You are on page 1of 33

c  


  

Menurut Mayrback (1952) dari jerman, enzim adalah senyawa protein yang dapat mengatalisi reaksi-
reaksi kimia dalam sel dan jaringan makhluk hidup. Enzim merupakan biokatalisator artinya senyawa
organic yang mempercepat reaksi kimia.


 
   

1.? Enzim adalah Protein


Sebagai protein enzim memiliki sifat seperti protein, yaitu sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan, seperti suhu, pH, konsentrasi substrat). Jika lingkungannya tidak sesuai, maka enzim
akan rusak atau tidak dapat bekerja dengan baik.
2.? Bekerja secara khusus/spesifik
Setiap enzim memiliki sisi aktif yang sesuai hanya dengan satu jenis substrat, artinya setiap
enzim hanya dapat bekerja pada satu substrat yang cocok dengan sisi aktifnya.
3.? Berfungsi sebagai katalis
Meningkatkan kecepatan reaksi kimia tanpa merubah produk yang diharapkan tanpa ikut bereaksi
dengan substratnya, dengan demikian energi yang dibutuhkan untuk menguraikan suatu substrat
menjadi lebih sedikit.
4.? Diperlukan dalam jumlah sedikit
Reaksi enzimatis dalam metabolisme hanya membutuhkan sedikit sekali enzim untuk setiap kali
reaksi.
5.? Bekerja bolak-balik
Enzim tidak mempengaruhi arah reaksi, sehingga dapat bekerja dua arah (bolak-balik). Artinya
enzim dapat menguraikan substrat menjadi senyawa sederhana, dan sebaliknya enzim juga dapat
menyusun senyawa-senyawa menjadi senyawa tertentu.

G    

Secara umum nama tiap enzim disesuaikan dengan nama substratnya, dengan penambahan µase¶
dibelakangnya. Contoh penamaan enzim sesuai dengan nama substratnya adalah enzim urease karena
hanya bekerja terhadap urea sebagai substratnya. Contoh lain adalah enzim laktase pada laktat, amilase
pada amilum, lipase pada lemak, dan protease pada protein.

Enzim juga dinamai berdasarkan reaksi yang dikatalis dan ditambah dengan akhiran -ase.
Misalnya reaksi oksidasi glukosa maka enzim yang mengkatalisnya dinamai enzim glukosa oksidase.
Contoh lain adalah pada reaksi dehidrogenasi maka enzim yang mengkatalisnya disebut enzim
dehidrogenase. Dan pada reaksi transfer amino maka dinama enzim amino transferase. Selain penamaan
yang sesuai dengan reaksi yang dikatalisisnya, enzim juga dapat dinamai berdasarkan produk yang
dihasilkan dari reaksi yang dikatalisis, contohnya pada reaksi asam glutamat untuk membentuk glutamin,
nama enzimnya adalah glutamin sintetase.

Selain dari yang disebut dapat juga dinamai sesuai ikatan kimia yaitu enzim peptidase dan
esterase. Enzim juga mempunyai penamaan secara trivial contohnya ptialin, tripsin, dan pepsin. Nama-
nama enzim secara trivial ini tidak dapat memberikan informasi yang lengkap tentang jenis substrat
ataupun reaksi yang dikatalis oleh enzim-enzim tersebut.
c    

è  
  


ksidoreduktase melaksanakan reaksi-reaksi khusus yang menghasilkan energi. Enzim-enzim


yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase.
Dehidrogenase bekerja pada reaksi ±reaksi dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dari
suatu senyawa (donor). Contoh reaksi dehidrogenase adalah reaksi pembentukan aldehida dari alkohol.
Pada reaksi ini enzim yang bekerja adalah alkohol dehidrogenase.


 ?   

0   0 0  
 0  

Gugus aldehida dan keton dapat bertindak sebagai donor hidrogen, contohnya pada reaksi pembentukan
asam gliserat-3-fosfat dan 3-fosfogliseraldehida.

Glutamat dehidrogenase adalah contoh enzim yang bekerja terhadap asam glutamat sebagai substrat
dengan reaksi sebagai berikut:


?   



? 

  0    ??

? 

??0 ??


Reaksi ini khusus untuk L-asam glutamat.

Enzim-enzim oksidase juga bekerja sebagai katalis pada reaksi pengambilan hidrogen dari suatu
substrat. Dalam reaksi ini yang bertindak sebagai akseptor hidrogen ialah oksigen. Contoh reaksi yang
menggunakan salah satu enzim oksidase sebagai katalisnya adalah pada reaksi oksidasi glukosa menjadi
asam glukonat.

? 


??

? 
??  

Beberapa contoh lain dari enzim oksidase yang bekerja sebagai katalis adalah xantin oksidase, asam
amino oksidase, dan glisin oksidase. Xantin oksidase adalah enzim yang bekerja pada reaksi oksidasi
xantin menjadi asam urat. Asam amino oksidase bekerja pada reaksi oksidasi asam-asam amino. Glisin
oksidase bekerja pada reaksi oksidasi glisin menjadi asam glioksilat.

è   
 


Gransferase adalah kelompok enzim yang sangat besar yang mengkatalisis pemindahan gugusan
kimia dari suatu substrat ke yang lain atau pemindahan gugus dari suatu senyawa kepada senyawa
lainnya. Gidaka ada pelepasan energi dari substrat dalam hal ini, melainkan pengubahan substrat menjadi
senyawa yang kemudian dapat dioksidasi atau digunakan untuk sintesis material sel. Beberapa contoh
enzim yang termasuk golongan ini adalah metiltransferase, hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase,
asiltransferase, dan amino transferase atau transaminase. Beberapa contoh dari reaksi yang memakai
enzim tersebut adalah sebagai berikut:

hidroksi metil transferase


    
GHFA
 


è   


Enzim ini disebut golongan hidrolase karena enzim ini menghidrolisis molekul-molekul besar
menjadi komponen-komponen kecil yang dapat digunakan. Enzim yang termasuk dalam kelompok ini
bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Yang termasuk dalam kelompok ini ada tiga. Ketiga jenis
hidrolase itu adalah yang memecah ikatan ester, memecah glikosida, dan yang memecah ikatan peptida.
Beberapa contoh enzim yang termasuk golongan adalah esterase, lipase, fosfatase, amilase, amino
peptidase, karboksi peptidase, pepsin, pepsin, tripsin, dan kimotripsin.

Esterase adalah enzim yang memecah ikatan ester dengan cara hidrolisis. Lipase adalah enzim
yang memecah ikatan ester pada lemak hingga menjadi gliserol dan asam lemak. Fosfatase berfungsi
untuk memecah ikatan fosfat pada suatu senyawa. Enzim amilase dapat mengubah ikatan-ikatan pada
amilum hingga terbentuk maltosa. Enzim amilase ada tiga macam yaitu Į amilase yang terdapat pada
ludah dan pankreas atau disebut juga endo amilase karena memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam
amilum. Yang kedua adalah ȕ amilase yang terdapat pada tumbuhan dan dinamakan ekso amilase. Enzim
amilase yang terakhir adalah Ȗ amilase yang terdapat dalam hati dan memecah ikatan 1-4 dan juga 1-6
pada glikogen dan menghasilkan glukosa.

Enzim protease bekerja sebagai katalis dalam reaksi pemecahan molekul protein dengan cara
hidrolisis. Enzim tersebut juga dikatakan enzim peptidase karena memecah ikatan pada rantai peptida.
Enzim peptidase itu sendiri ada dua macam yaitu endopeptidase dan eksopeptidase. Enzim endopeptidase
memecah protein pada bagian-bagian tertentu namun tidak mempengaruhi gugus di ujung molekul.
Contoh endopeptidase adalah pepsin. Sedangkan eksopeptidase bekerja terhadap ujung molekul protein.
Karboksipeptidase dapat melepaskan asam amino yang memiliki gugus ±CH bebas pada ujung
molekul protein, sedangkan amino peptidase dapat melepaskan asam amino pada ujung lain yang
memiliki gugus ±NH2 bebas.

è   


Enzim-enzim golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi pemisahan suatu gugus dari
suatu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya. Contoh enzim golongan ini antara lain
dekarboksilase, aldolase, dan hidratase. Piruvat dekarboksilase adalah enzim yang bekerja pada reaksi
dekarboksilasi asam piruvat dan menghasilkan aldehida. Enzim aldolase bekerja pada reaksi pemecahan
molekul fruktosa 1,6-difosfat menjadi dua molekul triosa yaitu dihidroksi aseton fosfat dan
gliseraldehida-3-fosfat. Adapun enzim fumarat hidratase berperan dalam reaksi penggabungan satu
molekul H2 kepada molekul asam fumarat dan asam malat.

è  
 


Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler, misalnya reaksi
perubahan senyawa L menjadi senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain. Isomerase
mengkatalisis proses isomerisasi, yang menghasilkan pemindahan dua atom hidrogen dari gugusan
karbon yang berdekatan ke gugus aldehida. Contoh enzim yang termasuk golongan isomerase antara lain
ialah ribulosafosfat epimerase dan glukosafosfat isomerase. Enzim ribulosa epimerase merupakan katalis
bagi reaksi epimerisasi ribulosa. Dalam reaksi ini ribulosa-5-fosfat diubah menjadi xilulosa-5-fosfat. Di
samping itu reaksi isomerisasi glukosa-6-fosfat menjadi fruktosa-6-fosfat dapat berlangsung dengan
bantuan enzim glukosa fosfat isomerase.
 

 

?  



 



  


è   


Ligase mengkatalisis penggabungan dua molekul menjadi satu. Enzim-enzim ini telah diketahui
sejak bertahun-tahun sebagai sintetase. Ikatan yang terbentuk dari penggabungan tersebut adalah ikatan
C-, C-S, C-N, atau C-C. Contoh enzim golongan ini antara lain ialah glutamin sintetase yang terdapat
dalam otak dan hati yang merupakan katalis dalam reaksi pembentukan glutamin dalam asam glutamat
dan piruvat karboksilase yang bekerja dalam reaksi pembentukan asam oksaloasetat dari asam piruvat.

è 

??0?? 
??0???


? 


asetil-KoA


? !
??0?? 

?


??0???

piruvat karboksilase

Kinetika enzim

Kinetika enzim adalah hal yang berkaitan dengan seberapa cepat enzim bekerja. Lalu apakah
manfaatnya dengan kita mengukur atau menghitung kecepatan suatu molekul kimia yang bahkan
kelihatan pun tidak. Dalam perspektif ini perlu diketahui bahwa enzim itu ada banyak jenis dengan
kecepatan yang berbeda satu dengan lainnya. Untuk mencapai suatu koordinasi yang selaras dalam
harmonisme reaksi kehidupan, suatu enzim harus memiliki kecepatan pada ambang tertentu. Cukup
banyak juga kelainan atau penyakit metabolisme yang muncul akibat satu atau beberapa jenis enzim
yang menyalahi peraturan mengenai kecepatan reaksi ini.

