You are on page 1of 11

[ PERAN PEMUDA, PERMASALAHAN DAN

TANTANGANNYA]
eksistensi bangsa ini di masa depan sangat ditentukan oleh seberapa jauh bangsa ini
mampu berdiri sama tegak dengan negara-negara lain dalam dinamika kehidupan
internasional.

OLEH:

GITA NUR ISTIQOMAH


SULAWESI UTARA
PERAN PEMUDA, PERMASALAHAN dan TANTANGANNYA

PENDAHULUAN

Bukanlah pemuda yang mengatakan “inilah ayahku”,

Sesungguhnya pemuda adalah mereka yang berkata “inilah aku”

(Ali bin Abi Thalib)

PEMUDA merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan
kader keluarga. Pemuda selalu diidentikan dengan perubahan, betapa tidak peran pemuda
dalam membangun bangsa ini, peran pemuda dalam menegakkan keadilan, peran pemuda
yang menolak kekuasaan. Didalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang
potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan
bangsanya.

Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu yang selalu berjuang
dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi taruhannya. Indonesia merdeka berkat
pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir,
Bung Tomo dan lain-lain dengan penuh mengorbankan dirinya untuk bangsa dan Negara.

Dalam sebuah pidatonya, Sukarno pernah mengobarkan semangat juang Pemuda. Apa kata
Sukarno “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”. Begitu besar peranan
pemuda di mata Sukarno, jika ada sembilan pemuda lagi maka Indonesia menjadi negara
Super Power.

Lalu bagaimanakah dengan pemuda kini? apakah tugas kita sebagai pemuda? dan apakah
semangat pemuda sekarang sudah mulai redup, seolah dalam kacamata negara dan
masyarakat seolah-olah atau kesannya pemuda sekarang malu untuk mewarisi semangat
nasionalisime.

1
Peran Pemuda, Permasalahan dan Tantangannya
Oleh: Gita Nur Istiqomah (SULUT)
1. PERAN PEMUDA

Kebanyakan orang berpikir saat masih muda mereka hanya menganggap tugas mereka adalah
sekolah, bekerja dan menikah.Tapi apakah sesimple itu dalam memandang dan menjalani
hidup tanpa memikirkan apa yang sedang terjadi pada lingkungan sekitar, krisis moral, krisis
ekonomi, dan berbagai krisis multidimensial yang melanda bangsa kita. Berdasarkan berbagai
potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh pemuda, tidak sepantasnyalah bila ia hanya
mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan
negaranya. Jangan pernah kita mengatakan kalau kita pemuda sedang kita hanya duduk-
duduk, diam, menonton, dan menikmati kondisi tanpa mau peduli. Lalu apakah peran kita?

1.1 Pemuda Sebagai “Iron Stock” (Generasi Pengganti)


Generasi muda adalah generasi pengganti yang tua. Jadi, pemuda diharapkan menjadi
manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat
menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Ia merupakan aset, cadangan, harapan bangsa
untuk masa depan.

Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar


terjadi, dari zaman nabi, kolonialisme, hingga reformasi, pemudalah yang menjadi garda
depan perubah kondisi bangsa.

Lantas sekarang apa yang kita bisa lakukan dalam memenuhi peran Iron Stock tersebut ?
Jawabannya tak lain adalah dengan memperkaya diri kita dengan berbagai pengetahuan baik
itu dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari berbagai
kesalahan yang pernah terjadi di generasi-generasi sebelumnya.

Lalu kenapa harus Iron Stock ?? Bukan Golden Stock saja? Mungkin didasarkan atas sifat
besi itu sendiri yang akan berkarat dalam jangka waktu lama, sehingga diperlukanlah
penggantian dengan besi-besi baru yang lebih bagus dan kokoh. Hal itu sesuai dengan kodrat
manusia yang memiliki keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran.

