Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan hal yang selalu didambakan. Salah satu faktor yang mempengaruhinya
untuk terlibat dalam aktivitas seksual. Berkurangnya libido dapat dipengaruhi oleh
tertentu seperti potassium nitrat dan obat-obat sedatif (Kartawinata, 1991). Hal
seksual) pada kaum pria. Disfungsi seksual ini dapat berupa disfungsi ereksi,
tanaman yang dipercaya oleh masyarakat dapat meningkatkan libido seperti pala,
bawang merah, cabe, daun saga, merica dan Pausinystalia yohimbe. Tanaman
saponin, alkaloid, flavonoid dan senyawa lain yang berkhasiat sebagai penguat
(Nugroho et al., 2009), dan Ginko biloba dengan bahan aktifnya 9-6
P. yohimbe telah diteliti dan memiliki aktivitas afrodisiaka (Syarif et al., 2007),
tetapi juga terdapat efek samping yang dapat menyebabkan jantung berdebar-
debar dan sediaannya langka di Indonesia. Begitu pula dengan afrodisiaka yang
berupa hormon yang dapat menyebabkan disfungsi hati. Selain itu, apabila
testosteron diberikan secara oral, maka akan diabsorbsi dengan cepat, dan
dari dosis yang diberikan tersedia dalam bentuk aktif (Katzung, 2004). Adanya
alternatif obat yang aman dan berkualitas untuk mengatasi penurunan libido
sangat diperlukan.
dengan 2 bagian air sampai air tertinggal menjadi 1 bagian, kemudian diminum
setelah dingin. Penelitian mengenai efek afrodisiaka dari tumbuhan ini telah
fraksi akar manuran, misalnya fraksi petroleum eter. Pemilihan fraksi petroleum
3
eter pada penelitian ini adalah karena pelarut ini umumnya dapat menarik
eter akar manuran dan identifikasi dengan spektroskopi ultraviolet (UV) dan
infrared (IR), nampak adanya cincin aromatik yang diduga adalah golongan
flavonoid.
menggunakan fraksi petroleum eter akar manuran. Uji aktivitas afrodisiaka fraksi
petroleum eter akan dilakukan terhadap mencit putih jantan sebagaimana pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan Rezeky (2009). Selain itu, hewan uji
mencit putih jantan merupakan hewan uji yang umum digunakan untuk penelitian
sebagai berikut:
2. Berapa dosis fraksi petroleum eter akar manuran yang dapat memberikan efek
1.3Tujuan Penelitian
2. Menjadi dasar dalam penelitian lebih lanjut terhadap akar manuran dalam hal
kesehatan masyarakat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Manuran
tumbuh batang memanjat dan jenis batang berkayu, berwarna hijau jika muda
dan berwarna coklat setelah tua, daunnya tipis berwarna hijau dengan tepian
coklat kekuningan. Bau akar, daun dan batangnya sangat khas dan menyengat
seperti plastik karet, dan rasanya agak sepat dan pahit. Tumbuhan ini dapat
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Rubiales
Suku : Rubiaceae
Ekstraksi
Ekstraksi adalah penarikan zat yang diinginkan dari bahan obat dengan
menggunakan bahan pelarut yang dipilih sesuai zat yang diinginkan. Jenis
ekstraksi yang tepat tergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan
yang diekstraksi. Hasil dari ekstraksi ini disebut ekstrak, yang tidak hanya
mengandung satu zat saja tetapi berbagai macam zat, tergantung bahan yang
digunakan dan kondisi ekstraksi (Tjokronegoro & Baziad, 1992). Ekstrak adalah
sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang cocok dan di luar pengaruh cahaya matahari
(Depkes RI,1979).
dengan pemanasan dan pelarut akan dapat dapat dihemat karena terjadinya
sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses destilasi lebih banyak
digunakan untuk senyawa organik yang tahan pada suhu cukup tinggi, yang lebih
tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan. Metode pengempaan lebih banyak
digunakan dalam proses industri seperti pada isolasi katekin dari daun gambir dan
Salah satu metode ekstraksi yang sering dilakukan adalah metode maserasi,
karena cocok untuk jumlah sampel yang banyak. Secara umum ekstraksi senyawa
metabolit sekunder dari seluruh bagian tumbuhan seperti bunga, buah, daun, kulit
batang dan akar dapat dilakukan dengan menggunakan sistem maserasi dengan
pelarut organik polar seperti metanol. Metode maserasi digunakan untuk menyari
simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari, dan tidak mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin,
tiraks dan lilin (Tjokronegoro & Baziad, 1992). Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar, terlindung dari cahaya (untuk mencegah reaksi yang dikatalisis
cahaya atau perubahan warna) (Tjokronegoro & Baziad, 1992). Lama perendaman
yang optimal kira-kira selama 5 hari dengan pengadukan sebanyak tiga kali sehari
dalam cairan. Jika tidak diaduk akan menyebabkan lambatnya perpindahan zat
Fraksinasi
kandungan senyawa kimia yang satu dari kandungan senyawa kimia yang
lainnya. Jumlah dan jenis senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi
tidak dapat bercampur, misalnya air dan air raksa, sedangkan lainnya seperti air
dan etanol atau aseton, dapat bercampur satu dengan lainnya dalam semua
perbandingan. Ada pula cairan yang bercampur sebagian dengan cairan lain.
