You are on page 1of 168

PENINGKATAN TUJUH ASPEK KETERAMPILAN MENULIS

SURAT PRIBADI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL


KOMPONEN PEMODELAN PADA SISWA KELAS V
SD N PEDURUNGAN TENGAH 02 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2004/ 2005

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : Indriyani Puspo Lestari


NIM : 2134000074
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
SARI

Lestari, Indriyani Puspo. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Pribadi


dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa
Kelas V SD Negeri 02 Semarang Tahun Pelajaran 2004/ 2005. Skripsi.
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Subyantoro, M.Hum.,
Pembimbing II: Drs. Wagiran M. Hum.
Kata kunci : keterampilan menulis surat pribadi, pendekatan kontekstual,
komponen pemodelan

Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar merupakan salah satu bidang


garapan pembelajaran Bahasa Indonesia yang memegang peranan penting.
Maksudnya, tanpa memiliki keterampilan menulis yang memadai siswa di
Sekolah Dasar akan mengalami kesulitan di kemudian hari, bukan saja bagi
pelajaran Bahasa Indonesia tetapi juga bagi pelajaran yang lain. Pemilihan strategi
dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal yang harus
dipertimbangakan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
dapat mencapai sasaran. Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru
kelas pembelajaran menulis kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang
masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata klasikal kurang dari 60 .
Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis disebabkan pada faktor internal dan
eksternal. Faktor internal ini berasal dari siswa, sedangkan factor eksternal berasal
dari strategi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru kelas dalam
melaksanakan pembelajaran masih terikat dengan pola pembelajaran tradisional.
Pemilihan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sebagai upaya untuk
meningkatkan keterampilan menulis surat pribadi berdasarkan pada tuntutan
kurikulum berbasis kompetensi yang memberikan kebebasan pada guru untuk
memilih teknik yang beragam disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
Kurikulum berbasis kompetensi ingin memusatkan diri pada pengenbangan
seluruh kompetensi siswa termasuk keterampilan berbahasa yang didalamnya
mencakup keterampilan menulis surat pribadi sebagai salah satu kompetensi dasar
menulis.
Berdasarkan paparan di atas penelitian ini mengangkat permasalahan, yaitu
(1) bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis surat pribadi siswa kelas V
SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan? dan (2) bagaimanakah
perubahan perilaku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 setelah
mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan menggunakan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan? Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis surat pribadi siswa kelas V
SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tujuan kedua adalah
mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan
Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi

i
dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan dua siklus
yang dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02
Semarang. Tiap-tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan
data yang digunakan berupa pedoman observasi, wawancara, jurnal, angket dan
dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif.
Berdasarkan analisis data penelitian keterampilan menulis surat pribadi
siswa dari pratindakan, siklus I, sampai pada siklus II mengalami peningkatan.
Sebelum dilakukanya tindakan, nilai rata-rata klasikal menulis surat pribadi
sebesar 58,5. Pada siklus I terjadi peningkatan 10,2%, dengan nilai rata-rata 68,78
dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,87%, dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 83,65. Peningkatan nilai rata-rata kelas ini diikuti dengan
peningkatan rata-rata skor pada tiap aspek penilaian. Pada aspek kesesuaian isi
dengan topik surat, skor rata-rata pada pratindakan sebesar 9,47, pada siklus I
sebesar 13,42, dan pada siklus II sebesar 18,12. Rata-rata skor pada aspek bahasa
surat pada pratindakan sebesar 15,32, pada siklus I sebesar 16,52, sedangkan pada
siklus II meningkat menjadi 20,7. Pada aspek penyusunan kalimat, skor rata-rata
pada pratindakan sebesar 5,62, pada siklus I sebesar 5,75, dan pada siklus II
meningkat sebesar 7,62. Rata-rata skor pada aspek pilihan kata pada pratindakan
sebesar 6,85, pada siklus I sebesar 70, dan pada siklus II meningkat menjadi 8,50.
Pada aspek penggunaan ejaan, skor rata-rata pada pratindakan sebesar 5,45, siklus
I sebesar 5,55, dan pada siklus II sebesar 6,47. Rata-rata skor pada aspek
sistematika surat pada pratindakan sebesar 8,35, pada siklus I sebesar 12,42,
sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 13,62. Pada aspek kerapian surat
skor rata-rata pada pratindakan sebesar 7,5, pada siklus I sebesar 8,12, dan pada
siklus II meningkat sebesar 8,62. Peningkatan keterampilan menulis surat pribadi
siswa ini diikuti dengan perubahan perilaku negatif menjadi perilaku positif. Pada
siklus II siswa semakin aktif dan antusias dalam pembelajaran, karena siswa mulai
senang dan menikmati pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan yang diterapkan guru.
Selanjutnya, dari hasil penelitian tersebut saran yang dapat
direkomendasikan antara lain: (1) guru Bahasa Indonesia seyogyanya berperan
aktif sebagai inovator untuk memilih teknik pembelajaran yang paling tepat
sehingga pembelajaran yang dilaksanakan menjadi pengalaman belajar yang
bermakna; (2) guru Bahasa Indonesia dapat menggunakan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan dalam membelajarkan keterampilan menulis surat pribadi;
(3) pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen
pemodelan dapat dijadikan alternatif pilihan bagi guru bidang studi lain; (4) para
praktisi di bidang pendidikan dapat melakukan penelitian serupa dengan teknik
pembelajaran yang berbeda sehingga didapatkan berbagai alternatif teknik
pembelajaran menulis.

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Mewujudkan cita-cita dan masa depan yang cerah dibutuhkan niat,


perbuatan, komitmen, dan kemauan yang keras (Indri).

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Ibunda (Alm) dan Ayah tercinta yang telah


memberikan kasih sayang tulus dan iringan doa
dalam setiap langkahku;
2. adik semata wayangku: Aji Widiantoro yang
tiada henti memberikan semangat kepada
penulis;
3. keluarga besarku: Eyang Buyut dan Eyang
Gayam, Oom Yudi, Tante, dan sepupuku Arin
yang telah memberikan dukungan moral dan
spiritual kepadaku;
4. sahabat-sahabatku: Inda, Aas, Iko, dan Vita yang
menciptakan rajutan kisah persahabatan yang
indah, dan tanpa pamrih kepada penulis; dan
5. Guru dan almamaterku.

v
DAFTAR ISI

Halaman
SARI ........................................................................................................... i
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
PRAKATA ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR BAGAN .................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK .................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
1.2 Identifikasi dan Pembahasan Masalah ................................ 6
1.3 Pembatasan Masalah ........................................................... 7
1.4 Rumusan Masalah ............................................................... 8
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................ 8
1.6 Manfaat Penelitian .............................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ............. 10
2.1 Kajian Pustaka ..................................................................... 10
2.2 Landasan Teoretis ............................................................... 13
2.2.1 Keterampilan Menulis ................................................ 13
2.2.1.1 Hakikat Menulis ............................................. 13
2.2.1.2 Tujuan Menulis .............................................. 15
2.2.1.3 Manfaat Menulis ............................................ 16
2.2.2 Surat ........................................................................... 18
2.2.2.1 Pengertian Surat ............................................. 18
2.2.2.2 Fungsi Surat ................................................... 19
2.2.2.3 Bentuk Surat ................................................... 21
2.2.2.4 Jenis Surat ...................................................... 24
2.2.2.5 Surat Pribadi ................................................... 25
2.2.2.6 Bagian-bagian Surat Pribadi .......................... 25
2.2.2.7 Kriteria Penulisan Surat ................................. 29
2.2.2.8 Tahap Penulisan Surat .................................... 31
2.2.3 Pendekatan Kontekstual ............................................. 32
2.2.3.1 Komponen Pemodelan ................................... 34
2.2.3.2 Implementasi Pendekatan Kontekstual
Komponen Pemodelan dalam Pembelajaran
Menulis Surat Pribadi ..................................... 35

2.3 Kerangka Berpikir ............................................................... 39


2.4 Hipotesis Tindakan ............................................................. 42

viii
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 43
3.1 Subjek Penelitian ................................................................. 43
3.2 Variabel Penelitian .............................................................. 44
3.2.1 Variabel Kemampuan Menulis Surat Pribadi ......... 44
3.2.2 Variabel Penggunaan Pendekatan Kontekstual
Komponen Pemodelan ........................................... 45

3.3 Instrumen Penelitian ........................................................... 45


3.3.1 Instrumen Tes ......................................................... 46
3.3.2 Instrumen Nontes ................................................... 48
3.3.2.1 Pedoman Observasi .................................... 48
3.3.2.2 Pedoman Jurnal .......................................... 51
3.3.2.3 Pedoman Wawancara ................................. 51
3.3.2.4 Angket ........................................................ 53
3.3.2.5 Dokumentasi Foto ...................................... 53
3.3.3 Uji Instrumen ......................................................... 54
3.3.3.1 Validitas Permukaan .................................. 54
3.3.3.2 Validitas Isi ................................................ 55
3.4 Desain Penelitian ................................................................. 56
3.4.1 Proses Tindakan Kelas ........................................... 59
3.4.1.1 Siklus I ...................................................... 59
3.4.1.2 Siklus II ...................................................... 63
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 55
3.5.1 Teknik Tes .............................................................. 55
3.5.2 Teknik Nontes ........................................................ 56
3.5.2.1 Observasi .................................................... 57
3.5.2.2 Jurnal .......................................................... 58
3.5.2.3 Wawancara ................................................. 58
3.5.2.4 Angket ........................................................ 59
3.5.2.5 Dokumentasi Foto ...................................... 59
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................... 70
3.6.1 Pendekatan Kuantitatif ........................................... 70
3.6.2 Pendekatan Kualitatif ............................................. 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 72


4.1 Hasil Penelitian ................................................................... 72
4.1.1 Hasil Tes Pratindakan ............................................ 72
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ......................................... 75
4.1.2.1 Hasil Tes .................................................... 75

4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi


Aspek Kesesuaian Isi Surat
dengan Topik ............................ 77

4.1.2.1.2 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi


Aspek Bahasa Surat .................. 78

ix
4.1.2.1.3 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi
Aspek Penyusunan Kalimat ..... 79

4.1.2.1.4 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi


Aspek Pilihan Kata ................... 80

4.1.2.1.5 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi


Aspek Ejaan ............................. 82

4.1.2.1.6 Hasil Tes Menulis Surat


Pribadi Aspek Sistematika Surat 83

4.1.2.1.7 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi


Aspek Kerapian Surat .............. 84

4.1.2.2 Hasil Nontes ............................................... 87


4.1.2.2.1 Hasil Observasi ........................ 87
4.1.2.2.2 Hasil Jurna ................................ 87
4.1.2.2.3 Hasil Wawancara ..................... 92
4.1.2.2.4 Hasil Angket ............................ 97
4.1.2.2.5 Hasil Dokumentasi Foto ........... 100
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ........................................ 104
4.1.3.1 Hasil Tes .................................................... 105
4.1.3.1.1 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi
Aspek Kesesuaian Isi Surat
dengan Topik ............................ 107

4.1.3.1.2 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi


Aspek Bahasa Surat .................. 108

4.1.3.1.3 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi


Aspek Penyusunan Kalimat ..... 109

4.1.3.1.4 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi


Aspek Pilihan Kata ................... 110

4.1.3.1.5 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi


Aspek Ejaan ............................. 112

4.1.3.1.6 Hasil Tes Menulis Surat


Pribadi Aspek Sistematika Surat 113

4.1.3.1.7 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi


Aspek Kerapian Surat .............. 114

4.1.3.2 Hasil Nontes ............................................... 117


4.1.3.2.1 Hasil Observasi ........................ 122
4.1.3.2.2 Hasil Jurna ................................ 129

x
4.1.3.2.3 Hasil Wawancara ..................... 133
4.1.3.2.4 Hasil Angket ............................ 137
4.1.3.2.5 Hasil Dokumentasi Foto ........... 140
4.2 Pembahasan ......................................................................... 140

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 151


5.1 Simpulan ............................................................................. 151
5.2 Saran .................................................................................... 153

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 154


LAMPIRAN ............................................................................................... 156

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Pedoman Penilaian Tes Menulis Surat Pribadi .................. 156
Lampiran 2. Kriteria Penilaian Tes Menulis Surat Pribadi ................... 157
Lampiran 3. Pedoman Observasi Siswa ................................................ 159
Lampiran 4. Pedoman Observasi Kelas .................................................. 160
Lampiran 5. Lembar Jurnal Siswa Siklus I ............................................. 162
Lampiran 6. Lembar Jurnal Siswa Siklus II ........................................... 163
Lampiran 7. Lembar Jurnal Guru .......................................................... 164
Lampiran 8. Lembar Wawancara Siklus I .............................................. 165
Lampiran 9. Lembar Wawancara Siklus II ............................................. 166
Lampiran 10. Lembar Angket ................................................................... 167
Lampiran 11. Model Surat Siklus I .......................................................... 169
Lampiran 12. Model Surat Siklus II ......................................................... 170
Lampiran 13. Model Surat Siklus II ......................................................... 171
Lampiran 14. Rencana Pembelajaran Siklus I .......................................... 172
Lampiran 15. Rencana Pembelajaran Siklus II ......................................... 175
Lampiran 16. Daftar Subjek Penelitian ..................................................... 178
Lampiran 17. Hasil Pratindakan ............................................................... 179
Lampiran 18. Grafik Pratindakan ............................................................. 180
Lampiran 19. Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Siklus I ........................... 181
Lampiran 20. Grafik Tes Menulis Surat Pribadi Siklus I ......................... 182
Lampiran 21. Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Siklus II .......................... 183
Lampiran 22. Grafik Tes Menulis Surat Pribadi Siklus II ........................ 184
Lampiran 23. Perbandingan Skor Rata-rata Pratindakan, Siklus I, dan
Siklus II .............................................................................. 185

Lampiran 24. Grafik Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Pribadi .. 186


Lampiran 25. Surat Pribadi Siswa Pratindakan ........................................ 187
Lampiran 26. Surat Pribadi Siswa Siklus I ............................................... 188
Lampiran 27. Surat Pribadi Siswa Siklus II ............................................. 189
Lampiran 28. Hasil Observasi Siswa Siklus I .......................................... 190
Lampiran 29. Hasil Observasi Siswa Siklus II ......................................... 191
Lampiran 30. Hasil Observasi Kelas Siklus I ........................................... 192
Lampiran 31. Hasil Observasi Kelas Siklus II ......................................... 194
Lampiran 32. Hasil Jurnal Siswa Siklus I ................................................. 196
Lampiran 33. Hasil Jurnal Siswa Siklus II ............................................... 198
Lampiran 34. Hasil Jurnal Guru Siklus I .................................................. 199
Lampiran 35. Hasil Jurnal Guru Siklus I .................................................. 200
Lampiran 36. Hasil Wawancara Siklus I .................................................. 201
Lampiran 37. Hasil Wawancara Siklus II ................................................. 204
Lampiran 38. Hasil Angket Siswa ............................................................ 207
Lampiran 39. Hasil Angket Kelas ............................................................ 209
Lampiran 40. Surat Ijin Penelitian ............................................................ 210
Lampiran 41. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .................. 211

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Semua orang

menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan

lumpuh tanpa bahasa. Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi,

maka dalam proses pembelajaran berbahasa juga harus diarahkan pada

tercapainya keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis,

maupun dalam hal pemahaman dan penggunaan.

Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang sangat

penting diajarkan sejak dini. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai

sejak dini anak sekolah dasar akan mengalami kesulitan belajar pada masa

selanjutnya (Rusyana dalam Suyatinah 2003:129). Kemampuan menulis ini juga

berkaitan erat dengan budaya industrial yang merupakan salah satu tuntutan

pembangunan nasional pada masa yang akan datang. Budaya industrial menuntut

anggota masyarakatnya memiliki wawasan, sikap dan berbagai kemampuan yang

cocok untuk budaya tersebut (Akhadiah 1996/ 1997).

Ironisnya sampai saat ini masih saja dijumpai persepsi atau anggapan dari

kalangan masyarakat maupun dari siswa sendiri, bahwa menulis itu sulit. Hasil

penelitian Darmadi (1996:4) di kalangan masyarakat ada suatu kepercayaan yang

menyatakan bahwa seorang yang mempunyai bakat menulis rata-rata genius,

dengan kegeniusannya itu tulisan yang dihasilkannya pun akan selalu bagus.

1
2

Mereka juga beranggapan bahwa penulis yang demikian itu dalam menyusun

sebuah tulisan akan sekali jadi dan langsung benar sehingga tidak perlu

melakukan revisi.

Pandangan terhadap proses menulis seperti diatas mungkin benar. Para

penulis itu dapat menuangkan idenya dalam proses yang cepat, tetapi kecepatan

proses penuangan ide itu pun pasti merupakan hasil dari pengalamannya yang

panjang di dalam proses kepenulisannya. Di samping itu, hampir tidak mungkin

mereka dapat langsung menulis dengan benar. Penelitian menunjukkan bahwa

para penulis yang sudah berpengalaman atau penulis yang profesioanl pun tetap

memerlukan revisi dalam proses kegeniusannya (Darmadi 1996:5).

Senada dengan persepsi masyarakat, anggapan sulit juga tampak nyata

tergambar pada siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang. Hal

ini terlihat pada saat siswa mendapat tugas menulis surat dari guru. Mereka tidak

langsung mengerjakan tetapi menyambutnya dengan keluhan. Bukti tersebut

memperjelas bahwa mereka kurang menyukai kegiatan menulis. Keterpaksaan

siswa dalam mengerjakan tugas, akhirnya berdampak buruk pada hasil tulisannya.

Sebagian besar siswa kurang paham dalam menulis surat pribadi. Banyak

kesalahan dalam menggunakan kosakata, ejaan dan format yang tidak sesuai

dengan kaidah penulisan surat. Pantaslah kalau kemampuan menulis mereka

rendah. Hal ini diperkuat dengan hasil menulis surat pribadi siswa yang sebagian

besar kurang dari target rata-rata. Siswa yang berjumlah 40 orang, 3 siswa atau

7,5% diantaranya mendapat nilai 70 sedangkan sisanya sebanyak 37 atau 92,5%

mendapat nilai di bawah 70.


3

Rendahnya kemampuan menulis siswa dimungkinkan karena pengaruh

beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal terlihat pada kurang

terampilnya siswa mempergunakan ejaan dan memilih kata sehingga penyusunan

kalimat masih banyak mengalami kesalahan. Faktor eksternal muncul dari

pemilihan strategi dan pendekatan yang digunakan guru. Guru masih terikat pada

pola pembelajaran tradisional, bersifat statis kurang terbuka pada pembaharuan

sehingga menghambat peningkatan dan kualitas proses pembelajaran. Kondisi

seperti ini dapat menghambat para siswa untuk aktif dan kreatif sehingga

menyebabkan rendahnya kualitas siswa. Sistem pembelajaran dengan pendekatan

tradisional yang masih diterapkan guru tidak mampu menciptakan anak didik

yang diidamkan, terutama untuk bidang keterampilan menulis. Hal ini

dikarenakan dominasi guru dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional

lebih menonjol, sehingga keterlibatan siswa kurang mendapat tempat. Guru lebih

banyak mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar-mengajar sehingga

para siswa cenderung pasif. Fenomena inilah yang peneliti jumpai saat

melaksanakan observasi di kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang.

Jika keadaan tersebut terus berlanjut, tanpa ada solusi penanggulangannya

secara tepat dikhawatirkan lama-kelamaan akan menurunkan kemampuan dan

kualitas siswa dalam menulis. Padahal pembelajaran menulis di Sekolah Dasar

merupakan salah satu bidang garapan pembelajaran Bahasa Indonesia yang

memegang peranan penting. Maksudnya tanpa memiliki keterampilan menulis

yang memadahi siswa Sekolah Dasar akan mengalami kesulitan di kemudian hari,

bukan saja bagi pelajaran Bahasa Indonesia tetapi juga bagi pelajaran yang lain.
4

Pemilihan strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal

yang harus betul-betul dipertimbangkan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang

telah dirumuskan dapat mencapai sasaran.

Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya didasarkan pada

pertimbangan: (1) menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif; (2)

menempatkan siswa sebagai insan yang secara alami memiliki pengalaman,

pengetahuan, keinginan, dan pikiran yang dapat dimanfaatkan untuk belajar, baik

secara individu maupun kelompok; (3) membuat siswa berkeyakinan bahwa

dirinya mampu belajar; dan (4) memanfaatkan potensi siswa seluas-luasnya

( Pratiwi dalam Zulaekha 2003:5). Pendapat Pratiwi tersebut sejalan dengan

pendapat Brown (dalam Suyatinah 2003:131) yang menyatakan untuk

meningkatkan partisipasi aktif fisik dan mental siswa, guru hendaknya tidak

mendominasi aktivitas belajar-mengajar, tetapi memberikan kesempatan seluas-

luasnya pada siswa untuk berinteraksi dengan guru, dengan materi pelajaran

maupun dengan sesama manusia. Demikian juga siswa hendaknya diberi

kesempatan berlatih pada saat guru menyampaikan pelajaran yang berupa suatu

suatu keterampilan.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and

learning / CTL) merupakan konsep baru dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Pendekatan Kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang

menekankan lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas

lebih hidup dalam proses belajar dan lebih bermakna karena siswa mengalami

sendiri apa yang dipelajarinya. Konsep belajar inilah yang dapat membantu guru
5

mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh

komponen utama pembelajaran efektivitas yaitu konstruktivisme, bertanya,

menemukan, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian sebenarnya

(Depdikbud 2002:5).

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan

diharapkan dapat mengatasi kesulitan dalam menulis surat pribadi siswa.

Pendekatan kontekstual ini diterapkan di kelas dengan menghadirkan sebuah

model surat yang baik dan benar. Model pembelajaran tersebut kemungkinan

dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dalam penulisan surat pribadi, karena

siswa dapat meniru struktur penulisan surat secara sistematis. Penggunaan

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ternyata

dapat memberikan banyak manfaat, yaitu dapat meningkatkan kemampuan

menulis dan dapat menjembatani tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia. Hal

ini telah dibuktikan pada hasil penelitian tindakan kelas (Astuti :2004) yang

meneliti tentang keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas II PS

SMK Negeri 8 Semarang. Kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi

makin meningkat disertai pula dengan peningkatan kemampuan intelektual,

kematangan emosional, serta kematangan sosialnya.

Bukti penelitian tersebut semakin meyakinkan peneliti bahwa pendekatan

kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan kemampuan menulis. Oleh

karena itu, penelitian tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pendekatan


6

kontekstual komponen pemodelan sebagai upaya meningkatkan kemampuan

menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 di

Semarang.

1.2 Identifikasi Masalah

Standar Kompetensi pada pembelajaran menulis diharapkan siswa mampu

mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan dalam

berbagai ragam tulisan. Salah satunya adalah menulis surat pribadi.

Indikator pencapaian hasil belajar dalam pembelajaran menulis surat

pribadi diharapkan siswa dapat menyampikan informasi untuk orang lain dalam

bentuk surat dengan kalimat yang efektif dan dapat mengidentifikasi ciri bahasa

surat pribadi (Depdiknas:2004).

Kenyataannya siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 belum

mampu mengkomunikasikan gagasan, perasaan atau pesan yang dimilikinya lewat

surat yang ditulisnya dengan baik dan benar. Hal ini tampak pada masalah yang

sering muncul dalam penulisan surat pribadi siswa, antara lain :

1. pemakaian huruf dan tanda baca yang menyalahi kaidah baku ;

2. pilihan kata kurang cermat;

3. pemakaian kata, ungkapan dan istilah yang tidak baku;

4. pemakaian kalimat yang kurang lengkap atau terpenggal-penggal;

5. pemakaian laras bahasa kurang tepat;

6. penataan penulisan surat tidak runtut;

7. penggunaan bentuk surat yang tidak efektif; dan

8. kerapian surat kurang maksimal .


7

Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis surat pribadi tersebut

disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa

ketidakpahaman siswa terhadap aspek kebahasaan dan nonkebahasan. Pada aspek

kebahasaan siswa belum terampil menggunakan ejaan, pilihan kata sehingga

dampaknya pada penyusunan kalimat yang banyak mengalami kesalahan. Pada

aspek nonkebahasaan siswa belum terampil dalam menyesuaikan isi surat dengan

topik dan siswa belum dapat menulis surat dengan rapi, coretan-coretan masih

mewarnai hasil tulisan. Sedangkan faktor eksternal muncul dari pemilihan strategi

pembelajaran guru yang kurang tepat. Selama ini guru dalam memberikan

pembelajaran menulis selalu menggunakan pendekatan tradisional yaitu guru

lebih mementingkan hasil kegiatan menulis daripada prosesnya. Faktor eksternal

inilah yang dimungkinkan mempunyai andil yang cukup besar terhadap

kelangsungan produktivitas belajar siswa di sekolah.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang akan diteliti dibatasi

pada pendekatan kontekstual yang akan digunakan dalam proses belajar-mengajar

menulis surat pribadi yaitu pendekatan kontekstual dengan komponen pemodelan.

Pendekatan ini sebagai upaya untuk meminimalkan kesalahan penulisan surat

pribadi siswa.
8

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah muncul

permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis surat pribadi siswa kelas V

SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ?

2. Bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri

Pedurungan Tengah 02 setelah mengikuti pembelajaran menulis surat

pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis surat pribadi siswa kelas

V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

2. Mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri

Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran menulis

surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.


9

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang peneliti harapkan dari penelitian Tindakan Kelas ini adalah

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengembangan

pengetahuan tentang menulis surat pribadi dan penerapan strategi pembelajaran

menulis surat pribadi yang tepat dengan menggunakan pendekatan kontekstual

khususnya komponen pemodelan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa

maupun peneliti sendiri.

Manfaat bagi guru penelitian ini dapat dijadikan alternatif pemilihan

strategi pembelajaran menulis surat pribadi dan dapat mengembangkan

keterampilan dan kekreatifan guru Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam

menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

Pembelajaran Kontekstual bermanfaat meningkatkan gairah siswa dalam

menulis surat pribadi dengan baik dan benar, karena pembelajaran kontekstual ini

lebih mengutamakan proses yang bermakna daripada produknya. Penelitian ini

juga dapat dijadikan sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat dalam

berkomunikasi secara tidak langsung melalui surat.

Manfaat bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah dan memperluas

pengetahuan tentang penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan

dalam pembelajaran menulis surat pribadi.


10
11

Penelitian ini menunjukkan kurangnya siswa kelas I E Mts Al Asror Patemon

Gunungpati dalam menulis surat dinas, yaitu penulisan huruf kapital, gabungan

kata, penulisan kata depan di, ke, dan dari, penulisan singkatan dan akronim dan

penggunaan tanda baca yang tidak tepat. Dengan dilaksanakan pembelajaran ejaan

kemampuan siswa dalam menempatkan kaidah ejaan mengalami peningkatan

kesamaan penelitian Sri Haryuni adalah terletak pada analisisnya sedangkan

perbedaanya terletak pada objek dan teknik yang dilakukan pada pembelajaran.

Sri Haryuni menganalisis penguasaan ejaan dalam surat dinas dan melalui teknk

tubian, sedangkan penelitian ini menganalisis kemampuan menulis surat pribadi

dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan

dapat dijadikan sebagai kajian pustaka adalah sebagai berikut.

Penelitian Supartiningsih (1998) berjudul Kesantunan Berbahasa Surat

Pribadi Kepada Orang yang Dihormati Siswa Kelas II Sekolah Menengah Umum

Negeri 1 Bae Kudus. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa belum dapat

menggunakan bentuk penyusunan surat, pemilihan kosakata secara tepat,

pemakaian kalimat secara efektif serta penggunanan ejaan yang kurang cermat.

Kesalahan dalam menulis surat pribadi siswa dipengaruhi oleh kurangnya siswa

dalam mengekspresikan gagasan, pendapat, perasaan, maupun keinginanya dalam

bentuk tulisan sehingga hal tersebut mempengaruhi pula pada kesantunan

berbahasa surat pribadi. Keterkaitan skripsi Supartiningsih dengan penelitian ini

adalah pada analisisnya yaitu mengenai surat, sedangkan perbedaanya pada objek

kajiannya. Penelitian Supartiningsih ini hanya membahas secara dekriptif saja

sehingga bukti penelitiannya kurang dapat dipercaya.

Penelitian Jamaah (2001) berjudul Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia

dalam Surat-Surat Dinas Keluar pada Kantor Tata Usaha SMU Negeri 1 Mejobo

Kudus. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kalimat dalam surat dinas yang

dibuat para pegawai SMU Negeri 1 Mejobo Kudus masih banyak yang belum

10
11

mematuhi kaidah bahasa dalam surat dinas. Hasil penelitian Jamaah menunjukkan

adanya kesalahan-kesalahan dari segi ejaan yang meliputi aspek kesalahan huruf

kapita100%l, penulisan kata 25 %, tanda titik58,5%, tanda titik dua 62,5%, tanda

koma 12,5 %, tanda hubung 25%, dan garis bawah 58,3%. Dari segi kesalahan

bentukan kata meliputi kesalahan pilihan kata yang dibagi menjadi tiga aspek

yaitu segi keserasian arti 8,3%, segi keekonomisan 87,5%, dan segi kebakuan

16,7%. Segi kesalahan penyusunan kalimat meliputi dua aspek yaitu segi

kelengkapan 12,5% dan segi kehematan 91,7%. Relevansi penelitian Jamaah

dengan penelitian ini adalah pada analisis penelitian yaitu mengenai surat,

sedangkan perbedaannya pada objek kajian. Penelitian Jamaah ini dari segi

analisisnya kurang lengkap, sebab peneliti kurang membahas keseluruhan aspek

surat.