1.2 Pemuda Sebagai “Agent of Change” (Generasi Pembaharu)

Artinya adalah pemuda sebagai agen dari suatu perubahan. “Kenapa harus ada
perubahan ???”. Karena menurut saya kondisi bangsa saat ini jauh sekali dari kondisi ideal,
dimana banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini,
mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak
rakyatnya. Sudah seharusnyalah kita melakukan sesuatu terhadap hal ini. Lalu alasan
selanjutnya mengapa kita harus melakukan perubahan adalah karena perubahan itu sendiri
merupakan harga mutlak dan pasti akan terjadi walaupun kita diam. Bila kita diam secara
tidak sadar kita telah berkontribusi dalam melakukan perubahan, namun tentunya perubahan
yang terjadi akan berbeda dengan ideologi yang kita anut dan kita anggap benar.

Pertanyaan berikutnya yang mungkin muncul adalah mengapa harus kita yang melakukan
perubahan, dan bukan orang lain. Secara sederhana jawabannya adalah karena kita adalah
orang-orang terpilih. Dengan kata lain, kita telah sadar akan potensi yang kita miliki; dan

Peran Pemuda, Permasalahan dan Tantangannya


Oleh: Gita Nur Istiqomah (SULUT) 2
setiap potensi bermakna adanya tanggung jawab. Makin besar potensi yang dimiliki
seseorang, makin besar pula tanggung jawab yang dimilikinya. Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Al Hakim, Rasulullah juga mengingatkan kita untuk mempergunakan lima
kesempatan, yang di antaranya adalah masa muda sebelum datangnya tua.

Dalam melakukan perubahan tersebut haruslah dibuat metode yang tidak tergesa-gesa,
dimulai dari ruang lingkup terkecil yaitu diri sendiri, lalu menyebar terus hingga akhirnya
sampai ke ruang lingkup yang kita harapkan, yaitu bangsa ini.

1.3 Pemuda Sebagai “Guardian of Value” (Generasi Penerus)

Pemuda sebagai Guardian of Value berarti pemuda berperan sebagai penjaga nilai-nilai di
masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??”
Sedikit sudah jelas, bahwa nilai yang harus dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak,
dan tidak ada keraguan lagi di dalamnya. Nilai itu jelaslah bukan hasil dari pragmatisme, nilai
itu haruslah bersumber dari suatu dzat yang Maha Benar dan Maha Mengetahui.

Selain nilai yang di atas, masih ada satu nilai lagi yang memenuhi kriteria sebagai nilai yang
wajib dijaga oleh pemuda, nilai tersebut adalah nilai-nilai dari kebenaran ilmiah. Kita sebagai
pemuda harus mampu mencari berbagai kebenaran berlandaskan watak ilmiah yang
bersumber dari ilmu-ilmu yang kita dapatkan dan selanjutnya harus kita terapkan dan jaga di
masyarakat.

Pemikiran Guardian of Value yang berkembang selama ini hanyalah sebagai penjaga nilai-
nilai yang sudah ada sebelumya, atau menjaga nilai-nilai kebaikan seperti kejujuran,
kesigapan, dan lain sebagainya. Hal itu tidaklah salah, namun apakah sesederhana itu nilai
yang harus pemuda jaga ? Oleh karena itu saya berpendapat bahwa Guardian of Value adalah
penyampai, dan penjaga nilai-nilai kebenaran mutlak dimana nilai-nilai tersebut diperoleh
berdasarkan watak ilmu yang dimiliki yaitu selalu mencari kebenaran ilmiah.

Penjelasan Guardian of Value hanya sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada juga
memiliki kelemahan yaitu bilamana terjadi sebuah pergeseran nilai, dan nilai yang telah
bergeser tersebut sudah terlanjur menjadi sebuah perimeter kebaikan di masyarakat, maka
kita akan kesulitan dalam memandang arti kebenaran nilai itu sendiri.

Kenapa tugas dan beban diatas harus diserahkan kepada pemuda ? karena :

a. Pemuda mempunyai kekuatan inisiatif tinggi

seorang pemuda punya semangat dan inisiatif tinggi untuk mencetuskan gagasan atau ide.
Sebagai contoh terkait dengan kemerdekaan, barangkali Sukarno Hatta tidak
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, jika tidak “diculik”
terlebih dahulu oleh para pemuda yang menginginkan kemerdekaan Indonesia dipercepat
yang dikenal dengan peristiwa “Rengasdengklok”.

b. Pemuda memiliki kekuatan untuk bergerak ( kekuatan gerak ).

