Professional Documents
Culture Documents
Momen tang lainnya (yang kedua) timbul dari spin elektron. Walaupunkita
digoda untuk menerangkan gejala ini dengan model yang menggambarka elektron
yang berspin (berpusing) disekitar sumbunya sendiri sehingga menimbulkan
momen dwikutub magnetik, hasil kuantitatif yang memuaskan tidak dapat
diperoleh dari teori semacam itu. Sebagai gantinya kita perlu mencernakannya
melalui matematika teori kuantum relativistik untuk menunjukkan bahwa elektron
dapat mempunya momen magnetik spin sekitar ± 9 ×10−24 A . m2 , tanda ±
menyatakan bahwa penjajaran yang mungkin sesuai atau berlawanan dengan
medan magnetik luar. Dalam atom yang mempunyai banyak elektron, yang
memberi kontribusi pada momen magnetik atom hanyalah spin elektron dalam
kulit yang tidak lengkap.
Gb. 9.7 Elektron yang mengorbit ditunjukkan dalam gambar mempunyai momen
magnetik m yang arahnya sama dengan arah medan B0 yang kita pasang
Kontribusi ketiga pada momen sebuah atom ditimbulkan oleh spin nuklir,
tetapi pengaruh dari faktor ini biasanya dapat diabaikan dan disini kita tidak akan
meninjaunya lebih lanjut.
Bahan Diamagnetik;
Bahan Paramagneik;
Bahan Feromagnetik;
Bahan Antiferomagnetik;
Bahan Ferimagnetik dan;
Bahan superparamagnetik.
Marilah mula-mula kita tinjau atom dengan medan magnetik yang kecil
yang ditimbulkan oleh gerak elektron pada orbitnya digabungkan dengan medan
magnetik yang ditimbulkan oleh spin elektronnya dan menghasilkan medan neto
nol.
Perhatikan bahwa disini kita meninjau medan yang ditimbulkan oleh gerak
elektron itu sendiri tanpa ada medan magnetik luar; kita dapat juga mengatakan
bahwa bahan ini terdiri dari atom yang momen magnetik permanennya m0 sama
dengan nol untuk masing-masing atom. Bahan separti itu disebut bahan
diamagnetik. Dilihat sepintas hal itu memberi kesan bahwa medan magnetik
eksternal tidak akan menimbulkan torka pada atom dan tidak menimbulkan
penjajaran medan dwikutub, sehingga medan magnetik internalnya sama dengan
medan magnetik yang kita pasang. Dengan kesalaha dengan satu bagia dalam
seratus ribu, pernyataan diatas bisa dibenarkan.
Marilah kita pilih elektron yang mengorbit yang momen m-nya searah
dengan medan yang terpasang B0 (Gb. 9.7). medan magnetik menimbulkan gaya-
luar pada elektron yang mengorbit. Karena jejari orbitnya terkuantitasi dan tidak
dapat berubah, maka gaya-dalam Coulomb yang menarik elektronpun tidak
berubah. Gaya takseimbang yang ditimbulkan oleh gaya magnetik luar harus
dikompensasi dengan mengurangi kecepatan putarannya. Jadi momen yang
terjadi karena putaran pada orbitnya berkurang, sehingga menimbulkan medan
internal yang lebih kecil.
Jika kita pilih sebuah atom dengan m dan B0 –nya berlawanan, gaya
magnetiknya akan mempunyai arahkedalam dan kecepatannya akan bertambah,
sehingga momen orbitnya akan bertambah, sehingga terjadi peniadaan medan B0
yang lebih banyak. Dalam hal inipun hasilnya ialah medan internal yang lebih
kecil.
Sekarang marilah kita tinjau atom yang efek spin elektron dan gerak pada
orbitnya tidak saling meiadakan. Atom secara keseluruhan meiliki momen
magnetik kecil, tetapi orientasinya acak (random) dari atom-atom tersebut dalam
sampel yang cukup besar menghasikan momen magnetik yang rata-rata besarnya
nol. Bahan tersebut tidak memperlihatkan efek magnetik jika medan magnetik
eksternalnya tidak ada. Jika kita pasang medan magnetik eksternal, timbul torka
kecil pada masing-masing momen atomik, dan momen ini cendrung untuk
menjajar dengan medan eksternal. Penjajaran ini menimbulkan partambahan dari
besar B dalam bahan tersebut (melebihi medan eksternal). Namun perlu diingat
bahwa efek diamagnetik tetap bekerja pada elektron yang mengorbit dan melawan
pertambahan diatas, jika hasil akhirnya adalah turunnya B, maka bahan tersebut
tetap disebut diamagnetik; tetapi jika hasilnya adalah pertmbahan B, bahan
tersebut adalah paramagnetik. Kalium, oksigen, tungsten, dan unsur tanah jarang,
serta banyak garam-garamnya seperti klorida erbium, oksida neodirium dan
oksida itrium suatu bahan yang di pakai dlam maser, merupakan contoh dari
bahan para magnetik.
Bahan feromagnetik dalam kristal tunggal tidak isotropik, hingga kita akan
membatasi pembahasan kita pada bahan polikristal, kecuali untuk menerangkan
sedikit bahwa sifat dari bahan magnetik yang tidak isotropik timbul sebagai
mangetostrisi, atau gejala perubahan ukuran bahan magnetik dalam medan
magnetik eksternal.
M = Ib dS
Jika terdapat n dwikutub magnetik per satuan volume, dan kita meninjau
volume ∆ v, maka momen dwikutub magnetik totalnya kita peroleh melalui
penjumlahan vektor,
n∆ v
(19) mtotal =∑ mi
i=1
n∆ v
1
M = lim ∑ mi
∆ v ∆ v i=1
Kita lihat bahwa satuannya harus sama dengn satuan H yaitu A/m.