Penelitian Astuti (2004) berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis

Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada

Siswa Kelas II PS 4 SMK Negeri 8 semarang. Penelitian Tindakan Kelas ini,

menunjukkan adanya kemampuan menulis karangan narasi dan perubahan tingkah

laku siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai tes siklus I yang rata-

rata mencapai nilai 68 dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata sebesar

75. Peningkatan nilai rata-rata menulis karangan narasi siswa ini juga dibarengi

dengan perubahan tingkah laku siswa dari tingkah laku yang negatif menjadi

positif. Relevansi penelitian Atuti dengan penelitian ini adalah pada teknik

pendekatannya yaitu pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Penelitian


12

astuti ini sudah cukup bagus, tapi analisis dari segi deskripsi nontesnya kurang

jelas.

Pada tahun yang sama, Suryanto melakukan penelitian dengan judul

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Teknik Modeling

pada Siswa Kelas II D SLTP Sukorejo Kendal. Hasil penelitian Suryanto

menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis karangan narasi sebesar

64,4% pada siklus I dan meningkat sebesar 7,8%. Peningkatan rata-rata dari

pratindakan sampai siklus II sebesar 15,6%. Pada siklus I siswa belum ada

kesiapan dalam pembelajaran, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan

belum terfokus. Pada siklus II terjadi perubahan, kesiapan siswa dalam menerima

pembelajaran sudah terlihat, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan juga

sudah terfokus. Relevansi penelitian Suryanto dengan penelitian peneliti ini

adalah teknik yang akan digunakan dalam pembelajaran sama-sama menggunakan

pemodelan.

Berdasarkan beberapa kajian pustaka tersebut, dapatlah ditemukan benang

merah bahwa penelitian mengenai keterampilan menulis surat pribadi masih

sedikit diteliti. Penelitian-penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan

keterampilan siswa dalam menulis. Para peneliti telah menggunakan teknik

maupun media yang bervariasi dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis

siswa baik pada tingkat SMP, SMU maupun SMK. Penelitian ini dimaksudkan

untuk melengkapi hasil penelitian sebelumnya, tentunya dengan teknik dan subjek

penelitian yang berbeda, khususnya penelitian tentang menulis surat pribadi.


13

2.2 Landasan Teoretis

Teori-teori yang digunakan dalam landasan teoretis ini mencakup tentang

keterampilan menulis, dasar surat-menyurat, dan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan.

2.2.1 Keterampilan Menulis

Keterampilan Menulis didapatkan seseorang dari latihan terus-menerus,

bukan dari faktor bawaan. Seseorang dalam melakukan kegiatan menulis

tentunya mempunyai dasar yang jelas terhadap kegiatan tersebut, sehingga dari

kegiatan menulis ini dapat dipetik manfaatnya. Untuk lebih jelasnya pada sub

bab berikut ini dipaparkan pendapat para ahli mengenai hakikat, tujuan serta

manfaat menulis.

2.2.1.1 Hakikat Menulis

Menulis sebagai bentuk keterampilan berbahasa, pada hakikatnya

merupakan pengungkapan gagasan atau perasaan secara tertulis dengan

menggunakan bahasa sebagai medianya. Menulis atau mengarang merupakan

suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara

tidak langsung. Menurut Tarigan (1995:3) menulis adalah melahirkan pikiran atau

perasaan melalui tulisan Menulis merupakan suatu kegiatan berbahasa yang

dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap

muka dengan orang lain.


14

Akhadiah (1997:3) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu kegiatan

penyampaian pesan dengan mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan

adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah

sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa

yang sudah disepakati pemakainya. Dalam komunikasi tertulis terdapat empat

unsur yang terlibat didalamnya yaitu : (1) penulis sebagai suatu pesan; (2) pesan

atau isi tulisan; (3) saluran atau medium; (4) pembaca sebagai penerima pesan.

Kemampuan dalam menulis bukanlah semata-mata milik golongan

berbakat menulis, melainkan dapat diperoleh dengan latihan yang sungguh-

sungguh. Dengan latihan yang sungguh-sungguh akan menghasilkan karya yang

tidak mungkin terpikirkan oleh kita. Tentunya sebuah karya yang menarik dan

sempurna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1079) disebutkan

menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat

surat) dengan tulisan. Menurut konsep ini kegiatan menulis merupakan kegiatan

untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaan

seseorang kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Konsep ini mencakupi kegiatan

menggunakan bahasa tulis, seperti membuat karangan cerita, mengungkapkan

pengalaman, menulis surat baik surat resmi maupun tidak resmi.

Berdasarkan beberapa uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

menulis adalah kegiatan mengkomunikasikan gagasan, perasaan atau pesan yang

dituangkan dalam bentuk tulisan dan dapat disampaikan kepada orang lain tanpa

harus bertatap muka secara langsung.


15

2.2.1.2 Tujuan Menulis

Kemampuan menulis merupakan tuntutan segala zaman. Komunikasi pada

awal abad XX lebih banyak berlangsung secara tertulis, khususnya bagi

masyarakat maju. Kemampuan menulis bukan monopoli orang berbakat. Semua

orang khususnya siswa akan mampu menulis jika berlatih secara benar.

Pengembangan kemampuan menulis perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh

sejak pendidikan dasar.

Hartig (dalam Tarigan 1986:34) menyatakan tujuan menulis adalah : (1)

untuk penugasan bukan karena kemauan sendiri; (2) altruistik, yaitu untuk

menyenangkan pembaca; (3) persuasif, yaitu untuk meyakinkan para pembaca dan

kebenaran gagasan yang diutamakan; (4) informasional, yaitu untuk memberi

informasi; (5) pernyataan diri, yaitu untuk memperkenalkan diri sebagai

pengarang pada pembaca; (6) pemecahan masalah, yaitu untuk mencerminkan

atau menjelajahi pikiran-pikiran agar dapat dimengerti oleh pengarang; dan (7)

kreatif, yaitu untuk mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian.

Sejalan dengan pendapat Hartig, Sujanto (1988:58) Tujuan menulis adalah

untuk mempertajam kepekaan siswa terhadap kesalahan-kesalahan baik ejaan,

struktur, maupun pemilihan kosakata. Seseorang yang ingin melaksanakan

kegiatan menulis, pertama yang harus dilaksanakan adalah memilih apa yang akan

ditulisnya. Bentuk tulisan yang dipakai biasanya dikaitkan dengan siapa yang

akan membaca tulisan tersebut. Hal ini sangat penting karena dalam

menyampaikan satu permasalahan yang sama akan berbeda bentuknya apabila

berbeda pembacanya.
16

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Tujuan pengajaran

menulis didasarkan oleh tujuan menulis itu sendiri. Akan tetapi, karena begitu

beragamnya tujuan menulis di bawah ini dikemukakan hanya beberapa tujuan

saja. Antara lain memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak,

menghibur atau menyenangkan, dan mengutarakan atau mengekspresikan

perasaan dan emosi yang berapi-api. Tujuan masing-masing personal dalam

kegiatan menulis bermacam-macam. Hal ini disebabkan tiap penulis dalam

menjalankan kegiatan menulis mempunyai tujuan yang berbeda. Tujuan

kemampuan menulis tidak hanya ada dalam lingkungan pendidikan, tetapi juga

bermanfaat untuk masyarakat. Pengajaran keterampilan menulis di sekolah dasar

mempunyai tujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis yaitu siswa

memiliki pengetahuan dan pengalaman serta dapat memanfaatkan kemampuan itu

untuk berbagai keperluan contohnya dalam kegiatan menulis surat pribadi.

2.2.1.3 Manfaat Menulis

Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan bahasa yang

semakin penting untuk dikuasai. Hal ini sejalan dengan dengan pengabdian

budaya industrial yang merupakan salah satu tuntunan pembangunan nasional

pada masa mendatang. Kemampuan yang terpenting adalah kemampuan membaca

dan menulis (Akhadiah 1996/ 1997). Dari uraian di atas, jelas bahwa kemampuan

menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar tulisan dapat

bermanfaat untuk masyarakat. Kegiatan menulis mempunyai banyak manfaat

diantaranya: (1) dengan menulis Anda akan terpaksa mencari sumber informasi
17

tentang topik tersebut. Wawasan anda tentang topik itu akan bertambah luas dan

dalam; (2) untuk menulis tentang sesuatu Anda terpaksa belajar tentang sesuatu

itu serta berpikir atau bernalar. Anda akan mengumpulkan fakta dan menghubung-

hubungkan, serta menarik kesimpulan; (3) menulis berarti menyusun gagasan

secara runtut dan sistematis. Dengan demikian, Anda menjelaskan sesuatu yang

semula mungkin samar bagi Anda; (4) dengan menulis permasalahan diatas

kertas, Anda lebih mudah memecahkannya; (5) kegiatan menulis yang terencana

akan membiasakan Anda berpikir dan berbahasa secara tertib (Akhadiah

1997:10).

Kegiatan menulis ini tidak dapat dikatakan mudah karena penulis tidak

hanya cukup menyampaikan ide, gagasan, pendapat kepada pembaca. Menyerap,

mencari, serta menguasai informasi yang berhubungan dengan topik tulisan,

merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang penulis.

Sehingga dengan wawasan itu pembaca menjadi ketagihan membaca tulisannya

karena pembaca merasa puas. Hal-hal itulah yang menyebabkan kegiatan menulis

merupakan sesuatu yang sangat sulit, sehingga menulis merupakan sesuatu yang

sulit, sehingga orang atau siswa enggan atau kurang berminat untuk menulis

dengan baik dan benar (Suriamiharja dkk 1997:4).

Berdasarkan uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat

menulis tiap personal dapat melatih seorang penulis dalam mengkomunikasikan

gagasannya secara runtut dan sistematis. Dengan kegiatan menulis secara intensif

dan terencana akan membiasakan penulis dalam berpikir dan berbahasa secara

tertib.
18

2.2.2 Surat

Surat sebagai duta organisasai atau instansi si pengirim harus

menggambarkan citra, cermin, mentalitas, jiwa serta petunjuk intern organisasi

atau perusahaan yang mengirimnya. Kegiatan menyusun surat-menyurat tersebut,

si penulis dituntut suatu pengetahuan bahasa yang luas dan seni menulis surat

serta kepintaran mengeluarkan ide. Sedikit pengetahuan mengenai dasar surat-

menyurat tersebut didasarkan pada paparan para ahli mengenai pengertian, fungsi,

bentuk jenis, surat pribadi, bagian-bagian surat, bahasa surat serta tahap penulisan

surat yang akan dijelaskan di bawah ini.

2.2.2.1 Pengertian Surat

Dalam hidup bermasyarakat manusia akan bergaul dengan sesamanya.

Pergaulan tersebut tentunya dilandasi suatu komunikasi, baik secara lisan maupun

tulisan. Komunikasi lisan ini terjadi apabila penutur atau pemberi informasi

berhadapan atau bersemuka dengan mitra tutur atau penerima informasi secara

lisan. Sebaliknya, komunikasi tulis terjadi jika penutur dan penerima tutur tidak

bersemuka melainkan berkomunikasi menggunakan media, misalnya lewat surat.

Suhanda (1978:1) menjelaskan surat adalah sehelai kertas atau lebih yang

memuat suatu bahan komunikasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang

lain, baik atas nama pribadi maupun kedudukannya dalam organisasi atau kantor.
19

Menurut Soedjito dan Solchan (1999:1) pengertian surat dapat ditinjau

dari beberapa aspek, yaitu: (1) berdasarkan sifat isinya, surat adalah jenis

karangan (komposisi) paparan; (2) berdasarkan wujud peraturannya, surat adalah

percakapan yang tertulis; dan (3) berdasarkan fungsinya, surat adalah suatu alat

atau sarana komunikasi tulis.

Marjo (2000:15) berpendapat surat adalah alat komunikasi tertulis, atau

sarana untuk menyampaikan pernyataan maupun informasi secara tertulis dari

pihak satu kepada pihak yang lain. Informasi tersebut bisa berupa pemberitahuan,

pernyataan, pertanyaan, permintaan, laporan, pemikiran, sanggahan dan lain

sebaginya.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian surat, maka dapat

disimpulkan bahwa surat adalah sehelai kertas atau lebih yang didalamnya

dituliskan suatu informasi yang perlu diketahui orang tertentu yang sifatnya

personal dan harus dijawab oleh penerimanya.

2.2.2.2 Fungsi Surat

Surat sebagai sarana komunikasi, mempunyai beberapa fungsi. Menurut

Marjo (2000:15) fungsi surat yang aktif dalam kehidupan masyarakat sehari-hari

adalah :
20

a. Sebagai wakil atau duta Si pengirim surat;

Surat berperan sebagai pembawa misi dan pesan-pesan yang mewakili Si

penulis. Karena sifatnya sebagai duta atau wakil, maka surat harus ditulis

dengan teliti, praktis, sistematis dan seobjektif mungkin.

b. Sebagai bahan bukti hitam di atas putih yang mempunyai kekuatan hokum;

c. Referensi dalam merencanakan atau menindaklanjuti suatu aktivitas surat-

surat yang diarsipkan merupakan sumber data yang diperlukan dalam

perencana dan penindaklanjutan suatu aktivitas atau program;

d. Alat pengingat;

Sesuatu yang terlupakan dalam kegiatan masa lalu dapat dilihat dan ditinjau

kembali.

e. Alat untuk memperpendek jarak, penghemat tenaga, dan waktu;

Sesuatu yang harus dikunjungi bila tidak begitu penting dapat dihubungi

dengan memakai surat saja.

f. Bukti sejarah dan kegiatan suatu organisasi atau badan usaha;

g. Jaminan keamanan, misalnya surat jalan; dan

h. Alat promosi pihak pengirim.

Berdasarkan fungsi surat diatas, fungsi utama surat adalah sebagai sarana

komunikasi. Surat dapat digunakan sebagai sarana komunikasi apabila surat

tersebut komunikatif.

Surat sebagai sarana komunikasi, mempunyai kelebihan-kelebihan yang

dimiliki oleh alat komunikasi yang lain. Berkomunikasi melalui surat-surat akan
21

lebih praktis dan murah. Di samping itu, surat dapat memuat infomasi yang tak

terbatas dan pembaca dapat membaca berulang-ulang apabila belum jelas

informasinya.

2.2.2.3 Bentuk Surat

Menarik atau tidaknya sebuah surat kadang-kadang ditentukan oleh format

atau bentuk surat. Menurut Wiyasa (1992:3) bentuk surat ialah tata letak atau

posisi tertentu sesuai dengan fungsi dan perannya, terutama sebagai petunjuk atau

identifikasi memproses surat tersebut. Pada dasarnya ada dua bentuk surat yang

dapat dibedakan secara tajam yaitu bentuk lurus atau block style dan bentuk lekuk

atau identited style.

Menurut Mustakim (1994: 167) Format surat adalah bentuk dan ukuran

serta tata letak atau posisi bagian-bagian surat, seperti penempatan tanggal, alamat

surat, salam pembuka, dan salam penutup.

Soedjito dan Solchan (1999:17) menjelaskan bentuk surat ialah susunan

letak bagian-bagian surat. Mereka membagi bentuk surat menjadi lima bentuk,

yaitu : (1) lurus penuh; (2) lurus; (3) setengah lurus; (4) resmi Indonesia lama; (5)

resmi Indonesia Baru. Senada dengan pendapat tersebut, Marjo (2000:60)

membagi bentuk-bentuk surat sebagai berikut.


22

1. Bentuk lurus penuh (Full Block Style).

2. Bentuk lurus (Block Style).

3. Bentuk setengah lurus (Semi Block Style).

4. Bentuk persegi (Block Style).

5. Bentuk sederhana (Simple Style).

6. Bentuk lekuk (Special Paragraph).

7. Bentuk resmi dinas pemerintah (Indentited Style).

8. Bentuk resmi dinas pemerintah (Official Style)

9. Bentuk surat model Amerika (American Style).

10. Bentuk surat model Inggris (British Style Business Letter).

11. Bentuk surat model Inggris (British Style).

12. Bentuk surat dinas yang lengkap bagian-bagiannya.

Jika dipandang dari keresmian penggunaannya, format atau bentuk surat

juga ada yang resmi dan tidak resmi. Format resmi digunakan untuk surat-surat

resmi sedangkan surat tidak resmi biasanya digunakan oleh pribadi. Bentuk resmi

di Indonesia sangat bervariasi dan menurut pusat pembinaan dan pengembangan

bahasa dianjurkan menggunakan format setengah lurus. Format setengah lurus

dapat dilihat pada bagan 1 di bawah ini.


23

Bagan 1.

Format Setengah Lurus

(semi block style)

(Tanggal)

(Alamat)
________________
________________

(Salam Pembuka)
(paragraf pembuka)
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
(paragraf isi)
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________

_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
(paragraf penutup)
_______________________________________________________

(Salam penutup)
(Tanda tangan)
(Nama jelas)
24

Format itulah yang dianjurkan untuk digunakan dalam surat-menyurat

Indonesia. Walaupun bentuk surat itu untuk surat resmi dapat pula digunakan

untuk surat pribadi, karena surat pribadi dengan surat resmi sebenarnya hanya

dibedakan pada bagian: kepala surat, nomor, lampiran, hal, dan pada tembusan

surat.

Pemilihan format setengah lurus ini didasarkan pada prinsip efektivitas

yang dikemukakan Sudarsa. Faktor kemudahan dalam bentuk setengah lurus ini

dapat dilihat dari segi penulisan bagian-bagian surat bentuk setengah lurus ini

lebih mudah bila dibandingkan dengan bentuk bertekuk. Penulisan alamat

disebelah kiri lebih leluasa dibandingkan disebelah kanan karena kemungkinan

pemenggalan bagian kalimat tidak terjadi. Dilihat dari factor kehematan,

penulisan surat setengah lurus lebih efektif dan hemat dari bentuk lurus, karena

pada bagian surat sebelah kiri dan kanan tidak terlihat kosong. Faktor keserasian

tampak pada susunan letak bagian-bagian surat setengah lurus karena

pemanfaatan bagian kiri dan kanan surat sudah sesuai dan tampak rapi.

2.2.2.4 Jenis surat

Jika dilihat dari segi bentuk, isi, dan bahas surat dapat digolongkan atas

tiga jenis, yaitu (1) surat pribadi; (2) surat dinas; (3) surat niaga

(Sudarsa dkk 1992:3). Pada landasan teori ini peneliti hanya menekankan pada

surat pribadi saja, karena surat pribadi inilah yang menjadi bahan kajian

penelitian.
25

2.2.2.5 Surat Pribadi

Surat-menyurat pribadi timbul dalam pergaulan hidup sehari-hari dan

terjadi dalam komunikasi antara anak dan orang tua, antar kerabat, antar sejawat

dan antar teman. Pengertian surat pribadi itu sendiri adalah surat yang dibuat oleh

seseorang yang isinya menyangkut kepentingan pribadi (Sudarsa dkk 1992:3).

Senada dengan pendapat Sudarsa, Marjo (1996:10) berpendapat bahwa

surat pribadi atau personal letter adalah surat yang mencakup surat keluarga dari

orang tua kepada anak atau sebaliknya, bisa juga antar hubungan keluarga lain

termasuk surat antar teman dan pergaulan muda-mudi (surat percintaan).

Soedjito dan Solchan (1999:4) mengartikan surat pribadi adalah surat yang

berisi masalah pribadi, yang ditujukan kepada keluarga, teman atau kenalan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa surat

pribadi adalah surat yang ditulis oleh perseorangan yang bersifat pribadi dan

ditujukan kepada orang lain, instansi atau organisasi.

2.2.2.6 Bagian-bagian Surat Pribadi

Sebuah surat terdiri atas bagian-bagian surat. Penempatan bagian-bagian

surat itu berhubungan dengan bentuk surat yang dipergunakan, artinya jika

bagian-bagian surat itu diletakkan pada margin kiri, terbentuklah bentuki lurus.

Jika bagian-bagian surat itu tidak diletakkan pada margin kiri , dapatlah terbentuk

setengah lurus. Hal itulah yang membedakan komposisi surat dengan konposisis

yang lain, misalnya pada novel dan roman.


26

Bagian surat pribadi terdiri atas : (1) tanggal ; (2) alamat tujuan; (3) salam

pembuka; (4) isi surat; (5) salam penutup; (6) pengirim surat; (7) inisial.

(Sudarsa 1992:9). Penulisan bagian-bagian surat akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Tanggal

Tanggal surat ditulis secara lengkap, yaitu tangal ditulis dengan angka,

bulan ditulis dengan huruf, dan tahun ditulis dengan angka. Sebelum tanggal

tidak dicantumkan nama kota karena mana kota itu sudah tercantum pada

kepala surat kecuali pada surat pribadi. Setelah angka tahun tidak diikuti

tanda baca apapun.

Contoh : Semarang, 22 Maret 1990

2. Alamat surat

Dalam penulisan alamat surat terdapat dua macam bentuk. Bentuk yang

pertama adalah alamat yang ditulis di sebelah kanan atas di bawah tanggal

surat dan bentuk yang kedua adalah alamat yang ditulis disebelah kiri atas

sebelum salam pembuka.

Penulisan alamat surat di sebelah kiri atas itu lebih menguntungkan daripada di

sebelah kanan atas karena kemungkinan pemenggalan tidak ada sehingga alamat

yang panjang pun dapat dituliskan.

Menurut Sudarsa (1992:14) penulisan suart perlu diperhatikan hal berikut.

a. Penulisan nama penerima harus cermat dan lengkap, sesuai dengan kebiaasaan

yang dilakukan oleh yang bersangkutan (pemilik nama).

b. Nama diri penerima surat diawali huruf kapital pada setiap unsurnya.
27

c. Penulisan alamat pernerima surat juga harus cermat dan lengkap serta

informatif.

d. Untuk menyatakan yang terhormat pada awal nama penerima surat

cukup dituliskan Yth. dengan huruf awal kapital disertai tanda titik

singkatan itu. Penggunaan kata kepada sebelum Yth. tidak diperlukan

karena kata kepada berfungsi sebagai penghubung antarbagian kalimat

yang menyatakan arah. Apalagi kalau diingat bahwa alamat pengirim

tidak didahului kata dari yang berfungsi sebagai penghubung

antarbagian kalimat yang menyatakan asal.

e. Kata sapaan seperti ibu, bapak, saudara digunakan pada alamat surat

sebelum nama pengirim surat. Jika digunakan kata bapak atau ibu pada

awal penerima, kata itu hendaknya ditulis penuh tanpa tanda baca

apapun pada akhir kata itu.

f. Jika nama orang yang dituju bergelar akademik sebelum namanya,

seperti Dr. dr. Ir atau Drs atau memiliki pangkat seperti kapten atau

kolonel kata sapaan Ibu,Bapak, dan, Sdr. Tidak digunakan.

g. Jika yang ditulis nama jabatan seseorang, kata sapaan tidak digunakan

agar tidak berimpit dengan gelar,pangkat atau jabatan.

h. Kata jalan pada alamat surat tidak tidak disingkat, tetapi ditulis penuh

yaitu Jalan dengan huruf awal kapital tanpa tanda titik atau titik dua

pada akhir kata itu.


28

3. Penulisan Salam

Salam dalam surat ada dua macam, yaitu salam pembuka dan salam

penutup. Penulisan kedua bentuk salam itu merupakan awal dalam

berkomunikasi antara penulis surat dan penerima surat.

Salam pembuka lazim ditulis disebelah kiri di bawah alamat surat, di atas

kalimat pembuka isi surat. Salam penutup lazim ditulis di sebelah kanan

bawah. Huruf pertama salam pembuka dan penutup ditulis dengan huruf

kapital dan diakhiri dengan tanda koma.

4. Isi Surat

Secara garis besar isi surat terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian pertama

merupakan paragraph pembuka, bagian kedua merupakan paragraf isi, dan

bagian ketiga merupakan paragraph penutup

Paragraf pembuka mengantarkan isi surat yang akan diberitahukan.

Paragraf pembuka berisikan pemberitahuan, pertanyaan, pernyataan, atau

permintaan. Dalam paragraf isi dikemukakan hal yang perlu disampaikan

kepada penerima surat. Namun, isi surat harus singkat, lugas, dan jelas.

Paragraf penutup merupakan simpulan dan kunci isi surat. Di samping itu,

paragraph penutup dapat mengandung harapan penulis surat atau berisi

ucapan terima kasih kepada penerima surat.

5. Nama Pengirim

Nama pengirim surat ditulis di bawah salam penutup dan tanda tangan.

Tanda tangan diperlukan sebagai keabsahan surat apalagi surat dinas.

Dalam penulisan nama pengirim perlu diperhatikan : (1) penulisan nama


29

tidak perlu menggunakan huruf kapital seluruhnya; tetapi menggunakan

huruf awal huruf kapital pada setiap unsure nama; (2) nama tidak perlu

ditulis dalam kurung; (3) nama jabatan dapat dicantumkan di bawah nama

pengirim (Sudarsa dkk 1992:11-20).

2.2.2.6 Kriteria Penulisan Surat

Surat pribadi merupakan salah satu bentuk dari tulisan pribadi. Tulisan

pribadi lebih menyenangkan daripada jenis tulisan yang lain. Karena

menyenangkan maka bahasanya pun hendaknya disusun yang menyenangkan.

Ciri-ciri bahasa surat pribadi tersebut, yaitu (1) bahasa alamiah, wajar, sederhana ;

(2) ujaran normal dengan kebiasaan sehari-hari; (3) isinya hidup; (4) menarik ;

(5) tidak formal; (6) riang penuh semangat (Tarigan 1984:31). Senada dengan

Tarigan Suhanda (1992:23) menjelaskan bahwa penggunaan bahasa surat harus

jelas unsur-unsurnya, lugas bahasanya tidak menimbulkan makna ganda dan

bahasa surat harus ekonomis tidak merusak ejaan, tata bahasa atau pilihan kata

dan komposisi.

Nursito (1999:47) menjelaskan sebelum pembelajaran surat diberikan

kepada siswa, mereka perlu mengetahui ciri-ciri penulisan surat yang baik berikut

ini.

a. Pengungkapan Jelas

Pengungkapan yang jelas tidak akan membingungkan pembaca, karena

permasalahan yang dibicarakan dapat dipahami oleh pembaca secara tepat dan

benar.
30

b. Penciptaan kesatuan dan pengorganisasian

Tulisan surat sebaiknya langsung menjelaskan inti permasalahan dan tidak

berbelit-belit. Perpindahan pembahasan masalah berlangsung secara mulus,

tanpa menimbulkan kesenjangan.

c. Ketetapan

Penggunaan ejaan yang baik dan benar akan mengkaitkan bobot tulisan.

Penggunaan ejaan haruslah memenuhi kaidah ejaan yang disempurnakan.

d. Variasi kalimat

Variasi yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam menulis surat adalah

penyusunan kalimat panjang dan pendek secara berselang-seling guna

menghindari kata-kata yang sama secara berulang-ulang dengan mencari

sinonimnya, atau sekali-kali ditampilkan kalimat bermajas.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

penggunaan bahasa dalam surat sangat penting karena surat adalah utusan dari

penulis yang berwujud tulisan. Bahasa surat harus memenuhi ketentuan jelas,

lugas, komunikatif . Jelas dalam hal ini jelas unsur-unsurnya. Lugas berarti

bahwa bahasa yang digunakan tidak menimbulkan makna ganda. Bahasa surat

harus ekonomis selama tidak merusak kaidah ejaan, tata bahasa atau pilihan

kata dan komposisi. Komunikatif dapat ditentukan oleh kelogisa dan

kesisteman. Kesisteman ditentukan oleh hubungan antarbagian kalimat, alenia

atau paragraf yang memperlihatkan adanya hubungan pikiran pembaca dan

penulis surat.
31

2.2.2.7 Tahap Penulisan Surat

Menurut Mustakim (1999:165) agar surat yang disusun itu tampak

menarik, efektif, dan mudah dipahami, maka perlu langkah-langkah penyusunan

surat sebagai berikut.

a. Sebelum menulis surat perlu dirumuskan lebih dahulu permasalahan yang

akan disampaikan.

b. Permasalahan itu disusun menurut urutan yang telah ditetapkan, kemudian

diuraikan secara sistematis.

c. Jika diperlukan disertai data yang relevan.

d. Setiap persoalan hendaknya disusun dalam sebuah paragraf.

e. Jika dianggap telah lengkap baru ditulis rapi.

f. Sebelum ditandatangani perlu diteliti kembali.

Samadhy (2000:321-327) berpendapat bahwa menulis surat dapat dicapai

dengan baik melalui proses sebagai berikut.

1. Pramenulis

Langkah-langkah pramenulis meliputi, memilih topik, mempertimbangkan

tujuan, mempertimbangkan bentuk tulisan dan mengorganisasikan gagasan.

2. Penyusunan Draf

Langkah-langkah penyusunan draf meliputi menyusun draf kasar, menulis

kalimat pertama, menjabarkan draf kasar, membaca jabaran draf, dan

membacakan jabaran draf.


32

3. Perevisian

Langkah-langkah dalam perevisian meliputi merevisi isi draf, mengurutkan

kembali, mengurangi, memperjelas dan menambah contoh.

