You are on page 1of 16

Dalam setiap penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data

dan dalam proses pengumpulan data tersebut akan menggunakan


satu atau beberapa metode. Jenis metode yang dipilih dan digunakan
dalam pengumpulan data, tentunya harus sesuai dengan sifat dan
karakteristik penelitian yang dilakukan. Instrumen adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data-data tersebut.
Instrumen dapat dianalogikan sebagai ujung tombak untuk
membidik data dalam sebuah penelitian. Melalui instrumenlah
akhirnya terkumpul data yang nantinya diolah menjadi sebuah
informasi hasil penelitian. Untuk itulah, perlu kiranya memilih dan
merumuskan instrumen secara tepat. Hal ini sejalan dengan ungkapan
“garbage tool garbage result”. Jadi, pada dasarnya salah satu hal yang
mempengaruhi hasil penelitian terletak pada instrumennya. Semakin
baik konstruksi sebuah instrumen, maka semakin baik pula data yang
berhasil dijaring, begitu pula sebaliknya.

PEMBAHASAN

Sebelum diuraikan mengenai seluk beluk instrumen, maka akan


diinformasikan terlebih dahulu judul buku yang dibahas dalam tugas
ini, antara lain : Manajemen Penelitian (Suharsimi Arikunto), Menyusun
dan Mengevaluasi Laporan Penelitian (Soetarlinah Sukadji), Reliabilitas
dan Validitas (Saifuddin Azwar), dan Psychological Testing (Anne
Anastasi dan Susana Urbina).
A. Manajemen Penelitian (Suharsimi Arikunto)
1. Validitas Instrumen (halaman 219)
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat
instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan
diukur. Ada dua jenis validitas, yaitu :
a. Validitas Logis
Apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah sesuai
dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Instrumen yang sudah sesuai
dengan isi dikatakan sudah memiliki validitas isi, sedangkan instrumen
yang sudah sesuai dengan aspek yang diukur dikatakan sudah
memiliki validitas konstruksi.
b. Validitas Empiris
2. Reliabilitas Instrumen (halaman 220 – 222)
Ada tiga teknik untuk menguji reliabilitas instrumen, yaitu :
a. Teknik Paralel (Paralel Form Atau Alternate Form)
Disebut juga teknik „double test double trial“. Sejak awal peneliti
harus sudah menyusun dua perangkat instrumen yang paralel
(ekuivalen), yaitu dua buah instrumen yang disusun berdasarkan satu
kisi-kisi. Setiap butir soal dari instrumen yang satu selalu harus dapat
dicarikan pasangannya dari instrumen kedua. Kedua instrumen
tersebut diujicobakan semua. Sesudah kedua uji coba terlaksana,
maka hasil kedua instrumen tersebut dihitung korelasinya dengan
menggunakan rumus product moment (korelasi Pearson).
b. Teknik Ulang (test re-test)
Disebut juga teknik “single test double trial”. Menggunakan
sebuah instrumen, namun diteskan dua kali. Hasil atau skor pertama
dan kedua kemudian dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks
reliabilitas. Teknik perhitungan yang digunakan sama dengan yang
digunakan pada teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson.
c. Teknik Belah Dua (split halve method)
1) Disebut juga teknik “single test single trial”. Peneliti boleh hanya
memiliki seperangkat instrumen saja dan hanya diujicobakan satu
kali, kemudian hasilnya dianalisis, yaitu dengan cara membelah
