You are on page 1of 21

Sejarah Koperasi di Indonesia

Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi, mempunyai kedudukan (politik) yang cukup kuat
karena memiliki cantolan konstitusional, yaitu berpegang pada Pasal 33 UUD 1945, khususnya
Ayat 1 yang menyebutkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan? Dalam Penjelasan UUD 1945 itu dikatakan bahwa bangun usaha yang paling
cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah Koperasi. Tafsiran itu sering pula dikemukakan oleh
Mohammad Hatta, yang sering disebut sebagai perumus pasal tersebut. Pada Penjelasan
konstitusi tersebut juga dikatakan, bahwa sistem ekonomi Indonesia didasarkan pada asas
Demokrasi Ekonomi, di mana produksi dilakukan oleh semua dan untuk semua yang wujudnya
dapat ditafsirkan sebagai Koperasi.Dalam wacana sistem ekonomi dunia, Koperasi disebut juga
sebagai the third way, atau jalan ketiga, istilah yang akhir-akhir ini dipopulerkan oleh sosiolog
Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai jalan tengah antara kapitalisme dan sosialisme.

Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada
tahun 1896. Ia mendirikan Koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat
hutang dengan rentenir. R. Aria Wiriatmadja atau Tirto Adisuryo, yang kemudian dibantu
pengembangannya oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi pemerintah.
Seorang pejabat pemerintah Belanda, yang kemudian menjadi sarjana ekonomi, Booke, juga
menaruh perhatian terhadap Koperasi. Atas dasar tesisnya, tentang dualisme sosial budaya
masyarakat Indonesia antara sektor modern dan sektor tradisional, ia berkesimpulan bahwa
sistem usaha Koperasi lebih cocok bagi kaum pribumi daripada bentuk badan-badan usaha
kapitalis. Pandangan ini agaknya disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga
pemerintah kolonial itu mengadopsi kebijakan pembinaan Koperasi.

Meski Koperasi tersebut berkembang pesat hingga tahun 1933-an, pemerintah Kolonial Belanda
khawatir Koperasi akan dijadikan tempat pusat perlawanan, namun Koperasi menjamur
kembali hingga pada masa pendudukan Jepang dan kemerdekaan. Pada tanggal 12 Juli 1947,
pergerakan Koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya.
Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.Bung Hatta meneruskan tradisi
pemikiran ekonomi sebelumnya. Ketertarikannya kepada sistem Koperasi agaknya adalah
karena pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya Denmark, pada akhir
tahun 1930-an. Walaupun ia sering mengaitkan Koperasi dengan nilai dan lembaga tradisional
gotong-royong, namun persepsinya tentang Koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi
modern yang berkembang di Eropa Barat. Ia pernah juga membedakan antara Koperasi sosial
yang berdasarkan asas gotong royong, dengan Koperasi ekonomi yang berdasarkan asas-asas
ekonomi pasar yang rasional dan kompetitif.Bagi Bung Hatta, Koperasi bukanlah sebuah
lembaga yang antipasar atau nonpasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah
sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa
mengendalikan pasar.

Karena itu Koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan prinsip
efisiensi. Koperasi juga bukan sebuah komunitas tertutup, tetapi terbuka, dengan melayani non-
anggota, walaupun dengan maksud untuk menarik mereka menjadi anggota Koperasi, setelah
merasakan manfaat berhubungan dengan Koperasi. Dengan cara itulah sistem Koperasi akan
mentransformasikan sistem ekonomi kapitalis yang tidak ramah terhadap pelaku ekonomi kecil
melalui persaingan bebas (kompetisi), menjadi sistem yang lebih bersandar kepada kerja sama
atau Koperasi, tanpa menghancurkan pasar yang kompetitif itu sendiri.
Dewasa ini, di dunia ada dua macam model Koperasi.

- Pertama, adalah Koperasi yang dibina oleh pemerintah dalam kerangka sistem sosialis.
Kedua, adalah Koperasi yang dibiarkan berkembang di pasar oleh masyarakat sendiri,
tanpa bantuan pemerintah. Jika badan usaha milik negara merupakan usaha skala besar,
maka Koperasi mewadahi usaha-usaha kecil, walaupun jika telah bergabung dalam
Koperasi menjadi badan usaha skala besar juga. Di negara-negara kapitalis, baik di
Eropa Barat, Amerika Utara dan Australia, Koperasi juga menjadi wadah usaha kecil dan
konsumen berpendapatan rendah. Di Jepang, Koperasi telah menjadi wadah
perekonomian pedesaan yang berbasis pertanian.Di Indonesia, Bung Hatta sendiri
menganjurkan didirikannya tiga macam Koperasi. Pertama, adalah Koperasi konsumsi
yang terutama melayani kebutuhan kaum buruh dan pegawai.

- Kedua, adalah Koperasi produksi yang merupakan wadah kaum petani (termasuk
peternak atau nelayan).

- Ketiga, adalah Koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna
memenuhi kebutuhan modal. Bung Hatta juga menganjurkan pengorganisasian industri
kecil dan Koperasi produksi, guna memenuhi kebutuhan bahan baku dan pemasaran
hasil.