4. Penyuntingan

Langkah-langkah dalam penyuntingan meliputi pengembangan penggunaan

ejaan dan penggunaan aturan penulisan.

5. Publikasi

Dalam tahap publikasi langkah-langkah yang harus dilewati adalah

mengumpulkan karya siswa dan merencanakan bentuk publikasi.

Menurut peneliti kedua pendapat-pendapat para ahli tersebut sama

benarnya. Maka peneliti mengkolaborasikan kedua teori tersebut sebagai dasar

penulisan surat pribadi.

2.2.3 Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan demikian,

diharapkan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran

berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer

pengetahuan dari guru kepada siswa. Oleh karena itu, strategi pembelajaran lebih

dipentingkan dari pada hasil (Depdikbud 2002:4).


33

Hasil pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual

diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir

kritik, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan

jangka panjangnya. Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar,

apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka

sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu,

mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk

hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan

berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai

pengarah dan pembimbing (Nurhadi dkk 2004:4).

Bila pembelajaran kontekstual diterapkan dengan benar, diharapkan siswa

akan terlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan

kehidupan dunia nyata yang ada dilingkungannya. Untuk itu, guru perlu

memahami konsep pendekatan kontekstual terlebih dahulu dan dapat

menerapkannya dengan benar. Agar siswa dapat belajar lebih efektif, guru perlu

mendapat informasi tentang konsep-konsep pembelajaran kontekstual dan

penerapannya. Dengan pendekatan kontekstual, siswa dibantu menguasai

kompetensi yang dipersyaratkan.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi, siswa akan dibawa tidak hanya

masuk ke kawasan pengetahuan, tetapi juga sampai pada penerapan pengetahuan

yang didapatkannya melalui pembelajaran kontekstual. Tugas guru dalam kelas

kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih

banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru


34

mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan

sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan

dan keterampilan) datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru.

Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual

(Nurhadi dkk 2004:5).

Dengan demikian, pendekatan kontekstual bukan hanya sebuah strategi

pembelajaran. Tetapi sebuah pendekatan yang dikembangkan dengan tujuan agar

pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.

2.2.3.1 Komponen Pemodelan

Salah satu bagian dari komponen pembelajaran kontekstual adalah

pemodelan (modeling). Komponen pemodelan pada pembelajaran yaitu, dalam

sebuah pembelajaran keterampilan berbahasa atau keterampilan tertentu ada

model yang bisa ditiru. Model ini bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara

melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan sesuatu.

Dengan demikian, guru memberi model tentang bagaimana belajar (Depdiknas

2002:16).

Pemodelan pada dasarnya bertujuan untuk membahasakan gagasan yang

kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya

untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya

melakukan keinginannya (Nurhadi dkk 2004:49).

Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model

dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk
35

memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada siswa

yang pernah memenangkan lomba baca puisi atau memenangkan kontes bahasa

Inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa

contoh tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model

tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat

didatangkan dari luar. Seorang penutur asli berbahasa Inggris sekali waktu dapat

dihadirkan di kelas untuk menjadi model cara berujar, cara bertutur kata, gerak

tubuh ketika berbicara, dan sebagainya (Nurhadi dkk 2004:50).

Implementasi komponen pemodelan dalam pembelajaran menulis surat

pribadi dapat dilakukan dengan menghadirkan sebuah contoh surat pribadi buatan

siswa ataupun buatan guru. Penyajian contoh surat pribadi dapat membantu siswa

dalam memahami cara pembuatan surat sesuai kaidah penulisan surat yang baik

dan benar. Contoh surat tersebut dapat ditiru siswa, terutama dari segi struktur

penulisan surat. Dengan demikian, peranan model sebagai sarana atau media

dalam proses pembelajaran menjadi strategi kunci untuk pencapaian kompetensi.

2.2.3.2 Implementasi Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dalam

Pembelajaran Menulis Surat Pribadi

Implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia bertumpu pada keempat aspek berbahasa, yaitu mendengarkan,

membaca, berbicara, dan menulis ditambah struktur, kosakata, dan sastra. Dalam

praktik pembelajaran aspek-aspek tersebut sebaiknya mendapat porsi yang


36

seimbang karena aspek-aspek tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Namun

demikian, dalam pembelajaran tetap ada salah satu yang difokuskan.

Titik berat pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam berkomunikasi Bahasa Indonesia, baik secara lisan

maupun tertulis.

Keterampilan menulis memang dapat dikuasai oleh siapa saja yang

memiliki kemampuan intelektual yang memadai. Namun berbeda dengan

kemampuan menyimak dan berbicara, menulis tidak diperoleh secara alamiah

melainkan harus dipelajari dan dilatihkan terus-menerus.

Pada kegiatan menulis bukan panjangnya tulisan yang diharapkan

melainkan kejelasan isi tulisan,pilihan kata serta efisien pemakaian kalimatnya.

Selama kegiatan ini, siswa perlu diajarkan bahwa ada berbagai kemungkinan cara

penataan atau penyusunan kata. Menemukan kesalahan dalam menulis (tidak

hanya ejaan dan tanda baca, tetapi kelengkapan atau kejelasan kalimat, bahkan

pilihan kata) ini termasuk dalam kegiatan menulis. Siswa tidak hanya dilatihkan

untuk menemukan kesalahan sendiri, tetapi juga untuk memperbaiki dan

membenahinya. Kegiatan menulis juga akan lebih optimal bila didukung oleh

banyak membaca, sebab orang yang banyak membaca akan dapat dengan mudah

serta lancar menulis (Purwo 1997:7-8).

Pada pembelajaran menulis, siswa perlu dilatih untuk menguasai prinsip-

prinsip menulis dan berpikir. Hal ini dapat membantu siswa mencapai maksud dan

tujuannya. Prinsip-prinsip yang dimaksudkan adalah penemuan, susunan, dan

gaya penulisan.
37

Dengan demikian, keterampilan menulis lebih banyak diperoleh dari

pengalaman yang berulang-ulang melalui latihan terstruktur di sekolah. Peranan

guru dalam pembelajaran menulis perlu dilakukan dengan kompetensi dan

motivasi yang tinggi guna mencapai misi kurikulum berbasis kompetensi.

Media ataupun model dalam pembelajaran menulis memegang peranan

penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar yang optimal. Penggunaan suatu

media dalam pelaksanaan pembelajaran bagaimanapun akan membantu

kelancaran, efektifitas, dan efesiensi pencapaian tujuan. Bahan pelajaran yang

dimanipulasikan dalam bentuk media pengajaran yang menjadikan siswa seolah-

olah bermain, asyik, dan bekerja dengan suatu media akan lebih menyenangkan

mereka, dan sudah tentu proses pembelajaran akan lebih bermakna (meaningful).

Sastradiradja (dalam Suyatinah 2003:132) menyatakan bahwa penggunaan

media dalam pembelajaran dapat membantu : (1) murid belajar lebih banyak; (2)

mengingatkan lebih lama; (3) melengkapi rangsang yang efektif untuk belajar; (4)

menjadikan belajar lebih konkret; (5) membawa dunia ke dalam kelas; (6)

memberikan pendekatan-prndekatan bermacam-macam dari satu subjek yang

sama. Sejalan dengan pendekatan di atas, Sujana (dalam Suyatinah 2003:132)

mengatakan bahwa penggunaan media dalam proses belajar-mengajar mempunyai

nilai : (a) dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir; (b) dapat

memperbesar minat dan perhatian; (c) dapat meletakkan dasar untuk

perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap; (d)

menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan; (e) membantu

tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa; (f)


38

membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan

berbahasa; (g) membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang

lebih sempurna.

Pemodelan merupakan teknik pembelajaran dengan menggunakan model

atau alat peraga. Kehadiran model sebagai media pembelajaran akan menciptakan

suasana pembelajaran yang mengasyikkan dan siswa selalu dilibatkan,

dibutuhkan, dan berperan aktif dalam pembelajaran. Wujud alat peraga atau

model tentu saja disesuikan dengan kebutuhan dan jenis mata pelajaran. Misalnya

dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ketika siswa akan belajar menulis surat

pribadi, guru dapat menghadirkan contoh surat pribadi yang baik dan benar dari

guru ataupun dari siswa sendiri. Siswa dapat meniru atau mencontoh struktur

penulisan surat yang baik. Kemudian siswa pun akan dapat membuat surat pribadi

yang baik dan benar pula. Jadi guru tidak hanya berperan sebagai orang yang

menyampaikan teori-teori saja tanpa praktik.

Dengan media pembelajaran yang menarik, kreatifitas siswa untuk menulis

surat pribadi akan bangkit, kemudian siswa akan tertarik dan berlomba-lomba

untuk menyusun surat pribadi yang baik dan benar. Alangkah menariknya jika

tiap anak berkompetisi secara aktif dan sehat saat pembelajaran berlangsung.
39

2.3 Kerangka Berpikir

Standar kompetensi pada pembelajaran menulis, siswa diharapkan mampu

mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam

berbagai ragam tulisan (Depdiknas:2004). Menulis surat merupakan salah satu

butir pembelajaran dari beberapa butir pembelajaran yang ada dalam Kurikulum

Berbasis Kompetensi Sekolah Dasar khususnya pada kelas V. Indikator

pencapaian hasil belajar dalam pembelajaran menulis surat diharapkan siswa

dapat menyampaikan informasi untuk orang lain dalam bentuk surat dengan

kalimat yang efektif dan mengidentifikasi ciri bahasa surat pribadi

(Depdiknas:2004).

Kenyataannya kemampuan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri

Pedurungan Tengah 02 Semarang belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat pada

hasil tulisan surat siswa yang rata-rata masih banyak kesalahannya baik dari segi

isi, bahasa, penggunaan ejaan, pilihan kata, penyusunan kalimat, dan sistematika

penulisan surat. Hal tersebut terjadi karena pengaruh beberapa faktor baik faktor

internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor yang berpengaruh besar yaitu

pemilihan strategi dalam pembelajaran. Selama ini pembelajaran menulis surat

pribadi yang dilakukan guru masih mengandalkan strategi ceramah sebagai

transfer belajar dan mementingkan hasil belajar daripada proses pembelajaran.

Hal ini menyebabkan siswa kesulitan mengakses penjelasan guru karena dalam

memberikan penjelasan guru tidak menyertakan contoh konkrit.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengadakan penelitian

tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen


40

pemodelan sebagai upaya mengatasi rendahnya kemampuan menulis surat pribadi.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus. Tiap siklus terdiri dari

empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Siklus I dimulai dengan tahap perencanaan, rencana-rencana kegiatan

disusun untuk menemukan solusi pemecahan masalah. Tahap selanjutnya adalah

tindakan, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun

pada saat proses pembelajaran menulis surat pribadi berlangsung. Tindakan yang

dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

Tahap ketiga yaitu observasi. Observasi dilakukan ketika proses pembelajaran

berlangsung. Tahap terakhir adalah refleksi, dilakukan dengan merefleksi hasil-

hasil yang diperoleh dalam pembelajaran. Kelebihan atau kemajuan yang

diperoleh pada siklus I dipertahankan, sedangkan kelemahan atau kekurangan

yang muncul dicarikan solusi pemecahannya pada siklus II dengan cara

memperbaiki perencanaan siklus II.

Siklus II merupakan hasil perbaikan pada siklus I. Tahap-tahap siklus II

sama seperti siklus I. Hasil pembelajaran tes siklus I dan siklus II kemudian

dibandingkan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis surat pribadi

dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kerangka berpikir proses

pembelajaran surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontektual dapat

digambarkan sebagai berikut.


41

Bagan 2: Tahap Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Menulis Surat dengan


Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan

Observasi awal: siswa belum


terampil menulis surat pribadi
dengan baik dan benar

Model I

Siklus I Tes Menulis Surat pribadi I

Analisis – refleksi I Berhasil

Belum
Simpulan

Model II dan Model III

Siklus II Tes Menulis Surat pribadi II

Analisis – refleksi II Berhasil

Siswa terampil
menulis surat
pribadi sesuai
dengan kaidah
penulisan surat
42

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis Tindakan Kelas dalam penelitian ini adalah keterampilan

menulis surat pribadi dan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan

Tengah 02 Semarang akan meningkat jika dalam pembelajarannya menggunakan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman siswa

kelas VIIA SMP Negeri II Klaten. Jumlah keseluruhan siswa kelas VII SMP

Negeri II Klaten adalah 243 siswa dengan perincian sebagai berikut.

Tabel 3. Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri II Klaten

No Kelas Putra Putri Jumlah Siswa


1. VIIA 16 24 40 siswa
2. VIIB 15 26 41 siswa
3. VIIC 16 24 40 siswa
4. VIID 16 26 42 siswa
5. VIIE 16 24 40 siswa
6. VIIF 14 26 40 siswa

Alasan dipilihnya siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten sebagai subjek

penelitian adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa siswa kelas VIIA

memiliki keterampilan membaca pemahaman yang masih rendah dibandingkan

kelas lainnya.

2. Peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang

mengajar di kelas tersebut.

3. Kehadiran peneliti tidak mempengaruhi perilaku siswa karena siswa SMP

Negeri II Klaten sudah terbiasa mendapat pengawasan oleh staf pengajar yang

bersangkutan untuk menjaga stabilitas proses belajar mengajar yang sedang

berlangsung.

35
36

3.2 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu keterampilan membaca

pemahaman siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten dan pembelajaran membaca

pemahaman melalui teknik cloze. Berikut dijelaskan mengenai kedua variabel

tersebut.

1. Keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten

yang meliputi keterampilan memahami bacaan dengan menggunakan wacana

rumpang. Wacana yang digunakan untuk pembelajaran membaca pemahaman

sengaja dilesapkan dengan melesapkan bagian-bagian tertentu pada bacaan

yang dipilih. Bagian-bagian yang dilesapkan tersebut kemudian diisi oleh

siswa.

2. Pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan teknik cloze.

Teknik cloze atau yang biasa disebut teknik isian rumpang adalah teknik

pembelajaran membaca pemahaman dengan cara melesapkan bagian-bagian

tertentu dari wacana. Tujuan dari pelesapan tersebut agar siswa mengisi

bagian-bagian yang dilesapkan.

Penelitian ini dianggap berhasil apabila terjadi peningkatan persentase

keterampilan membaca pemahaman siswa sebagai berikut.

a. Siklus I

(1) Apabila terjadi peningkatan berkisar 2.50% - 12.50% dari keadaan semula

dikategorikan cukup.

(2) Apabila terjadi peningkatan berkisar 12.51% - 25% dari keadaan semula

dikategorikan baik.
37

(3) Apabila terjadi peningkatan lebih dari 25% dari keadaan semula

dikategorikan amat baik.

b. Siklus II

(1) Apabila terjadi peningkatan berkisar 2.50% - 12.50% dari keadaan pada

siklus I dikategorikan cukup.

(2) Apabila terjadi peningkatan berkisar 12.51% - 25% dari keadaan pada siklus

I dikategorikan baik.

(3) Apabila terjadi peningkatan lebih dari 25% dari keadaan pada siklus I

dikategorikan amat baik.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah tes dan nontes. Berikut diuraikan tentang kedua teknik

pengumpulan data tersebut.

3.3.1 Tes

Tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman

pada siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten ini dengan menggunakan wacana

rumpang. Wacana rumpang tersebut digunakan pada saat tes awal, pembelajaran

membaca pemahaman, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II. Setiap tes baik

pada siklus I maupun pada siklus II digunakan sebuah wacana yang telah

dilesapkan bagian-bagiannya tiap kata ke-6 atau ke-7, sejumlah 50 lesapan dengan

memperhatikan fungsinya sebagai alat ajar keterampilan membaca pemahaman.

Pada saat pembelajaran membaca pemahaman, digunakan sebuah wacana yang

telah dilesapkan dengan melesapkan tiap kata ke-6 atau ke-7 sejumlah 20 lesapan.
38

Pertimbangan yang digunakan agar guru lebih mudah dalam memberikan

penjelasan dan karena keterbatasan waktu dalam mengajar.

Sebelum wacana dilesapkan bagian-bagiannya dan digunakan sebagai

instrumen tes maupun pembelajaran, terlebih dahulu diukur tingkat

keterbacaannya dengan menggunakan Grafik Raygor. Langkah-langkah yang

ditempuh untuk mengukur wacana tersebut, dijelaskan sebagai berikut.

Langkah (1)

Menghitung 100 buah perkataan dari wacana yang hendak diukur tingkat

keterbacaannya itu sebagai sampel. Deretan angka tidak dipertimbangkan sebagai

kata. Oleh karena itu, angka-angka tidak dihitung ke dalam perhitungan 100 buah

kata.

Langkah (2)

Menghitung jumlah kalimat sampai pada persepuluhan terdekat. Prosedur

ini sama dengan prosedur Fry dalam menghitung rata-rata jumlah kalimat.

Langkah (3)

Menghitung jumlah kata-kata sulit, yaitu kata-kata yang dibentuk oleh 6

huruf atau lebih. Kriteria tingkat kesulitan sebuah kata didasari oleh panjang-

pendeknya kata, bukan oleh unsur semantisnya. Kata-kata yang tergolong ke

dalam kategori sulit itu ialah kata-kata yang terdiri atas enam atau lebih huruf.

Kata-kata yang jumlah hurufnya kurang dari enam, tidak digolongkan ke dalam

kategori kata sulit.


39

Langkah (4)

Hasil yang diperoleh dari langkah 2) dan 3) itu dapat diplotkan ke dalam

Grafik Raygor untuk menentukan peringkat keterbacaan wacananya.

Berikut hasil pengukuran tingkat keterbacaan wacana yang digunakan

sebagai alat ajar dan alat tes keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VIIA

SMP Negeri II Klaten.

Tabel 4. Tingkat Keterbacaan Wacana

GRAFIK WACANA
NO Judul Wacana
RAYGOR 1 2 3 4 5
1. Jumlah kalimat 9,9 11,5 9 7,2 9,3 1. “Kacamata Nenek”
s/d persepuluhan 2. “Pembuat Tembikar
terdekat. yang Berani”
2. Jumlah kata sulit 31 29 32 26 30 3. “Pohon Ajaib”
4. “Endy Wibowo,
Makan Lagi”
5. “Kantor Pindah,
Kualitas tambah”
3. Tingkat VII VII VII VII VII
Keterbacaan

Setelah tingkat keterbacaan wacana diukur, langkah selanjutnya adalah

merumpangkan bagian-bagian pada wacana tersebut. Kelima wacana yang

digunakan sebagai alat pembelajaran dan tes dilesapkan bagian-bagiannya tiap

kata ke-6 atau ke-7 sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Pelesapan dimulai pada kalimat kedua agar siswa mudah dalam memahami

isi wacana yang dilesapkan tersebut. Pelesapan ditandai dengan memberi nomor

pada tiap lesapan dan diberi tanda.


40

3.3.2 Nontes

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk instrumen nontes

berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman jurnal, dan

dokumentasi. Berikut dijelaskan tentang pedoman alat pengambilan data nontes

tersebut.

3.3.2.1 Pedoman Observasi

Observasi/pengamatan digunakan untuk memperoleh data tentang

penelitian yang dimaksud. Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar

berlangsung, dengan dua lembar panduan observasi untuk siswa dan guru.

Berikut aspek-aspek yang diamati dalam observasi.

1) Pedoman Observasi untuk Siswa Siklus I.

a. Tanggapan awal siswa pada saat guru hadir dan mulai memperkenalkan materi

pembelajaran membaca pemahaman yang akan dibahas:

(i) tertarik dengan kehadiran guru;

(ii) menyepelekan kehadiran guru.

b. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran membaca pemahaman melalui

teknik cloze yang dijelaskan guru:

(i) memperhatikan dan merespon dengan antusias (bertanya, menanggapi,

membuat catatan);

(ii) melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, mondar-mandir, dan

membuat catatan yang tidak perlu).

c. Tanggapan siswa dalam mengisi wacana yang telah dirumpangkan:

(i) mengisi wacana rumpang dengan sikap yang baik;


41

(ii) melakukan kegiatan yang tidak perlu pada saat mengisi wacana rumpang

(mencontek, tiduran, dan sebagainya).

d. Tanggapan siswa terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang sudah

dilalui:

(i) tertarik untuk mengulang pembelajaran;

(ii) tidak merespon keseluruhan proses pembelajaran.

2) Pedoman Observasi untuk Siswa Siklus II

a. Tanggapan awal siswa pada saat guru kembali hadir dan mulai

memperkenalkan materi pembelajaran membaca pemahaman yang akan

dibahas:

(i) tertarik dengan kehadiran guru;

(ii) menyepelekan kehadiran guru.

b. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran membaca pemahaman melalui

teknik cloze dengan dengan cara berdiskusi:

(i) memperhatikan dan memberikan tanggapan dengan antusias (bertanya,

menanggapi, membuat catatan);

(ii) melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, mondar-mandir,

membuat catatan yang tidak perlu.

c. Tanggapan siswa dalam mengisi wacana yang telah dirumpangkan melalui

kegiatan pembelajaran diskusi:

(i) mengisi wacana rumpang dengan sikap yang baik;

(ii) melakukan kegiatan yang tidak perlu pada saat kegiatan pembelajaran

(mencontek, tiduran, dan sebagainya).


42

d. Tanggapan siswa terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang sudah

dilalui:

(i) tertarik untuk mengulang pembelajaran;

(ii) tidak merespon keseluruhan proses pembelajaran.

3) Pedoman Observasi untuk Guru

Pedoman observasi untuk guru meliputi:

a. membuka pelajaran;

b. penyampaian materi;

(i) penguasaan materi

(ii) kesesuaian materi pembelajaran dengan Rencana Pembelajaran

c. kemampuan berkomunikasi dengan siswa;

d. kesesuaian metode pembelajaran;

e. mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran;

f. kemampuan menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif;

g. kemampuan memberi balikan; dan

h. kemampuan menutup pelajaran.

Peneliti menggunakan pedoman observasi yang digunakan untuk

mengamati segala respons dan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran

pada siklus I dan siklus II karena tingkah laku siswa sangat berguna untuk

perbaikan dan penyempurnaan penelitian tindakan kelas ini. Observasi siswa

meliputi keseluruhan siswa yang mengikuti proses pembelajaran tanpa ada

pengecualian.
43

3.3.2.2 Pedoman Wawancara

Wawancara dilaksanakan oleh peneliti kepada siswa untuk mendapatkan

informasi tentang seberapa jauh responden (siswa) menguasai keterampilan

membaca pemahaman berkaitan dengan variabel penelitian wawancara dengan

memberi tanggapan positif atau negatif.

Aspek-aspek yang diungkap dalam wawancara pada siklus I adalah sebagai

berikut.

(1) Tanggapan positif dan negatif terhadap bacaan yang disajikan untuk

pembelajaran membaca pemahaman.

(2) Tanggapan siswa terhadap teknik cloze yang digunakan dalam pembelajaran

membaca pemahaman.

(3) Kemudahan yang dialami siswa dalam memahami bacaan menggunakan

teknik cloze.

(4) Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami bacaan menggunakan teknik

cloze.

(5) Harapan siswa tentang bacaan yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya.

(6) Harapan siswa tentang kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk

pertemuan selanjutnya.

Pada saat pelaksanaan siklus II terdapat beberapa perubahan yang secara

langsung mengubah pula pedoman wawancara untuk siklus II. Berikut pedoman

wawancara siklus II.


44

(1) Tanggapan positif dan negatif siswa terhadap bacaan yang digunakan pada

pembelajaran membaca pemahaman siklus II.

(2) Tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran melalui diskusi yang telah

dilaksanakan.

(3) Kemudahan yang dialami siswa dalam memahami bacaan menggunakan

teknik cloze melalui kegiatan berdiskusi.

(4) Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami bacaan menggunakan teknik

cloze melalui kegiatan berdiskusi.

(5) Manfaat yang diperoleh melalui kegiatan berdiskusi dalam membaca

pemahaman.

3.3.2.3 Pedoman Jurnal Siswa

Jurnal berisi pesan dan kesan selama pembelajaran berlangsung, yang diisi

oleh siswa setiap akhir siklus, baik siklus I maupun siklus II. Hal-hal yang dicatat

dan diisikan dalam jurnal meliputi:

(1) tanggapan siswa terhadap bacaan yang disajikan;

(2) ketertarikan siswa dengan teknik isian rumpang pada saat pembelajaran

membaca pemahaman;

(3) kemudahan atau kesulitan memahami bacaan melalui teknik cloze; dan

(4) tanggapan siswa terhadap gaya guru dalam mengajar.

Pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman jurnal untuk

siklus I dan siklus II dibuat tidak sama. Perbedaan itu terjadi karena pada saat

pelaksanaan siklus I terdapat beberapa perubahan atau perilaku siswa yang

menarik untuk diuraikan pada pengambilan data nontes siklus selanjutnya. Uraian
45

itu dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan atau bahkan kekurangan

selama proses pembelajaran berlangsung. Pembuatan pedoman observasi,

pedoman wawancara, dan pedoman jurnal siklus II dilakukan setelah pelaksanaan

siklus I dengan beberapa penyesuaian.

3.3.2.4 Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti pada penelitian tindakan kelas

ini berupa dokumentasi foto. Penggunaan dokumentasi melalui pertimbangan

bahwa suatu penelitian memerlukan bukti nyata selain data, agar penelitian itu

menjadi penelitian yang akurat.

Dokumentasi juga berfungsi sebagai sarana untuk menjelaskan keruntutan

proses penelitian dari awal sampai akhir sehingga penelitian tersebut bisa

dipertanggungjawabkan.

Dokumentasi kegiatan pembelajaran berisi sejumlah foto aktivitas

pembelajaran dari mulai pelaksanaan tes awal sampai dengan pengisian jurnal dan

pelaksanaan wawancara.

3.3.3 Uji Instrumen

Data mempunyai kedudukan yang paling penting dalam penelitian. Benar

atau tidaknya data tergantung dari baik tidaknya hasil penelitian. Uji instrumen

penting dilakukan untuk mengetahui validitas dari instrumen.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesatuan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan, atau dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan validitas isi dan
46

validitas permukaan. Berikut penjabaran tentang validitas permukaan dan validitas

isi.

3.3.3.1 Validitas Permukaan

Uji validitas permukaan pada instrumen ini dengan mengkonsultasikan

instrumen penelitian kepada para ahli/dosen pembimbing. Melalui proses

bimbingan kepada dosen pembimbing, instrumen ini mengalami beberapa

pembenahan.

Pada penelitian ini ditambahkan dokumentasi untuk mendokumentasikan

seluruh proses penelitian tindakan kelas yang berlangsung. Pertimbangan lain,

agar penelitian ini menjadi penelitian yang lebih akurat dibandingkan dengan

penelitian yang sama yang sudah dilakukan.

Pembenahan juga dilakukan pada instrumen observasi dan wawancara.

Pada instrumen observasi, bagian yang dibenahi yaitu materi pada siklus I dan

siklus II. Pembenahan untuk instrumen wawancara terjadi pada materi

wawancaranya berupa pembenahan pedoman untuk wawancara.

3.3.3.2 Validitas Isi

Validitas isi menunjukkan seberapa jauh instrumen tersebut mencerminkan

tujuan tes yang telah dirumuskan. Instrumen berupa alat tes dapat dikatakan

memiliki validitas isi, apabila telah relevan dengan materi pengajaran yang

hendak diteskan, yaitu materi membaca pemahaman bagi siswa kelas VIIA SMP

Negeri II Klaten.
47

3.4 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Pada

penelitian ini diperlihatkan perubahan-perubahan yang terjadi setelah siswa

mendapatkan perlakuan dengan teknik cloze dalam proses pembelajaran membaca

pemahaman. Berikut bagan siklus tindakan kelas.


P RP

R Siklus I T R Siklus II T

O O

Keterangan:

P: Perencanaan

T: Tindakan

O: Observasi

R: Refleksi

RP: Revisi Perencanaan

Perencanaan pada siklus meliputi dua hal, yaitu perencanaan umum dan

perencanaan khusus. Yang dimaksud dengan perencanaan umum adalah

perencanaan yang meliputi keseluruhan aspek yang berhubungan dengan

penelitian tindakan kelas. Perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun

rancangan dari siklus per siklus. Perencanaan khusus terdiri dari perencanaan

ulang atau disebut revisi perencanaan. Perencanaan ini berkaitan dengan


48

pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi

pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya.

Implementasi tindakan merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah

direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan membutuhkan peran aktif antara

siswa dan peneliti. Kedua hal itu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Pada penelitian ini observasi dilakukan oleh peneliti sendiri. Pengamatan

dilakukan dengan mencatat semua hal yang terjadi di kelas yang sedang diteliti.

Pengamatan tersebut meliputi situasi kelas, perilaku, dan sikap siswa, penyajian

materi, dan sebagainya.

Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung dengan cara

kolaborasi. Kolaborasi yang dimaksud adalah dengan melakukan diskusi antara

siswa dan peneliti tentang berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian.

Refleksi ini dilaksanakan setelah perlakuan tindakan dan hasil observasi. Hasil

dari refleksi ini kemudian dijadikan acuan untuk langkah perbaikan pada tindakan

selanjutnya.

3.4.1 Poses Tindakan Kelas

3.4.1.1 Siklus I

Siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan

berlangsung dalam waktu 2 x 45 menit. Siklus ini terdiri atas perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.