seluruh instrumen menjadi dua sama besar. Cara yang diambil
untuk membelah soal bisa dengan membelah atas dasar nomer
ganjil-genap, atas dasar nomer awal-akhir, dan dengan cara undian.
B. Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian
(Soetarlinah Sukadji)
1. Validitas (halaman 30 – 31)
Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur
apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu tes tidak begitu saja
melekat pada tes itu sendiri, tetapi tergantung penggunaan dan
subyeknya. Validitas dipecah lagi menjadi berbagai jenis yang akan
dijabarkan berikut ini :
a. Validitas Isi
Adalah seberapa besar derajat tes mengukur representasi isi
yang dikehendaki untuk diukur. Validitas aitem berkaitan dengan
apakah aitem mewakili pengukuran dalam area isi sasaran yang
diukur, dan validitas sampling adalah seberapa baik sampel isi tes
mewakili keseluruhan isi sasaran yang diukur. Biasanya dinilai dengan
menggunakan pertimbangan pakar.
b. Validitas Konstruk/Teoretik
Adalah seberapa besar derajat tes mengukur konstruk hipotesis
yang dikehendaki untuk diukur. Konstruk adalah perangai yang tidak
dapat diamati, yang menjelaskan perilaku. Menguji validitas konstruk
mencakup uji hipotesis yang dideduksi dari suatu teori yang
mengajukan konstruk tersebut.
c. Validitas Konkruen
Validitas ini menunjukkan seberapa besar derajat skor tes
berkorelasi dengan skor yang diperoleh dari tes lain yang sudah
mantap, bila disajikan pada saat yang sama, atau dibandingkan
dengan kriteria lain yang valid yang diperoleh pada saat yang sama.
d. Validitas Prediktif
Adalah seberapa besar derajat tes berhasil memprediksi
kesuksesan seseorang pada situasi yang akan datang. Validitas
prediktif ditentukan dengan mengungkap hubungan antara skor tes
dengan hasil tes atau ukuran lain kesuksesan dalam satu situasi
sasaran.
2. Reliabilitas (halaman 31 – 32)
Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes
mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas
dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien
tinggi berarti reliabilitas tinggi.
Reliabilitas dapat dibagi lagi menjadi :
a. Reliabilitas Tes Re-Tes
Adalah seberapa besar derajat skor tes konsisten dari waktu ke
waktu. Reliabilitas diukur dengan menentukan hubungan antara skor
hasil penyajian tes yang sama kepada kelompok yang sama, pada
waktu yang berbeda.
b. Reliabiltas Belah-Dua
Reliabiltas ini diukur dengan menentukan hubungan antara skor
dua paruh yang ekuivalen suatu tes, ang disajikan kepada seluruh
kelompok pada suatu saat. Karena reliabilitas belah dua mewakili
reliabilitas hanya separuh tes yang sebenarnya, rumus Spearman-
Brown dapat digunakan untuk mengoreksi koefisien yang didapat.
c. Reliabilitas Rasional Ekuivalen
Reliabilitas ini tidak ditentukan menggunakan korelasi tetapi
menggunakan estimasi konsistensi internal. Reliabilitas ini diukur
menggunakan Kuder-Richardson, biasanya Formula-20 (KR-20) atau
Formula-21 (KR-21). Kedua rumus ini hanya dapat dipakai untuk tes
yang aitem-aitemnya diskor dikotomi, yaitu benar atau salah, 0 atau 1.
d. Reliabilitas Penyekor/Penilai
Adalah reliabilitas dua (atau lebih) penyekor independen.
Reliabilitas ini biasa ditentukan menggunakan teknik korelasi, tetapi
juga dapat hanya dinyatakan dalam persentase kesepakatan.