Menurut Bung Hatta, tujuan Koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-besarnya,
melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala
kecil. Tapi, ini tidak berarti, bahwa Koperasi itu identik dengan usaha skala kecil.
Koperasi bisa pula membangun usaha skala besar berdasarkan modal yang bisa
dikumpulkan dari anggotanya, baik anggota Koperasi primer maupun anggota Koperasi
sekunder. Contohnya adalah industri tekstil yang dibangun oleh GKBI (Gabungan
Koperasi Batik Indonesia) dan berbagai Koperasi batik primer.Karena kedudukannya
yang cukup kuat dalam konstitusi, maka tidak sebuah pemerintahpun berani
meninggalkan kebijakan dan program pembinaan Koperasi. Semua partai politik, dari
dulu hingga kini, dari Masyumi hingga PKI, mencantumkan Koperasi sebagai program
utama. Hanya saja kantor menteri negara dan departemen Koperasi baru lahir di masa
Orde Baru pada akhir dasarwarsa 1970-an. Karena itu, gagasan sekarang untuk
menghapuskan departemen Koperasi dan pembinaan usaha kecil dan menengah, bukan
hal yang mengejutkan, karena sebelum Orde Baru tidak dikenal kantor menteri negara
atau departemen Koperasi. Bahkan, kabinet-kabinet yang dipimpin oleh Bung Hatta
sendiri pun tidak ada departemen atau menteri negara yang khusus membina Koperasi.

Pasang-surut Koperasi di IndonesiaKoperasi di Indonesia dalam perkembangannya


mengalami pasang dan surut. Sebuah pertanyaan sederhana namun membutuhkan
jawaban njelimet, terlontar dari seorang peserta. Mengapa jarang dijumpai ada Koperasi
yang bertumbuh menjadi usaha besar yang menggurita, layaknya pelaku ekonomi lain,
yakni swasta (konglomerat) dan BUMN? Mengapa gerakan ini hanya berkutat dari
persoalan yang satu ke persoalan lain, dan cenderung stagnan alias berjalan di tempat?
Mengapa Koperasi sulit berkembang di tengah habitat alamnya di Indonesia??

Inilah sederet pertanyaan yang perlu dijadikan bahan perenungan.Padahal, upaya


pemerintah untuk memberdayakan Koperasi seolah tidak pernah habis. Bahkan, bila
dinilai, mungkin amat memanjakan. Berbagai paket program bantuan dari pemerintah
seperti kredit program: KKop, Kredit Usaha Tani (KUT), pengalihan saham (satu persen)
dari perusahaan besar ke Koperasi, skim program KUK dari bank dan Kredit Ketahanan
Pangan (KKP) yang merupakan kredit komersial dari perbankan, juga paket program
dari Permodalan Nasional Madani (PNM), terus mengalir untuk memberdayakan
gerakan ekonomi kerakyatan ini. Tak hanya bantuan program, ada institusi khusus yang
menangani di luar Dekopin, yaitu Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM (Pengusaha
Kecil Menengah), yang seharusnya memacu gerakan ini untuk terus maju. Namun,
kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi marjinal, pelaku
bisnis yang perlu dikasihani, pelaku bisnis pupuk bawang, pelaku bisnis tak
profesional.Masalah tersebut tidak bisa dilepaskan dari substansi Koperasi yang
berhubungan dengan semangat. Dalam konteks ini adalah semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Jadi, bila Koperasi dianggap kecil, tidak berperan, dan merupakan
kumpulan serba lemah, itu terjadi karena adanya pola pikir yang menciptakan demikian.

Singkatnya, Koperasi adalah untuk yang kecil-kecil, sementara yang menengah bahkan
besar, untuk kalangan swasta dan BUMN. Di sinilah terjadinya penciptaan paradigma
yang salah. Hal ini mungkin terjadi akibat gerakan Koperasi terlalu sarat berbagai
embel-embel, sehingga ia seperti orang kerdil yang menggendong sekarung beras di
pundaknya.

Koperasi adalah badan usaha juga perkumpulan orang termasuk yang berwatak sosial.
Definisi yang melekat jadi memberatkan, yakni organisasi sosial yang berbisnis atau
lembaga ekonomi yang mengemban fungsi sosial.Berbagai istilah apa pun yang melekat,
sama saja, semua memberatkan gerakan Koperasi dalam menjalankan visi dan misi
bisnisnya. Mengapa tidak disebut badan usaha misalnya, sama dengan pelaku ekonomi-
bisnis lainnya, yakni kalangan swasta dan BUMN, sehingga ketiganya memiliki
kedudukan dan potensi sejajar. Padahal, persaingan yang terjadi di lapangan demikian
ketat, tak hanya sekadar pembelian embel-embel. Hanya kompetisi ketat semacam
itulah yang membuat mereka bisa menjadi pengusaha besar yang tangguh dan
profesional. Para pemain ini akan disaring secara alami, mana yang efisien dalam
menjalankan bisnis dan mereka yang akan tetap eksis.Koperasi yang selama ini
diidentikkan dengan hal-hal yang kecil, pinggiran dan akhirnya menyebabkan fungsinya
tidak berjalan optimal. Memang pertumbuhan Koperasi cukup fantastis, di mana di
akhir tahun 1999 hanya berjumlah 52.000-an, maka di akhir tahun 2000 sudah
mencapai hampir 90.000-an dan di tahun 2007 ini terdapat 100.000 Koperasi di
Indonesia. Namun, dari jumlah yang demikian besar itu, kontribusinya bagi
pertumbuhan mesin ekonomi belum terlalu signifikan. Koperasi masih cenderung
menempati ekonomi pinggiran (pemasok dan produksi), lebih dari itu, sudah dikuasai
swasta dan BUMN. Karena itu, tidak aneh bila kontribusi Koperasi terhadap GDP (gross
domestic product) baru sekitar satu sampai dua persen, itu adalah akibat frame of mind
yang salah.Di Indonesia, beberapa Koperasi sebenarnya sudah bisa dikatakan memiliki
unit usaha besar dan beragam serta tumbuh menjadi raksasa bisnis berskala besar.
Beberapa Koperasi telah tumbuh menjadi konglomerat ekonomi Indonesia, yang
tentunya tidak kalah jika dibandingkan dengan perusahaan swasta atau BUMN yang
sudah menggurita, namun kini banyak yang sakit. Omzet mereka mencapai milyaran
rupiah setiap bulan. Konglomerat yang dimaksud di sini memiliki pengertian: Koperasi
yang bersangkutan sudah merambah dan menangani berbagai bidang usaha yang
menguasai hajat hidup orang banyak dan merangsek ke berbagai bidang usaha-bisnis
komersial
Pengertian Koperasi
Pembangunan ekonomi bertujuan meningkatkan pendapatan perkapita, yaitu sebagai cermin
timbulnya perbaikan kesejahteraan hidup masyarakat. Koperasi sebagai salah satu pelaku
ekonomi nasional disamping Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Swasta,
diharapkan akan turut serta dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang
selanjutnya turut meratakan tingkat kesejahteraan masyarakat pada berbagai lapisan.

