusun urutan bagi pengalaman; dan (6)
dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita (D’Angelo dalam
Tarigan 1993:22).
27

Fungsi menulis diungkapkan oleh Aziez dan Alwasilah (2000:129) sebagai

berikut.

(1) untuk tindakan: tanda-tanda di tempat umum, seperti rambu lalu lintas,
label produk dan instruksi, seperti pada alat-alat rumah tangga, menu
makanan, buku telpon, surat pemilihan umum, manual komputer. Singkatnya
untuk kontak sosial; (2) untuk informasi: surat kabar dan majalah, buku-buku
nonfiksi, iklan, pamflet politis, laporan ilmiah, dan buku petunjuk; dan (3)
untuk hiburan: majalah hiburan, buku fiksi, puisi dan drama, feature surat
kabar, keterangan film, dan permainan, termasuk permainan komputer.

Hal yang diungkapkan oleh aziez dan Alwasilah senada diungkapkan

Triyanto (2001:1) dalam merumuskan “fungsi menulis yaitu sebagai tindakan,

kontak sosial, informasi, dan sebagai hiburan”.

Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat diketahui bahwa fungsi menulis

dalam penelitian ini mengacu pada fungsi yang dikemukakan oleh D’angelo

(dalam Tarigan 1993:22) dan Triyanto yaitu menyusun urutan bagi pengalaman

serta tindakan. Hal ini dikarenakan pendapat mereka sesuai dengan tema

penelitian ini yaitu menulis petunjuk. Adapun syarat sebuah petunjuk adalah jelas,

logis, dan singkat. Logis disini mengandung maksud yang sesuai dengan pendapat

mereka yaitu dalam menjelaskan urutan-urutan petunjuk harus berhubungan

secara praktis dan logis, tidak menimbulkan salah langkah.

2.2.1.4 Manfaat Menulis

Bernard (dalam Gie 2002:21-22) mengemukakan enam manfaat kegiatan

karang-mengarang. Pertama, suatu sarana untuk pengungkapan diri (a tool for

self-expression), yaitu suatu sarana untuk mengungkapkan perasaan seseorang.


28

Kedua, suatu sarana untuk pemahaman (a tool for understanding), yaitu

sewaktu mengarang seseorang merenungkan gagasannya dan menyempurnakan

penangkapannya terhadap sesuatu hal sehingga akhirnya ia dapat memperoleh

pemahaman yang baru atau yang lebih mendalam tentang hal yang ditulisnya itu.

Ketiga, suatu sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi,

kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri (a tool to help developing personal

satisfaction, pride, and feeling of self-worth), artinya rasa bangga, puas, dan harga

diri dapat membangkitkan kepercayaan terhadap kemampuan sendiri untuk

menciptakan karya-karya tulis lainnya.

Keempat, suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan

terhadap lingkungan sekeliling seseorang (a tool for increasing awareness and

perception of one’s environment), maksudnya dengan sering mengarang seseorang

meninggikan kesiagaan inderawinya dan mengembangkan daya serapnya pada

tingkat kejasmaniahan, tingkat perasaan maupun tingkat kerohaniahan.

Kelima, suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya

penerimaan yang pasrah (a tool for active involvement, not passive acceptance),

artinya dengan mengarang, seseorang dapat mengemukakan gagasan,

menciptakan suatu, dan secara aktif melibatkan diri dengan ciptaannya.

Keenam, suatu sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang

dan kemampuan menggunakan bahasa (a tool for developing an understanding of

and ability to use the language), artinya kegiatan mengarang bermanfat membantu

tercapainya kemampuan membaca dan mengerti apa yang ditulis

Tujuh manfaat menulis, yaitu: (1) kegiatan menulis adalah sarana untuk
menemukan sesuatu, dalam artian dapat mengangkat ide dan informasi yang
29

ada di alam bawah sadar pemikiran kita; (2) kegiatan menulis dapat
memunculkan ide baru; (3) kegiatan menulis dapat melatih kemampuan
mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita milki;
(4) kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri
seseorang; (5) kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk berlatih
memecahkan beberapa masalah sekaligus; dan (7) kegiatan menulis dalam
sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak
hanya menjadi penerima informasi. (Horiston dalam Darmadi 1996:3-4).

Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa manfaat menulis

dalam penelitian ini mengacu pada manfaat menulis yang dikemukakan oleh

Bernard (dalam Gie 2002:21-22) yaitu sebagai suatu sarana untuk pemahaman (a

tool for understanding). Maksudnya, petunjuk dibuat dengan tujuan agar jelas,

tidak membingungkan, dan mudah diikuti. Kejelasan tersebut mencakupi pilihan

kata/bahasa, keruntutan uraian, dan penggunaan istilah-istilah yang lazim. Tidak

menimbulkan banyak penafsiran, sehingga si pembaca/pelaksana petunjuk dapat

memahami petunjuk dengan baik.

Bila dibandingkan dengan manfaat menulis yang dikemukakan oleh

Bernard, tidak sesuai dengan tema penelitian ini. Bernard lebih memfokuskan

manfaat penulisannya secara umum.

2.2.1.5 Tahap-tahap Menulis

Akhadiah (1996:3) dalam bukunya “Pembinaan Kemampuan Menulis

Bahasa Indonesia” menyimpulkan sebagai berikut.

Menulis dapat dikatakan sebagai kegiatan tunggal jika yang ditulis ialah
sebuah karangan yang sederhana, pendek, dan bahannya sudah siap di kepala.
Pada dasarnya kegiatan menulis adalah suatu proses. Ini berarti bahwa kita
melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap
penulisan, dan tahap revisi.
30

Langkah pertama adalah tahap prapenulisan. Tahap ini merupakan tahap

perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan.

Tahap-tahap menulis pada langkah pertama yaitu: (1) menentukan topik, ini

berarti bahwa kita menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan; (2)

membatasi topik, berarti mempersempit dan memperkhusus lingkup pembicaraan;

(3) menentukan tujuan penulisan; berarti semacam pola yang mengendalikan

tulisan secara menyeluruh; (4) menentukan bahan atau materi penulisan,

macamnya, berapa luasnya, dan dari mana diperoleh. Yang dimaksud dengan

bahan penulisan ialah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan penulisan; dan (5) menyusun kerangka (rancang bangun)

karangan, berarti memecahakan topik ke dalam sub-sub topik.

Langkah kedua adalah tahap penulisan. Pada tahap ini membahas setiap

butir topik yang ada di dalam kerangka yang disusun. Ini berarti bahwa kita

menggunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasikan menurut keperluan

sendiri. Dalam tahap penulisan dilakukan pengembangan gagasan dalam kalimat-

kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian, sehingga selesailah buram (draft) yang

pertama.

Langkah ketiga adalah tahap revisi. Pada tahap ini biasanya kita meneliti

secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata,

kalimat, paragraf, pengetikan, catatan kaki, dan daftar pustaka. Jika tidak ada lagi

yang kurang memenuhi persyaratan selesailah sudah tulisan kita.

Sementara itu, Fransesco Cordasco dan Elliot S.M. Gatner (dalam Gie

2002:120-121) mengemukakan bahwa dalam menulis terdapat beberapa tahap,


31

yaitu pertama, pengumpulan bahan, meliputi: (a) pemilihan suatu pokok soal, (b)

pembacaan bahan-bahan pengantar atau yang memberikan latar belakang; (c)

persiapan daftar bacaan sementara; (d) persiapan garis besar atau kerangka

sementara dari karangan; (e) pembacaan bahan-bahan dan pembuatan catatan-

catatan; (f) penyusunan catatan-catatan.

Kedua, penulisan laporan, meliputi: (a) penganalisaan secara logis

terhadap pokok soal; (b) pembuatan garis besar karangan yang pasti; (c)

pembuatan naskah yang pertama; (d) penulisan kembali dan penyempurnaan; (e)

pembuatan daftar bacaan yang pasti; (f) penulisan naskah dalam bentuknya yang

terakhir.

Hal senada juga diungkapkan oleh Wagiran dan Doyin (2005:7-10)

tentang tahap-tahap menulis, yaitu pertama, tahap pramenulis, meliputi kegiatan:

(a) menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri; (b) melakukan kegiatan-

kegiatan latihan sebelum menulis; (c) mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan

mereka tulis; (d) mengidentifikasi tujuan menulis; (e) memilih bentuk tulisan

yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan.

Kedua, tahap pembuatan draft, meliputi: (a) membuat draft kasar;

maksudnya penulis mulai menuliskan gagasan dengan berbekal apa-apa yang

telah dipersiapkan pada tahap pramenulis; dan (b) lebih menekankan isi daripada

tata tulis, maksudnya penulisan lebih ditekankan pada pencurahan gagasan dan

kelengkapan isi tulisan.

Tahap ketiga yaitu tahap merevisi, meliputi: (a) berbagai tulisan dengan

teman-teman (kelompok); (b) berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi


32

tentang tulisan teman-teman sekelompok atau sekelas; (c) mengubah tulisan

dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik dari pengajar maupun teman; (d)

membuat perubahan yang substansi pada draft pertama dan draft berikutnya,

sehingga menghasilkan draft akhir.

Tahap keempat yaitu tahap menyunting, meliputi: (a) membetulkan

kesalahan bahasa tulis sendiri, mulai dari penggunaan ejaan, pilihan kata,

penggunaan kalimat, sampai pengembangan paragraf; (b) membetulkan kaidah

tata tulis yang meliputi kaidah penulisan paragraf, penulisan judul, penomoran,

kaidah pengutipan, dan kaidah-kaidah lain yang diatur secara teknis; (c)

mengoreksi dan menata kembali isi tulisan, baik dari segi sistematika, kelogisan,

ketajaman pembahasan, dan kelengkapan isi; dan (d) berbagi dengan teman untuk

saling memberikan koreksi.

Tahap terakhir yaitu tahap berbagi, meliputi: (a) memublikasikan

(memajang) tulisan dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, atau (b) berbagai

tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan dalam forum

diskusi atau seminar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa tahap-

tahap manulis mengacu pada pendapat Akhadiah dan Wagiran, yaitu (1) tahap

prapenulisan; (2) tahap penulisan; dan (3) tahap revisi. Hal ini dikarenakan

pendapat mereka sesuai dengan perencanaan dan tindakan dalam penelitian ini,

yaitu tahap prapenulisan dengan proses eksplorasi data (benda), tahap penulisan

yaitu dengan proses penuangan pikiran dengan membuat tiga jenis petunjuk, dan

tahap revisi adalah dengan proses evaluasi hasil pekerjaan siswa.


33

2.2.1.6 Ciri-ciri Tulisan yang Baik

Kegiatan menulis mempunyai tujuan pencapaian yaitu agar sang pembaca

memberikan respons yang diinginkan oleh sang penulis terhadap tulisannya, maka

mau tidak mau penulis harus menyajikan tulisan yang baik.

Adapun ciri-ciri penulisan yang baik menurut Adelstein dan Pival (dalam

Tarigan 1993:6-7) adalah sebagai berikut.

(1) mencerminkan kemampuan sang penulis mempergunakan nada yang


serasi; (2) mencerminkan kemampuan sang penulis. Menyusun bahan-bahan
yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh; (3) mencerminkan
kemampuan sang penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samara-samar:
memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga
maknanya sesuai yang diinginkan oleh sang penulis; (4) mencerminkan
kemampuan sang penulis untuk menulis secara meyakinkan: menarik minat
para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu
pengertian yang masuk akal dan cermat-teliti mengenai hal itu; (5)
mencerminkan kemampuan sang penulis untuk mengkritik naskah tulisannya
yang pertama serta memperbaikinya; (6) mencerminkan kebanggaan sang
penulis dalam naskah atau manuskrip: kesudian mempergunakan ejaan dan
tanda baca secara seksama, memeriksa makna kata dan hubungan
ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya kepada para
pembaca.

Adapun menurut Mahan dan Day (dalam Tarigan 1993:7) merumuskan

ciri-ciri tulisan yang baik seperti: (1) jujur: jangan coba memalsukan gagasan atau

ide anda; (2) jelas: jangan membingungkan para pembaca; (3) singkat: jangan

memboroskan waktu pembaca; (4) usahakan keanekaragaman: panjang kalimat

yang beraneka ragam; berkarya dengan penuh kegembiraan.

Darmadi (1996:24) merumuskan beberapa ciri tulisan yang baik, yaitu

sebagai berikut.

(1) signifikan, apabila penulis dapat menceritakan kepada pembaca tentang


suatu hal yang dibutuhkan olehnya; (2) jelas, berkaitan erat dengan gampang
tidaknya sebuah tulisan untuk dipahami. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kejelasan tulisan adalah pilihan kata, struktur kalimat,
34

penggunaan kata-kata penghubung, organisasi ide, pemilihan ilustrasi,


penentuan contoh-contoh, dan sebagainya; (3) mempunyai kesatuan dan
organisasi yang baik, cirinya dapat menyenangkan pembacanya dan mudah
dipahami, langsung menjelaskan topik persoalan (tidak berputar-putar) dan
perpindahan dari satu hal ke hal yang lain dilakukan dengan mulus; (4)
ekonomis, padat isi, dan bukan padat kata. Hal ini berkaitan keefisienan waktu
dan tenaga; (5) mempunyai pengembangan yang memadai, artinya sebuah
tulisan dengan pengembangan memadai tentu akan lebih mudah dipahami oleh
pembaca daripada tulisan yang tidak dikembangkan secukupnya; (6)
menggunakan bahasa yang dapat diterima (acceptable), artinya pemakaian
bahasa yang dapat diterima (baik dan benar) akan sangat mempengaruhi
tingkat kejelasan tulisan; (7) mempunyai kekuatan (bertenaga), artinya sebuah
tulisan yang bertenaga akan membuat pembaca merasa bahwa si penulis hadir
di dalam tulisannya.

Gie (2002:33-37) merumuskan asas-asas mengarang yang efektif, yaitu

sebagai berikut.

(1) kejelasan (clarity), asas kejelasan tidaklah semata-semata berarti mudah


dipahami, melainkan juga bahwa karangan itu tidak mungkin disalahtafsirkan
oleh pembaca. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga
setiap butir ide yang diungkapkan seakan-akan tampak nyata oleh pembaca;
(2) keringkasan (conciseness), berarti bahwa suatu karangan tidak
menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak megulang-mengulang
butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam menyampaikan
suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang berkepanjangan; (3) ketepatan
(correctness), berarti suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir
gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang
dimaksudkan oleh penulisnya; kesatupaduan (unity), berarti segala hal yang
disajikan dalam karangan perlu berkisar pada satu gagasan pokok atau tema
utama yang telah ditentukan; (5) pertautan (coherence), berarti bahwa dalam
suatu karangan bagian-bagiannya perlu “melekat” secara berurutan satu sama
lain; (6) penegasan (emphasis), berarti bahwa dalam suatu tulisan butir-butir
informasi yang penting disampaikan dengan penekanan atau penonjolan
tertentu sehingga meninggalkan kesan yang kuat pada pikiran pembaca.

Berdasarkan keempat pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

penulisan yang baik, adalah: (1) jujur (tidak memalsukan ide); (2) jelas (tidak

membingungkan pembaca); (3) singkat (tidak memboroskan waktu pembaca); (4)

bervariasi (mempunyai panjang kalimat yang beraneka ragam); (5) runtut; (6)

padu; dan (7) menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal ini sesuai dengan
35

syarat-syarat petunjuk yang baik yaitu jelas, logis, dan singkat. Jelas maksudnya

tidak membingungkan dan mudah diikuti. Sedangkan logis maksudnya tidak

menimbulkan salah langkah. Dan singkat maksudnya hanya mencantumkan hal-

hal yang penting saja.

2.2.2 Menulis Petunjuk

Menulis petunjuk adalah salah satu kompetensi dasar keterampilan

menulis kebahasaan pada siswa kelas VIII SMP/MTs.. Dalam standar kompetensi

dasar tersebut terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa yaitu

mampu menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu/penjelasan tentang cara

membuat sesuatu.

2.2.2.1 Hakikat Petunjuk

Menurut Tarigan (2003:2.42) “petunjuk berarti ketentuan yang memberi

arah atau bimbingan bagaimana sesuatu harus dilakukan. Petunjuk dibagi atas

petunjuk lisan dan petunjuk tulis”.

Adapun pengertian petunjuk menurut Aminuddin dkk. (2004:94)

“petunjuk adalah segala sesuatu yang menunjukkan, memberi tahu, dan

sebagainya. Petunjuk dapat berupa lambang/tanda maupun berupa buku

petunjuk”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa petunjuk adalah

nasihat, ajaran, dan ketentuan-ketentuan yang patut diturut untuk melakukan,

menggunakan, dan membuat sesuatu.


36

Mengacu pada pengertian petunjuk, maka dapat dirumuskan pengertian

menulis petunjuk. Menulis petunjuk merupakan suatu kegiatan menuangkan

gagasan, pikiran, dan perasaan dalam bentuk tulisan yang bertujuan untuk

memberikan ketentuan-ketentuan tentang sesuatu agar dapat dilakukan oeh orang

lain dengan baik dan benar. Petunjuk yang baik haruslah komunikatif dan mudah

dipahami.

2.2.2.2 Syarat-syarat Petunjuk yang Baik

Tarigan dan Tarigan (1986:113) mengatakan syarat-syarat petunjuk yang

baik sebagai berikut.

Petunjuk harus singkat agar mudah diingat. Petunjuk harus pula tepat agar
tidak terjadi kesalahan menangkap atau memahami isi petunjuk. Dekat dengan
ketepatan, petunjuk harus tegas sehingga tidak meragukan orang yang
menggunakan petunjuk itu. Petunjuk yang singkat, tepat, tegas serta harus
menunjang kejelasan. Pada akhirnya petunjuk itu harus memberikan kejelasan
bagi para pemakainya.

Adapun persyaratan yang diperlukan dalam petunjuk menurut Mulyati

(1999:1.24) yaitu “petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat”.

Menurut Depdiknas (2004:40-41) untuk dapat menulis petunjuk dengan

baik, harus diperhatikan ciri-ciri sebagai berikut.

(1) jelas, maksudnya tidak membingungkan dan mudah diikuti. Kejelasan


tersebut mencakup pilihan kata/bahasa, keruntutan uraian, dan penggunaan
istilah-istilah yang lazim. Tidak menimbulkan banyak penafsiran; (2) logis,
maksudnya dalam menjelaskan urutan-urutan tersebut harus berhubungan
secara praktis dan logis, tidak menimbulkan salah langkah; (3) singkat, artinya
hanya mencantumkan hal-hal yang penting saja.
37

Mengacu pada ketiga ciri di atas, Depdiknas (2004:35) secara ringkas juga

telah memberikan beberapa pedoman untuk menilai hasil petunjuk tertulis siswa,

yaitu sebagai berikut.

(1) petunjuk itu harus jelas sehingga dapat diikuti dengan baik; (2) langkah-
langkah dalam petunjuk harus urut; (3) ejaannya harus benar; (4) kata-kata
yang digunakan harus hemat dan menggunakan kalimat efektif; (5) bahasa
yang digunakan harus sesuai dengan sasaran petunjuk; (6) tampilan petunjuk
harus menarik; dan (7) model tulisan yang dipilih harus jelas. Namun, dalam
penelitian ini tidak semua pedoman digunakan. Pedoman 1-6 saja yang
digunakan karena dianggap lebih mengacu pada tata grafis sehingga kurang
mendukung penilaian kemampuan menulis petunjuk siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan syarat-syarat

menulis petunjuk yang baik adalah mengacu pada persyaratan yang dirumuskan

Depdiknas yaitu petunjuk harus jelas, logis, dan singkat. Hal ini dimaksudkan

agar petunjuk, baik tulis maupun lisan, dapat digunakan dengan tepat tanpa terjadi

kesalahan mengkap isi petunjuk. Bila ketiga syarat tersebut dapat dipenuhi, maka

petunjuk dapat dikatakan baik.

2.2.2.3 Kalimat Efektif

Samsuri (1985:54) menyatakan bahwa “kalimat adalah untaian berstruktur

dari kata-kata”. Sedangkan menurut Depdiknas (1988:254) “kalimat adalah bagian

terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara

ketatabahasaan”.

Senada dengan Depdiknas, Kridalaksana (1993:92) mengungkapkan

pengertian “kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,

mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas

klausa”. Batasan kalimat menurut Ramlan (dalam Atmawati 2004:1) yaitu “satuan
38

gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun

maupun naik”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian kalimat adalah suatu ujaran yang mengungkapkan pikiran yang utuh

serta mempunyai intonasi final.

Mengenai kalimat efektif, Widyamartaya (1991:18-39) mengemukakan

bahwa kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut.

(1) secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis;
(2) sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pemikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang dipikirkan pembicara atau penulis.
Widyamartaya menambahkan, adapun ciri-ciri kalimat efektif, yaitu: (1)
mengandung kesatuan gagasan, artinya setiap kalimat mengandung satu ide
pokok; (2) mewujudkan koherensi yang baik dan kompak, maksudnya
koherensi adalah pertautan antara unsur-unsur yang membangun kalimat dan
alinea; (3) merupakan komunikasi yang berharkat, artinya daya, tenaga,
kekuatan; (4) memperhatikan paralelisme (kesejajaran), yaitu penggunaan
bentuk gramatikal yang sama untuk unsur-unsur kalimat yang sama fungsinya;
(5) diwarnai kehematan; maksudnya tidak memubazirkan kata-kata
(pemborosan kata); (6) didukung variasi, artinya variasi kalimat-kalimat yang
membangun paragraf atau alinea; (7) dibantu pemakaian EYD; dan (8)
berdasarkan pilihan kata yang baik, maksudnya dalam komunikasi berbahasa
harus didasari/konsientiasi kata kesadaran akan seluk-beluk kata dan
kemahiran memilih-milih kata.

Akhadiah dkk. (1996:116-128) mengemukakan beberapa ciri kalimat

efektif sebagai berikut.

(1) kesepadanan dan kesatuan; (2) kesejajaran bentuk; (3) penekanan; (4)
kehematan dalam mempergunakan kata; dan (5) kevariasian struktur kalimat.
Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kemampuan struktur bahasa dalam
mendukung gagasan atau konsep yang merupakan kepaduan pikiran.
Sementara itu, kesatuan menunjukkan bahwa pada umumnya dalam sebuah
kalimat terdapat satu ide atau gagasan yang hendak disampaikan serta
komentar atau penjelasan mengenai ide tersebut. Kesejajaran (paralelisme)
dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama atau konstruksi
bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah gagasan
39

(ide) dalam suatu kalimat dinyatakan dalam frase (kelompok kata), maka
gagasan-gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dalam frase.
Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian
kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan
ini menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Sementara itu, kevariasian
yang ada berupa kevariasian yang digunakan untuk menghindarkan suasana
monoton dan rasa bosan pembaca sehinga suatu paragraf dalam tulisan
memerlukan bentuk, pola, dan jenis kalimat yang bervariasi.

Sementara itu Doyin dan Wagiran (2002:24) mengemukakan bahwa

sebuah “kalimat dikatakan efektif jika mempunyai kemampuan untuk

menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa

yang terdapat pada pikiran penulis atau pembaca”.

Berbeda halnya dengan Atmawati (2004:8) mengemukakan bahwa

“kalimat efektif adalah berkaitan dengan bentuk gramatikal, sedangkan kalimat

yang tidak efektif berarti kalimat yang tidak gramatikal”.

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat

efektif adalah kalimat yang mengandung satu kesatuan yang utuh sehingga

mampu menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang

terdapat pada pikiran penulisnya. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika

mengandung ciri-ciri sebagai berikut: (1) jelas; (2) ringkas; (3) adanya koherensi

yang baik antarkalimat atau anatarparagraf; (4) bervariasi; dan (5) pemakaian

EYD dan bahasa baku yang baik dan benar. Hal ini sesuai dengan syarat-syarat

petunjuk yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini, yaitu petunjuk harus jelas,

logis, dan singkat.


40

2.2.3 Pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan

(PAKEM)

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan juga tuntutan desentralisi

pendidikan, diperkenalkan pendekatan baru dalam rangka pengelolaan berbasis

sekolah. Beberapa gagasan serta kebijaksanaan pemerintah yang mendasari

pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah antara lain mengenai

empat pilar pendidikan yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar

untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri/mandiri

(learning to be), dan belajar untuk kebersamaan (learning to life together).