Peran Pemuda, Permasalahan dan Tantangannya


Oleh: Gita Nur Istiqomah (SULUT) 3
Sudah menjadi karakter seorang pemuda jika melihat sesuatu mereka ingin segera
melakukan reaksi saat melihat sesuatu yang dirasa tidak sewajarnya.

c. Pemuda memiliki kekuatan Pemikiran.

Pemuda banyak mempunyai ide dan cetusan gagasan. Seperti didirikannya Budi Utomo
sebagai suatu gerakan sosial yang dimotori oleh kaum muda Indonesia dari STOVIA,
membangkitkan semangat nasionalisme, keIndonesiaan, sebagai satu upaya untuk
menghimpun seluruh kekuatan melawan penjajahan Belanda yang pada waktu-waktu
sebelumnya dianggap kurang efektif, oleh karena sifatnya yang sangat lokal, sporadis dan
tidak tersistem.

Dan bila ditinjau dari segi orangtua kenapa tugas –tugas diatas dibebankan pada pemuda
dan bukan orangtua karena orang tua tidak punya kekuatan gerak, sedang orangtua hanya
mempunyai kekuatan konsepsi dan lebih berperan di belakang layar karena kondisinya
tersebut, tetapi tidak hanya itu sikap kebijaksanaan orangtuapun tak kalah pentingnya
dibutuhkan oleh pemuda yang lebih cenderung mempunyai gejolak yang tinggi dengan darah
mudanya yang tidak jarang sering berkesan grusa-grusu dalam mengambil tindakan, disinilah
peran orangtua dibutuhkan.

Peran Pemuda, Permasalahan dan Tantangannya


Oleh: Gita Nur Istiqomah (SULUT) 4
2. PERMASALAHAN dan TANTANGAN

Sekarang Pemuda lebih banyak melakukan peranan sebagai kelompok politik dan sedikit
sekali yang melakukan peranan sebagai kelompok sosial, sehingga kemandirian pemuda
sangat sulit berkembang dalam mengisi pembangunan ini.

Peranan pemuda dalam sosialisi bermasyarakat sungguh menurun drastis, dulu bisanya setiap
ada kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, acara-acara keagamaan, adat istiadat biasanya
yang berperan aktif dalam menyukseskan acara tersebut adalah pemuda sekitar. Pemuda
sekarang lebih suka dengan kesenangan, selalu bermain-main dan bahkan ketua RT/RW nya
saja dia tidak tahu.

Kini pemuda pemudi kita lebih suka peranan di dunia maya ketimbang dunia nyata. Lebih
suka nge Facebook, lebih suka aktif di mailing list, lebih suka di forum ketimbang duduk
mufakat untuk kemajuan RT, RW, Kecamatan, Provinsi bahkan di tingkat lebih tinggi adalah
Negara.

Sukarno, Hatta, Syahrir seandainya mereka masih hidup pasti mereka menangis melihat
semangat nasionalisme pemuda Indonesia sekarang yang selalu mementingkan kesenangan
dan selalu mementikan diri sendiri.

Perubahan-perubahan sosial budaya yang terjadi sebagai akibat dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni yang diikuti oleh masalah peledakan penduduk dan
berbagai krisis dunia dalam bidang ekonomi, social, budaya, politik dan pertahanan
keamanan, telah mempengaruhi masyarakat secara mendasar termasuk para pemudanya
sebagai masalah langsung menyangkut kepentingannya di masa kini dan tantangan yang
dihadapinya di masa yang akan datang. Permasalahan generasi muda itu dapat dilihat dari
berbagai faktor yakni :

2.1. Tantangan Globalisasi & Krisis Nasional Multidimensi

Pada saat ini, generasi muda Indonesia sedang menghadapi tantangan globalisasi yang
dahsyat ditengah warisan krisis multidimensi bangsa yang parah. Gajah dan semut bertarung
menjadi satu, yang kuat menjadi pemenang dan yang kalah menjadi pecundang. Dengan
demikian akan muncul era kolonialisme baru dalam dimensi yang lebih canggih, modern dan
“berbudaya”.

(a) Persaingan SDM.

Dalam konteks persaingan SDM saat ini, bangsa kita tampaknya harus bekerja lebih keras
meningkatkan kualitas pendidikan yang jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara
tetangganya di Asia.

