You are on page 1of 12

Jumat, 14 Desember 2007

Teori Motivasi dari David Clarence McClelland

Oleh : P. Erianto Hasibuan


PENDAHULUAN

David Clarence McClelland (1917 – 27 Maret 1998) memperoleh BA pada tahun 1938 dari
Universitas Wesleyan dan MA pada tahun 1939 pada Universitas Missouri serta Ph. D dalam
bidang psikologi eksperimental pada Universitas Yale tahun 1941. McClelland pengajar di
Sekolah Tinggi Connecticut dan Universitas Wesleyan sebelum diterima pada tahun 1956 di
Universitas Harvard. Setelah ia bergabung selama 30an tahun di Harvard ia pindah ke
Universitas Boston tahun 1987.
McClelland mengajukan teori motivasi yang didasarkan atas teori personaliti dari Henry Murray
(1938), yang menset suatu model komprehensif dari kebutuhan manusia dan proses-proses
motivasi. Henry A. Murray (13 Mei 1893 – 23 Juni 1988) adalah seorang Psikolog Amerika
yang mengajar lebih dari 30 tahun di Universitas Harvard. Ia adalah pendiri Lembaga
Psikoanalitis Boston dan mengembangkan teori personaliti yang didasarkan pada “kebutuhan”
dan “tekanan”. Ia juga adalah pengembang Thematic Apperception Test (TAT) yang secara luas
digunakan oleh para psikolog.
Didalam bukunya The achieving society (1961) McClelland merumuskan bahwa motivasi
manusia dibagi kedalam tiga kebutuhan utama, yaitu : Kebutuhan untuk berprestasi (Need for
achievement/n-Ach), Kebutuhan untuk berkuasa (Need for power/n-Pow) dan Kebutuhan untuk
berafiliasi (Need for affiliation /n-Aff). Pokok penting dari masing-masing kebutuhan berbeda
untuk tiap-tiap individu dan juga tergantung pada latar belakang kultur masing-masing individu.
Ia juga menyatakan bahwa motivasi yang kempleks ini adalah suatu faktor penting didalam
perubahan sosial dan evolusi didalam kemasyarakatan. Peninggalannya juga termasuk sistim
skoring yang dikembangkan bersamaan untuk Thematic Apperception Test (TAT) yang
dikembangkan oleh Murray and Morgan (1935). TAT tersebut digunakan untuk menilai
personaliti dan meneliti motivasi seseorang.
1 Penggunaan teori ini di organisasi modern cukup berkembang utamanya untuk menyesuaikan
kebutuhan seseorang dengan bidang tugas yang sesuai dengan kebutuhan yang dimilikinya.
Sekalipun belum digunakan secara umum dalam proses rekrutmen, tetapi beberapa perusahaan
telah mendasarkan teori ini dalam hal penempatan dan penetapan grade untuk tiap karyawannya.
TEORI KEBUTUHAN McClelland
Didalam teori kebutuhan yang digambarkan dalam model Murray, David McClelland
mengatakan bahwa kebutuhan individu diperoleh dari waktu ke waktu dan dibentuk melalui
pengalaman hidup seseorang. Sebagian besar dari kebutuhan ini dapat dikelompokkan menjadi
prestasi, afiliasi dan kekuasaan. Keefektifan seseorang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
dipengaruhi oleh ketiga kebutuhan tersebut. Teori McClelland kadang-kadang di katakan sebagai
teori tiga kebutuhan atau sebagai teori kebutuhan yang dipelajari (learned needs theory).
Sesuai dengan namanya teori kebutuhan yang dipelajari, maka teori ini pada awalnya didasari
pada kenyataan bahwa para sarjana yang memiliki prestasi tinggi di kampus tidak selamanya
dapat menunjukkan prestasi yang tinggi didalam pekerjaan. Atas dasar tersebut dilakukan
penelitian terhadap para pekerja yang sukses, dan mengapa mereka dapat sukses dalam
pekerjaannya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan maka diperoleh karakteristik yang
ditunjukkan oleh individu dengan kinerja yang menonjol. Karakteristik tersebut mungkin juga
dimiliki oleh mereka yang tidak berprestasi menonjol, tetapi pada mereka yang berprestasi
menonjol, karakteristik tersebut lebih sering ditunjukkan dan diberbagai situasi dengan hasil
yang lebih baik. Hal tersebut dikenal dengan istilah Kompetensi.
Pada perkembangan selanjutnya kompetensi diuraikan lebih lanjut dengan uraian bahwa struktur
kompetensi dibedakan menjadi dua, yaitu hard competancy dan Soft competancy. Hard
competancy adalah kompetensi yang kelihatan dipermukaan dan lebih mudah dikembangkan,
seperti keterampilan dan pengetahuan, sedang Soft competancy adalah bagian yang tidak terlihat
karena berupa nilai citra diri seseorang dan sifat motif dari seseorang, kompetensi ini lebih sulit
dikembangkan, dan kompetensi jenis ini yang lebih menentukan keberhasilan dalam jangka
panjang.
Kompetensi menjadi sesuatu yang penting dewasa ini, sebab dari berbagai penelitian yang
dilakukan bahwa kompetensi berperan membantu individu untuk mencapai sasaran yang harus
dicapai, dengan demikian penting bagi setiap individu untuk mengetahui dan memahami
kompeensi yang dimilikinya dan keterkaitannya dalam pencapaian sasaran.

