You are on page 1of 17

SIFAT BAHAN MAGNETIK

Sekarang kita sapai pada tahap untuk mengkombinasikan pengetahuan kita


tentang aksi medan magnetik pada sosok arus dengan model yang sederhana dari
sebuah atom dan siap untuk meperoleh pengertian mengenai perbedaan kelakuan
berbagai jenis bahan dalam medan magnetik.

Walaupun hasil kuantitatif yang cermat hanya dapat diramalkan melalui


pemakaian teori kuantum, model atom yang sederhana yang berdasarkan
anggapan bahwa ada pusat inti postif yang dikelilini elektron dalam berbagai orbit
lingkaran bisa menghasilkan kuantitas kuantitatif yang cukup cermat dan
menyajikan teori kualitatif yang memuaskan. Sebuah elektron dalam orbitnya
serupa dengan sebuah sosok arus kecil (arusnya berlawanan arah dengan arah
gerak elektron) dan dapat mengalami torka dalam medan magnetik eksternal,
torka ini cendrung untuk menjajarkan medan magnetik yang ditimbulkan oleh
elektron dengan medan magnetik eksternal. Jika kita tidak meninjau momen
magnetik lainnya, kita dapat menyimpulkan bahwa semua elektron yang berorbit
dalam bahan akan bergeser sedemikian rupa sehingga akan menambahkan medan
magnetiknya pada medan magnetik yang kita pasang dan karenanya dan medan
magnetik resultan pada setiap titik dalam bahan tersebut menjadi lebih besar
daripada yang akan terjadi pada titik tersebut jika bahan tersebut tidak ada.

Momen tang lainnya (yang kedua) timbul dari spin elektron. Walaupunkita
digoda untuk menerangkan gejala ini dengan model yang menggambarka elektron
yang berspin (berpusing) disekitar sumbunya sendiri sehingga menimbulkan
momen dwikutub magnetik, hasil kuantitatif yang memuaskan tidak dapat
diperoleh dari teori semacam itu. Sebagai gantinya kita perlu mencernakannya
melalui matematika teori kuantum relativistik untuk menunjukkan bahwa elektron
dapat mempunya momen magnetik spin sekitar ± 9 ×10−24 A . m2 , tanda ±
menyatakan bahwa penjajaran yang mungkin sesuai atau berlawanan dengan
medan magnetik luar. Dalam atom yang mempunyai banyak elektron, yang
memberi kontribusi pada momen magnetik atom hanyalah spin elektron dalam
kulit yang tidak lengkap.

Gb. 9.7 Elektron yang mengorbit ditunjukkan dalam gambar mempunyai momen
magnetik m yang arahnya sama dengan arah medan B0 yang kita pasang

Kontribusi ketiga pada momen sebuah atom ditimbulkan oleh spin nuklir,
tetapi pengaruh dari faktor ini biasanya dapat diabaikan dan disini kita tidak akan
meninjaunya lebih lanjut.

Jadi tiap atom mengandung banyak momen komponen yang berbeda-beda,


dan kombinasinya menentukan karakteristik magnetik dari bahan tersebut dan
menyajikan cara untuk melakukan klasifikasi magnetik yang umum. Kita akan
membahas secara singkat enam jenis bahan magnetik yaitu:

 Bahan Diamagnetik;
 Bahan Paramagneik;
 Bahan Feromagnetik;
 Bahan Antiferomagnetik;
 Bahan Ferimagnetik dan;
 Bahan superparamagnetik.

Marilah mula-mula kita tinjau atom dengan medan magnetik yang kecil
yang ditimbulkan oleh gerak elektron pada orbitnya digabungkan dengan medan
magnetik yang ditimbulkan oleh spin elektronnya dan menghasilkan medan neto
nol.