49

Kegiatan siklus I selengkapnya sebagai berikut.

1) Perencanaan

Dalam perencanaan, peneliti menyusun skenario pembelajaran yang

dilaksanakan pada siklus I. Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan. Pembelajaran

yang dilaksanakan disesuaikan dengan hakikat pembelajaran bahasa pada

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bagian yang dilesapkan pada bacaan yaitu

setiap kata kelima atau keenam dengan pertimbangan bahwa wacana rumpang ini

sebagai alat ajar. Berdasarkan fungsinya, bagian-bagian yang dilesapkan pada

wacana yang digunakan sebagai bahan pembelajaran dan tes disesuaikan dengan

tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Berikut skenario pembelajaran siklus I.

Tabel 5. Skenario Pembelajaran Siklus I pada Pertemuan I

No Kegiatan Waktu Metode


I. Pendahuluan 10’ Tanya jawab
1. Guru mengabsen kehadiran Ceramah
siswa.
2. Guru mengenalkan materi yang
akan dibahas secara singkat.
II. Kegiatan inti 60’ Tanya jawab
1. Siswa mendengarkan Ceramah
penjelasan yang disampaikan Penugasan
guru tentang wacana rumpang.
2. Siswa membaca dalam hati
wacana rumpang yang
dibagikan oleh guru.
3. Siswa mengisi bagian-bagian
dari wacana yang
dirumpangkan dengan
memperhatikan sinonim dan
konteksnya.
4. Siswa maju ke depan untuk
membacakan wacana rumpang
yang telah diisinya.
5. Secara aktif, siswa berusaha
menanggapi.
6. Guru memberikan pertanyaan
50

berkaitan dengan wacana.


7. Guru memberikan penguatan-
penguatan.
III. 8. Guru menunjukkan teks asli 20’ Refleksi
dari wacana yang telah Tanya jawab
dikerjakan siswa. Kuis
9. Siswa memperhatikan
penjelasan guru dan menjawab
pertanyaan yang diberikan
guru.
Penutup
1. Guru dan siswa mengadakan
refleksi terhadap proses dan
hasil belajar.
2. Guru menutup pertemuan dengan
memberikan kuis yang berkaitan
dengan wacana.

Tabel 6. Skenario Pembelajaran Siklus I pada Pertemuan II

No Kegiatan Waktu Metode


I. Pendahuluan 15’ Ceramah
1. Guru mengabsen siswa. Tanya jawab
2. Apersepsi terhadap materi sebelumnya.
II. Kegiatan inti 60’ Ceramah
1. Siswa mengisi wacana rumpang yang Penugasan
dibagikan guru sebagai tes akhir siklus I. Tanya jawab
2. Secara bergantian, siswa ditunjuk guru
untuk mengisikan bagian yang
dirumpangkan dengan jawaban yang
benar.
3. Siswa menilai pekerjaan temannya.
4. Guru memberikan pertanyaan yang
berkaitan dengan wacana.
5. Guru memberikan penguatan-penguatan
dan menunjukkan jawaban yang benar
sesuai teks yang asli.
4. Siswa secara individu mengerjakan
jurnal.
III. Penutup 15’ Tanya jawab
1. Guru dan siswa mengadakan refleksi Ceramah
tentang pembelajaran yang sudah
berlangsung.
2. Siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan guru tentang kesimpulan
pertemuan I dan II.
51

2) Tindakan

Langkah-langkah dalam tindakan diuraikan sebagai berikut.

a. Apersepsi

Apersepsi dalam pembelajaran membaca pemahaman ini digunakan untuk

mengawali pembelajaran. Melalui apersepsi ini, siswa diperkenalkan dengan teks

wacana rumpang. Perkenalan ini dimaksudkan agar siswa telah siap terlebih

dahulu dengan materi yang akan dipelajari.

b. Inti Kegiatan

Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok tentang pembelajaran materi.

Pada kegiatan ini, guru menjelaskan tentang keterampilan membaca peamhaman

melalui teknik cloze. Guru menjelaskan dan memberi contoh bagaimana cara

mengisikan bagian-bagian yang dilesapkan pada sebuah bacaan.

Siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati wacana yang telah

dilesapkan, kemudian mengisi bagian-bagian tersebut. Setelah siswa mengisi

bagian-bagian yang dilesapkan, guru dan siswa membahas hasil hasil pekerjaan

siswa dan memberikan penguatan-penguatan. Siswa yang tidak diberi kesempatan

untuk maju, berusaha menanggapi dan menyepakati jawaban yang benar yang

disampaikan oleh temannya. Setelah semua siswa menyepakati jawaban yang

mereka anggap benar, guru memperlihatkan wacana yang asli. Jawaban siswa

kemudian dibandingkan dan dinilai.


52

3) Observasi dan Pengambilan Data

Kegiatan observasi dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Berikut adalah saat-saat pengambilan data observasi dilaksanakan.

(a) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang wacana rumpang.

(b) Siswa memperhatikan cara pengisian rumpang.

(c) Siswa membaca dalam hati wacana rumpang.

(d) Siswa mengisikan bagian yang dirumpangkan dengan memperhatikan

sinonim dan konteksnya.

(e) Siswa mengkoreksi pekerjaan temannya.

(f) Siswa menanggapi hasil isian tersebut.

(g) Siswa mengisi atau melengkapi bagian yang dikosongkan, yang dibacakan

oleh guru.

4) Refleksi

Hasil observasi dan nilai tes serta hasil jurnal digunakan untuk melakukan

wawancara terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran dan

siswa-siswa yang mengalami kemudahan dalam pembelajaran. Tindakan-tindakan

yang mempersulit kegiatan membaca pemahaman diperbaiki, sedangkan tindakan-

tindakan yang mempermudah pembelajaran membaca pemahaman dilaksanakan

kembali pada siklus II. Hasil tes, observasi, jurnal, dan wawancara menunjukkan

adanya revisi perencanaan pada wacana yang digunakan, kegiatan

pembelajarannya, dan pemberian latihannya.


53

3.4.1.2 Siklus II

Siklus II dilaksanakan melalui dua pertemuan, masing-masing pertemuan

alokasi waktunya 2 x 45 menit. Siklus ini terdiri atas revisi perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi. Berikut ini kegiatan siklus II.

1) Revisi Perencanaan

Pada siklus II disusun skenario pembelajaran yang berbeda dengan

skenario pembelajaran pada siklus I. Skenario pembelajaran pada siklus II

merupakan pembaharuan rencana pembelajaran pada siklus I. Hal-hal yang

berbeda dari siklus I, yaitu wacana yang digunakan, kegiatan pembelajarannya,

pemberian latihannya, dan perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan

pada saat pembelajaran siklus I.

Siklus II menyajikan wacana yang berbeda dengan pendekatan

komunikatif yang masih bertolok ukur pada tujuan Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Berdasarkan refleksi siklus I dilakukan pembaharuan skenario

pembelajaran siklus II. Berikut adalah skenario pembelajaran siklus II.

Tabel 7. Skenario Pembelajaran Siklus II pada Pertemuan I

No Kegiatan Waktu Metode


I. Pendahuluan 15’ Tanya jawab
1. Guru mengabsen kehadiran siswa. Ceramah
2. Apersepsi.
3. Guru menjelaskan tentang materi
yang akan dibahas secara singkat.
II. Kegiatan Inti 65’ Ceramah
1. Siswa memperhatikan penjelasan Penugasan
guru tentang teknik cloze. Diskusi
2. Siswa memperhatikan cara Tanya jawab
pengisian wacana rumpang.
3. Siswa mengisikan wacana yang
telah dirumpangkan.
4. Siswa dibagi menjadi beberapa
54

kelompok.
5. Secara berkelompok, siswa
mencoba menemukan jawaban yang
dianggap paling tepat diantara
anggota kelompoknya.
6. Setiap siswa di setiap kelompok,
saling menilai jawaban anggota
kelompok yang lain.
7. Secara bergantian, wakil dari
kelompok maju dan menuliskan
hasil isian mereka.
8. Siswa berdiskusi dan menyepakati
jawaban yang mereka anggap
benar.
9. Siswa memperhatikan guru dalam
memberikan penguatan-penguatan.
10. Guru menunjukkan teks yang asli
dengan jawaban yang benar.

III. Penutup 10’ Ceramah


1. Guru dan siswa merefleksi kegiatan Tanya jawab
yang telah berlangsung.
2. Guru menutup pelajaran.

Tabel 8. Skenario Pembelajaran Siklus II pada Pertemuan II.

No Kegiatan Waktu Metode


I. Pendahuluan 10’ Ceramah
1. Guru mengabsen kehadiran siswa. Tanya jawab
2. Apersepsi.
3. Guru menjelaskan secara singkat
materi yang akan dibahas.
II. Kegiatan Inti 60’ Diskusi
1. Guru membagikan wacana rumpang Ceramah
untuk tes siklus II. Tanya jawab
2. Siswa menukarkan hasil isiannya
untuk dikoreksi bersama-sama.
3. Guru menunjukkan wacana yang
asli beserta jawabannya.
4. Siswa menilai hasil pekerjaan
temannya.
5. Siswa mengerjakan jurnal.
III. Penutup 10’ Tanya jawab
1. Guru dan siswa merefleksi hasil Ceramah
kegiatan yang telah dilakukan.
2. Guru menutup pelajaran.
55

2) Tindakan

Berikut adalah langkah-langkah dalam tindakan.

a. Apersepsi

Tujuan apersepsi ini agar siswa siap mengikuti pembelajaran membaca

pemahaman. Guru bertanya tentang wacana rumpang dan cara mengisikan bagian-

bagian yang dilesapkan. Bagian yang dilesapkan bertujuan agar siswa lebih

mudah memahami sebuah wacana.

b. Inti Kegiatan

Siswa mengerjakan latihan mengisikan paragraf rumpang. Setelah itu,

siswa diberi tugas untuk mengisikan wacana rumpang yang lebih luas. Siswa

mengisi wacana rumpang tersebut dengan seksama. Setelah selesai mengerjakan,

kemudian dibentuk beberapa kelompok untuk membahas isian rumpang yang

paling tepat antar anggota kelompok.

Wakil dari tiap kelompok maju dan menuliskan hasil diskusi kelompok

mereka. Kelompok lain memperhatikan dan menanggapi dengan argumentasi

masing-masing. Perdebatan untuk mencari jawaban yang paling tepat menjadi

bagian dari kegiatan ini. Setelah itu, seluruh siswa menyepakati jawaban yang

mereka anggap paling benar.

Guru membacakan teks yang asli di depan kelas dan berhenti pada bagian

yang dilesapkan. Siswa mencoba menjawab secara bergantian, kemudian guru

memberikan penguatan dan menunjukkan jawaban yang benar. Siswa menilai

jawaban mereka.
56

3) Observasi

Observasi pada penelitian tindakan kelas ini meliputi observasi untuk

siswa dan guru selama proses pembelajaran. Lembar observasi untuk guru diisi

oleh guru mata Pelajaran Bahasa Indonesia sedangkan lembar observasi untuk

siswa diisi oleh peneliti sebagai landasan untuk menarik kesimpulan.

4) Refleksi

Hasil tes, observasi, dan jurnal pada siklus II digunakan sebagai pedoman

untuk melakukan wawancara. Hasil wawancara, observasi, jurnal, dan tes

digunakan untuk melakukan refleksi keberhasilan dan kekurangan pembelajaran

siklus II. Melalui revisi perencanaan siklus II, hasil tes meningkat. Siswa menjadi

lebih tertarik dengan pembelajaran yang telah dilalui. Selain itu, siswa menjadi

lebih terasah kemampuannya dalam memahami sebuah wacana setelah

pembelajaran melalui kegiatan diskusi dan tanyajawab secara terbuka.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini berupa teknik

tes dan teknik nontes. Berikut dijelaskan teknik pengumpulan data tes dan nontes.

3.5.1 Teknik Tes

Jenis tes yang digunakan adalah tes dengan menggunakan wacana

rumpang. Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman

siswa kelas VIIA SMP Negeri II Klaten . Tes dilaksanakan sebelum perlakuan (tes

awal), tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II. Bagian-bagian yang dilesapkan

sebanyak 50 lesapan tiap wacana.


57

Tes dilaksanakan setelah siswa mendapatkan pembelajaran membaca

pemahaman melalui teknik cloze dengan memperhatikan alokasi waktu yang

tersedia. Prosedur penilaian pada tes isian rumpang, setiap jawaban yang betul

diberi skor 1, sedangkan jawaban yang salah diberi skor 0. Nilai akhir adalah

jumlah jawaban betul (skor) dibagi 5 agar skor tertinggi menjadi 10.

ΣB
NA =
5

Keterangan:

NA : nilai akhir

∑B : jumlah jawaban betul Σ

Wacana rumpang digunakan sebagai alat ajar. Oleh karena itu sistem

penilaiannya dengan metode “synonimy method” atau “contextual method”.

Melalui metode “synonimy method” ini, skor 1 diberikan tidak hanya kepada

jawaban yang sama persis, tetapi juga kepada jawaban yang tidak sama persis.

Kata-kata yang bersinonim atau yang dapat menggantikan kedudukan kata yang

dihilangkan, dapat dibenarkan, dengan catatan makna dan struktur konteks

kalimat yang didudukinya tetap utuh dan dapat diterima (Harjasujana dan Mulyati

1996:149).

Skor yang didapat pada tiap tes awal, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus

II kemudian dimasukkan kedalam tabel kategori skor. Masuk ke dalam kategori

skor sangat baik jika rentang skor yang diperoleh antara 8.5 – 10. Masuk ke dalam

kategori skor baik jika rentang skor yang diperoleh antara 7.0 – 8.4. Masuk ke

dalam kategori skor cukup jika rentang skor yang diperoleh antara 5.5 – 6.9.
58

Masuk ke dalam kategori skor kurang jika rentang skor yang diperoleh 0 – 5.4.

Skor tuntas jika siswa telah mencapai skor minimal 6.5.

3.5.2 Teknik Nontes

Teknik nontes meliputi observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi.

3.5.2.1 Observasi (Pengamatan)

Observasi dilaksanakan selama proses belajar mengajar. Hal-hal yang

diungkap pada saat observasi adalah sebagai berikut.

a. Pada saat peneliti mulai membuka pelajaran, kemudian menyajikan bahan

bacaan yang telah dilesapkan, peneliti mengamati tingkah laku siswa. Hasil

pengamatan tersebut dicatat pada lembar pedoman pengamatan untuk siswa.

b. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu saat guru mulai menjelaskan

tentang wacana rumpang sampai saat siswa mulai memahami dan mengisi

wacana rumpang, peneliti mengamati sikap siswa terhadap penggunaan teknik

tersebut. Tanggapan positif atau negatif kemudian dicatat.

c. Pada saat siswa menunjukkan hasil pekerjaannya dengan membacakan di

depan kelas dan siswa lain menanggapi, peneliti mencatat reaksi siswa.

d. Pada saat siswa berdiskusi tentang isian rumpang, peneliti mencatat jumlah

siswa yang memberikan tanggapan secara aktif jawaban temannya.

Pada penelitian tindakan kelas ini, guru berperan dalam mengamati cara

mengajar peneliti. Saat pengamatan, guru mencatat hal-hal yang berkaitan dengan

kegiatan peneliti pada saat mengajar. Pengamatan itu dimulai pada saat peneliti

membuka pelajaran, menyampaikan materi, berkomunikasi dengan siswa, sampai

pada saat menutup pelajaran. Semua pengamatan, dicatat pada lembar observasi
59

untuk guru. Agar pada saat proses observasi dapat berjalan dengan baik, peneliti

menggunakan sistem penomoran. Semua siswa kelas VIIA wajib memakai kartu

yang bertuliskan nomor absen di saku masing-masing. Peneliti tinggal mencatat

nomor absen siswa yang dikehendaki. Sistem tersebut digunakan untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada saat observasi.

3.5.2.2 Wawancara

Wawancara dilaksanakan berdasarkan pada pedoman wawancara

yang telah dibuat dan disetujui oleh dosen pembimbing dengan mewawancarai

satu persatu siswa yang telah dipilih didasarkan pada hasil observasi, jurnal siswa,

dan hasil tes akhir siklus. Waktu wawancara yaitu pada saat selesai pelaksanaan

siklus I.

Siswa yang diwawancarai meliputi (a) siswa yang memperoleh skor

terendah dalam tes mengisi wacana yang telah dilesapkan; (b) siswa yang

memperoleh skor tertinggi dalam tes mengisi wacana yang telah dilesapkan; (c)

siswa yang memberi tanggapan negatif terhadap teknik pembelajaran; (d) siswa

yang memberi tanggapan positif terhadap teknik pembelajaran; dan (e) siswa yang

tidak memperhatikan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.

3.5.2.3 Jurnal Siswa

Setiap akhir siklus, siswa diharuskan mengisi jurnal yang dibagikan guru.

Jurnal tersebut diisi setelah semua proses pembelajaran selesai oleh semua siswa

tanpa terkecuali. Jurnal pada siklus I diisi setelah selesai pembelajaran siklus I.

Hasil dari jurnal ini, kemudian dijadikan masukan untuk perbaikan tindakan pada

siklus II.
60

3.5.2.4 Dokumentasi

Berikut adalah cara pengambilan dokumentasi aktivitas-aktivitas

pembelajaran membaca pemahaman melalui teknik cloze.

a. Pada saat peneliti melaksanakan tes awal dan siswa sedang mengisi wacana

rumpang yang dibagikan guru, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut.

b. Pada saat siswa sedang aktif mengikuti pembelajaran membaca pemahaman

dengan mengisi wacana rumpang siklus I, peneliti mendokumentasikan

kegiatan tersebut.

c. Pada saat siswa dan guru sedang membahas untuk mencari jawaban isian

rumpang yang tepat siklus I, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut.

d. Pada saat siswa saling menanggapi hasil pekerjaan temannya, peneliti

mendokumentasikan kegiatan tersebut.

e. Pada saat siswa berdiskusi membahas tentang isian rumpang yang sudah

dikerjakan, peneliti mendokumentasikan kegiatan tersebut.

f. Pada saat siswa maju dan membacakan hasil pekerjaannya, peneliti

mendokumentaskan kegitan tersebut.

g. Pada saat siswa sedang mengisi jurnal dan melaksanakan wawancara, peneliti

mendokumentasikan kegiatan tersebut.


61

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi teknik

kuantitatif dan teknik kualitatif. Berikut dijelaskan penerapan kedua teknik

tersebut.

3.6.1 Teknik Kuantitatif

Penelitian ini melalui tiga tahapan tes, yaitu (a) tes awal yang dilakukan

sebelum pelaksanaan tindakan; (b) tes pada akhir siklus I; dan (c) tes pada akhir

siklus II. Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam

keterampilan membaca pemahaman. Hasil tes awal, tes akhir siklus I, dan Tes

akhir siklus II, kemudian dimasukkan pada tabel skor untuk dianalisis.

Berikut rumus penghitungan persentase skor tes isian rumpang (cloze) tiap

siswa.

Jumlah jawaban benar


X 100%
Jumlah seluruh lesapan

Setelah mengetahui skor masing-masing siswa, rumus yang digunakan

untuk menghitung persentase keterampilan membaca pemahaman siswa adalah

sebagai berikut.

ΣN
X 100%
nxs

Keterangan:

∑N : jumlah nilai dalam satu kelas

n : nilai maksimal soal tes

s : banyaknya siswa dalam satu kelas


62

Setelah nilai siswa pada masing-masing tes dipersentasekan, hasil

penghitungan persentase keterampilan membaca pemahaman kemudian

dibandingkan. Cara membandingkan tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II

sebagai berikut.

(a) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa

pada siklus I:

Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa: PK I – PK awal

(b) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa

pada siklus II:

Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa: PK II – PK I

Keterangan:

PK awal : persentase keterampilan membaca pemahaman awal

PK I : persentase keterampilan membaca pemahaman siklus I

PK II : persentase keterampilan membaca pemahaman siklus II

Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa dapat dilihat dari

hasil perbandingan persentase tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II.

3.6.2 Teknik Kualitatif

Data kualitatif meliputi data observasi, data wawancara, dan data jurnal.

Data observasi dan jurnal digunakan untuk memilih siswa yang diwawancarai.

Wawancara digunakan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan dan membantu

siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam membaca pemahaman selama

siklus berlangsung.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari hasil tes dan nontes, baik

pada siklus I maupun siklus II. Hasil kedua tes tersebut terangkum dalam tiga

bagian, yaitu: pratindakan, siklus I, dan siklus II. Hasil tes pratindakan berupa

keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi sebelum tindakan penelitian

dilakukan. Hasil tes tindakan siklus I dan siklus II berupa keterampilan siswa

menulis surat pribadi melalui pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.

Hasil tes siklus I dan siklus II tersebut disajikan dalam bentuk data kuantitatif.

Hasil nontes siklus I diperoleh dari data observasi, jurnal, wawancara dan

dokumentasi foto. Pada siklus II data nontes mengalami penambahan instrumen

yaitu angket. Hasil penelitian nontes siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk

deskripsi data kualitatif.

4.1.1 Hasil Tes Pratindakan

Hasil tes pratindakan adalah keterampilan menulis surat pribadi siswa

sebelum dilakukannya tindakan penelitian. Hasil tes pratindakan dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal kemampuan menulis surat pribadi

siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang. Tes pratindakan yang

dilakukan adalah menulis surat pribadi dengan topik pengalaman pribadi dengan

72
73

tujuan surat bebas. Topik ini dipilih untuk membebaskan siswa dalam

mengkreasikan segala bentuk perasaannya pada orang-orang yang disukainya.

Hasil tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Pratindakan

Rentang Bobot Persen


No Kategori Frekuensi Rata-rata
Nilai Skor (%)
1 Sangat baik 85 – 100 0 0 0

2 Baik 75 – 84 0 0 0 2343
40
3 Cukup 60 – 74 16 1047 40
=58,57
4 Kurang 0 – 59 24 1296 60

Jumlah 40 2343 100

Data tabel 3 menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas V SD Negeri

Pedurungan Tengah 02 Semarang dalam menulis surat pribadi masih kurang,

dengan skor rata-rata klasikal hanya mencapai 58,57. Rincian data tersebut

dijelaskan sebagai berikut. Dari jumlah keseluruhan 40 siswa, 24 orang

diantaranya atau sebanyak 60% termasuk dalam kategori kurang dengan nilai

0-59. Kategori cukup dengan nilai 60-74 hanya dicapai oleh 16 siswa atau 40%

dari jumlah keseluruhan siswa. Selanjutnya, kategori baik dan sangat baik belum

tercapai, tidak ada seorang siswa pun atau 0% yang termasuk dalam kategori

tersebut. Masih rendahnya keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi ini

dikarenakan beberapa faktor yang melingkupinya, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal ini berasal dari siswa sendiri. Bukti data tes menulis

pratindakan menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam menyusun kalimat,


74

pemilihan kata, penggunaan ejaan, bahasa surat, isi surat, sistematika penulisan

surat dan kerapian surat secara klasikal masih kurang, dibawah nilai rata-rata.

Untuk lebih jelasnya hasil tes keterampilan menulis surat pribadi

pratindakan siswa kelas V dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini.

GRAFIK PRATINDAKAN

100

80
Jumlah Skor

60

40

20

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39

Subjek Penelitian
Jumlah Skor

Grafik 1. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Pratindakan

Grafik di atas menunjukkan bahwa mayoritas jumlah skor siswa masih

berada pada level skor rendah antara 50-60 termasuk dalam kategori kurang,

sedangkan 16 siswa lainnya termasuk dalam kategori cukup karena berada pada

level skor 60-74.

Dengan demikian, keterampilan menulis surat pribadi siswa perlu

ditingkatkan. Peningkatan tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan tindakan

siklus I dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontestual komponen

pemodelan.
75

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I

Siklus I ini merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian dengan

menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tindakan siklus I

ini dilaksanakan sebagai upaya memperbaiki dan memecahkan masalah yang

muncul pada pratindakan. Pelaksanaan pembelajaran menulis surat pribadi siklus I

terdiri atas data tes dan nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci

sebagai berikut.

4.1.2.1 Hasil Tes

Hasil tes menulis surat pribadi siklus I ini merupakan data awal setelah

diberlakukannya tindakan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual

komponen pemodelan. Kriteria penilaian pada siklus I ini masih tetap sama seperti

pada tes pratindakan yang meliputi tujuh aspek penilaian, meliputi : (1)

kesesuaian isi surat dengan topik; (2) bahasa surat; (3) penyusunan kalimat; (4)

Pilihan kata; (5) penggunaan ejaan; (6) sistematika surat; dan (7) kerapian surat.

Secara umum, hasil tes keterampilan menulis surat pribadi dengan topik

kunjungan ke rumah teman pada liburan tahun baru dapat dilihat pada tabel 4

berikut.
76

Tabel 4. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siklus I

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Nilai Skor (%) Skor
1 Sangat baik 85 – 100 1 88 2

2 Baik 75 – 84 13 1041 33 2752


40
3 Cukup 60 – 74 18 1198 45
=68,8
4 Kurang 0 – 59 8 425 20

Jumlah 40 2752 100

Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan menulis

surat pribadi siswa secara klasikal mencapai nilai rata-rata 68,8 dalam kategori

cukup. Skor rata-rata tersebut dapat dikatakan sudah mengalami peningkatan

sebesar 10,2% dari hasil pratindakan. Namun demikian, peneliti masih belum

puas dengan hasil siklus I, karena target maksimal klasikal sebesar 70 belum

tercapai. Dari 40 siswa, hanya 2% atau seorang siswa yang berhasil meraih

predikat sangat baik dengan jumlah skor 88. Selanjutnya, siswa lainnya sebanyak

13 siswa atau 33% memperoleh nilai baik yaitu dengan nilai antara 75-84.

Selebihnya, 18 siswa atau 45% memperoleh nilai cukup, yaitu antara 60-74.

Bahkan, terdapat 8 siswa atau 20% hanya mencapai nilai 0-59 dalam kategori

kurang. Masih minimnya keterampilan menulis surat pribadi siswa ini,

kemungkinan dikarenakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang

digunakan guru dirasakan baru oleh siswa sehingga pola pembelajaran guru

merupakan proses awal bagi siswa untuk menyesuaikan diri dalam belajar.
77

Hasil tes tersebut merupakan jumlah skor tujuh aspek keterampilan

menulis surat pribadi yang diujikan, meliputi : (1) kesesuaian isi surat dengan

topik; (2) bahasa surat; (3) penyusunan kalimat; (4) pilihan kata; (5) ejaan;

(6) sistematika surat; dan (7) kerapian surat.

4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kesesuaian Isi Surat

dengan Topik

Penilaian aspek kesesuaian isi surat dengan topik difokuskan pada

kesesuaian isi surat pribadi dengan topik yang diangkat. Hasil penilaian tes

ketepatan isi surat dengan topik dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Surat dengan Topik

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 16 – 20 20 392 50

2 Baik 11 – 15 3 45 7,5 537


40
3 Cukup 6 – 10 3 30 7,5
=13,4
4 Kurang 0–5 14 70 35

Jumlah 40 537 100

Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik yaitu dengan skor 16-20 dicapai 20 siswa atau sebesar 50%. Kategori

baik dengan skor 11-15 dicapai oleh 3 siswa atau 7,5%. Kategori cukup dengan

skor 6-10 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 7,5%. Kategori kurang dengan skor

0-5 dicapai 14 siswa atau sebesar 35%. Jadi, rata-rata skor klasikal pada ketepatan
78

kesesuaian isi dengan topik dalam menulis surat pribadi yaitu sebesar 13,4 atau

dalam kategori cukup. Siswa cukup paham terhadap topik yang diberikan guru

karena topik yang diberikan guru cukup sederhana yaitu kunjungan ke rumah

teman pada liburan tahun baru. Pemilihan topik ini didasarkan pada realita

menjelang liburan sekolah pada tahun baru. Dengan pemilihan topik yang sesuai

dengan realita diharapkan siswa mampu mengembangkan segala gagasan atau

menuangkan perasaannya pada sahabat tentang rencana-rencana menjelang

liburan tahun baru.

4.1.2.1.2 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Bahasa Surat

Penilaian aspek bahasa surat difokuskan pada bahasa surat yang digunakan

yaitu kejelasan, keefektifan, kelugasan dan kesopanan bahasa surat. Hasil

penilaian tes ketepatan bahasa surat yang dipergunakan siswa dalam surat

pribadinya dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Tabel 6. Hasil Tes Aspek Bahasa Surat

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 21 – 25 7 151 17,5

2 Baik 16 – 20 23 396 57,5 661


40
3 Cukup 11 – 15 7 89 17,5
=16,5
4 Kurang 0 – 10 3 25 7,5

Jumlah 40 661 100


79

Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa pada tes aspek bahasa surat,

kategori sangat baik yaitu dengan skor antara 21-25 telah dicapai 7 siswa atau

sebesar 17,5%. Selanjutnya, kategori baik dengan skor nilai antara 16-20 dicapai

23 siswa atau sebanyak 57,5%. Kategori cukup dengan skor nilai antara 11-15

dicapai siswa sebanyak 7 orang atau sebesar 17,5%. Kategori kurang dengan skor

0-10 dicapai siswa sebanyak 3 orang atau sebesar 7,5%. Jadi, setelah

direkapitulasikan rata-rata skor siswa pada aspek bahasa surat mencapai 16,5 atau

dalam kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa

dalam membahasakan perasaannya dalam bentuk bahasa surat yang jelas, tidak

bertele-tele, lugas dan tidak berambiguitas serta bahasa yang sopan telah tercapai.