Selanjutnya pesan A. Malik Fajar (dalam Seksi Kurikulum 2003:2) bahwa “secara

umum KBM di sekolah harus menyenangkan, mengasyikan, mencerdaskan, dan

menguatkan daya pikir siswa yang berpedoman pada tujuan, sehingga KBM akan

menjadi lebih efektif”.

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada suatu pemikiran

bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan alamiah.

Belajar akan lebih bermakna jika siswa “mengalami” apa yang dipelajarinya,

bukan “mengetahui” apa yang dipelajari. Kenyaataan telah membuktikan,

pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil

dalam kompetensi “mengingat” dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam

membekali siswa untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Dengan demikian, cara pengelolaan proses pembelajaran harus sangat

diperhatikan, salah satunya adalah metode yang sesuai dengan pembelajaran.

Pendekatan berarti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
41

maksud. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai cara menyeluruh (dari

awal sampai akhir) dan mencapai tujuan pembelajaran.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAKEM).

2.2.3.1 Pengertian PAKEM

Seksi Kurikulum (2003:2) menyatakan bahwa PAKEM adalah akronim

dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan

bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana yang

mendukung (kondusif) sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan

mengemukakan gagasan. Belajar memang suatu proses aktif dari si pembelajar

dalam membangun pengetahuannya, bukan hanya proses pasif yang hanya

menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran

tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif siswa sangat penting

dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan

sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan KBM yang beragam

sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah

suasana belajar mengajar yang menyenangkan agar siswa memusatkan

perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu untuk mencurahkan

perhatiannya (time on ask) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah

terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah


42

cukup jika proses pembelajarannya tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa

yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajarannya berlangsung, sebab

pembelajaran berlangsung memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus

dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif,

maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

PAKEM adalah suatu pendekatan pembelajaran yang baik dan

menyenangkan bagi siswa. Hal yang penting dalam pembelajaran model PAKEM

adalah harus mampu merancang skenario pembelajaran seperti yang diharapkan

(pembelajaran yang mengena) tapi tetap bersifat menyenangkan. Pembelajaran

harus berpusat pada siswa, siswa harus lebih dominan dan aktif serta terlibat

sebanyak mungkin dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran juga harus menggali kreativitas siswa, misalnya menemukan

ide dan gagasan yang tidak harus sama dengan yang telah ada. Keefektifan

pembelajaran dilihat dari ketercapaian tujuan yang dikaitkan dengan materi,

sarana, bahan, dan alat yang tersedia. PAKEM harus dapat menciptakan suasana

pembelajaran sedemikian rupa sehingga menyenangkan siswa, seperti belajar

tidak harus selalu dilaksanakan di dalam kelas tetapi bisa di luar kelas.

Secara garis besar PAKEM digambarkan oleh Seksi Kurikulum (2003:2)

sebagai berikut.

(1) siswa harus terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan


pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui
berbuat; (2) guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara untuk
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran yang menarik, menyenangkan,
dan cocok bagi siswa; (3) guru mengatur kelas dan memajang buku-buku dan
bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”; (4) guru
menerapkan cara belajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
43

belajar kelompok; (5) guru mendorong siswa untuk menemukan caranya


sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya,
dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan PAKEM

menurut Seksi Kurikulum (2003:2-4), yaitu: (1) memahami sifat yang dimiliki

anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi. Kedua

sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap berpikir kritis

dan kreatif; (2) mengenal anak secara perorangan, artinya anak bervariasi dan

memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM, semua anak di dalam kelas

tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan

kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat

dimanfaatkan untuk membantu teman yang lemah (tutor sebaya). Dengan

mengenal kemampuan anak, dapat membantunya bila mendapat kesulitan

sehingga belajar anak menjadi optimal; (3) memanfaatkan perilaku anak dalam

pengorganisasian belajar, maksudnya secara alami anak sejak kecil bermain

berpasangan atau berkelompok. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam

pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak

dapat bekerja berpasangan atau berkelompok. Kondisi seperti ini dapat

memudahkan siswa untuk berinteraksi dan bertukar pikiran; (4) mengembangkan

kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan memecahkan masalah. Untuk

memecahkan masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis

untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan

masalah. Oleh karena itu, tugas guru mengembangkannya antara lain dengan

sering-sering memberi tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka; (5)


44

mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Hasil

pekerjaan siswa sebaiknya dipajang untuk memenuhi sudut-sudut ruang kelas.

Dengan demikian, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik

dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain; (6) memanfaatkan lingkungan sebagai

sumber belajar, maksudnya lingkungan dapat berperan sebagai media belajar

tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai

sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar; (7)

memberikan umpan balik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Pemberian umpan

balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru

dan siswa. Umpan balik lebih mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan

siswa; (8) membedakan aktif fisik dan aktif mental, aktif mental lebih diinginkan

daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan

mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat

berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut; seperti takut

ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa karakteristik PAKEM adalah: 1) aktif,

maksudnya dalam proses pembelajaran guru harus harus menciptakan suasana

yang mendukung (kondusif) sehingga siswa aktif, bertanya, mempertanyakan, dan

mengemukakan gagasan; 2) kreatif, dimaksudkan agar guru menciptakan KBM

yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa; 3)

menyenangkan adalah suasana belajar yang menyenangkan sehingga waktu untuk

mencurahkannya tinggi; 4) efektif yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai

siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.


45

2.2.3.2 Prosedur PAKEM

PAKEM tidak akan bermanfaat dan berhasil apabila guru hanya

menyodorkan suatu masalah tanpa ditempuh sejumlah kegiatan bertahap. Menurut

Tim PPA (dalam Dasmawarti 2005:21) merumuskan prosedur PAKEM sebagai

berikut. Pertama, merumuskan tujuan bahan ajar. Sebelum dapat merumuskan

tujuan, kurikulum harus dikuasai terlebih dahulu, kurikulum dapat dikembangkan

dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan budaya setempat. Pada hakikatnya

pembelajaran bahasa Indonesia merupakan proses kegiatan berbahasa (menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis) dan bukan penyampaian pengetahuan

kebahasaan, maka rumusan tujuan dapat merefleksikan/mencerminkan hal

tersebut.

Kedua, memilih alat dan bahan. Dalam memilih alat dan bahan

pembelajaran itu dapat berhasil, yaitu jika: (1) mudah dan menarik; (2) mudah

diperoleh: (3) tidak membahayakan; (4) sesuai dengan tujuan; (5) dapat

dipergunakan dan bermakna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan (6) dari

media cetak dan elektronik.

Ketiga, langkah-langkah pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran

yang disusun merupakan skenario pembelajaran yang hendak dilakukan sebaiknya

disusun secara sistematis, logis, mengoptimalkan peran siswa, mudah dipahami,

dan dapat dilksanakan sesuai dengan lingkungan dan kondisi yang berbeda serta

bermakna.

Keempat, menentukan alokasi waktu. Bahan ajar bahasa Indonesia yang

bernuansa PAKEM tidak terlalu terikat oleh alokasi waktu yang kaku. Karena
46

pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah pembelajaran kegiatan berbahasa

dan bukan penyampaian pengetahuan kebahasaan, maka pengaturan alokasi waktu

dalam pembelajaran bahasa bersifat fleksibel. Namun demikian, dalam

menentukan alokasi kegiatan pembelajaran secara utuh harus diperhatikan agar

terdapat keseimbangan dalam pengaturan waktu dari kegiatan awal, kegiatan inti,

dan kegiatan akhir. Sebaiknya alokasi waktu terbanyak disediakan dalam kegiatan

inti untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat, berpikir, dan

mengumpulkan pembelajaran agar mengetahui makna pembelajaran yang

dilakukannya.

Kelima, catatan pada bahan ajar. Bahan ajar yang disusun adalah bahan

ajar yang singkat, tetapi harus jelas, sehingga catatan perlu ditulis pada bahan ajar,

jika pada langkah pembelajaran terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan

alternatif atau memberikan pembelajaran model lain.

Penilaian tidak menjadi bagian tersendiri pada bahan ajar, maka

pemantauan catatan sebagai tempat menyampaikan proses penilaian yang akan

dilakukan lebih menekankan pada fokus penilaian untuk perbaikan daripada

teknik penilaian. Pencantuman penilaian pada catatan dapat mempermudah

pengukuran tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilakukan untuk

melaksanakan kegiatan lebih lanjut. Catatan dapat digunakan untuk

menginformasikan hal yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran dari awal

sampai akhir pembelajaran. Penilaian dapat menjadi bahan perbaikan dan

pengayaan serta sebagai bahan tindak lanjut. Di samping itu dapat menjadi bukti
47

kemajuan siswa dalam bentuk tindakan, tulisan-tulisan karya siswa yang

dikumpulkan selama setahun (portofolio).

2.2.3.3 Prinsip Belajar Siswa Aktif

Beberapa prinsip cara belajar siswa aktif dikemukakan oleh Aminudin

(1990:200-2001), yaitu: (1) penciptaan situasi belajar-mengajar memberikan

kemungkinan kepada siswa untuk mengembangkan keberaniannya dalam

mewujudkan minat, keinginan serta dorongan-dorongan untuk memperoleh

pengetahuan; (2) penciptaan situasi belajar-mengajar yang memungkinkan siswa

dapat berpartisipasi secara optimal dalam seluruh proses belajar mengajar; (3)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya

secara optimal; (4) setiap siswa mempunyai kemampuan, cara dan irama belajar

sendiri-sendiri yang harus diperhatikan orang tua; (5) guru lebih banyak berperan

sebagai motivator, fasilitator yang mampu membangkitkan minat dan kreativitas

murid dalam proses belajar mengajar, guru menghindarkan diri dari

kecenderungan sebagai pusat segalanya dalam proses belajar mengajar; (6) pokok

bahasan, tujuan pengajaran, bahan pengajaran haruslah bermakna bagi kehidupan

siswa. Ini berarti bahwa hal-hal itu merupakan hal yang dapat memenuhi

kebutuhan siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya; (7)

situasi belajar-mengajar yang menyenangkan dengan menciptakan jalinan

hubungan yang akrab antara guru dengan siswa dan antar sesama siswa; (8)

program pengajaran disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasikan

kepentingan-kepentingan siswa secara keseluruhan.


48

2.2.4 The Real Things Media

2.2.4.1 Hakikat Media Pembelajaran

Penelitian ini menggunakan media pembelajaran sebagai alternatif

pembelajaran menulis petunjuk dan mengoptimalkan kemampuan siswa dalam

menulis petunjuk melalui the real things media.

Adapun pengertian media menurut Soeparno (1980:1) adalah suatu alat

yang merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message)

atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerima (receiver). Dalam

dunia pengajaran, biasanya pesan atau informasi yaitu guru, sedangkan penerima

informasi tersebut adalah siswa.

Santoso (dalam Subana dan Suanarti 2004:287) mengemukakan beberapa

pengertian media sebagai berikut.

(1) secara umum, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang
sebagai penyebar ide/gagasan sehingga ide/gagasan itu sampai pada penerima;
(2) medium yang paling utama dalam komunikasi sosial manusia adalah
bahasa; (3) media pendidikan adalah media yang penggunaanya diintegrasikan
dengan tujuan dan isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu
mengajar dan belajar; (4) perbedaan istilah media pendidikan dengan
teknologi pendidikan adalah teknologi merupakan perluasan konsep tentang
media. Teknologi bukan sekadar benda, alat, atau bahan. Dalam istilah
teknologi tersimpul sikap, perbuatan, organisasi, dan manajemen yang
berhubungan dengan penerapan ilmu dan teknologi industri dalam proses
pendidikan. Dalam konsep ini, tersimpul sikap dan tindakan inovatif yang
menjadi watak dari ilmu dan teknologi tersebut.

Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari

sumber informasi kepada penerima informasi. Peranan media dalam proses

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai teknologi pembawa pesan (informasi)

yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pengajaran atau sarana fisik untuk

menyampaikan isi/materi pelajaran (Abipraya, 2005:101.).


49

Berdasarkan kedua pengertian media di atas, dapat disimpulkan bahwa

media pendidikan adalah media yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan

dan isi pengajaran serta dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pembelajaran.

Menurut Subana dan Sunarti (2004:288) manfaat media dan teknologi

dilihat dari beberapa segi adalah sebagai berikut.

(1) ditinjau dari segi isi (content) ide atau pesan (message) yang diajarkan,
kegunaan media adalah menyajikan hal-hal yang secara biasa tidak dapat
disajikan karena berbagai sebab, misalnya terlalu luas, besar, sempit, kecil,
berbahaya, kompleks, sudah lampau atau belum terjadi; dan hanya dapat
diperlihatkan dalam keadaan bergerak; (2) ditinjau dari jumlah penerimanya
(siswa, publik, dan sebagainya), media bermanfaat untuk menghubungi orang
banyak jauh lebih banyak daripada disebarkan tanpa media; (3) unsur waktu.
Melalui media, banyak ide dapat disebarkan dengan cepat, bahkan beberapa
saat setelah terjadinya peristiwa; (4) hubungannya dengan unsur psikologis
dari penerima. Media yang baik dapat menambah kesan dramatik atau realistik
sehingga orang yang menerimanya lebih menaruh perhatian, percaya, atau
lebih tergetar emosinya.

Adapun Sudjana dan Rivai (2002:2) merumuskan media pembelajaran

adalah sebagai berikut: (1) menarik perhatian siswa terhadap materi yang

disajikan; (2) bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran

yang lebih baik; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru; dan (4) siswa

lebih banyak melakukan kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan uraian guru,

tetapi aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-

lain.

Santoso (dalam Subana dan Sunarti 2004:289) menjelaskan beberapa

manfaat media, yaitu sebagai berikut: (1) menurut Gagne (1997), media adalah

salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Di dalamnya tercakup segala
50

peralatan fisik pada komunikasi, seperti buku, modul, komputer, slide, dan tape

recorder; (2) Bretz (1971) berpendapat media sebagai perantara yang

menghubungkan semua pihak yang membutuhkan. Hal ini yang mendorong

Gerlach dan Ely (1980) untuk berpendapat bahwa media pendidikan adalah grafik,

fotografi, elektronik atau alat-alat mekanik yang digunakan untuk menyajikan,

memproses, dan menjelaskan informasi lisan; (3) konsep media pembelajaran

mempunyai dua segi yang tak terpisahkan antara satu dan lainnya, yaitu

materi/bahan perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan

media mengacu pada pendapat Sudjana dan Rivai, yaitu: (1) menarik perhatian

siswa terhadap materi yang disajikan; (2) bahan pelajaran akan lebih jelas

maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan

siswa menguasai tujuan pengajaran yang lebih baik; (3) metode mengajar akan

lebih bervariasi; dan (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Hal ini

sesuai dengan manfaat media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu manfaat

dihadirkannya benda-benda nyata ke dalam kelas adalah agar menarik perhatian

siswa, bahan pelajaran jelas sehingga dapat dipahami. Selain itu, manfaat media

dalam penelitian ini adalah untuk membantu siswa dalam menulis ketiga jenis

petunjuk sambil mempraktikan langsung agar tidak terjadi salah langkah bukan

hasil mengingat seperangkat fakta-fakta.

Menurut Soeparno (1988:8), alasan memilih media yang digunakan dalam

proses belajar mengajar, sebagai berikut: (1) ada berbagai macam media yang

mempunyai kemungkinan dapat dipakai didalam proses belajar-mengajar; (2) ada


51

media yang mempunyai kecocokan untuk menyampaikan informasi tetentu; (3)

ada perbedaan karakteristik setiap media; (4) ada perbedaan pemakaian media

tersebut; dan (5) ada perbedaan situasi dan kondisi tempat media dipergunakan.

Sudjana dan Rivai (2002:6) menyimpulkan peranan media dalam proses

pengajaran dapat ditempatkan sebagai: (1) alat untuk memperjelas bahan

pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media

digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran; (2)

alat untuk mengangkut atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan

dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Guru dapat menempatkan

media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa; (3) sumber belajar

bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari

para siswa baik individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak

membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.

2.2.4.2 Pengertian the Real Things Media

Surakhmad (1980:144-146) menyatakan bahwa benda-benda sebenarnya

(riil) memilki beberapa kelebihan, yaitu: (1) siswa akhirnya akan memiliki

pengetahuan yang lengkap; (2) dapat mengemukakan gambaran kenyataan

sepenuhnya; (3) untuk memelihara keutuhan pengalaman dan pengetahuan murid;

dan (4) tidak menimbulkan kesan yang salah.

Gerlach and Ey (1980:376) conclude that real things are things stimuli
presented to pupils by means of field trips or by bringing people or things into
the school for direct observation.
The term real things can be interpreted as any substances which play an
important role in teaching and learning processes. They help students to
master the material which is presented by the teacher more easily.
52

Maksudnya, Gerlach dan Ely (180:376) menyatakan bahwa benda nyata

adalah benda-benda perangsang yang ditujukan kepada siswa dengan peralatan

yang ada di lapangan atau dengan membawa narasumber atau benda-benda ke

dalam sekolah untuk pengamatan secara langsung.

Istilah benda nyata dapat diinterpretasi sebagai suatu substansi yang

berperan penting dalam proses belajar dan pembelajaran. Benda-benda nyata itu

membantu siswa untuk menguasai pelajaran yang diajarkan oleh guru dengan

mudah.

Sudjana dan Rivai (2002:196) menyatakan, dengan menggunakan benda-

benda nyata atau makhluk hidup (real life material) dalam pengajaran sering kali

paling baik, dalam menampilkan benda-benda nyata tentang ukuran, suara, gerak-

gerik, permukaan, bobot badan, bau serta manfaatnya. Manfaat benda-benda nyata

sebagai media pembelajaran yaitu: (1) para siswa akan lebih banyak belajar; dan

(2) siswa akan lebih terkesan dalam pembelajaran.

Dalam mempergunakan benda-benda nyata untuk tujuan pengajaran, guru

hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) benda-benda atau makhluk

hidup apakah yang mungkin dimanfaatkan di kelas secara efisien; (2) bagaimana

caranya agar semua benda itu bersesuain sekali terhadap pola belajar siswa; dan

(3) dari mana sumbernya untuk memperoleh benda-benda itu.

Sudjana dan Rivai menambahkan bahwa benda-benda nyata itu banyak

macamnya, mulai dari benda atau mahluk hidup seperti binatang dan tumbuh-

tumbuhan, juga termasuk benda-benda mati misalnya batuan, air, tanah, dan lain-
53

lain. Benda-benda nyata dapat memegang peranan penting dalam upaya

memperbaiki proses belajar-mengajar.

Bila siswa berkesempatan hidup bersama dengan benda-benda tertentu

sehingga mereka mengenal segala aspek yang berhubungan dengan benda itu,

mereka akan memiliki pengalaman yang lengkap tentang benda tersebut. Dengan

pengetahuan itu mereka sering kali menjadi seorang “ahli”. Pengetahuannya

adalah nyata, langsung, dan luas. Itulah sebabnya, maka dunia ini dalam keadaan

senyatanya adalah tempat belajar yang terbaik. Segala sesuatu dapat langsung

ditangkap, diamati, diteliti, dan dipahami: tegasnya, segala sesuatu dapat langsung

diamati.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa the real things

media adalah media perangsang yang berupa benda-benda nyata seperti air, tanah,

binatang atau bahkan narasumber yang dibawa ke dalam kelas. Manfaat benda-

benda nyata sebagai media adalah agar siswa memiliki pengetahuan yang lengkap,

tidak menimbulkan kesan yang salah, tidak salah langkah dengan melihat

gambaran kenyataan sepenuhnya, dan memelihara keutuhan pengetahuan dan

pengalaman murid sehingga pembelajaran mejadi berkesan.

Dengan adanya manfaat benda-benda nyata sebagai media pembelajaran di

atas, maka manfaat media tersebut sesuai dengan manfaat penelitian ini yaitu agar

siswa tidak salah langkah dalam membuat petunjuk dengan cara mempraktikan

terlebih dahulu petunjuk (membuat, menggunakan, dan membuat sesuatu) agar

langkah-langkah penggunaan petunjuk tersebut jelas, logis, dan singkat.


54

2.2.5 Penerapan Pendekatan PAKEM Melalui the Real Things Media dalam

Pembelajaran Menulis Petunjuk

Pendekatan PAKEM merupakan pembelajaran kooperatif dan interaktif

yang bertujuan untuk menggali kreativitas siswa dengan menggunakan berbagai

alat bantu dan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran

menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Penggunaan the real things media

dalam pembelajaran menulis petunjuk merupakan alternatif pembelajaran yang

menyenangkan karena siswa akan mendapat pengetahuan dan pengalaman yang

utuh, lengkap, dan langsung, sehingga pengetahuan, pengalaman, serta

keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat

fakta-fakta, melainkan dari hasil menemukan sendiri gambaran kenyataan

sepenuhnya sehingga memungkinkan tidak menimbulkan kesan yang salah

terhadap petunjuk yang ditulis. Siswa dapat menuliskan urutan yang benar sesuai

pengalaman yang diperolehnya lewat learning by doing di kelas. Jadi,

kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam menulis petunjuk seperti tata urutan

penulisan tidak terbalik lagi, petunjuk jelas, tidak mengalami hambatan dalam

menuangkan ide, serta pengetahuan dan pengalaman didapat langsung dalam

pembelajaran menulis petunjuk.

Ada beberapa tahap dalam pembelajaran keterampilan menulis petunjuk

yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu tahap mengalami dan meneksplorasi,

interaksi, komunikasi, dan refleksi (sumber: BruderFIC.or.id.).

Tahap pertama adalah siswa mengalami dan mengeksplorasi kegiatan

secara langsung, karena dengan cara mengalami langsung akan meningkatkan


55

kebertahanan informasi dalam pikiran kita. Maksudnya adalah pada tahap ini

pembelajaran melibatkan berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa. Hal

ini akan meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu konsep dan meningkatkan

daya bertahan pemahaman itu (informasi) dalam pikiran siswa. Pada tahap ini

siswa diminta mengamati benda-benda nyata yang telah disediakan. Dari hasil

eksplorasi tersebut akan merangsang siswa memunculkan ide terhadap petunjuk

yang akan dibuat.

Tahap kedua adalah berinteraksi dengan teman dan guru. Gagasan yang

dibangun sebagai hasil dari proses belajar, berkemungkinan masih belum

sempurna bahkan salah. Berinteraksi dengan temannya memungkinkan si

pembelajar memperbaiki kesalahan itu atau memperkaya gagasan yang

dibangunnya. Di samping itu, interaksi dapat merupakan wahana pengembangan

kemampuan sosial siswa seperti berkomunikasi, menyanggah pendapat, dan

menyampaikan pendapat secara santun. Interaksi dapat diciptakan oleh guru

antara lain dengan cara merancang kegiatan belajar bagi siswa secara

berkelompok. Tahap ketiga adalah komunikasi. Gagasan yang benar atau salah

baru akan diketahui guru bila siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan

atau mengekspresikannya (lewat komunikasi tulis yaitu petunjuk tertulis). Guru

perlu mengetahui gagasan apa yang ada dibenak siswa agar dapat merangsang

pengembangannya, bila gagasan itu benar; atau merangsang perbaikannya, bila

gagasan itu salah. Pada tahap ini siswa mempraktikan terlebih dahulu petunjuk

yang akan mereka tulis dengan menggunakan the real things media sebagai

stimulus.
56

Tahap terakhir yaitu refleksi. Siswa perlu dibiasakan untuk menuangkan

kembali apa yang dipikirkan dan dilakukannya agar mereka terlatih menilai diri

sendiri (pikiran dan tindakan) dan tidak tergantung pada orang lain. Pada tahap ini

siswa bersama guru mengevaluasi bersama-sama hasil tulisan siswa.

Setelah keempat tahap ini dilakukan sebaiknya guru mengulangi dan

menjelaskan lagi bagian-bagian yang masih belum dipahami siswa. Selanjutnya

diujikan lagi keterampilan menulis petunjuk, kemudian dianalisis hasilnya yang

kemudian dibandingkan dengan hasil tes pertama hingga diangap berhasil sesuai

nilai yang ditargetkan atau bahkan lebih.

2.3 Kerangka Berpikir

Manusia dalam melakukan aktivitasnya memerlukan implementasi dari

kemampuan menulis. Terutama dalam kehidupan sehari-hari, kita sering

mengerjakan dan melaksanakan sesuatu dipandu oleh petunjuk tertulis agar

aktivitas tersebut berjalan dengan baik. Penulisan petunjuk yang baik akan

memudahkan pembaca dalam melakukan apa yang dicantumkan didalamnya.