Dalam program survey The Third International Mathematics and Science Study-Repeat
(TIMSS-R) yang diselenggarakan oleh lembaga internasional The International Association
for Evaluation of Educational Achievement (IEA) pada tahun 1999 yang lalu, kemampuan
matematika dan IPA siswa Indonesia nyaris berada di posisi terbawah dari kemampuan rata-
rata anak didik di 38 negara yaitu peringkat 34 untuk bidang matematika dan 32 untuk IPA.
Berdasarkan survey tersebut, yang dirancang untuk meneliti pengetahuan dan kemampuan

Peran Pemuda, Permasalahan dan Tantangannya


Oleh: Gita Nur Istiqomah (SULUT) 5
matematika dan IPA anak usia 13 tahun, kemampuan anak-anak kita hanya sedikit diatas
kemampuan rata-rata siswa di negara-negara urutan terbawah: Turki, Tunisia, Cile, Filipina,
Maroko dan Afrika Selatan. Menurut Kepala Balitbang Depdiknas, Budiono, survey ini
melibatkan sample sebanyak 18.567 siswa dari 150 sekolah SLTP negeri dan swasta dari
seluruh Indonesia. Dalam lingkup ASEAN, kemampuan matematika dan IPA siswa kita juga
nyaris terburuk: hanya berada setingkat diatas posisi buncit Filipina dan kalah jauh
dibandingkan Singapura, disusul Malaysia dan Thailand1.

(b) Krisis Ekonomi

Daya saing perekomian kita juga menunjukkan prestasi buruk yang tidak jauh berbeda.
Setelah diterjang badai krisis moneter yang parah sejak pertengahan 1997 yang lalu,
Indonesia anjlok menduduki peringkat 44 dari 55 negara di dunia2.

Secara teknis negara kita hampir bangkrut, karena hidup kita sangat bergantung dari hutang.
Kita harus membayar cicilan pokok dan bunganya dengan utang baru. Untuk tahun anggaran
2001 saja, beban cicilan utang pokok Rp. 8 triliun dan bunganya Rp. 16 triliun. Sementara
sumber daya ekonomi nasional kita banyak yang terjengkang terjerat hutang karena salah
kelola dan faktor moral hazard di masa lalu. Saat ini, sahamnya pun tengah diincar oleh
perusahaan-perusahaan asing melalui BPPN dengan harga yang sangat murah. Negara donor,
khususnya negara-negara barat dengan lokomotifnya Amerika, adalah bagaikan tuan majikan
terhadap budaknya. Bukan rahasia lagi bahwa berbagai kebijakan luar dan dalam negeri kita
selalu didikte oleh mereka. Dulu mereka tidak setuju kita membangun pabrik pupuk dan
industri teknologi canggih. Tujuannya jelas, agar kita tetap tergantung kepada mereka.

(c) Disintegrasi Bangsa

Situasi politik dalam negeri yang rawan disintegrasi dan konflik horisontal telah berlangsung.
Timor Timur telah lepas dari genggaman negara kesatuan RI. Aceh, dengan GAM-nya yang
menuntut referendum untuk merdeka akibat akumulasi kekecewaan terhadap pemerintah
pusat karena ketimpangan pembagian pendapatan ekonomi serta penindasan terhadap harkat
dan martabat rakyat Aceh. Papua yang juga mengalami fase yang kritis untuk
memperjuangkan kemerdekaannya dengan alasan yang relatif sama. Riau merdeka juga telah
menjadi wacana yang berkembang di kalangan pemuka-pemuka masyarakat Riau dan
mahasiswa. Perang agama di Kepulauan Maluku, Ambon, Ternate, Halmahera dan Poso.
Kerusuhan, pembunuhan dan maraknya peledakan bom di kota-kota besar seperti Jakarta,
Medan, Pontianak akan menstimulir konflik horisontal yang lebih jauh dan lebih serius lagi.
Puncaknya, sejak bulan Maret 2001 yang lalu, kerusuhan etnis antara suku Dayak dan suku
Madura membara di Sampit hingga Palangkaraya. Lebih dari 100.000 penduduk mengungsi
dan lebih dari 1.000 warga Madura tewas mengerikan dengan sebagian besar kepalanya
terpenggal…Sungguh kebiadaban yang tiada tara.