Sebelum membahas tentang kinetika reaksi enzim yang berkaitan dengan persamaan Michaelis-
Menten dan kurva Lineweaver-Burk, terlebih dahulu kita membahas mengenai pembentukan
kompleks enzim-substrat.

1.? Kompleks Enzim ± Substrat

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa, suatu enzim mempunyai kekhasan yaitu
hanya bekerja pada suatu reaksi saja. Untuk dapat bekerja pada suatu zat atau substrat, maka
harus ada hubungan atau kontak antara enzim dan substrat.

Enzim memiliki ukuran yang lebih besar dari pada subtract, oleh karna itu tidak seluruh bagian
enzimdapat berhubungan dengan substrat. Hubungan antara enzim dan substrat hanya terjadi pada
bagian atau tempat tertentu saja. Gempat atau bagian enzim yang dapat mengadakan hubungan
atau kontak dengan substrat disebut bagian aktif. Hubungan anatar enzim dengan substrat hanya
dapat terjadi jika bagian aktif dari enzim mempunyai ruang atau bentuk yang sesuai dengan betuk
substrat sehingga tepat dapat menampung substrat. Apabila substrat mempunyai bentuk atau
konformasi lain, maka tidak dapat ditampung dalam sisi aktif enzim tersebut. Inilah yang
menjelaskan mengapa tiap enzim mempunyai kekhasan terhadap substrat tertentu.

Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan terjadinya kompleks enzim-
substrat. Kompleks ini merupakan kompleks yang aktif, yang bersifat sementara dan akan terurai
lagi apabila reaksi yang diinginkan akan terbentuk atau terjadi.

Aktivitas biologis enzim adalah sebagai biokatalis, yang mempermudah perubahan substrat
menjadi produk. Dengan demikian, adanya enzim akan mengurangi jumlah substrat dan
bersamaan dengan itu menambah kosentrasi produk. Secara sederhana penguraian suatu zat atau
substrat oleh suatu enzim dapat digambarkan sebagai berikut :

›  " ›" › 
Keseluruhan reaksi adalah   cdan secara praktis, reaksi ini berarti :

Dalam reaksi ini, jumlah S akan berkurang atau menurun dan bersamaan dengan itu, jumlah P
akan naik. Kecepatan perubahan ini di pengaruhi oleh jumlah E. untuk mengukur laju reaksi
reaksi tersebut, dapat dilakukan dengan mengukur konsentrasi S atau dengan mengukur
konsentrasi kenaikan konsentrasi P.

2.? Persamaan Michaelis-Menten

Persamaan Michaelis-Menten ini menjelaskan bagaimana hubungan konsentrasii substrat dengan


laju reaksi. Dalam keadaan sebenarnya, pada makhluk hidup dalam suatu saat tertentu jumlah
enzim nisbi tetap, sedangkan jumlah substrat yang diolah berubah-ubah sesuai dengan proses
metabolisme. Hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi substrat ini sangat penting, karena
sebenarnya atas dasar itulah proses metabolisme berjalan dari saat ke saat. Selain itu hubungan
antara laju dan konsentrasi substrat ini juga yang menjadi sasaran pengendalian metabolisme.
Pengendalian tersebut dapat dilakukan secara buatan dengan menggunakan berbagai senyawa
penghambat atau inhibitor dari luar seperti obat, maupun secara alamiah dalam pengendalian laju
metabolisme. Untuk membahas hubungan ini secara lebih rinci, kita kembali kepada reaksi umum
enzimatis:

# 
$??m $m $??
 

Pada saat-saat pertama reaksi, laju reaksi pembentukan ES dari E + S tepat sama dengan proses
balik dari pembentukan ES dari E + P, oleh karena itu hanya ada satu konsentrasi ES. Begitu pula
dengan laju reaksi penguraian kompleks ES kea rah kiri sama dengan kea rah kanan, hal ini
dikarenakan seluruh system berada dalam keadaan seimbang. Dengan demikian, pada saat-saat
yang sangat awal trsebut, dapat dinyatakan dalam bentuk persaam berikut :

K1 [E] [S] + k4 [E] [P] = k2 [ES] + k3 [ES]

[E] { k1 [S] + k4 [P] } = [ES] ( k2 + k3 )


ሾாௌሿ ௞భ ሾௌሿା௞ర ሾ௉ሿ
ൌ
ሾாሿ ௞మ ା௞య

௞భሾௌሿ ௞ర ሾ௉ሿ
ൌ ൅
௞మ ା௞య ௞మ ା௞య

Pada saat yang sangat awal, katakanlah milidetik pertama, nilai [P] sangat kecil dibandingkan
dengan [S] sehingga dapat di abaikan. Sehingga persamaan tersebut menjadi ;
ሾாௌሿ ௞భ ሾௌሿ
ൌ
ሾாሿ ௞మ ା௞య
€ ൅ €
ሾ‫ܵܧ‬ሿ ൌ ሾ‫ܧ‬ሿሾܵሿ
€

K1, k2 dan k3 adalah bilangan-bilangan tetap, sehingga k2 + k3 dibagi k1 juga mempunyai nilai
tetap dan dapat dinyatakan sebagai å . oleh karna itu persamaan tersebut dapat di tulis sebagai
berikut :


ሾ‫ܵܧ‬ሿ ൌ ሾ‫ܧ‬ሿሾܵሿ

ሾ‫ܧ‬ሿ

ሾ‫ܵܧ‬ሿ ሾܵሿ

Jika konsentrasi seluruh enzim ataienzim total dinyatakan dalam [E]G ( jumlah konsentrasi enzim
dalam seluruh bentuk yang ada). Maka, [E]G = [E]bebas + [ES] atau [E]G = [E] + [ES]. Dengan
demikian maka, [E] = [E]G ± [ES]. Jika persamaan ini disubstitusikan ke persamaan yang terakhir,
maka di peroleh :
ሾ‫ܧ‬ሿ௧ െ ሾ‫ܵܧ‬ሿ


ሾ‫ܵܧ‬ሿ ሾܵሿ

ሾ‫ܧ‬ሿ௧
െ ͳ ൌ

ሾ‫ܵܧ‬ሿ ሾܵሿ
ሾ‫ܧ‬ሿ௧

ൌ ൅ ͳ
ሾ‫ܵܧ‬ሿ ሾܵሿ

Pada laju yang maksimum (V maks), semua enzim sudah terikat dalam bentuk kompleks ES.
Sedangkan pada tahap yang sangat awal, reaksi berjalan menurut orde pertama, dimana kecepatan
permulaan (v) terjadinya hasil reaksi P sebanding dengan konsentrasi ES. Sehingga perbandingan
antara V maks dengan kecepatan permulaan adalah :
ܸ௠௔௞௦ ሾ‫ܧ‬ሿ ்

‫ݒ‬ ሾ‫ܵܧ‬ሿ
ܸ௠௔௞௦

ൌ ൅ ͳ
‫ݒ‬ ሾܵሿ

ܸ௠௔௞௦
௠ ൅  ሾܵሿ

‫ݒ‬ ሾܵሿ
ܸ௠௔௞௦ ሾܵሿ
‫ݒ‬ൌ

௠ ൅  ሾܵሿ

Hubungan antara kecepatan atau laju awal dengan konsenstrasi substrat dapat dicari dengan
rumus di atas, yaitu :

ܸ௠௔௞௦ ሾܵሿ
‫ݒ‬ൌ

௠ ൅  ሾܵሿ

Persamaan ini dengan jelas memperlihatkan atau menunjukkan hubungan antara perubahan
konsentrasi substrat dengan laju reaksi enzimatik. Persamaan ini dikenal dengan nama persamaan
Michaelis-Menten. Dan jika di alurkan dalam grafik, akan diperoleh kurva yang berupa suatu
hiperbola. Kurva ini secara empiric dengan menggunakan berbagai konsentrasi substrat dan pada
setiap konsentrasi di ukur laju reaksinya, hal ini telah diperoleh oleh x pada tahun 1902.
Ketika Henri mempelajari laju hidrolisis sukrosa pada berbagai konsentrasi substrat dengan
menggunakan enzim invertase, diperolehnya suatu kurva hiperbola. Pada percobaan yang
dilakukan Henri, yaitu hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pada konsentrasi sukrosa rendah, kecepatan reaksinya bergantung pada
konsentrasi sukrosa, namun pada konsentrasi tinggi, kecepatan reaksinya tidak lagi bergantung
pada konsentrasi sukrosa. Jadi, pada konsentrasi tinggi kecepatan reaksi tidak dipengaruh lagi
oleh pertambahan konsentarsi. Hal ini menunjukkan bahwa enzim telah jenuh dengan substrat,
artinya tidak dapat lagi menampung substrat. Penafsiran yang digunakan untuk menjelaskan hal
tersebut adalah pada konsentrasi yang sangat tinggi seluruh bagian aktif enzim telah jenuh
diduduki oleh substrat, sehingga pada saat itu laju reaksi berada dalam keadaan maksimum.
Untuk menerangkan hal ini, Leonor Michaelis dan Maude Menten pada tahun 1913 mengajukan
sebuah hipotesis bahwa dalam reaksi enzim terjadi lebih dahulu kompleks enzim ± substrat yang
kemudian menghasilkan hasil reaksi dan enzim kembali.

Gambar. Kurva Michaelis-Menten

3.? Parameter pada persamaan Michaelis-Menten

Pada kurva Michaelis-Menten, secara garis besar dapat dibedakan tiga daerah yaitu:

? Daerah yang pertama adalah daerah dengan [S]<<<Km. harga [S] sangat kecil sehingga dapat
diabaikan terhadap Km, sehingga Km + [S] = Km. secara praktis persamaan Michaelis ±
Menten akan menjadi :
ܸ௠௔௞௦ 
‫ݒ‬ൌ ሾܵሿ

leh karna Vmaks dan Km adalah bilangan tetap, kecepatan reaksi hanya di tentukan oleh
konsentrasi S. Dengan kata lain, pada konsentrasi yang sangat rendah kecepatan reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi substrat.
? Daerah yang kedua adalah daerah dengan harga [S]>>>Km. disini, sebaliknya nilai Km yang
diabaikan terhadap harga S yang sangat besar, atau Km + [S] ~[S].

Jadi, pada konsentrasi yang sangat tinggi yang jauh melampaui nilai Km, penambahan
konsentrasi substrat tidak lagi menyebabkan kenaikan laju reaksi. Sehingga pada saat ini, v =
V maks. Pada saat ini, seluruh tempat untuk mengikat dan mengolah substrat di molekul
enzim sudah diduduki oleh substrat.