Oleh karena itu, semakin banyak berlatih menulis petunjuk, maka semakin besar

pula kemungkinan dapat menguasai keerampilan tersebut. Tidak ada manusia

yang dapat langsung terampil menulis tanpa suatu proses latihan. Kemampuan

menulis teks petunjuk yang baik, dapat dimiliki oleh setiap individu apabila

pembelajaran menulis petunjuk yang diberikan lebih intensif dan berlangsung

secara terus menerus.


57

Sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis khususnya

dalam menulis teks petunjuk, guru harus menerapkan pengetahuannya mengenai

teknik dalam mengajar. Peneliti dalam hal ini sebagai guru menggunakan the real

things media melalui pendekatan PAKEM guna mengaktifkan siswa dalam

pembelajaran menulis petunjuk.

Penggunaan the real things media akan menuntut siswa berpikir aktif

menuangkan apa yang ia pikirkan dan ia rasakan. The real things media dapat

membantu siswa untuk mengalirkan secara bebas apapun yang telah tersimpan

didalam pikiran dan perasan siswa. The real things media merupakan media

belajar yang kaya untuk bahan belajar siswa. Penggunaan the real things media

sebagai media pembelajaran akan membuat siswa merasa senang dalam belajar.

Mengalami langsung apa yang sedang dipelajari akan mengaktifkan lebih banyak

indera daripada hanya mendengarkan guru menjelaskan. Membangun pemahaman

dari pengamatan dan pengalaman langsung akan lebih mudah daripada

membangun pemahaman dari uraian lisan guru, terlebih lagi bila siswa masih

diminta untuk berpikir secara abstrak (mengingat seperangkat fakta tentang urutan

langkah-langkah pelaksanaan, pembuatan, dan penggunaan sesuatu). Belajar

dengan cara mengalami langsung akan meningkatkan kebertahanan informasi

dalam pikiran manusia.

Dalam hubungannya dengan proses menulis teks petunjuk, maka siswa

harus betul-betul memahami alur pelaksanaan dari sebuah petunjuk. Pemahaman

siswa mengenai isi petunjuk yang dituliskan dapat dilihat dari syarat petunjuk

yang sudah terpenuhi yaitu jelas, logis, dan singkat. Jelas, artinya tidak
58

membingungkan dan mudah diikuti. Logis, artinya urutan pelaksanaannya tidak

menimbulkan kesalahan langkah. Singkat, artinya hanya mencantumkan hal-hal

yang penting saja. Dalam hal ini ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi jika siswa

dalam mempraktikan petunjuk runtut sesuai dengan tata pelaksanaan yang

seharusnya.

Maka dari itu, peneliti menghadirkan the real things media ke dalam kelas

untuk membantu siswa dalam mempermudah proses penulisan teks petunjuk

tanpa harus mengingat seperangkat fakta-fakta. Efek yang ditimbulkan dari

pembelajaran menulis petunjuk adalah dari psikologis siswa, siswa merasa senang

karena pembelajaran seperti itu belum lazim digunakan dalam kelas konvensional,

jadi seolah siswa menemukan suasana baru sekaligus menyenangkan, yang benar-

benar nyata dihadirkan di dalam kelas. Dengan proses mengalami langsung apa

yang sedang dipelajari (dengan mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang akan

dibuat) akan mengaktifkan siswa dan menghindari adanya salah langkah. Adanya

kegiatan mengalami dan menemukan sendiri kompetensi pembelajaran yang

seharusnya dimiliki siswa berkaitan dengan petunjuk, membuat siswa menjadi

lebih terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif. Pengetahuan yang didapat siswa

pun menjadi lebih bermakna karena siswa mengalami dan menemukan sendiri dan

bukan sekadar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Guru dalam hal ini

hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar

siswanya sehingga pembelajaran yang berlangsung lebih efektif dan efisien. Inilah

yang dinamakan bentuk pembelajaran dengan pendekatan PAKEM. Pendekatan

ini mengandung makna persepsi yang melibatkan secara langsung gerak


59

(psikomotor) dan kerja otak (kognitif). Secara otomatis perasaan siswa (afektif)

akan mengalami kepuasan karena suasana belajar yang menyenangkan dari proses

mengalami dan menemukan sendiri sari pembelajaran yang dihadirkan ke dalam

kelas.

Guna memudahkan pengetahuan yang didapatkan siswa mengendap

dengan baik dalam benak mereka, maka guru perlu mengadakan refleksi pada

akhir pembelajaran.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan the

real things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif

Menyenangkan dapat meningkatkan keterampilan menulis petunjuk siswa dan

mengubah perilaku siswa ke arah positif.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu kemampuan menulis petunjuk

siswa kelas VIII-E SMP Kersana Kabupaten Brebes tahun ajaran 2006/2007.

Kelas VIII-E terdiri atas 42 siswa yaitu 24 siswa perempuan dan 18 siswa laki-

laki.

Peneliti memilih kemampuan menulis petunjuk siswa kelas VIII-E sebagai

subjek penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa apabila dibandingkan

dengan kelas lain, yaitu kelas VIII-A, B, C, D, dan kelas VIII-F, kemampuan

menulis mereka tergolong masih rendah. Sebagian besar siswa kelas VIII-E masih

belum mampu menulis dengan bahasa yang efektif dan menggunakan ejaan serta

tanda baca yang kurang tepat. Serta guru belum menggunakan media

pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam menulis petunjuk. Selain itu, siswa

kelas VIII-E adalah siswa yang paling kurang mampu mengikuti pembelajaran

apabila dibandingkan dengan kelas lainnya. Siswa di kelas tersebut acuh tidak

acuh, suka membuat gaduh, dan tidak berpartisipasi secara aktif saat proses

pembelajaran yang dilakukan.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel peningkatan

kemampuan menulis petunjuk dan variabel pendekatan Pembelajaran Aktif

Kreatif Efektif Menyenangkan melalui the real things media.

60
61

3.2.1 Variabel Peningkatan Kemampuan Menulis Petunjuk

Variabel kemampuan menulis petunjuk merupakan kemampuan siswa

dalam menulis suatu petunjuk, yaitu ketentuan-ketentuan yang patut diturut untuk

sesuatu. Hasil yang ditargetkan yaitu siswa mampu menulis petunjuk dengan

urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif. Kemampuan siswa

dalam menulis petunjuk akan terlihat dalam aspek-aspek sebagai berikut,

kejelasan petunjuk, ketepatan tata urutan petujuk, keefektifan kalimat,

penggunaan ejaan dan tanda baca, kesesuaian bahasa yang digunakan dengan

sasaran petunjuk, dan kemenarikan tampilan petunjuk. Dalam penelitian tindakan

kelas ini, siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran menulis petunjuk apabila

telah mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 70.

3.2.2 Variabel Pendekatan PAKEM melalui the Real Things Media

Pendekatan PAKEM merupakan pembelajaran kooperatif dan interaktif

yang bertujuan untuk menggali kreativitas siswa dengan menggunakan berbagai

alat bantu dan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran

menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Penggunaan the real things media

dalam pembelajaran menulis petunjuk merupakan alternatif pembelajaran yang

menyenangkan. Hal ini dikarenakan siswa akan mendapat pengetahuan dan

pengalaman yang utuh, lengkap, dan langsung. Pengetahuan, pengalaman, serta

keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat

fakta-fakta, melainkan dari hasil menemukan sendiri gambaran kenyataan

sepenuhnya. Dengan demikian adanya kemungkinan tidak menimbulkan kesan


62

yang salah terhadap petunjuk yang ditulis. Siswa dapat menuliskan urutan yang

benar sesuai pengalaman yang diperolehnya lewat learning by doing di kelas. Jadi

kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam menulis petunjuk seperti tata urutan

penulisan tidak terbalik lagi, petunjuk jelas, tidak mengalami hambatan dalam

menuangkan ide, serta pengetahuan dan pengalaman didapat langsung dalam

pembelajaran menulis petunjuk.

Pendekatan PAKEM merupakan pendekatan pembelajaran yang

digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu dalam pembelajaran menulis

petunjuk. Untuk dapat menulis petunjuk yang baik, dibutuhkan suatu

pembelajaran yang lebih merangsang siswa melalui the real things media untuk

dapat menemukan dan mengalami sendiri konsep-konsep yang memang

dibutuhkan siswa.

Dengan benda-benda nyata inilah siswa akan dihadapkan pada upaya

menemukan dan mengalami sendiri berbagai hal mengenai petunjuk. Dengan

mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkan siswa akan

lebih memahami pengetahuan tersebut. Benda-benda nyata itu membuat siswa

untuk menguasai pelajaran dengan mudah.

3.3 Desain Penelitian

Penelitian terhadap pembelajaran menulis petunjuk dengan pendekatan

PAKEM menggunakan the real things media ini merupakan penelitian tindakan

kelas (PTK). PTK merupakan bentuk penelitan yang dilakukan oleh pelaku
63

tindakan memperbaiki kondisi pembelajaran. Oleh karena itu, dengan PTK

diharapkan kualitas pembelajaran dapat berhasil dengan baik.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan atas empat tahap, yakni tahap

perencanaan, pelaksaan tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut

dapat digambarkan dengan jelas di bawah ini.

Siklus I Siklus II
Perencanaan Perencanaan

Refleksi Tindakan Refleksi Tindakan


Tes Awal
(Pretes)
Observasi Observasi

Bagan 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Terdapat dua siklus dalam PTK ini. Siklus I dipakai sebagai dasar

perbaikan tindakan pada siklus II. Sementara itu, siklus II bertujuan untuk

mengetahui peningkatan hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan perbaikan

yang didasarkan pada refleksi siklus I.

3.3.1 Proses Pelaksanaan Tindakan Siklus I


3.3.1.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan dilakukan persiapan pembelajaran menulis

petunjuk. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menyusun rencana

pembelajaran (RP) sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Pada tahap ini selain

menyusun rencana pembelajaran juga membuat instrumen tes dan nontes.

Instrumen tes berupa perangkat tes, yaitu soal dan pedoman penilaian. Instrumen

nontes berupa observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi yang berupa foto.
64

3.3.1.2 Tindakan

Tindakan merupakan pelaksanaan terhadap perencanaan pembelajaran

yang telah dipersiapkan. Dalam tindakan ini, dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut.

a. Guru bersama siswa membuat petunjuk tertulis mengacu pada teks lagu

“Layang-layang”.

b. Guru bersama siswa menganalisis petunjuk yang telah dibuat.

c. Guru membagi siswa ke dalam tiga kelompok besar.

d. Guru mengajak siswa untuk moving class ke tempat the real things media

dipajang.

e. Masing-masing siswa dalam tiap kelompok diminta untuk mengamati benda-

benda nyata yang telah disediakan. Dari hasil eksplorasi tersebut akan

merangsang siswa memunculkan ide terhadap petunjuk yang akan dibuat.

Pembelajaran dibuat agar siswa mengalami sendiri dengan melibatkan

berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa.

f. Siswa melakukan interaksi dengan teman satu kelompok dan berinteraksi

dengan benda-benda nyata.

g. Secara individu, siswa mengomunikasikan serta menuangkan pikiran dan

gagasan dengan membuat tiga jenis petunjuk tertulis berdasarkan benda-benda

nyata (siswa menyusun petunjuk sambil mempraktikan petunjuk yang akan

dibuat).

h. Guru menjelaskan sistem penilaian petujuk tertulis kepada siswa.

i. Guru membagikan lembar penilaian kepada siswa.


65

j. Siswa mengevaluasi hasil petunjuk tertulis teman satu kelompoknya. Hasil

tersebut juga dianalisis untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada

sebagai bahan pertimbangan dalam upaya perbaikan.

k. Guru menanyakan nilai yang diperoleh siswa.

3.3.1.3 Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa

selama pembelajaran berlangsung dan respon siswa terhadap pembelajaran yang

ada. Pengamatan dialakukan dengan mengambil data baik tes maupun nontes.

Data tes pada siklus I diambil sebanyak dua kali yaitu proses (pada awal

pembelajaran) dan tes siklus I (pada akhir pembelajaran). Hasil dari kedua tes

tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

pembelajaran serta untuk menentukan tindakan yang akan diambil untuk

perbaikan pada siklus II.

Sementara itu, data nontes diambil pada saat pembelajaran berlangsung

dan setelah pembelajaran berakhir. Observasi (lembar observasi) dan dokumentasi

(foto) dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Pengambilan gambar

(dokumentasi) dilakukan saat awal pembelajaran yaitu guru melakukan stimulus-

respon terhadap siswa, saat siswa mengamati benda-benda nyata yang telah

disediakan, saat siswa melakukan interaksi dan pengamatan terhadap the real

things media, saat siswa menulis petunjuk sambil mempraktikan langsung

petunjuk yang akan dibuat, saat siswa melakukan aktifitas menulis petunjuk, dan

saat dilakukan wawancara.


66

Jurnal dilaksanakan setelah pembelajaran selesai dan diisi oleh siswa serta

guru. Wawancara dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dan setelah

diketahui nilai yang diperoleh siswa. Hal ini dilakukan untuk menentukan siswa

yang akan diwawancara yaitu siswa yang memperoleh nilai paling tinggi, sedang,

dan rendah.

3.3.1.4 Refleksi

Setelah proses tindakan siklus I berakhir, peneliti melakukan analisis

mengenai hasil tes perbuatan, observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil analisis tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar keterampilan

menulis siswa, bagaimana sikap siswa selama mengikuti pembelajaran, dan

kendala apa yang ditemui guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dilakukan refleksi yang meliputi: (1)

pengungkapan sikap siswa dalam kegiatan belajar mengajar; (2) keterampilan

menulis siswa pada siklus I; dan (3) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah

dilakukan guru selama mengajar. Hasil yang diperoleh pada siklus I digunakan

sebagai dasar perbaikan pada siklus II. Hal-hal yang sudah baik dan mendukung

pembelajaran menulis petunjuk pada siklus I harus dipertahankan dan

ditingkatkan pada siklus II. Sementara itu, kekurangan-kekurangan yang terdapat

pada siklus I harus diperbaiki pada siklus II.


67

3.3.2 Proses Pelaksanaan Tindakan Siklus II

3.3.2.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam siklus II ini dilakukan penyususnan

perbaikan dan penyempurnaan rencana pembelajaran. Kekurangan-kekurangan

yang ada pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Selain itu, peneliti juga kembali

menyiapkan pedoman penilaian yang berupa tes dan nontes yang sudah diperbaiki

dan sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran di

sekolah yang bersangkutan.

3.3.2.2 Tindakan

Tindakan pada siklus II merupakan perbaikan tindakan siklus I. Guru

menjelaskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menulis petunjuk.

Guru juga memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa agar pelaksanaan

kegiatan menulis petunjuk pada siklus II menjadi lebih baik. Adapun langkah-

langkah yang dilakukan dalam siklus II adalah sebagai berikut.

a. Secara individu, siswa ditugaskan untuk mengamati dan mengeksplorasi tiga

buah benda-benda nyata yang telah dibawa oleh masing-masing siswa dengan

melibatkan berbagai indera: lihat, cuim, dengar, raba, dan rasa.

b. Secara individu, siswa melakukan interaksi dengan benda-benda nyata.

c. Secara individu, siswa mengomunikasikan serta menuangkan pikiran dengan

membuat tiga jenis petunjuk tertulis berdasarkan benda-benda nyata yang

dibawa (siswa menyusun petunjuk sambil mempraktikan langsung petunjuk

yang akan dibuat).

d. Guru menjelaskan sistem penilaian petunjuk tertulis kepada siswa.


68

e. Guru membagikan lembar penilaian kepada siswa.

f. Siswa mengevaluasi hasil petunjuk tertulis teman satu bangkunya.

g. Guru menanyakan nilai yang diperoleh siswa.

3.3.2.3 Observasi

Observasi dilakukan terhadap perubahan hasil belajar, perubahan perilaku,

dan sikap siswa dalam proses belajar mengajar. Pengambilan data dilakukan

dengan tes dan nontes. Tes dilakukan saat pembelajaran menulis petunjuk

berlangsung. Sementara itu, data nontes dilakukan dengan menggunakan jurnal,

wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi yang berupa foto.

Pengamatan atau observasi dilakukan saat pembelajaran menulis petunjuk

berlangsung. Peneliti dibantu dengan seorang rekan untuk mengamati tingkah

laku siswa selama pembelajaran berlansung. Catatan harian yang berupa jurnal

diberikan kepada siswa dan mengisi jurnal setelah pembelajaran menulis petunjuk

berakhir. Sementara itu, peneliti juga mengisi jurnal guru yang telah disediakan.

Observasi (lembar observasi) dan dokumentasi (foto) dilaksanakan pada

saat pembelajaran berlangsung. Pengambilan gambar (dokumentasi) dilakukan

saat awal pembelajaran yaitu guru melakukan stimulus-respon terhadap siswa,

saat siswa mengamati benda-benda nyata yang telah disediakan, saat siswa

melakukan interaksi dan pengamatan terhadap the real things media, saat siswa

menulis petunjuk sambil mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat, saat

siswa melakukan aktifitas menulis petunjuk, dan saat dilakukan wawancara.


69

Jurnal dilaksanakan setelah pembelajaran selesai dan diisi oleh siswa serta

guru. Wawancara dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dan setelah

diketahui nilai yang diperoleh siswa. Hal ini dilakukan untuk menentukan siswa

yang akan diwawancara yaitu siswa yang memperoleh nilai paling tinggi, sedang,

dan rendah.

3.3.2.4 Refleksi

Akhir tindakan siklus II ini dilakukan analisis hasil tes perbuatan, jurnal,

wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi yang berupa foto. Hasil analisis

tersebut digunakan untuk mengetahui kendala-kendala apa yang dijumpai guru

pada siklus II, bagaimana perubahan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran

dan seberapa besar peningkatan keterampilan menulis siswa. Berdasarkan hasil

analisis tersebut dilakukan refleksi yang meliputi: (1) perubahan sikap siswa

setelah mengikuti pembelajaran keterampilan menulis petunjuk dengan

pendekatan PAKEM melalui the real things media; (2) peningkatan keterampilan

menulis siswa setelah mengikuti pembelajaran; dan (3) tindakan-tindakan yang

telah dilakukan guru selama mengajar. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada

siklus II ini seharusnya diperbaiki pada siklus berikutnya. Namun, mengingat

keterbatasan waktu, perbaikan-perbaikan kekurangan pada siklus ini terpaksa

dilakukan di luar penelitian ini. Kelebihan yang diperoleh dapat dikembangkan

lagi pada kegiatan pembelajaran sejenis dalam kegiatan belajar-mengajar

berikutnya.
70

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu

instrumen tes dan instrumen nontes.

3.4.1 Tes

Bentuk instrumen tes yaitu tes menulis petunjuk. Kriteria penilaian

menulis petunjuk meliputi: (1) kejelasan petunjuk; (2) ketepatan tata urutan

petunjuk; (3) keefektifan kalimat; (4) penggunaan ejan dan tanda baca; (5)

kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk; dan (6) kemenarikan

tampilan petunjuk.

Tabel 1 Rambu-rambu Penilaian Menulis Petunjuk

No Aspek Penilaian Skor Maksimal


1. Kejelasan petunjuk 20
2. Ketepatan tata urutan petunjuk 20
3. Keefektifan kalimat 20
4. Penggunaan ejaan dan tanda baca 15
5. Kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran 15
petunjuk
6. Kemenarikan tampilan petunjuk 10
Jumlah 100

Tiga jenis petunjuk yang dibuat siswa dianalisis dan nilai akhir dari setiap

petunjuk digabungkan untuk mendapat nilai rata-rata menulis petunjuk siswa.

Pada tabel berikut dapat dilihat aspek, skor, ketegori, dan kriteria

penilaian.
71

Tabel 2 Kriteria Penilaian Menulis Petunjuk

No Aspek Skor Kategori Kriteria


1. Kejelasan petunjuk 20 Sangat Baik Petunjuk yang dibuat sangat jelas dan bisa
diikuti dengan baik.
15 Baik Petunjuk yang dibuat sudah jelas.
10 Cukup Petunjuk yang dibuat masih ada yang
kurang jelas.
5 Kurang Petunjuk yang dibuat tidak jelas.
2. Ketepatan tata 20 Sangat Baik Tata urutannya tepat
urutan petunjuk 15 Baik Ada 1 langkah yang terbalik
10 Cukup Ada 2 Langkah yang terbalik
5 Kurang Lebih dari 2 langkah yang terbalik atau
tidak ada
3. Keefektifan kalimat 20 Sangat Baik Semua kalimat yang digunakan sudah
efektif
15 Baik Ada 1-2 kalimat yang tidak efektif
10 Cukup Ada 3-4 kalimat yang tidak efektif
5 Kurang Lebih dari 4 kalimat yang tidak efektif
4. Penggunaan ejaan 15 Sangat Baik Jumlah kesalahan antara 1-5
dan tanda baca 11,25 Baik Jumlah kesalahan antara 6-10
7,5 Cukup Jumlah kesalahan 11-15
3,75 Kurang Jumlah kesalahan lebih dari 15
5. Kesesuian bahasa 15 Sangat Baik Bahasa yang digunakan sangat sesuai
yang digunakan dengan sasaran petunjuk
dengan sasaran 11,25 Baik Bahasa yang digunakan sesuai dengan
petunjuk sasaran petunjuk
7,5 Cukup Bahasa yang digunakan cukup sesuai
dengan sasaran petunjuk
3,75 Kurang Bahasa yang digunakan kurang sesuai
dengan sasaran petunjuk
6. Tampilan petunjuk 10 Sangat Baik Tampilan sangat menarik
7,5 Baik Tampilan menarik
5 Cukup Tampilan cukup menarik
2,5 Kurang Tampilan kurang menarik

Untuk mengetahui kemampuan menulis petunjuk siswa pada tiap-tiap

aspek termasuk dalam kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang dapat

diketahui melalui tabel di bawah ini.


72

Tabel 3 Penilaian Tiap Aspek Kemampuan Menulis Petunjuk

No Kategori Rentang Skor


Skor Maksimal 20 Skor Maksimal 15 Skor Maksimal 10
1. Sangat Baik 15,01 – 20,00 11,26 – 15,00 7,51 – 10,00
2. Baik 10,01 – 15,00 7,51 – 11,25 5,01 – 7,50
3. Cukup 5,01 – 10,00 3,76 – 7,50 2,51 – 5,00
4. Kurang 0,00 – 5,00 0,00 – 3,75 0,00 – 2,50

Dari pedoman di atas, guru dapat mengetahui kemampuan menulis

petunjuk siswa berhasil mencapai kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang.

Tabel 4 Penilaian Keterampilan Menulis Petunjuk

No Kategori Rentang Skor


1. Sangat Baik 85,00-100,00
2. Baik 70,00-84,99
3. Cukup 55,00-69,99
4. Kurang 0-54,99

3.4.2 Nontes

Bentuk instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jurnal, wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi yang berupa foto.

3.4.2.1 Pedoman Observasi

Hal yang diamati dalam observasi ini keaktifan siswa dalam keaktifan

siswa dalam pembelajaran, keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab

pertanyaan dari guru, keaktifan siswa dalam membuat konsep menulis petunjuk,

keseriusan siswa ketika mengamati media, antusias siswa dalam berinteraksi

dengan media, keaktifan siswa dalam mempraktikan petunjuk yang mereka susun,

dan keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas


73

3.4.2.2 Jurnal

Jurnal yang ada berupa jurnal siswa dan jurnal guru. Jurnal siswa berisi

perasaan siswa dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, mulai dari

ketika siswa belajar bersama mengonstruksi petunjuk tertulis berdasarkan syair

lagu, mengamati benda-benda nyata, perasaan siswa ketika memprktikan langsung

petunjuk yang akan mereka tulis, kesulitan siswa dalam menulis petunjuk, dan

hal-hal yang ingin dikemukakan oleh siswa berkaitan dengan pembelajaran yang

telah diikuti.

Semetara itu, jurnal guru berisi informasi naratif yang mengungkap

tentang kesiapan siswa terhadap pembelajaran menulis petunjuk, respos siswa

terhadap syair lagu yang dikonstrusi bersama menjadi sebuah petunjuk, respon

siswa terhadap kegiatan moving class dan mencoba mengamati dan mempraktikan

langsung the real things media yang telah disediakan untuk membuat petunjuk

tertulis, respon siswa terhadap kegiatan menulis petunjuk, keaktifan siswa dalam

mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dalam pembelajaran menulis petunjuk, dan

situasi atau suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung.