Perhatikan bahwa disini kita meninjau medan yang ditimbulkan oleh gerak
elektron itu sendiri tanpa ada medan magnetik luar; kita dapat juga mengatakan
bahwa bahan ini terdiri dari atom yang momen magnetik permanennya m0 sama
dengan nol untuk masing-masing atom. Bahan separti itu disebut bahan
diamagnetik. Dilihat sepintas hal itu memberi kesan bahwa medan magnetik
eksternal tidak akan menimbulkan torka pada atom dan tidak menimbulkan
penjajaran medan dwikutub, sehingga medan magnetik internalnya sama dengan
medan magnetik yang kita pasang. Dengan kesalaha dengan satu bagia dalam
seratus ribu, pernyataan diatas bisa dibenarkan.

Marilah kita pilih elektron yang mengorbit yang momen m-nya searah
dengan medan yang terpasang B0 (Gb. 9.7). medan magnetik menimbulkan gaya-
luar pada elektron yang mengorbit. Karena jejari orbitnya terkuantitasi dan tidak
dapat berubah, maka gaya-dalam Coulomb yang menarik elektronpun tidak
berubah. Gaya takseimbang yang ditimbulkan oleh gaya magnetik luar harus
dikompensasi dengan mengurangi kecepatan putarannya. Jadi momen yang
terjadi karena putaran pada orbitnya berkurang, sehingga menimbulkan medan
internal yang lebih kecil.

Jika kita pilih sebuah atom dengan m dan B0 –nya berlawanan, gaya
magnetiknya akan mempunyai arahkedalam dan kecepatannya akan bertambah,
sehingga momen orbitnya akan bertambah, sehingga terjadi peniadaan medan B0
yang lebih banyak. Dalam hal inipun hasilnya ialah medan internal yang lebih
kecil.

Logam bismut memperlihatkan efek diamagnetik yang lebih besar


daripada kebanyaka bahan diamagnetik ainnya, seperti hirogen, helium dan gas
mulia lainnya, natrium klorida, tembaga, emas, silikon, germanium, grafit, dan
belerang. Kita harus menyadari bahwa efek diamagnetik terdapat pada setiap
bahan, karena efek ini timbul dari interaksi dari medan magnetik eksternal dengan
setiap elektron yang mengorbit; tetapi efek ini dapat tertutup oleh efek lainnya
dalam bahan yang akan kita tinjau nanti.

Sekarang marilah kita tinjau atom yang efek spin elektron dan gerak pada
orbitnya tidak saling meiadakan. Atom secara keseluruhan meiliki momen
magnetik kecil, tetapi orientasinya acak (random) dari atom-atom tersebut dalam
sampel yang cukup besar menghasikan momen magnetik yang rata-rata besarnya
nol. Bahan tersebut tidak memperlihatkan efek magnetik jika medan magnetik
eksternalnya tidak ada. Jika kita pasang medan magnetik eksternal, timbul torka
kecil pada masing-masing momen atomik, dan momen ini cendrung untuk
menjajar dengan medan eksternal. Penjajaran ini menimbulkan partambahan dari
besar B dalam bahan tersebut (melebihi medan eksternal). Namun perlu diingat
bahwa efek diamagnetik tetap bekerja pada elektron yang mengorbit dan melawan
pertambahan diatas, jika hasil akhirnya adalah turunnya B, maka bahan tersebut
tetap disebut diamagnetik; tetapi jika hasilnya adalah pertmbahan B, bahan
tersebut adalah paramagnetik. Kalium, oksigen, tungsten, dan unsur tanah jarang,
serta banyak garam-garamnya seperti klorida erbium, oksida neodirium dan
oksida itrium suatu bahan yang di pakai dlam maser, merupakan contoh dari
bahan para magnetik.

Keepat kelas bahan lainnya: feromagnetik, antiferomagnetik, ferimagnetik,


dan superparamagnetik, semuanya memiliki momen atomik yang kuat. Lagipula
interaksi antar atom yang berdekatan menimbulkan penjajaran momen magnetik
dari atom-atom tersebut sehingga berarah sejajar atau antisejajar.