Achievment
n.Ach adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh David McClelland kedalam bidang psikologi,
menunjukkan keinginan individu untuk secara secara signifikan berprestasi, menguasai skil,
pengendalian atau standard tinggi. n.Ach berhubungan dengan kesulitan orang untuk memilih
tugas yang dijalankan. Mereka yang memiliki n. Ach rendah mungkin akan memilih tugas yang
mudah, untuk meminimalisasi risiko kegagalan, atau tugas dengan kesulitan tinggi, sehingga bila
gagal tidak akan memalukan. Mereka yang memiliki n. Ach tinggi cenderung memilih tugas
dengan tingkat kesulitan moderat, mereka akan merasa tertantang tetapi masih dapat dicapai.
Mereka yang memiliki n.Ach tinggi memiliki karakteristik dengan kecenderungan untuk mencari
tantangan dan tingkat kemandirian tinggi.
Orang-orang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement/n-Ach) yang
tinggi mencoba melampaui dan dengan demikian cenderung menghindari situasi yang berisiko
rendah dan tinggi. Orang-orang yang berprestasi tinggi (achievers) menghindari situasi dengan
risiko rendah karena dengan mudah mencapai kesuksesan yang bukan pencapaian yang sungguh-
sungguh. Dalam proyek dengan risiko tinggi, achievers melihat hasilnya sebagai suatu
kesempatan yang melampaui kemampuan seseorang. Individu dengan n. Ach tinggi cenderung
bekerja pada situasi degan tingkat kesuksesan yang moderat, idealnya peluang 50%. Achievers
membutuhkan umpan balik yang berkesinambungan untuk memonitor kemajuan dari
pencapaiannya. Mereka lebih suka bekerja sendiri atau dengan orang lain dengan tipe achievers
tinggi.
Banyak pengusaha mungkin gagal didalam kelompoknya tetapi tidak pada pekerjaannya. Mereka
sangat puas dengan penghargaan yang didasarkan pada pencapaian prestasinya. Sumber n.Ach
meliputi :
1. Orang tua yang mendorong kemandirian dimasa kanak-kanak
2. Menghargai dan memberi hadia atas kesuksesan
3. Asosiasi prestasi dengan perasaan positif
4. Asosiasi prestasi dengan orang-orang yang memiliki kompetensi dan usaha sendiri bukan
karena keberuntungan.
5. Suatu keinginan untuk menjadi efektif atau tertantang
6. Kekuatan pribadi.
Affiliation
Mereka yang memiliki kebutuhan affiliasi (need for affiliation/n-Aff) tinggi membutuhkan
hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan membutuhkan rasa diterima dari orang lain.
Mereka cenderung memperkuat norma-norma dalam kelompok kerja mereka. Orang dengan
n.Aff tinggi cenderung bekerja pada tempat yang memungkinkan interaksi personal. Mereka
bekerja dengan baik pada layanan customer dan situasi interaksi dengan pelanggan.
Power
Mereka yang memiliki kebutuhan kekuasaan (need for power/n-Pow) dapat menjadi orang yang
memiliki dua tipe, personal dan institusional. Mereka yang butuh keuasaan personal
menginginkan orang lain secara langsung, dan kebutuhan ini sering diterima sebagai hal yang
tidak diingini. Seseorang yang membutuhkan kekuasan lembaga mau mengorganisir usaha orang
lain untuk tujuan lebih lanjut dari organisasi. Manejer dengan kebutuhan kekuasaan lembaga
yang tinggi cenderung lebih efektif dibandingkan dengan mereka yang membutuhkan kekuasaan
personel tinggi.
Pengukuran
Teknik McClelland untuk mengukur n.Ach, n.Aff dan n.Pow dapat dilihat sebagai suatu
terobosan radikal terhadap dominasi psikometri tradisional. Bagaimanpun terobos-an ini dikenal
bahwa pemikiran McClelland dengan kuat dipengaruhi oleh pekerjaan Henry Murray, yang
dikenal dengan istilah Model Murray proses motivasi dan kebutuhan manusia dan pekerjaannya
selama perang dunia ke II. Murry yang pertama mengenali pengaruh n.Ach, n.Pow dan n.Aff dan
menempatkannya didalam konteks yang terintegrasi dengan model motivasi. Asumsi teori
personaliti didasarkan pada kompetensi tingkat tinggi seperti inisiatif, kreativitas, dan