2.2. Demoralisasi

1
Tabloid Berita Mingguan ADIL, No. 12 Tahun ke-69, 21 Desember 2000
2
World Economic Forum 2000

Peran Pemuda, Permasalahan dan Tantangannya


Oleh: Gita Nur Istiqomah (SULUT) 6
Demoralisasi telah menjadi senjata ampuh untuk menghacurkan generasi muda di berbagai
negara. Serbuan budaya asing secara sistematis telah menjadi kendaraan demoralisasi dan
menjadi ancaman yang tidak kalah besar. Berikut ini beberapa komponen demoralisasi yang
telah efektif merasuki generasi muda kita:

(a) Musik

Kini, program televisi MTV (Music Television) telah mengalahkan popularitas soft drink
Coca Cola di mata remaja. MTV adalah siaran televisi musik global untuk membidik segmen
remaja di seluruh dunia. Program musik ini sangat sarat dengan nilai-nilai negatif destruktif :
konsumerisme, hedonisme, sekularisme, kebebasan seks, minuman keras, yang tampak dari
syair lagu-lagunya, tampilan penyanyi utama dan penari latarnya, iklan-iklan, dsb. Media
musik ini sangat efektif mempengaruhi psikologi para remaja sehingga mereka bangga
dengan handicap generasi MTV, wadah komunitas generasi muda global.

(b) Narkoba

Di Jakarta, 60 % dari 1 – 1,5 juta pecandu narkoba adalah remaja dimana setiap harinya 1
orang tewas karena overdosis3. Dalam laporan Kakanwil Depdiknas DKI Jaya kepada
Mendiknas Yahya Muhaimin beberapa waktu yang lalu, dilaporkan sebanyak 1.015 siswa di
166 SMU di Jakarta selama tahun 1999/2000 terlibat tindak pidana narkoba: 248 orang dari
26 SMU Jakarta Utara, Jakarta Pusat (109) di 12 SMU, Jakarta Barat (167) di 32 SMU,
Jakarta Timur (305) di 43 SMU, Jakarta Selatan (186) di 40 SMU4.

(c) Seks Bebas.

Media Cetak: Berbagai media cetak porno, baik berbentuk tabloid dan majalah, sedemikian
bebas mengumbar gambar-gambar yang porno dan berita-berita seksual yang sangat
menggoda generasi muda. Belasan tabloid dan majalah ini setiap harinya dapat kita lihat di
berbagai pangkalan koran/majalah di pinggir-pinggir jalan di kota-kota besar seluruh
Indonesia, al: Pop, Top, Wow, Blitz, Lipstik, Popular, dsb.

Media Elektronik: Berbagai VCD porno juga sangat bebas didapat diberbagai pedagang
kaki lima di kota-kota besar hingga pelosok pedalaman kalimantan.

Internet: Akses internet telah membuka peluang seluas-luasnya bagi kita untuk menyerap
informasi terkini dari seluruh dunia. Namun, ia juga menjadi ancaman yang sangat keras.
Jutaan gambar dan klip adegan porno dari berbagai situs baik lokal maupun internasional
sangat mudah didapat. Bukan menjadi rahasia lagi bahwa pelanggan warnet-warnet kita
sebagian besar adalah para remaja / generasi muda yang menghabiskan waktu berjam-jam
untuk berlayar mengunjungi situs-situs porno ini. Belum lagi ancaman infiltrasi pemikiran
hedonistik, sekularistik, sosialis, hingga ateis menjadi sedemikian telanjang mengakses
generasi muda kita melalui situs-situsnya, baik yang terang-terangan maupun samar-samar.

3
Warta Kota, 24 Januari 2000
4
Kompas Cyber Media, 10 Agustus 2000

Peran Pemuda, Permasalahan dan Tantangannya


Oleh: Gita Nur Istiqomah (SULUT) 7
Demikianlah, banyak sekali remaja kita yang sudah berinteraksi dengan seksualitas sejak usia
dini, bahkan melakukan zina tanpa merasa dosa.