C. Reliabilitas dan Validitas (Saifuddin Azwar)


1. Validitas (halaman 45 - 53)
a. Validitas Isi
Merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi
tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement.
Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah
“sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan
isi (dengan catatan tidak keluar dari batasan tujuan ukur) objek yang
hendak diukur” atau “sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut
yang hendak diukur”.
Selanjutnya validitas isi terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1) Validitas muka (face validity)
Tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya
didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance)
tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan
mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan
bahwa validitas muka telah terpenuhi.
2) Validitas logik (logical/sampling validity)
Validitas ini menunjuk pada sejauh mana isi tes merupakan
representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk
memperoleh validitas logik yang tinggi, suatu tes harus dirancang
sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya aitem yang
relevan dan perlu menjadi bagian tes secara keseluruhan. Penggunaan
blueprint sangat membantu tercapainya validitas logik.
b. Validitas Konstrak
Adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes
mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya
(Allen & Yen, 1979). Pengujian validitas konstrak merupakan proses
yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai
trait yang diukur. Hasil estimasi validitas konstrak tidak dinyatakan
dalam bentuk suatu koefisien validitas.
Dukungan terhadap adanya validitas konstrak, menurut
Magnusson, dapat dicapai melalui beberapa cara antara lain :
1) Studi mengenai perbedaan diantara kelompok-kelompok yang
menurut teori harus berbeda
Apabila teori mengatakan bahwa antara suatu kelompok dengan
kelompok lainnya harus memiliki skor yang berbeda.
2) Studi mengenai pengaruh perubahan yang terjadi dalam diri
individu dan lingkungannya terhadap hasil tes
Apabila teori mengatakan bahwa hasil tes dipengaruhi oleh
kondisi subjek dikarenakan faktor kematangan.
3) Studi mengenai korelasi diantara berbagai variabel yang menurut
teori mengukur aspek yang sama
Studi ini dapat diperluas dengan mengikutsertakan korelasi
antara berbagai skor tes yang mengukur aspek yang berbeda.
4) Studi mengenai korelasi antaraitem atau antar belahan tes
Interkorelasi yang tinggi antarbelahan dari suatu tes dapat
dianggap sebagai bukti bahwa tes mengukur satu variabel satuan
(unitary variable).
c. Validitas Berdasar Kriteria
Menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan
dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang
akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang
relevan. Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan
komputasi korelasi antara skor tes dengan skor kriteria. Koefisien ini
merupakan koefisien validitas bagi tes yang bersangkutan, yaitu rxy,
dimana X melambangkan skor tes dan Y melambangkan skor kriteria.
Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam
validitas, yaitu :
1) Validitas prediktif, sangat penting artinya bila tes dimaksudkan
untuk berfungsi sebagai prediktor bagi performansi diwaktu yang
akan datang.
2) Validitas konkruen, apabila skor tes dan skor kriterianya dapat
diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara kedua
skor termaksud merupakan koefisien validitas konkruen.
2. Reliabilitas (halaman 36 – 43)
a. Pendekatan Tes Ulang (test-retest)
Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok
subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut.
Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes
yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama
apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda.
b. Pendekatan Bentuk Paralel
Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya,
yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik
secara kualitas maupun kuantitasnya. Dengan bahasa sederhana
dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar.
Sebenarnya, dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik, tidak
benar-benar paralel secara empirik.
Untuk membuat dua tes menjadi paralel, penyusunannya
haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama. Secara empirik,
kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor
dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan
suatu variabel ketiga. Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel
antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes. Untuk
membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang
sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang
sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal, tidaklah
dapat dilakukan.
c. Pendekatan Konsistensi Internal
Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan
hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration).
Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali, maka problem yang
mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat
dihindari.
Pendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat
konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri. Untuk
itu, setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek, tes
dibagi menjadi beberapa belahan.
Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-
belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik
korelasi, analisis varians antarbelahan, analisis varians perbedaan
skor, dan lain-lainnya.
D. Psychological Testing (Anne Anastasi dan Susana Urbina)
1. Validitas (halaman 86 – 101)
a. Prosedur Deskripsi-Isi
Pada dasarnya melibatkan pengujian sistematik atas isi tes untuk
menetukan apakah tes itu mencakup sampel representatif dari domain
perilaku yang harus diukur.
Validitas isi janganlah dikacaukan dengan validitas nominal (face
validity). Validitas nominal bukanlah validitas dalam pengertian teknis;
validitas ini merujuk pada apa yang nampaknya diukur. Validitas
nominal berhubungan dengan apakah tes itu “kelihatan valid” bagi
peserta tes yang mengikutinya.
Validitas nominal kerap kali dapat diperbaiki dengan
merumuskan kembali butir-butir soal tes dalam istilah-istilah yang
nampak relevan dan masuk akal dalam lingkungan tertentu dimana
tes-tes itu akan digunakan.
b. Prosedur Prediksi Kriteria
Prosedur validasi prediksi kriteria menunjukkan efektivitas
sebuah tes untuk memprediksi kinerja seseorang dalam aktivitas-
aktivitas tertentu. Ukuran kriteria yang menjadi tolak ukur validasi
skor-skor tes divalidasikan bisa diperoleh pada saat yang hampir sama
dengan pemberi skor tes atau setelah suatu interval ditetapkan.
Validitas prediksi kriteria kerapkali digunakan dalam studi-studi
validasi lokal, yang padanya efektivitas sebuah tes untuk program
tertentu harus dinilai. Validitas prediksi kriteria bisa dicirikan sebagai
validitas praktis sebuah tes untuk maksud tertentu.
c. Prosedur Identifikasi Konstruk
Validitas konstruk suatu tes adalah lingkup sejauhmana tes bisa
dikatakan mengukur suatu konstruk atau sifat yang teoritis. Tiap
konstruk dikembangkan untuk menjelaskan dan mengorganisir
konsistensi-konsistensi respons yang teramati. Konstruk-konstruk
tersebut berasal dari hubungan-hubungan tetap antara ukuran-ukuran
perilaku. Validasi konstruk membutuhkan akumulasi informasi secara
bertahap dari berbagai sumber.
2. Reliabilitas (halaman 63 – 74)
Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh
orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama
pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir
ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi
pengujian yang berbeda.
a. Reliabilitas Tes Retes
Metode paling jelas untuk menemukan reliabilitas skor tes
adalah dengan mengulang tes yang sama pada kesempatan kedua.
Reliabilitas tes ulang menunjukkan sejauh mana skor pada tes dapat
digeneralisasikan untuk berbagai kesempatan yang berbeda; makin
tinggi reliabilitasnya, makin rentanlah skor terhadap perubahan sehari-
hari yang acak dalam kondisi peserta tes atau lingkungan testing.
b. Reliabilitas Bentuk Alternatif
Satu cara untuk menghindari kesulitan yang ditemukan dalam
reliabilitas tes dan tes ulang adalah melalui penggunaan bentuk-
bentuk tes lainnya. Dengan demikian, orang yang sama bisa ditest
dengan satu bentuk pada kesempatan pertama dan dengan bentuk
lainnya yang ekuivalen pada kesempatan kedua. Korelasi antara skor-
skor yang didapatkan pada dua bentuk itu merupakan koefisien
reliabilitas tes. Perlu dicatat bahwa koefisien reliabilitas semacam itu
adalah ukuran stabilitas temporal dan konsistensi respons terhadap
berbagai butir soal contoh (atau bentuk-bentuk tes).
c. Reliabilitas Belah Separuh (Split-Half Reliability)
Dengan cara ini, dua skor didapatkan untuk setiap orang dengan
membagi tes menjadi paruhan-paruhan yang ekuivalen. Jenis
reliabilitas ini kadangkala disebut koefisien konsistensi internal, karena
hanya dibutuhkan penyelenggaraan tunggal atas satu bentuk tes saja.
Untuk mendapatkan reliabilitas belah-separuh, masalah
pertamanya adalah bagaimana membagi tes dalam rangka
mendapatkan paruhan-paruhan yang paling ekuivalen.
Efek yang akan dihasilkan pada koefisiennya dengan
memperpanjang atau memperpendek sebuah tes, dapat diperkirakan
dengan rumus Spearman-Brown, seperti berikut :
rnn = nrtt