kepemimpinan dapat diukur menggunakan konsistensi secara internal. Pengukuran McClelland
dikenal sebagai kompetensi yang sulit dan memerlukan aktivitas yang dikembangkan ataupun
diperlihatkan dalam melakukan aktivitas. Lebih lanjut hal ini merupakan jumlah kumulatif dan
berkelanjutan, komponen kompetensi menghasilkan pekerjaan yang sukses. Sesuai dengan sistim
scoring n.Ach, n.Pow dan n.Aff dengan sederhana dapat dihitung berapa komponen kompetensi
seseorang yang mempengaruhi aktivitas tersebut.
Sebagai contoh Hay mendefenisikan salah satu kompetensi yaitu dorongan berprestasi
(achievement orientation) adalah perhatian untuk bekerja dengan baik atau melampaui standar
prestasi. Standar tersebut dapat berupa prestasi diri sendiri dimasa lampau (improvement),
ukuran yang objektif (result orientation)atau sesuatu yang belum dilakukan orang lain
(innovation). Hal ini menunjukkan dorongan untuk bertindak lebih baik dan efisien.
Tingkatan :
Bekerja dengan baikuntuk mencapai suatu target.
Mencapai standar prestasi yang ditentukan.
Meningkatkan kinerja
Menetapkan dan mencapai sasaran yang menantang
Membuat analisis cost – benefit.
Mengambil risiko wirausaha yang diperhitungkan.
Apabila didalam suatu posisi jabatan (job) ditentukan kompetensi minimal yang dibutuhkan
untuk dorongan berprestasi adalah pada level 4, maka akan dicari kandidat yang menunjukkan
karakteristik selalu membuat target pribadi yang melampaui target yang ditetapkan, dengan cara
yang inovatif dan sebelumnya menunjukkan hasil yang melampaui target yang ditetapkan.
Thematic Apperception Test (TAT)
McClelland menggunkan TAT untuk mengukur kebutuhan individual masing-masing orang yang
berbeda. TAT adalah suatu projective test yang memberikan kepada subjek suatu rangkaian
gambar-gambar yang berarti ganda, dan subjek diminta untuk mengembangkan suatu cerita
spontan untuk masing-masing gambar. Asumsinya bahwa subjek akan memproyeksikan
kebutuhannya kedalam cerita dan cerita ini akan merefleksikan tema-tema tertentu.
Para psikolog telah mengembangkan teknik scoring yang dapat diandalkan untuk TAT. Test
menentukan score masing-masing individu untuk tiap kebutuhan berprestasi ( achievement),
berafiliasi (affiliation), dan berkuasa (power). Score ini dapat digunakan untuk menggambarkan
tipe pekerjaan mana yang sesuai bagi seseorang.
Sebagai contoh seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berafiliasi (n.Aff) yang tinggi akan
kurang produktif apabila yang bersangkutan ditempatkan pada pekerjaan yang lebih banyak
berhadapan dengan mesin, untuk mendukung produktivitasnya maka selayaknya ditempatkan
pada pekerjaan yang berhubungan degnan manusia atau menjalin hubungan dengan orang lain.
Implikasi
Learned needs theory dari McClelland telah membawa implikasi yang luas tidak hanya pada
dunia bisnis dan pendidikan, tetapi juga dibidang olah raga. Sartono Mukadis seorang psikolog
yang berprofesi sebagai konsultan sumber daya manusia dalam tulisannya Hujan Cambuk di
Negeri Orang, Hujan Tangis di Negeri Sendiri, mengungkapkan dengan bahasa sederhana
bagaima pengaruh dari adanya Achievement Motivation Training (AMT) yang merupakan hasil
perkembangan dari The Achieving Society yang berkembang di Indonesia sejak tahun 1973-an
lalu dan bertujuan menularkan virus nAch agar lebih menonjol dari dua needs lainnya :
“ orang yang sudah tertular virus nAch ditandai semangat bertanding dengan diri sendiri, jatuh
bangkit kembali, berkesinambungan, mampu menetapkan tujuan antara yang terukur dan
spesifik, mengenali kekuatan dan keterbatasan diri maupun lingkungan, serta menghargai setiap
kritik dan umpan balik. juga selalu memulai dengan mencari penyebab kegagalan pada diri
sendiri dan tidak menyalahkan pihak lainnya. Tidak berhenti pada keberhasilan dan pujian serta
bekerja jauh melampaui ukuran materi semata.