Siswa mulai memahami dan mengerti arti bahasa surat yang baik dan benar.

4.1.2.1.3 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penyusunan Kalimat

Penilaian aspek penyusunan kalimat pada surat difokuskan pada kohesi

dan koherensi unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat-kalimat

yang baik dan keterpaduan isi antarkalimat pun akan jelas. Hasil penilaian tes

penyusunan kalimat dalam surat pribadi siswa dapat dilihat pada tabel 7 berikut

ini.
80

Tabel 7. Hasil Tes Aspek Penyusunan Kalimat

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 8 – 10 12 104 30

2 Baik 5–7 16 96 40 230


40
3 Cukup 2–4 9 27 22,5
=5,7
4 Kurang 0–1 3 3 7,5

Jumlah 40 230 100

Berdasarkan tabel 7 tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa secara klasikal

mencapai nilai rata-rata 5,7 atau dalam kategori baik dalam menyusun kalimat.

Pemerolehan skor rata-rata secara rinci diuraikan sebagai berikut. Siswa yang

mendapat skor 8-10 dalam kategori sangat baik dicapai oleh 12 orang atau

sebanyak 30%, sedangkan untuk kategori baik dengan jumlah skor antara 5-7

dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 40%. Kategori cukup dengan skor antara 2-4

dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 27%, sedangkan kategori kurang dengan skor

antara 0-1 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 3%. Dengan demikian, kemampuan

siswa dalam memadukan isi antarkalimat secara keseluruhan sudah dapat

dikatakan baik.

4.1.2.1.4 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Pemilihan kata

Penilaian aspek pemilihan kata atau diksi pada surat difokuskan pada

ketepatan pemilihan kata yang disesuaikan dengan situasi. Hasil penilaian tes

ketepatan pemilihan kata dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.


81

Tabel 8. Hasil Tes Aspek Pilihan Kata

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 8 – 10 21 182 52,5

2 Baik 5–7 16 90 40 280


40
3 Cukup 2–4 3 8 7,5
=7
4 Kurang 0–1 0 0 0

Jumlah 40 280 100

Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada aspek

pilihan kata yaitu kategori sangat baik dengan skor 8-10 dicapai oleh 21 siswa

atau sebanyak 52%. Kategori baik dengan skor antara 5-7 dicapai oleh 16 siswa

atau sebanyak 40%, sedangkan kategori cukup dengan skor 2-4 dicapai oleh 3

siswa atau sebesar 7,5%. Kategori terendah atau kurang dalam keterampilan

memilih kata sebanyak 0% atau tidak ada satu siswa pun yang termasuk dalam

kategori ini. Dengan demikian, dapat dikatakan siswa tidak mengalami kesulitan

yang serius. Siswa cukup mengerti dalam memilih kata yang tepat pada surat

Setelah diakumulasikan didapatkan hasil rata-rata skor klasikal sebesar 7 dalam

kategori baik. Data tersebut membuktikan bahwa keterampilan siswa pada aspek

pilihan kata dalam menulis surat sudah dapat dikatakan bagus, tidak adanya siswa

yang mencapai skor kurang membuktikan bahwa pembelajaran yang dilakukan

guru dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan telah

berhasil membawa pemahaman siswa dalam ketepatan pemilihan kata.


82

4.1.2.1.5 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penggunaan Ejaan

Penilaian aspek pengunaan ejaan difokuskan pada pemakaian huruf

kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan ejaan dalam surat pribadi. Hasil

penilaian tes penggunaan ejaan dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 8 – 10 10 94 25

2 Baik 5–7 15 91 37,5 222


40
3 Cukup 2–4 11 33 27,5
=5,55
4 Kurang 0–1 4 4 10

Jumlah 40 222 100

Data pada tabel 9 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada

aspek penggunaan ejaan dengan kategori sangat baik dicapai oleh 10 siswa atau

sebesar 25% dengan skor antara 8-10. Kategori baik dicapai oleh 15 siswa atau

sebesar 37,5% dengan skor antara 5-7, sedangkan kategori cukup dicapai oleh 11

siswa atau sebesar 27,5% dengan jumlah skor antara 2-4. Skor terendah 0-4

dengan kategori kurang dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 10%. Setelah

diakumulasikan didapat hasil rata-rata klasikal sebesar 5,55 atau dalam kategori

cukup. Berdasarkan hasil rata-rata skor dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan

siswa sudah dapat menggunakan ejaan dengan benar, baik dari pemakaian huruf

kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan ejaan dalam surat pribadinya.

Peningkatan ini merupakan keberhasilan siswa dalam mencerna dan memahami


83

penjelasan guru. Peran guru dalam kelas kontekstual juga sangat membantu demi

kelangsungan pembelajaran yang bermutu.

4.1.2.1.6 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Sistematika Surat

Penilaian aspek sistematika surat difokuskan pada ketepatan penulisan

bagian-bagian surat yang meliputi : (1) tempat dan tanggal penulisan surat; (2)

alamat surat; (3) salam pembuka; (4) pembuka surat; (5) isi surat; (6) penutup

surat; (7) salam penutup; (8) tanda tangan; dan (9) nama jelas. Hasil penilaian tes

ketepatan penulisan sistematika surat dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10. Hasil Tes Aspek Sistematika Penulisan Surat

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 12 – 15 27 376 67,5

2 Baik 8 – 11 11 110 27,5 497


40
3 Cukup 4–7 2 11 5
=12,425
4 Kurang 0–3 0 0 0

Jumlah 40 497 100

Data pada tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada

aspek sistematika penulisan surat dengan kategori sangat baik dengan jumlah skor

antara 12-15 dicapai oleh 27 siswa atau sebesar 67,5%. Selanjutnya untuk

kategori baik dengan skor 8-11 telah dicapai oleh 11 siswa atau sebesar 27,5%.

Kemudian, kategori cukup dengan nilai 4-7 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 5%.

Kategori yang terakhir yaitu kategori kurang dengan nilai 0-3 terdapat 0% atau
84

tidak seorang siswa pun yang termasuk dalam kategori kurang. Setelah

diakumulasikan didapat hasil rata-rata skor klasikal sebesar 12,42 termasuk dalam

kategori sangat baik. Prestasi siswa ini sungguh memuaskan, berarti dalam

sistematika penulisan surat siswa sudah tidak lagi mengalami kesulitan, siswa

sudah paham dan terampil dalam menuliskan bagian-bagian surat yang meliputi

tempat dan tanggal surat, alamat surat, salam pembuka, pembuka surat, isi surat,

penutup surat, salam penutup tanda tangan dan nama jelas sesuai dengan format

penulisan surat yang benar. Peningkatan prestasi ini tentunya tidak luput dari

peran pemodelan contoh surat dan pias kata yang dibuat dengan sedemikian rupa

sehingga siswa benar-benar paham menggunakan sistematika surat yang baik.

Oleh kerena itu, kemajuan keterampilan siswa ini perlu dipertahankan bahkan

perlu ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya untuk mencapai target skor

maksimal.

4.1.2.1.7 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kerapian Surat

Penilaian aspek kerapian surat difokuskan pada tulisan surat apakah

bersih, tidak ada coretan, banyak coretan atau tulisan sulit terbaca. Hasil penilaian

kerapian surat dapat dilihat pada tabel 11 berikut.


85

Tabel 11. Hasil Tes Aspek Kerapian Surat

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 8 – 10 22 218 55

2 Baik 5–7 16 99 40 325


40
3 Cukup 2–4 2 8 5
=8,125
4 Kurang 0–1 0 0 0

Jumlah 40 325 100

Data pada tabel 11 tersebut menunjukkan bahwa kerapiaan siswa dalam

menulis surat pribadi dengan kategori sangat baik telah dicapai sebanyak 22 siswa

atau sebesar 55% dengan jumlah skor antar 8-10. Kategori baik dengan jumlah

skor 5-7 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 40%. Kategori cukup yaitu dengan

jumlah skor 2-4 dicapai oleh 2 orang siswa atau sebanyak 5%. Kategori kurang

dengan jumlah skor 0-1 sebanyak 0% karena tidak terdapat siswa yang mendapat

skor tersebut. Setelah diakumulasikan didapat hasil rata-rata skor klasikal sebesar

8,125 atau dalam kategori sangat baik. Bukti ini menunjukkan bahwa siswa sudah

dapat menulis surat dengan rapi. Siswa sudah mulai memahami bahwa kerapian

surat merupakan salah satu faktor penunjang dalam kegiatan menulis surat

pribadi, jika surat pribadi ditulis dengan rapi tentu pesan yang akan disampaikan

dapat terbaca dengan jelas oleh orang yang menerima surat.


86

Hasil tes keterampilan menulis surat pribadi pada siklus I dapat dilihat

pada grafik 2 dibawah ini.

GRAFIK SIKLUS I

100

80
Jumlah Skor

60

40

20

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41
Subjek Penelitian
Jumlah Skor

Grafik 2. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siklus I

Grafik 2 di atas menunjukkan bahwa mayoritas siswa masih berada pada

kategori cukup antara 60-74, dan pada kategori baik antara 75-84 hanya diperoleh

13 siswa sedangkan predikat sangat baik dengan nilai 88 diraih oleh Syofa Adelya

Yosita sari.

Pada siklus I ini, hasil tes keterampilan menulis surat pribadi siswa secara

klasikal masih menunjukkan kategori cukup dan belum meraih target maksimal

pencapaian nilai rata-rata kelas yang ditentukan, yaitu 70. Selain itu perubahan

tingkah laku dalam pembelajaran menulis surat pribadi masih tergolong normal

belum tampak perubahan yang berarti. Dengan demikian tindakan siklus II perlu

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.


87

4.1.2.2 Hasil Nontes

Hasil penelitian nontes pada siklus I ini didapatkan dari hasil observasi,

jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil selengkapnya dijelaskan pada

uraian berikut.

4.1.2.2.1 Hasil Observasi

Kegiatan observasi dalam penelitian ini ada dua macam yaitu observasi

siswa dan observasi kelas. Observasi siswa dilaksanakan oleh peneliti sebagai

observator pertama sedangkan observasi kelas dilakukan oleh guru pamong

sebagai observator kedua.

Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran

menulis surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan pada siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang.

Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk memotret respon perilaku siswa

dalam menerima pembelajaran menulis surat pribadi melalui pendekatan

kontekstual komponen pemodelan.

a. Observasi Siswa

Objek sasaran yang diamati dalam observasi siswa meliputi lima belas

perilaku siswa, baik positif maupun negatif yang muncul saat pembelajaran

berlangsung. Adapun objek sasaran observasi tersebut adalah : (1) perhatian siswa

terhadap penjelasan guru; (2) keaktifan siswa dalam bertanya; (3) kualitas

pertanyaan siswa; (4) partisipasi siswa dalam diskusi dan kegiatan kelompok; (5)

respon siswa terhadap contoh surat yang dihadirkan guru; (6) kemampuan siswa
88

dalam mengidentifikasi dan memberikan contoh-contoh bagian surat baik secara

lisan maupun tertulis; (7) kreativitas siswa dalam meniru ataupun memperbaiki

model surat yang dihadirkan guru, dan menghasilkan karya yang lebih baik; (8)

siswa dengan senang hati mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya

dalam bentuk surat; (9) respon siswa terhadap pembelajaran kurang; (10) siswa

pasif; (11) semangat siswa dalam kegiatan diskusi kurang (12) siswa sering

bergurau saat pembelajaran; (13) siswa sering jalan-jalan atau mondar-mandir saat

pembelajaran; (14) siswa kurang bersemangat mengerjakan tes; (15) siswa sering

melihat pekerjaan temannya saat tes berlangsung.

Pada siklus I ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang terdeskripsi

melalui observasi. Selama melakukan kegiatan pembelajaran menulis surat

pribadi dengan mengunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, tidak

semua siswa dapat mengikutinya dengan baik. Peneliti menyadari hal tersebut,

karena pola pembelajaran yang diterapkan peneliti merupakan hal baru bagi

mereka sehingga perlu proses untuk menyesesuaikannya.

Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa sebagian besar siswa atau

sebanyak 75% dari jumlah siswa seluruhnya penuh konsentrasi memperhatikan

penjelasan guru. Sisanya sebanyak 25% kurang merespons penjelasan guru,

mereka asyik bicara sendiri dengan teman sebangkunya atau dengan teman

sekelompoknya. Beberapa siswa yang memperhatikan penjelasan guru banyak

bertanya dan pertanyaan siswa ini mengarah pada pemecahan masalah. Siswa

yang aktif bertanya tersebut diantaranya adalah Brian Chandra, Dwi Khoiri Yani,

Novia Al Adawiyah dan Syofa Adelya Yositasari. Keempat siswa ini lebih aktif
89

bertanya dibandingkan teman-temannya yang cenderung pasif tidak mau bertanya.

Siswa yang pasif ini dimungkinkan karena siswa masih malu, grogi dan tidak tahu

apa yang harus ditanyakan. Sebagian besar siswa atau sebanyak 60% siswa ini

memilih diam daripada bertanya. Keadaan ini tentunya harus dicarikan solusi

pemecahanya agar siswa secara merata aktif bertanya ataupun berpendapat tanpa

harus ragu ataupun malu. Masalah ini merupakan suatu tugas bagi peneliti untuk

memperbaikinya pada siklus selanjutnya.

Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menugaskan siswa untuk

mendiskusikan contoh surat pribadi yang telah dibagikan oleh guru, baik dari segi

isi, bahasa, pilihan kata sampai sistematika surat. Respons yang diberikan siswa

pada saat itu adalah seluruh siswa tampak penasaran pada isi surat yang dibagikan

karena memang surat dibagikan dalam amplop tertutup dan berperangko. Siswa

tampak senang dan menikmati surat yang diterimanya. Dari contoh yang

didiskusikannya sebagian besar siswa atau sebanyak 60% siswa dapat

mengidentifikasikan dan memberikan contoh-contoh bagian surat. Hal ini

dibuktikan saat siswa ditugaskan guru maju ke depan kelas untuk menuliskan

atau melisankan bagian-bagian surat. Dengan bantuan pias kata siswa semakin

paham pada bagian-bagian surat pribadi.

Pada saat pemberiaan materi telah selesai, tes menulis surat pribadi

dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana kadar kemampuan dan pemahaman

siswa dalam menulis surat pribadi yang telah diajarkan guru. Siswa sebanyak 24

atau 60% siswa terlihat dengan senang hati mengungkapkan apa yang dipikirkan
90

dan dirasakannya dalam bentuk surat. Siswa lainnya sebanyak 16 atau 40% masih

terlihat kurang bersemangat dalam mengerjakan tes menulis surat pribadi.

Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

perilaku negatif masih banyak menonjol. Siswa belum dapat menyesesuaikan pola

pembelajaran yang diterapkan guru. Keadaan ini merupakan masalah besar yang

harus dipecahkan peneliti. Rencana pembelajaran pada siklus berikutnya tentunya

harus lebih dimatangkan lagi agar perilaku negatif yang menonjol tergeser

menjadi perilaku positif.

b. Observasi Kelas

Observasi kelas yang dilakukan guru pamong bertujuan untuk

mengevaluasi cara kerja guru praktikan dalam memberikan pembelajaran menulis

surat pribadi, sehingga strategi ataupun pendekatan yang dilakukan guru dapat

dipertanggungjawabkan. Selain tugas utama tersebut guru kolaborator ini juga

melakukan pengamatan terhadap respons anak didiknya selama mengikuti

pembelajaran menulis surat pribadi dari guru praktikan. Adapun objek sasaran

observasi kelas ini lebih dikhususkan pada aspek kemampuan berkomunikasi atau

commucation skills, aktivitas belajar atau learning activity, dan keterampilan guru

praktikan dalam mengajar.

Hasil dari observasi kelas ini setelah diricek hasilnya sama dengan

observasi siswa. Pada aspek comunicatioan skills hanya sebagiuan kecil siswa

yang mengemukakan pendapat mereka tentang kegiatan menulis surat. Siswa

umumnya masih malu dalam mengemukakan kesulitan atau kendala dalam


91

menulis surat. Sebagian siswa sudah dapat mengidentifikasikan surat dengan lisan

maupun tertulis.

Aktivitas belajar atau learning activity pada proses pembelajaran pada

umumnya siswa kurang bersemangat, walaupun siswa tampak menikmati

pembelajaran menulis surat. Kegiatan siswa dalam berdiskusi tidak tampak aktif,

siswa cenderung membicarakan masalah lain selain surat pribadi. Pada saat

melakukan tes siswa tampak dengan senang hati menuangkan segala macam hal

yang dirasakannya dalam bentuk surat dalam waktu 45 menit siswa dapat

menyelesaikan tes menulis surat sesuai waktu yang telah ditentukan.

Hasil pengamatan guru pamong terhadap guru praktikan, dijelaskan bahwa

kemampuan guru praktikan dalam membuka pelajaran, menyampaikan materi,

penguasaan materi, cara guru menjalin komunikasi dengan siswa sudah baik.

Dalam menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan juga sudah

cukup baik. Kemampuan guru dalam mengelola kelas berbasis kompetensi, baik

dalam hal menggalakkan siswa dalam proses pembelajaran maupun dalam

memberikan balikan sudah cukup baik. Cara menutup pembelajaran dengan

melakukan refleksi juga sudah baik. Secara keseluruhan guru pamong menilai

pola pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan sudah baik.


92

4.1.2.2.2 Hasil Jurnal

Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu jurnal

siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan siswa dan

guru selama pembelajaran menulis surat pribadi berlangsung.

a. Jurnal Siswa

Jurnal siswa harus diisi oleh siswa tanpa terkecuali. Pengisian jurnal

tersebut dilakukan pada akhir pembelajaran menulis surat pribadi dengan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tujuan diadakan jurnal siswa ini

untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat berlangsungnya

pembelajaran dan untuk mengungkap kesulitan-kesulitan siswa meliputi tujuh

pertanyaan, yaitu : (1) metode mengajar guru; (2) pendapat siswa mengenai

pembelajaran menulis surat pribadi; (3) kesulitan siswa dalam pembelajaran

menulis surat pribadi; (4) tanggapan siswa terhadap contoh surat; (5) perasaan

siswa selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatn

kontekstual komponen pemodelan; (6) perasaan siswa setelah pembelajaran

menulis surat pribadi berakhir; (7) kesan dan pesan yang dapat diberikan siswa

pada pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan.

Keadaan awal saat pembagian jurnal siswa sangat mengesankan. Kegiatan

baru ini cukup membuat penasaran siswa, terlihat siswa tampak antusias ingin

segera mendapatkan jurnal dan ingin segera mengisinya. Keadaan ini dapatlah

dipahami karena sebelumnya siswa tidak pernah melakukan pengisian jurnal

diakhir pembelajaran. Setelah semua siswa mendapatkan bagiannya, siswa segera


93

mengisi jurnal tersebut dengan situasi yang tenang. Hasil jurnal yang telah direkap

selengkapnya diuraikan dibawah ini.

Pada dasarnya sebagian besar siswa menanggapi baik terhadap metode

pembelajaran guru pada saat memberikan pembelajaran menulis surat pribadi

dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Siswa menilai metode

pembelajaran yang digunakan guru mudah dipahami, jelas, dan menyenangkan.

Dengan demikian tugas guru dalam kelas kontekstual dapat dikatakan berhasil,

karena guru telah membimbing siswa mencapai tujuannya dengan menciptakan

proses belajar kelas yang lebih hidup, menyenangkan, dan lebih bermakna.

Dengan pembelajaran tersebut tentunya siswa merasa tidak terbebani dalam

menyerap materi pelajaran yang diberikan guru, karena pendekatan kontekstual

lebih mengutamakan proses daripada produk. Dengan pengalaman belajar yang

menyenangkan dan mengkaitkan pembelajaran dengan dunia nyata tentunya

memudahkan siswa dalam menyerap materi pelajaran. Apalagi siswa merasa

dekat dan simpati dengan guru, hal ini berdasarkan beberapa pernyataan siswa

yang berpendapat bahwa guru praktikan ramah,baik , disiplin, dan tidak galak.

Sebagian besar siswa merespon positif terhadap pembelajaran menulis

surat pribadi. Pernyataan bagus dan menyenangkan banyak tertulis dalam jurnal.

Pernyataan siswa ini membuktikan kalau mereka tertarik dan menyukai materi

yang diajarkan guru. Siswa merespon bagus karena dalam pembelajaran guru

mengatarkan siswa kedalam dunia nyata, dengan membagikan surat pribadi yang

tertutup rapi dalam amplop berperangko. Kondisi ini merupakan pengalaman baru

bagi siswa karena dalam pembelajaran sebelumnya guru pamong jarang


94

menggunakan model nyata, hanya menghadirkan contoh–contoh dari buku.

Pembelajaran yang menyenangkan merupakan respon sebagian besar siswa yang

diungkapkan dalam jurnal. Hal ini merupakan bukti bahwa selama proses

pembelajaran siswa menikmati semua metode pembelajaran yang diberikan guru

mulai dari apersepsi, kegiatan inti yang diwarnai dengan diskusi dan permainan

serta penutup pelajaran yang diisi dengan kegiatan refleksi.

Walaupun siswa terlihat menanggapi dan menerima dengan baik

pembelajaran menulis surat pribadi namun, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh

beberapa siswa ternyata masih ada. Berdasarkan hasil analisis, kesulitan-kesulitan

yang dihadapi siswa dalam menulis surat pribadi meliputi : (1) siswa kesulitan

dalam menggunakan bahasa surat yang tepat; (2) siswa susah merangkai kata; (3)

siswa bingung karena siswa belum pernah menulis surat; (4) siswa merasa

kesulitan karena mereka tidak paham dan kurang jelas dengan penjelasan guru; (5)

siswa susah berpikir karena teman sebangkunya ramai. Peneliti menilai bahwa

kesulitan-kesulitan yang muncul dan menyelimuti sebagian kecil siswa ini

merupakan hal yang wajar karena dalam pembelajaran menulis surat merupakan

hal yang baru bagi siswa dan tidak semua siswa dapat menyerap materi dengan

mudah, kapasitas pemahaman masing-masing siswa berbeda. Namun setidaknya

hal baru ini dapat memberikan pengalaman nyata yang bermakna bagi siswa dan

dapat ditingkatkan lagi pada kesempatan selanjutnya.

Tanggapan siswa terhadap model surat pribadi yang dicontohkan guru

pada umumnya beranggapan baik dan mudah dipahami. Hal ini dikarenakan

model contoh surat yang dicontohkan guru dibuat semenarik mungkin, sehingga
95

siswa tertarik untuk membacanya. Siswa menganggap contoh surat mudah

dipahami, karena contoh surat yang dimodelkan memang dirancang untuk mudah

dipahami siswa dari segi bahasa, penyusunan kalimat yang runtut, pilihan kata

yang sederhana dan sistematika surat yang jelas. Pada bagian-bagian surat ditulis

dengan warna yang berbeda shingga siswa dapat membedakan tiap bagian-bagian

surat. Pias kata juga merupakan alternatif lain yang diberikan guru kepada siwa

untuk lebih memahami bagian-bagian surat.

Selanjutnya, tanggapan yang diberikan siswa selama mengikuti

pembelajaran menulis surat pribadi cukup mengesankan seluruh siswa

menyatakan senang selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi. Siswa

merasa senang karena pengalaman baru tentang pembelajaran menulis surat

pribadi didapatkannya dengan metode guru yang menarik. Guru menyisipkan kuis

dan permainan yang sebelumnya tidak didapatkan siswa selama pembelajaran

menulis surat. Pembelajaran kontekstual komponen pemodelan memberikan

pegalaman baru yang bermakna bagi siswa sehingga siswa merasa senang, dan

menikmati pembelajaran yang diberikan guru.

Pesan, kesan ataupun saran yang diberikan siswa selama pembelajaran

menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan

berbeda-beda. Adapun masukan yang diberikan siswa diantaranya adalah

pembelajaran menulis surat pribadi perlu ditingkatkan menjadi lebih baik, contoh

surat yang diberikan guru sudah baik dan bagus, waktu tes dalam menulis surat

pribadi perlu ditambah sehingga siswa dapat mengerjakan tes dengan baik dan
96

tidak tergesa-gesa. Saran yang diberikan siswa agar pembelajaran menggunakan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat diberikan terus.

b. Jurnal Guru

Jurnal guru ini berisi segala hal yang dirasakan guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal

guru ini adalah: (1) minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis surat

pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (2) respons siswa

terhadap contoh yang dihadirkan guru; (3) keaktifan siswa selama mengikuti

pembelajaran menulis surat pribadi; (4) perilaku siswa dikelas saat melakukan

kegiatan diskusi kelompok; (5) fenomena-fenomena yang muncul di kelas saat

pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan objek sasaran yang diamati dan dirasakan peneliti saat

menjalankan pembelajaran yang tertuang dalam jurnal, dapat dijelaskan bahwa

guru belum merasa puas terhadap proses pembelajaran karena masih ada beberapa

siswa yang belum sepenuhnya mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi

dengan penuh konsentrasi. Namun, guru merasa berhasil memberikan yang

terbaik pada siswa saat siswa merespons positif contoh surat yang dihadirkan

guru. Mereka tampak senang dan penasaran pada contoh surat yang dihadirkan

guru, minat ingin membaca contoh surat begitu tinggi. Karena guru memang

sengaja membuat contoh surat dengan sedemikian rupa agar siswa tertarik untuk

membacanya. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran belum merata, hanya

siswa tertentu yang aktif bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Siswa


97

kebanyakan masih merasa malu dan grogi bila disuruh bertanya atau

mengemukakan pendapatnya. Bahkan pertanyaan apa yang akan dilontarkan

kadang siswa masih bingung. Dalam kegiatan kelompok beberapa siswa

cenderung membicarakan masalah yang tidak perlu dibicarakan, bukanya

membicarakan masalah yang harus didiskusikan tetapi malah bicara sendiri

dengan teman sekelompoknya. Fenomena-fenomena lain yang yang muncul di

kelas saat pembelajaran tidak begitu menonjol hanya sebagian besar siswa masih

merasa asing dengan guru praktikan. Namun pada saat guru praktikan mengajar

kali pertama, siswa sudah dapat menerima dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan

sikap siswa yang selalu ramah pada guru praktikan.

4.1.2.2.3 Hasil Wawancara

Pada siklus I, sasaran wawancara difokuskan pada tiga orang siswa yang

mendapat nilai tertinggi, cukup dan nilai yang terendah pada hasil tes menulis

surat pribadi. Wawancara ini mengungkap 10 butir pertanyaan sebagai berikut :

(1) apakah siswa senang dengan metode pembelajaran guru; (2) apakah ada

perubahan cara guru dalam mengajar; (3) apakah siswa merasa terganggu ketika

harus mengerjakan tes menulis surat pribadi; (4) apakah siswa mengalami

kesulitan dalam menulis surat pribadi; (5) apakah penyebab kesulitan siswa

dalam menulis surat pribadi; (6) apakah contoh surat yang diberikan guru dapat

anda pahami; (7) apakah pemodelan dapat membentu siswa dalam menulis surat

pribadi sesuai kaidah penulisan surat; (8) apakah siswa dapat meniru sistematika

serta kaidah penulisan surat pribadi yang baik dan benar; (9) keuntungan dari
98

teknik pemodelan; (10) pendapat siswa mengenai pembelajaran yang disukai.

Hasil wawancara dari ketiga responden bernama Syofa Adelya Yositasari,

Apriliani Shelvia dan Nur Muladica Krisna dapat dibaca pada paparan berikut.

Perasaan senang dilontarkan oleh ketiga siswa yang mendapat nilai

tertinggi, sedang dan terendah yaitu Syofa, Adelya dan Nur. Kenyataan ini sangat

relevan dengan respon siswa terhadap pembelajaran yang diberikan guru. Siswa

umumnya menerima dan merespon positif terhadap pembelajaran yang diberikan

guru. Siswa banyak bertanya daripada guru, mereka juga aktif maju kedepan

untuk menuliskan atau menjelaskan hasil diskusinya. Adanya permainan yang

disisipkan dalam pembelajaran menulis surat pribadi menambah semangat siswa

dalam mengikuti pembelajaran. Walaupun ada sebagian kecil siswa yang ramai,

jalan-jalan sendiri namun mereka tampak senang dan menikmati pembelajaran

menulis surat pribadi. Keadaan ini merupakan suatu peningkatan perilaku positif

siswa dari siklus I, sebelumya mereka kurang bersemangat dalam mengikuti

pembelajaran menulis surat pribadi sekarang lebih aktif, kreatif dan produktif

dalam menghasilkan karya yang lebih baik.

Perubahan strategi pembelajaran yang dilakukan guru ternyata

memberikan manfaat bagi siswa, siswa terihat senang dan menikmati

pembelajaran yang diberikan guru. Seperti yang diungkapkan ketiga responden

ini mereka mengatakan ada perubahan cara guru mengajar lebih santai, dan

menyenangkan. Senada dengan pendapat Syofa, Apriliani Shelvia juga

berkomentar ada perubahan cara guru mengajar guru tidak menegangkan dan

lebih enak, sedangkan siswa bernama Nur Muladica mengatakan ada perubahan
99

cara guru mengajar, guru memberikan contoh-contoh dan bagan dalam

pembelajaran.

Kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran yang dialami siswa memang

selalu ada. Tidak semua siswa dapat menyerap pembelajaran dengan mudah,

seperti yang dikatakan Apriliani dan Nur Muladica yang berpredikat prestasi tes

menulis surat pribadi sedang dan rendah, mereka ternyata mengalami kesulitan

dalam menulis surat pribadi. Apriliani menyatakan bahwa ia belum begitu paham

dengan cara menulis surat pribadi yang baik dan benar, sedangkan Syofa Adelya

mengaku tidak mempunyai kesulitan yang berarti pada tes menulis surat pribadi

karena dia sudah paham dengan pembelajaran menulis surat.

Contoh-contoh surat dan bagan yang dihadirkan guru ternyata dapat

dipahami oleh ketiga siswa ini. Mereka mengaku tidak mengalami kesulitan

dalam memahami contoh surat dari guru. Hal ini berkaitan dengan pertanyaan

apakah pemodelan dapat membantu siswa dalam menuliskan surat sesuai dengan

kaidah penulisan surat? Kedua siswa yang mendapat nilai tertinggi dan sedang

menyatakan bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya media pemodelan ini.

Berbeda dengan siswa yang bernama Nur Muladica siswa yang mendapat nilai

terendah, dia menyatakan tidak ada pengaruhnya karena dia tidak merasa terbantu

dalam memahami surat pribadi, dia menyatakan masih bingung dalam memahami

surat pribadi.

Pemodelan yang diterapkan guru diharapkan siswa dapat meniru model

surat yang baik dan benar yang dihadirkan guru tersebut, baik dalam hal

sistematika ataupun kaidah penulisan surat. Dari hasil wawancara diperoleh


100

jawaban dari ketiga siswa yang berbeda. Kedua siswa yang mendapat nilai

tertinggi dan sedang menyatakan dapat meniru sistematika, serta kaidah penulisan

surat yang baik dan benar seperti pada contoh yang dihadirkan guru. Selanjutnya,

siswa yang ketiga dengan nilai terendah mengemukakan jawabannya bahwa dia

tidak dapat meniru contoh yang dihadirkan guru. Jawaban siswa dari pertanyaan

yang ke sembilan semuanya sama yaitu keutungan dari teknik pemodelan adalah

dapat ditiru.

Ketiga siswa dalam menjawab pertanyaan yang terakhir ini berbeda-beda.

Syofa Adelya mengemukakan model pembelajaran menulis surat yang disukainya

adalah pembelajaran yang seperti saat ini, model pembelajaran yang santai dan

tidak menegangkan, juga gurunya enak dalam mengajar, sedangkan Apriliani

mengemukakan bahwa dia lebih menyukai pembelajaran yang santai dan ada

permainannya. Nur Muladica mengatakan pembelajaran yang banyak memberikan

contoh dan gurunya tidak galak adalah model pembelajaran menulis surat yang

disukainya.

4.1.2.2.4 Hasil Dokumentasi Foto

Pada siklus I ini, dokumentasi foto yang diambil difokuskan pada kegiatan

selama proses pembelajaran, berupa kegiatan pembelajaran dengan pendekatan

kontektual, kegiatan diskusi, kegiatan tes dan kegiatan pengisian jurnal.

Dokumentasi berupa gambar ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan

pembelajaran selama penelitian berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus I

selengkapnya dipaparkan sebagai berikut.


101

Gambar 1. Aktifitas Pembelajaran Menulis Surat Pribadi

Gambar tersebut merupakan kegiatan inti setelah dilaksanakannya

kegiatan pendahuluan. Kegiatan inti tersebut diawali dengan mengkondisikan

emosi siswa ke dalam suasana pribadi ketika mendapat surat dari teman.

Kemudian, guru membagikan surat yang tertutup dalam amplop berperangko.

Tampak pada gambar guru sedang membagikan surat pribadi pada tiap kelompok

siswa. Contoh surat pribadi tersebut dibuat dengan sedemikian rupa sesuai dengan

aslinya sehingga siswa benar-benar merasakan mendapat surat dari temannya.

Kegiatan ini dilanjutkan dengan mendiskusikan contoh surat pribadi baik dari segi

isi surat, bahasa surat, struktur kalimat, dan sistematika surat. Aktifitas kegiatan

kelompok dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.


102

Gambar 2. Aktivitas Diskusi Kelompok

Gambar tersebut merupakan aktivitas diskusi kelompok kecil antar teman

sebangku yang dipandu oleh guru. Setelah guru membagikan contoh surat pada

tiap kelompok, kemudian guru menugaskan siswa untuk mencermati, memahami,

dan mendiskusikan contoh surat dari segi bahasa, penyusunan kalimat, pilihan

kata, dan sistematika surat. Gambar tersebut memperlihatkan seorang guru sedang

membimbing siswa dengan menjelaskan konsep dan materi surat pribadi yang

ditanyakan oleh seorang siswa. Pada siklus I ini, tampak beberapa siswa belum

melaksanakan tugas dari guru, konsentrasi siswa belum penuh. Pola pembelajaran

guru ini merupakan pengalaman baru bagi siswa, sehingga mereka belum

sepenuhnya mengikuti pola pembelajaran guru, mereka masih belajar

menyesesuaikan diri dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang

diterapkan guru. Kegiatan diskusi ini dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil

diskusi kelompok mengenai surat pribadi, dengan bantuan pias kata siswa

menjelaskan bagian-bagian surat pribadi tersebut di depan kelas. Deskripsi

penjelasan ini, dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.


103

Gambar 3. Situasi Kegiatan Pembelajaran

Gambar 3 tersebut diambil saat pembelajaran berlangsung. Situasi

pembelajaran menggambarkan kondisi ketidakseriusan siswa dalam belajar. Pada

gambar tersebut terlihat ada beberapa siswa yang tampaknya kurang bersemangat

dan malas mengikuti pembelajaran. Perilaku ini dapat dilihat pada gambar, ada

beberapa siswa yang menyandarkan kepalanya diatas meja, ada yang melamun,

dan ada pula yang berbicara sendiri. Kondisi ini memperlihatkan bahwa mereka

belum siap menerima pembelajaran dari guru. Kondisi belajar yang tidak kondusif

ini terlihat pula pada siswa yang melakukan kegiatan di depan kelas. Suasana

belajar yang kurang kondusif ini menjadi catatan dan masukan penting bagi

peneliti yang bertindak sebagai guru di kelas tersebut untuk diperbaiki pada siklus

berikutnya. Peneliti menilai bahwa kondisi ini dapat diatasi dengan menciptakan

suasana belajar yang berbeda dan penanaman motivasi yang tinggi kepada para

siswa. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan tes menulis surat pribadi
104

sebagai sarana evaluasi pegukur keterampilan menulis siswa pada siklus I.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pengisian jurnal siswa.

4.1.3 Hasil Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan karena pada siklus I keterampilan menulis

surat pribadi siswa kelas V SD N Pedurungan Tengah 02 masih termasuk kedalam

kategori cukup dan belum memenuhi target maksimal pencapaian nilai rata-rata

kelas yanag ditentukan. Selain itu perubahan tingkah laku dalam pembelajaran

menulis surat pribadi masih tergolong normal belum tampak perubahan yang

berarti. Dengan demikian, tindakan siklus II dilakukan untuk mengatasi masalah

tersebut. Pada siklus II ini penelitian dilaksanakan dengan rencana dan persiapan

yang lebih matang daripada siklus I. Dengan adanya perbaikan-perbaikan

pembelajaran yang mengarah pada peningkatan hasil belajar tanpa

mengesampingkan proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan, maka hasil penelitian yang berupa nilai tes keterampilan

siswa meningkat dari kategori cukup meningkat ke kategori baik. Meningkatnya

nilai tes ini diikuti pula dengan peningkatan perilaku siswa yang lebih aktif,

kreatif, dan lebih terbuka dalam menerima pembelajaran kontekstual komponen

pemodelan. Hasil selengkapnya mengenai tes dan nontes siklus II ini diuraikan

secara rinci sebagai berikut.


105

4.1.3.1 Hasil Tes

Hasil tes menulis surat pribadi pada siklus II ini merupakan data kedua

setelah diberlakukannya perbaikan tindakan pembelajaran pada siklus I, namun

masih dalam strategi pembelajaran pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

Kriteria penilaian pada siklus II ini masih tetap sama seperti pada tes siklus I

meliputi tujuh aspek penilaian, meliputi : (1) kesesuaian isi surat dengan topik; (2)

bahasa surat; (3) penyusunan kalimat; (4) pilihan kata; (5) penggunaan ejaan; (6)

sistematika surat; dan (7) kerapian surat. Secara umum, hasil tes keterampilan

menulis surat pribadi dengan topik selamat ulang tahun dapat dilihat pada tabel 12

berikut.

Tabel 12. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siklus II

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Nilai Skor (%) Skor

1 Sangat baik 85 – 100 18 1625 45

2 Baik 75 – 84 22 1714 55 3339

3 Cukup 60 – 74 0 0 0 40

4 Kurang 0 – 59 0 0 0

Jumlah 40 3339 100 =83,475

Data tabel 12 menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas V SD Negeri

Pedurungan Tengah 02 Semarang dalam menulis surat pribadi sangat baik,

dengan rata-rata skor klasikal hanya mencapai 83,475. Dari jumlah keseluruhan

40 siswa, 18 siswa diantaranya atau sebanyak 45% termasuk dalam kategori


106

sangat baik dengan nilai 85-100. Kategori baik dengan nilai antara 75-84 dicapai

oleh 22 siswa atau 55% dari jumlah keseluruhan siswa. Kategori cukup dan

kurang tidak ada seorang siswa pun atau 0% yang termasuk dalam kategori

tersebut. Peningkatan keterampilan menulis surat pribadi siswa dikarenakan

beberapa faktor yang melingkupinya, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal dapat dilihat pada kemampuan siswa yang semakin meningkat,

siswa mulai paham dengan apa yang diajarkan guru. Dengan latihan tes menulis

surat pribadi terus-menerus tidak dapat dipungkiri kemampuan siswa akan terus

bertambah, karena keterampilan menulis didapat dari latihan bukan dari bawaan

lahir. Faktor ekternal yang tak kalah pentingnya adalah strategi yang digunakan

guru, melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan guru berhasil

meningkatkan pemahaman siswa dalam menulis surat pribadi.

Hasil rata-rata skor yang memuaskan ini, merupakan keberhasilan guru

dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis kompetensi. Dengan

menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan guru dapat

mengatasi permasalahan yang melingkupi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan

Tengah 02 Semarang. Kini siswa sudah dapat menyesuaikan isi surat dengan

topik, menggunakan bahasa surat dengan baik, menyusun antarkalimat dengan

padu, siswa sudah pandai dalam memilih kata dengan benar sesuai dengan situasi,

pengunaan ejaan juga sudah baik, sistematika penulisan surat sudah benar dan

siswa sudah membiasakan diri menulis surat dengan rapi. Hal ini dapat dibuktikan

dengan hasil pencapaian skor siswa yang mengalami peningkatan pada tiap aspek

penulisan surat di bawah ini.


107

4.1.3.1.1 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kesesuaian Isi Surat

dengan Topik

Penilaian aspek kesesuaian isi surat dengan topik pada siklus II masih

sama dengan siklus I, yaitu masih difokuskan pada kesesuaian isi surat dengan

topik yang diangkat. Pada siklus II ini topik yang diangkat berbeda dengan topik

siklus I, yaitu ulang tahun. Pemilihan topik ini merupakan hasil pilihan seluruh

siswa dari beberapa alternatif pilihan yang diajukan guru. Hasil penilaian tes

ketepatan isi surat dengan topik dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Surat dengan Topik

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 16 – 20 33 652 82,5

2 Baik 11 – 15 3 45 7,5 724


40
3 Cukup 6 – 10 2 18 5
=18,125
4 Kurang 0–5 2 10 5

Jumlah 40 537 100

Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam

menyesuaikan isi surat dengan topik untuk kategori sangat baik yaitu dengan skor

16-20 dicapai 33 siswa atau sebesar 82,5%. Kategori baik dengan skor 11-15

dicapai oleh 3 siswa atau 7,5%. Kategori cukup dengan skor 6-10 dicapai oleh 2

siswa atau sebesar 5%, sedangkan untuk kategori kurang dengan skor 0-5 dicapai

2 siswa atau sebesar 5%. Jadi, skor rata-rata klasikal pada ketepatan kesesuaian isi
108

dengan topik dalam menulis surat pribadi yaitu sebesar 18,125 atau dalam

kategori sangat baik. Hasil ini menunjukkan bahwa secara klasikal siswa sudah

paham dan mengerti dalam menyesuaikan isi surat dengan topik surat yang

diangkat. Pada siklus II guru memberikan alternatif pilihan topik kepada siswa,

Topik ulang tahun dipilih siswa berdasarkan hasil kesepakatan seluruh siswa. Hal

ini dilakukan guru guna memberikan alternatif topik yang disukai siswa, jika

siswa suka dengan topik surat yang dipilihnya kemungkinan siswa akan

mengerjakan tes dengan mudah. Hal ini tentunya akan berpengaruh pula pada

kualitas isi surat.

4.1.3.1.2 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Bahasa Surat

Penilaian aspek bahasa surat difokuskan pada bahasa surat yang digunakan

yaitu kejelasan, keefektifan, kelugasan dan kesopanan bahasa surat. Hasil

penilaian tes ketepatan bahasa surat yang dipergunakan siswa dapat dilihat pada

tabel 14 berikut.

Tabel 14. Hasil Tes Aspek Bahasa Surat

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 21 – 25 10 388 40

2 Baik 16 – 20 18 352 45 828


40
3 Cukup 11 – 15 6 88 15
=20,7
4 Kurang 0 – 10 0 0 0

Jumlah 40 828 100


109

Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa pada tes aspek bahasa surat,

kategori sangat baik yaitu dengan skor antara 21-25 telah dicapai 10 siswa atau

sebesar 40%. Selanjutnya, kategori baik dengan skor nilai antara 16-20 dicapai 18

siswa atau sebanyak 45%, sedangkan kategori cukup dengan skor nilai antara

11-15 dicapai siswa sebanyak 6 siswa atau sebesar 15%. Kategori kurang dengan

skor 0-10 dicapai siswa sebanyak 0% atau tidak ada satu siswa pun yang termasuk

dalam kategori kurang. Jadi, setelah direkap rata-rata skor siswa pada aspek

bahasa surat mencapai 20,7 atau dalam kategori baik. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam membahasakan perasaannya dalam

bentuk surat sudah banyak mengalami peningkatan. Bahasa surat yang jelas, tidak

bertele-tele, lugas dan tidak berambiguitas serta sopan telah berhasil digunakan

siswa dalam surat yang baik dan benar.

4.1.3.1.3 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penyusunan Kalimat

Penilaian aspek penyusunan kalimat pada surat difokuskan pada kohesi

dan koherensi unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat-kalimat

yang baik dan keterpaduan isi antarkalimat pun akan jelas. Hasil penilaian tes

penyusunan kalimat dalam surat pribadi siswa dapat dilihat pada tabel 15 berikut

ini.
110

Tabel 15. Hasil Tes Aspek Penyusunan Kalimat

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 8 – 10 23 224 57,5

2 Baik 5–7 10 62 25 305


40
3 Cukup 2–4 5 17 12,5
=7,625
4 Kurang 0–1 2 2 5

Jumlah 40 305 100

Berdasarkan tabel 15 tersebut dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa

dalam menyusun kalimat secara klasikal sudah termasuk dalam kategori baik

dengan mencapai rata-rata skor 7,625. Pemerolehan skor rata-rata secara rinci

diuraikan sebagai berikut. Siswa yang mendapat skor 8-10 dalam kategori sangat

baik dicapai oleh 23 siswa atau sebanyak 57,5%, sedangkan untuk kategori baik

dengan jumlah skor antara 5-7 dicapai oleh 10 siswa atau sebanyak 25%.

Kategori cukup dengan skor antara 2-4 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 12,5%,

sedangkan kategori kurang dengan skor antara 0-1 dicapai oleh 2 siswa atau

sebesar 5%. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam memadukan isi

antarkalimat secara keseluruhan sudah dapat dikatakan baik.

4.1.3.1.4 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Pilihan Kata

Penilaian aspek pemilihan kata atau diksi pada surat difokuskan pada

ketepatan pemilihan kata yang disesuaikan dengan situasi. Hasil penilaian tes

ketepatan pemilihan kata dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini.


111

Tabel 16. Hasil Tes Aspek Pilihan Kata

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 8 – 10 24 230 60

2 Baik 5–7 16 110 40 340


40
3 Cukup 2–4 0 0 0
=8,5
4 Kurang 0–1 0 0 0

Jumlah 40 340 100

Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada aspek

pilihan kata yaitu kategori sangat baik dengan skor 8-10 dicapai oleh 24 siswa

atau sebanyak 60%. Kategori baik dengan skor antara 5-7 dicapai oleh 16 siswa

atau sebanyak 40%. Kategori cukup dan kurang dengan skor 2-4 dan skor 0-1

tidak satu pun siswa atau sebesar 0% yang termasuk dalam kategori tersebut.

Setelah data diakumulasikan didapatkan hasil rata-rata skor klasikal sebesar 8,5

atau dalam kategori sangat baik. Data tersebut membuktikan bahwa keterampilan

siswa pada aspek pilihan kata dalam menulis surat sudah dapat dikatakan bagus,

tidak adanya siswa yang mencapai skor cukup maupun kurang membuktikan

bahwa pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan telah berhasil membawa pemahaman siswa

dalam ketepatan pemilihan kata.


112

4.1.3.1.5 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Penggunaan Ejaan

Penilaian aspek Pengunaan ejaan difokuskan pada pemakaian huruf

kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan ejaan dalam surat pribadi. Hasil

penilaian tes penggunaan ejaan dapat dilihat pada tabel 17 berikut.

Tabel 17. Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 8 – 10 14 127 35

2 Baik 5–7 15 96 37,5 259


40
3 Cukup 2–4 10 35 25
=6,475
4 Kurang 0–1 1 1 2,5

Jumlah 40 269 100

Data pada tabel 17 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada

aspek penggunaan ejaan dengan kategori sangat baik dicapai oleh 14 siswa atau

sebesar 35% dengan skor antara 8-10. Kategori baik dicapai oleh 15 siswa atau

sebesar 37,5% dengan skor antara 5-7. Selanjutnya kategori cukup dicapai oleh

10 siswa atau sebesar 25% dengan jumlah skor antara 2-4. Skor terendah 0-4

dengan kategori kurang dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,5% Setelah

diakumulasikan didapat hasil rata-rata klasikal sebesar 6,475 atau dalam kategori

baik. Berdasarkan hasil rata-rata skor dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan

siswa sudah dapat menggunakan ejaan dengan benar, baik dari pemakaian huruf

kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan ejaan dalam surat pribadinya.

Keterampilan siswa dalam menggunakan ejaan sudah semakin meningkat,


113

kemajuan ini merupakan peningkatan keberhasilan siswa dalam mencerna dan

memahami penjelasan guru. Peran guru dalam kelas kontekstual juga sangat

membantu demi kelangsungan pembelajaran yang bermutu.

4.1.3.1.6 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Sistematika Surat

Penilaian aspek sistematika surat difokuskan pada ketepatan penulisan

bagian-bagian surat yang meliputi : (1) tempat dan tanggal penulisan surat; (2)

alamat surat; (3) salam pembuka; (4) pembuka surat; (5) isi surat; (6) penutup

surat; (7) salam penutup; (8) tanda tangan; dan (9) nama jelas. Hasil penilaian tes

ketepatan penulisan sistematika surat dapat dilihat pada tabel 18 berikut.

Tabel 18. Hasil Tes Aspek Sistematika Penulisan Surat

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor
1 Sangat baik 12 – 15 34 487 85

2 Baik 8 – 11 5 55 12,5 545


40
3 Cukup 4–7 0 0 0
=13,625
4 Kurang 0–3 1 3 2,5

Jumlah 40 557 100

Data pada tabel 18 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa pada

aspek sistematika penulisan surat dengan kategori sangat baik dengan jumlah skor

antara 12-15 dicapai oleh 34 siswa atau sebesar 85%, sedangkan untuk kategori

baik dengan skor 8-11 telah dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 12,5%. Selanjutnya,

kategori cukup dengan nilai 4-7 dicapai sebesar 0% atau tidak ada siswa satu pun
114

yang termasuk dalam kategori ini. Kategori yang terakhir yaitu kategori kurang

dengan nilai 0-3 dicapai oleh seorang siswa atau sebesar 2,5%. Setelah

diakumulasikan didapat hasil rata-rata skor klasikal sebesar 13,625 termasuk

dalam kategori sangat baik. Prestasi siswa ini sungguh memuaskan, berarti dalam

sistematika penulisan surat siswa sudah tidak lagi mengalami kesulitan, siswa

sudah paham dan terampil dalam menuliskan bagian-bagian surat yang meliputi

tempat dan tanggal surat, alamat surat, salam pembuka, pembuka surat, isi surat,

penutup surat, salam penutup tanda tangan dan nama jelas sesuai dengan format

penulisan surat yang benar. Peningkatan prestasi ini tentunya tidak luput dari

peran pemodelan contoh surat dan pias kata yang dibuat dengan sedemikian rupa

sehingga siswa benar-benar paham menggunakan sistematika surat yang baik.

Media surat ini, ternyata terbukti memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

siswa demi kelancaran proses pemahaman materi pembelajaran menulis surat

pribadi.

4.1.3.1.7 Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Aspek Kerapian Surat

Penilaian aspek kerapian surat difokuskan pada tulisan surat apakah

bersih, tidak ada coretan, banyak coretan atau tulisan sulit terbaca. Hasil penilaian

kerapian surat dapat dilihat pada tabel 19 berikut.


115

Tabel 19. Hasil Tes Aspek Kerapian Surat

Rentang Bobot Persen Rata-rata


No Kategori Frekuensi
Skor Skor (%) Skor

1 Sangat baik 8 – 10 25 248 62,5

2 Baik 5–7 15 97 37,5 345


40
3 Cukup 2–4 0 0 0
=8,625
4 Kurang 0–1 0 0 0

Jumlah 40 345 100

Data pada tabel 19 tersebut menunjukkan bahwa kerapiaan siswa dalam

menulis surat pribadi dengan kategori sangat baik telah dicapai sebanyak 25 siswa

atau sebesar 62,5% dengan jumlah skor antar 8-10, sedangkan kategori baik

dengan jumlah skor 5-7 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 37,5%. Kategori cukup

dan kurang yaitu dengan jumlah skor 2-4 dan jumlah skor 0-1 didapat sebanyak

0% karena tidak terdapat siswa yang mendapat skor tersebut. Setelah

diakumulasikan didapat hasil rata-rata skor klasikal sebesar 8,62 atau dalam

kategori sangat baik. Bukti ini menunjukkan bahwa siswa sudah terampil menulis

surat dengan rapi. Siswa sudah terbiasa dan memahami bahwa kerapian surat

merupakan salah satu faktor penunjang dalam kegiatan menulis surat pribadi, jika

surat pribadi ditulis dengan rapi tentu pesan yang akan disampaikan dapat terbaca

dengan jelas oleh orang yang menerima surat. Hasil tes menulis surat pribadi

pada siswa lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik siklus II di bawah ini.
116

GRAFIK SIKLUS II

100

80
Jumlah Skor

60

40

20

0
1 3 5 7 9 11 13 Grafik
15 17 3.
19 Siklus
21 23 II25 27 29 31 33 35 37 39 41

Subjek Penelitian Jumlah Skor

Grafik 3. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siklus II

Grafik 3 di atas menunjukkan bahwa mayoritas siswa berada pada kategori

baik antara 75-84. Siswa yang memperoleh kategori ini mencapai 55% atau

sebanyak 22 siswa dan sisanya sebanyak 18 siswa atau 45% dari jumlah

keseluruhan mendapat nilai sangat baik yaitu 85-100.

Pada siklus II ini, hasil tes keterampilan menulis surat pribadi siswa secara

klasikal sudah menunjukkan kategori baik dan sudah meraih target yang

diinginkan peneliti. Pada siklus II ini, nilai rata-rata klasikal pencapaian nilai

rata-rata kelas yang ditentukan yaitu 75. Peningkatan prestasi siswa ini diikuti

dengan perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran menulis surat pribadi,

siswa lebih aktif, kreatif, dan produktif dalam menghasilkan karya-karya yang

lebih bagus dari sebelumnya. Dengan demikian tindakan siklus III tidak perlu

dilakukan karena peneliti sudah puas dengan hasil penelitian siklus II.
117

4.1.3.2 Hasil Nontes

Hasil penelitian nontes pada siklus II ini didapatkan dari data observasi,

jurnal, wawancara, angket, dan dokumentasi. Angket merupakan data tambahan

pada siklus II ini, tujuannya sebagai pemerkuat data nontes lainya. Kelima hasil

penelitian nontes tersebut dijelaskan pada uraian berikut ini.

4.1.3.2.1 Hasil Observasi

Kegiatan observasi siswa dan observasi kelas pada siklus II dilaksanakan

selama proses pembelajaran menulis surat pribadi dengan menggunakan

pembelajaran kontekstual komponen pemodelan di kelas V SD Negeri

Pedurungan Tengah 02 Semarang. Observasi siswa ini dilakukan oleh peneliti

sekaligus sebagai guru dengan bantuan guru pamong sebagai observator kelas.

Objek sasaran dan cara pelaksanaan observasi siswa maupun observasi kelas pada

siklus II masih tetap sama dengan siklus I. Ada lima belas objek sasaran observasi

siswa yang meliputi perilaku positif dan perilaku negatif siswa selama proses

pembelajaran. Objek sasaran observasi kelas terbagi tiga aspek yaitu aspek

kemampuan berkomunikasi atau communicatiaon skills, aktivitas belajar atau

learning actifity dan keterampilan guru praktikan. Pengambilan data observasi ini

bertujuan untuk memotret respons perilaku siswa dalam menerima pembelajaran

menulis surat pribadi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan.


118

a. Observasi Siswa

Pada siklus II ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang terdeskripsi

melalui kegiatan observasi. Selama melakukan kegiatan pembelajaran menulis

surat pribadi dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan,

guru merasakan ada perubahan perilaku siswa, siswa yang sebelumnya tidak dapat

mengikutinya dengan baik, pada siklus II ini, siswa mulai mengikuti dan

menikmati pembelajaran yang diterapkan guru. Bukti ini dapat dilihat pada data

observasi yang menyebutkan 35 siswa atau sebanyak 85% siswa sudah mengikuti

pembelajaran menulis surat pribadi dengan baik. Peningkatan sebesar 10% dari

siklus I merupakan hal yang menggembirakan, berarti siswa sudah dapat

menyesuaikan diri dengan pendekatan kontekstual yang diberikan guru. Siswa

sudah merespons positif pembelajaran menulis surat sudah dengan baik. Siswa

mulai menyadari bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan sungguh mengasyikan. Guru berusaha

mengemas berbagai metode pembelajaran yang ada sehingga tidak membosankan

siswa dalam proses pembelajaran. Karena dalam proses pembelajaran kontekstual

siswa diharapkan tidak hanya menangkap materi pembelajaran yang diajarkan

tetapi juga menangkap makna dari pembelajaran itu sendiri.

Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa sebagian besar siswa atau

sebanyak 85% dari jumlah siswa seluruhnya penuh konsentrasi memperhatikan

penjelasan guru. Sisanya sebanyak 10% atau sebanyak 4 siswa kurang merespons

penjelasan guru, mereka asyik bicara sendiri dengan teman sebangkunya atau

dengan teman sekelompoknya. Beberapa siswa yang memperhatikan penjelasan


119

guru banyak bertanya dan pertanyaan siswa ini mengarah pada pemecahan

masalah. Siswa yang aktif bertanya tersebut diantaranya adalah Adinda Kartika,

Ayu Rizki, Eva, Gaza Pahlevi, Brian Chandra, Dwi Khoiri Yani, Novia Al

Adawiyah dan Syofa Adelya Yositasari. Siswa-siswa ini lebih aktif bertanya

dibandingkan teman-temannya yang cenderung pasif tidak mau bertanya. Siswa

yang pasif ini dimungkinkan karena siswa masih malu, grogi dan tidak tahu apa

yang harus ditanyakan. Jumlah siswa yang nonaktif ini terprediksi dalam data

observasi siswa sebanyak 6 siswa, hal ini termasuk penurunan dari siklus I,

semula siswa nonaktif ini ada sekitar 60% kini menurun menjadi 15% atau terjadi

penurunan perilaku negatif sebesar 45%. Hal ini berarti secara umum siswa sudah

berani mengemukakan pendapatnya.

Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menugaskan siswa untuk

mendiskusikan dan membandingkan contoh-contoh surat pribadi yang telah

dibagikan oleh guru, baik dari segi isi, bahasa, pilihan kata sampai sistematika

surat. Respons yang diberikan siswa pada saat itu adalah seluruh siswa tampak

penasaran pada isi surat yang diberikan karena memang surat yang dibagikan

dalam amplop tertutup dan berperangko. Siswa tampak senang dan menikmati

surat yang diterimanya. Kini 70% siswa sudah berani mengungkapkan hasil

diskusinya ke depan kelas walaupun masih ada beberapa perwakilan kelompok

yang masih malu membacakan atau menuliskan ke depan kelas. Dengan bantuan

dua contoh surat yang dibagikan pada tiap kelompok kini siswa semakin paham

dengan penulisan surat pribadi.