? Daerah ketiga adalah jika [S]=km.

Makna Km pada persamaan Michaelis-Menten.

Jika v = ½ V, maka akan di peroleh hasil sebagai berikut :

‫ ݒ‬ൌ  ͳൗʹ ܸ

ͳൗ ܸ ൌ  ܸ௠௔௞௦ ሾܵሿ
ʹ
௠ ൅  ሾܵሿ

ͳൗ ൌ  ሾܵሿ
ʹ
௠ ൅  ሾܵሿ

Persamaan diatas memiliki makana bahwa : 2[S] = Km + [S]. dengan kata lain, Km adalah
konsentrasi substrat yang menyebabkan laju reaksi (v) sama dengan separuh atau setengah
lajui reaksi maksimum (1/2 V maks).

Arti k3 (kkat atau bilangan pergantian).Bagian lain dari persamaan umum darii reaksi
enzimatik dan masih berhubungan dengan persamaan michaelis-menten ialah tentang k3
dalam penggal kedua reaksi umum enzimatik, yaitu:

k1 k3
$? ?m $m $? ?
k2

Dalam persamaan tersebut, k3 adalah tetapan laju reaksi penguraian ES menjadi E + P.


Reaksi tersebut adalah reaksi orde pertama, Karena hanya dipengaruhi oleh [ES]. Laju reaksi
dengan demikian adalah:

v= k3 [ES]

Jika seluruh E sudah terikat dengan S, secara praktis [ES]=[E]G, sehingga pada saat itu laju
reaksi dapat ditulis menjadi:

v= k3 [E]G
Akan tetapi, pada saat itu pula kecepatan atau laju reaksi berada dalam nilai yang setinggi-
tinggi atau maksimum. Jadi, pada saat itu v=Vmax. Jika keadaan ini diperhitungkan dan
dimasukkan dalam persamaan diperoleh:

V= k3 [E]G

Mengingat Vmax adalah bilangan tetap dan khas bagi tiap enzim, sedangkan [E]G diketahui
karena sengaja ditambahkan, k3 dapat dihitung yaitu sebagai berikut:

&
 ?%?
'›

leh karena Vmax adalah kecepatan maximum suatu reaksi enzimatik dan dinyatakan dalam
banyaknya molekul produk yang terbentuk atau substrat yang diolah secara maksimum,
sedangkan [E]G adalah jumlah molekul enzim, maka k3 adalah tetapan laju reaksi juga, yaitu
sebagai bilangan yang menyatakan berapa jumlah molekul substrat yang diolah oleh satu
molekul enzim.

Persamaan Michaelis-Menten mempunyai penampilan geometris berupa hiperbola. Umumnya


suatu hiperbola mempunyai atau  yang tidak dapat dilampaui. Begitu pula pada kurva
Michaelis-Menten. Fenomena ini terlihat sebagai laju maksimum V, yang tidak dapat dilampaui
berapapun jumlah substrat yang ditambahkan. Keadaan ini disebabkan oleh adanya kejenuhan enzim
oleh substrat, sehingga penambahan substrat akan melampaui kapasitas enzim yang ada. Contoh pada
biologi, yang pertama yaitu fenomena pengikatan oksigen oleh protein pigmen pengikat
oksigen di dalam otot dan yang kedua adalah pada kurva pertumbuhan bakteri.

Pada mioglobin, hubungan antara jumlah oksigen dengan derajat kejenuhan mioglobin
terhadap oksigen ternyata menunjukkan kejenuhan. Reaksi pengikatan oksigen oleh mioglobin (Mb)
ialah:

Getapan kesetimbangan reaksi ini ialah:

Kejenuhan akan oksigen Y, dinyatakan sebagai berikut:

Apabila persamaan pertama disubstitusikan ke persamaan kedua, diperoleh persamaan:


leh karena berkaitan dengan gas, konsentrasi sebanding dengan tekanan, rumus tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Rumus ini adalah analog dengan rumus Michaelis-Menten, p2 adalah tekanan parsial oksigen,
sedangkan P50 yang analog dengan Km pada persamaan Michaelis-Menten, adalah tekanan parsial
oksigen yang menyebabkan kejenuhan Mb terhadap oksigen menjadi 50%.

Kurva pertumbuhan bakteri. Jacques Monod telah mengamati laju pertumbuhan kuman
sebagai fungsi dari konsentrasi suatu nutrien yang konsentrasinya menentukan pertumbuhan kuman
tersebut dalam medium. Monod memperoleh persamaan berikut:

adalah laju pertumbuhan kuman, m adalah laju pertumbuhan kuman maksimum,ሾܵሿ adalah
konsentrasi substrat yang menentukan pertumbuhan kuman dan Ks adalah tetapan konsentrasi substrat
yang menyebabkan laju pertumbuhan tepat separuh laju pertumbuhan maksimum. Baik persamaan
kejenuhan mioglobin maupun persamaan Monod untuk pertumbuhan kuman sama-sama menunjukkan
kurva hiperbola yang identik dengan persaan Michaelis-Menten.

0?
c     

Untuk mengetahui berbagai identitas spesifik bagi suatu enzim, seperti Km dan V, maka sangat
penting adanya modifikasi terhadap persamaan Michaelis-Menten tersebut. Secara tidak langsung
modifikasi dari persamaan Michaelis-Menten ini juga diperlukan untuk menghitung bilangan
pergantian (kkat atau k3). Akan tetapi, untuk menentukan harga V yang tepat, diperlukan jumlah
pengukuran yang banyak sekali, masing-masing dengan konsentrasi substrat yang berbeda. Untuk
menyederhanakan pengukuran, cara yang dilakukan salah satunya adalah dengan membalikkan
(inversi) persamaan Michaelis-Menten tersebut. Sehingga persamaan Michaelis-Menten berubah
menjadi:

Persamaan ini dinamai sebagai persamaan r    dan bentuk ini sebenarnya tidak
lain adalah persamaan garis lurus biasa dengan bentuk umum y=Dalam persamaan

Lineweaver-Burk ini, y adalah ,  adalah ሾௌሿ . Lereng atau koefisien arah dari garis, yaitu ܽ ൌ ೘ dan
 
 ௏
ൌ . Dengan bantuan persamaan ini, seperti halnya dalam mencari persamaan suatu garis lurus, secara


teoritis hanya diperlukan dua titik, yaitu titik (y1,x1) dan (y2,x2).

Gambar. Kurva r   


Dalam pengukuran, dapat dilakukan dengan pengukuran laju reaksi dari dua konsentrasi
substrat yang berbeda. Akan tetapi, untuk ketelitian, biasanya dilakukan pengukuran laju reaksi atas

lebih dari dua konsentrasi substrat. Hasilnya, akan didapat garis lurus yang memotong sumbu tegak (

) dan sumbu datar ( ሾௌሿ ) pada koordinat (െ
  
) pada koordinat (0, ,0), seperti pada gambar
௏ ௄೘
persamaan diatas. Dengan cara yang cukup sederhana ini, kedua identitas enzim yang sangat penting
ini segera dapat ditentukan.

A.? Pengertian inhibitor


Hambatan atau inhibisi pada suatu reaksi yang menggunakan enzim sebagai katalis dapat
terjadi apabila penggabungan substrat pada bagian aktif enzim mengalami hambatan. Molekul atau
ion yang dapat menghambat reaksi tersebut dinamakan inhibitor.

B.? Macam-macam inhibitor


Inhibisi aktivitas enzimatik oleh molekul kecil spesifik atau ion tertentu sangatlah penting, karena
peristiwa ini merupakan cara pengendalian utama dalam berbagai sistem biologis. Lagi pula, banyak
obat dan bahan beracun yang bekerja dengan cara inhibisi enszim. Lebih jauh lagi, peristiwa inhibisi
dapat merupakan sumber untuk mempelajari mekanisme kerja enzim : residu, yang sangat berperan
dalam proses katalis, kerap kali dapat dikenali dengan menggunakan inhibitor spesifik.
Macam-macam inhibitor pada enzim antara lain :
1.? Inhibitor reversibel
suatu senyawa dapat terikat dan kemudian dpt lepas kembali, ditandai dengan disosiasi kompleks
enzim-inhibitor yang sangat cepat.

Reversible inhibitor ini dpt dibagi :


y? Competitive (bersaing)
Inhibitor kompetitif adalah molekul penghambat yang bersaing dengan substrat untuk
mendapatkan sisi aktif enzim. Contohnya, sianida bersaing dengan oksigen untuk mendapatkan
hemoglobin dalam rantai respirasi terakhir. Penghambatan inhibitor kompetitif bersifat sementara
dan dapat diatasi dengan cara menambah konsentrasi substrat.
Enzim dapat mengikat substrat (membentuk kompleks ES) atau inhibitor (membentuk kompleks
EI) tetapi tidak dapat mengikat keduanya secara serentak (membentuk kompleks ESI).

Persamaan reaksinya :
+S
› ›" ›?????

+I

›

Banyak inhibitor kompetitif menyerupai substrat dan mengikat situs aktif enzim. Akibatnya,
substrat tidak dapat berikatan dengan situs aktif yang sama. Suatu inhibitor kompetitif
mengurangi kecepatan katalis dengan cara mengurangi jumlah molekul enzim yang mengikat
substrat. Suatu contoh klasik inhibisi kompetitif ialah pengaruh malonat terhadap enzim suksinat
dehidrogenase, suatu ensim yang menyingkirkan dua atom hidrogen dari suksinat.berbeda dengan
suksinat, malonat hanya mempunyai 1 gugus metilen. Gidak jarang suatu enzim dihambat secara
kompetitif oleh produknya sendiri karena kemiripan struktur produk tersebut dengan substrat.
Inhibisi kompetitif dapat diatasi dengan meningkatkan konsentrasi substrat.
Inhibitor yang menyebabkan hambatan bersaing disebut inhibitor bersaing. Asam malonat, oksalat dan
oksaloasetat dapat menghambat kerja enzim suksinat dehidrogenase dalam reaksi dehidrogenasi asam
suksinat.

Asam malonat, oksalat dan oksaloasetat mempunyai struktur yang mirip dengan rumus asam suksinat.
 
  
  
 


?  


?

?

  
   
   ?%?



?

?

?

?


?


?

Inhibitor bersaing menghalangi terbentuknya kompleks ES dengan cara membentuk kompleks EI.
Berbeda dengan kompleks ES, kompleks EI tidak dapat membentuk hasil P.

› +S ›" ›????? (   ?


 ? 
 )

› ?? › ( 
?  ?
 ? 
 )

Dengan demikian adanya inhibitor bersaing dapat mengurangi peluang bagi terbentuknya kompleks ES
dan hal ini menyebabkan berkurangnya kecepatan reaksi.