Penulis tidak mendapatkan bahan yang berhubungan dengan kegiatan pastoral, sehingga
implikasi yang disajikan adalah implikasi dibidang manajemen. Dengan TAT akan diperoleh
kebutuhan seseorang, dengan pengetahuan tersebut maka orang yang memiliki kebutuhan yang
berbeda dapat dimotivasi secara berbeda, seperti :
a. Kebutuhan untuk berprestasi tinggi – Orang yang tergolong pada high achiever harus
diberikan pekerjaan yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai. Bagi
mereka uang bukanlah suatu motivator yang penting, yang lebih efektif adalah umpan balik atas
apa yang telah mereka lakukan.
b. Kebutuhan untuk berafiliasi tinggi – Karyawan dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi
membutuhkan lingkungan kerja yang dipenuhi dengan nuansa kerjasama yang prima.
c. Kebutuhan akan kekuasaan – Manajemen harus menyediakan peluang untuk mengatur orang
lain bagi mereka yag mencari kekuasaan.
Simpulan
Berdasar pada Learned needs theory dari McClelland, telah dilakukan berbagai observasi dan
penelitian yang meneliti karakteristik yang ditunjukkan oleh individu dengan kinerja yang
menonjol, atau lebih dikenal dengan istilah kompetensi. Berdasarkan kompetensi yang
diharapkan tersebut selanjutnya telah berkembang pusat-pusat pelatihan untuk membentuk
kompetensi yang diharapkan, bahkan sekolah-sekolah setidaknya telah mengiklankan program
pendidikannya sebagai pendidikan yang berdasarkan pada kompetensi.
Pemahaman akan kompetensi seseorang akan menolong kita untuk memahami kebutuhan
seseorang, dengan demikian dapat dimotivasi dengan tepat. Demikian halnya untuk kepentingan
diri sendiri, kita dapat melatih diri kita untuk memiliki kompetensi yang kita butuhkan untuk
berhasil. Dari ketiga kebutuhan tersebut, yang selalu mendapat perhatian sentral adalah n.Ach,
yaitu kebutuhan untuk berprestasi. Kebutuhan ini menjadi sentral sebab merupakan motor
penggerak dari seorang untuk menapai kinerja.
Bacaan :
· McClelland, D. C. (1961) The achieving society. Princeton: Van Nostrand. Sumber : wikipedia
· McClelland, D.C., Atkinson, J.W., Clark, R.A., & Lowell, E.L. (1953) The achievement
motive. Princeton: Van Nostrand. Sumber : wikipedia
· Murray, H.A. (1938) Explorations in personality. New York: Oxford University Press.
Sumber : wikipedia
· Gibson, James L. Organizations : behavior, structure, processes, 9thed. Richard D. Irwin, 1997.
Diposkan oleh P. Erianto Hasibuan di 15.23
http://eriantohasibuan.blogspot.com/2007/12/teori-kebutuhan-dari-david-
clarence.html