Perilaku seks bebas: Di Wonosobo, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)


cabang Wonosobo melaporkan 1/3 remaja putri telah hamil di luar nikah5. Sementara itu dari
PKBI cabang Jogjakarta melaporkan sedikitnya 30 remaja Jogja, umumnya anak kos, hamil
di luar nikah setiap bulannya6.

Hasil survei yang dilakukan Chandi Salmon Conrad di Rumah Gaul binaan Yayasan Pelita
Ilmu, sebagaimana dilaporkan oleh Prof Dr Fawzia Aswin Hadis pada simposium “Menuju
Era Baru Gerakan Keluarga Berencana Nasional”, di Hotel Sahid Jakarta mengungkapkan,
ada 42 persen remaja yang menyatakan pernah berhubungan seks; 52 persen di antaranya
masih aktif menjalaninya. Survei ini dilakukan di Rumah Gaul Blok M, melibatkan 117
remaja berusia sekitar 13 hingga 20 tahun7.

Dari laporan Unicef tentang situasi anak dunia tahun 2000 : setiap menit 6 remaja tertular
HIV / AIDS di seluruh dunia. Di Indonesia tercatat sedikitnya dari 1.235 orang penderita
HIV, 611 ( 50 %) diantaranya remaja usia 15 – 29 tahun8.

(d) Tawuran

Frekuensi tawuran di DKI Jakarta tidak pernah turun. Dalam sehari terjadi berbagai peristiwa
tawuran di Jakarta dengan senjata tajam dengan korban tewas dan luka-luka berat. 9
Sedikitnya 5 pelajar tewas dalam tawuran selama 3 minggu pertama tahun ajaran 1999/2000.
Pada penelitian Dr. Winarini Wildan Mansoer, dosen fak psikologi UI: pada tahun 1997
tawuran melibatkan 137 sekolah (10 % SLTP), 247 titik rawan di jalanan dan 11 titik rawan
di terminal.

Problematika demoralisasi di atas diperparah lagi oleh minimnya kontrol sosial, baik oleh
kelompok-kelompok masyarakat pada umumnya dan aparat birokrasi khususnya, didukung
pula oleh buruknya regulasi dan implementasinya yang berdampak langsung pada
meningkatnya kenakalan remaja.

Demikianlah problematika pemuda kita yang otomatis juga menjadi tantangan generasi
muda. Pembekalan nilai-nilai keagamaan, moral dan etika harus sedemikian rupa sehingga
tidak saja seseorang memiliki tingkat imunitas yang sangat tinggi terhadap serangan nilai-
nilai asing yang semakin deras (defensif), namun bahkan ia harus memiliki kapasitas
mendakwahi secara ofensif obyek peradaban asing yang sarat dengan arus filsafat dan logika
yang sekuler. Selain itu, pembekalan ketrampilan pemuda menuntut pengembangan dalam
wacana globalisasi yang semakin deras ini.

5
Republika, 16 September 2000
6
Kompas, 3 Juli 2000
7
Kompas, 09 Maret 2000
8
Kompas Cyber Media, 13 Juli 2000
9
Kompas, 11 Oktober 2000

Peran Pemuda, Permasalahan dan Tantangannya


Oleh: Gita Nur Istiqomah (SULUT) 8
Beberapa masukan

Karakter bangsa merupakan elemen yang perlu diperkokoh melalui penguatan kualitas
pemuda Indonesia. Ia perlu memiliki jatidiri, wawasan dan jiwa nasionalis-religius yang kuat,
berjiwa patriotik, dan berkehidupan mandiri yang senantiasa berpegang teguh pada komitmen
untuk tetap bersatu dan berdaulat di bawah naungan negara kesatuan Repunlik Indonesia.

Eksistensi bangsa ini di masa depan sangat ditentukan oleh seberapa jauh bangsa ini mampu
berdiri sama tegak dengan negara-negara lain dalam dinamika kehidupan internasional.
Pemuda harus mempunyai kesadaran yang kuat dan semangat membangun peradaban bangsa
yang unggul. Demikian dikatakan Deputi Bidang I Kementerian Negara Pemuda dan
Olahraga yang juga Ketua Umum Pelaksana Peringatan Hari Sumpah Pemuda Nasional
Alfitra Salam, Kamis (13/10) di Jakarta.