3.4.2.3 Pedoman Wawancara

Dalam pedoman wawancara ini, hal-hal yang ditanyakan berupa:

pandangan siswa tentang pembelajaran menulis, pengalaman siswa mengenai

menulis petunjuk, pandangan siswa mengenai pembelajaran menulis petunjuk

dengan menggunakan penedekatan PAKEM melalui the rela things media,

pandangan siswa mengenai proses mengamati benda, berinteraksi dengan benda,


74

dan mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat dengan menggunakan

benda-benda nyata tersebut, perasaan siswa ketika diminta untuk menulis tiga

buah petunjuk, kesulitan-kesulitan siswa ketika menulis petunjuk, usaha yang

dilakukan siswa untuk mengatasi kesulitan yang dialami, dan pendapat siswa

mengenai pembelajaran menulis petunjuk yang telah dilaksanakan beserta saran

untuk perbaikan.

3.4.2.4 Dokumentasi (Foto)

Hal-hal yang perlu untuk didokumentasikan adalah sebagai berikut: (1)

saat awal pembelajaran yaitu guru melakukan stimulus-respon terhadap siswa; (2)

ketika siswa mengamati benda-benda nyata yang telah disediakan; (3) ketika

siswa melakukan interaksi dengan benda-benda nyata atau temannya; (4) ketika

siswa menyusun petunjuk sambil mempraktikan petunjuk yang akan dibuat

(melakukan aktivitas menulis petunjuk); (5) ketika siswa melakukan aktivitas

menulis petunjuk; dan (6) ketika siswa sedang diwawancara.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Bentuk instrumen tes dan nontes dalam penelitian tindakan kelas ini

ditampilkan validitas dan reliabilitas permukaan saja, yaitu soal dan skor penilaian

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran bahasa dan

sastra Indonesia di sekolah tempat penelitian dilakukan. Setelah soal tes dan

nontes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran di


75

sekolah yang bersangkutan, semua ini dianggap layak untuk digunakan sebagai

instrumen tes dan nontes.

3.5 Teknik Pengambilan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan data, yaitu teknik tes

dan nontes.

3.5.1 Teknik Tes

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes yang

dilakukan sebanyak dua kali. Tes pertama berupa tes awal dilaksanakan setelah

pembelajaran pada siklus I. Tes diberikan setelah siswa diberi kesempatan untuk

menemukan dan mengalami sendiri berbagai hal berkaitan dengan petunjuk. Tes

ini dijadikan sebagai acuan dalam melakukan perbaikan tindakan siklus II. Tes

yang kedua dilaksanakan setelah pembelajaran pada siklus II. Tes diberikan

setelah siswa melakukan kegiatan belajar menulis petunjuk yang telah disertai

upaya perbaikan pembelajaran oleh guru. Tes ini dijadikan sebagai tolok ukur

peningkatan keberhasilan siswa dalam menulis petunjuk setelah dilakukan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM melalui the real things

media. Tes menulis petunjuk ini berupa lembar tugas yang berisi perintah kepada

siswa untuk menulis tiga buah petunjuk. Hasil tes berupa petunjuk membuat,

menggunakan, dan melakukan sesuatu.


76

3.5.2 Teknik Nontes

Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal,

wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi yang berupa foto.

3.5.2.1 Pedoman Observasi

Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang

digunakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa terhadap pembelajaran

menulis petunjuk. Dalam melakukan observasi, peneliti akan dibantu oleh guru

mata pelajaran yang bersangkutan. Hal ini disebabkan guru tersebut lebih

memahami karakter siswa dan lebih hafal dengan nama-nama siswa.

3.5.2.2 Jurnal

Jurnal ditulis siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.

Sebelum pembelajaran, siswa diberitahu terlebih dahulu bahwa pada akhir

pembelajaran siswa akan diminta untuk membuat jurnal kegiatan selama

mengikuti pembelajaran. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada

dalam jurnal siswa yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru. Sementara

itu, guru juga mengisi jurnal guru yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

3.5.2.3 Wawancara

Wawancara dilaksanakan terhadap siswa yang mendapat nilai tinggi,

sedang, dan rendah. Wawancara ini dilaksanakan untuk mengetahui respon siswa

terhadap pembelajaran dan mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa


77

ketika pembelajaran berlangsung. Dalam wawancara menggunakan teknik bebas,

yaitu pertanyaan telah dipersiapkan pewawancara dan responden bebas menjawab

tanpa terikat. Kegiatan wawancara ini dilaksanakan di luar jam pelajaran.

Wawancara dilakukan setelah diketahui hasil yang diperoleh siswa setelah

dilakukan pembelajaran menulis petunjuk dengan pendekatan PAKEM melalui

the real things media. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat perekam.

Wawancara dilakukan setelah pembelajaran siklus I dan siklus II. Untuk masing-

masing siklus, siswa yang diwawancarai sejumlah 6 siswa dengan perincian

sebagai berikut: 2 siswa yang memiliki nilai terbaik, 2 siswa yang memiliki nilai

sedang, dan 2 siswa yang memiliki nilai paling rendah.

Selain itu, wawancara dapat dilaksakanan di dalam kelasa selama

pembelajaran berlangsung secara otodidak dengan melihat situsi dan kondisi

siswa. Wawancara dapat berupa pertanyaan ringan yang ditujukan kepada siswa

yang bersikap aneh di kelas seperti mengantuk, diam, malas, dan kurang

bersemangat. Respondennya pun bisa siapa saja.

3.5.2.4 Dokumentasi

Pengambilan data yang berupa foto dilakukan pada saat pembelajaran

berlangsung dan ketika melakukan wawancara. Dalam melakukan pengambilan

gambar, peneliti dibantu oleh satu orang rekan untuk memotret. Pengambilan

gambar pada masing-masing siklus tetap mengacu pada empat kegiatan sebagai

berikut: (1) saat awal pembelajaran yaitu guru melakukan stimulus-respon

terhadap siswa; (2) ketika siswa mengamati benda-benda nyata yang telah
78

disediakan; (3) ketika siswa melakukan interaksi dengan benda-benda nyata atau

temannya; (4) ketika siswa menyusun petunjuk sambil mempraktikan petunjuk

yang akan dibuat (melakukan aktivitas menulis petunjuk); (5) ketika siswa

melakukan aktivitas menulis petunjuk; dan (6) ketika siswa sedang diwawancara.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif

3.6.1 Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitaif ini diperoleh dari hasil tes yang dilakukan sebanyak dua

kali, yaitu pada akhir siklus I, dan akhir siklus II. Adapun langkah

penghitungannya adalah dengan menghitung skor yang diperoleh siswa,

menghitung skor komulatif dari seluruh aspek, menghitung skor rata-rata,

menghitung nilai, menghitung nilai rata-rata, dan menghitung persentase dengan

rumus sebagai berikut.

SK
SP = x100%
R

Keterangan:

SP : Skor Persentase

SK : Skor Komulatif

R : Jumlah Responden

Hasil penghitungan siswa dari masing-masing tes ini kemudian

dibandingkan, yaiu antara siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan

gambaran mengenai persentase peningkatan kemampuan siswa setelah mengikuti


79

pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan pendekatan PAKEM

melalui the real things media.

3.6.2 Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif ini dari data nontes, yaitu jurnal, wawancara, pedoman

observasi, dan dokumentasi yang berupa foto.

Pedoman observasi dianalisis dengan cara mendeskripsikan hasil

pengamatan dan uraian dari catatan harian kegiatan siswa yang kemudian

dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Dalam hal ini data

digunakan untuk memilih siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis

petunjuk untuk dijadikan responden dalam wawancara.

Data wawancara berfungsi untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa

sehingga dengan melakukan pendekatan melalui wawancara siswa akan lebih

berani mengungkapkan permasalahannya mengenai kemampuan menulisnya.

Dengan cara seperti itu, guru akan lebih mengetahui kesulitan siswa sehingga

dapat mencari jalan terbaik untuk mengatasinya dalam upaya meningkatkan

keterampilan menulis siswa.

Sementara itu, data yang berupa foto digunakan sebagai bukti otentik

proses pembelajaran dan ketika siswa sedang diwawancara. Data ini dapat

memberikan gambaran yang jelas akan penerapan pembelajaran menulis petunjuk

dengan pendekatan PAKEM melalui the real things media.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini disajikan hasil penelitian siklus I dan siklus II yang berupa

hasil tes dan nontes. Hasil tes siklus I dan siklus II adalah hasil tes menulis

petunjuk dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan

PAKEM. Hasil nontes berupa hasil observasi, jurnal, wawancara, dan

dokumentasi.

4.1.1 Hasil Penelitian Tes Siklus I

Penelitian siklus I dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 18

Mei 2007. Hasil penelitian pada siklus I meliputi hasil tes dan nontes. Siklus I

merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian kompetensi menulis petunjuk

dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan PAKEM.

Berdasarkan hasil penilaian menulis petunjuk yang telah dilakukan,

diketahui bahwa nilai rata-rata secara klasikal sebesar 68,99 termasuk dalam

kategori cukup baik. Nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa pada siklus I

sebesar 86,67. Nilai tersebut berhasil dicapai oleh dua siswa. Nilai terendah

diperoleh siswa sebesar 45 dan 45,83. Hanya dua siswa yang memperoleh nilai

tersebut. Siswa sebagian besar sudah mencapai nilai antara 70,00-84,99.

Hasil penilaian menulis petunjuk siklus I secara lebih lengkap dapat dilihat

pada tabel 5 berikut ini.

80
81

Tabel 5 Hasil Tes Kemampuan Menulis Petunjuk Siklus I

No Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata


Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 85,00-100,00 2 173,34 4,76 % 2897,58
X =
2. Baik 70,00-84,99 19 1418,75 45,24 % 42
3. Cukup 55,00-69,99 17 1108,42 40,48 % = 68,99
4. Kurang 0-54,99 4 197,08 9,52 % (Kategori
Jumlah 42 1897,58 100 % Cukup)

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa bobot nilai tes kemampuan

siswa dalam menulis petunjuk pada siklus I secara klasikal mencapai 2897,58

dengan nilai rata-rata 68,99 termasuk dalam kategori cukup. Diantara 42 siswa,

terdapat 2 siswa atau 4,76% yang berhasil memperoleh nilai dengan kategori

sangat baik dengan rentang nilai 85,00-100,00. Frekuensi terbanyak yaitu 19

siswa atau 45,24% memperoleh nilai dalam kategori baik dengan rentang nilai

70,00-84,99. Kemudian 17 siswa atau 40,48% memperoleh nilai cukup baik

dengan rentang nilai 55,00-69,99. Sisanya, 4 siswa atau 9,52% memperoleh nilai

dalam kategori kurang baik dengan rentang nilai 0-54,99.

Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan petunjuk tertulis siswa

tersebut sudah memenuhi syarat petunjuk yaitu jelas, logis, dan singkat.

Keruntutan pelaksanaan petunjuk yang dibuat siswa tersebut sudah urut dan jelas

sehingga mudah dipahami. Kalimat yang digunakan singkat, jelas, dan efektif

sebagian besar siswa sudah memahami penggunaan ejaan dan tanda baca yang

benar, bahasa yang digunakan adalah ragam baku tapi mudah dipahami. Tampilan

petunjuk sudah menarik.

Siswa yang memperoleh nilai rendah penyebab utamanya yaitu siswa

kurang konsentrasi saat pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, hasil petunjuk
82

tertulisnya tidak sesuai syarat-syarat petunjuk yang harus dipenuhi. Siswa tersebut

masih kesulitan dalam membuat pelaksanan yang runtut. Kalimat yang digunakan

adalah singkat, ada juga yang panjang, tapi belum jelas maksudnya. Bahasa yang

digunakan masih sering tercampur-campur dengan bahasa daerah mereka atau

bahasa yang digunakan adalah bahasa tidak baku. Petunjuk yang mereka buat

sudah cukup menarik.

Berdasarkan hasil penelitian, hasil keterampilan menulis petunjuk siklus I

dapat dilihat pada diagram 1 (diagram garis) berikut ini.

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00 Nilai siklus I

40.00
30.00
20.00
10.00
-
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40

Diagram 1 Hasil Tes Siswa dalam Menulis Petunjuk Siklus I

Pada diagram 1 dapat dilihat bahwa terdapat 21 siswa yang telah berhasil

mencapai batas nilai ketuntasan belajar sebesar 70 dalam kategori baik. Siswa

yang memperoleh nilai antara 55,00-69,99 dalam kategori cukup baik sebanyak

17 siswa. Hanya terdapat 4 siswa yang memperoleh nilai 0-54,99. Berdasarkan

gambar 1 dapat diketahui pula bahwa siswa yang belum mencapai ketuntasan

belajar yaitu sebanyak 21 siswa atau 50%. Nilai rata-rata secara klasikal tersebut
83

belum mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 70, sehingga nilai yang diperoleh

siswa pada siklus I masih perlu ditingkatkan pada siklus II.

Agar lebih jelas, nilai yang telah berhasil dicapai siswa digambarkan pada

diagram 2 (diagram lingkaran) berikut ini.

9,52% 4,76%

Nilai 85,00-100,00
45,24%
40,48% Nilai 70,00-84,99

Nilai 55,00-69,99

Nilai 0-54,99

Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan Menulis Petunjuk Siklus

Berdasarkan diagram 2 dapat dilihat bahwa persentase terbanyak yaitu

sebesar 45,24% adalah jumlah siswa yang mendapat nilai 70,00-84,99 termasuk

kategori baik. Persentase terbanyak kedua yaitu sebesar 40,48% adalah jumlah

siswa yang mendapat nilai 55,00-69,99 termasuk kategori cukup. Persentase

terbanyak ketiga yaitu sebesar 9,52% adalah jumlah siswa yang mendapat nilai 0-

54,99 termasuk kategori kurang. Sisanya sebanyak 4,76% adalah persentase

terkecil yang mendapat nilai 85,00-100,00 termasuk dalam kategori sangat baik.

Jadi, dapat diketahui bahwa siswa yang belum mencapai nilai batas ketuntasan

belajar sebesar 70 masih terdapat 21 siswa atau 50%.

Masih rendahnya nilai keterampilan menulis teks petunjuk siswa

disebabkan oleh pemerolehan skor yang kurang maksimal pada beberapa aspek
84

terutama aspek ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca dalam menulis

petunjuk sehingga mereka belum mencapai batas nilai ketuntasan belajar. Di sisi

lain, siswa kurang memperhatikan ketentuan yang sudah dicantumkan pada

lembar tugas siswa sehingga mereka kurang memaksimalkan kemampuan mereka.

Hasil tes pada tabel 5 merupakan gabungan dari 6 aspek keterampilan

menulis teks petunjuk. Keenam aspek tersebut, yaitu: (1) kejelasan petunjuk; (2)

ketepatan tata urutan petunjuk; (3) keefektifan kalimat; (4) penggunaan ejaan dan

tanda baca; (5) kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk; dan

(6) tampilan petunjuk. Adapun hasil masing-masing aspek secara rinci dapat

dilihat pada uraian berikut ini.

4.1.1.1 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kejelasan Petunjuk

Aspek 1 berupa kejelasan petunjuk. Nilai rata-rata siswa sebesar 13,33 .

nilai tertinggi yang berhasil dicapai oleh 3 siswa sebesar 20. Nilai terendah pada

aspek ini dicapai oleh 5 siswa sebesar 5. Secara rinci, hasil yang diperoleh siswa

pada aspek tersebut dapat dilihat pada table 6 berikut ini.

Tabel 6 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Kejelasan


Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 3 60 7,14 % 560
2. Baik 15 23 345 54,76 % X = 42
3. Cukup 10 15 150 26,21 % = 13,33
4. Kurang 5 5 5 10,90 % (Kategori
Jumlah 42 560 100 % Cukup)

Data pada tabel 6 di atas menunjukkan bahawa kemampuan menulis

petunjuk melakukan sesuatu pada aspek kejelasan petunjuk untuk kategori sangat

baik sebanyak 3 siswa atau 7,14%. Untuk kategori baik sebanyak 23 siswa atau
85

54,76%. Kategori cukup dicapai oleh 15 siswa atau 26,21%. Kategori kurang

dicapai oleh 5 siswa atau 10,9%. Jadi, rata-rata skor klasikal pada aspek kejelasan

petunjuk pada menulis petunjuk melakukan sesuatu sebesar 13,33. Siswa cukup

jelas dalam menuliskan sebuah petunjuk yang ditugaskan oleh guru.

Tabel 7 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Kejelasan


Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 3 60 7,14 % 575
2. Baik 15 25 375 59,53 % X = 42
3. Cukup 10 14 140 33,33 % = 13,69
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 575 100 % Cukup)

Data pada tabel 7 di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 orang atau 7,14%

yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 25 orang atau

59,53% . Kategori cukup dicapai sebanyak 14 siswa atau 33,33%. Untuk kategori

kurang tidak ada satu orang pun yang mencapainya. Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa secara klasikal nilai rata-rata kemampuan siswa dalam

menulis petunjuk membuat sesuatu dilihat dari aspek kejelasan petunjuk sebesar

13,69.

Tabel 8 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Kejelasan

Petunjuk

No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata


Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 1 20 2,38 % 560
2. Baik 15 29 435 69,05 % X =
42
3. Cukup 10 9 90 21,43 % = 13,33
4. Kurang 5 3 15 7,14 % (Kategori
Jumlah 42 560 100 % Cukup)
86

Data pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa hanya satu siswa yang

berhasil mencapai kategori sangat baik. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh

29 siswa atau 69,05%. Kategori cukup diperoleh sebanyak 9 siswa atau 21,43%.

Sisanya, sebanyak 3 siswa atau 7,14% hanya mampu mencapai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata secara klasikal

kemampuan siswa dalam menulis petunjuk menggunakan sesuatu aspek kejelasan

petunjuk sebesar 13,33 kategori cukup.

Dari ketiga data tersebut dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata yang

diperoleh siswa sebesar 13,45. Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa

kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek kejelasan petunjuk

sudah cukup baik.

Pada aspek kejelasan petunjuk, nilai rata-rata siswa sudah cukup baik

karena sudah banyak siswa yang menulis petunjuk dengan jelas sehingga dapat

diikuti dengan baik. Siswa yang memperoleh nilai tinggi pada aspek ini

disebabkan siswa tersebut menulis petunjuk hanya mencantumkan hal-hal yang

penting saja sehingga mudah diikuti cara pelaksanaannya. Siswa yang

memperoleh nilai rendah pada aspek ini disebabkan siswa tersebut kurang

konsentrasi saat pembelajaran berlangsung sehingga siswa tidak tahu petunjuk

yang jelas itu seperti apa. Hal tersebut mengakibatkan pemerolehan nilai siswa ini

pada aspek kejelasan petunjuk belum maksimal.

4.1.1.2 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tata Urutan Petunjuk

Penilaian aspek tata urutan petunjuk difokuskan pada pemaparan langkah-

langkah petunjuk yang dibuat siswa. Petunjuk yang dibuat harus sesuai dengan
87

urutan yang seharusnya yang ada dalam sebuah petunjuk. Hasil penilaian untuk

ketiga jenis petunjuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 3 60 7,14 % 550
2. Baik 15 24 360 57,14 % X = 42
3. Cukup 10 11 110 26,19 % = 13,1
4. Kurang 5 4 20 9,53 % (Kategori
Jumlah 42 550 100 % Cukup)

Data pada tabel 9 di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 siswa atau 7,14%

yang berkategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 24 siswa atau 57,14%.

Kategori cukup dicapai oleh 11 siswa atau 26,19%. Untuk kategori kurang dicapai

oleh 4 siswa atau 9,53%. Jadi, rata-rata skor yang diperoleh siswa secara klasikal

sebesar 13,1.

Tabel 10 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 3 60 7,14 % 590
2. Baik 15 29 435 69,05 % X =
42
3. Cukup 10 9 90 21,43 % = 14,05
4. Kurang 5 1 5 2,38 % (Kategori
Jumlah 42 590 100 % Cukup)

Data pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 siswa atau

7,14% yang mencapai kategori sangat baik.Kategori baik dicapai oleh 29 siswa

atau 69,05%. Kategori cukup dicapai oleh 9 siswa atau 21,43%. Untuk kategori

kurang dicapai oleh 1 orang atau 2,38%. Jadi, rata-rata pencapaian kemampuan
88

siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu pada aspek tata urutan petunjuk

sebesar 14,05.

Tabel 11 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 1 20 2,38 % 585
2. Baik 15 32 480 76,19 % X = 42
3. Cukup 10 8 80 19,05 % = 13,93
4. Kurang 5 1 5 2,38 % (Kategori
Jumlah 42 585 100 % Cukup)

Data pada tabel 11 menunjukkan bahwa hanya satu orang yang mampu

mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 32 siswa

atau 76,19%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 8 siswa atau 19,05%. Untuk

kategori kurang hanya dicapai oleh satu orang yaitu sebesar 2,38%.

Simpulan yang diperoleh berdasarkan data tersebut adalah skor rata-rata

untuk kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek tata urutan

petunjuk sebesar 13,93. Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa secara klasikal

siswa sudah cukup baik dalam membuat petunjuk dengan tata urutan yang baik.

Pada aspek tata urutan petunjuk, nilai rata-rata siswa sudah cukup baik

karena sudah menguasai aspek keruntutan pemaparan dengan baik. Siswa yang

memperoleh nilai tinggi disebabkan siswa tersebut sudah dapat membuat petunjuk

yang urut dan tidak membingungkan serta mudah dipahami. Siswa dalam

mempraktikan petunjuk sudah benar sehingga tidak salah langkah. Siswa yang

memperoleh nilai rendah disebabkan siswa tersebut tidak mempraktikan petunjuk

yang mereka buat secara benar sehingga menyebabkan salah langkah. Hal ini
89

mengakibatkan petunjuk yang mereka buat tidak urut, tidak jelas, dan tidak mudah

diikuti.

4.1.1.3 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Keefektifan Kalimat

Penilaian aspek keefektifan kalimat pada menulis petunjuk difokuskan

pada kejelasan dan kelugasan kalimat. Kejelasan ini mengandung arti bahwa

kalimat tersebut mudah ditangkap maksudnya. Lugas dimaksudkan bahwa kalimat

itu tidak berbelit-belit. Hasil penilaian untuk tiga jenis petunjuk ditinjau dari aspek

keefektifan kalimat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 12 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Keefektifan


Kalimat
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 0 0 0% 505
2. Baik 15 19 285 45,24 % X =
42
3. Cukup 10 21 210 50 % = 12,02
4. Kurang 5 2 10 4,76 % (Kategori
Jumlah 42 505 100 % Cukup)

Data pada tabel 12 di atas menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang

mampu memperoleh nilai dengan kategori sangat baik. Ada 19 siswa atau 45,24%

yang berhasil mencapai kategori baik. Kategori cukup dicapai 21 siswa atau 50%.

Untuk kategori kurang dicapai oleh 2 orang atau 4,76%. Jadi, keseluruhan hasil

kemampuan menulis petunjuk melakukan sesuatu aspek keefektifan kalimat

secara klasikal rata-rata sebesar 12,02.


90

Tabel 13 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Keefektifan


Kalimat
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 0 0 0% 545
2. Baik 15 26 390 61,90 % X = 42
3. Cukup 10 15 150 35,71 % = 12,98
4. Kurang 5 1 5 2,38 % (Kategori
Jumlah 42 100 % Cukup)

Data pada tabel 13 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun

yang mampu mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mampu

mencapai kategori baik sejumlah 26 siswa atau 61,90%. Kategori cukup dicapai

oleh 15 siswa atau 35,71%. Untuk kategori kurang dicapai oleh 5 siswa atau

2,38%. Jadi, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu jika

ditinjau dari aspek keefektifan kalimat secara klasikal rata-rata mencapai 12,98.

Tabel 14 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Keefektifan


Kalimat
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 0 0 0% 520
2. Baik 15 22 330 52,38 % X =
42
3. Cukup 10 18 180 42,86 % = 12,38
4. Kurang 5 2 10 4,76 % (Kategori
Jumlah 42 520 100 % Cukup)

Data pada tabel 14 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun

yang mampu mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mampu

mencapai kategori baik sejumlah 22 siswa atau 52,38%. Kategori cukup dicapai

oleh 18 siswa atau 42,86%. Untuk kategori kurang dicapai oleh 2 siswa atau

4,76%. Jadi, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk menggunakan sesuatu

aspek keefektifan kalimat secara klasikal rata-rata mencapai 12,38.


91

Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk siswa dapat disimpulkan

bahwa skor rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari

aspek keefektifan kalimat sebesar 12,46. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa

secara umum siswa sudah cukup baik dalam menyusun kalimat.