1 + (n – 1)rtt

rnn : koefisien yang diperkirakan


rtt : koefisien yang diperoleh
n : jumlah waktu tes
diperpanjang/diperpendek
Ketika diterapkan pada reliabilitas belah separuh, rumus ini selalu
melibatkan penggandaan panjang tes. Dalam kondisi ini, rumus itu
dapat disederhanakan sebagai berikut :
rtt = 2rhh
1 + rhh

Untuk rhh adalah korelasi dari tes-tes paruhan


Metode alternatif untuk mendapatkan reliabilitas belah separuh
dikembangkan oleh Rulon (1939). Hanya dibutuhkan varians dari
perbedaan antara skor-skor tiap orang pada dua tes-tes separuh (SDx2)
dan varians skor total (SDd2) dua nilai ini disubstitusikan dalm rumus
berikut, yang menghasilkan reliabilitas seluruh tes secara langsung :
rtt = SDx2
SDd2
1–
Menarik untuk memperhatikan hubungan
rumus ini
dengan varians kesalahan. Perbedaan apapun
antara
skor-skor seseorang pada dua tes
paruhan
menampilkan varians kesalahan atau varians
yang tidak relevan. Varians-varians perbedaan-perbedaan ini, dibagi
dengan varians skor-skor total, memberikan proporsi varians
kesalahan dalam skor-skor itu. Ketika varians skor ini dikurangkan dari
1,00, hasilnya adalah proporsi varians “benar” untuk penggunaan tes
tertentu, yang sama dengan koefisien reliabilitas.
d. Reliabilitas Kuder-Richardson dan Koefisien Alpha
Metode ini didasarkan pada konsistensi respons terhadap semua
butir soal dalam tes. Konsistensi antar soal ini dipengaruhi oleh dua
sumber varians kesalahan : (1) pencuplikan isi (sebagaimana dalam
bentuk alternatif dan reliabilitas belah separuh) ; dan (2) heterogenitas
dari domain yang disampelkan. Semakin homogen domainnya,
semakin tinggilah konsistensi antar soal.
Dari berbagai rumus yang diturunkan dalam artikel aslinya,
rumus yang paling luas diterapkan, umumnya dikenal sebagai “rumus
20 Kuder-Richardson”, adalah sebagai berikut :
rtt = n SD t2 – Σpq
n–1 SD t2
rtt : koefisien reliabilitas
seluruh tes
n : jumlah soal dalam tes
SDt : simpangan baku skor-
skor total tes
p : proporsi orang-orang
yang lulus
q : proporsi orang-orang yang tidak lulus
Σpq : hasil tabulasi antara p dan q
Rumus Kuder-Richardson dapat diterapkan pada tes-tes yang
soal-soalnya diskor benar atau salah, atau tergantung pada suatu
sistem all or none (semua atau tidak sama sekali) lainnya.
e. Reliabilitas Pemberi Skor
Reliabilitas pemberi skor dapat ditentukan dengan memiliki
sampel lembaran tes yang diskor secara terpisah oleh dua penguji.
Dengan demikian dua skor yang didapatkan oleh masing-masing
peserta tes ini kemudian dikorelasikan dengan cara biasa, dan
koefisien korelasi yang dihasilkannya adalah ukuran reliabilitas
pemberi skor. Jenis reliabilitas ini umumnya dihitung ketika instrumen-
instrumen yang diskor secara subjektif digunakan dalam riset.