Pengaruh inhibitor bersaing ini tidak tergantung pada konsentrasi inhibitor semata, tetapi juga
pada konsentrasi substrat. Pengaruh inhibitor dapat dihilangkan dengan cara menambah substrat
dalam konsentrasi besar. Pada konsentrasi substrat yang sangat besar, peluang terbentuknyang
kompleks ES juga makin besar. Kecepatan reaksi maksimum (Vmaks) dapat tercapai pada
konsentrasi substrat yang besar.
(Gambar 8-9. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi kompetitif. Perhatikan hilangnya inhibisi secara total
pada [S] yang tinggi (yi. 1/[S] yang rendah.)

Inhibitor kompetitif dapat diatasi dengan meningkatkan konsentrasi substrat. Struktur inhibitor kompetitif
klasik cenderung mirip dengan struktur substrat. Inhibitor kompetitif bekerja dengan menurunkan jumlah
molekul enzim bebas yang tersedia untuk mengikat substrat, yi, untuk membentuk ES dan akhirnya
menghasilkan produk.

y? non-competitive (tidak bersaing)


Inhibitor nonkompetitif adalah molekul penghambat enzim yang bekerja dengan cara melekatkan diri
pada luar sisi aktif enzim. Sehingga, bentuk enzim berubah dan sisi aktif enzim tidak dapat berfungsi. Hal
ini menyebabkan substrat tidak dapat masuk ke sisi aktif enzim. Penghambatan inhibitor nonkompetitif
bersifat tetap dan tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.

Inhibitor ini biasanya berupa senyawa kimia yang tidak mirip dengan substrat dan berikatan pada sisi
selain sisi aktif enzim. Ikatan ini menyebabkan perubahan bentuk enzim sehingga sisi aktif enzim tidak
sesuai lagi dengan substratnya. Contohnya antibiotik penisilin menghambat kerja enzim penyusun
dinding sel bakteri. Inhibitor ini bersifat reversible tetapi tidak dapat dihilangkan dengan menambahkan
konsentrasi substrat.
Gambar 3.4. A Kerja enzim seperti gembok-anak kunci B. Inhibitor kompetitif dan non kompetitif
(Campbell, 2006)

Enzim dapat mengikat substrat dan inhibitor secara serentak. Ini berarti situs pengikatan keduanya
berbeda. Suatu inhibitor nonkompetitif bekerja dengan cara menurunkan bilangan pergantian dan
bukannya dengan mengurangi enzim yang dapat mengikat substrat. Berlawanan dengan inhibisi
kompetitif , inhibisi nonkompetitif tidak dapat diatasi dengan meningkatkan konsentrasi substrat. Suatu
pola yang lebih rumit, yaitu inhibisi campuran, terjadi bila suatu inhibitor mempengaruhi pengikatan
substrat dan mengubah bilangan pergantian enzim.

Hambatan tidak bersaing ini (noncompetitive inhibitor) tidak dipengarhui oleh besarnnya konsentrasi
substrat dan inhibitor yang melakukannya disebut inhibitor tidak bersaing. Dalam hal ini inhibitor dapat
bergabung dengan enzim pada suatu bagian enzim di luar bagian aktif. Penggabungan antara inhibitor
dengan enzim ini terjadi pada enzim bebas, atau pada enzim yang telah mengkikat substrat yaitu
kompleks enzim-substrat.
›?? ›

›"?? ›"
Penggabungan inhibitor dengan enzim bebas menghasilkan kompleks EI, sedangkan dengan kompleks ES
menghasilkan kompleks ESI. Baik kompleks EI maupun ESI bersifat inaktif. Ini berarti bahwa kedua
kompleks yersbut tidak dapat menghasilkan hasil reaksi yang diharapkan. Hambatan tidak bersaing ini
dapat pula diketahui dati grafik yang menggambarkan hubungan V dengan (S), atau hubugan antara 1/V
dengan 1/(S).
Pengikatan inhibitor tidak mempengaruhi pengikatan substrat. Inhibitor nonkompetetif sederhana
menurunkan Vmax, tetapi tidak mempengaruhi Km. Inhibitor nonkompetitif yang lebih kompleks terjadi
jika pengikatan inhibitor memang mempengaruhi afinitas (yang tampak) enzim terhadap substrat.

y? un-competitive (campuran)
Inhibisis jenis ini mirip dengan inhibisi non-kompetitif, kecuali kompleks EIS memiliki aktivitas
enzimatik residual.
2.? Inhibitor irreversibel

Inhibisi enzim dapat berlangsung secara reversibel ataupun ireversibel. Suatu inhibitor ireversibel
berdisosiasi sangat lambat dari ikatannya dengan enzim sasaran, karena ikatannya yang sangat erat
dengan enzim tersebut, baik secara kovalen maupun bukan kovalen. Gas saraf, yang bekerja terhadap
asetilkolinerase, enzim yang prnting sekali dalam mengantarkan impuls saraf, merupakan contoh inhibisi
ireversibel. Diisopropilfosfofluoridat (DIPF), salah satu gas saraf, bereaksi dengan suatu residu serin yang
berperan penting dalam proses katalis dan yang terdapat di situs enzim, membentuk senyawa
diisopropilfosforil-enzim yang tidak aktif. Senyawa pengaekil, misalnya iodoasetamida, secara ireversibel
menghambat aktivitas katalitik sejumlah enzim dengan cara modifikasi sistein dan rantai samping lain.


   
   


‘ ‘ 
    *  ‘ ‘ 
 +    *

 
   
    







     ?(  *)


 
 
‘ ‘ 
   m ‘ ‘ 
  +  m   
   

‘ 

Seperti yang telah dijekasan sebelumnya, baik hambatan bersaing maupun tidak bersaing adalah
hambatan yang bersifat reversibel. Kedua macam hambatan terbut dapat dirumuskan secara kualitatif oleh
Michelis ± Menten atau Lineweaver - Burk dengan asumsi bahwa penggabungan antar enzim inhibitor
bersifat reversibel. Apabila penggabungan antar enzim inhibitor bersifat irrreversibel maka pendekatan
Michelis ± Menten tidak dapat dilakukan. Hambatan tidak reversibel ini dapat terjadi karena inhibitor
bereaksi tidak dapat reversibel dengan bagian tertentu pada enzim, sehingga mengakibatkan berubahnya
enzim tersebut. Sebagai contoh inhibitor dengan hal ini ialah molekul iodoase-tamida yang dapat bereaksi
dengan gugus -SH suatu enzim tertentu.

Reaksi ini berlangsung tidak reversibel sehingga menghasilkan produk reaksi dengan sempurna, inhibitor
lain ialah diisoporipil fosfofluoridat. Inhibitor ini termasuk senyawa fosfor organik yang bersifat racun
dan berfungsi pada sistem syaraf pusat.

Dengan terbentuknya ester ini maka enzim ini tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga
dapat mengganggu kerja sel syaraf pusat. Ester yang terbentuk bersifat stabil dan tidak mudah
terhidrolisis. Dengan demikian hambatan yang diakibatkan oleh diisopropilfosfofluoridat ini merupakan
hambatan tidak reversibel.

C.? Persamaan Michaelis menten setelah adanya inhibitor

Misalkan suatu enzim menunjukkan kinetika Michaelis-Menten. Pengukuran laju katalis pada berbagai
konsentrasi substrat dan inhibitor berguna untuk membedakan inhibisi kompetitif dan nonkompetitif.
Pada inhibisi kompetitif, titik potong alur 1/V lawan 1/[S] pada sumbu tegak sama, baik dengan inhibitor
maupun tanpa inhibitor. Hanya kemiringan garis alur yang berbeda. Ini berarti Vmaks tidak berubah
dengan adanya inhibitor kompetitif. Ganga dari suatu inhibisi kompetitif ialah bahwa ia dapat diatasi
dengan substrat dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Pada konsentrasi substrat yang cukup tinggi, dapat
dikatakan seluruh situs aktif diisi oleh substrat dan enzimpun dalam keadaan siap bekerja secara
maksimum. Peningkatan kemiringan garis alur 1/V lawan 1/[S] tersebut menunjukkan kekuatan ikatan
inhibitor kompetitif. Bila ada suatu inhibitor kompetitif, persamaan diganti menjadi :
ͳ ͳ ୑ ͳ
ൌ ൅ š
 ୫ୟ୩ୱ ୫ୟ୩ୱ ሾሿ
ͳ ͳ ୑ ሾ ሿ ͳ
ൌ ൅ ቆͳ ൅ ቇ ൬ ൰
 ୫ୟ୩ୱ ୫ୟ୩ୱ  ୧ ሾሿ

[I] adalah konsentrasi inhibitor dan Ki adalah tetapan disosiasi kompleks enzim-inhibitor

E + I ļ EI
ሾሿሾ ሿ
‹ ൌ 
ሾ ሿ

Dengan kata lain, dengan adanya inhibitor kompetitif kemiringan garis bertambah sebesar (1+[I]/Ki).
Misalkan suatu enzim mempunyai KM sebesar 10-4M. Bila tidak ada inhibitor, V = Vmaks/2 bila [S] = 10-4
M. Bila ada suatu inhibitor kompetitif sebanyak 2 x 10-3 M yang terikat ke enzim dengan Ki sebesar 10-3
M, maka KM yang tampak dalam keadaan tersebut ialah 3 x 10-4 M. Bila nilai ini di masukkan ke dalam
persamaan akan diperoleh V = Vmaks/4.

Dalam inhibisi nonkompetitif, Vmaks berkurang menjadi VImaks srhingga titik potong dengan sumbu tegak
bergeser ke atas. Kemiringan yang baru, yaitu KM/ VImaks bertambah dengan faktor yang sama.
Sebaliknya, KM tidak berubah dengan penghambatan seperti ini. Inhibisi nonkompetitif tidak dapat diatasi
dengan meningkatkan konsentrasi substrat. Kecepatan maksimum bila ada inhibitor nonkompetitif, VImaks
, ialah
୚ౣ౗౮
୫ୟ୶

ൌ
ାሾ୍ሿΤ୏౟

1.? KNSENGRASI SUBSRAG DAN ENZIM

Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan efektivitas kerja enzim. Semakin tinggi
konsentrasi maka kerja enzim akan semakin baik dan cepat. Seperti pada katalis lain, kecepatan
suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada konsentrasi
substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. Semakin
tinggi konsentrasi enzim maka kerja waktu yang dibutuhkan untuk suatu reaksi semakin cepat,
sedangkan kecepatan reaksi dalam keadaan konstan. Semakin tinggi konsentrasi substrat, semakin
cepat kerja enzim, tapi jika kerja enzim telah mencapai titik maksimal, maka kerja enzim berikutnya
akan konstans dimana keadaan tersebut disebut keadaan jenuh. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat
terlalu banyak reaksi akan berjalan lambat bahkan ada substrat yang tidak terkatalisasi .
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka
pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi.
Untuk dapat terjadi kompleks enzim substrat, diperlukan adanya kontak antara enzim dengan
substrat. Kontak ini terjadi pada suatu tempat atau bagian enzim yang disebut bagian aktif.