Siswa memperoleh nilai rata-rata disebabkan oleh kemampuan siswa

dalam menulis petunjuk tidak menggunakan kalimat yang terlalu panjang tetapi

jelas, terlihat dari rata-rata kesalahan kalimat yang kurang efektif hanya ada 1-2

kalimat saja. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan oleh kemampuan

siswa dalam menggunakan kalimat sudah baik, singkat, dan jelas. Siswa yang

memperoleh nilai rendah disebabkan mereka menggunakan kalimat yang singkat

tetapi tidak jelas.

4.1.1.4 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda
Baca
Penilaian penggunaan aspek tanda baca pada kemampuan menulis

petunjuk difokuskan pada penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, dan

penulisan kata depan. Hasil tes untuk tiga jenis petunjuk ditinjau dari aspek

penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 15 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Penggunaan


Ejaan dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 9 135 21,43 % 480
2. Baik 11,25 26 292,5 61,90 % X =
42
3. Cukup 7,5 7 52,5 16,67 % = 11,43
4. Kurang 3,75 0 0 0% (Kategori
Jumlah 42 480 100 % Baik)
92

Data pada tabel 15 di atas menunjukkan bahwa secara klasikal

kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu ditinjau dari aspek

penggunaan ejaan dan tanda baca rata-rata mencapai 11,43. Dari rata-rata tersebut

terdapat 9 siswa atau 21,43% yang mencapai nilai dengan kategori sangat baik.

Untuk kategori baik dicapai oleh 26 siswa atau 61,9%. Kategori cukup dicapai

oleh 7 siswa atau 16,67%. Tidak ada seorang pun yang mencapai nilai dengan

kategori kurang.

Tabel 16 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Penggunaan Ejaan
dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 13 195 30,93 % 498,8
2. Baik 11,25 23 258,8 54,76 % X =
42
3. Cukup 7,5 6 45 14,29 % =11,88
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 498,8 100 % Baik)

Data pada tabel 16 tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam

menulis petunjuk membuat sesuatu aspek penggunaan ejaan dan tanda baca secara

klasikal mencapai 11,88. Dari rata-rata tersebut terdapat 13 siswa atau 30,93%

yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai siswa sebanyak 23

orang atau 54,76%. Kategori cukup baik dicapai oleh siswa sebanyak 6 orang atau

14,29%. Tidak ada seorang pun yang memperoleh nilai dengan kategori kurang.
93

Tabel 17 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Penggunaan


Ejaan dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi
Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 10 150 23,81 % 487,5
2. Baik 11,25 26 292,5 61,91 % X = 42
3. Cukup 7,5 6 45 14,28 % = 11,6
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 487,5 100 % Baik)
Data pada tabel 17 di atas menunjukkan bahwa secara klasikal

kemampuan siswa dalam menulis petunjuk menggunakan sesuatu ditinjau dari

aspek penggunaan ejaan dan tanda baca mencapai rata-rata 11,6. Dari nilai rata-

rata tersebut terdapat 10 siswa atau 23,81% yang memperoleh nilai dengan

kategori sangat baik. Kategori baik dicapai siswa sebanyak 26 orang atau 61,91%.

Kategori cukup dicapai siswa sebanyak 6 orang atau 14,28%. Tidak ada seorang

pun yang memperoleh nilai dengan kategori kurang. .

Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk di atas, dapat disimpulkan

bahwa kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek penggunaan

ejaan dan tanda baca rata-rata mencapai 11,64. Dari rata-rata tersebut dapat

diketahui bahwa siswa sudah baik dalam menggunakan ejaan dan tanda baca.

Jumlah kesalahan yang dilakukan siswa secara umum antara 6-10.

Siswa memperoleh nilai rata-rata karena penggunaan ejaan dan tanda

bacanya sudah tepat. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan kesalahan-

kesalahan penggunaan ejaan, penyingkatan, dan penggunaan huruf kapital sudah

baik. Siswa yang memperoleh nilai rendah mengalami kendala dalam penggunaan

ejaan, penyingkatan, dan penggunaan huruf kapital.


94

4.1.1.5 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kesesuaian Bahasa yang

Digunakan dengan Sasaran Petunjuk

Penilaian terhadap aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan

sasaran petunjuk difokuskan pada penggunaan kata-kata (pilihan kata) yang harus

disesuaikan dengan sasaran dari petunjuk yang dibuat. Hasil penilaian aspek

kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 18 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Kesesuaian


Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 25 375 59,52 % 547,5
2. Baik 11,25 12 135 28,57 % X =
42
3. Cukup 7,5 5 37,5 11,91 % =13,04
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 547,5 100 % Baik)

Data pada tabel 18 di atas menunjukkan bahwa terdapat 25 siswa atau

59,52% yang berhasil mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh

12 siswa atau 28,57%. Kategori cukup dicapai oleh 5 siswa atau 11,91%.

Sementara itu, tidak ada satu orang pun yang mendapat nilai dengan kategori

kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika

ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk

secara klasikal mencapai 13,04.


95

Tabel 19 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Kesesuaian


Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 27 405 64,29 % 566,3
2. Baik 11,25 13 146,25 30,95 % X = 42
3. Cukup 7,5 2 15 4,76 % =13,48
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 566,25 100 % Baik)

Data pada tabel 19 di atas menunjukkan bahwa terdapat 27 siswa atau

64,29% yang mendapat kategori baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 13 siswa

atau 30,95%. Kategori cukup dicapai oleh 2 siswa atau 4,76%. Untuk kategori

kurang tidak ada seorang pun yang memperolehnya. Jadi, secara klasikal

kemampuan siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau dari

aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk sebesar 13,48.

Tabel 20 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Kesesuaian


Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 30 450 71,43 % 570
2. Baik 11,25 8 90 19,05 % X =
42
3. Cukup 7,5 4 30 9,52 % =13,57
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 570 100 % Baik)

Data pada tabel 20 di atas menunjukkan bahwa terdapat 30 siswa atau

71,43% yang mendapat kategori baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 8 siswa

atau 19,05%. Kategori cukup dicapai oleh 4 siswa atau 9,52%. Untuk kategori

kurang tidak ada seorang pun yang memperolehnya. Jadi, secara klasikal

kemampuan siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau dari

aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk sebesar 13,57.
96

Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk di atas dapat disimpulkan

bahwa secara klasikal rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk jika

ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk

sebesar 13,36. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa secara umum

kemampuan siswa sudah baik dalam menggunakan kata-kata yang sesuai dengan

sasaran dari petunjuk yang dibuat. Dari 42 siswa hanya terdapat beberapa siswa

saja yang menggunakan kata-kata yang kurang sesuai dengan sasaran petunjuk

seperti penggunaan kata-kata dari bahasa daerah. Kondisi ini disebabkan kosakata

yang dimiliki siswa masih kurang.

Siswa memperoleh nilai rata-rata disebabkan siswa tersebut menggunakan

kosakata yang tepat dan mudah dipahami. Siswa yang memperoleh nilai tinggi

disebabkan siswa tersebut juga sudah menggunakan kosakata yang tepat dan

mudah dipahami. Siswa yang mendapat nilai rendah disebabkan terdapat beberapa

kata yang tidak dapat dipahami.

4.1.1.6 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tampilan Petunjuk

Penilaian terhadap aspek tampilan petunjuk difokuskan pada bentuk dan

kerapian petunjuk. Hasil penilaian terhadap aspek tampilan petunjuk dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.


97

Tabel 21 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Tampilan


Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 10 0 0 0% 177,5
2. Baik 7,5 0 0 0 % X = 42
3. Cukup 5 29 145 69,05 % =4,23
4. Kurang 2,5 13 32,5 30,95 % (Kategori
Jumlah 42 177,5 100 % Kurang)

Data pada tabel 21 di atas menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang

berhasil memperoleh nilai dalam kategori sangat baik dan kategori baik. Siswa

yang mampu meraih skor untuk kategori cukup sebanyak 29 siswa atau 69,05%.

Kategori kurang dicapai oleh 13 siswa 30,95%. Jadi, secara klasikal kemampuan

siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika ditinjau dari aspek tampilan

petunjuk sebesar 4,23.

Tabel 22 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Tampilan


Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 10 0 0 0% 185
2. Baik 7,5 0 0 0% X =
42
3. Cukup 5 32 160 76,19 % = 4,41
4. Kurang 2,5 10 25 59,52 % (Kategori
Jumlah 42 185 100 % Kurang)

Data pada tabel 22 di atas menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang

berhasil memperoleh nilai dalam kategori sangat baik dan kategori baik. Siswa

yang mampu meraih skor untuk kategori cukup sebanyak 32 siswa atau 76,19%.

Kategori kurang dicapai oleh 10 siswa 59,52%. Jadi, secara klasikal kemampuan

siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika ditinjau dari aspek tampilan

petunjuk sebesar 4,41.


98

Tabel 23 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Tampilan


Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 10 0 0 0% 177,5
2. Baik 7,5 0 0 0 % X = 42
3. Cukup 5 31 155 73,81 % =4,35
4. Kurang 2,5 11 27,5 26,19 % (Kategori
Jumlah 42 182,5 100 % Kurang)

Data pada tabel 23 di atas menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang

berhasil memperoleh nilai dalam kategori sangat baik dan kategori baik.

Sementara itu, siswa yang mampu meraih skor untuk kategori cukup sebanyak 31

siswa atau 73,81%. Kategori kurang dicapai oleh 9 siswa 26,19%. Jadi, secara

klasikal kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika

ditinjau dari aspek tampilan petunjuk sebesar 4,35.

Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk di atas dapat disimpulkan

bahwa secara klasikal rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau

dari aspek tampilan petunjuk sebesar 4,33. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui

bahwa secara umum tampilan dari petunjuk yang dibuat siswa masih kurang.

Siswa memperoleh nilai rata-rata karena bentuk petunjuk sudah baik.

Petunjuk yang mereka buat sudah rapi. Siswa yang memperoleh nilai tinggi

disebabkan bentuk petunjuk mereka sudah baik dan rapi serta telah memberi judul

yang menarik. Siswa yang memperoleh nilai rendah disebabkan bentuk petunjuk

mereka belum baik dan belum rapi serta judul yang mereka buat belum menarik.
99

4.1.2 Hasil Penelitian Nontes Siklus I

Hasil penelitian nontes pada siklus I ini didapatkan dari hasil observasi,

jurnal, wawancara, dan dokumentasi (foto). Hasil selengkapnya dijelaskan pada

uraian berikut.

4.1.2.1 Hasil Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran menulis petunjuk

berlangsung dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAKEM). Observasi

dilakukan oleh seorang rekan peneliti dan guru mata pelajaran bahasa dan sastra

Indonesia di kelas VIIIE. Hal ini dilakukan agar hasil observasi dapat lebih baik

karena guru yang bersangkutan lebih memahami karakter dan kebiasaan siswa.

Dari observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa siswa yang aktif selama

proses pembelajaran menulis petunjuk sebesar 40,48%. Siswa yang cukup aktif

selama proses pembelajaran sebesar 40,48%. Sedang siswa yang kurang aktif

selama proses pembelajaran menulis petunjuk berlangsung sebesar 19,04%.

Siswa yang berani bertanya serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan guru sebesar 4,76%. Sedangkan 45,24% siswa cukup berani dalam

bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Mereka kadang

bertanya dan juga kadang menjawab pertanyaan dari guru. 50% siswa masih

kurang berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

guru.
100

Siswa yang aktif membuat konsep menulis petunjuk sebesar 52,38%.

Sedangkan 47,62% siswa termasuk dalam kategori cukup aktif. Siswa yang serius

ketika mengamati media pembelajaran sebesar 57,14%. 30,95% siswa termasuk

cukup serius dalam mengamati media. 11,91% siswa kurang serius dalam

mengamati media pembelajaran.

Pada umumnya siswa sudah terlihat antusias terhadap media-media yang

dihadirkan ke dalam kelas. Siswa yang sangat antusias dalam berinteraksi dengan

media sebesar 9,52%. 69,05% siswa merasa antusias. Siswa yang cukup antusias

sebanyak 21,43%.

Dalam kegiatan mempraktikan petunjuk yang mereka susun dapat

diketahui bahwa siswa yang sangat aktif dalam mempraktikan petunjuk terlebih

dahulu sebelum menuangkan konsep dalam bentuk petunjuk tertulis sebesar

7,14%. Sebagian besar siswa sudah aktif dalam mempraktikan petunjuk yaitu

sebesar 69,05%. Sisanya sebanyak 21,43% siswa tampak cukup aktif dalam

kegiatan mempraktikan petunjuk.

Dalam mengerjakan tugas menulis petunjuk, dapat diketahui bahwa

terdapat 66,67% siswa yang memberikan tanggapan baik terhadap tugas yang

diberikan guru. Keseriusan ini tampak dari masing-masing siswa yang terlihat

sibuk sendiri dengan tugas-tugas mereka. 19,05% siswa tampak cukup serius

dalam mengerjakan tugas. Sebanyak 14,28% siswa kurang serius dalam

mengerjakan tugas. Mereka mengerjakan tugas setelah mendapat teguran dari

guru. Pada siklus I ini, siswa masih banyak yang kurang mampu mengerjakan tes

menulis petunjuk dalam waktu yang telah ditentukan.


101

4.1.2.2 Hasil Jurnal

1) Hasil Jurnal Siswa

Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu jurnal

siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan siswa dan

guru selama pembelajaran menulis petunjuk berlangsung.

Jurnal siswa merupakan jurnal yang harus diisi oleh siswa. Jurnal siswa diisi

setelah pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the real things

media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan.

Tujuan diadakannya jurnal siswa ini adalah untuk mengetahui segala sesuatu yang

terjadi pada saat pembelajaran berlangsung dan untuk mengungkap kesulitan-

kesulitan yang dialami siswa. Jurnal siswa ini meliputi 5 pertanyaan, yaitu: (1)

perasaan siswa ketika pembelajaran menulis petunjuk berlangsung; (2) perasaan

siswa ketika mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat, (3) pendapat

siswa terhadap kehadiran benda-benda nyata sebagai media pembelajaran, (4)

kesulitan yang dihadapi siswa ketika menulis petunjuk, dan (5) pesan dan kesan

siswa berkaitan dengan pembelajaran yang telah diikuti.

Dari jurnal siswa menunjukkan bahwa masih ada sebagian siswa yang

merasa kesulitan dalam menulis petunjuk. Ada 5 siswa atau 11,91% yang

mengalami kesulitan dalam aspek kejelasan petunjuk. Ada 6 siswa atau 14,29%

yang merasa masih bingung untuk menentukan tata urutan dari sebuah petunjuk.

Tata urutan yang dibuat masih ada yang terbalik. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan siswa bagaimana mempraktikan petunjuk itu, mana yang

didahulukan dan mana yang terakhir. Begitu juga untuk masalah penggunaan
102

ejaan dan tanda baca yang belum cukup mereka kuasai dengan baik yaitu

persentase sebesar 45,24% atau sebanyak 19 siswa. Sebanyak 11 siswa atau

26,19% siswa sudah cukup menguasai masalah kesesuaian bahasa yang digunakan

dengan sasaran petunjuk. Sebanyak 34 siswa merasa belum mampu menampilkan

petunjuk tertulis mereka dengan maksimal.

Pada dasarnya siswa menyukai pembelajaran menulis petunjuk yang

dilakukan oleh peneliti. Sebanyak 32 siswa atau 76,19% merasa senang ketika

pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunanakan the real things media.

Sebanyak 10 siswa atau 23,81% merasa kaget dan berdebar-debar saat

mempraktikan langsung petunjuk yang akan mereka tulis. Perasaan ini muncul

disebabkan siswa tidak mengetahui petunjuk apa yang akan mereka praktikan.

Apakah sulit atau tidak. Siswa hanya bisa menebak. 29 siswa 69,05% siswa

merasa senang saat mempraktikan langsung petunjuk yang akan mereka buat.

Mereka merasa senang karena saat mempraktikan petunjuk, siswa dapat belajar

sambil bermain. Contoh, ketika siswa mempraktikan petunjuk membuat sesuatu,

siswa dapat mencicipi hasil petunjuk yang dibuatnya. Mereka tampak menghayati

saat kegiatan ini.

Hampir seluruh siswa merasa terbantu dengan dihadirkannya benda-benda

nyata sebagai media pembelajaran menulis petunjuk, yaitu sebanyak 38 siswa atau

90,48%. Mereka merasa terbantu dan dimudahkan dalam menulis petunjuk karena

dapat mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang akan mereka tulis, sehingga

mereka tidak perlu mengingat urutan petunjuk membuat, menggunakan, dan

petunjuk melakukan sesuatu.


103

Sebanyak 14 siswa atau 33,33% menjumpai kesulitan ketika menulis

petunjuk yaitu mengenai penggunaan ejaan dan tanda baca dan keefektifan

kalimat. Mereka juga merasa bingung dan agak kerepotan ketika diminta untuk

menulis petunjuk sebanyak tiga jenis sekaligus. 10 siswa atau 23,81% abstain,

mereka merasa bingung sehingga tidak menjawab petanyaan tersebut. Sisanya, 18

siswa atau 42,86% tidak mengalami kesulitan saat menulis petunjuk.

Pada umumnya siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis

petunjuk dengan menggunakan the real things media. Siswa yang memberikan

kesan baik sebanyak 32 siswa atau 71,19%. Sebanyak 6 siswa atau 14,29%

memberikan kesan yang kurang baik. Mereka merasa pembelajaran menulis

petunjuk terlalu cepat sehingga waktu menulis petunjuk dirasa kurang. 4 siswa

atau 9,52% abstain.

2) Hasil Jurnal Guru

Jurnal guru ini berisi segala hal yang dirasakan guru selama pembelajaran

berlangsung. Hal-hal yang menjadi objek sasaran dalam jurnal guru ini adalah

sebagai berikut: (1) kesiapan siswa terhadap pembelajaran menulis petunjuk; (2)

respon siswa terhadap kegiatan mengamati benda-benda nyata sebagai media

pembelajaran menulis petunjuk; (3) respon siswa terhadap kegiatan mempraktikan

langsung petunjuk yang akan dibuat; (4) respon siswa terhadap kegiatan menulis

petunjuk; (5) keaktifan siswa dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dalam

pembelajaran menulis petunjuk; dan (6) situasi atau suasana kelas ketika

pembelajaran berlangsung.
104

Berdasarkan pengamatan dan yang dirasakan peneliti pada saat

pembelajaran berlangsung, dapat dijelaskan bahwa peneliti merasa kurang puas

terhadap proses pembelajaran karena masih ada beberapa siswa yang belum

berkonsentrasi sepenuhnya dalam mengikuti pembelajaran menulis petunjuk

dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan PAKEM.

Siswa terlihat kurang siap dalam mengikuti proses pembelajaran menulis

petunjuk. Meskipun demikian, respon siswa terhadap pembelajaran menulis

petunjuk sangatlah positif karena mempelajari hal baru dengan menggunakan

media pembelajaran. Hal ini terlihat ketika siswa diminta untuk moving class dan

mengamati benda-benda nyata sebagai media pembelajaran menulis petunjuk.

Siswa terlihat senang dan antusias dalam mengamati serta mempraktikan terlebih

dahulu tiga jenis petunjuk yang akan mereka tulis. Namun, ketika siswa

mengevaluasi hasil pekerjaan temannya, siswa sangat ramai.

Saat pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang pasif. Mereka

masih malu untuk bertanya dan takut untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Bahkan ada beberapa siswa yang berbicara atau bercanda dengan temannya. Hal

ini diduga karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang

diterapkan guru. Namun, secara keseluruhan siswa sudah mengikuti seluruh

rangkaian kegiatan dalam pembelajaran menulis petunjuk dengan cukup baik.

Situasi dan suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung dapat terkendali

dengan baik meskipun masih ada beberapa siswa yang membuat suasana kelas

menjadi ramai.
105

Kurangnya kesiapan dan terbatasnya sumber belajar menjadi kekurangan

guru. Guru belum sepenuhnya sesuai melakukan proses pembelajaran yang telah

direncanakan. Pengelolaan kelas dan pengelolaan waktu yang dilakukan guru pun

masih kurang baik.

4.1.2.3 Hasil Wawancara

Pada siklus I, sasaran wawancara ditujukan kepada enam siswa yang

terdiri atas dua orang yang mendapat nilai tertinggi, dua orang yang mendapat

nilai sedang, dan dua orang yang mendapat nilai rendah. Wawancara ini

mengungkap 10 butir pertanyaan, sebagai berikut: (1) apakah selama ini siswa

senang dengan pembelajaran menulis; (2) apakah siswa pernah belajar menulis

sebuah petunjuk dengan bentuk pembelajaran seperti yang diterapkan guru

(peneliti); (3) apakah siswa merasa senang mengikuti pembelajaran menulis

petunjuk dengan menggunakan the real things media; (4) apakah benda-benda

nyata itu mampu merangsang siswa untuk menulis petunjuk; (5) bagaimana

perasaan siswa ketika diminta untuk menulis petunjuk; (6) bagaimana perasaan

siswa ketika berinteraksi dengan benda-benda tersebut; (7) bagaimana perasaan

siswa ketika mempraktikan langsung petunjuk yang akan siswa susun; (8)

kesulitan apa yang siswa hadapi ketika diminta untuk menulis petunjuk; (9) usaha

apa yang siswa lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut; dan (10) pendapat

siswa tentang pelajaran menulis petunjuk yang telah dilaksanakan dan saran siswa

untuk perbaikan pembelajaran.


106

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap keenam siswa tersebut

dapat diketahui bahwa 5 dari 6 siswa merasa senang dengan pembelajaran

menulis. Menurut seorang siswa, dia tidak menyukai pelajaran bahasa Indonesia

aspek menulis dikarenakan pelajaran itu dianggap susah dan banyak aturannya,

salah satunya adalah penggunaan ejaan dan huruf kapital. Mereka melontarkan

pernyataan senang dengan model pembelajaran menulis petunjuk yang diajarkan

peneliti. Terlebih lagi dengan dihadirkannya benda-benda nyata ke dalam kelas.

Siswa mengaku lebih terangsang sehingga ide-ide untuk menulis petunjuk itu

muncul. Siswa lebih antusias ketika siswa diminta mempraktikan terlebih dahulu

petunjuk-petunjuk yang akan mereka tulis, yaitu bagaimana melakukan, membuat,

dan menggunakan sesuatu. Dari pengalaman belajar yang mereka peroleh dapat

memudahkan dan membantu siswa dalam menuliskan konsep-konsep petunjuk

secara tertulis. Mereka mengaku dengan praktik terlebih dahulu dapat mengurangi

adanya salah langkah. Ada satu siswa yang merasa tergesa-gesa karena waktunya

dianggap kurang cukup. Dia harus membagi waktu untuk mempraktikan petunjuk

dan waktu untuk menulis petunjuk. Satu siswa juga merasa bingung ketika

mencari letak benda-benda nyata yang merupakan bagiannya. Ketika mengalami

kesulitan, siswa lebih memilih bertanya kepada teman daripada guru.

Kesan baik mereka tujukan terhadap model pembelajaran yang dilakukan

peneliti. Semua siswa yang diwawancara mengaku senang dan merasa sangat

terbantu. Mereka mengharapkan pembelajaran yang sama tetapi dengan bentuk

yang lebih variatif. Selain itu, dua siswa memberikan saran terhadap teknik

pembelajaran peneliti, yaitu dari segi ketegasan dan volume suara peneliti.
107

Pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the real things

media telah membantu dan memudahkan siswa dalam menyusun sebuah petunjuk.

Dengan konsep dasar “belajar sambil bermain”, siswa tampak lebih aktif dan

kreatif dalam model pembelajaran yang dilakukan peneliti. Siswa merasa

mempelajari petunjuk merupakan hal yang menyenangkan karena siswa

dibebaskan untuk bertindak dan berkreasi demi perbaikan dan kemajuan

pekerjaannya. Petunjuk yang dipraktikan terlebih dahulu dianggap akan

mengefektifkan waktu karena siswa tidak dibiarkan untuk mengingat alur

pembuatan, penggunaan ataupun pelaksanaan sesuatu. Mereka hanya mengingat

dan menghayalkan sesuatu yang tidak riil, hal ini dikhawatirkan akan

menghambat ruang gerak proses terciptanya karya kreatif siswa. Maka dari itu,

dari serangkaian kegiatan-kegiatan pembelajaran menulis petunjuk yang

dilakukan peneliti dimasukkan dalam kategori pendekatan Pembelajaran Aktif,

Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).