TEORI TIGA KEBUTUHAN (DAVID MCCLELLAND

Teori dorongan berprestasi dikemukakan oleh David McCleland. McCleland adalah seorang ahli
psikologi sosial yang memusatkan perhatian pada kepribadian sebagai pendorong utama
perubahan. Menurutnya, karena semangat kewiraswastaanlah yang mendorong perkembangan
ekonomi, maka tugas teoritis adalah menerangkan sebab-sebab kemunculan semangat itu.
Semangat itu dicontohkan dalam diri pengusaha yang berlawanan dengan bayangan umum, tidak
hanya didorong oleh motif untuk mencari keuntungan, tetapi lebih didorong oleh hasrat kuat
untuk berprestasi, untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih baik. Keuntungan hanyalah salah
satu diantara beberapa ukuran tentang seberapa bail pekerjaan telah dikerjakan namun
keuntungan tidak harus menjadi tujuan itu sendiri.

Tesis dasar McCleland adalah bahwa “masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan untuk
berprestasinya, umumnya akan menghasilkan wiraswastaan yang lebih bersemangat dan
selanjutnya menghasilkan perkembangan ekonomi yang lebih cepat. Kebutuhan untuk
berprestasi yang dilambangkan dengan n-Ach atau need for Achievment adalah salah satu dasar
kebutuhan manusia, dan sama dengan motif-motif lainnya, kebutuhan untuk berprestasi ini
adalah hasil dari pengalaman sosial sejak kanak-kanak. Jadi, berbagai faktor sosial yang
mempengaruhi cara-cara memelihara anak, selanjutnya akan membantu atau merintangi
perkembangan pertumbuhan untu berprestasi. Kebutuhan untuk berprestasi ini juga adalah fungsi
dari bermacam-mcam bahan bacaan yang disodorkan kepada anak. Bila kebutuhan berprestasi ini
sangat berkembang, maka individu akan menunjukan perilaku yang tepat, mewujudkan semangat
kewiraswastaan, dan karena itu akan bertindak sedemikian rupa untuk memajukan
perkembangan ekonomi.

McCleland menemukan sebuah teknik proyektif untuk mengukur motif orang untuk berprestasi.
Pada dasarnya, teknik ini mencoba memastikan sejauh mana pikiran asli orang dapat berubah
menjadi ide-ide yang berorientasi kepada prestasi. Sebagai contoh, jika sorang individu menulis
sebuah cerita berdasarkan atas sebuah gambar yang telah ia tunjukkan, maka kita akan dapat
menghitung jumlah ide dalam cerita itu yang berhubungan dengan prestasi. Perhitungan
sederhana ini kemudian dapat digunakan sebagai skor dari kebutuhan untuk berprestasi, yang
mencerminkan dorongan individu itu untuk berprestasi, atau kekuatan motivasinya untuk
berprestasi. Teknik proyektif yang dilukiskan diatas adalah bagian dari perkembangan awal
situasi mengenai kebutuhan untuk berprestasi. Dalam upaya menjelajahi lebih baik dalam
hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi dan perkembangan ekonomi, McCleland
melakukan tiga jenis riset. Pertama, mencoba menemukan tindakan kelompok untuk menemukan
ukuran berprestasi dari kelompok. Kedua, mencoba menemukan ukuran individual dari motif,
kepentingan, nilai-nilai, dan pelaksanaannya baik oleh para ibu amupun oleh anak mereka di
berbagai negara. Ketiga meneliti perilaku, termasuk motif kegiatan para pengusaha.

Dalam risetnya Mc. Clelland menjelaskan bahwa Tipe riset Pertama Ukuran kelompok
didasarkan atas ide bahwa fantasi dapat dilihat didalam kepustakaan ataupun didalam cerita-
cerita yang ditulis orang kebanyakan. Cerita-cerita rakyat, buku-buku cerita yang digunakan
untuk anak-anak sekolah dasar, dan bacaan imajinatif tentang masa lalu digunakan untuk
memberikan skor kebuuhan berprestasi kelompok. Analisis kandungan bahan kepustakaan
menghasilkan sejauh mana kepustakaan itu mnecerminkan tingkat motivasi untuk berprestasi,
selanjutnya, kepustakaan itu dapat dianggap mempengaruhi anggota masyarakat dan
menunjukkan cara berpikir yang “wajar” dalam masyarakat bersangkutan. Tipe riset kedua yang
dilakukan McCleland dipusatkan pada sumber-sumber kebutuhan untuk berprestasi dan pada
pengaruhnya di kalangan remaja. Mengapa sebagian remaja mempunyai tingkat kebutuhan
berprestasi yang lebih tinggi sedangkan sebagian yang lain sangat rendah? Bagaimana hubungan
antara tingkat kebutuhan untuk berprestasi itu dengan minat kejuruan dan pelaksanaannya?
Jawabannya dicari dalam kaitannya dengan studi antar bangsa. Di Jepang, jerman, Brazilia dan
India, sampel anak-anaknya dites dan ibu mereka diwawancarai (kecuali di India). Para ibu ini
diminta pandangan mereka mengenai latihan kejuruan dan latihan bebas. Anak-anak dites
dengan dua teknik proyektif : menulis cerita dan menggambar secara spontan. Anak-anak juga
ditanyai sehubungan dengan nilai-nilai mereka. Tipe riset ketiga, menyangkut pengetesan
kehidupan para pengusaha untuk memastikan apakah tingkat kebutuhan untuk berprestasi
mereka lebih tinggi dan aktivitas kewiraswastaan mereka lebih luas dibandingkan denga orang-
orang seumur mereka. Riset ini juga dilakukan antara bangsa, menyangkut para pengusaha dan
profesi lain di AS, Turki, Italia, dan Polandia. Jelaslah McCleland mencoba mengenali faktor
yang tak terbatas hanya pada satu kebudayaan saja. Dalam kenyataannya, mereka menunjukkan,
meskipun terdapat perbedaan kebudayaan diantara bangsa-bansgsa itu,juga terdapat kesamaan
mendasar dari rakyat disemua masyarakat itu yang bekerja keras menurut ukuran tertentu takkala
tingkat motivasi untuk berprestasi mereka tinggi. Soalnya, apakah data yang mendukung
perbedaan motif untuk berprestasi itu benar-benar bersumber dari perbedaan kebudayaan?
Setelah membandingkan laju pertumbuhan ekonomi berbagai bangsa (berdasarkan peningkatan
produksi tenaga listrik) dengan tingkat kebutuhan untuk berprestasi, dan kemudian membuat
perbandingan historis antara laju pertuumbuhan ekonomi dan kebutuhan untuk berprestasi yang
dikaitkan dengan cerita-cerita dalam kepustakaan bacaan anak-anak, McCleland menyimpulkan
bahwa hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi dan pertumbuhan ekonomi itu sangat nyata.
Berlimpahnya cerita-cerita yang berorientasi pada prestasi dalam kepustakaan imajinatif zaman
modern, berhubungan erat dengan laju pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Kesimpulan
ini berlaku baik bagi negara Barat maupun negara komunis, baik bagi negara maju maupun
negara sedang berkembang di kedua kelompok negara tersebut. Nampaknya tingkat
perkembangan, struktur politik maupun faktor lain sejauh yang telah diketahui, tak satupun yang
menghalangi hubungan ini. Orang yang tinggi tingkat motivasi untuk berprestasi, bersikap
begini: “apa yang mereka inginkan, mereka usahakan untuk mendapatkannya, meskipun faktor
lain dapat mengubah kecepatan mereka dalam mencapainnya.