Dalam bahan feromagnetik masing-masing atom memiliki momen


dwikutub yang relatif besar, yang terutama ditimbulkan oleh momen spin elektron
yang tak terpampas. Gaya antar atom menyebabkan momen ini mempunyai arah
yang sejajar dalam suatu daerah yang terdiri dari banyak atom. Daerah ini disebut
domain, dan bentuk serta ukurannya dapat bermacam-macam bekisar dari ukuran
satu mikrometer ampai beberapa sentimeter, bergantung dari ukuran, bentuk,
bahan, dan sejarah magnetik dari sampel yang ditinjau. Bahan feromagnetik yang
sebelumnya terjamahmemiliki domain yang momen magnetiknya kuat; tetapi
momen domain ini mempunyai arah yang berbeda-bada dari suatu domain ke
domain lainnya. Jika dilihat efek keseluruhannya maka diantara mereka terjadi
saling-meniadakan, sehingga bahan tersebut secara keseluruhan tidak mempunyai
bahan momen magnetik. Dalam medan magnetik yang kita pasang maka domain
yang memiliki momen magnetik searah dengan medan yang terpasang ukurannya
akan bertambah sedangkan ukuran tegangannya akan berkurang, sehingga medan
magnetik internalnya menjadi bertambah besar dan melebihi medan eksternalnya.
Jika medan eksternal kita tiadakan, maka penjajaran domain yang rambang tidak
terjadi, tetapi masih ada tinggalan atau residual madan dwikutub dalam struktur
makroskopik. Keadaan dengan momen magnetik bahan itu berbeda setelah medan
luarnya ditiadakan, atau keadaan magnetik bahan marupakan fungsi dari sejrah
magnetik, disebut histeresis yang merupakan bahan pembahasan dalam rangkaian
magnetik yang akan kita pelajari pada beberapa halaman kemudian.

Bahan feromagnetik dalam kristal tunggal tidak isotropik, hingga kita akan
membatasi pembahasan kita pada bahan polikristal, kecuali untuk menerangkan
sedikit bahwa sifat dari bahan magnetik yang tidak isotropik timbul sebagai
mangetostrisi, atau gejala perubahan ukuran bahan magnetik dalam medan
magnetik eksternal.

Unsur-unsur yang bersifat feromagnetik pada temperatur kamar ialah besi,


nikel, dan kobalt, dan bahan-bahan itu kehilangan watak feromagnetiknya diatas
suatu temperatur yang disebut temperatur Curie. Temperatur curie untuk besi
adalah 1043 K. Beberapa paduan logam ini satu dengan yang lainnya atau dengan
logam lainya juga bersifat feromagnetik, cotohnya alniko, suatu paduan
aluminium – nikel dan kobalt dengan sedikit tembaga. Pada temperatur yang lebih
rendah beberapa unsur tanah yang jarang ditemu seperti gadolinium dan
disprosium bersifat fero magnetik. Juga sangat menarik untuk disebutkan disini
bahwa beberapa paduan logam nonferomagnetik dapat bersifat feromagnetik,
misalnya bismuth- mangan dan tembaga-mangan-timah.
Dalam bahan antiferomagnetik gaya antara atom-atom yang bertetangga
menyebabkan momen atomik berbasis dalam pasangan antisejajar ( anti paralel).
Momen magnetik netonya nol, dan bahan antiferomagnetik hanya dipengaruhi
sedikit oleh adanya medan magnetik eksternal. Efek seperti ini mula-mula
ditemukan dalam oksida mangan, kemudian beberapa ratus bahan
antiferomagnetik lainnya telah ditemukan. Banyak oksida, sulfida, dan klorida
termasuk dalam kelompok ini, misalnya oksida nikel (NiO), sulfida fero (FeS),
dan klorida kobalt (CoCl 2). Antiferomagnetisme hanya ada pada temperatur yang
relatif rendah, seringkali pada temperatur yang jauh lebih rendah dari temperatur
kamar. Efek ini belum termasuk efek yang penting dalam bidang keinsinyuran
(teknik) pada saat ini.