120

Pada saat pemberian materi telah selesai, tes menulis surat pribadi

dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana kadar kemampuan dan pemahaman

siswa dalam menulis surat pribadi yang telah diajarkan guru. Sebagian besar siswa

sebanyak 28 atau 70% siswa terlihat dengan senang hati mengungkapkan apa

yang dipikirkan dan dirasakannya dalam bentuk surat, sedangkan sisa siswa atau

sebanyak 10% siswa masih terlihat kurang bersemangat dalam mengerjakan tes

menulis surat pribadi.

Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

perilaku negatif sudah tergeser dan tergantikan pada perilaku positif. Peningkatan

perilaku siswa dari perilaku negatif ke dalam periku positif merupakan hal yang

seharusnya terjadi, karena guru sudah berusaha secara maksimal merubah pola

pembelajaran yang disukai siswa. Namun, perubahan pola pembelajaran ini

tentunya masih dalam konteks pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.

Rencana pembelajaran pada siklus II ini dilakukan dengan perencanaan matang

serta melalui tahapan perbaikan tindakan yang sekiranya dapat diikuti oleh siswa.

b. Observasi Kelas

Observasi kelas yang dilakukan guru pamong bertujuan untuk

mengevaluasi cara kerja guru praktikan dalam memberikan pembelajaran menulis

surat pribadi, sehingga strategi atau pun pendekatan yang dilakukan guru dapat

dipertanggungjawabkan. Selain tugas utama tersebut guru kolaborator ini juga

melakukan pengamatan respons anak didiknya selama mengikuti pembelajaran

menulis surat pribadi dari guru praktikan. Adapun objek sasaran observasi kelas
121

sama seperti siklus I yaitu lebih dikhususkan pada aspek kemampuan

berkomunikasi atau commucation skills, aktivitas belajar atau learning activity,

dan keterampilan guru praktikan dalam mengajar.

Hasil dari observasi kelas ini setelah diricek hasilnya sama dengan

observasi siswa. Pada aspek comunicatioan skills sebagian besar siswa sudah

mulai berani mengemukakan pendapat mereka tentang kegiatan menulis surat.

Siswa sekarang lebih berani berkomentar terhadap apa yang dirasakanya, baik

mengenai kesualitan-kesulitan yang dirasakannya atau hal-hal yang dianggapnya

benar. Pada siklus II ini, sebagian besar siswa sudah dapat mengidentifikasikan

surat dengan lisan maupun tertulis.

Aktivitas belajar atau learning activity pada proses pembelajaran siklus II

siswa pada umumnya bersemangat, mereka tampak senang dan menikmati

pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan yang diterapkan guru. Kegiatan siswa dalam berdiskusi tampak aktif,

siswa benar-benar menjalankan tugas dari guru. Pada saat melakukan tes siswa

tampak dengan senang hati menuangkan segala macam hal yang dirasakannya

dalam bentuk surat dalam waktu kurang dari 45 menit siswa sudah dapat

menyelesaikan tes menulis surat pribadi yang telah ditentukan.

Hasil pengamatan guru pamong terhadap guru praktikan, dijelaskan bahwa

kemampuan guru praktikan dalam membuka pelajaran sudah bagus, absensi dan

apersepsi selalu disampaikan guru dalam membuka pelajaran. Guru

menyampaikan materi sudah lancar karena materi dikuasai dengan baik. Cara guru

menjalin komunikasi dengan siswa dua arah, selalu ada timbal balik.
122

Dalam menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan juga sudah

baik tujuh komponen yang melingkupi pendekatan kontekstual sudah dijalankan

secara seimbang. Kemampuan guru dalam mengelola kelas berbasis kompetensi

sudah cukup baik, terutama dalam hal menggalakkan siswa dalam proses

pembelajaran maupun dalam memberikan balikan. Cara menutup pembelajaran

dengan melakukan refleksi juga sudah baik. Secara keseluruhan guru pamong

menilai pola pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan semakin baik.

4.1.3.2.2 Hasil Jurnal

Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II masih sama seperti pada

siklus I ada dua macam yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut

berisi ungkapan perasaan, tanggapan, pesan dan kesan dari perasaan siswa dan

guru selama pembelajaran menulis surat pribadi berlangsung.

Jurnal siswa harus diisi oleh siswa tanpa terkecuali. Pengisian jurnal

tersebut dilakukan pada akhir pembelajaran menulis surat pribadi dengan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tujuan diadakan jurnal siswa ini

untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat berlangsungnya

pembelajaran dan untuk mengungkap kesulitan-kesulitan siswa meliputi lima

pertanyaan, yaitu: (1) metode mengajar guru; (2) kesulitan siswa dalam

pembelajaran menulis surat pribadi; (3) tanggapan siswa mengenai manfaat kerja

kelompok; (4) perasaan siswa terhadap kemampuan menulis surat pribadi;


123

(5) manfaat yang dapat dipetik setelah mengikuti pembelajaran kontekstual

komponen pemodelan.

Kegiatan pengisian jurnal ini merupakan hal yang tidak baru lagi, karena

pengisian jurnal ini sudah pernah dilakukan siswa pada saat siklus I. Pada saat

pengisian jurnal ini siswa tampak antusias ingin segera mendapatkan jurnal dan

ingin segera mengisinya. Setelah semua siswa mendapatkan bagiannya, siswa

segera mengisi jurnal tersebut dengan situasi yang tenang. Hasil jurnal yang telah

dianalisis selengkapnya diuraikan di bawah ini.

a. Jurnal Siswa

Pada dasarnya sebagian besar siswa menanggapi baik metode

pembelajaran menulis surat pribadi menulis surat pribadi dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan yang diterapkan guru. Siswa menilai metode

pembelajaran yang digunakan guru mudah dipahami, jelas, dan menyenangkan.

Dengan demikian, tugas guru dalam kelas kontekstual dapat dikatakan berhasil,

karena guru telah membimbing siswa mencapai tujuannya dengan menciptakan

proses belajar kelas yang lebih hidup, menyenangkan, dan lebih bermakna.

Dengan pembelajaran tersebut tentunya siswa merasa tidak terbebani dalam

menyerap materi pelajaran yang diberikan guru, karena pendekatan kontekstual

lebih mengutamakan proses daripada produk. Dengan pengalaman belajar yang

menyenangkan dan mengkaitkan pembelajaran dengan dunia nyata tentunya

memudahkan siswa dalam menyerap materi pelajaran. Apalagi siswa merasa


124

dekat dan bersimpati dengan guru, hal ini berdasarkan beberapa pernyataan siswa

yang berpendapat bahwa guru praktikan ramah, baik, disiplin, dan tidak galak.

Berdasarkan data dari jurnal siswa pada siklus II didapat bahwa tidak ada

satupun siswa yang menyatakan kesulitan. Seluruh siswa menyatakan sudah

paham terhadap pembelajaran menulis surat pribadi yang diajarkan guru. Bahkan

siswa menganggap pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan ini mudah dipahami. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

pendekatan kontektual komponen pemodelan ini telah berhasil membawa siswa

pada pemahaman pembelajaran yang sempurna.

Sebagian besar siswa merespons positif terhadap pembelajaran menulis

surat pribadi. Pernyataan bagus dan menyenangkan banyak tertulis dalam jurnal.

Pernyataan siswa ini membuktikan kalau mereka tertarik dan menyukai materi

yang diajarkan guru. Siswa merespon bagus karena dalam pembelajaran guru

mengantarkan siswa kedalam dunia nyata, dengan membagikan surat pribadi yang

tertutup rapi dalam amplop berperangko. Kondisi ini merupakan pengalaman baru

bagi siswa karena dalam pembelajaran sebelumnya guru pamong jarang

menggunakan model nyata, hanya menghadirkan contoh–contoh dari buku.

Pembelajaran yang menyenangkan merupakan respons sebagian besar siswa yang

diungkapkan dalam jurnal. Hal ini merupakan bukti bahwa selama proses

pembelajaran siswa menikmati semua metode pembelajaran yang diberikan guru

mulai dari apersepsi, kegiatan inti yang diwarnai dengan diskusi dan permainan

serta penutup pelajaran yang diisi dengan kegiatan refleksi.


125

Tanggapan siswa terhadap model surat pribadi yang dicontohkan guru

pada umumnya beranggapan baik dan mudah dipahami. Hal ini dikarenakan

model contoh surat yang dicontohkan guru dibuat semenarik mungkin, sehingga

siswa tertarik untuk membacanya. Siswa menganggap contoh surat mudah

dipahami, karena contoh-contoh surat yang dimodelkan guru memang dirancang

untuk mudah dipahami siswa dari segi bahasa, penyusunan kalimat yang runtut,

pilihan kata yang sederhana dan sistematika surat yang dengan jelas. Pada bagian-

bagian surat ditulis dengan warna yang berbeda sehingga siswa dapat

membedakan tiap bagian-bagian surat. Contoh surat dari siswa juga dihadirkan

guru pada siklus II ini, dengan harapan siswa dapat membandingkannya contoh

surat yang benar dan contoh surat yang salah.

Selanjutnya, tanggapan yang diberikan siswa selama mengikuti kegiatan

kelompok siswa umumnya menyatakan kegiatan kelompok dapat membantu

pemahamannya dalam memahami cara menulis surat pribadi dengan baik.

Kegiatan kelompok ini termasuk dalam kegiatan masyarakat belajar atau learning

community kegiatan masyarakat belajar ini difokuskan pada kegiatan diskusi

mengenai surat pribadi. Kegiatan diskusi pada siklus II ini cukup kondusif , siswa

sudah mulai aktif dalam kegiatan diskusi ini. Interaksi antar kelompok mulai

terjalin. Siswa tidak lagi bermalas-malasan, dengan dipandu guru praktikan siswa

mulai bersemangat dalam kegiatan diskusi.

Selama mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi dengan

menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan respons yang

diberikan siswa cukup mengesankan seluruh siswa menyatakan senang selama


126

mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi. Siswa merasa senang karena

pengalaman baru tentang pembelajaran menulis surat pribadi didapatkannya

dengan metode guru yang menarik. Guru menyisipkan kuis dan permainan yang

sebelumnya tidak didapatkan siswa selama pembelajaran menulis surat.

Pembelajaran kontekstual komponen pemodelan memberikan pegalaman baru

yang bermakna bagi siswa sehingga siswa merasa senang, dan menikmati

pembelajaran yang diberikan guru. Pertanyaan apakah kemampuan menulis surat

pribadi siswa sekarang bertambah? Siswa pada umumnya menyatakan “ya

kemampuan saya dalam menulis surat pribadi bertambah”

Aneka ragam pernyataan siswa yang dituliskan siswa pada jurnal siswa

mengenai pertanyaan manfaat apa yang didapatkannya dari pembelajaran menulis

surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Mereka

umumnya menyatakan kemampuan menulis surat pribadinya bertambah. Siswa

semakin terampil dalam menulis surat pribadi.

b. Jurnal Guru

Jurnal guru ini berisi segala hal yang dirasakan guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal

guru ini adalah : (1) minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis surat

pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (2) respons siswa

terhadap contoh yang dihadirkan guru; (3) keaktifan siswa selama mengikuti

pembelajaran menulis surat pribadi; (4) perilaku siswa dikelas saat melakukan
127

kegiatan diskusi kelompok; (5) fenomena-fenomena yang muncul di kelas saat

pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan objek sasaran yang diamati dan dirasakan peneliti saat

menjalankan pembelajaran yang tertuang dalam jurnal, dapat dijelaskan bahwa

guru sudah merasa puas terhadap proses pembelajara, karena hasil yang dicapai

pada siklus II ini sudah sesuai dengan target yang ditentukan, bahkan melampaui

taarget. Target minimal rata-rata klasical yang ditentukan pada siklus II adalah

75, sedangkan hasil yang tercapai sebesar 83,7. Dengan demikian, dapat dikatakan

keberhasilan ini merupakan keberhasilan guru dan siswa dalam memberikan dan

menerima pembelajaran kontekstul komponen pemodelan. Guru merasa puas

karena pendekatan kontekstual komponen pemodelan ternyata berhasil dapat

meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi. Hal ini telah

terbukti dengan hasil-hasil yang dicapai baik dari siklus I sampai siklus II yang

terus mengalami peningkatan. Siswa akhirnya dapat menerima dengan baik

pembelajaran yang diberikan guru. Respons positif siswa tergambar pada saat

pembelajaran berlangsung, siswa tampak menikmati pembelajaran yang guru

berikan. Tugas-tugas yang diberikan guru dijalankan dengan baik oleh siswa.

Respons positif siswa ini yang dihadirkan siswa pada saat guru

membagikan contoh surat sungguh mengesankan, mereka tampak senang dan

penasaran pada contoh surat yang dihadirkan guru, minat ingin membaca contoh

surat begitu tinggi. Pada siklus II ini guru sengaja menghadirkan dua contoh surat

yang berbeda pada siswa, satu contoh surat yang berasal dari guru dan satu contoh
128

surat yang berasal dari siswa. Tujuannya agar siswa benar-benar paham dan dapat

membandingkan contoh surat yang baik dan contoh surat yang kurang baik.

Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah banyak mengalami

peningkatan, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang malas untuk

melakukan diskusi kelompok. Sebagian kecil siswa yang berperilaku negatif tidak

menyurutkan siswa yang aktif dalam melakukan kegiatan diskusi. Siswa yang

aktif ini menjalankan semua tugas guru dengan baik dari mempresentasikan hasil

diskusinya sampai mengerjakan tes, jurnal, dan angket dari guru dan menjalaninya

dengan senang hati tanpa terbebani.

Tingkah laku siswa pada saat pembelajaran siklus I ini sudah banyak

kemajuan. Perilaku-perilaku positif mulai dimunculkan siswa dan menggeser

perilaku-perilaku negatif siswa. Pada siklus II ini siswa lebih banyak bertanya dan

berkomentar terhadap hal-hal yang ditanyakan guru. Siswa sudah berani

mengeluarkan pendapatnya tanpa ragu-ragu lagi. Keaktifan siswa dalam aspek

communication skills merupakan hal yang patut dibanggakan, karena pada siklus

sebelumnya banyak siswa yang masih merasa malu dan grogi bila ditanya,

ataupun bila disuruh bertanya.

Fenomena-fenomena lain yang yang muncul di kelas saat pembelajaran

siklus II yang paling menonjol adalah siswa semakin aktif dan siswa makin akrab

dengan guru. Hal ini dapat dilihat pada saat guru memberitahukan kepada seluruh

siswa bahwa pembelajaran siklus II ini adalah pembelajaran yang terakhir

diajarkan oleh guru praktikan, siswa tampak kecewa dan menginginkan guru

praktikan tetap mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia pada mereka. Hal inilah
129

yang membuat guru praktikan merasa terharu, bahagia dan merasa dibutuhkan

siswa, berarti siswa sudah begitu dekat dan cocok dengan pola pembelajaran yang

guru terapkan.

4.1.3.2.3 Hasil Wawancara

Wawancara pada siklus II dilakukan kepada tiga orang siswa yang

memperolah nilai tertinggi, nilai sedang atau nilai rata-rata, dan nilai yang

terendah. Mereka bernama Kissia Kinandi, Tomi Rahardian dan Reynard Brian

Alfreda. Tujuan dilakukannya wawancara siklus II untuk mengetahui sejauh mana

sikap-sikap siswa terhadap proses pembelajaran menulis surat pribadi dengan

menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Teknik wawancara

siklus II ini masih sama dengan siklus I, siswa menjawab semua pertanyaan yang

dilontarkan guru atau pewawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa

pada siklus II ini tidak jauh berbeda dengan siklus I namun, ada beberapa poin

yang berbeda. Adapun pertanyaan yang diajukan siswa meliputi: (1) apakah siswa

senang dengan metode pembelajaran guru; (2) apakah ada perubahan cara cara

guru dalam mengajar; (3) apakah siswa merasa terganggu ketika harus

mengerjakan tes menulis surat pribadi; (4) apakah siswa mengalami kesulitan

dalam menulis surat pribadi; (5) apakah diskusi kelompok dapat membantu anda

dalam memahami surat pribadi; (6) apakah contoh-contoh surat yang diberikan

guru dapat anda pahami; (7) apakah sekarang siswa dapat mengidentifikasi dan

membuat contoh-contoh bagian-bagian surat sesuai dengan kaidah penulisan


130

surat; (8) apakah format serta kaidah penulisan surat pribadi yang baik dan benar

pada contoh surat dapat ditiru; ( 9) apakah siswa merasa senang setelah mengikuti

pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan; (10) kesan dan pesan siswa terhadap pembelajaran menulis suart

pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

Pertanyaan pertama yang diajukan pewawancara dijawab oleh ketiga

responden dengan jawaban yang sama, ya mereka merasa senang terhadap pola

pembelajaran yang dilakukan guru. Pertanyaan yang kedua juga dijawab sama

oleh ketiga responden dari nilai yang tertinggi, sedang, dan terendah. Mereka

menyatakan ada perubahan cara mengajar guru. Dalam kegiatan pembelajaran tiap

siklus guru selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi siswa, dengan merubah

cara mengajar yang lebih baik tentunya dengan pola dan strategi yang sesuai

dalam lingkup kontektual komponen pemodelan. Perubahan pembelajaran pada

siklus II sengaja direncanakan agar pembelajaran lebih bermakna, dan siswa dapat

menikmati dan tidak jenuh terhadap materi pembelajaran yang sama, tentang

menulis surat pribadi.

Tes menulis surat pribadi dalam tiap siklus selalu dilakukan. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menulis surat

pribadi dari pratindakan, siklus I sampai pada siklus II. Tes ini dilakukan terus-

menerus sampai siswa mengalami peningkatan sesuai target yang diinginkan

peneliti. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga siswa diperoleh jawaban

bahwa siswa tidak merasa keberatan jika harus mengerjakan tes menulis surat

pribadi. Bahkan Kissia Kinandi, siswa yang mendapat nilai tertinggi


131

menambahkan jawabannya kalau dia sudah terbiasa dan mulai menyukai kegiatan

menulis surat pribadi.

Selanjutnya, pertanyaan keempat masih sama dengan pertanyaan

wawancara siklus I, apakah siswa mengalami kesulitan dalam menulis surat

pribadi? Jawaban yang sama masih terlontar dari ketiga siswa “tidak ada” jawaban

singkat ini sungguh berarti bagi seorang guru karena dapat dikatakan

pembelajaran guru dalam memberikan materi menulis surat pribadi sudah

berhasil.

Diskusi merupakan salah satu kegiatan learning community dari

pembelajaran kontesktual. Pada siklus II ini kegiatan pembelajaran lebih

difokuskan pada diskusi kelompok. Kegiatan yang dilakukan dalam kerja

kelompok ini adalah tiap kelompok mendiskusikan contoh-contoh surat pribadi

yang dihadirkan guru. Contoh surat pribadi dari guru dan contoh surat pribadi dari

siswa didiskusikan dan dibandingkan dari segi isi, bahasa, penyusunan kalimat,

pilihan kata, ejaan, dan sistematika surat. Dengan metode diskusi diharapkan

siswa lebih paham mengenai surat pribadi. Untuk membuktikan kebenaran apakah

metode diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menulis surat

pribadi, guru menanyakan kepada ketiga siswa responden ini jawaban mereka

tetap sama “ya”.

Pemodelan merupakan salah satu sarana penting dalam pembelajaran

kontekstual. Pada siklus II pemodelan masih menggunakan contoh surat pribadi,

contoh surat yang dihadirkan guru pada siklus II ini berbeda dari contoh surat

pada siklus I, ada dua contoh yang dihadirkan guru untuk tiap kelompok yaitu
132

contoh surat yang baik dan benar berasal dari guru dan contoh surat yang kurang

baik berasal dari siswa. Dengan mendiskusikan kedua contoh model surat ini

diharapkan siswa lebih paham mengenai surat pribadi. Hasil dari wawancara

seputar masalah contoh surat tersebut ternyata ketiga responden ini menjawab

“ya, dapat saya pahami”. Berdasarkan jawaban tersebut dapat dikatakan bahwa

contoh-contoh surat pribadi yang dihadirkan guru tidak sulit dan mudah dipahami

oleh siswa. Hal ini diperkuat dengan bukti kedua jawaban Kissia dan Tomi yang

menyatakan “sekarang saya sudah dapat membedakan bagian-bagian surat dan

dapat memberikan contoh bagian-bagian surat pribadi”. Berbeda dengan jawaban

Reynard, dia sebenarnya sudah paham dengan bagian-bagian surat pribadi, tetapi

jika harus memberikan contoh lain dari bagian-bagian surat tersebut dia masih

kesulitan. Pertanyaan selajutnya, masih seputar contoh surat pribadi. Ketiga siswa

menyatakan dapat meniru sistematika, format serta kaidah penulisan surat pribadi

yang baik dan benar.

Pembelajaran kontekstual komponen pemodelan lebih mengutamakan

proses daripada produk itu sendiri. Dalam kelas berbasis kompetensi,

pembelajaran yang bermakna lebih diutamakan untuk mencapai kompetensi

pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan wawancara dengan ketiga siswa

diketahui mereka merasa senang terhadap pembelajaran menulis surat pribadi

yang diajarkan guru.

Kesan siswa terhadap pembelajaran menulis surat pribadi dengan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan tiap siswa berbeda. Kissia Kinandi

mengungkapkan perasaannya bahwa pembelajaran yang diberikan guru


133

menyenangkan, pembelajarannya pun mudah dipahami. Jawaban Kissia ini

senanda dengan Tomi Rahardian yang mengatakan pembelajaran yang diberikan

guru mudah dipahami. Selanjutnya, Reynard Brian Alfreda juga mengatakan

pernyataan senada bahwa pembelajaran yang diberikan guru menyenangkan.

Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga siswa ini dapat disimpulkan

bahwa mereka sekarang sudah memahami materi pembelajaran menulis surat

pribadi, baik dari segi isi, bahasa, peyusunan kalimat, pilihan kata, penggunaan

ejaan, dan sistematika surat. Hal ini karena dipengaruhi oleh metode dan cara

mengajar guru yang berbeda dari sebelumnya, siswa merasa senang karena siswa

menemukan pengalaman baru. Dapat dikatakan pembelajaran kontekstual

komponen pemodelan yang diterapkan guru sudah berhasil meningkatkan

keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi.

4.1.3.2.4 Hasil Angket

Data penelitian yang terkumpul melalui angket pada siklus II merupakan

instrumen tambahan untuk memperkaya perolehan data dan analisis data. Data

diperoleh melalui sepuluh pertanyaan yang berisi tanggapan, perasaan, pandangan

dan pengalaman siswa mengenai pembelajaran menulis surat pribadi dengan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

Berdasarkan analisis data angket dapat dijelaskan bahwa siswa senang

dengan metode pembelajaran yang digunakan guru. Dari 40 siswa, 22 siswa

memberikan pernyataan sangat setuju, sedangkan 18 siswa lainnya berkomentar

setuju. Hal ini membuktikan bahwa mereka menikmati, dan merasa tidak
134

terbebani mengikuti pembelajaran dengan pendekatan serta metode yang

diterapkan guru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan

sangat memberikan respon positif bagi siswa. Bukti ini diperkuat dengan jawaban

25 siswa yang menyatakan sangat setuju dengan metode pembelajaran kontektual

yang digunakan guru dapat menambah motivasi siswa dalam menulis surat

pribadi. 13 siswa lainnya menyatakan setuju dan sisanya sebanyak 2 orang siswa

menyatakan tidak setuju.

Masyarakat belajar atau learning community dalam pembelajaran

kontekstual merupakan salah satu rangkaian komponen yang harus diterapkan

dalam pembelajaran berbasis kompetensi. Bentuk kegiatan masyarakat belajar

dalam pembelajaran menulis surat pribadi adalah kerja kelompok. Kerja

kelompok dengan mendiskusikan suatu permasalahan yang ada untuk menemukan

pemecahannya. Kegiatan ini ternyata dapat membantu pemahaman siswa

mengenai surat pribadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa dari 26 siswa

yang menyatakan sangat setuju dan 14 siswa menyatakan setuju.

Media pembelajaran merupakan salah satu alat penunjang pembelajaran

yang sangat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Hal ini telah

dibuktikan dari pernyataan 26 siswa yang menyatakan sangat setuju terhadap

contoh surat yang dihadirkan guru dapat membantu siswa memahami cara

penulisan surat yang baik dan benar, sedangkan sisanya sebanyak 14 orang

menyatakan setuju. Respon positif seluruh siswa ini membuktikan bahwa

pengaruh media, berupa model ataupun contoh surat yang dihadirkan guru
135

mempunyai andil yang sangat basar dalam menjembatani pemahaman siswa

terhadap materi yang diajarkan.

Selanjutnya, tanggapan yang diberikan siswa mengenai pengaruh suasana

kelas terhadap kenyamanan menulis surat pribadi tiap siswa berbeda-beda. Dari

hasil rekapitulasi angket, 16 siswa menyatakan sangat setuju, 20 siswa lainnya

menyatakan setuju, dan 4 orang lainya menyatakan tidak setuju. Berdasarkan

pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa suasana kelas yang

tenang memungkinkan kelancaran siswa dalam menuangkan emosional

perasaannya dalam bentuk surat.

Berdasarkan tanggapan siswa, pengalaman menulis surat memang dapat

mempengaruhi siswa dalam menulis surat yang baik. Bukti ini direkap dari data

angket yang masuk, terdapat 24 siswa yang menyatakan sangat setuju, 15 siswa

menyatakan setuju dan hanya seorang siswa yang menyatakan tidak setuju. Jadi

dapat disimpulkan bahwa pengalaman dalam menulis surat mempunyai andil yang

besar dalam penulisan surat pribadi. Siswa yang berpengalaman atau sudah

pernah menulis surat pribadi tentu tidak akan kesulitan dibandingkan siswa yang

belum pernah menulis surat pribadi. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah

teknik mengajar guru. Guru harus pandai-pandai menyusun dan memilih strategi

pembelajaran yang memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran.

Teknik yang digunakan guru dengan memilih pendekatan kontekstual komponen

pemodelan ternyata memberikan pengalaman yang baru bagi siswa, karena selama

ini guru pamong dalam memberikan pembelajaran masih terikat dengan metode

tradisional yang mengutamakan produk daripada proses pembelajaran yang

bermakna. Teknik mengajar guru yang berbeda, memberikan pengalaman yang

baru bagi siswa. Siswa lebih senang dan menikmati pembelajaran kontekstual
136

komponen pemodelan daripada teknik pembelajaran tradisional. Hal ini

dibuktikan dengan pernyataan siswa yang sangat setuju sebanyak 17 siswa dan 23

siswa lainya menyatakan setuju.

Selanjutnya, tingkat efektivitas kegiatan menulis surat pribadi dapat

diketahui dari tanggapan siswa. Apakah siswa setuju, jika guru memberikan

latihan menulis surat pribadi terus-menerus. Berdasarkan data yang dianalisis,

diketahui 10 siswa mengatakan sangat setuju, 22 orang menjawab setuju dan

sisanya sebanyak 8 siswa mengatakan tidak setuju. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa latihan menulis surat pribadi terus-menerus tidak memberatkan

siswa, malah dapat memacu siswa untuk lebih terampil dalam menulis surat

pribadi.

Pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan ternyata memberikan banyak manfaat salah satunya adalah

siswa sekarang lebih merasa senang dengan kegiatan menulis surat pribadi. Hal

ini dinyatakan oleh 22 siswa yang memberikan tanggapan sangat setuju,

sedangkan 18 siswa lainya menyatakan setuju. Respon positif seluruh siswa ini

membuktikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan tenyata lebih berhasil memberikan pengalaman yang berharga dalam

pembelajaran, karena dalam pembelajaran kontekstual lebih mengutamakan

proses pembelajaran yang bermakna daripada produk pembelajaran, dengan

pembelajaran yang bermakna tentu akan terus mengingatkan siswa kepada materi

pembelajaran yang telah diterimanya.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang

diterapkan pada siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang telah

meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi. Bukti ini diperoleh
137

dari data angket yang direkap dari 40 siswa yang menyatakan sangat setuju

sebanyak 22 siswa dan yang menyatakan setuju sebanyak 18 siswa.

Berdasarkan data angket dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

pendekatan kontektual komponen pemodelan dapat meningkatkan keterampilan

menulis surat pribadi siswa dan dapat merubah mayoritas perilaku negatif siswa

menjadi perilaku positif.

4.1.3.2.5 Hasil Dokumentasi Foto

Pada siklus II ini, dokumentasi foto yang diambil masih sama dengan foto

pada siklus I. Pengambilan foto difokuskan pada kegiatan selama proses

pembelajaran, berupa kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontektual,

kegiatan diskusi, kegiatan tes dan kegiatan pengisian jurnal dan angket.

Dokumentasi berupa gambar ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan

pembelajaran selama peneitian berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus II

selengkapnya dipaparkan sebagai berikut.