Pada konsentrasi substrat rendah, bagian aktif enzim ini hanya menampung sedikit substrat. Bila
konsentrasi substrat diperbesar, makin banyak substrat yang dapat berhubungan dengan enzim pada
bagian aktif tersebut. Dengan demikian, konsentrasi kompleks enzim substrat makin besar dan hal ini

menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi. Namun dalam keadaan ini, bertambah besarnya
konsentrasi susbstrat tidak menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi kompleks enzim substrat,
sehingga jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah besar.

2.? SUHU

Karena enzim tersusun dari protein, maka enzim sangat peka terhadap suhu. Pada suhu rendah
reaksi enzim berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya berlangsung
lebih cepat. Akan tetapi suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein. Apabila
terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi
efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Bagaimanapun energi
panas dapat meningkatkan energi kinetik dari enzim ke titik dimana energi pelindung dapat
mengganggu interaksi non-kovalen yang berfungsi mengatur struktur tiga dimensi dari enzim. Cincin
polipeptida kemudian mulai terbuka atau terdenaturasi, yang disertai dengan pengurangan kecepatan
dari aktivitas katalisis. Namun kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan
kecepatan reaksi.

Reaksi yang dikatalisis oleh enzim akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu 0 - 35 derajad
celcius. Secara umum kenaikan 10°C maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipatnya dalam batas
suhu yang wajar. Suhu ideal kerja enzim adalah 30 ± 40 °C, dengan suhu optimum 36°C. Faktor
yang menyebabkan peningkatan kecepatan ini adalah koefisien suhu atau Q10*. Dibawah atau diatas
suhu tersebut kerja enzim lemah bahkan mengalami kerusakan. Enzim akan menggumpal
(denaturasi) dan hilang kemampuan katalisisnya jika dipanaskan, dimana denaturasi itu terjadi
karena energi kinetik enzim melampui rintangan energi untuk memutuskan ikatan hidrogen dan
hidrofobik yang lemah, yang mempertahankan struktur skunder ± tersiernya.

Pada umumnya temperatur optimum enzim adalah 30 ± 400°C. Kebanyakan enzim tidak
menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai 0°C , namun enzim tidak rusak, bila suhu normal maka
enzim akan aktif kembali karena enzim tahan pada suhu rendah, namun rusak diatas suhu 500c. Giap
kenaikan suhu 10 derajat C, kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat dalam batas suhu yang wajar.
Hal tersebut juga berlaku pada enzim. Panas yang ditimbulkan akibat kenaikan suhu dapat
mempercepat reaksi sehingga kecepatan molekul meningkat. Hasilnya adalah frekuensi dan daya
tumbukan molekuler juga meningkat. Sebagian besar enzim mempunyai suhu optimum yang sama
dengan suhu normal sel organisme tersebut. . Enzim pada umumnya stabil pada temperatur 45-55°C.

Suhu optimum enzim pada hewan poikilotermik di daerah dingin biasanya lebih rendah
daripada enzim pada hewan homeotermik. Contohnya, suhu optimum enzim pada manusia adalah 37
derajat celcius, sedangkan pada katak adalah 25 Derajat Celcius. Untuk hewan misalnya, batas
tertinggi suhu adalah 40ºC. Bila suhu di atas 40ºC, enzim tersebut akan menjadi rusak. Sedangkan
untuk tumbuhan batas tertinggi suhunya adalah 25ºC. Sebaliknya, enzim pada mikroorganisme
termofilik yang berada pada sumber mata air panas guung merapi, atau pada lubang hidrotermal
bawah laut dapat stabil pada suhu 100°C. Akibat kenaikan suhu dalam batas tidak wajar, terjadi
perubahan struktur enzim (denaturasi). Enzim yang terdenaturasi akan kehilangan kemampuan
katalisnya. Sebagian besar enzim mengalami denaturasi yang tidak dapat balik pada suhu 55-65
Derajat C. Enzim yang secara fisik telah rusak biasanya tidak dapat diperbaiki lagi. Hal tersebut
merupakan salah satu alasan bahwa enzim lebih aman dimakan pada makanan yang sudah
dimasak.Khususnya daging dan telur daripada makanan mentah.

Pengontrolan panas terhadap susu dan makanan dengan bahan susu lainya secara dramatis
mengurangi penyebaran penyakit seperti GBC. Pada suhu kurang dari suhu optimum, aktivitas enzim
mengalami penurunan. Enzim masih beraktivitas pada suhu kurang dari 0 derajat C dan aktivitasnya
hampir terhenti pada suhu 196 derajat C.

3.? DERAJAG KEASAMAN (pH)

Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya. Enzim
dapat berbentuk ion positif, ion negatif, atau ion bermuatan ganda. Dengan demikian perubahan pH
lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks
enzim substrat. Disamping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah, atau pH tinggi
dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya
aktifitas enzim. Gerdapat suatu nilai pH tertentu atau daerah pH yang dapat menyebabkan kecepatan
reaksi paling tinggi. pH tersebut dinamakan pH optimum.Pengaruh pH terhadap kerja enzim dapat
terdeteksi karena enzim terdiri atas protein. Jumlah muatan positif dan negative yang terkandung
didalam molekul protein serta bentuk permukaan protein sebagian ditentukan oleh pH. Perubahan pH
dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi
aktif berkombinasi dengan substratnya. pH optimum yang diperlukan berbeda ± beda tergantung
jenis enzimnya

Seluruh enzim peka terhadap perubahan derajat keasaman (pH). Pengaruh pH terhadap suatu
enzim bervariasi tergantung jenisnya. Ada enzim yang bekerja secara optimal pada kondisi asam.
Ada juga yang bekerja secara optimal pada kondisi basa.Enzim menjadi nonaktif bila diperlakukan
pada asam atau basa yang sangat kuat. Sebagian besar enzim dapat bekerja paling efektif pada
kisaran pH lingkungan yang agak sempit. Diluar pH optimum tersebut, kenaikan atau penurunan pH
menyebabkan penurunan aktivitas enzim dengan cepat. Misalnya, enzim pencerna dilambung
mempunyai pH optimum 2 sehingga hanya dapat bekerja pada kondisi sangat asam. Sebaliknya,
enzim pencerna protein yang dihasilkan pankreas mempunyai pH ptimum 8,5 . Kebanyakan
enzim intrasel mempunyai pH optimum sekitar 7,0 (netral). Kecuali misalnya enzim pepsin di dalam
perut bertindak balas paling cekap pada pH 2, sementara enzim tripsin di dalam usus kecil bertindak
paling baik pada pH 8.

       x   
  Usus halus Sukrosa 6,2
0   Salipa pankreas Amilum 5,6-7,2
r   Pankreas Etil-burtirat 7,0
c  Lambung Albumin 1,5-2,5
G  pankreas kasein 8-11
4.? INHIBIGR AGAU AKGIFAGR

Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara enzim dengan substratnya,
misalnya ion klorida yang bekerja pada enzim amilase.    merupakan suatu molekul yang
menghambat ikatan enzim dengan substratnya. Inhibitor akan berikatan dengan enzim membentuk
kompleks enzim-    .

Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor berupa zat kimia tertentu. Zat kimia
tersebut merupakan senyawa selain substrat yang biasa terikat pada sisi aktif enzim (substrat normal)
sehingga antara substrat dan inhibitor terjadi persaingan untuk mendapatkan sisi aktif . Persaingan
tersebut terjadi karena inhibitor biasanya mempunyai kemiripan kimiawi dengan substrat normal.
Pada konsentrasi Substrat yang rendah akan terlihat dampak inhibitor terhadap laju reaksi, kondisi
tersebut berbalik bila konsentrasi substrat naik.
Seringkali enzim dihambat leh suatu zat yang disebut inhibitor, ada dua jenis inhibitor yaitu
sebagai berikut:

a.? Inhibitor kompetitif.


Inhibitor kompetitif adalah inhibitor yang kerjanya bersaing dengan substrat untuk mendapatkan
sisi aktif enzim. Pada
penghambatan ini zat ± zat
penghambat mempunyai
struktur yang mirip dengan
struktur substrat. Dengan
demikian baik substrat
maupun zat penghambat
berkompetisi atau bersaing
untuk bersatu dengan sisi
aktif enzim , jka zat
penghambat lebih dulu
berikatan dengan sisi aktif
enzim , maka substratnya
tidak dapat lagi berikatan
dengan sisi aktif enzim.
Inhibitor kompetitif
menghambat kerja enzim dengan cara menempati sisi aktif enzim sehingga substrat tidak dapat
berikatan dengan enzim. Inihibitor ini dapat dihilangkan dengan penambahan konsentrasi sustrat.

b.? Inhibitor non kompetitif


Adalah inhibitor yang melekat pada tempat selain sisi aktif sehingga bentuk enzim berubah dan
substrat tidak dapat melekat pada enzim
Pada penghambatan ini, substrat sudah tidak dapat berikatan dengan kompleks enzim- inhibitor,
karena sisi aktif enzim berubah. inhibitor non-kompettif bekerja dengan cara menempati bagian
lain dari permukaan enzim sehingga dapat mengubah sisi aktifnya. Inhibitor ini dapat dihilangkan
dengan penambahankonsentrasi substrat.

Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor berupa zat kimia tertentu. Zat kimia
tersebut merupakan senyawa selain substrat yang biasa terikat pada sisi aktif enzim (substrat
normal) sehingga antara substrat dan inhibitor terjadi persaingan untuk mendapatkan sisi aktif .
Persaingan tersebut terjadi karena inhibitor biasanya mempunyai kemiripan kimiawi dengan
substrat normal. Pada konsentrasi Substrat yang rendah akan terlihat dampak inhibitor terhadap
laju reaksi, kondisi tersebut berbalik bila konsentrasi substrat naik.

   

0?  
Hormon steroid berasal dari kolesterol, yang disintesis di jaringan dari asetil KoA,
diekstraksi dari simpanan kolesterol ester intrasel, atau diserap oleh sel dalam bentuk lipoprotein
yang mengandung kolesterol yang diinternalisasi melalui proses yang diperantarai oleh reseptor
membrane plasma. Yang termasuk hormone steroid adalah androgen, estrogen, dan adrenokortikoid.
Hormon androgen dan estrogen termasuk hormone seks, sedangkan adrenokortikoid termasuk
hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Secara umum, glukokortikoid dan progestin
mengandung 21 karbon, androgen mengandung 19 karbon, dan estrogen mengandung 18 karbon.
Komplemen spesifik enzim yang terdapat dalam sel suatu organ menentukan hormone apa yang
dapat disintesis oleh organ bersangkutan.