Bahan ferimagnetik juga menunjukkan arah yang antisejajar dari momen


atomik yang bertetangga, tetapi momennya tidak sama. Akibatnya ialah bahan ini
mempunyai tanggap (respons) yang besar terhadap medan magnetik eksternal,
walaupun tidak sebesar bahan feromagnetik. Kelompok terpenting bahan
ferimagnetik ialah ferit yang mempunyai konduktifitas yang rendah, beberapa
orde lebih rendah daripada semikonduktor. Kenyataan bahwa bahan ini
mempunyai resistansi yang lebih besar dari bahan feromgnetik mengakibatkan
timbulnya arus induksi yang jauh lebih kecil jika kita pasang medan bolak-balik
(medan bersemilih) eperti dalam teras transformator yang bekerja pada frekuensi
tinggi. Arus yang tereduksi ini (arus eddy/ arus pusar) menghasilkan kerugian
ohmik yang lebih kecil dalam teras trasformator. Oksida besi magnetik (Fe 3 o4),
ferit nikel seng (Ni1/2 Zn1/2 Fe2 o4), dan ferit nikel (Ni Fe2 o4) merupakan contoh
bahan yang termasuk dalam kelas ini. Ferimagnetisme juga hilang pada
temperatur diatas temperatur Curie.

Bahan superferomagnetik terdiri dari kelompok partikel feromagnetik


dalam kisi non-feromagnetik. Walaupun domain terdapat dalam diri pertikelnya,
dinding domain tersebut tidak dapat menembus kisi bahan pengantar ke pertikel
tetangganya. Contoh bahan seperti ini terdapat pada pita magnetik yang dipakai
dalam rekorder-pita video atau audio.
MAGNETISASI DAN PERMEABILITAS

Supaya gambaran mengenaia bahan magnetik mempunyai dasar yang


kuantitatif, sekarang kita akan menunjukkan bagaimana dwikutub magnetik
berlaku sebagai sumbar yang terbesar untuk medan magnetik. Hasilnya akan

merupakan persamaan yang mirip dengan hukum integral Ampere, ∮ H . dL=I.


Arusnya akan terdiri dari gerak muatan terikat (elektron orbital, spin elektron, dan
spin niklir) dan madannya yang berdimensi sama dengan H akan disebut
magnetisasi M. Arus yang dihasilkan oleh ikatan tersebut disebut arus terikat
(bond current) atau arus Ampere.

Marilah kita mulai dengan pendefinisian magnetisasi M dinyatakan dalam


momen dwikutub magnetik m. Arus terikat Ib yang mengelilingi lintasa tertutup
yang melingkungi luas difrensial dS menghasilkan momen dwikutub

M = Ib dS

Jika terdapat n dwikutub magnetik per satuan volume, dan kita meninjau
volume ∆ v, maka momen dwikutub magnetik totalnya kita peroleh melalui
penjumlahan vektor,

n∆ v
(19) mtotal =∑ mi
i=1

Masing-masing mi mungkin berbeda. Kemudian kita definiskan


magnetisasi M sebagai momen dwikutub magnetik persatuan volume.

n∆ v
1
M = lim ∑ mi
∆ v ∆ v i=1

Kita lihat bahwa satuannya harus sama dengn satuan H yaitu A/m.
Gb. 9.8 suatu bagian lintasan-tertutup dL, sepanjang lintasn tersebut dwikutub
magnetiknya sudah mengalami penjajaran sebagian oleh medan magnetik
eksternal. Penjajaran tersebut telah menyebabkan arus terikat yang
melalui permukaan yang terdefinisikan oleh lintasan-tertutup bertambah
dengan nIb dS.dL ampere.