Istilah Koperasi sudah dipopulerkan sejak zaman pra kemerdekaan di Indonesia, bahkan telah
dicantumkan secara gamblang dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945, meskipun begitu
pemahamannya secara jernih tidak begitu mudah. Untuk menjernihkan perumusan istilah
Koperasi, maka menurut Ramudi Ariffin (1997:18), dapat didekatkan melalui tiga pendekatan,
sebagai berikut:

1. Definisi legal, yaitu rumusan pengertian Koperasi yang tercantum dalam Undang-Undang.
Dalam hal ini hanya negara-negara yang mempunyai Undang-Undang perKoperasian saja
yang memakai definisi legal. Karena Undang-Undang dirumuskan sesuai dengan kondisi
masing-masing negara, maka definisi legal ini cenderung berbeda-beda.

2. Definisi esensial, yaitu pengertian tentang Koperasi menurut esensinya sebagai wadah
kerjasama. Mengenai pengertian esensinya ini pada umumnya tidak terdapat perbedaan
karena lebih menekankan pada esensi kerjasamanya. Sedangkan dalam pembahasan ini
kerjasama disini adalah Koperasi sebagai ekonomi antar individu.

3. Definisi nominal, yaitu pengertian Koperasi yang dirumuskan untuk kepentingan analisis,
untuk membedakan dari badan usaha lain non-Koperasi.

Indonesia salahsatu negara yang mempunyai Undang-Undang perkoperasian, yaitu UU Kop. No.
25/1992, Pasal 1, menyebutkan :

“ Koperasi adalah salah satu badan usaha yang beranggotakan orang-seorang


atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan

kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi


rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.”

Istilah “Organisasi Koperasi” mulai dikenal dilingkungan ekonomi dan sosiologi.


Berdasarkan hal itu maka menurut Hans H. Muenkner pengertian organisasi Koperasi dapat
dibedakan dalam arti ekonomi dan arti sosiologi, sebagai berikut:

1. Dalam arti ekonomi

Koperasi adalah organisasi ekonomi yang anggotanya memiliki sekurang-kurangnya satu


kepentingan ekonomi yang sama, bermotivasi swadaya dalam perusahaan yang dibiayai dan
diawasi bersama dengan sasaran meningkatkan kemajuan perusahaan rumah tangga
anggota (promosi anggota). (1989:39-40, diringkas).

2. Dalam arti sosiologi


Organisasi Koperasi adalah perkumpulan orang yang sepakat bekerjasama selama satu
periode tertentu atas dasar persamaan dan dibawah suatu kepemimpinan yang diawasi
secara demokratis, untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi bersama. (1989:42).

Organisasi Koperasi sebagai sistem sosio-ekonomi masyarakat, mempunyai ciri-ciri umum


seperti yang dikemukakan oleh Hanel (1989:29), menyatakan:

1. Sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok atas dasar      sekurang-
kurangnya satu kepentingan atau tujuan yang sama (KELOMPOK KOPERASI).

2. Anggota-anggota kelompok Koperasi secara individual bertekad mewujudkan tujuannya,


yaitu memperbaiki situasi ekonomi dan sosial mereka, melalui usaha-usaha (aksi-aksi)
bersama dan saling membantu (SWADAYA DARI KELOMPOK KOPERASI).

3. Sebagai intrumen (wahana) untuk mewujudkannya adalah suatu perusahaan yang


dimiliki dan dibina secara bersama (PERUSAHAAN KOPERASI).

4. Perusahaan Koperasi itu ditugaskan untuk menunjang kepentingan para anggota


kelompok Koperasi itu, dengan cara menyediakan/menawarkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh para anggota dalam kegiatan ekonominya, yaitu dalam
perusahaan/usaha dan/atau rumah tangga masing-masing (TUJUAN/TUGAS ATAU
PRINSIP PROMOSI ANGGOTA).