1.? Androgen
Androgen adalah hormon seks yang biasanya diproduksi hanya oleh testis pria, namun juga
diproduksi dalam jumlah kecil oleh rahim wanita dan kelenjar adrenalin yang terdapat pada pria
dan wanita. Androgen membantu memulai perkembangan testis dan penis pada janin laki-laki.
Mereka memulai proses pubertas dan mempengaruhi pertumbuhan rambut pada wajah, tubuh, dan
alat kelamin, mendalamkan suara, pertumbuhan otot, karakteristik seks kedua pria. Setelah
pubertas, hormon androgen - khususnya testosteron - memainkan peran dalam pengaturan gairah
seks. Biosintesis androgen adrenal berjalan dari pemutusan rantai sisi 2-karbon pada 17
hidroksipregnenolon untuk membentuk androgen adrenal 19-karbon yaitu dehidroepiandrosteron
(DHEA) dan turunan bersulfatnya (DHEAS) di zona retikularis korteks adrenal. Persentase
senyawa ini yang merupakan androgen lemah, terhadap produksi steroid total oeh korteks adrenal
normal cukup bermakna.
Secara biologis, androgen paling poten yang terdapat di dalam darah adalah testosterone. Sekitar
50% testosterone dalam darah seorang wanita normal dibentuk sama banyaknya di ovarium dan
korteks adrenal. Separuh sisanya berasal dari adrostenedion ovarium dan adrenal yang setelah
disekresikan ke dalam darah diubah menjadi testosterone di jaringan adipose, otot, hati, dan kulit.
Korteks adrenal, di pihak lain, adalah sumber utama androgen yang ealtif lemah yaitu
dehidroepiandosteron (DHEA).

 G  


Luteinizing Hormone (LH) dari hipofisis anterior merangsang testis manusia untuk membentuk
testosterone dan androgen lain. Dalam banyak hal, jalur yang menghasilkan androgen di testis
serupa dengan yang terdapat di korteks adrenal. Di testis manusia, jalur perdominan yang
menghasilkan testosterone adalah melalui pregnenolon ke 17-hidroksipregnenolon ke DHEA,
kemudian dari DHEA ke androstenedion ke testosterone. Seperti untuk semua steroid, reaksi
penentu kecepatan pembentukan testosterone adalah konversi kolesterol menjadi pregnenolon.
LH mengontrol kecepatan pemutusan rantai sisi kolesterol di karbon 21 untuk membentuk
pregnenolon, sehingga mengatur kecepatan sintesis estosteron. Di sel sasaran, ikatan rangkap
pada cincin A testosterone mengalami reduksi sehingga terbentuk hormone aktif yaitu
dehidrotestosteron (DHG).
2.? Estrogen
Estrogen (atau oestrogen) adalah sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama
sebagai hormon seks wanita. Walaupun terdapat baik dalam tubuh pria maupun wanita,
kandungannya jauh lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Hormon ini menyebabkan
perkembangan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, seperti
payudara, dan juga terlibat dalam penebalan endometrium maupun dalam pengaturan siklus haid.
Pada saat menopause, estrogen mulai berkurang sehingga dapat menimbulkan beberapa efek, di
antaranya  
, berkeringat pada waktu tidur, dan kecemasan yang berlebihan.
Pembentukan estrogen, progestin (senyawa yang berikatan dengan progesterone), dan
androgen oleh ovarium memerlukan aktivitas enzim oksidatif family sitokrom P450 yang
digunakan untuk membentuk hormone steroid lain. Estrogen ovarium adalah steroid C18 dengan
sebuah gugus hidroksil fenolat di C3 dan sebuah gugus hidroksil (estradiol) atau gugus keton
(estron) di C17. Walupun kompartemen utama ovarium yang menghasilkan steroid (sel granulosa,
sel teka, sel stroma, dan sel korpu luteum) memiliki semua system enzim yang diperlukan untuk
sintesis berbagai steroid, namun sel granula mensekresi terutama estrogen, sel teka dan stroma
terutama mensekresi androgen, dan sel korpus luteum mensekresikan terutama progesterone.
Sel granulosa ovarium, sebagai respon terhadap stimulasi oleh follicle-stimulating
hormone (FSH) dari hipofisis anterior dan melalui aktivitas katalitik P450 aromatase, mengubah
testosterone menjadi estradiol, estrogen ovarium yang paling predominan dan poten. Demikian
juga,androstenedion diubah menjadi estron di ovarium, walaupun tempat utama pembentukan
estron dari androstenedion terjadi di jaringan ektraovarium, terutama otot rangka dari jaringan
diposa.
3.? Adrenokortikoid
Hormon-hormon ini diproduksi pada kelenjar adrenal. Binatang yang telah diambil
kelenjar adrenal hanya dapat bertahan hidup satu sampai dua minggu dan hal ini disebabkan oleh
tidak adanya jaringan adrenokortikal. Beberapa orang ahli kimia, yaitu Rendall, Reichstein dan
Wintersteiner telah berhasil mengisolasi 28 macam steroid dari adrenal korteks. Senyawa-
senyawa tersebut dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu mineralokortikoid yang terutama bekerja
pada metabolisme elektrolit atau mineral dan glukokortikoid yang mempunyai pengaruh terhadap
metabolism karbohidrat.
ä? Mineralokortikoid
Mineralokortikoid yang mempengaruhi pengaturan elektrolit dan keseimbangan
air.
ä? Glukokortikoid
Sedikitnya 95% aktivitas glukokortikoid dari sekresi adrenokortikal merupakan
hasil dari sekresi kortisol, yang dikenal juga sebagai hidrokortisol. Namun, sejumlah kecil
aktivitas glukokortikoid yang cukup penting diatur oleh kortikosteron.
Hormon glukokortikoid mempunyai mekanisme kerja seluler sebagai berikut:
1) hormon masuk ke dalam sel melalui membran sel,
2) hormon berikatan dengan reseptor protein di dalam sitoplasma,
3) kompleks hormon-reseptor kemudian berinteraksi dengna urutan DNA pengatur
spesifik, yang disebut elemen respons glukokortikoid, untuk membangkitkan atau
menekan transkripsi gen,
4) glukokortikoid akan meningkatkan atau menurunkan transkripsi banyak gen untuk
mempengaruhi sintesis mRNA utnuk protein yang memperantarai berbagai pengaruh
fisiologis.
Regulasi kortisol dipengaruhi oleh hormon ACGH yang disekresi oleh hipofisis. ACGH ini
merangsang sekresi kortisol. Sedangkan sekresi ACGH sendiri diatur oleh CRF/CRH
(£     
   ) dari hipotalamus. ACGH ini mengaktifkan sel
adrenokortikal untuk memproduksi steroid melalui peningkatan siklik adenosin monofosfat
(cAMP). Kortisol ini apabila berlebih mempunyai umpan balik negatif terhadap sekresi
ACGH dan CRF yang masing-masing mengarah pada hipofisis dan hipotalamus agar
sekresi CRF, ACGH, dan kortisol kembali menjadi normal. Berlawanan dengan aldosteron,
kortisol pada keadaan tertentu dapat menyebabkan retensi Na+ dan meningkatkan ekskresi
K+, tetapi efek ini jauh lebih kecil daripada aldosteron. Hal ini disebabkan karena kortisol
dapat menambah kecepatan filtrasi glomeruli; selain itu kortisol juga dapat meningkatkan
sekresi tubuli ginjal.

    



? ! 0 0 
Hormon yang termasuk ke dalam golongan derivat asam amino tirosin; ada 2 kelompok hormon
yang merupakan derivat asam amino tirosin yaitu  dan 
.

 G å 

Hormon tiroksin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, kelenjar ini terdapat
pada bagian depan dari leher (tepatnya di bagian depan trachea). Kelenjar tiroid (Gambar dibawah)
berbentuk seperti kupu-kupu dengan dua bagian yang berkedudukan lateral dan dikenal dengan nama
LBE, yang dihubungkan dengan pita pendek yang disebut ISGHMUS.

Fungsi dari Kelenjar tiroid adalah untuk pengambilan Iodium, di mana iodium terdapat pada
banyak makanan, yang dikonversikan dalam bentuk hormon tirroid, seperti G"# (G-4) dan
G" (G-3) dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. Satu-satunya sel dalam tubuh
adalah sel tiroid yang dapat mengabsorpsi iodium. Di dalam sel inilah iodium dikombinasikan
dengan asam amino Gyrosin membentuk G-3 atau G-4. Griiodothyronine dan G-4 kemudian
dilepaskan dan masuk ke aliran darah, kemudian di bawa ke luar kelenjar untuk mengontrol proses
metabolisme (konversi oksigen dan kalori menjadi energi). Giap sel dalam tubuh sangat tergantung
pada keberadaan hormon tiroid terhadap pengaturan proses metabolismenya.

Normal kelenjar tiroid menghasilkan 80 % G-4 dan 20 % G-3, di mana, kekuatan kerja dari hormon
G-3 adalah 4 kali dari hormon G-4. Secara kimiawi hormon Giroid merupakan derivat dari asam
amino Girosin yang membentuk ikatan kovalen dengan iodium, yaitu:

y? G"# (dikenal dengan nama G-4 atau L-3,5,3¶,5¶-tetraiodothyronine)


y? G" (G-3 atau L-3,5,3¶-triodothyronine) Sebagaimana nampak pada Gambar 3,
bahan dasar dari hormon tiroid ini adalah Gyrosin yang membentuk ikatan kovalen dengan iodium
dengan tiga atau empat posisi pada inti aromatik.

y?