Sekarang marilah kita tinjauefek penjajaran dwikutub magnetik sebagai


akibat dari pemasangan medan magnetik. Kita akan membahas penjajaran
sepanjang lintasa tertutup, sebagian kecil dari lintasan itu diperlihatkan pada Gb.
9.8. gambar tersebut memperlihatkan beberapa momen magnetik m yang
membentuk sudut θ dengan unsur lintasa dL; masing-masing momen terdiri dari
arus terikat Ib yang mengelilingi bidang seluas dS.dL; didalam volume tersebut
terdapan n dS.dL dwikutub magnetik. Waktu kita ubah dari orientasi rambang ke
pejajaran sebagian, arus terikat yang menembus permukaan yang terlingkungi
lintasan (kearah kiri kita jika kita berjalan dalam arah a L dalam Gb. 9.8) untuk
tiap-tiap dwikutub sebanyak n dS.dL telah bertambah dengan Ib. Jadi

(20) d Ib = n Ib dS.dL = M. dL

dan dalam seluruh lintasan tertutup

(21) Ib = ∮ M . d L
Persamaan (21) mengatakan bahwa jika kita mengelilingi suatu lintasan
tertutup dan kita dapatkan momen dwikutub yang menjajar dalam arah lintasan
lebih banyak dari yang tidak, maka aka ada arus yang berpautan dengannya,
misalnya ditimbulkan oleh elektron yang mengorbit melalui permukaan bagian
dalamnya.

Rumusan terakhir ini mirip dengan hukum integral Ampere, dan sekarang
kita boleh membuat hubungan antara B dan H, yang umum sehingga berlaku pula
untuk media lainselain ruang hampa pembahasan kita bersandar pada gaya dan
torka sosok arus defrensial dalam medan B, yang berarti bahwa kita telah
mengambil B sebagai kuantitas yang pokok dan telah menemukan perbaikan dari
pendefinisian H. Jadi kita dapat meuliskan hukum integral Ampere yang
dinyatakan dalam arus total yang terdiri dari arus terikat dan arus bebas,

B
(22) ∮μ . dL=I T
0

Dengan

IT = I b + I

Ddan I adalah arus total muatan bebas yang dilingkungi oleh lintasan.
Perhatikan bahwa arus bebas muncul tanpa subskrip, karena arus ini termasuk
jenis arus yang terpenting dan merupaka satu-satunya jenis arus yang muncul
dalam persamaan Maxwell.

Dengan mengkombinasikan ketiga persamaan terakhir ini, kita dapatkan


rumusan untuk arus bebas yang terlingkungi,

(23) IT = I b + I = ∮ ( μB . M ) .dL
0

Sekarang kita definisikan H dinyatakan dalam B dn M,


B
(24) H= −M
μ0

Dan kita lihat dalam ruang hampa B = μ0 H, karena dalam hal ini
magnetisasinya nol. Hbungan ini biasaya dituliskan dalam bentuk yang
menghindari bentuk fraksi dan bentuk dan tanda minus sbb:

(25) B = μ0 (H + M )

Sekarang kita boleh menuliskan pendefinisian medan H yang baru dalam


persamaan, (23).

(26) I =∮ H .dL

sehingga kita peroleh hukum integralAmpere yang dinyatakan dalam arus


bebas.

Dengan memakai beberapa bentuk kerapatan arus, kita dapatkan:

Ib ¿ ∮ J b . dS
s

IT ¿ ∮ J T . dS
s

I ¿ ∮ J . dS
s

Dengan pertolongan teorema Stokes, kita dapat mentransformasikan pers


(21), (26), dan (22)menjadi hubungan kurl yang setara dengannya,

∇ × M =J b

B
∇× =J T
μ0

(27) ∇ × H=J
Kita hanya menekankan pada pers (26) dan pers (27 ), rumus yang mengan
dung muatan bebas dalam pekerjaan kita selanjutnya.

Hubungan antara B, H dan M yang dinyatakan dalam pers (25) dapat


disederhanakan untuk media isotropik yang linear; dalam media seperti itu dapat
didefinisikan suseptibilitas magnetik (kerentanan magnetik) Xm.

(28) M= χmH

Jadi kita dapatkan

B = μ0 (H + χ m H )

B = μ0 μR H

Atau

(29) B=μ H

Dengan μ, menyatakan permeabilitas (ketelapan)

(30) μ=μ 0 μ R

Disini dinyatakan dalam permeabilitas relatif μ R

(31) μ R=1+ χ m

Menyatakan hubungannya dengan suseptibilitas.