Gambar 4. Proses Awal Pembelajaran


138

Gambar di atas merupakan kegiatan awal pembelajaran tampak guru

praktikan dengan guru pamong sedang memberikan pengarahan pada siswa

memberitahukan jam pelajaran yang diampunya telah selesai dan digantikan oleh

guru pratikan. Selama kegiatan penelitian siklus I maupun siklus II guru pamong

bertindak sebagai pengawas peneliti sekaligus pengamat kelas, guna pembelajaran

yang dilakukan peneliti dapat dikoreksi, dan dipertanggungjawabkan pada guru

pamong bila ada penyimpangan pembelajaran. Pada gambar tersebut tampak

siswa bersemangat ingin mengikuti pembelajaran yang dilakukan guru praktikan,

beberapa siswa tampak sedang mempersiapkan diri dengan sarana penunjang

lainnya untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada

kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran pada siklus II ini berupa

kegiatan diskusi. Proses kegiatan pelaksanakan diskusi kelompok ini dapat dilihat

pada gambar 5 di bawah ini

Gambar 5. Proses Kegiatan Diskusi


139

Gambar tersebut menunjukkan bahwa kegiatan diskusi yang dilakukan

sudah cukup kondusif. Tampak pada gambar siswa serius mengerjakan tugas dari

guru, mereka mendiskusikan contoh-contoh surat yang dihadirkan guru. Terlihat

ada sekelompoknya siswa yang aktif berdiskusi, berbagi tugas dengan teman

sekelompokmya untuk mengerjakan tugas dari guru. Tampak pula guru memandu

jalannya diskusi. Kegiatan diskusi ini diakhiri dengan mempresentasikan hasil

diskusi kelompok, perwakilan dari kelompok maju kedepan menjelaskan atau

menuliskan hasil diskusinya di depan kelas. Kegiatan ini dapat dilihat pada

gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Kegiatan Presentasi Hasil Diskusi

Pada gambar tersebut tampak perwakilan dari tiga kelompok yang maju

didepan kelas menuliskan hasil diskusinya. Ketiga siswa yang berani tampil

tersebut bernama Gaza Pahlevi, Mahardini dan Syofa Adelya Yositasari,

sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan atas apa yang dituliskan siswa
140

di depan kelas. Guru memberikan penguatan dan masukan pada hasil diskusi

siswa.

Kemudian, kegiatan ini dilanjutkan dengan tes menulis surat pribadi siswa

dan pembelajaran diakhiri dengan dengan pengisian jurnal dan angket.

4.2 Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil pratindakan, hasil

tindakan sikus I, dan hasil tindakan siklus II. Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan melalui dua tahapan yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil

tersebut meliputi hasil tes dan nontes. Pembahasan hasil tes penelitian mengacu

pada pemerolehan skor yang dicapai siswa dalam uji keterampilan menulis surat

pribadi dengan topik yang berbeda pada tiap siklusnya. Aspek-aspek yang dinilai

dalam keterampilan menulis surat pribadi meliputi tujuh aspek yaitu: (1) aspek

kesesuaian isi surat dengan topik; (2) bahasa surat; (3) penyusunan kalimat; (4)

pilihan kata; (5) penggunaan ejaan; (6) sistematika surat; dan (7) kerapian surat.

Pembahasan hasil nontes berpedoman lima instrumen penelitian yaitu : (1) lembar

observasi, baik observasi siswa maupun observasi kelas; (2) jurnal, baik jurnal

siswa maupun jurnal guru; (3) wawancara; (4) angket; dan (5) dokumentasi foto.

Kegiatan pratindakan dilakukan sebelum tindakan siklus I dilakukan. Hal

ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi awal tentang

keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi. Setelah melaksanakan kegiatan

menganalisis, peneliti melakukan tindakan siklus I dan siklus II. Proses

pembelajaran menulis surat pribadi dengan pendekatan kontekstual komponen


141

pemodelan, pada siklus I dan siklus II selalu diawali dengan kegiatan mepresensi

siswa-siswa terlebih dahulu. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan

menanyakan keadaan siswa, memancing siswa ke pokok materi ataupun dengan

melatih memori ingatan siswa dengan mengadakan kuis berupa pertanyaan-

pertanyaan secara lisan. Setelah siswa terpancing dan mengingat pokok materi

yang akan dibahas, maka guru mulai menjelaskan segala kegiatan yang dilakukan

selama 2 jam pelajaran. Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan guru membagi

siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Langkah selanjutnya guru membagikan

contoh surat kepada masing-masing kelompok. Siswa mencermati dan membaca

dengan seksama model surat pribadi yang sudah didapatnya. Kemudian siswa

mendiskusikan hal-hal yang ditugaskan guru berkaitan dengan menulis surat

pribadi. Kemudian hasil dari diskusi dipresentasikan oleh perwakilan kelompok.

Berdasarkan pendapat-pendapat siswa tersebut guru memberikan penegasan serta

penguatan bagi siswa. Langkah selanjutnya guru mengadakan tes menulis surat

pribadi dengan topik yang telah ditentukan.

Hasil menulis surat pribadi yang telah terbungkus rapi dalam amplop

berperangko, kemudian dibagikan kepada siswa sesuai dengan tujuan surat. Siswa

kemudian, mengkoreksi dan memperbaiki hasil kerja teman. Hasil koreksi siswa

kemudian dikumpulkan dan dikoreksi ulang oleh guru untuk menghasilkan nilai

yang benar-benar valid. Hasil tes keterampilan menulis surat pribadi dapat dilihat

pada tabel 20 di bawah ini.


142

Tabel 20. Hasil Tes keterampilan menulis surat pribadi Pratindakan, Siklus I, dan

Sikus II.

Peningkatan
Nilai Rata-Rata Kelas
No Aspek Penilaian (%)
Pratindakan SI SII SI SII
1 Kesesuaian isi surat dengan topik 9,47 13,42 18,12 3,95 4,7
2 Bahasa surat 15,32 16,52 20,7 1,2 4,18
3 Penyusunan kalimat 5,62 5,75 7,62 0,13 1,87
4 Pilihan kata 6,85 7 8,50 0,15 1,5
5 Ejaan 5,45 5,55 6,47 0,1 0,92
6 Sistematika 8,35 12,42 13,62 4,07 1,2
7 Kerapian surat 7,5 8,12 8,62 0,62 0,5
Jumlah 58,56 68,78 83,65 10,22 14,87

Berdasarkan rekapitulasi data hasil tes keterampilan menulis surat pribadi

dari pratindakan, siklus I sampai siklus II, sebagaimana tersaji dalam tabel di atas,

dapat dijelaskan bahwa keterampilan siswa pada setiap aspek penilaian menulis

surat pribadi mengalami peningkatan. Uraian tabel tersebut dijelaskan secara rinci

sebagai berikut.

Hasil pratindakan skor rata-rata kelas mencapai 58,56 termasuk dalam

kategori kurang karena masih berada pada rentang skor 0–59. Skor rata-rata

tersebut berasal dari jumlah rata-rata masing-masing aspek yang dinilai. Pada

pratindakan, aspek kesesuaian isi dengan topik sebesar 9,47. Aspek bahasa surat

sebesar 15,32. Aspek penyusunan kalimat sebesar 5,62. Aspek pilihan kata

sebesar 6,85. Aspek penggunaan ejaan sebesar 5,45. Aspek sistematika surat

sebesar 8,35, dan yang terakhir adalah aspek kerapian surat sebesar 7,5.
143

Rendahnya keterampilan siswa dalam menulis surat pribadi tersebut karena

beberapa faktor yang melingkupinya yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal ini dapat dilihat pada kemampuan siswa dalam aspek bahasa dan

nonkebahasaan yang masih kurang, hal ini dapat dibuktikan pada hasil penilaian

tiap aspek surat yang menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, jauh di bawah

kategori baik. Faktor eksternal berasal dari pola pembelajaran guru yang masih

terikat dengan pola pembelajaran tradisional. Pola pembelajaran yang cenderung

statis, kaku, dan hanya mengutamakan produk pembelajaran tanpa

mempertimbangkan proses pembelajaran itu sendiri.

Hasil tes siklus I menulis surat pribadi dengan rata-rata skor klasikal

mencapai 68,8 atau dalam kategori cukup, karena berada dalam rentang 60-74.

Dengan demikian hasil tersebut belum memenuhi target nilai yang telah

ditetapkan. Skor rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek penilaian.

Pada aspek kesesuaian isi surat dengan topik sebesar 13,42 termasuk dalam

kategori baik. Hal ini dikarenakan siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah

02 sudah paham dan mengerti dalam menyesesuaikan topik dengan isi surat. Isi

surat yang ditulis siswa sudah relevan dengan topik. Pada aspek bahasa surat skor

rata-rata sebesar 16,52 termasuk dalam kategori baik. Aspek penyusunan kalimat

juga masih termasuk dalam kategoti baik, yaitu dengan skor rata-rata 7,625.

Dengan demikian, siswa sudah dapat menyusun kalimat dengan baik dan benar.

Pada aspek pemilihan kata atau diksi rata-rata skor mencapai 8,5 termasuk dalam

kategori sangat baik. Hal ini dikarenakan hampir semua siswa sudah tidak

kesulitan dalam memilih dan memakai kata dalam surat pribadi. Pada aspek
144

penggunaan ejaan skor rata-rata yang dicapai sebesar 5,55 atau termasuk dalam

kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa sisswa sudah paham dalam

menggunakan ejaan yang baik dan benar dalam menuliskan pada surat pribadi.

Aspek sistematika penulisan surat yang dicapai sebesar 12,42 atau dalam kategori

sangat baik. Pada aspek kerapian surat termasuk dalam kategori sangat baik,

karena skor rata-rata yang dicapai sebesar 8,12. Jadi dapat dikatakan kemampuan

siswa secara klasikal sudah dapat menulis surat pribadi dengan baik, rapi dan

tanpa coretan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa per

aspek penilaian menulis surat pribadi sudah banyak mengalami peningkatan

sebesar 10% dari rata-rata skor pratindakan.

Hasil tes menulis surat pribadi siklus II didapat skor rata-rata kelas yaitu

sebesar 83,7 atau dengan kategori baik karena berada pada rentang skor 75-84.

Pencapaian skor tersebut berarti sudah memenuhi target bahkan melampaui target

yang ditentukan, dengan demikian tindakan siklus III tidak perlu dilakukan. Skor

masing-masing aspek pada siklus II diuraikan sebagai berikut.

Pada aspek kesesuaian isi surat dengan topik mencapai skor rata-rata

sebesar 18,12 atau dalam kategori sangat baik dan mengalami peningkatan

sebesar 4,7% dari skor rata-rata siklus I. Hal ini membuktikan bahwa siswa kini

semakin paham dalam merelevansikan isi surat dengan topik. Pada aspek bahasa

surat mencapai skor rata-rata 20,7 atau dalam kategori baik dan mengalami

peningkatan sebesar 4,2%. Dengan demikian, dapat dikatakan siswa sudah dapat

mengolah bahasa dengan baik pada aspek penyusunan kalimat mencapai rata-rata

skor 7,62 atau dalam kategori baik dan rata-rata skor 6,47 termasuk kategori baik
145

dan mengalami peningkatan sebesar 1,5%. Pada aspek sistematika surat mencapai

rata-rat skor 13,62 atau masuk dalam kategori sangat baik dan mengalami

peningkatan sebesar 1,2%. Selanjutnya, pada aspek kerapian surat rata-rata skor

mencapai 8,62 termasuk dalam kategori sangat baik dan mengalami peningkatan

sebesar 0,5% dari siklus sebelumnya. Untuk lebih jelasnya perbandingan skor

yang diperoleh siswa dari pratindakan,siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada

grafik 4 di bawah ini.

GRAFIK HASIL TES KETERAMPILAN


MENULIS SURAT PRIBADI

100
80
Jumlah Skor

60
40
20
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Subjek Penelitian
PRA TINDAKAN SIKLUS 1 SIKLUS 2

Grafik 4. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Pribadi

Grafik 4 diatas menunjukkan adanya peningkatan prestasi menulis surat

pribadi tiap siswa dari pratindakan, siklus I sampai siklus II. Grafik tersebut dapat

dilihat keterampilan siswa mulai dari pratindakan terus mengalami peningkatan

skor sampai siklus II. Pada grafik pratindakan menunjukkan mayoritas skor siswa

berada pada level 50-60. Grafik siklus I menunjukkan peningkatan sebanyak 10%

dari pratindakan, skor yang dicapai siswa mayoritas sudah berada pada level
146

Grafik pratindakan menunjukkan kategori kurang karena berada pada level 0-59.

Selanjutnya, peningkatan siklus I menunjukkan kategori cukup antara 60-74.

Grafik siklus II memperlihatkan peningkatan yang cukup mengesankan mayoritas

siswa pada siklus II ini sudah termasuk dalam kategori baik karena berada pada

level 75-84.

Peningkatan keterampilan menulis siswa ini merupakan prestasi siswa

yang patut dibanggakan. Sebelum diberlakukannya tindakan siklus I maupun

siklus II kemampuan siswa masih sangat kurang, kemudian setelah

diberlakukanya tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan kemampuan menulis surat pribadi siswa dari

siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual komponen pemodelan terbukti

mampu membantu siswa dalam menumbuhkan pengertian dan perkembangan

bahasa serta dapat meningkatkan kualitas, kreativitas, produktivitas, dan

efektivitas pembelajaran siswa dalam menulis surat pribadi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Hamalik (dalam Suyatinah 2003:140) yang menyatakan bahwa manfaat

media pendidikan dalam pembelajaran adalah : (1) meletakkan dasar-dasar yang

konkret untuk berpikir; (2) memperbesar perhatian siswa; (3) membantu

tumbuhnya dan membantu perkembangan berbahasa; (4) media pendidikan dapat

membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan belajar, memberikan pengaruh-

pengaruh psikologis terhadap siswa. Periode orientasi pembelajaran akan

berlangsung lebih efektif, apabila guru menggunakan media pendidikan. Sejalan

dengan pendapat di atas, Sujana (dalam Suyatinah 2003: 132) mengatakan bahwa
147

penggunaan media dalam proses belajar-mengajar (PBM) mempunyai nilai: (a)

dapat meletakan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir; (b) dapat memperbesar

minat dan perhatian; (c) dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar

sehingga hasil belajar bertambah mantap; (d) menumbuhkan pemikiran yang

teratur dan berkesinambungan; (e) membantu tumbuhnya pemikiran dan

membantu berkembangnya kemampuan bahasa; (f) membantu berkembangnya

efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.

Kehadiran model surat sebagai komponen utama dalam pendekatan

kontekstual sebagai media dalam pelaksanaan pembelajaran menulis surat pribadi

siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang terbukti mampu

membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi pencapaian tujuan. Bahan

pelajaran yang dimanipulasikan dalam bentuk media pelajaran menjadikan siswa

seolah-olah bermain dalam suasana yang mengasyik dan bekerja dengan suatu

media lebih menyenangkan mereka, dan sudah tentu pembelajaran akan lebih

bermakna (meaningful). Kehadiran model surat yang sengaja diberikan siswa

dimaksudkan karena anak usia Sekolah Dasar termasuk dalam taraf berpikir

konkret, dimana pada tahap ini pola pikir siswa masih sesuai dengan realita

pemahamannya sendiri, maka pada tahap ini perlu adanya bimbingan dari guru

untuk membangun sebuah pemahaman yang berdasar. Dengan adanya pemodelan

yang baik di dalam pembelajaran menulis dapat memperjelas konsep, sehingga

akan menarik perhatian siswa, minat belajar siswa pun akan meningkat dan pada

akhirnya prestasi siswa dalam menulis juga akan meningkat. Seperti yang

diutarakan Piaget (dalam Suyatinah 2003:132) bahwa anak usia Sekolah Dasar
148

kemampuan berpikir, bernalar, dan perkembangan bahasa memerlukan simbol-

simbol, contoh atau gambar pembelajaran.

Peningkatan prestasi siswa dalam menulis surat pribadi ini diikuti pula

dengan adanya perubahan perilaku siswa dari pratindakan sampai pada siklus II.

Berdasarkan hasil nontes yaitu melalui observasi, jurnal, wawancara, dan

dokumentasi foto pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam

mengikuti pembelajaran menulis surat pribadi, dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan belum begitu memuaskan. Sikap dari sebagian siswa atau

sekitar 40% siswa masih menunjukkan perilaku yang negatif dalam menerima

materi pembelajaran, konsentrasi siswa dalam memperhatikan penjelasan guru

belum penuh dan belum terfokus. Hal ini dibuktikan dengan beberapa siswa atau

10% siswa ramai sendiri, ngobrol dengan teman sebangkunya. 15% siswa lainnya

tampak pasif dan 5% siswa terlihat kurang bersemangat mengikuti jalannya proses

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Setelah disinyalir melalui data

jurnal dan wawancara yang dilakukan peneliti, sebagian siswa ini ternyata masih

bingung atau belum paham dengan pola pembelajaran yang diberikan guru

praktikan yang menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan

sebagai strategi pembelajaran menulis surat pribadi. Kenyataan ini merupakan hal

yang wajar sebab selama ini karena selama ini guru lebih cenderung

menggunakan pendekatan tradisional dalam melaksanakan pembelajaran.

Kondisi yang tergambar pada siklus I merupakan permasalahan yang harus

dihadapi dan harus dicarikan solusinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut

peneliti sengaja merevisi dan mematangkan rencana pembelajaran pada siklus II.
149

Pola pembelajaran pada siklus II merupakan hasil pertimbangan pendapat para

siswa yang tercantum pada jurnal dan hasil wawancara pada siklus I. Siswa

menginginkan pembelajaran yang sama yaitu dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan, mereka merasa pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual komponen. Pada siklus II ini pemodelan dengan media surat tetap

menjadi alternatif pembelajaran kontekstual, metode diskusi, kuis, dan permainan

tetap menjadi menu utama pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.

Penekanan siklus II ini lebih diutamakan pada proses pembelajaran yang

menyenangkan dan bermakna. Proses pembelajaran seperti ini didukung oleh

pendapat Mulyasa (2002:193) Untuk peserta didik Sekolah Dasar, belajar akan

lebih bermakna jika apa yang dipelajarinya berkaitan dengan pengalaman

hidupnya sebab anak melihat keseluruhan dari sesuatu yang ada di sekitarnya.

Kurikulum berbasis kompetensi yang dilaksanakan secara terpadu memberikan

sesuatu yang lebih berarti pada peserta didik karena mereka akan memahami

hubungan berbagai hal dan kejadian dalam kehidupan.

Hasil dari penerapan replan siklus I ini ternyata berdampak positif yang

memuaskan, dari hasil observasi siklus II menggambarkan suasana kelas dalam

pembelajaran lebih kondusif. Siswa tampak siap mengikuti pembelajaran dengan

segala tugas yang diberikan guru. Siswa terlihat lebih senang dan menikmati

pembelajaran guru. Selain itu, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran baik

dalam kegiatan diskusi maupun aktif dalam mengajukan pertanyaan. Siswa pun

kini dengan lancar dan senang hati merasa senang mengungkapkan segala pikiran

dan perasaannya dalam bentuk surat. Hal ini karena siswa mulai terbiasa pada
150

latihan atau tes menulis yang diajarkan guru. Dengan latihan yang terus-menerus

ini siswa semakin terlatih dan tidak dapat dipungkiri lagi keterampilan menulis

surat siswa juga bertambah sehingga berdampak pula pada hasil tes menulis surat

pribadi. Kenyataan ini telah dibuktikan pada hasil tes menulis surat pribadi siswa

dari pratindakan, siklus I sampai siklus II kemampuan siswa semakin meningkat,

siswa pun semakin terampil dalam menulis surat pribadi. Bukti diatas merupakan

hasil dari pernyataan siswa dari hasil wawancara, jurnal dan angket yang

diberikan kepada siswa.

Berdasarkan serangkaian analisis data dan situasi pembelajaran, dapat

dijelaskan bahwa perilaku siswa dalam pembelajaran menunjukkan perubahan.

Perubahan-perubahan ini mengarah pada perilaku positif. Siswa semakin giat dan

sungguh-sungguh dalam belajar tanpa terbebani dan tidak ada tekanan. Suasana

kelas yang semula penuh dengan nuansa pasif kini berganti dengan keceriaan

belajar. Aktifitas bicara dan kegiatan menulis surat pribadi tidak lagi menjadi hal

yang asing bagi siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar

dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sangat

menarik karena dapat membantu siswa dalam memahami penulisan surat pribadi

dan memberikan kemudahan siswa dalam memahami dan mengidentifikasi

bagian-bagian surat, selain itu pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dan

bermakna dapat dipetik dari pembelajaran ini. Siswa lebih termotivasi dan lebih

kreatif dalam mengungkapkan segala macam perasaannya dalam bentuk surat, tak

diragukan lagi produktivitas karya siswa tentu semakin baik dan lebih bagus.
151

akan berlangsung lebih efektif, apabila guru menggunakan media

pendidikan, misalnya dengan memasang gambar pada papan tempel atau papan

tulis.

Berdasarkan serangkaian analisis data dan situasi pembelajaran, dapat

dijelaskan bahwa perilaku siswa dalam pembelajaran menunjukkan perubahan.

Perubahan ini mengarah pada perilaku positif. Siswa semakin giat dan sungguh-

sungguh dalam belajar tanpa terbebani dan tidak ada tekanan. Suasana kelas yang

semula penuh dengan nuansa pasif kini berganti dengan keceriaan belajar.

Aktifitas bicara dan kegiatan menulis surat pribadi tidak lagi menjadi hal yang

asing bagi siswa.

Anak usia Sekolah dasar termasuk dalam taraf berpikir konkret. Seperti

diutarakan oleh piaget (dalam Suyatinah 2003:139) yang menyatakan bahwa anak

usia Sekolah Dasar kemampuan berpikir, bernalar, dan perkembangan bahasa

memerlukan simbol-simbol atau gambar. Gambar sebagai rangsangan tugas

menulis sangat baik diberikan pada siswa Sekolah Dasar pada tahap awal. Sekolah

Dasar tahap pemula sangat cocok bila disajikan gambar sebagai rangsangan tugas

menulis. Gambar sangat membantu siswa dalam mengekspesikan gagasan, serta

memproduksi bahasa (kata atau kalimat) yang akan diungkapkan melalui tulisan.

Hal tersebut juga didukung oleh Sujana (2000: 100) yang mengatakan bahwa

penggunaan media dalam pembelajaran: a) dengan media dapat meletakkan dasar

untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap; b) dapat

memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar; c) membantu tumbuhnya

pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa.


152

Senada dengan pendapat-pendapat di atas (Hamalik, 1994) menyatakan

bahwa manfaat media pendidikan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: a)

meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir; b) memperbesar perhatian

siswa; c) membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian membantu

perkembangan kemampuan berbahasa; dan d) media pendidikan termasuk gambar

dapat membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan belajar, memberikan

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Periode orientasi pembelajaran


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan, dalam

penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Keterampilan menulis surat pribadi siswa kelas V SD Negeri Pedurungan

Tengah 02 Semarang setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan mengalami peningkatan. Hasil

analisis data dari tes pratindakan, siklus I sampai siklus II terus meningkat..

Hasil tes pratindakan yaitu sebelum tindakan penelitian dilakukan,

menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai 58,56 atau sebesar 58,5%,

Pada siklus I rata-rata skor menjadi 68,78 atau sebesar 68,8%, antara tes

pratindakan dengan siklus I terjadi peningkatan sebesar 10,2%. Pada siklus II

rata-rata skor meningkat menjadi 83,65 atau sebesar 83,7%. Hal ini berarti

terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 14,87%.

2. Perilaku siswa kelas V SD Negeri Pedurungan Tengah 02 Semarang setelah

mengikuti pembelajaran menulis surat peribadi dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan perilaku

siswa ini dapat dibuktikan dari hasil data nontes yang meliputi observasi, jurnal

siswa, angket dan dokumentasi foto pada siklus I dan siklus II. Perubahan

perilaku siswa dapat dilihat secara jelas saat proses pembelajaran. Berdasakan

data observasi pada siklus I kegiatan pembelajaran siswa kurang bergairah,

151
152

sebagian siswa masih bingung dan belum bisa menyesesuaikan diri dengan

pendekatan yang digunakan guru, sehingga hanya 75% siswa yang konsentrasi

dan memperhatikan pembelajaran yang disampaikan guru. Selama pelaksanaan

pembelajaran siklus II telah terjadi perubahan perilaku siswa. Perubahan

perilaku itu adalah perubahan yang positif, siswa mulai senang dan menikmati

pembelajaran yang disampaikan guru. Hal tersebut dapat diketahui dari

peningkatan respons positif yang ditunjukkan siswa, 80% siswa sudah dapat

menyesuaikan diri dan berkonsentrasi pada pembelajaran yang diterapkan

guru. Mereka terlihat senang terhadap contoh surat yang dihadirkan guru 70%

siswa sudah dapat mengidentifikasi dan meniru ataupun memperbaiki model

surat yang dihadirkan guru, siswa dalam mengerjakan tes pun terlihat

bersemangat dan dengan senang hati mengungkapkan apa yang dipikirkan dan

dirasakannya dalam bentuk surat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat

meningkatkan perilaku positif siswa dan dapat mengubah perilaku negatif

siswa menjadi perilaku positif.


153

5.2 Saran

Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan

saran sebagai berikut.

1. Para guru Bahasa Indonesia seyogyanya berperan aktif sebagai inovator untuk

memilih teknik pembelajaran yang paling tepat sehingga pembelajaran yang

dilaksanakan menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa.

2. Para guru Bahasa Indonesia dapat menggunakan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan dalam membelajarkan keterampilan menulis surat

pribadi.

3. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat

dijadikan alternatif pilihan bagi guru bidang studi lain dalam membelajarkan

bidang garapannya.

4. Para praktisi atau peneliti di bidang pendidikan dan bahasa dapat melakukan

penelitian serupa dengan teknik pembelajaran yang berbeda sehingga

didapatkan berbagai alternatif teknik pembelajaran menulis.


DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1996/ 1997. Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Astuti, Dwi. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan


Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS
4 SMK Negeri 8 Semarang. Skripsi. 2004

Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta: Andi


Jaya.

Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Contextual Teaching and Learning


(CTL). Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Silabus Kurikulum SD Kelas V. Semarang: Depdiknas.

Jamaah. 2001. Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia dalam Surat-Surat Dinas


pada Kantor Tata Usaha SMU Negeri 1 Mejobo Kudus. Skripsi. 2001.

Marjo. 2000. Surat-surat Lengkap (complete letters). Jakarta: Setia Kawan

Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan


Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran


Berbahasa. Jakarta: Gramedia.

Nurhadi, dkk. 2004. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1997. Pokok-pokok Pengajaran Bahasa dan


Kurikulum 1994. Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC

154
155

Samadhy, Umar. 2000. Pembelajaran Menulis di SD dengan Pendekatan proses


Menulis. Semarang: Lingua Artistika.

Soedjito dan Solchan TW. 1999. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sudarsa, Caca, dkk. 1992. Surat-Menyurat dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:


Depdikbud.

Suhanda, Panji. 1978. Dasar-Dasar Korespondensi Niaga Bahasa Indonesia.


Jakarta: Karya Utama.

Sujanto. 1988. Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.

Supartiningsih, Sri. 1998. Kesantunan Berbahasa Surat Pribadi Kepada Orang


yang Dihormati Siswa Kelas II Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bae
Kudus. Skripsi. 2004.

Suriamiharja, Agus, dkk. 1996. Petunjuk Praktis Penulisan. Jakarata : Depdikbud.

Suryanto. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan


Teknik Modeling pada Siswa Kelas II D SLTP 1 Sukorejo Kendal.
Skripsi. 2004.

Suyatinah. 2003. Peningkatan Keefektifan Pembelajaran Menulis di Kelas II SD


Negeri Ngaglik Sardonoharjo dengan Menggunakan Pendekatan Proses
dan Media Gambar. Jurnal Penelitian dan Evaluasi. Tahun V. Nomor 6:
128-141. Yogyakarta: UNY.

Tarigan, Djago dan H. G Tarigan. 1996. Teknik Pengajaran Keterampilan


Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Tarigan H. G. 1986. Menulis. Bandung : Angkasa.

Zulaekha, Ida. 2003. Strategi Pembelajaran dengan Pendekatan kontekstual Mata


Pelajaran Bahasa Indonesia. Makalah disajikan dalam Seminar
Regional. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni, UNNES,
5 Mei.
PERBANDINGAN SKOR RATA-RATA PRATINDAKAN,
SIKLUS I DAN SIKLUS II
Nilai
No Subjek Penelitian
Pratindakan Siklus I Siklus II
1 001 49 55 75
2 002 55 65 88
3 003 55 76 83
4 004 49 62 75
5 005 51 50 79
6 006 71 68 82
7 007 47 60 78
8 008 60 50 81
9 009 64 66 84
10 010 65 80 86
11 011 47 62 79
12 012 58 74 91
13 013 54 52 75
14 014 66 71 88
15 015 53 84 77
16 016 62 58 90
17 017 54 65 90
18 018 54 63 88
19 019 67 78 95
20 020 64 82 78
21 021 59 79 93
22 022 58 83 97
23 023 57 82 79
24 024 56 76 79
25 025 50 81 91
26 026 55 61 77
27 027 57 45 75
28 028 65 87 93
29 029 57 59 76
30 030 61 81 75
31 031 71 64 75
32 032 69 69 85
33 033 68 70 91
34 034 59 56 76
35 035 52 65 91
36 036 55 88 94
37 037 60 70 87
38 038 70 70 83
39 039 55 63 81
40 040 64 82 87
Jumlah 2343 2752 3347
Rata-rata 58.575 68.8 83.675
Persentase 58,5% 68,8% 83,7%
Peningkatan 10,2% 14,9%

You might also like