4.1.2.4 Hasil Dokumentasi (Foto)

Pada siklus I ini, dokumentasi foto yang diambil difokuskan pada kegiatan

selama pembelajaran dan ketika pembelajaran telah selesai, yaitu kegiatan pada

awal pembelajaran ketika guru melakukan stimulus-respon terhadap siswa,

kegiatan siswa mengamati benda-benda nyata, kegiatan siswa melakukan interaksi

dengan benda-benda nyata, kegiatan menyusun petunjuk sambil mempraktikan


108

petunjuk yang akan dibuat, kegiatan melakukan aktivitas menulis petunjuk, dan

saat siswa yang sedang diwawancara. Dokumentasi berupa gambar ini digunakan

sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung.

Deskripsi gambar pada siklus I selengkapnya dipaparkan sebagai berikut.

Gambar 1 Guru Melakukan Stimulus-respon terhadap Siswa

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan awal pembelajaran dalam siklus I.

Kali pertama guru membuka pelajaran dengan mengajak siswa menyanyikan lagu

“Bermain Layang-layang”. Kemudian guru bertanya jawab dengan siswa

mengenai isi lagu “Bermain Layang-layang”. Terlebih dahulu guru bertanya

jawab dengan siswa berkaitan dengan materi yang akan diberikan yaitu menulis

petunjuk. Tujuannya untuk menstimulus siswa terhadap materi yang akan

dipelajari. Selanjutnya, guru bersama siswa membuat petunjuk tertulis mengacu

pada teks lagu “Bermain Layang-layang”. Akhirnya guru bersama siswa

menganalisis petunjuk yang mereka buat. Pada gambar tersebut di atas, tampak

peneliti sedang menjelaskan tiga jenis petunjuk beserta contohnya. Sementara


109

siswa tampak sedang memperhatikan penjelasan dari guru (peneliti). Nampak

pada gambar, siswa menunjukkan respon baik pada awal pembelajaran. Hal inilah

yang menyebabkan peneliti mendapat injeksi semangat untuk melakukan

penelitian ini.

Gambar 2 Kegiatan Siswa Mengamati Media Pembelajaran

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan inti pembelajaran dalam siklus I.

Pada gambar tersebut tampak satu kelompok siswa sedang mengamati media

pembelajaran. Masing-masing siswa dalam tiap kelompok diminta untuk

mengamati benda-benda nyata yang telah disediakan peneliti. Dari hasil

eksplorasi tersebut akan merangsang siswa memunculkan ide terhadap petunjuk

yang akan dibuat. Pola pembelajaran ini sengaja dibuat agar siswa mengalami

sendiri dengan melibatkan berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa.

Pada gambar tersebut tampak beberapa siswa serius dalam kegiatan eksplorasi ini

karena mereka tidak mau menyia-nyiakan waktu yang diberikan untuk kegiatan

ini. Ada juga beberapa siswa yang tampak kurang serius dalam kegiatan ini.
110

Mereka tidak mengamati media yang sudah menjadi bagiannya, tetapi mereka

lebih cenderung tertarik dengan media temannya di kelompok yang lain. Hal

inilah yang menjadi penyebab siswa mengalami ketidakberhasilan dalam tes

siklus I ini, yaitu kurangnya keseriusan dari siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Gambar 3 Kegiatan Siswa Berinteraksi dengan Media Pembelajaran

Gambar tersebut menunjukkan aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan

media pembelajaran. Setelah mengamati dan mengeksplorasi media, selanjutnya

siswa melakukan interaksi dengan media baik itu berhubungan langsung dengan

media yang akan ditulis maupun berhubungan dengan teman satu kelompok.

Tujuannya agar siswa lebih mengenal media yang akan mereka tulis. Tampak

pada gambar tersebut siswa tengah asyik melakukan kegiatan berinteraksi dengan

media pembelajaran. Namun ada seorang siswa yang nampak lebih tertarik pada

media yang lain daripada medianya sendiri. Hal ini dapat juga mempengaruhi

hasil tes penulisan petunjuknya.


111

Gambar 4 Kegiatan Menulis Petunjuk Sambil Mempraktikan Petunjuk

Gambar 4 di atas memperlihatkan aktivitas siswa ketika mempraktikan

terlebih dahulu petunjuk yang akan mereka susun. Secara individu, siswa tampak

tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Siswa tampak bersemangat dan

aktif dalam kegiatan ini. Hal ini dikarenakan petunjuk yang akan mereka tulis

adalah petunjuk yang sudah pernah mereka lakukan, seperti contoh gambar di atas

adalah ketika siswa memparktikan cara menggunakan pasta dan sikat gigi.

Tampak siswa merasa senang dan menghayati pembelajaran menulis petunjuk

dengan menggunakan the real things media yang dihadirkan ke dalam kelas.
112

Gambar 7 Kegiatan Menulis Petunjuk

Gambar 5 di atas diambil pada saat pembelajaran berlangsung yaitu ketika

siswa tengah sibuk menulis petunjuk yang telah mereka praktikan terlebih dahulu.

Situasi kelas pada gambar tersebut memperlihatkan keseriusan siswa dalam

mengerjakan tugas. Namun, masih ada satu orang yang terlihat kurang serius

karena dia mengetahui adanya pengambilan gambar pada kegiatan tersebut.

Gambar 6 Kegiatan Wawancara


113

Gambar 6 tersebut merupakan aktivitas siswa ketika diwawancara. Ada 6

siswa yang diwawancara, yaitu 2 siswa yang mendapat nilai tinggi, 2 siswa yang

mendapat nilai sedang, dan 2 siswa yang mendapat nilai tinggi. Pada gambar

tersebut hanya terlihat 4 siswa yang sedang diwawancara padahal seharusnya

sebanyak 6 siswa. Kegiatan wawancara tidak dilakukan per individu dikarenakan

efektivitas waktu.

4.1.3 Refleksi Hasil Penelitian Siklus I

Pada siklus I ini pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the

real things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif

Menyenangkan mulai diberlakukan. Dalam pembelajaran menulis petunjuk, guru

(peneliti) menerapkan metode learning by doing, maksudnya siswa diperkenankan

untuk mengalami sendiri pembelajaran menulis petunjuk yaitu dengan cara

menyusun petunjuk sambil mempraktikan langsung petunjuk yang akan mereka

tulis.

Meskipun demikian, peneliti melihat masih ada kekurangan dalam

pelaksanaan pembelajaran menulis petunjuk pada siklus I. Kekurangan tersebut

yaitu pada saat siswa diminta untuk menulis petunjuk yang media

pembelajarannya telah disiapkan peneliti serta siswa dikelompok-kelompokkan

dan siswa diatur untuk mendapat bagian media masing-masing. Mau tidak mau,

siswa harus menulis petunjuk sesuai dengan media yang telah disediakan yang

menjadi bagiannya.Ternyata tidak sedikit siswa yang mengeluh dengan ketentuan

yang dibuat peneliti. Maka dari itu, untuk siklus II siswa ditugaskan untuk
114

membawa peralatan serta media pembelajaran sendiri untuk membuat tiga jenis

petunjuk.

Rata-rata nilai secara klasikal pada siklus I juga masih belum mencapai

batas ketuntasan belajar yaitu 70. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai

akhir dibawah 70. Dalam tiap-tiap aspek penilaian menulis petunjuk, nilai siswa

juga masih banyak yang masuk dalam kategori kurang baik. Maka dari itu, perlu

adanya pengambilan data ulang untuk proses perbaikan pada siklus II.

Kekurangan yang lain adalah ketidaksesuaian alokasi waktu yang telah

ditentukan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pengelolaan waktu

saat proses pembelajaran yang terjadi pada siklus I. Peneliti juga belum dapat

mengelola kelas dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa siswa yang

masih suka berbicara dan bercanda serta membuat kegaduhan di kelas.

Karena proses pembelajaran pada siklus I ini masih kurang optimal, maka

diperlukan adanya tindakan siklus II. Dalam siklus II ini peneliti akan

menekankan pada hasil tes siklus II, pengalaman belajar siswa, dan kedisiplinan

guru dalam pengelolaan waktu dan pengelolaan kelas. Pembelajaran pada siklus II

ini juga dibuat semenarik mungkin supaya siswa menjadi lebih aktif dan

bersemangat.

4.1.4 Hasil Penelitian Tes Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan karena hasil yang diperoleh pada siklus I

masih belum memuaskan dan masih dalam kategori cukup dan rata-rata nilai

secara klasikal pada siklus I masih belum mencapai target nilai ketuntasan belajar
115

yaitu sebesar 70. Masih terdapat tingkah laku siswa yang kurang mendukung

pembelajaran. Tindakan siklus II ini dilakukan untuk mengatasi mesalah-masalah

yang ada pada siklus I dan berupaya untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam menulis petunjuk sehingga dapat mencapai target ketuntasan belajar yang

telah ditentukan.

Penelitian siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 25

Mei 2007. Pada siklus II ini penelitian dilakukan dengan rencana dan persiapan

yang lebih matang dibandingkan dengan siklus I. Dengan adanya perbaikan-

perbaikan dalam pembelajaran tanpa mengabaikan penggunaan the real things

media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan,

maka hasil penelitian yang berupa tes kemampuan menulis petunjuk mengalami

peningkatan dari kategori cukup ke kategori baik. Meningkatnya nilai tes ini

diikuti pula dengan adanya perubahan perilaku siswa. Siswa menjadi lebih aktif

serta lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan pola pembelajaran

yang peneliti terapkan. Hasil selengkapnya mengenai tes dan nontes pada siklus II

diuraikan secara terinci berikut ini.

Berdasarkan hasil penilaian menulis petunjuk yang telah dilakukan,

diketahui bahwa nilai rata-rata secara klasikal sebesar 79,19 termasuk dalam

kategori baik. Nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa pada siklus II sebesar

96,67. Nilai tersebut hanya berhasil dicapai satu siswa. Nilai terendah diperoleh

siswa sebesar 60,83. Hanya satu siswa yang memperoleh nilai tersebut. Siswa

sebagian besar sudah mencapai nilai antara 70,00-84,99.


116

Hasil penilaian menulis petunjuk siklus II secara lebih lengkap dapat

dilihat pada tabel 24 berikut ini.

Tabel 24 Hasil Tes Kemampuan Menulis Petunjuk Siklus II

No Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata


Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 85,00-100,00 10 885,42 23,81 % 3.325,84
2. Baik 70,00-84,99 26 2.042,93 61,90 % X = 42
3. Cukup 55,00-69,99 6 397,49 14,29 % = 79,19
4. Kurang 0-54,99 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 3.325,84 100 % Baik)

Berdasarkan tabel 24 dapat diketahui bahwa bobot nilai tes kemampuan

siswa dalam menulis petunjuk pada siklus II secara klasikal mencapai 3.325,84

dengan niilai rata-rata 79,19 termasuk dalam kategori baik. Diantara 42 siswa,

terdapat 10 siswa atau 23,81% yang berhasil memperoleh nilai dengan kategori

sangat baik dengan rentang nilai 85,00-100,00. Frekuensi terbanyak yaitu 26

siswa atau 60,90% memperoleh nilai dalam kategori baik dengan rentang nilai

70,00-84,99. Kemudian 6 siswa atau 14,29% memperoleh nilai cukup baik dengan

rentang nilai 55,00-69,99. Untuk kategori kurang, tidak ada seorang pun yang

mencapai nilai dengan rentang nilai 0-54,99.

Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan petujuk tertulis siswa

tersebut sudah memenuhi syarat petunjuk yaitu jelas, logis, dan singkat.

Keruntutan pelaksanaan petunjuk yang dibuat siswa tersebut sudah urut dan jelas

sehingga mudah dipahami. Kalimat yang digunakan singkat, jelas, dan efektif.

Sebagian besar siswa sudah memahami penggunaan ejaan dan tanda baca yang

benar, bahasa yang digunakan adalah ragam baku tapi mudah dipahami. Tampilan

petunjuk sudah menarik.


117

Siswa yang memperoleh nilai cukup penyebab utamanya yaitu kurang

sesuainya syarat-syarat petunjuk yang harus dipenuhi. Siswa tersebut masih

kesulitan dalam membuat pelaksanan yang runtut. Kalimat yang digunakan sudah

singkat, tapi masih ada juga yang panjang, tapi belum jelas maksudnya. Bahasa

yang digunakan sudah tidak tercampur-campur dengan bahasa daerah mereka

Petunjuk yang mereka buat sudah cukup menarik.

Berdasarkan hasil penelitian, hasil keterampilan menulis petunjuk siklus II

dapat dilihat pada diagram 3 (diagram garis) berikut ini.

120.00

100.00

80.00

60.00 Siklus II

40.00

20.00

0.00
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41

Diagram 3 Hasil Tes Siswa Menulis Petunjuk Siklus II

Pada diagram 3 dapat dilihat bahwa terdapat 36 siswa atau 85,71% yang

telah berhasil mencapai batas nilai ketuntasan belajar sebesar 70 dalam kategori

baik. Siswa yang memperoleh nilai antara 55,00-69,99 dalam kategori cukup baik

sebanyak 6 siswa. Tidak ada seorang pun yang memperoleh nilai 0-54,99.

Berdasarkan diagram 3, dapat diketahui pula bahwa siswa yang belum mencapai

ketuntasan belajar yaitu sebanyak 6 siswa atau 14,28%. Nilai rata-rata secara

klasikal tersebut sudah mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 70, sehingga

nilai yang diperoleh siswa pada siklus II sudah tidak perlu ditingkatkan.
118

Agar lebih jelas, nilai yang telah berhasil dicapai siswa digambarkan pada

gambar 10 berikut ini.

14.29% 23,81% Nilai 85,00-100,00

Nilai 70,00-84,99
61,90% Nilai 55,00-69,99

Nilai 0-54,99

Diagram 4 Lingkaran Hasil Tes Menulis Petunjuk Siklus II

Berdasarkan diagram 4 di atas, dapat dilihat bahwa persentase terbanyak

yaitu sebesar 61,90% adalah jumlah siswa yang mendapat nilai 70,00-84,99

termasuk kategori baik. Persentase terbanyak kedua yaitu sebesar 23,81% adalah

jumlah siswa yang mendapat nilai 85,00-100,00 termasuk kategori sangat baik.

Persentase terbanyak ketiga yaitu sebesar 14,29% adalah jumlah siswa yang

mendapat nilai 55,00-69,99 termasuk kategori cukup. Untuk kategori kurang tidak

ada seorang pun yang memperolehnya. Jadi dapat diketahui bahwa siswa yang

belum mencapai nilai batas ketuntasan belajar sebesar 70 masih terdapat 6 siswa

atau 14,29%.

Rata-rata nilai keterampilan menulis teks petunjuk siswa sudah mencapai

ketuntasan belajar yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 70. Hal ini disebabkan

oleh pemerolehan skor yang sudah maksimal pada tiap-tiap aspek. Siswa juga

sudah memperhatikan ketentuan yang sudah dicantumkan pada lembar tugas

siswa sehingga mereka sudah dapat memaksimalkan kemampuan mereka dan

tidak bingung lagi.


119

Hasil tes pada tabel 24 merupakan gabungan dari 6 aspek keterampilan

menulis teks petunjuk. Keenam aspek tersebut, yaitu: (1) kejelasan petunjuk; (2)

ketepatan tata urutan petunjuk; (3) keefektifan kalimat; (4) penggunaan ejaan dan

tanda baca; (5) kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk; dan

(6) tampilan petunjuk. Adapun hasil masing-masing aspek secara rinci dapat

dilihat pada uraian berikut ini.

4.1.4.1 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kejelasan Petunjuk

Aspek 1 berupa kejelasan petunjuk. Nilai rata-rata siswa sebesar 14,88

nilai tertinggi yang berhasil dicapai oleh 4 siswa sebesar 20. Nilai terendah pada

aspek ini dicapai oleh 5 siswa sebesar 10. Secara rinci, hasil yang diperoleh siswa

pada aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 25 berikut ini.

Tabel 25 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Kejelasan


Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 4 80 9,52 % 625
2. Baik 15 33 495 78,57 % X = 42
3. Cukup 10 5 50 11,91 % = 14,88
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 625 100 % Baik)

Data pada tabel 25 di atas menunjukkan bahawa kemampuan menulis

petunjuk melakukan sesuatu pada aspek kejelasan petunjuk untuk kategori sangat

baik sebanyak 4 siswa atau 9,52%. Untuk kategori baik sebanyak 33 siswa atau

78,57%. Kategori cukup dicapai oleh 5 siswa atau 11,91%. Kategori kurang tidak

dicapai oleh seorang pun. Jadi, rata-rata skor klasikal pada aspek kejelasan

petunjuk pada menulis petunjuk melakukan sesuatu sebesar 14,88. Siswa cukup

jelas dalam menuliskan sebuah petunjuk yang ditugaskan oleh guru.


120

Tabel 26 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Kejelasan


Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 5 100 11,91 % 645
2. Baik 15 35 525 83,33 % X = 42
3. Cukup 10 2 20 4,76 % = 15,4
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 645 100 % Baik)

Data pada tabel 26 di atas menunjukkan bahwa terdapat 5 orang atau

11,91% yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 35 orang

atau 83,33% . Kategari cukup dicapai sebanyak 2 siswa atau 4,76%. Untuk

kategori kurang tidak ada satu orang pun yang mencapainya. Dari data tersebut

dapat disimpulkan bahwa secara klasikal nilai rata-rata kemampuan siswa dalam

menulis petunjuk membuat sesuatu dilihat dari aspek kejelasan petunjuk sebesar

15,4.

Tabel 27 Hasil Tes Menggunakan Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Kejelasan


Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 5 100 11,91 % 635
2. Baik 15 33 495 78,57 % X =
42
3. Cukup 10 4 40 9,52 % = 15,12
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 635 100 % Baik)

Data pada tabel 27 di atas menunjukkan bahwa 5 siswa atau 11,91%

berhasil mencapai kategori sangat baik. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh

33 siswa atau 78,57%. Kategori cukup diperoleh sebanyak 4 siswa atau 9,52%.

Tidak ada seorang pun yang memperoleh kategori kurang. Dari data tersebut

dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata secara klasikal kemampuan siswa dalam
121

menulis petunjuk menggunakan sesuatu aspek kejelasan petunjuk sebesar 15,12

kategori baik.

Dari ketiga data tersebut dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata yang

diperoleh siswa sebesar 15,13. Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa

kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek kejelasan petunjuk

sudah baik.

Pada aspek kejelasan petunjuk, nilai rata-rata siswa sudah baik karena

sudah banyak siswa yang menulis petunjuk dengan jelas sehingga dapat diikuti

dengan baik. Siswa yang memperoleh nilai tinggi pada aspek ini disebabkan siswa

tersebut menulis petunjuk hanya mencantumkan hal-hal yang penting saja

sehingga mudah diikuti cara pelaksanaannya.

4.1.4.2 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tata Urutan Petunjuk

Penilaian aspek tata urutan petunjuk difokuskan pemaparan langkah-

langkah petunjuk yang dibuat siswa. Petunjuk yang dibuat harus sesuai dengan

urutan yang seharusnya yang ada dalam sebuah petunjuk. Hasil penilaian untuk

ketiga jenis petunjuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 28 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 13 260 30,95 % 655
2. Baik 15 21 315 50 % X =
42
3. Cukup 10 8 80 19,05 % = 15,60
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 655 100 % Baik)
Data pada tabel 28 di atas menunjukkan bahwa terdapat 13 siswa atau

30,95% yang berkategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 21 siswa atau
122

50%. Kategori cukup dicapai oleh 8 siswa atau 19,05%. Untuk kategori kurang

tidak seorang pun yang memperolehnya. Jadi, rata-rata skor yang diperoleh siswa

secara klasikal sebesar 15,60.

Tabel 29 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 17 340 40,48 % 665
2. Baik 15 15 225 35,71 % X = 42
3. Cukup 10 10 100 23,81 % = 15,83
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 665 100 % Baik)

Data pada tabel 29 di atas menunjukkan bahwa terdapat 17 siswa atau

40,48% yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 15 siswa

atau 35,71%. Kategori cukup dicapai oleh 10 siswa atau 23,81%. Untuk kategori

kurang tidak dicapai oleh satu orang pun. Jadi, rata-rata pencapaian kemampuan

siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu pada aspek tata urutan petunjuk

sebesar 15,83.

Tabel 30 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 17 340 40,48 % 700
2. Baik 15 22 330 52,38 % X =
42
3. Cukup 10 3 30 7,14 % = 16,67
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 700 100 % Baik)

Data pada tabel 30 menunjukkan bahwa terdapat 17 orang atau 40,48%

yang mampu mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Kategori baik dicapai
123

oleh 22 siswa atau 52,38%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 3 siswa atau

7,14%. Untuk kategori kurang tidak dicapai oleh satu orang pun.

Simpulan yang diperoleh berdasarkan data tersebut adalah skor rata-rata

untuk kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek tata urutan

petunjuk sebesar 16,03. Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa secara klasikal

siswa sudah baik dalam membuat petunjuk dengan tata urutan yang baik.

Pada aspek tata urutan petunjuk, nilai rata-rata siswa sudah baik karena

sebagian besar siswa sudah menguasai aspek keruntutan pemaparan dengan baik.

Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan siswa tersebut sudah dapat

membuat petunjuk yang urut dan tidak membingungkan serta mudah dipahami.

Siswa dalam mempraktikan petunjuk sudah benar sehingga tidak salah langkah.

Siswa yang memperoleh nilai cukup disebabkan siswa tersebut dalam

mempraktikan petunjuk yang mereka buat kurang benar sehingga menyebabkan

salah langkah. Hal ini mengakibatkan petunjuk yang mereka buat kurang urut,

kurang jelas, dan kurang mudah diikuti.

4.1.4.3 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Keefektifan Kalimat

Penilaian aspek keefektifan kalimat pada menulis petunjuk difokuskan

pada kejelasan dan kelugasan kalimat. Kejelasan ini mengandung arti bahwa

kalimat tersebut mudah ditangkap maksudnya. Lugas dimaksudkan bahwa kalimat

itu tidak berbelit-belit. Hasil penilaian untuk tiga jenis petunjuk ditinjau dari aspek

keefektifan kalimat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


124

Tabel 31 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Keefektifan


Kalimat
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 4 80 9,52 % 625
2. Baik 15 33 495 78,57 % X = 42
3. Cukup 10 5 50 11,91 % = 14,9
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 625 100 % Baik)

Data pada tabel 31 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 4 siswa atau

9,52% mampu memperoleh nilai dengan kategori sangat baik. Sebanyak 33 siswa

atau 78,57% yang mampu memperoleh nilai dengan kategori baik. Ada 5 siswa

atau 11,91% yang berhasil mencapai kategori cukup. Kategori kurang tidak

dicapai oleh seorang pun. Jadi, keseluruhan hasil kemampuan menulis petunjuk

melakukan sesuatu aspek keefektifan kalimat secara klasikal rata-rata sebesar

14,9.

Tabel 32 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Keefektifan


Kalimat
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 4 80 9,52 % 635
2. Baik 15 35 525 83,33 % X =
42
3. Cukup 10 3 30 7,15 % = 15,12
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 635 100 % Baik)

Data pada tabel 32 tersebut menunjukkan bahwa ada 4 siswa atau 9,52%

yang mampu mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mampu

mencapai kategori baik sejumlah 35 siswa atau 83,33%. Kategori cukup dicapai

oleh 3 siswa atau 7,15%. Untuk kategori kurang tidak dicapai oleh seorang pun.
125

Jadi, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau

dari aspek keefektifan kalimat secara klasikal rata-rata mencapai 15,12.

Tabel 33 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Keefektifan


Kalimat
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 4 80 9,52 % 630
2. Baik 15 34 510 80,96 % X =
42
3. Cukup 10 4 40 9,52 % = 15
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 630 100 % Baik)

Data pada tabel 33 tersebut menunjukkan bahwa ada 4 siswa yang mampu

mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mampu mencapai

kategori baik sejumlah 34 siswa atau 80,96%. Kategori cukup dicapai oleh 4

siswa atau 9,52%. Untuk kategori kurang tidak dicapai oleh seorang pun. Jadi,

kemampuan siswa dalam menulis petunjuk menggunakan sesuatu aspek

keefektifan kalimat secara klasikal rata-rata mencapai 15.

Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk siswa dapat disimpulkan

bahwa skor rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari

aspek keefektifan kalimat sebesar 15,01. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa

secara umum siswa sudah baik dalam menyusun kalimat.