ANALISIS BUKU
Sebuah instrumen yang valid belum tentu reliabel, tetapi
instrumen yang reliabel sudah tentu valid. Pernyataan ini menandakan
bahwa sebuah validitas dan reliabilitas adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan dalam pengkonstruksian sebuah instrumen, jika ingin
dikatakan baik.
Hal tersebut secara implisit tergambar pada benang merah yang
menjalin antara keempat buku yang telah diuraikan sebelumnya.
Pada buku karya Suharsimi Arikunto, validitas tidak dibahas
secara mendalam bila dibandingkan dengan pembahasan
reliabilitasnya, karena yang dibahas hanya tentang validitas logis
tanpa dibarengi dengan validitas empiris. Namun, pada reliabilitasnya
sudah dibahas mengenai tiga jenis reliabilitas, yaitu validitas paralel,
ulang dan belah dua.
Sedikit berbeda dengan yang telah diuraikan Arikunto, pada
buku karya Soetarlinah Sukardji, pembahasan mengenai validitas dan
reliabilitasnya sudah jauh lebih luas. Karena pada bukunya validitas
yang dibahas tidak hanya sekedar validitas logis saja, tetapi juga
dibahas mengenai validitas isi, konstruk, konkruen, dan prediktif.
Sedangkan pada pembahasan reliabilitasnya sama dengan pada
pembahasan Arikunto, tetapi pada Sukardji ditambah dengan adanya
reliabilitas rasional ekuivalen dan penyekor/penilai.
Pada buku karya Saifuddin Azwar, pembahasannya lebih
mendalam sekali, karena bukunya memang secara khusus membahas
tentang validitas dan reliabilitas. Namun, pada dasarnya yang dibahas
juga sama, hanya berbeda dari segi nama dan pengelompokkannya
saja.
Tidak jauh berbeda dengan buku Azwar, buku karya Anastasi dan
Urbina juga membahas secara luas dan mendalam mengenai validitas
dan reliabilitas. Karena buku ini memang berisi tentang bagaimana
membuat instrumen tes khususnya untuk tes psikologi. Apalagi
didalamnya sudah terdapat rumus cara mencari reliabilitas secara
komputasi/statistik.
Setelah melihat dan mengulas dari keempat buku yang sudah
dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa buku terakhir yaitu
Psychological Testing karya Anne Anastasi dan Susana Urbina dapat
dikatakan telah merangkum mengenai reliabilitas dari ketiga buku
yang telah dijabarkan sebelumnya. Tetapi untuk pembahasan
mengenai validitas Saifuddin Azwar lebih baik dan mendalam
dibanding dengan Anastasi dan Urbina.
Jadi perumusan validitas dan reliabilitas yang baik dari kedua
buku tersebut adalah sebagai berikut :
1. Validitas secara sederhana dapat dikatakan sebagai sejauh mana
sebuah instrumen dapat mengukur hal yang seharusnya diukur.
Validitaspun dapat dipilah kembali menjadi beberapa jenis, seperti
di bawah ini :
a. Validitas Isi, selanjutnya validitas isi terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1) Validitas muka (face validity)
2) Validitas logik (logical/sampling validity)
b. Validitas Konstrak
Adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes
mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya
(Allen & Yen, 1979). Menurut Magnusson, dapat dicapai melalui
beberapa cara antara lain :
1) Studi mengenai perbedaan diantara kelompok-kelompok yang
menurut teori harus berbeda
2) Studi mengenai pengaruh perubahan yang terjadi dalam diri
individu dan lingkungannya terhadap hasil tes
3) Studi mengenai korelasi diantara berbagai variabel yang menurut
teori mengukur aspek yang sama
4) Studi mengenai korelasi antaraitem atau antar belahan tes
c. Validitas Berdasar Kriteria
Menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan
dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang
akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang
relevan.
Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam
validitas, yaitu validitas prediktif dan konkruen.
2. Reliabilitas
Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh
orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama
pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir
ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi
pengujian yang berbeda. Yang terdiri dari :
a. Reliabilitas Tes Retes
b. Reliabilitas Bentuk Alternatif
c. Reliabilitas Belah Separuh (Split-Half Reliability)
d. Reliabilitas Kuder-Richardson dan Koefisien Alpha
e. Reliabilitas Pemberi Skor

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjabaran di atas adalah


sebagai berikut :
1. Validitas adalah sebuah proses yang harus dilalui instrumen agar
dapat diketahui apakah instrumen yang sudah dikonstruksi telah
mengukur aitem yang seharusnya diukur. Cara mengetahuinya
melalui validitas isi (muka dan logik), konstrak, dan kriteria
(prediktif dan konkruen).
2. Reliabilitas adalah sebuah proses yang harus dilalui instrumen
untuk mengetahui keandalan atau keajegan dari sebuah instrumen.
Dengan kata lain, instrumen yang baik akan menarik jawaban/data
yang sama walaupun diberikan di waktu dan kondisi yang berbeda.
Cara mengetahuinya melalui reliabilitas tes retes, bentuk alternatif,
belah dua, Kuder-Richardson dan koefisien alpha, dan pemberi skor.
3. Instrumen adalah titik tolak atau salah satu hal utama yang
mempengaruhi hasil akhir sebuah penelitian. Oleh karena itu,
penggunaan atau pengkonstruksian yang salah akan berimbas pada
penarikan data yang salah. Hal tersebut biasa dikenal dengan
“garbage tool garbage result”.
4. Instrumen yang sudah teruji secara validitas belum tentu teruji
secara reliabilitas. Namun, bila instrumen tersebut sudah teruji
secara reliabilitas, maka secara tidak langsung instrumen tersebut
sudah pasti teruji secara validitas. Secara sederhana dapat
dirumuskan valid belum tentu reliabel, tetapi reliabel sudah pasti
valid.

You might also like