Kompetensi dan daya saing merupakan bagian integral dari karakter bangsa yang harus
diperkokoh. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ada 4 pilar kompetensi yang harus
dibangun secara massif terhadap pemuda, yakni:

1. Kompetensi Imani
Sebagai Bangsa yang berlandaskan Ketuhanan yang Maha Esa, maka adalah
sewajarnyalah para pemudanya memahami hakikat hidupnya sesuai dengan agama yang
ia anut, dimana etika dan moral pun tercakup di dalamnya. Hal ini sering kita kenal
dengan istilah Spiritual Question.
Mereka mampu mengaktualisasikan nilai-nilai spiritualnya dalam kesehariannya.
Pemahaman yang lurus, akhlak yang baik, ruhani yang bersih, ibadah yang benar,
wawasan yang baik, pandai menjaga waktu dan mengatur urusannya adalah bagian dari
kompetensi imani seorang pemuda.
2. Kompetensi Ilmiy
Pemuda dimotivasi, dibimbing, diarahkan dan dilatih agar memiliki kemampuan dan
disiplin belajar yang tinggi, kecerdasan intelektual dalam menyerap pelajaran, kecerdasan
emosional, wawasan yang luas, minat mencari ilmu yang tiada habis-habisnya. Pemuda
juga mulai diarahkan untuk mengenali potensi akademiknya agar dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan bakat dan minat yang telah
teridentifikasi secara optimal, sehingga potensinya akan tumbuh sumbur karena ditanam
pada lahan yang tepat.
3. Kompetensi Skill-Ketrampilan
Pemuda harus ditumbuhkembangkan potensi skill dan ketrampilan secara optimal.
Ketrampilan yang dimaksud meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan operasional.
Ketrampilan dasar (basic-life skill) meliputi diantaranya apa yang dinamakan mega skills:

Peran Pemuda, Permasalahan dan Tantangannya


Oleh: Gita Nur Istiqomah (SULUT) 9
confidence, motivation, effort, responsibility, initiative, perseverance, caring, teamwork,
common sense, problem solving. Sedangkan ketrampilan operasional seperti: dasar-dasar
manajemen dan keorganisasian, kepemimpinan, teknik komunikasi efektif, hingga
kemampuan bahasa asing dan komputer. Menumbuhkan sejak dini jiwa entrepreneurship
serta ketrampilan pilihan sesuai dengan minat dan bakat, yang biasanya telah
terakomodasi dalam sistem ekstra kurikuler sekolah dimana kita patut mendorongnya
seperti: fotografi, pecinta alam, bela diri, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah,
dsb.
4. Kompetensi Sosial-Politik
Sebagai calon pemimpin di masa depan, para pemuda dilatih untuk memiliki kepekaan &
jiwa sosial sebagai bekal dasar untuk menggauli masyarakat di sekitarnya. Menolong
sesama manusia yang ditimpa kesulitan, bersilaturahmi dengan tetangga, berakhlak yang
baik dan menghormati orang tua, senantiasa menjadi pelopor kebaikan dan suri tauladan
khususnya bagi pemuda lingkungannya akan memupuk simpati masyarakat dan siap
mendukung langkah-langkah kebaikannya.
Selain itu, kesadaran dan kepekaan politik dalam batas-batas tertentu patut ditumbuhkan
sejak dini untuk mempercepat pematangan pemikiran dan mentalitasnya sebagai calon
pemimpin di masyarakat. Dimulai dari pemahaman tentang problematika sosial, baik
lokal, regional dan internasional yang menuntut kebutuhan akan gerakan yang lokal dan
internasional. Merasakan berbagai isu dunia sebagai permasalahan bersama dan menuntut
peran serta yang lebih aktif. Turut serta merasakan konstelasi pertarungan ideologi dan
peradaban secara global dan pengaruhnya dalam konstelasi pergulatan politik nasional.

Dengan penuh harapan semoga pemuda-pemudi dan generasi penerus harapan bangsa dapat
menjelma menjadi sukarno-sukarno masa depan dengan samangat juang yang tinggi. Sebagai
motor perjuangan bangsa..

Peran Pemuda, Permasalahan dan Tantangannya


Oleh: Gita Nur Istiqomah (SULUT) 10

You might also like