Koperasi merupakan perkumpulan otonomi dari orang-orang yang bergabung secara sukarela
untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial serta budaya mereka yang sama
melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis. Koperasi melakukan nilai-
nilai menolong diri sendiri, bertanggungjawab kepada diri sendiri, demokratis, persamaan,
keadilan dan solidaritas.

Ciri-Ciri Umum Koperasi


Ciri-ciri yang menonjol dalam koperasi adalah :
a. Berasas kekeluargaan
b. Keanggotaan sukarela dan terbuka bagi setiap Warga Negara Republilk
Indonesia
c. Rapat anggota adalah pemegang kekuasaan tertinggi

Landasan Koperasi
Koperasi mempunyai landasan :
a. Landasan Idiil/iddiolodi/dasar adalah : Pancasila
b. Landasan Struktural UUD 45 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi " Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan"
c. Landasan Operasional adalah : GBHN temtang arah pembangunan koperasi
d. Landasan Mental adalah : setia kawan dan kesadaran pribadi

Lambang Koperasi
Lambang Koperasi Indonesia memiliki arti sebagai berikut:

a. Rantai melambangkan persahabatan yang kokoh.

b. Gigi Roda melambangkan usaha/karya yang terus menerus.

c. Kapas dan Padi melambangkan kemakmuran rakyat yang diusahakan oleh Koperasi.

d. Timbangan melambangkan keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi.

e. Bintang dalam perisai melambangkan Pancasila sebagai landasan ideal koperasi.

f. Pohon beringin melambangkan sifat kemasyarakatan dan kepribadian Indonesia yang kokoh
berakar.

g. Tuliasan Koperasi Indonesia melambangkan kepribadian koperasi rakyat Indonesia.

h. Warna merah dan putih melambangkan sifat nasional Indonesia.

Tujuan Koperasi
Di sadur dari UU no. 25 tahun 1992, bab II pasal 3 :

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.

Manfaat Koperasi
Berikut ini beberapa manfaat koperasi:
a. Memenuhi kebutuhan anggotanya dengan harga yang relatif murah.

b. Memberikan kemudahan bagi anggotanya untuk memperoleh modal usaha.

c. Memberikan keuntungan bagi anggotanya melalui Sisa Hasil Usaha (SHU).

d. Mengembangkan usaha anggota koperasi.

e. Meniadakan praktik rentenir.

Fungsi dan Peran Koperasi di Indonesia


a. Sebagai sokoguru/urat nadi perekonomian Indonesia

b. Untuk memperbaiki tingkat kehidupan Masing-masing anggota dan masyarakat

c. Mempersatukan, mengarahkan, memberdayakan ekonomi rakyat

d. Mengembangkan potensi, daya kreasi, daya usaha rakyat untuk meningkatkan produksi dan
mewujudkan tercapainya pendapatan yang adil dan kemakmuran yang merata

e. Mempertinggi taraf hidup dan tingkat kecerdasan rakyat

f. Membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi.

Keanggotaan Koperasi
Di sadur dari UU no. 25 tahun 1992, BAB V pasal 17 sd. 20

a. Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa Koperasi.

b. Keanggotaan Koperasi dicatat dalam buku daftar anggota

c. Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara Indonesia yang mampu
melakukan tindakan hukum atau Koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

d. Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak, dan kewajiban
keanggotaannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

e. Keanggotaan Koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup


usaha Koperasi.

f. Keanggotaan Koperasi dapat diperoleh atau diakhiri setelah syarat sebagaimana diatur
dalam Anggaran Dasar dipenuhi.

g. Keanggotaan Koperasi tidak dapat dipindahtangankan.


h. Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap Koperasi sebagaimana
diatur dalam Anggaran Dasar.

i. Setiap anggota mempunyai kewajiban: a.mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga serta keputusan yang telah disepakati dalam Rapat Anggota; b.berpartisipasi dalam
kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi; c.mengembangkan dan memelihara
kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan.

j. Setiap anggota mempunyai hak:


a. menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam Rapat Anggota;
b. memilih dan/atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas;
c. meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar;
d. mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus diluar Rapat Anggota baik diminta
maupun tidak diminta;
e. memanfaatkan Koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesama anggota;
f. mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi menurut ketentuan dalam
Anggaran Dasar.

Prinsip Koperasi
Menurut UU No 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi yaitu:

a. Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka.

b. Pengelolaan dilakukan secara Demokratis.

c. Pembagian  SHU dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-
masung anggota(andil anggota tersebut dalam koperasi).

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.

e. Kemandirian.

f. Pendidikan perkoperasian.

g. Kerjasama antar koperasi.

Syarat Pembentukan Koperasi


a. Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (duapuluh) orang.

b. Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Koperasi.

c. Pembentukan Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan dengan akta


pendirian yang memuat Anggaran Dasar.
d. Koperasi mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia.

e. Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:
a. daftar nama pendiri;
b. nama dan tempat kedudukan;
c. maksud dan tujuan serta bidang usaha;
d. ketentuan mengenai keanggotaan;
e. ketentuan mengenai Rapat Anggota;
f. ketentuan mengenai pengelolaan;
g. ketentuan mengenai permodalan;
h. ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;
i. ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha;
j. ketentuan mengenai sanksi.