Siswa memperoleh nilai rata-rata disebabkan oleh kemampuan siswa

dalam menulis petunjuk tidak menggunakan kalimat yang terlalu panjang tetapi

jelas, terlihat dari rata-rata kesalahan kalimat yang kurang efektif hanya ada 1-2

kalimat saja. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan oleh kemampuan

siswa dalam menggunakan kalimat sudah baik, singkat, dan jelas. Siswa yang
126

memperoleh nilai cukup disebabkan mereka menggunakan kalimat yang singkat

tetapi tidak jelas.

4.1.4.4 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda
Baca
Penilaian penggunaan aspek tanda baca pada kemampuan menulis

petunjuk difokuskan pada penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, dan

penulisan kata depan. Hasil tes untuk tiga jenis petunjuk ditinjau dari aspek

penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 34 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Penggunaan


Ejaan dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 10 150 23,81 % 487,5
2. Baik 11,25 26 292,5 61,90 % X = 42
3. Cukup 7,5 6 45 14,29 % = 11,61
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 487,5 100 % Baik)

Data pada tabel 34 di atas menunjukkan bahwa secara klasikal

kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu ditinjau dari aspek

penggunaan ejaan dan tanda baca rata-rata mencapai 11,61. Dari rata-rata tersebut

terdapat 10 siswa atau 23,81% yang mencapai nilai dengan kategori sangat baik.

Untuk kategori baik dicapai oleh 26 siswa atau 61,90%. Sisanya, untuk kategori

cukup diperoleh sebanyak 6 siswa atau 14,29%. Untuk kategori kurang tidak

dicapai oleh satu siswa pun.


127

Tabel 35 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Penggunaan Ejaan
dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 12 180 28,57 % 502,5
2. Baik 11,25 26 292,5 61,91 % X = 42
3. Cukup 7,5 4 30 9,52 % =11,96
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 502,5 100 % Baik)

Data pada tabel 35 tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam

menulis petunjuk membuat sesuatu aspek penggunaan ejaan dan tanda baca secara

klasikal mencapai 11,96. Dari rata-rata tersebut terdapat 12 siswa atau 28,57%

yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai siswa sebanyak 26

orang atau 61,91%. Kategori cukup berhasil diperoleh sebanyak 4 siswa atau

61,91%. Untuk kategori kurang tidak ada seorang pun yang memperolehnya.

Tabel 36 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Penggunaan

Ejaan dan Tanda Baca

No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata


Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 12 180 28,57 % 498,75
2. Baik 11,25 25 281,25 59,52 % X = 42
3. Cukup 7,5 5 37,5 11,91 % =11,88
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 498,75 100 % Baik)

Data pada tabel 36 di atas menunjukkan bahwa secara klasikal

kemampuan siswa dalam menulis petunjuk menggunakan sesuatu ditinjau dari

aspek penggunaan ejaan dan tanda baca mencapai rata-rata 11,88. Dari nilai rata-

rata tersebut terdapat 12 siswa atau 28,57% yang memperoleh nilai dengan

kategori sangat baik. Kategori baik dicapai siswa sebanyak 25 orang atau 59,52%.
128

Untuk kategori cukup diperoleh sebanyak 5 siswa atau 11,91%. Dan tidak ada

seorang pun yang memperoleh nilai dengan kategori kurang. .

Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk di atas dapat disimpulkan

bahwa kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek penggunaan

ejaan dan tanda baca rata-rata mencapai 11,8. Dari rata-rata tersebut dapat

diketahui bahwa siswa sudah baik dalam menggunakan ejaan dan tanda baca.

Jumlah kesalahan yang dilakukan siswa secara umum antara 1-5.

Siswa memperoleh nilai rata-rata karena penggunaan ejaan dan tanda

bacanya sudah tepat. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan kesalahan-

kesalahan penggunaan ejaan, penyingkatan, dan penggunaan huruf kapital sudah

baik.

4.1.4.5 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kesesuaian Bahasa yang


Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
Penilaian terhadap aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan

sasaran petunjuk difokuskan pada penggunaan kata-kata (pilihan kata) yang harus

disesuaikan dengan sasaran dari petunjuk yang dibuat. Hasil penilaian aspek

kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 37 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Kesesuaian


Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 26 390 61,90 % 570
2. Baik 11,25 16 180 38,10 % X =
42
3. Cukup 7,5 0 0 0 % =13,57
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 570 100 % Baik)
129

Data pada tabel 37 di atas menunjukkan bahwa terdapat 26 siswa atau

61,90% yang berhasil mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh

16 siswa atau 38,10%. Tidak ada satu orang pun yang mendapat nilai dengan

kategori cukup maupun kategori kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam menulis

petunjuk melakukan sesuatu jika ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang

digunakan dengan sasaran petunjuk secara klasikal mencapai 13,57.

Tabel 38 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Kesesuaian


Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 28 420 66,67 % 577,5
2. Baik 11,25 14 157,5 33,33 % X =
42
3. Cukup 7,5 0 0 0% =13,75
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 577,5 100 % Baik)

Data pada tabel 38 di atas menunjukkan bahwa terdapat 28 siswa atau

66,67% yang mendapat kategori sangat baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 14

siswa atau 33,33%. Untuk kategori cukup dan kategori kurang tidak ada seorang

pun yang memperolehnya. Jadi, secara klasikal kemampuan siswa dalam menulis

petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang

digunakan dengan sasaran petunjuk sebesar 13,75.

Tabel 39 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Kesesuaian


Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 30 450 71,43 % 585
2. Baik 11,25 12 135 28,57 % X = 42
3. Cukup 7,5 0 0 0 % =13,93
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 585 100 % Baik)
130

Data pada tabel 39 di atas menunjukkan bahwa terdapat 30 siswa atau

71,43% yang mendapat kategori sangat baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 12

siswa atau 28,57%. Untuk kategori cukup dan kategori kurang tidak ada seorang

pun yang memperolehnya. Jadi, secara klasikal kemampuan siswa dalam menulis

petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang

digunakan dengan sasaran petunjuk sebesar 13,93.

Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk di atas dapat disimpulkan

bahwa secara klasikal rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk jika

ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk

sebesar 13,75. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa secara umum

kemampuan siswa sudah baik dalam menggunakan kata-kata yang sesuai dengan

sasaran dari petunjuk yang dibuat. Sudah tidak ada siswa yang menggunakan

kata-kata dari bahasa daerah. Sebagian besar siswa sudah menggunakan kosakata

yang tepat dan mudah dipahami.

4.1.4.6 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tampilan Petunjuk

Penilaian terhadap aspek tampilan petunjuk difokuskan pada bentuk dan

kerapian petunjuk. Hasil penilaian terhadap aspek tampilan petunjuk dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 40 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Tampilan


Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 10 3 30 7,15 % 312,5
2. Baik 7,5 35 262,5 83,33 % X =
42
3. Cukup 5 4 20 9,52 % =7,44
4. Kurang 2,5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 312,5 100 % Cukup)
131

Data pada tabel 40 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 3 siswa atau

7,15% berhasil memperoleh nilai dalam kategori sangat baik. Sebanyak 35 siswa

atau 83,33% berhasil memperoleh kategori baik. Siswa yang mampu meraih skor

untuk kategori cukup sebanyak 4 siswa atau 9,52%. Untuk kategori kurang tidak

dicapai oleh seorang pun. Jadi, secara klasikal kemampuan siswa dalam menulis

petunjuk melakukan sesuatu jika ditinjau dari aspek tampilan petunjuk sebesar

7,44.

Tabel 41 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Tampilan


Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 10 2 20 4,76 % 317,5
2. Baik 7,5 39 292,5 92,86 % X = 42
3. Cukup 5 1 5 2,38 % = 7,56
4. Kurang 2,5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 317,5 100 % Baik)

Data pada tabel 41 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 2 siswa atau

4,76% berhasil memperoleh skor dengan kategori sangat baik. Sebanyak 39 siswa

atau 92,86% berhasil memperoleh nilai dengan kategori baik. Sisanya, hanya 1

siswa atau 2,38% yang mampu meraih skor untuk kategori cukup. Jadi, secara

klasikal kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika

ditinjau dari aspek tampilan petunjuk sebesar 4,35.

Tabel 42 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Tampilan


Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 10 5 50 11,91 % 300
2. Baik 7,5 32 225 76,18 % X = 42
3. Cukup 5 5 25 11,91 % = 7,1
4. Kurang 2,5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 300 100 % Cukup)
132

Data pada tabel 42 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 5 siswa atau

11,91% berhasil memperoleh nilai dengan kategori sangat baik. Sebanyak 32

siswa atau 76,18% berhasil memperoleh nilai dengan kategori baik. Sisanya,

sebanyak 5 siswa atau 11,91% meraih skor untuk kategori cukup. Jadi, secara

klasikal kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika

ditinjau dari aspek tampilan petunjuk sebesar 7,1.

Berdasarkan data dari ketiga bentuk petunjuk di atas dapat disimpulkan

bahwa secara klasikal rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau

dari aspek tampilan petunjuk sebesar 7,37. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui

bahwa secara umum tampilan dari petunjuk yang dibuat siswa sudah cukup baik.

Siswa memperoleh nilai rata-rata karena bentuk petunjuk sudah baik.

Petunjuk yang mereka buat sudah rapi serta telah memberi judul yang menarik.

4.1.5 Hasil Nontes Siklus II

Hasil penelitian nontes pada siklus I ini didapatkan dari hasil observasi,

jurnal, wawancara, dan dokumentasi (foto). Hasil selengkapnya dijelaskan pada

uraian berikut.

4.1.5.1 Hasil Observasi

Pada siklus II ini terdapat perilaku siswa yang terdeskripsi melalui

kegiatan obsrvasi yang dilakukan peneliti. Selama membelajarkan kemampuan

menulis petunjuk dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan, peneliti merasakan adanya


133

perubahan perilaku siswa. Siswa yang sebagian besar pada siklus I kurang

mengikuti pembelajaran dengan baik, pada siklus II ini sebagian besar sudah

mulai mengikuti dan menikmati pembelajaran yang diterapkan peneliti. Siswa

sudah memberikan respon yang positif terhadap kegiatan pembelajaran.

Dalam pembelajaran active learning ini, siswa diharapkan dapat

menangkap materi pembelajaran yang diajarkan sekaligus menangkap makna dari

pembelajaran itu bagi kehidupan mereka sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa hampir seluruh siswa

sudah aktif mengikuti kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Secara

lebih rinci dapat dipaparkan bahwa siswa yang sangat aktif dalam mengikuti

pembelajaran sebanyak 11,9%. Siswa yang aktif sebanyak 73,81%. Sisanya,

sebanyak 14,29% siswa cukup aktif mengikuti kegiatan pembelajaran menulis

petunjuk.

Siswa yang berani bertanya serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan guru sebesar 78,57%. 21,43% siswa sudah cukup berani dalam bertanya

dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Mereka kadang bertanya dan

juga kadang menjawab pertanyaan dari guru.

Siswa yang aktif membuat konsep menulis petunjuk sebesar 78,57%.

21,43% siswa termasuk dalam kategori cukup aktif. Siswa yang serius ketika

mengamati media pembelajaran sebesar 80,96%. 19,05% siswa termasuk cukup

serius dalam mengamati media.

Pada umumnya siswa sudah terlihat antusias terhadap media-media yang

dihadirkan ke dalam kelas. Siswa yang sangat antusias dalam berinteraksi dengan
134

media sebesar 23,81%. Sementara 61,9% siswa merasa antusias. Siswa yang

cukup antusias sebanyak 14,29%.

Dalam kegiatan mempraktikan petunjuk yang mereka susun dapat

diketahui bahwa siswa yang sangat aktif dalam mempraktikan petunjuk terlebih

dahulu sebelum menuangkan konsep dalam bentuk petunjuk tertulis sebesar

19,05%.

Sebagian besar siswa sudah aktif dalam mempraktikan petunjuk yaitu

sebesar 69,05%. Sisanya sebanyak 11,9% siswa tampak cukup aktif dalam

kegiatan mempraktikan petunjuk.

Dalam mengerjakan tugas menulis petunjuk, dapat diketahui bahwa

terdapat 80,95% siswa yang memberikan tanggapan baik terhadap tugas yang

diberikan guru. Keseriusan ini tampak dari masing-masing siswa yang terlihat

sibuk sendiri dengan tugas-tugas mereka. 19,05% siswa tampak cukup serius

dalam mengerjakan tugas. Mereka langsung mengerjakan tugas tanpa harus

mendapat teguran dari guru. Mereka sudah diberikan pengertian tentang

pemanfaatan waktu yang sudah direncanakan. Pada siklus II ini, siswa sudah

banyak yang mampu mengerjakan tes menulis petunjuk dalam waktu yang telah

ditentukan.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, secara keseluruhan dapat

disimpulkan bahwa perilaku negatif siswa sudah banyak mengalami perubahan

menuju pada perilaku positif. Sebagian besar siswa sudah mampu mengikuti

pembelajaran dengan baik.


135

Keadaan ini tentu saja merupakan sesuatu hal yang sangat diharapkan

karena guru sudah berusaha secara maksimal untuk merubah pola pembelajaran

menjadi lebih santai dan menyenangkan, namun masih tetap dalam konteks

penerapan pendekatan PAKEM dengan menggunakan the real things media.

4.1.5.2 Hasil Jurnal

1) Hasil Jurnal Siswa

Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II ini masih sama dengan

siklus I yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut mengungkap

tentang perasaan siswa dan guru berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

menulis petunjuk dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan

PAKEM. Hasil secara keseluruhan dari kedua jurnal tersebut dipaparkan pada

penjelasan berikut ini.

Jurnal siswa ini merupakan lembar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa.

Jurnal siswa diisi setelah pembelajaran menulis petunjuk. Jurnal siswa ini meliputi

5 pertanyaan, yaitu: (1) perasaan siswa ketika pembelajaran menulis petunjuk

berlangsung; (2) perasaan siswa ketika mempraktikan langsung petunjuk yang

akan dibuat, (3) pendapat siswa terhadap kehadiran benda-benda nyata sebagai

media pembelajaran, (4) kesulitan yang dihadapi siswa ketika menulis petunjuk,

dan (5) pesan dan kesan siswa berkaitan dengan pembelajaran yang telah diikuti.

Dari jurnal siswa menunjukkan bahwa masih ada sebagian besar siswa

merespon positif terhadap kegiatan pembelajaran yang diterapkan peneliti.

Sebanyak 9 siswa atau 21,43% masih mendapat skor dengan kategori cukup.
136

Untuk kategori kurang, tidak ada seorang pun yang mengalaminya. 12 siswa atau

28,57% yang cukup mengalami kesulitan dalam aspek kejelasan petunjuk. Ada 11

siswa atau 26,19% yang memperoleh skor dengan kategori cukup untuk

menentukan tata urutan dari sebuah petunjuk. Tata urutan yang dibuat masih ada

yang terbalik. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan siswa bagaimana

mempraktikan petunjuk itu, mana yang didahulukan dan mana yang terakhir.

Begitu juga untuk masalah penggunaan ejaan dan tanda baca yang cukup

mereka kuasai dengan baik yaitu persentase sebesar 45,24% atau sebanyak 19

siswa. Hanya satu siswa atau 2,38% sudah cukup menguasai masalah kesesuaian

bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk. Sebanyak 10 siswa atau 23,81%

merasa belum mampu menampilkan petunjuk tertulis mereka dengan maksimal.

Pada dasarnya hampir semua siswa menyukai pembelajaran menulis

petunjuk yang dilakukan oleh peneliti. Sebanyak 38 siswa atau 90,48% merasa

senang ketika pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunanakan the real

things media. Persentase kurangnya persiapan dan perasaan berdebar-debar sangat

berkurang yaitu sebesar 9,52% atau sebanyak 4 siswa saja. Perasaan ini berkurang

karena pada siklus II ini siswa ditugaskan untuk membawa sendiri media yang

akan mereka gunakan untuk menulis petunjuk. Jadi siswa sudah lebih mengenal

media tersebut dan mungkin sudah biasa mereka lakukan dalam kehidupan sehari-

hari.

Hampir seluruh siswa mengaku merasa senang dan menikmati kegiatan

mempraktikan petunjuk yang akan mereka tulis yaitu sebanyak 92,86% atau 39

siswa. Mereka merasa senang karena saat mempraktikan petunjuk, siswa dapat
137

belajar sambil bermain. Contoh, ketika siswa mempraktikan petunjuk membuat

the manis, siswa dapat mencicipi hasil petunjuk yang dibuatnya. Mereka tampak

menghayati kegiatan ini.

Hampir seluruh siswa merasa terbantu dengan dihadirkannya benda-benda

nyata sebagai media pembelajaran menulis petunjuk, yaitu sebanyak 40 siswa atau

95,24%. Mereka merasa terbantu dan dimudahkan dalam menulis petunjuk karena

dapat mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang akan mereka tulis, sehingga

mereka tidak perlu mengingat urutan petunjuk membuat, menggunakan, dan

petunjuk melakukan sesuatu.

Sebanyak 19,01% atau 8 siswa masih menjumpai kesulitan ketika menulis

petunjuk yaitu mengenai penggunaan ejaan dan tanda baca serta keefektifan

kalimat. Mereka sudah tidak merasa bingung dan tidak kerepotan lagi ketika

diminta untuk menulis petunjuk sebanyak tiga jenis sekaligus. Sisanya, 34 siswa

atau 80,95% tidak mengalami kesulitan saat menulis petunjuk.

Pada umumnya siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis

petunjuk dengan menggunakan the real things media. Mereka merasa bahwa

mempelajari petunjuk itu sangat penting serta berguna bagi kehidupan mereka.

Mereka merasa bahwa tanpa adanya petunjuk yang jelas dan baik, seseorang tidak

akan mampu untuk melakukan, membuat, atau pun menggunakan sesuatu dengan

baik dan benar pula.

Siswa yang memberikan kesan baik sebanyak 37 siswa atau 88,1%.

Sebanyak 3 siswa atau 7,14% memberikan kesan yang kurang baik. Mereka
138

merasa pembelajaran menulis petunjuk terlalu cepat sehingga waktu menulis

petunjuk dirasa kurang. 2 siswa atau 4,76% abstain.

2) Hasil Jurnal Guru

Jurnal guru pada siklus II masih berisi segala hal yang dirasakan guru

selama pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang menjadi objek sasaran dalam

jurnal guru ini adalah sebagai berikut: (1) kesiapan siswa terhadap pembelajaran

menulis petunjuk; (2) respon siswa terhadap kegiatan mengamati benda-benda

nyata sebagai media pembelajaran menulis petunjuk; (3) respon siswa terhadap

kegiatan mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat; (4) respon siswa

terhadap kegiatan menulis petunjuk; (5) keaktifan siswa dalam mengikuti seluruh

rangkaian kegiatan dalam pembelajaran menulis petunjuk; dan (6) situasi atau

suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan pengamatan dan apa yang dirasakan guru saat pembelajaran

menulis petunjuk pada siklus II berlangsung, guru menilai bahwa siswa lebih siap

untuk menerima pembelajaran hari itu. Hal ini terlihat mulai dari awal

pembelajaran, mereka bersemangat menjawab pertanyaan yang diberikan guru

untuk mengingatkan kembali pada materi pembelajaran yang diajarkan pada

siklus I. Siswa juga bersemangat menanyakan hasil tes pada siklus I dan mereka

juga aktif saat membahas hasil tes siklus I.

Respon siswa terhadap pembelajaran menulis petunjuk pada siklus II ini

baik. Mereka menanggapi positif ketika mereka diminta untuk mengamati dan

mengksplorasi serta berinteraksi dengan media pembelajaran yang mereka bawa


139

sendiri. Dengan senang hati siswa menyusun petunjuk sambil mempraktikan

langsung petunjuk yang akan mereka tulis.

Saat pembelajaran menulis petunjuk berlangsung, siswa menjadi lebih

aktif jika dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II ini siswa tidak malu lagi

untuk bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Situasi kelas sudah kondusif

sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik dan siswa merasa lebih

bersemangat. Sementara itu, pengelolaan kelas dan pengelolaan waktu yang

dilakukan guru sudah baik.

4.1.5.3 Hasil Wawancara

Pada siklus II, sasaran wawancara masih tetap ditujukan kepada enam

siswa yang terdiri atas dua orang yang mendapat nilai tertinggi, dua orang yang

mendapat nilai sedang, dan dua orang yang mendapat nilai rendah. Wawancara ini

mengungkap 10 butir pertanyaan, sebagai berikut: (1) apakah selama ini siswa

senang dengan pembelajaran manulis; (2) apakah siswa pernah belajar menulis

sebuah petunjuk dengan bentuk pembelajaran seperti yang diterapkan guru

(peneliti); (3) apakah siswa merasa senang mengikuti pembelajaran menulis

petunjuk dengan menggunakan the real things media; (4) apakah benda-benda

nyata itu mampu merangsang siswa untuk menulis petunjuk; (5) bagaimana

perasaan siswa ketika diminta untuk menulis petunjuk; (6) bagaimana perasaan

siswa ketika berinteraksi dengan benda-benda tersebut; (7) bagaimana perasaan

siswa ketika mempraktikan langsung petunjuk yang akan siswa susun; (8)

kesulitan apa yang siswa hadapi ketika diminta untuk menulis petunjuk; (9) usaha
140

apa yang siswa lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut; dan (10) pendapat

siswa tentang pelajaran menulis petunjuk yang telah dilaksanakan dan saran siswa

untuk perbaikan pembelajaran.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap keenam siswa tersebut

dapat diketahui bahwa semua siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis.

Mereka sebelumnya juga belum pernah mendapatkan pembelajaran menulis

petunjuk seperti yang dibelajarkan oleh peneliti. Perasaan senang juga mereka

lontarkan berkaitan dengan bentuk pembelajaran menulis petunjuk yang mencoba

mengalami sendiri pengetahuan mengenai petunjuk berdasarkan benda-benda

nyata sebagai media pembelajaran. Dengan dihadirkannya benda-benda nyata ke

dalam kelas sudah mampu merangsang siswa untuk menuliskan petunjuk yang

berkaitan dengan media tersebut. Hal ini diperkuat dengan pengakuan siswa yang

menyatakan bahwa mereka merasa sangat terbantu dan dimudahkan dengan

adanya the real things media sebagai media pembelajaran dalam menulis

petunjuk. Mereka mengaku cepat mendapat ide untuk menulis petunjuk ketika

mengetahui benda apa yang dihadirkan.

Antusias terlihat ketika siswa diminta menyusun petunjuk sambil

mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat. Mereka mengaku lebih

senang praktik daripada mengingat karena dengan praktik langsung siswa akan

lebih yakin bahwa urutan langkah-langkah membuat, menggunakan, dan

melakukan sesuatu itu benar. Kegiatan ini menyebabkan siswa cenderung lebih

aktif dan kreatif karena siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang

menyenangkan yaitu siswa dapat belajar sambil bermain tanpa menyampingkan


141

esensi pembelajaran itu sendiri. Dengan menyusun petunjuk sambil mempraktikan

langsung dianggap lebih efektif daripada siswa diminta untuk mengingat

seperangkat fakta urutan langkah-langah dalam membuat, menggunakan, dan

menyusun sesuatu. Siswa hanya bisa membayangkan tanpa adanya interaksi

langsung dengan medianya. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan adanya

salah langkah, sehingga petunjuk yang mereka susun adalah petunjuk yang tidak

baik.

Ketika diminta untuk menulis petunjuk, dari keenam siswa yang

diwawancara, semua siswa menyatakan sangat senang dan sudah tidak bingung

lagi. Kesan baik mereka tujukan. Mereka sangat senang dengan bentuk

pembelajaran yang diterapkan peneliti. Mereka menjadi mengerti bagaimana cara

menulis petunjuk yang baik dan mereka merasa sangat terbantu serta

mengharapkan pembelajaran yang sama untuk pembelajaran keterampilan yang

lain.

4.1.5.4 Hasil Dokumentasi (Foto)

Pada siklus II ini, dokumentasi foto yang diambil masih tetap difokuskan

pada kegiatan selama pembelajaran dan ketika pembelajaran telah selesai, yaitu

kegiatan pada awal pembelajaran ketika guru melakukan stimulus-respon terhadap

siswa, kegiatan siswa mengamati benda-benda nyata, kegiatan melakukan

interaksi dengan benda-benda nyata, kegiatan menyusun petunjuk sambil

mempraktikan petunjuk yang akan dibuat, kegiatan melakukan aktivitas menulis

petunjuk, dan saat siswa yang sedang diwawancara. Dokumentasi berupa gambar
142

ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian

berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus II selengkapnya dipaparkan sebagai

berikut.

Gambar 7 Guru Melakukan Stimulus-respon terhadap Siswa

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan awal pembelajaran dalam siklus II.