è $  G%G$

Jumlah dan posisi dari iodium adalah sangat penting. Molekul yang   tidak seperti posisi
G-3 (3,5,3¶-triodothyronine) tetapi bentuk lain dari G-3 dengan struktur 3,3¶,5¶-triodothyronine yang
disebut sebagai kebalikan G-3 menunjukkan sifat yang tidak aktif. Hormon tiroid adalah sangat sukar
larut dalam air, dan lebih dari 99% senyawa G-3 dan G-4 yang berada dalam sirkulasi darah terikat
dengan protein pembawa. Prinsip pembawa hormon tiroid adalah |  
   ,
   yang disintesis dalam hati. Dua jenis pembawa yang lain adalah "  dan
 . Keberadaan pembawa yang mengikat hormon tiroid tersebut memberikan bentuk yang
stabil dari hormon tiroid tersebut dalam sirkulasi darah dan selalu berada dalam bentuk senyawa
yang aktif, pelepasan hormon tersebut berdasarkan pada   (pengambilan kembali) oleh sel
target. Perintah untuk pembuatan hormon tiroid melalui dua prinsip pada bahan kasar,

y? y
 disiapkan dari rantai glikoprotein yang besar yang disebut sebagai y   , yang
disintesis melalui sel epitel Giroid dan disekresikan ke dalam lumen dari folikel-koloid, yang
secara umum disimpan dalam bentuk tiroglobulin. Molekul tiroglobulin yang mengandung 134
tirosin, dan hanya senyawa ini yang berfungsi untuk sintesis G-4 dan G-3.

y? Iodium atau senyawa iodida lainnya, selalu diambil dari darah melalui sel epitel tiroid, yang
terdapat pada bagian luar membran plasma sebagai sodium-iodida
y  atau perangkap
iodium (iodine trap). Pada sel yang lain, iodida dibawa ke dalam lumen dari folikel sebagai
tiroglobulin.

Pembentukan hormon tiroid dikendalikan oleh enzim tiroid peroksidase seperti terlihat pada Gambar
6. Enzim tersebut berperan sebagai katalisator pada dua reaksi, seperti:

y? Iodinasi tirosin dalam tiroglobulin (dikenal dengan nama penggabungan Iodida),


y? Sintesis tiroksin atau triiodotironin dari dua buah senyawa iodotirosin.

è &     

Gahap akhir dari sintesis hormon tiroid melalui beberapa tahapan seperti:

y? Sel epitel tiroid diisi koloid oleh endositosis, di mana koloid tersebut mengandung tiroglobulin
yang terkombinasi dengan hormon tiroid,
y? Koloid yang terdapat dalam endosome akan masuk ke dalam lisosome, yang mengandung enzim
hidrolitik yang akan memecah tiroglobulin dan membebaskan hormone tiroid,
y? Hormon tiroid yang bebas tersebut akan dilepaskan oleh lisosom melalui bagian bawah membran
sel dan masuk ke dalam aliran darah, di mana hormone tiroid tersebut segera mengikatkan
dirinya dengan protein pembawa untuk segera ditranspor ke sel sasaran..

Kekurangan hormon tiroksin pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan  


 yaitu
terjadinya pertumbuhan kerdil dan kemunduran mental. Kekurangan hormon tiroksin pada orang
dewasa mengakibatkan    dengan gejala proses metabolisme menurun, berat badan
bertambah, gerakan lamban, berpikir dan berbicara lamban, kulit tebal dan rambut rontok. Kelebihan
tiroksin pada orang dewasa dapat menyebabkan penyakit ³è !"


#atau penyakit gondok
eksoftalmus. Ganda-tanda penyakit tersebut adalah mata menonjol, mudah gugup, denyut nadi
bertambah, mata lebar, nadi dan napas cepat serta tidak teratur, dan insonia. Selain nafsu makan
meningkat tetapi diiringi manurunnya berat badan karena meningkatkan metabolisme dan gangguan
pencernaan.
Giroksin mengandung banyak iodin. Kekurangan iodin dalam waktu lama dapat
mengakibatkan pembekakan kelenjar tiroid. Pembekakan ini terjadi karena kelenjar harus bekerja
agar produksi tiroksin terjamin. Akibatnya kelenjar gondok mengembang dan muncullah penyakit
gondok. Penyakit ini sering dijumpai di daerah-daerah yang kekurangan iodin, misalnya di daerah
penggunungan atau daerah perbukitan. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan
yang mengandung cukup iodin, misalnya ikan laut, atau menggunakan garam beryodium.

x  
' (

Adrenalin adalah sebuah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan
gerak tubuh kita. Gidak hanya gerak, hormon ini pun memicu reaksi terhadap efek lingkungan seperti
suara derau tinggi atau cahaya yang terang. Reaksi yang kita sering rasakan adalah frekuensi detak
jantung meningkat, keringat dingin dan keterkejutan. Reaksi ini dalam batas tertentu menjadi sebuah
pengalaman yang menyenangkan, mungkin juga menjadi sebuah hobi hingga disebut adrenaline
junkie.

Hormon epinefrin disintesis pada kelenjar adrenal bagian medulla oleh sel-sel kromafin.
Epinefrin disintesis dari norepinefrin dalam sebuah jalur sintesis yang terbagi atas keseluruhan
katekolamin, termasuk L-dopa, dopamine, norepinefrin, and epinefrin. Epinefrin disintesis melalui
metilasi terhadap amina pangkal primer pada norepinefrin oleh feniltanolamin N-metiltransferase
(PNMG) dalam sitosol neuron adrenergik dan sel-sel medulla adrenal (sel kromafin). PNMG hanya
terdapat pada sitosol sel-sel medula adrenal.. PNMG menggunakan S-adenosilmetionin (SAMe)
sebagai ko-faktor yang menyumbangkan gugus metil pada norepinefrin, membentuk epinefrin.

Karena norepinefrin diaktifkan oleh PNMG dalam sitosol, pertama norepinefrin harus
diubah di luar granula sel kromafin. Hal ini bisa terjadi via katekholamin-H+ penukar VMAG1.
VMAG1 juga bertanggung jawab mentransport epinefrin yang baru disintesis dari sitosol kembali ke
dalam granula sel kromafin untuk persiapan pelepasan.

  )


    
 


Girosin dioksidasi menjadi dopa, dan mengalami dekarboksilasi menjadi dopamin, yang dioksidasi
menjadi norepinefrin. Norepinefrin dimetilasi menjadi epinefrin. Hasil akhir biosintesis epinefrin dan
norepinefrin atau disebut katekolamin dapat berupa dopamin pada jaringan-jaringan tertentu
(misalnya paru, usus, hati) di sana zat tersebut bereaksi sebagai hormon local. Norepinefrin terbentuk
melalui hidroksilasi dan dekarboksilasi tirosin, dan epinefrin melalui metilasi norepinefrin.
Feniletanolamin-N-metiltransferase (PNMG), enzim yang mengkatalisis pembentukan
epinefrin/epinefrin dari norepinefrin, ditemukan dalam jumlah cukup banyak hanya di otak dan
medulla adrenal. PNMG medulla adrenal diinduksi oleh glukokortikoid, dan walaupun diperlukan
jumlah relatif besar, konsentrasi glukokortikoid dalam darah yang mengalir dari korteks ke medula
cukup tinggi. Setelah hipofisektomi, konsentrasi glukokortikoid darah ini turun dan sintesis epinefrin
menurun.

Epinefrin yang ditemukan dalam jaringan di luar medulla adrenal dan otak sebagian besar
diserap dari darah dan bukan disintesis insitu. Yang menarik, epinefrin kadar rendah kembali muncul
dalam darah beberapa waktu setelah adrenalektomi bilateral, dan kadar ini diatur seperti yang
disekresi oleh medula adrenal. Hormon epinefrin berfungsi memicu reaksi terhadap tekanan dan
kecepatan gerak tubuh. Gidak hanya gerak, hormon ini pun memicu reaksi terhadap efek lingkungan
seperti suara derau tinggi atau intensitas cahaya yang tinggi. Reaksi yang sering dirasakan adalah
frekuensi detak jantung meningkat, keringat dingin dan keterkejutan/shok.
Fungsi hormon ini mengatur metabolisme glukosa terutama disaat stres. Hormon
epinefrin timbul sebagai stimulasi otak, menjadi was-was dan siaga. Dan secara tidak langsung akan
membuat indra kita menjadi lebih sensitif untuk bereaksi. Stres dapat meningkatkan produksi
kelenjar atau hormon epinefrin. Sebenarnya, jika tidak berlebihan, hormon bisa berakibat positif,
lebih terpacu untuk bekerja atau membuat lebih fokus. Getapi, jika hormon diproduksi berlebihan
akibat stres yang berkepanjangan, akan terjadi kondisi kelelahan bahkan menimbulkan depresi.
Penyakit fisik juga mudah berdatangan, akibat dari darah yang terpompa lebih cepat, sehingga
menganggu fungsi metabolisme dan proses oksidasi di dalam tubuh.

Epinefrin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah arteri dan
memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik seketika dan
berakhir dalam waktu pendek. Hormon epinefrin menyebar di seluruh tubuh, dan menimbulkan
tanggapan yang sangat luas: laju dan kekuatan denyut jantung meningkat sehingga tekanan darah
meningkat, kadar gula darah dan laju metabolisme meningkat, bronkus membesar sehingga
memungkinkan udara masuk dan keluar paru-paru lebih mudah, pupil mata membesar, kelopak mata
terbuka lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri.
Keadaan stres akan merangsang pengeluaran hormon epinefrin secara berlebihan
sehingga menyebabkan jantung berdebar keras dan cepat. Hormon epinefrin diproduksi dalam
jumlah banyak pada saat sedang marah. Indikasi stres adalah sulit tidur, cepat lelah, mudah terusik,
kepala pusing, dan sebagainya. Penderita stres umumnya juga kehilangan nafsu makan. Hormon
epinefrin mempengaruhi otak akan membuat indra perasa merasa kebal terhadap sakit, kemampuan
berpikir dan ingatan meningkat, paru-paru menyerap oksigen lebih banyak, glukogen diubah menjadi
glukosa yang bersama-sama dengan oksigen merupakan sumber energi. Detak jantung dan tekanan
darah juga meningkat sehingga metabolisme meningkat.

Hormon ini berfungsi untuk mencegah efek penuaan dini seperti melindungi dari
Alzheimer, penyakit jantung, kanker payudara dan ovarium juga osteoporosis. Semakin tinggi
tingkat DHEA (dehidroepiandrosteron) dalam tubuh, maka makin padat tulang. Molekul-molekul
epinefrin memiliki fungsi khusus dalam pembuluh vena dan arteri yang memastikan bahwa organ-
organ penting menerima lebih banyak aliran darah di saat bahaya, dan karena itu, molekul-molekul
ini melebarkan pembuluh darah menuju jantung, otak, dan otot. Sel-sel yang mengelilingi pembuluh
merespon epinefrin dan mengalirkan lebih banyak darah yang dibutuhkan jantung. Dengan cara ini,
darah tambahan yang dibutuhkan oleh otak, otot, dan jantung dapat dipasok.

Secara garis besar, aksi yang ditimbulkan oleh epinefrin antara lain : menambah kadar
gula darah (hiperglikemik), merangsang adenohipofisis untuk pelepasan ACGH, meningkatkan
konsumsi oksigen dan laju metabolisme basal, menaikkan frekuensi (efek kronotropik positif) dan
amplitudo kontraksi jantung, dilatasi pembuluh darah di otot rangka dan hati, keresahan, kecemasan,
perasaan lelah, mengurangi kadar eosinofil, meningkatkan kecepatan tingkat metabolik yang
independen terhadap hati.