Kelengkapan Koperasi
Susunan koperasi berikut ini:

a. Anggota, anggota koperasi meliputi:

1. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi.

2. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi yang memiliki
lingkup yang lebih luas.

b. Pengurus koperasi, dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota, tugas pengurus
koperasi, mengelola koperasi dan anggotanya, mengajukan rancangan kerja koperasi, dan
membuat laporan keuangan dan pertanggung jawabannya.

c. Pengawas Koperasi

pengawas koperasi bertugas untuk mengawasi jalannya koperasi.

d. Rapat Anggota

Rapat anggota menjadi pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat anggota dilakukan
untuk meminta pertanggungjawaban pengurus dan pengawas dalam hal pengelolaan koperasi.
Rapat anggota juga menetapkan anggaran dasar, mengesahkan rencana kerja, menetapkan
pembagian SHU, serta memilih mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas
koperasi.

Jenis-Jenis Koperasi
Koperasi secara umum dapat dikelompokkan menjadi koperasi konsumen,koperasi
produsen,dan koperasi kredit usaha (jasa keuangan).

Berdasarkan jenis usahanya, yaitu sebagai berikut:


a. Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang melayani kegiatan peminjaman dan
penyimpanan uang para anggotanya.

b. Koperasi konsumsi adalah koperasi yang usahanya memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota
koperasi.

c.Koperasi produksi adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan produk dan kemudian
dijual atau dipasarkan melalui koperasi.

Berdasarkan keanggotaannya, koperasi dapat dibedakan menjadi berikut:

a. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan dan
melayani kebutuhannya, terutama kebutuhan dibidang pertanian.

b. Koperasi Pasar adalah koperasi yang beranggotakan pedagang pasar.

c. Koperasi Sekolah adalah koperasi yang beranggotakan siswa-siswa sekolah, karyawan


sekolah dan guru.

d. Koperasi pegawai Negeri adalah koperasi yang beranggotakan pegawai negeri.

Ketentuan Umum dalam Koperasi


a. Simpanan Pokok adalah : simpanan yang di bayar setahun sekali atau sekali selama
menjadi anggota. Besarnya simpanan bergantung dari hasil kesepakatan pengurus dan
anggota koperasi. Simpanan hanya bisa di ambil kembali ketika keluar dari keanggotaan
Koperasi.

b. Simpanan Wajib adalah : simpanan yang wajib di bayar sebulan sekali. Besarnya
simpanan bergantung dari hasil kesepakatan pengurus dan anggota koperasi. Simpanan
hanya bisa di ambil kembali ketika keluar dari keanggotaan Koperasi.

c. Simpanan Suka Rela adalah : simpanan yang besarnya tidak di tentukan, tetapi
bergantung kepada kemampuan anggota.Simpanan sukarela dapat di setorkan dan
diambil setiap saat.

d. Pinjaman adalah : layanan yang di berikan kepada anggota. Besarnya bisa di lihat dari
saldo simpanan anggota atau di tentukan pengurus dan anggota koperasi.

e. Jasa Pinjaman adalah : biaya yang di kenakan kepada anggota yang meminjam yang
besarnya di tetapkan oleh anggota dan pengurus koperasi dalam rapat anggota.(jika
flat/jasa menurun)

f. Jasa pinjaman menurun dihitung dari saldo (sisa) pinjaman

g. Jasa pinjaman tetap/flat dihitung dari besarnya pinjaman

h. Provisi adalah biaya yang di bebankan kepada anggota ketiak meminjam termasuk
kedalam biaya administrasi
i. Modal koperasi adalah terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman

Sumber  Modal Koperasi


Adapun modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman .

a. Modal sendiri

1. Simpanan pokok
2. Simpanan wajib
3. Dana cadangan
4. Hibah

b. Modal pinjaman

1. Anggota dan calon anggota


2. Koperasi lainnya/ anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerjasama antar
koperasi
3. Bank atau lembaga keuangan lainnya
4. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
5. Sumber lain yang sah

Lapangan Usaha Koperasi


a. Usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk
meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota.

b. Kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan


masyarakat yang bukan anggota Koperasi.

c. Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama di segala bidang kehidupan
ekonomi rakyat.

d. Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan
pinjam dari dan untuk:
a. anggota Koperasi yang bersangkutan;
b. Koperasi lain dan/atau anggotanya.

e. Kegiatan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu atau satu-satunya
kegiatan usaha Koperasi.

f. Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh Koperasi diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pembubaran Koperasi
Pembubaran Koperasi dapat dilakukan berdasarkan:

a. keputusan Rapat Anggota, atau

b. keputusan Pemerintah

berdasarkan UU no. 25 tahun 1992, Bab IX pasal 47 sd. 56 yaitu :

Pasal 47

(1) Keputusan pembubaran oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf b
dilakukan apabila:
a. terdapat bukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan Undang-
undang ini;
b. kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
c. kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan.

(2) Keputusan pembubaran Koperasi oleh Pemerintah dikeluarkan dalam waktu paling lambat
4 (empat) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan rencana pembubaran
tersebut oleh Koperasi yang bersangkutan.

(3) Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal penerimaan pemberitahuan,
Koperasi yang bersangkutan berhak mengajukan keberatan.

(4) Keputusan Pemerintah mengenai diterima atau ditolaknya keberatan atas rencana
pembubaran diberikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya pemyataan
keberatan tersebut.