Teori Kebutuhan Mc. Clelland menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku
”The Achieving Society” sebagai beriktu :

a. Motivasi Untuk Berprestasi


Prestasi atau Achievment adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh David McClelland
kedalam bidang psikologi, menunjukkan keinginan individu untuk secara secara signifikan
berprestasi, menguasai skil, pengendalian atau standard tinggi. n.Ach berhubungan dengan
kesulitan orang untuk memilih tugas yang dijalankan. Mereka yang memiliki n. Ach rendah
mungkin akan memilih tugas yang mudah, untuk meminimalisasi risiko kegagalan, atau tugas
dengan kesulitan tinggi, sehingga bila gagal tidak akan memalukan. Mereka yang memiliki n.
Ach tinggi cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan moderat, mereka akan merasa
tertantang tetapi masih dapat dicapai. Mereka yang memiliki n.Ach tinggi memiliki karakteristik
dengan kecenderungan untuk mencari tantangan dan tingkat kemandirian tinggi. Orang-orang
yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement/n-Ach) yang tinggi mencoba
melampaui dan dengan demikian cenderung menghindari situasi yang berisiko rendah dan tinggi.
Orang-orang yang berprestasi tinggi (achievers) menghindari situasi dengan risiko rendah karena
dengan mudah mencapai kesuksesan yang bukan pencapaian yang sungguh-sungguh. Dalam
proyek dengan risiko tinggi, achievers melihat hasilnya sebagai suatu kesempatan yang
melampaui kemampuan seseorang. Individu dengan n. Ach tinggi cenderung bekerja pada situasi
degan tingkat kesuksesan yang moderat, idealnya peluang 50%. Achievers membutuhkan umpan
balik yang berkesinambungan untuk memonitor kemajuan dari pencapaiannya. Mereka lebih
suka bekerja sendiri atau dengan orang lain dengan tipe achievers tinggi.

Banyak pengusaha mungkin gagal didalam kelompoknya tetapi tidak pada pekerjaannya. Mereka
sangat puas dengan penghargaan yang didasarkan pada pencapaian prestasinya. Sumber n.Ach
meliputi :
1. Orang tua yang mendorong kemandirian dimasa kanak-kanak
2. Menghargai dan memberi hadia atas kesuksesan
3. Asosiasi prestasi dengan perasaan positif
4. Asosiasi prestasi dengan orang-orang yang memiliki kompetensi dan usaha sendiri bukan
karena keberuntungan.
5. Suatu keinginan untuk menjadi efektif atau tertantang
6. Kekuatan pribadi.

b. Motivasi Untuk Berkuasa


Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu
cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk
ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada
teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan
kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan.

n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh
terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk
menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.