Berbagai gejala negatif pada aktivitas atau metabolisme organ tubuh karena pengaruh epinefrin bisa
disebabkan karena 2 kemungkinan : sekresi yang berlebihan atau sebaliknya kekurangan sekresi.
Masalah tersebut di antaranya; Palpitasi, Gachychardia, arrhythmia, sakit kepala, tremor, hipertensi,
edema paru-paru akut, dan alergi

C.? Peptida-protein
Banyak hormon yang termasuk peptide ± protein, diantaranya yaitu insulin, glucagon,
parathormon, oksitosin, vasopresin, pretesin, hormon adrenokortikotropik (ACGH), gastrin dan
katekolamin (mis., dopamin, norepinefrin, epinefrin).
Hormon hormon peptida ± protein disintesis dalam kalenjar Hipofisis porterior ( mis. oksitosin,
vasopresin, pretesin ), kalenjar anak gondok ( mis. Parathormon ), dan kalenjar pancreas ( mis.
Insulin dan glucagon ). Disini hanya akan di bahas beberapa hormone saja.

1.? Insulin
Insulin adalah hormone pusat yang berfungsi mengatur karbohidrat dan lemak dalam
metabolisme tubuh. Insulin disekresikan oleh kelompok sel dalam pankreas yang disebut sel islet.
Fungsi hormon ini mengatur kadar gula darah dengan cara mengubah glukosa menjadi glikogen.
Makanan yg masuk ke dalam tubuh akan dicerna dan diolah menjadi gula dalam bentuk glukosa.
Glukosa akan masuk aliran darah. Dengan demikian kadar glukosa dalam darah akan meningkat.
Apabila jumlah glukosa terlalu tinggi, pankreas akan mengeluarkan hormon insulin. Hormon ini
akan mempercepat pengubahan glukosa menjadi gula otot atau glikogen, akibat pengubahan ini
kadar gula dalam darah akan menurun.

Peran hormone Insulin

Insulin telah lama digunakan untuk mengobati diabetes. Dulu, insulin diestraksi dari hewan, tetapi
saat ini insulin telah dapat diproduksi secara massal melalui rekayasa genetik. Dengan teknik
mutakhir, bakteri tertentu disisipi gennya sehingga dapat memproduksi insulin manusia.

Peran insulin di dalam tubuh sangat penting, antara lain adalah mengatur kadar gula darah agar
tetap dalam rentang nilai normal.

Saat dan setelah makan, karbohidrat yang kita konsumsi akan segera dipecah menjadi gula dan
masuk aliran darah dalam bentuk glukosa. Glukosa adalah senyawa siap pakai untuk
menghasilkan energi. Pada keadaan normal, tingginya kadar glukosa setelah makan akan direspon
oleh kelenjar pankreas dengan memproduksi hormon insulin. Dengan adanya insulin, glukosa
akan segera masuk ke dalam sel.

Selain itu, dengan bantuan insulin, kadar glukosa yang lebih dari kebutuhan akan disimpan di
dalam hati ( ! ) dalam bentuk glikogen. Jika kadar glukosa darah turun, misalnya saat puasa
atau di antara dua waktu makan, glikogen akan dipecah kembali menjadi glukosa untuk
memenuhi kebutuhan energi.

Ada dua macam kelainan yang disebabkan oleh gangguan insulin. Pertama, kelainan pada
pankreas sehingga insulin tidak dapat diproduksi. Keadaan ini disebut penyakit diabetes tipe 1.
Kedua, pankreas tetap dapat menghasilkan insulin, tetapi jumlahnya tidak memadai, atau jumlah
produksi insulin masih normal, tetapi sel tubuh tidak dapat menggunakannya (resisten). Keadaan
terakhir ini disebut diabetes tipe 2.

Baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2, sama-sama mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa
dalam darah. Jika keadaan ini berlangsung lama dan tidak diobati, akan timbul berbagai
komplikasi seperti kebutaan, kerusakan saraf, kerusakan ginjal, dan luka yang tidak kunjung
sembuh.

Penderita diabetes tipe 1 biasanya mutlak membutuhkan insulin. Berbeda halnya dengan diabetes
tipe 2. Insulin baru diberikan jika obat-obatan antidiabetes sudah tidak mempan lagi.
2.? Glucagon
Hormone glucagon juga diproduksi di pancreas, tapi fungsinya kebalikan dari insulin yaitu
mengaktifkan glikogen menjadi glukosa. Disebut juga anti-insulin. Struktur primer dari Glukagon
adalah yang terdiri dari 29 asam amino dan mempunyai massa molekul 3483 Da. His-Ser-Gln-
Gly-Ghr-Phe-Ghr-Ser-Asp-Gyr-Ser-Lys-Gyr-Leu-Asp-Ser-Arg-Arg-Ala-Gln-Asp-Phe-Val-Gln-
Grp-Leu-Met-Asn-Ghr. Glucagon dipoduksi tidak lebih banyak dari insulin pada keadaan normal.
Biasanya penderita diabetes mellitus disebabkan karena kurangnya produksi insulin dalam tubuh
atau terlalu banyaknya glukosa dalam tubuh sehingga insulin tidak mampu lagi mengendalikan
kadar glukosa tersebut.
Pengkajian terakhir mengirakan bahwa glucagon mungkin mempunyai peran lebih besar pada
diabetes mellitus daripada perkiraan semula. Rupa-rupanya hiperglikemia puasa yang dijumpai
pada diabetes berat merupakan akibat dari sekresi glucagon yang berlebihan atau kelebihan
glukogen relative tehadap jumlah insulin dalam sirkulasi. Bila pelepasan glucagon dihambat
dengan pemberian somatostatin, hiperglikemia puasa tidak timbul meskipun dengan kadar insulin
yang sangat rendah. Dengan demikian hiperglikemia persisten yang dijumpai pada diabetes
mungkin akibat pengaruh glukogen.

3.? Parathormon
Disebut juga paratiroid hormone ( PGH ) karena disintesis dan diseksresi oleh kalenjar
paratiroid. Secara umum berfungsi untuk mengatur metabolisme kalsium dan metabolisme fosfat
maupun pelepasan kalsium dari tulang. Hormone paratiroid merupakan rantai polipeptid tunggal
tersusun dari 84 sisa asam amino. Hormone ini disintesis sebagai prohormon, prohormon ini
merupakan rantai polipeptid yang lebih panjang yang mengalami pemecahan proteolitik menjadi
hormone yang aktif.

Paratiroid hormone (PGH) merupakan hormone yang berperan dalam metabolisme kalsium
(Ca2+). Perannya antara lain:

y? menurunkan ekskresi kalsium ginjal sehingga konsentrasi kalsium dalam cairan ekstrasel
meningkat
y? meningkatkan ekskresi fosfat melalui ginjal sehingga konsentrasinya dalam cairan ekstrasel
menurun
y? meningkatkan laju disolusi tulang yang menggerakkan Ca2+ masuk ke dalam cairan ekstrasel
y? meningkatkan efisiensi absorbsi Ca2+ dari usus _ Mencegah hipokalsemia dengan
mengorbankan substansi tulang (bila asupan Ca2+ dari makanan kurang dan berlangsung lama

Hormone paratiroid tidak sendiri dalam mengatur metabolisme kalsium dan fosfat dalam tubuh.
Gerdapat hormone Kalsitonin dan juga vitamin D yang memiliki pengaruh terhadap metabolism
kalsium dalam tubuh, hanya saja Kalsitonin mempunyai fungsi yang berlawanan dengan
Paratiroid.

4.? ksitosin
ksitosin disimpan pada neurophisis atau hipofisis posterior. Hormone ini terdiri dari
Sembilan asam amino. ksitosin disintesis dalam nucleus paraventrikularis hipotalamus.
ksitosin menyebabkan kontraksi uterus dan menyebabkan pengeluaran air susu dari kalenjar
susu. Sebaliknya, pemacuan puting susu oleh pengisapan bayi menyebabkan pelepasan oksitosin
dari neurohipofisis. Digunakan dalam ilmu kebidanan, oleh karena oksitosin menginduksi
permulaan proses kelahiran apabila uterus hamil sudah waktunya.
Gugus kimia yang penting bagi kerja oksitosin mencakup gugus amino primer pada
sistein dengan ujung terminal ± amino; gugus fenolik pada tirosin; gugus tiga karboksiamida pada
asparagin, glutamine serta glisinamida; dan ikatan sulfide. Delesi atau substitusi gugus ini pernah
menghasilkan sejumlah analog oksitosin. Sebagai contoh, penghapusan gugus amino primer
bebas pada belahan termina ± residu sistein ( posisi 1 ) menghasilkan desaminooksitosin yang
memiliki aktifitas antiduretik empat hingga lima kali lebih besar daripada aktifitas antidiuretik
hormone oksitosin.
5.? Vasopresin
Vasopressin juga dikenal sebagai hormone antidiuretik ( ADH , bekerja pada tubuli
konvolutus distalis dan pada duktus kolektivus ginjal, memungkinkan jalannya molekul air lewat
dinding turbuli. Jadi, hormone ni menyebabkan diabsorpsinya kembali air dari filtrate urin.
Kerja hormone ini mencegah kehilangan air berlebih dalam urin. Vasopresin bekerja lewat
mekanisme cAMP. Pemacuan yang menyebabkan pelepasan vasopressin termasuk peningkatan
osmolalitas plasma, penurunan volume plasma, dan penurunan tekanan darah.

KESIMPULAN

a.? Hormone adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami, biasanya dibentuk pada suatu
kelenjar dan begitu dikeluakan, hormon akan dialirkan oleh darah menuju berbagai jaringan sel dan
menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya masing-masing atau hormone tersebut akan
menunaikan tugasnya pada tempat lain sesuai dengan fungsinya
b.? Hormon memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.? Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah sangat kecil
2.? Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target
3.? Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus
4.? Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tetapi dapat juga mempengaruhi beberapa
sel target berlainan
c.? Secara kimiawi hormon dapat dibagi dalam 3 tipe dasar, Yaitu :
1.? Hormon steroid; golongan ini merupakan struktur kimia yang mirip dengan kolesterol dan
sebagian besar tipe ini berasal dari kolesterol. Hormon steroid terdiri dari androgen, estrogen,
dan adrenokortikoid.
2.? Derivat asam amino tirosin; ada 2 kelompok hormon yang merupakan derivat asam amino tirosin
yaitu  dan 

3.? Peptida protein yaitu insulin, glukagon, parathormon, oksitosin, vasopresin, hormon yang
dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain-lainnya.

You might also like