Pasal 48

Ketentuan mengenai pembubaran Koperasi oleh Pemerintah dan tata cara pengajuan keberatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 49

(1) Keputusan pembubaran Koperasi oleh Rapat Anggota diberitahukan secara tertulis oleh
Kuasa Rapat Anggota kepada:
a. semua kreditor;
b. Pemerintah.

(2) Pemberitahuan kepada semua kreditor dilakukan oleh Pemerintah, dalam hal pembubaran
tersebut berlangsung berdasarkan keputusan Pemerintah.

(3) Selama pemberitahuan pembubaran Koperasi belum diterima oleh kreditor, maka
pembubaran Koperasi belum berlaku baginya.

Pasal 50

Dalam pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 disebutkan:


a. nama dan alamat Penyelesai, dan
b. ketentuan bahwa semua kreditor dapat mengajukan tagihan dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan sesudah tanggal diterimanya surat pemberitahuan pembubaran.

Bagian Kedua
Penyelesaian

Pasal 51

Untuk kepentingan kreditor dan para anggota Koperasi, terhadap pembubaran Koperasi
dilakukan penyelesaian pembubaran yang selanjutnya disebut penyelesaian.

Pasal 52

(1) Penyelesaian dilakukan oleh penyelesai pembubaran yang selanjutnya disebut Penyelesai.

(2) Untuk penyelesaian berdasarkan keputusan Rapat Anggota, Penyelesai ditunjuk oleh Rapat
Anggota.

(3) Untuk penyelesaian berdasarkan keputusan Pemerintah, Penyelesai ditunjuk oleh


Pemerintah.

(4) Selama dalam proses penyelesaian, Koperasi tersebut tetap ada dengan sebutan “Koperasi
dalam penyelesaian”.

Pasal 53

(1) Penyelesaian segera dilaksanakan setelah dikeluarkan keputusan pembubaran Koperasi.

(2) Penyelesai bertanggung jawab kepada Kuasa Rapat Anggota dalam hal Penyelesai ditunjuk
oleh Rapat Anggota dan kepada Pemerintah dalam hal Penyelesai ditunjuk oleh Pemerintah.

Pasal 54

Penyelesai mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban sebagai berikut:


a. melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama “Koperasi dalam penyelesaian”;
b. mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan;
c. memanggil Pengurus, anggota dan bekas anggota tertentu yang diperlukan, baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama;
d. memperoleh, memeriksa, dan menggunakan segala catatan dan arsip Koperasi;
e. menetapkan dan melaksanakan segala kewajiban pembayaran yang didahulukan dari
pembayaran hutang lainnya;
f. menggunakan sisa kekayaan Koperasi untuk menyelesaikan sisa kewajiban Koperasi;
g. membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota;
h. membuat berita acara penyelesaian.

Pasal 55

Dalam hal terjadi pembubaran Koperasi, anggota hanya menanggung kerugian sebatas
simpanan pokok, simpanan wajib dan modal penyertaan yang dimilikinya.

Bagian Ketiga
Hapusnya Status Badan Hukum
Pasal 56

(1) Pemerintah mengumumkan pembubaran Koperasi dalam Berita Negara Republik Indonesia.

(2) Status badan hukum Koperasi hapus sejak tanggal pengumuman pembubaran Koperasi
tersebut dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Status Badan Hukum Koperasi


Berdasarkan UU no. 25 tahun 1992, yaitu :

Pasal 9

Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh
Pemerintah.

Pasal 10

(1) Untuk mendapatkan pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, para pendiri
mengajukan permintaan tertulis disertai akta pendirian Koperasi.

(2) Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah
diterimanya permintaan pengesahan.

(3) Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Pasal 11

(1) Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan penolakan diberitahukan
kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
diterimanya permintaan.

(2) Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat mengajukan permintaan
ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya penolakan.

(3) Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka waktu paling lama
1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan ulang.

Pasal 12

(1) Perubahan Anggaran Dasar dilakukan oleh Rapat Anggota.

(2) Terhadap perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut penggabungan, pembagian, dan
perubahan bidang usaha Koperasi dimintakan pengesahan kepada Pemerintah.

Pasal 13
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pengesahan atau penolakan pengesahan akta
pendirian, dan perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10,
Pasal 11, dan Pasal 12 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 14

(1) Untuk keperluan pengembangan dan/atau efisiensi usaha, satu Koperasi atau lebih dapat:
a. menggabungkan diri menjadi satu dengan Koperasi lain, atau
b. bersama Koperasi lain meleburkan diri dengan membentuk Koperasi baru.

(2) Penggabungan atau peleburan dilakukan dengan persetujuan Rapat Anggota masing-masing
Koperasi.

Undang-Undang yang mengatur tentang Koperasi


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 199 TENTANG
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN
ANGGARAN DASAR KOPERASI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang:
a. bahwa dalam rangka menciptakan kepastian hukum bagi kegiatan usaha dilakukan oleh
Koperasi, dipandang perlu untuk memberikan status badan hukum kepada badan usaha
Koperasi dengan pengesahan akta pendiriannya oleh Pemerintah;
b. bahwa seiring dengan dinamika yang terjadi dalam dunia usaha, terbuka kemungkinan bagi
Koperasi untuk melakukan perubahan tertentu terhadap anggaran dasarnya yang memerlukan
pengesahan oleh Pemerintah;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a dan b serta sesuai dengan Pasal 13
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dipandang perlu mengatur
persyaratan dan tata cara pengesahan atas akta pendirian dan perubahan anggaran dasar
Koperasi dalam Peraturan Pemerintah.

Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3502.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA
PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Akta Pendirian Koperasi adalah akta perjanjian yang dibuat oleh para pendiri dalam rangka
pembentukan Koperasi, dan memuat anggaran dasar Koperasi;
2. Anggaran Dasar Koperasi adalah aturan dasar tertulis yang memuat keterangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian;
3. Menteri adalah menteri yang bidang tugas dan tanggung jawab meliputi koperasi dan
pembinaan pengusaha kecil.

Pasal 2
(1) Menteri berwenang memberikan pengesahan terhadap akta pendirian Koperasi dan
pengesahan terhadap perubahan atas anggaran dasar Koperasi, serta melakukan penolakan
pengesahannya.
(2) Dalam melaksanakan wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Menteri dapat
menunjuk pejabat.

BAB II
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI

Pasal 3
Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan Menteri.

Pasal 4
(1) Untuk mendapatkan pengesahan terhadap akta pendirian Koperasi, para pendiri atau kuasa
para pendiri mengajukan permintaan pengesahan secara tertulis kepada Menteri.
(2) Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan dengan melampirkan:
a. dua rangkap akta pendirian Koperasi, satu diantaranya bermaterai cukup;
b. berita acara rapat pembentukan Koperasi, termasuk pemberian kuasa untuk mengajukan
permohonan pengesahan apabila ada;
c. surat bukti penyetoran modal sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok;
d. rencana awal kegiatan usaha Koperasi.

Pasal 5
Apabila permintaan pengesahan atas akta pendirian Koperasi telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, kepada pendiri atau kuasanya diberikan tanda
terima.

Pasal 6
(1) Menteri memberikan pengesahan terhadap akta pendirian Koperasi, apabila ternyata
setelah diadakan penelitian anggaran dasar Koperasi:
a. tidak bertentangan dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian;
dan
b. tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
(2) Pengesahan atas akta pendirian Koperasi ditetapkan dengan keputusan Menteri dalam
jangka waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara
lengkap.
(3) Surat keputusan pengesahan dan akta pendirian Koperasi yang telah mendapatkan
pernyataan pengesahan disampaikan kepada pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat
dalam jangka waktu paling lama tujuh hari terhitung sejak keputusan pengesahan ditetapkan.

Pasal 7
(1) Dalam hal permintaan pengesahan atas akta pendirian Koperasi ditolak, keputusan
penolakan serta alasannya berikut berkas permintaan disampaikan secara tertulis kepada
pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama tiga bulan
terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap.
(2) Terhadap penolakan pengesahan tersebut, para pendiri atau kuasanya dapat mengajukan
permintaan ulang pengesahan atas akta pendirian Koperasi dalam waktu paling lama satu bulan
terhitung sejak diterimanya pemberitahuan penolakan.
(3) Permintaan ulang tersebut diajukan secara tertulis dengan memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2).
(4) Terhadap pengajuan permintaan ulang yang telah memenuhi ketentuan dalam ayat (2) dan
(3), Menteri memberikan tanda terima kepada pendiri atau kuasanya.

Pasal 8
(1) Menteri memberikan keputusan terhadap permintaan ulang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak diterimanya
permintaan ulang pengesahan secara lengkap.
(2) Dalam hal pengesahan atas akta pendirian Koperasi diberikan, Menteri menyampaikan surat
keputusan pengesahan dan akta pendirian Koperasi yang telah mendapatkan pernyataan
pengesahan kepada pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling
lama tujuh hari terhitung sejak keputusan pengesahan ditetapkan.
(3) Dalam hal permintaan ulang pengesahan atas akta pendirian Koperasi ditolak, Menteri
menyampaikan keputusan penolakan serta alasannya kepada pendiri atau kuasanya dengan
surat tercatat dalam jangka waktu paling lama tujuh hari terhitung sejak keputusan penolakan
ditetapkan.
(4) Keputusan Menteri terhadap permintaan ulang tersebut merupakan putusan terakhir.

Pasal 9
Apabila Menteri tidak memberikan keputusan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2) atau Pasal 8 ayat (1), pengesahan atas akta pendirian Koperasi diberikan
berdasarkan kekuatan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 10
(1) Tindakan hukum yang dilakukan para pendiri untuk kepentingan Koperasi sebelum akta
pendirian Koperasi disahkan hanya mengikat Koperasi, apabila setelah akta pendirian Koperasi
memperoleh pengesahan Menteri, Rapat Anggota secara bulat menyatakan menerimanya
sebagai beban dan atau keuntungan Koperasi.
(2) Dalam hal tindakan hukum tersebut tidak dinyatakan diterima sebagai beban dan atau
keuntungan Koperasi oleh Rapat Anggota, maka para pendiri yang melakukan tindakan hukum
tersebut masing-masing dan atau bersama-sama bertanggung jawab secara pribadi atas segala
akibat yang timbul dari tindakan hukum tersebut.