Mereka yang memiliki kebutuhan kekuasaan (need for power/n-Pow) dapat menjadi orang yang
memiliki dua tipe, personal dan institusional. Mereka yang butuh keuasaan personal
menginginkan orang lain secara langsung, dan kebutuhan ini sering diterima sebagai hal yang
tidak diingini. Seseorang yang membutuhkan kekuasan lembaga mau mengorganisir usaha orang
lain untuk tujuan lebih lanjut dari organisasi. Manejer dengan kebutuhan kekuasaan lembaga
yang tinggi cenderung lebih efektif dibandingkan dengan mereka yang membutuhkan kekuasaan
personel tinggi.

c. Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (n-affil)


Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh
sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi
umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.

Mereka yang memiliki kebutuhan affiliasi (need for affiliation/n-Aff) tinggi membutuhkan
hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan membutuhkan rasa diterima dari orang lain.
Mereka cenderung memperkuat norma-norma dalam kelompok kerja mereka. Orang dengan
n.Aff tinggi cenderung bekerja pada tempat yang memungkinkan interaksi personal. Mereka
bekerja dengan baik pada layanan customer dan situasi interaksi dengan pelanggan.

McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut,


akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.

Pengukuran Teknik McClelland untuk mengukur n.Ach, n.Aff dan n.Pow dapat dilihat sebagai
suatu terobosan radikal terhadap dominasi psikometri tradisional. Bagaimanapun terobos-an ini
dikenal bahwa pemikiran McClelland dengan kuat dipengaruhi oleh pekerjaan Henry Murray,
yang dikenal dengan istilah Model Murray proses motivasi dan kebutuhan manusia dan
pekerjaannya selama perang dunia ke II. Murry yang pertama mengenali pengaruh n.Ach, n.Pow
dan n.Aff dan menempatkannya didalam konteks yang terintegrasi dengan model motivasi.

KESIMPULAN

Dengan Teori Tiga Kebutuhan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Kebutuhan untuk berprestasi tinggi – Orang yang tergolong pada high achiever harus
diberikan pekerjaan yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai.
Bagi mereka uang bukanlah suatu motivator yang penting, yang lebih efektif adalah
umpan balik atas apa yang telah mereka lakukan.
2. Kebutuhan untuk berafiliasi tinggi – Karyawan dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi
membutuhkan lingkungan kerja yang dipenuhi dengan nuansa kerjasama yang prima.
3. Kebutuhan akan kekuasaan – Manajemen harus menyediakan peluang untuk mengatur
orang lain bagi mereka yag mencari kekuasaan.

Diposkan oleh ZULKIFLI di 06.18


http://izulblogs.blogspot.com/2010/04/teori-tiga-kebutuhan-david-mcclelland.html

[Teori kebutuhan McClelland

Teori kebutuhan McClelland dikembangkan oleh David McClelland dan teman-temannya’. Teori
kebutuhan McClelland berfokus pada tiga kebutuhan yang didefinisikan sebagai berikut:

o kebutuhan pencapaian: dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras unt
uk berhasil.

o kebutuhan kekuatan: kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehi
ngga mereka tidak akan berperilaku

sebaliknya.

o kebutuhan hubungan: keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan
akrab.

Sekilas David McClelland

David Clarence McClelland (1917-1998) mendapat gelar doktor dalam psikologi di Yale pada 19
41 dan menjadi profesor di Universitas
Wesleyan. McClelland dikenal untuk karyanya pada pencapaian motivasi. David McClelland me
melopori motivasi kerja berpikir,
mengembangkan pencapaian berbasis teori dan model motivasi, dan dipromosikan dalam perbaik
an metode penilaian karyawan,
serta advokasi berbasis kompetensi penilaian dan tes. Ide nya telah diadopsi secara luas di berbag
ai organisasi, dan berkaitan erat dengan teori Frederick Herzberg.

David McClelland dikenal menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The
Achieving Society”:
1. Motivasi untuk berprestasi (n-ACH)

2. Motivasi untuk berkuasa (n-pow)

3. Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (n-affil)

Model Kebutuhan Berbasis Motivasi McClelland

David McClelland (Robbins, 2001 : 173) dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation
Theory atau teori motivasi prestasi
McClelland juga digunakan untuk mendukung hipotesa yang akan dikemukakan dalam penelitia
n ini. Dalam teorinya McClelland
mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dil
epaskan dan dikembangkan tergantung
pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.

Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achiefment), kebutuh
an kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.