Gb. 9.8 suatu bagian lintasan-tertutup dL, sepanjang lintasn tersebut dwikutub
magnetiknya sudah mengalami penjajaran sebagian oleh medan magnetik
eksternal. Penjajaran tersebut telah menyebabkan arus terikat yang
melalui permukaan yang terdefinisikan oleh lintasan-tertutup bertambah
dengan nIb dS.dL ampere.
(20) d Ib = n Ib dS.dL = M. dL
(21) Ib = ∮ M . d L
Persamaan (21) mengatakan bahwa jika kita mengelilingi suatu lintasan
tertutup dan kita dapatkan momen dwikutub yang menjajar dalam arah lintasan
lebih banyak dari yang tidak, maka aka ada arus yang berpautan dengannya,
misalnya ditimbulkan oleh elektron yang mengorbit melalui permukaan bagian
dalamnya.
Rumusan terakhir ini mirip dengan hukum integral Ampere, dan sekarang
kita boleh membuat hubungan antara B dan H, yang umum sehingga berlaku pula
untuk media lainselain ruang hampa pembahasan kita bersandar pada gaya dan
torka sosok arus defrensial dalam medan B, yang berarti bahwa kita telah
mengambil B sebagai kuantitas yang pokok dan telah menemukan perbaikan dari
pendefinisian H. Jadi kita dapat meuliskan hukum integral Ampere yang
dinyatakan dalam arus total yang terdiri dari arus terikat dan arus bebas,
B
(22) ∮μ . dL=I T
0
Dengan
IT = I b + I
Ddan I adalah arus total muatan bebas yang dilingkungi oleh lintasan.
Perhatikan bahwa arus bebas muncul tanpa subskrip, karena arus ini termasuk
jenis arus yang terpenting dan merupaka satu-satunya jenis arus yang muncul
dalam persamaan Maxwell.
(23) IT = I b + I = ∮ ( μB . M ) .dL
0
Dan kita lihat dalam ruang hampa B = μ0 H, karena dalam hal ini
magnetisasinya nol. Hbungan ini biasaya dituliskan dalam bentuk yang
menghindari bentuk fraksi dan bentuk dan tanda minus sbb:
(25) B = μ0 (H + M )
(26) I =∮ H .dL
Ib ¿ ∮ J b . dS
s
IT ¿ ∮ J T . dS
s
I ¿ ∮ J . dS
s
∇ × M =J b
B
∇× =J T
μ0
(27) ∇ × H=J
Kita hanya menekankan pada pers (26) dan pers (27 ), rumus yang mengan
dung muatan bebas dalam pekerjaan kita selanjutnya.
(28) M= χmH
B = μ0 (H + χ m H )
B = μ0 μR H
Atau
(29) B=μ H
(30) μ=μ 0 μ R
(31) μ R=1+ χ m
χ m =μR −1=49
Dan
B
H=
μ R 4 π ε0
0,05
H= =796 A /m
50× 4 π ×10−7
B = μ0 (H + M )
Atau
Dan kia lihat bahwa arus Ampere menghasilkan $9 kali intensitas medan
magnetik yang ditimbulkan muatan bebas, dan kedua,
B = μ0 μR H
Atau
Dua hukum permulaan yang kita teliti untuk medan magnetik ialah hukum
Bio-Savart dan hukum integral Ampere. Keduanya terbatas pada pemakaian
dalam ruang hampa. Sekarang kita telah memperluas pemakainnya untuk setiap
bahan magnetik yang serbasama, linear dan isotropik harus digambarkan dengan
permeabilitas relatif μ R.
Seperti juga pada bahan dielektrik tak isotropik, bahan magnetik tak
isotropik, bahan magnetik tak isotropik harus digambarkan dengan permeabilitas
tenso
Bx = μ xx H x + μ xy H y + μxz H z
By = μ yx H x + μ yy H y + μ yz H z
Bz = μ zx H x + μ zy H y + μ zz H z
∮ B . dS=0
s
Atau
Jadi
μ1
(33) Hn2 = Hn1
μ2
χ m 2 μ1
(34) Mn2 = Mn1
χ m 1 μ2
∮ H . dL=I
Dengan mengambil lintasan tertutup kecil pada bidang datar yang normal
pada permukaan batas, seperti yang terlihat pada bagian kanan Gb. 9.9, kita
peroleh:
Ht1 ∆ L- Ht2 ∆ L = K ∆ L
B t 1 Bt 2
(36) − =K
μ 1 μ2
χm2
(37) Mt2 = Mt1 – χ m2 K
χm1
Ketiga syarat batas yang baru kita tulis untuk komponen tangensial akan
menjadi jauh lebih sederhana jika kerapatan arus permukaannya nol. Dalam hal
ini kerapatan tersebut ialah kerapatan arus bebas, dan kerapatan itu nol jika kedua
bahan tersebut bukan konduktor.
RANGKAIAN MAGNETIK
Dalam hal ini kita akan menyimpang sebentar untuk membahas teknik
pokok yang bersangkutan dengan pemecahan suatu kelompok persoalan magnetik
yang dikenal sebagai rangkaian magnetik. Seperti yang akan segera kita lihat,
nama tersebut timbul dari kesmaan yang banyak dengan analisa rangkaian resistif
arus searah yang telah kita kenal. Sat-satu perbedaan yang penting terletak pada
bagian feromagnetik dari rangkaian magnetik; metode yang dipakai serupa dengan
metode untuk rangkaian listrik tak linear yang mengandung dioda, termistor,
filamen pijar, dan unsur tak linear lainnya.