Sebagai contoh pemakaian beberapa kuantitas magnetik ini, marilah kita


pilih bahan ferit dengan μ R=50 dan bekerja dengan kerapatan fluks yang cukup
rendah sehingga hubungan linear dapat dipakai secara nalar. Kita dapatkan

χ m =μR −1=49

Jika kita ambil B=0,05 Wb /m 2, maka


B = μ0 μR H

Dan

B
H=
μ R 4 π ε0

0,05
H= =796 A /m
50× 4 π ×10−7

Magnetisasinya ialah χ m H=39.00 A /m. Cara lain untuk menghubungkan


B dan H ialah, pertama,

B = μ0 (H + M )

Atau

0,05 = 4 π × 10−7 (796+39.000)

Dan kia lihat bahwa arus Ampere menghasilkan $9 kali intensitas medan
magnetik yang ditimbulkan muatan bebas, dan kedua,

B = μ0 μR H

Atau

0,05 = 50 × 4 π × 10−7 ×796;

Disini kita telah memakai permeabilitas relatif 50 dan membiarkan


kuantitas ini menyirat gerak muatan terikat. Kita akan menekankan lagi cara
penafsiran seperti ini dalam bab yang akan datang.

Dua hukum permulaan yang kita teliti untuk medan magnetik ialah hukum
Bio-Savart dan hukum integral Ampere. Keduanya terbatas pada pemakaian
dalam ruang hampa. Sekarang kita telah memperluas pemakainnya untuk setiap
bahan magnetik yang serbasama, linear dan isotropik harus digambarkan dengan
permeabilitas relatif μ R.

Seperti juga pada bahan dielektrik tak isotropik, bahan magnetik tak
isotropik, bahan magnetik tak isotropik harus digambarkan dengan permeabilitas
tenso

Bx = μ xx H x + μ xy H y + μxz H z

By = μ yx H x + μ yy H y + μ yz H z

Bz = μ zx H x + μ zy H y + μ zz H z

Jadi untuk bahan tak isotropik, μ dalam hubungan B=μ0 H merupakan


suatu tensor; tetapi hubungan B=μ0 (H + M ) tetap berlaku, meskipun B, H dan M
pada umumnya tidak sejajar lagi. Bahan magnetik tak isotropikyang paling umum
ialah kristal feromagnetik tunggal; walaupun film magnetik tipis juga
memperlihatkan sifat tak isotropik. Namun, banyak sekali pemakaian bahan
feromagnetik yang menyangkut kisi polikristal yang lebih mudah dibuat.

Definisi kita mengenai suseptibilitas dan permeabilitas bergantung pada


anggapan kelinearan. Sayang sekalihal itu haynya benar untuk bahan para
magnetik dan diamagnetik yang kurang menarik pemakaiannya; dalam hal ini
permeabilitas relatifnya hampir mendekati satu, bedanya hanya satu bagian dalam
seribu. Beberapa harga yang khas dari suseptibilitas bahan diamagneti ialah sbb:
untuk hidrogen, -2 ×10−5; tembaga, -0,9 ×10−5; germanium, -0,8×10−5; silikon,
-0,3×10−5 dan grafit, -12×10−5. Bahan para magnetik yang umum dipakai
mempunyai suseptibilitas sbb: oksigen 2×10−6, tungsten 6,8 ×10−5; oksida ferit
(Fe2O3), 1,4 ×10−3; oksida Ytrium (Y2O3), o,53×10−6. Jika kita ambil rasio B
terhadap μ0 H sebagai permeabilitas relatif bahan feromagnetik, harga μ R biasanya
berkisar antara 10 sampai 100.000. bahan diamagnetik, paramagnetik, dan
antiferomagnetik biasa disebut bahan non magnetik.
SYARAT BATAS MAGNETIK

Kita tidak akan mengalami kesukaran untuk mendapatkan syarat batas


yang tepat untuk B, H dan M pada permukaan batas antara bahan magnetik yang
berbeda, karena kita telah memecahkan persoalan serupa itu untuk bahan
konduktor dan dialektik. Kita tidak memerluka teknik yang baru.