Model motivasi ini ditemukan diberbagai lini organisasi, baik staf maupun manajer. Beberapa ka
ryawan memiliki karakter yang merupakan perpaduan dari model motivasi tersebut.

A. Kebutuhan akan prestasi (n-ACH)

Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan deng
an seperangkat standar, bergulat
untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan da
n kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-
ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relati
f tinggi, keinginan untuk
mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab p
emecahan masalah.

n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi , karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi
tertingginya, pencapaian
tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perl
u mendapat umpan balik
dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.

B. Kebutuhan akan kekuasaan (n-pow)


Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu
cara dimana orang-orang itu
tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk me
ngendalikan dan mempengaruhi
orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan ke
butuhan aktualisasi diri. McClelland
menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk men
capai suatu posisi kepemimpinan.

n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terh
adap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-
ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.

C. Kebutuhan untuk berafiliasi atau bersahabat (n-affil)

Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. I
ndividu merefleksikan keinginan
untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak la
in. Individu yang mempunyai
kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi so
sial yang tinggi.

McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, aki
batnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.

Karakteristik dan sikap motivasi prestasi ala Mcclelland:

1. Pencapaian adalah lebih penting daripada materi.

2. Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar daripada menerim
a pujian atau pengakuan.

3. Umpan balik sangat penting, karena merupakan ukuran sukses (umpan balik yang diandalkan,
kuantitatif dan faktual).

Penelitian David Mcclelland

Penelitian McClelland terhadap para usahawan menunjukkan bukti yang lebih bermakna mengen
ai motivasi berprestasi dibanding
kelompok yang berasal dari pekerjaan lain. Artinya para usahawan mempunyai n-ach yang lebih
tinggi dibanding dari profesi lain.

Kewirausahaan adalah merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan
sumberdaya untuk mencari peluang
sukses (Suryana, 2006). Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru
dalam memecahkan masalah dan
menemukan peluang (Suryana, 2006). Inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam
rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang (Suryana, 2006). Ciri-
ciri pokok peranan kewirausahaan (McClelland, 1961 dalam Suyanto, 1987) meliputi
Perilaku kewirausahaan, yang mencakup memikul risiko yang tidak terlalu besar sebagai suatu a
kibat dari keahlian dan bukan karena
kebetulan, kegiatan yang penuh semangat dan/atau yang berdaya cipta, tanggung jawab pribadi, s
erta pengetahuan tentang hasil-hasil keputusan; uang sebagai ukuran atas hasil.

Ciri lainnya, minat terhadap pekerjaan kewirausahaan sebagai suatu akibat dari martabat dan ‘sik
ap berisiko’ mereka. Seorang
wirausaha adalah risk taker. Risk taker dimaksudkan bahwa seorang wirausaha dalam membuat
keputusan perlu menghitung risiko
yang akan ditanggungnya. Peranan ini dijalankan karena dia membuat keputusan dalam keadaan
tidak pasti. Wirausaha mengambil
risiko yang moderat, tidak terlalu tinggi (seperti penjudi), juga tidak terlalu rendah seperti orang
yang pasif (Hanafi, 2003).
Dari hasil penelitiannya, McClelland (1961) menyatakan bahwa dalam keadaan yang mengandun
g risiko yang tak terlalu besar,
kinerja wirausaha akan lebih tergantung pada keahlian- atau pada prestasi – dibanding pekerjaan
lain.

Seorang wirausaha untuk melakukan inovasi atau pembaharuan perlu semangat dan aktif. Merek
a bisa bekerja dalam waktu yang
panjang, misal 70 jam hingga 80 jam per minggu. Bukan lama waktu yang penting, namun karen
a semangatnya mereka tahan bekerja dalam waktu yang panjang. Bagi individu yang memiliki n-
ach tinggi tidak begitu tertarik pada pengakuan masyarakat atas sukses
mereka, akan tetapi mereka benar-benar memerlukan suatu cara untuk mengukur seberapa baik y
ang telah dilakukan.

Dari penelitiannya, McClelland menyimpulkan bahwa kepuasan prestasi berasal dari pengambila
n prakarsa untuk bertindak sehingga
sukses, dan bukannya dari pengakuan umum terhadap prestasi pribadi. Selain itu juga diperoleh
kesimpulan bahwa orang yang memiliki n-
ach tinggi tidak begitu terpengaruh oleh imbalan uang, mereka tertarik pada prestasi. Standar unt
uk mengukur sukses
bagi wirausaha adalah jelas, misal laba, besarnya pangsa pasar atau laju pertumbuhan penjualan.

You might also like