Kali pertama guru membuka pelajaran dengan memberi semangat pada siswa

yaitu mengajak siswa untuk menirukan mempraktikan sandi “coconut”. Pada

gambar tampak seluruh siswa menirukan guru dengan mengangkat tangan mereka

dan membentuk jari menyerupai huruf “C”. Hal ini menandakan bahwa siswa

memberikan tanggapan yang positif terhadap guru untuk kembali mengajarkan

materi tentang petunjuk.

Siswa tampak bersemangat dan memberikan tanggapan yang positif, guru

melakukan apersepsi yaitu dengan mengingatkan kembali pada materi yang

diajarkan disiklus I. Selanjutnya guru dan siswa membahas hasil tes siklus I.

Siswa tampak bersemangat ketika menanyakan hasil tes pada siklus I dan mereka

juga ikut berperan aktif saat membahas hasil tes siklus I.


143

Gambar 8 Kegiatan Siswa Mengamati Media Pembelajaran

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan inti pembelajaran dalam siklus I.

Pada gambar tersebut tampak seorang siswa sedang mengamati media

pembelajaran. Masing-masing siswa diminta untuk mengamati benda-benda nyata

yang telah dibawa oleh masing-masing siswa. Dari hasil eksplorasi tersebut akan

merangsang siswa memunculkan ide terhadap petunjuk yang akan dibuat. Pola

pembelajaran ini sengaja dibuat agar siswa mengalami sendiri dengan melibatkan

berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa. Pada gambar tersebut tampak

seorang siswa serius dalam kegiatan eksplorasi ini karena dia tidak mau menyia-

nyiakan waktu yang diberikan untuk kegiatan ini.

Pada gambar tersebut tampak seorang siswa tengah menggelar kain dan

mencari letak yang perlu dijahit. Siswa tersebut mengamati kain, jarum, dan

benang yang dia bawa untuk mempraktikan sebuah petunjuk yang akan

disusunnya yaitu petunjuk melakukan sesuatu (menjahit).


144

Gambar 9 Kegiatan Siswa Berinteraksi dengan Media Pembelajaran

Gambar tersebut menunjukkan aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan

media pembelajaran. Setelah mengamati dan mengeksplorasi media, selanjutnya

siswa melakukan interaksi dengan media baik itu berhubungan langsung dengan

media yang akan ditulis maupun berhubungan dengan teman satu kelompok.

Tujuannya agar siswa lebih mengenal media yang akan mereka tulis. Tampak

pada gambar, seorang siswa sedang berinteraksi dengan media yaitu dasi. Siswa

tersebut akan menulis petunjuk menggunakan sesuatu yaitu menggunakan dasi.

Pada kegiatan interaksi ini siswa tampak senang.


145

Gambar 10 Kegiatan Menulis Petunjuk Sambil Mempraktikan Petunjuk

Gambar 10 di atas memperlihatkan aktivitas siswa ketika mempraktikan

terlebih dahulu petunjuk yang akan mereka susun. Secara individu, siswa tampak

tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Siswa tampak bersemangat dan

aktif dalam kegiatan ini. Hal ini dikarenakan petunjuk yang akan mereka tulis

adalah petunjuk yang sudah pernah mereka lakukan, seperti gambar di atas adalah

ketika siswa menyusun petunjuk melakukan sesuatu yaitu petunjuk mengaktifkan

kartu/chip pada ponsel. Siswa tampak senang dan menghayati pembelajaran

menulis petunjuk dengan menggunakan the real things media yang dihadirkannya

sendiri ke dalam kelas. Pada siklus II ini siswa diminta membawa sendiri

peralatan serta media yang akan mereka gunakan untuk menulis tiga jenis

petunjuk. Dengan demikian, siswa merasa dimudahkan dan terbantu oleh media

tersebut.
146

Gambar 11 Kegiatan Menulis Petunjuk

Gambar 11 di atas diambil pada saat pembelajaran berlangsung yaitu

ketika siswa tengah sibuk menulis petunjuk yang telah mereka praktikan terlebih

dahulu. Situasi kelas pada gambar tersebut memperlihatkan keseriusan siswa

dalam mengerjakan tugas.

Gambar 12 Kegiatan Wawancara


147

Gambar 12 tersebut merupakan aktivitas siswa ketika diwawancara. Ada 6

siswa yang diwawancara, yaitu 2 siswa yang mendapat nilai tinggi, 2 siswa yang

mendapat nilai sedang, dan 2 siswa yang mendapat nilai tinggi. Pada gambar

tersebut hanya terlihat 3 siswa yang sedang diwawancara padahal sebenarnya

berjumlah 6 siswa. Kegiatan wawancara tidak dilakukan perindividu dikarenakan

efektivitas waktu.

4.1.6 Refleksi Hasil Penelitian Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the real

things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif

Menyenangkan (PAKEM) pada siklus II secara keseluruhan sudah baik. Pada

siklus II ini siswa lebih memahami materi mengenai menulis petunjuk, siswa

menjadi lebih aktif dan kreatif. Siswa tidak malu lagi dalam bertanya dan tidak

takut lagi dalam menjawab pertanyaan dari guru (peneliti). Hal ini dikarenakan

siswa sudah mengenal pola pembelajaran yang diterapkan guru (peneliti).

Pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna membuat siswa tidak terbebani

saat proses pembelajaran berlangsung. Terlebih lagi guru memberikan reward

pada siswa yang memperoleh nilai tertinggi, sehingga siswa menjadi lebih

bersemangat dalam mengikuti pembelajaran serta bersungguh-sungguh dalam

mengerjakan tes menulis petunjuk yang ditugaskan guru.


148

4.2 Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil siklus I dan hasil

siklus II, yaitu berupa data tes dan data nontes. Pembahasan hasil tes penelitian

mengacu pada pemerolehan skor yang dicapai siswa ketika ditugaskan unruk

menulis petunjuk. Aspek-aspek yang dinilai dalam kemampuan menulis petunjuk

meliputi enam aspek, yaitu: (1) kejelasan petunjuk, (2) ketepatan tata urutan

petunjuk, (3) keefektifan kalimat, (4) penggunaan ejaan dan tanda baca, (5)

kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk, dan (6) tampilan

petunjuk. Pembahasan hasil nontes berpedoman pada empat bentuk instrumen

penelitian, yaitu: (1) lembar observasi; (2) jurnal, baik jurnal siswa maupun jurnal

guru; (3) pedoman wawancara; dan (4) dokumentasi foto.

Proses pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the real

things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) pada siklus I dan siklus II selalu diawali dengan

melakukan apersepsi dengan menanyakan keadaan siswa dan memancing siswa

dengan berbagai pertanyaan agar siswa selalu terlatih untuk berpikir. Kemudian

guru menjelaksan segala kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa. Kegiatan inti

pembelajaran diawali dengan menugaskan siswa untuk mengamati dan

mengeksplorasi tiga buah benda-benda nyata sebagai media pembelajaran. Dalam

mengamati dan mengeksplorasi media pembelajaran, siswa diharapkan mampu

melibatkan berbagai indera seperti lihat, cium, dengar, raba, dan rasa. Selanjutnya

secara individu, siswa diminta untuk berinteraksi dengan benda-benda nyata

tersebut.
149

Langkah selanjutnya adalah dengan diadakannya tes menulis petunjuk

oleh guru. Siswa diminta untuk menyusun tiga jenis petunjuk, yaitu petunjuk

melakukan, membuat, dan petunjuk menggunakan sesuatu, sambil mempraktikan

langsung petunjuk yang akan dibuat. Hasil tes menulis dari masing-masing

petunjuk kemudian direkap untuk mendapatkan hasil keseluruhan dari tes menulis

petunjuk. Hasil tes menulis petunjuk tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 43 Hasil Tes Kemampuan Menulis Petunjuk Siklus I dan Siklus II

No Aspek Penilaian Skor Rata-rata Peningkatan


Siklus I Siklus II
1. Kejelasan Petunjuk 13,45 15,12 1,67
2. Ketepatan Tata Urutan Petunjuk 13,75 16,03 2,28
3. Keefektifan Kalimat 12,46 15,00 2,54
4. Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca 11,64 11,82 0,18
5. Kesesuaian Bahasa yang Digunakan 13,36 13,72 0,36
dengan Sasaran Petunjuk
6. Tampilan Petunjuk 4,33 7,50 3,17
Jumlah 68,99 79,19 10,20

Berdasarkan rekapitulasi data hasil tes kemampuan menulis petunjuk dari

siklus I dan siklus II, dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa pada setiap aspek

penilaian menulis petunjuk mengalami peningkatan. Uraian tabel 43 tersebut di

atas dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

Hasil tes menulis petunjuk siklus I dengan nilai rata-rata klasikal mencapai

68,99 termasuk dalam kategori cukup karena berada pada rentang nilai 55,00-

69,99. Dengan demikian, hasil tersebut belum mencapai batas minimal ketuntasan

belajar secara klasikal sebesar 70. Rata-rata tersebut diperoleh dari skor rata-rata

tiap aspek pada penilaian kemampuan menulis petunjuk. Pada aspek kejelasan

petunjuk rata-rata skor yang diperoleh sebesar 13,45. Dari hasil tersebut
150

menunjukkan bahwa petunjuk yang dibuat siswa sudah cukup jelas. Pada aspek

ketepatan tata urutan petunjuk diperoleh skor rata-rata sebesar 13,75. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menulis petunjuk dengan cukup

baik. Pada aspek keefektifan kalimat diperoleh skor rata-rata sebesar 12,46. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa secara umum siswa sudah cukup baik dalam

menyusun kalimat yang efektif dalam menulis petunjuk yang dibuatnya. Pada

aspek penggunaan ejaan dan tanda baca diperoleh data yang menunjukkan bahwa

skor rata-rata klasikal sebesar 11,64. Data tersebut menunjukkan bahwa secara

umum siswa sudah menggunakan ejaan dan tanda baca dengan cukup baik. Hal ini

dibuktikan dengan jumlah kesalahan siswa secara umum antara 6-10.

Pada aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk

diperoleh skor rata-rata sebesar 13,36. Data tersebut menunjukkan bahwa secara

umum siswa sudah cukup mampu menulis petunjuk dengan bahasa yang sesuai

dengan sasaran dari petunjuk yang dibuat. Sementara itu, pada aspek yang terakhir

yaitu aspek tampilan petunjuk diperoleh skor rata-rata sebesar 4,33. Dari data

tersebut menunjukkan bahwa secara umum tampilan dari petunjuk yang dibuat

siswa sudah cukup baik.

Hasil menulis petunjuk pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar

79,19. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tersebut termasuk

dalam kategori baik yakni berada pada rentang 70,00-84,99. Pencapaian skor

tersebut berarti sudah memenuhi bahkan melampaui target yang sudah ditetapkan.

Pada aspek kejelasan petunjuk diperoleh skor rata-rata sebesar 15,12. Dari

rata-rata tersebut menunjukkan bahwa secara umum hasil petunjuk yang dibuat
151

siswa sudah jelas. Pada aspek ketepatan tata urutan petunjuk diperoleh rata-rata

sebesar 16,03. Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa secara umum tata urutan

yang ada pada petunjuk siswa sudah tepat. Siswa sebagian besar sudah mampu

menulis petunjuk dengan urutan yang tepat tanpa ada satu urutan pun yang kurang

atau terbalik. Pada aspek keefektifan kalimat diperoleh rata-rata sebesar 15,00.

Dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa secara umum petunjuk yang dibuat

siswa sudah mengandung kalimat efektif dengan baik. Dari kalimat-kalimat yang

ada pada petunjuk siswa rata-rata ditemukan 1-3 kalimat saja yang kurang efektif.

Selanjutnya pada aspek penggunaan ejaan dan tanda baca diperoleh rata-rata

sebesar 11,82. Data tersebut menunjukkan bahwa secara umum ejaan dan tanda

baca yang digunakan siswa sudah sangat baik. Jumlah kesalahan yang ada

sebagian besar antara 1-10.

Pada aspek kesesuaian bahasa yang digunakan sasaran petunjuk diperoleh

rata-rata sebesar 13,72. Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar

siswa sudah mampu membuat petunjuk dengan bahasa yang sesuai dengan

sasaran dari petunjuk yang dibuat tersebut. Pada aspek terakhir yaitu aspek

tampilan petunjuk diperoleh rata-rata sebesar 7,50. Dari rata-rata tersebut

menunjukkan bahwa secara umum siswa sudah membuat petunjuk dengan

tampilan yang baik. Petunjuk yang dibuat sudah rapi dan menarik. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa per aspek penilaian

kemampuan menulis petunjuk sudah banyak mengalami peningkatan sebesar

10,20% dari rata-rata siklus I. Maka dari itu, tindakan siklus III tidak perlu

dilakukan.
152

Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis petunjuk merupakan

prestasi siswa yang patut dibanggakan. Sebelum diberlakukan tindakan siklus I

maupun siklus II, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk masih kurang.

Namun, setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan the real things

media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan

yang diterapkan pada pembelajaran menulis petunjuk dapat membantu siswa

dalam mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan kebahasaan serta dapat

meningkatkan kualitas pola pikir siswa. Kreativitas dan keaktifan siswa pun

semakin baik.

Diterapkannya the real things media melalui pendekatan Pembelajaran

Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan dalam pembelajaran menulis petunjuk siswa

kelas VIIIE SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes terbukti mampu membantu

kelancaran, efektivitas, dan efesiensi pencapaian tujuan pembelajaran. Adanya

kegiatan mengalami dan menemukan sendiri kompetensi pembelajaran yang

seharusnya dimiliki siswa berkaitan petunjuk, telah membuat siswa menjadi

terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif. Pengetahuan yang didapat siswa pun

menjadi lebih bermakna karena siswa mengalami dan menemukan sendiri dan

bukan sekadar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Guru dalam hal ini

hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar

siswanya.

Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ini diikuti pula

dengan adanya perubahan perilaku siswa dari siklus I sampai siklus II.

Berdasarkan data hasil nontes yaitu melalui observasi, jurnal, wawancara, dan
153

dokumentasi (foto) pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam

mengikuti pembelajaran menulis petunjuk dengan the real things media melalui

pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan, kurang

memuaskan. Sebagian besar siswa masih menunjukkan perilaku negatif dalam

mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran. Hal ini

dibuktikan dengan beberapa siswa yang terlihat ramai dan kurang bersemangat

dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi ini disebabkan oleh pola pembelajaran

guru yang masih merupakan hal baru bagi siswa sehingga perlu adanya

penyesuaian.

Kondisi yang tergambar pada siklus I tersebut merupakan permasalahan

yang harus dipecahkan untuk upaya perbaikan pada siklus II. Rencana

pembelajaran pada siklus II harus lebih matang dari pada siklus I. Pola

pembelajaran pada siklus II juga merupakan pertimbangan pendapat dari siswa

yang tercantum pada jurnal dan wawancara. Secara umum siswa menginginkan

bentuk pembelajaran yang sama yaitu dengan the real things media melalui

pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan karena pada

dasarnya siswa merasa senang dengan model pembelajaran tersebut.

Pada siklus II kegiatan mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan

yang harus dimiliki siswa masih menjadi alternatif pembelajaran aktif (active

learning) yang disertai kegiataan mengamati, mengeksplorasi, dan berinteraksi

dengan media pembelajaran serta menyusun petunjuk sambil mempraktikan

petunjuk yang dibuat. Penekanan siklus II ini lebih diutamakan pada proses

pembelajaran yang merangsang siswa untuk dapat mengerti dan memahami


154

sebuah petunjuk dengan benar. Pembelajaran dengan the real things media

melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan juga akan

mengantarkan siswa pada bentuk pembelajaran yang lebih bermakna.

Hasil dari penerapan siklus II ini ternyata berdampak positif yang

memuaskan. Berdasarkan hasil observasi siklus II tergambarkan suasana kelas

yang lebih kondusif. Siswa tampak lebih siap mengikuti pembelajaran dengan

segala tugas yang diberikan guru. Siswa terlihat lebih senang dan menikmati pola

pembelajaran yang diterapkan peneliti. Siswa lebih aktif dan lebih kreatif dalam

kegiatan pembelajaran. Siswa pun dengan senang hati menulis petunjuk sesuai

yang ditugaskan guru. Hal ini disebabkan oleh kondisi siswa yang mulai terbiasa

menulis petunjuk. Dengan latihan, siswa semakin terlatih dan tidak dapat

dipungkiri lagi kemampuan siswa dalam menulis petunjuk akan semakin baik.

Kenyataan ini telah dibuktikan pada hasil tes menulis petunjuk siswa dari siklus I

sampai siklus II yang semakin meningkat, siswa pun menjadi semakin terampil

dalam menulis petunjuk.

Berdasarkan serangkaian analisis data dan situasi pembelajaran di atas

dapat dijelaskan bahwa perilaku siswa dalam pembelajaran menulis petunjuk

mengalami perubahan yang mengarah pada perilaku positif yaitu siswa semakin

aktif dan lebih bersemangat. Suasana kelas pun berubah menjadi lebih aktif dan

lebih hidup. Kegiatan mengamati, mengeksplorasi dan berinetraksi dengan media

pembelajaran serta kegiatan menyusun teks petunjuk sambil mempraktikan

petunjuk yang akan ditulis, tidak lagi menjadi hal yang asing bagi siswa. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar dengan menggunakan the real things
155

media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan

adalah sangat baik karena dapat membantu siswa dalam memahami penulisan

petunjuk yang baik dan memberikan pengetahuan yang lebih mengena kepada

siswa karena adanya upaya dari diri siswa untuk mengalami dan menemukan

pengetahuan yang memang seharusnya dimiliki tersebut. Siswa memiliki

pengalaman yang mengesankan dan bermakna bagi kehidupannya. Siswa pun

menjadi lebih termotivasi untuk dapat menulis petunjuk dengan lebih baik.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam

penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

5.1.1 Kemampuan menulis petunjuk siswa kelas VIIIE SMP 1 Kersana

Kabupaten Brebes setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

the real things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif

Efektif Menyenangkan mengalami peningkatan. Hasil tes siklus I

menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang dicapai sebesar 68,99 atau

68,99%. Pada siklus II rata-rata nilai mengalami peningkatan sebesar

10,20% menjadi 79,19%.

5.1.2 Perilaku siswa kelas VIIIE SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes setelah

mengikuti pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the real

things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif

Menyenangkan mengalami perubahan. Perilaku-perilaku siswa ini dapat

dibuktikan dengan data nontes yang meliputi observasi, jurnal, wawancara,

dan dokumentasi (foto) yang diambil pada siklus I dan siklus II. Perubahan

perilaku siswa dapat terlihat secara jelas pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Berdasarkan data observasi pada siklus I kegiatan

pembelajaran siswa terlihat kurang bersemangat. Sebagian siswa masih

bingung dan belum dapat menyesuaikan diri dengan model pembelajaran

156
157

yang diterapkan peneliti yaitu pembelajaran menulis petunjuk dengan

menggunakan the real things media melalui pendekatan Pembelajaran

Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan. Siswa terlihat kurang konsentrasi

dan kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus II

terjadi perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Siswa terlihat

lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang

diterapkan guru. Hal tersebut dapat diketahui dari peningkatan respon

positif yang ditunjukkan siswa. Sikap siswa sebagian besar sudah mampu

menyesuaikan diri dan berkonsentrasi pada pembelajaran yang diterapkan

peneliti. Mereka terlihat senang terhadap pembelajaran yang mencoba

mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan yang seharusnya mereka

miliki. Dalam mengerjakan tes pun siswa sudah terlihat lebih semangat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis

petunjuk dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan dapat memicu adanya

peningkatan perilaku positif siswa dan dapat mengurangi perilaku negatif

siswa ke arah yang lebih baik.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut.

5.2.1 Para guru bahasa Indonesia sebaiknya menggunakan the real things media

melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan


158

pada pembelajaran menulis petunjuk karena terbukti dapat mendorong

siswa untuk aktif berpikir dan berusaha untuk mengalami dan menemukan

sendiri pengetahuan yang seharusnya mereka miliki. Pembelajaran

tersebut juga berhasil meningkatkan prestasi siswa dan menciptakan

pembelajaran yang lebih bermakna.

5.2.2 Pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan the real things

media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif

Menyenangkan perlu adanya pembenahan pengklasifikasian dan

pengembangan media pembelajaran yang yang telah diterapkan peneliti

agar lebih mengena bagi siswa. Oleh karena itu, para peneliti dalam bidang

pendidikan dan bahasa dapat melakukan penelitian serupa dengan

memadukan atau mengganti pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif

Efektif Menyenangkan dengan pendekatan pembelajaran aktif lainnya,

sehingga didapatkan alternatif lain untuk pembelajaran menulis petunjuk

yang mampu meningkatkan kemampuan siswa menjadi lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Abipraya. 2005. Media Sederhana. http: //pau.ut.ac.id/isiPEKERTI1.htm (31


April 2005)

Akhadiah, Sabarti, dkk.. 1996. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa


Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Aminuddin. 1990. Sekitar Masalah Sastra, Beberapa Prinsip dan Model


Pengembangannya. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Atmawati, Dwi. 2004. Kalimat dalam Bahasa Indonesia (Penyuluhan Bahasa


Indonesia bagi Guru SD/MI di Kabupaten Brebes Tanggal 17-18 Maret
2004). Semarang: Depdiknas.

Aziez, Furqanul dan A. Chaedar Alwasilah. 2000. Pengajaran Bahasa


Komunikatif Teori dan praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Darmadi, KAswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis Panduan untuk


Mahasiswa dan Calon Mahasiswa. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Dasmawarti, Silvia. 2005. Efektivitas Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan


(PAKEM) dalam Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia Siswa Kelas IV SD TAhun Ajaran 2004/2005. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Depdiknas. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2004. Menulis Surat, Iklan, Poster, dan Petunjuk (Bahan Pelatihan
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP). Jakarta: Depdiknas.

Doyin, Mukh, dkk.. 2002. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah.
Semarang: Nusa Budaya.

Fetiningrum, Rita Sari. 2005. Peningkatan Kemempuan Mengungkapkan Kembali


Isi Cerita melalui Media Panggung Boneka pada Siswa Kelas B Taman
Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 22 Kabupaten Batang. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Gerlach, Vernon S. dan Doneld P. Ely. 1980. Teaching and Media A Systematic
Approach. New Jersey: Prentice Hall.

Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.

159
160

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Mulyati, Yeti, dkk.. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nurhadi. 1990. Tata Bahasa Pendidikan Landasan Penyusunan Buku Pelajaran


Bahasa. Semarang: IKIP Semarang Press.

Nurjanah, Nunuy. 2005. Penerapan Model Belajar Konstruktivisme dalam


Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa,
Sastra, dan Pengajarannya: Edisi 1 April 2005.

Oshima, Alice dan Ann Hogue. 1997. Introduction to Academic Writing. New
York: Longman.

Samsuri. 1985. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Malang: Sastra Budaya.

Sausa, David A. 2001. Bagaimana Mengelola KBM yang Efisien, Efektif, dan
Menyenangkan? BruderFIC.or.id (31 April 2005).

Seksi Kurikulum Subdin Pembinaan Pendidikan Dasar. 2003. Pengelolaan


Kegiatan Belajar Mengajar melalui Pendekatan PAKEM, Kontekstual,
dan Kecakapan Hidup. Propinsi Jawa Tengah: Depdikbud.

Setyorini, Titik. 2005. Peningkatan Kemampuan Menulis Petunjuk dengan


Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry pada Siswa Kelas VIIIC
MTs. Al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang Tahun Ajaran
2005/2006. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Soeparno. 1980. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Proyek


Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.

Subana dan Sunarti. 2004. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia berbagai
Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka
Setia.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Sujanto, J.Ch.. 1988. Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara


untuk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar dan


Teknik Metodologi Pengajaran Edisi IV. Bandung: Tarsito.
161

Tarigan, Djago. 2003. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Pusat


Penerbitan Univeritas Terbuka.

Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan


Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Wagiran dan Mukh Doyin. 2005. Curah Gagasan Pengantar Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang: Rumah Indonesia.

Widyamartaya, A.. 1991. Seni Menggayakan Kalimat. Jakarta: Kanisius.

Widyamartaya, A. dan V. Sudiati. 2004. Kiat Menulis Esai Ulasan. Jakrta:


Grasindo.

Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.

Ziyadati, esti. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi


Menggunakan Elemen bertanya Pembelajaran Kontekstual pada Siswa
Kelas IIE SMP Negeri 1 Garung Kabupaten Wonosobo. Skripsi.
Universitas Negeri semarang, Semarang.

You might also like