Gambar 9.9 menunjukkan perbatasan antara dua bahan yang linear


serbasama isotropik dengan permeabilitas μ1 dan μ2. Syarat batas untuk komponen
normal ditentukan dengan membiarkan permukaan tersebut memotong permukaan
Gauss yang berbentuk tabung kecil. Dengan memakai hukum Gauss untuk medan
magnetik menurut pasal 8.5,

∮ B . dS=0
s

Sehingga kita dapatkan

Bn1 ∆ S−¿Bn2 ∆ S=0

Atau

(32) Bn2 = Bn1

Jadi

μ1
(33) Hn2 = Hn1
μ2

Komponen normal B adalah malar, tetapi komponen normal H takmalar


dengan rasio μ1 / μ2.
Gb.9.9 permukaan Gauss dan lintasan tertutup dibuat pada permukaan batas
antara media 1 dan 2 yang masing-masing mempunyai permeabilitas μ1 dan μ2.
Dari situ kita menentukan syarat bats Bn1 = n2 dan Ht1 - Ht2 = K.

Hubungan antara komponen normal M telah tertentu jika hubungan antara


komponen normal H telah diketahui. Untuk bahan magnetik linear, hasilnya dapat
dituliskan sebagai berikut:

χ m 2 μ1
(34) Mn2 = Mn1
χ m 1 μ2

Kemudian, kita pakai hukum integral Ampere

∮ H . dL=I
Dengan mengambil lintasan tertutup kecil pada bidang datar yang normal
pada permukaan batas, seperti yang terlihat pada bagian kanan Gb. 9.9, kita
peroleh:

Ht1 ∆ L- Ht2 ∆ L = K ∆ L

Dengan anggapan bahwa permukaan batasnya dapat mengandung arus


permukaan K yang koponennya noral pada bidang datar lintasan tersebut ialah K.
Jadi,

(35) Ht1 – Ht2 = K

Arahnya dapat dinyatakan lebih eksak dengan memakai perkalian


silanguntuk mengindentifikasi komponen tangensialnya.

(H1 – H2) x aN12 = K

Dimana aN12 menyatakan vektor pada perbatasan yang arahnya dari


1daerah 1 ke daerah 2.
Untuk B tangensial, kita peroleh

B t 1 Bt 2
(36) − =K
μ 1 μ2

Syarat batas untuk komponen tangensial magnetisasi untuk bahan linear


menjadi,

χm2
(37) Mt2 = Mt1 – χ m2 K
χm1

Ketiga syarat batas yang baru kita tulis untuk komponen tangensial akan
menjadi jauh lebih sederhana jika kerapatan arus permukaannya nol. Dalam hal
ini kerapatan tersebut ialah kerapatan arus bebas, dan kerapatan itu nol jika kedua
bahan tersebut bukan konduktor.

RANGKAIAN MAGNETIK

Dalam hal ini kita akan menyimpang sebentar untuk membahas teknik
pokok yang bersangkutan dengan pemecahan suatu kelompok persoalan magnetik
yang dikenal sebagai rangkaian magnetik. Seperti yang akan segera kita lihat,
nama tersebut timbul dari kesmaan yang banyak dengan analisa rangkaian resistif
arus searah yang telah kita kenal. Sat-satu perbedaan yang penting terletak pada
bagian feromagnetik dari rangkaian magnetik; metode yang dipakai serupa dengan
metode untuk rangkaian listrik tak linear yang mengandung dioda, termistor,
filamen pijar, dan unsur tak linear lainnya.

Sebagian titik tolak, marilah kita mengenali persamaan madan yang


menjadi dasar analisis rangkaian resistif. Pada waktu yang bersamaan kita akan
menunjukkan cara penurunan persamaan yang serupa itu, untuk rangkaian
magnetik. Kita mulai dengan potensial elektrostatik dan hubungannya dengan
intensitas medan listrik,
(38a) E = −∇ V

You might also like