BAB III
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI DAN TATA CARA PENGESAHANNYA

Pasal 11
(1) Perubahan anggaran dasar Koperasi dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Anggota yang
diadakan khusus untuk itu.
(2) Dalam hal anggaran dasar tidak menentukan lain, keputusan Rapat Anggota mengenai
perubahan anggaran dasar hanya dapat diambil apabila dihadiri oleh paling kurang 3/4 (tiga
perempat) dari jumlah seluruh anggota koperasi
(3) Keputusan Rapat Anggota mengenai perubahan anggaran dasar Koperasi sah, apabila
perubahan tersebut disetujui oleh paling kurang 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota
Koperasi yang hadir.

Pasal 12
(1) Dalam hal terjadi perubahan anggaran dasar Koperasi yang menyangkut perubahan bidang
usaha, penggabungan atau pembagian Koperasi, pengurus wajib mengajukan permintaan
pengesahan atas perubahan anggaran dasar secara tertulis kepada Menteri.
(2) Dalam hal perubahan anggaran dasar Koperasi menyangkut perubahan bidang usaha, maka
permintaan pengesahan diajukan dengan melampirkan:
a. dua rangkap anggaran dasar Koperasi yang telah diubah, satu diantaranya bermaterai cukup;
b. berita acara Rapat Anggota.
(3) Dalam hal perubahan anggaran dasar Koperasi menyangkut penggabungan atau pembagian
Koperasi, maka permintaan pengesahan diajukan dengan melampirkan:
a. dua rangkap anggaran dasar Koperasi yang telah diubah, satu diantaranya bermaterai cukup;
b. berita acara Rapat Anggota;
c. neraca yang baru dari Koperasi yang menerima penggabungan atau Koperasi yang dibagi.

Pasal 13
Apabila permintaan pengesahan terhadap perubahan anggaran dasar Koperasi telah dilakukan
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, kepada pengurus Koperasi
atau kuasanya diberikan tanda terima.

Pasal 14
(1) Menteri memberikan pengesahan terhadap anggaran dasar Koperasi hasil perubahan,
apabila ternyata setelah diadakan penelitian perubahan tersebut:
a. tidak bertentangan dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian;
dan
b. tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
(2) Pengesahan atas perubahan anggaran dasar Koperasi ditetapkan dengan keputusan Menteri
dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak diterimanya permintaan
pengesahan secara lengkap.
(3) Surat keputusan pengesahan dan anggaran dasar Koperasi hasil perubahan yang telah
mendapatkan pernyataan pengesahan disampaikan kepada pengurus atau kuasanya dengan
surat tercatat dalam jangka waktu paling lama tujuh hari terhitung sejak keputusan pengesahan
ditetapkan.

Pasal 15
(1) Dalam hal permintaan pengesahan atas perubahan anggaran dasar Koperasi ditolak,
keputusan penolakan beserta alasannya disampaikan secara tertulis kepada pengurus atau
kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak
diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap.
(2) Dalam hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), anggaran dasar Koperasi yang lama tetap
berlaku.

Pasal 16
(1) Permintaan pengesahan perubahan anggaran dasar Koperasi yang melakukan pembagian
diajukan sekaligus dengan permintaan pengesahan akta pendirian Koperasi baru hasil
pembagian.
(2) Pengesahan perubahan anggaran dasar Koperasi dan pengesahan akta pendirian Koperasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan dalam waktu yang bersamaan.

Pasal 17
Apabila Menteri tidak memberikan keputusan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (2) atau Pasal 15 ayat (1), pengesahan atas perubahan anggaran dasar
Koperasi diberikan berdasarkan kekuatan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 18
(1) Perubahan anggaran dasar Koperasi yang tidak menyangkut perubahan bidang usaha,
penggabungan atau pembagian Koperasi wajib dilaporkan kepada Menteri paling lambat satu
bulan sejak perubahan dilakukan.
(2) Perubahan anggaran dasar Koperasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
diumumkan oleh Pengurus dalam media massa setempat paling lambat dalam jangka waktu dua
bulan sejak perubahan dilakukan, dan dilakukan sekurang-kurangnya dua kali dengan tenggang
waktu selama paling kurang empat puluh lima hari.
(3) Dalam hal tidak dipenuhi ketentuan dalam ayat (1) dan (2), perubahan anggaran dasar
Koperasi tidak mengikat pihak lain yang berkepentingan dengan Koperasi.

BAB IV
PENGUMUMAN PENGESAHAN

Pasal 19
(1) Pengesahan akta pendirian Koperasi atau pengesahan perubahan anggaran dasar Koperasi
diumumkan oleh Menteri dalam Berita Negara Republik Indonesia.
(2) Biaya pengumuman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibebankan pada Pemerintah.

BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 20
(1) Akta pendirian Koperasi yang telah memperoleh pengesahan dan anggaran dasar Koperasi
beserta seluruh perubahannya dihimpun dalam suatu daftar umum.
(2) Daftar umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terbuka untuk umum, dan setiap orang
dapat memperoleh salinan akta pendirian maupun anggaran dasar Koperasi atas beban biaya
sendiri.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, seluruh ketentuan yang mengatur mengenai
persyaratan dan tata cara pengesahan akta pendirian Koperasi dan pengesahan perubahan
anggaran dasar Koperasi dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 22
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Kata Pengantar

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Koperasi di Indonesia. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Dagang pada semester ke tiga Fakultas Hukum.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat selesai sesuai waktu nya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Desember 2010

Penyusun
Koperasi di Indonesia

Oleh :
SHEILA PEBRY NS
090200187

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEDAN
2010

You might also like