Sebagai contoh jika air ditambahkan dengan eter dan ampura dikocok maka pada
suatu titik tertentu masih terjadi larutan. Namun, jika dilakukan penambahan air
lebih lanjut maka akan menghasilkan dua lapisan cairan. Satu lapisan
mengandung larutan jenuh air dalam eter, lapisan satunya merupakan larutan
petroleum eter. Petroleum eter (PE) merupakan suatu pelarut nonpolar yang biasa
dikenal juga dengan nama petroleum Naphtha, Naphtha ASTM, Petroleum spirits,
X4 atau ligroin. Petroleum eter memiliki titik beku -400C dan titik didih 350C.
Selain itu, PE memiliki tekanan uap 40 mmHg, densitas uap 2,5 mmHg, dan tidak
larut dalam air. PE memilliki aroma seperti minyak tanah, bersih, dan larutannya
tidak berwarna. Bahan ini harus disimpan di area yang didesain aman dari bahaya
kebakaran, terlindung dari temperatur yang ekstrim dan cahaya matahari, serta
9
Afrodisiaka
Afrodisiaka adalah obat yang bekerja secara hormonal atau non hormonal
androgen yang sangat berperan penting untuk stimulasi dan memelihara fungsi
seksual pada pria. Androgen yang paling penting pada manusia yang
diproduksi setiap hari. Sekitar 95% diproduksi oleh sel Leydig dan hanya 5%
oleh adrenal. Testis juga mensekresi sejumlah kecil androgen kuat lain,
merupakan androgen lemah. Kadar testosteron plasma pada pria adalah sekitar
0,6 µg/dL setelah masa puber dan berkurang setelah mencapai usia 50 tahun.
utama (Katzung, 2004). Testosteron diekskresi 90% melalui urine dan 6% melalui
tinja dalam bentuk asal, metabolik dan konjugat (Syarif et al., 2007). Turunnya
kadar testosteron saat usia bertambah membuat banyak laki-laki yang beranjak
gangguan produksi testosteron dalam testis, maka testosteron yang dihasilkan dari
reproduksi laki-laki. Kadar testosteron dalam testis ± 100 kali kadar testosteron
dalam sirkulasi sistemik. Kadar yang tinggi dalam testis ini secara fisiologis
Leydig atas pengaruh luteinizing hormone (LH) yang juga disebut interstitial cell
setiap 2 jam dan tertinggi di pagi hari. Sekresi testosteron juga pulsatil dengan
kadar tertinggi pagi hari sekitar jam 8 dan terendah sekitar jam 8 malam.
testosteron plasma merupakan umpan balik negatif yag akan menghambat sekresi
peptida yang dihasilkan oleh sel Sertoli dalam tubulus seminiferus juga berfungsi
menghambat sekresi FSH. Oleh karena itu, androgen sintetik yang tidak
spermatogenesis tidak dihambat. Efek sampingnya lebih ringan dan kurang toksik
bagi hati. Dosis pada defisiensi androgen dan infertilisasi pada pria dengan
diturunkan menjadi 50–75 mg per hari dalam dosis terbagi sebagai dosis
hormon sebanyak 3-4 kali sebagai androgen. Aktivitas mesterolon adalah sebagai
dianggap terlalu lemah untuk tujuan membangun otot. Hal ini disebabkan oleh
fakta bahwa mesterolon dengan cepat dapat dikurangi menjadi metabolit aktif
dalam jaringan otot. Sifat anabolik lemah dari senyawa ini menunjukkan
diduga disebabkan oleh kemampuannya untuk bersaing dengan substrat lain untuk
cara menghitung kadar testosteron mencit jantan yang telah diberi obat peningkat
gairah seksual setelah beberapa waktu (Winarni, 2007). Cara yang lain dengan
menimbang bobot jengger ayam jantan yang telah diberi obat peningkat gairah
antagonis serotonin yang dapat meningkatkan aktivitas seksual pada tikus jantan,
13
dan mungkin berguna bagi beberapa pasien dengan disfungsi ereksi psikogenik
dalam bentuk tablet, kapsul, dan tinktura yang dapat meningkatkan kadar
terstosteron dalam darah, pertumbuhan otot, kekuatan, fatigue dan fungsi seksual.
tubuh, dan membangkitkan rangsang pada sistem syaraf pusat yang juga
tanaman obat yang memiliki fungsi afrodisiaka atau pembangkit gairah (obat
erogenik atau sex arousal agent), diantaranya bawang putih digolongkan sebagai
peredaran darah otak yang akan menciptakan rangsang erotik lebih baik. Ini akan
untuk terjadinya relaksasi otot polos dalam korpus kavernosum yang diperlukan
mengamati tingkah laku seksual tikus jantan terhadap tikus betina, meliputi
terjadi pada waktu mencit jantan mendekati mencit betina hingga mulai mencium
atau menjilat vagina mencit betina. Climbing terjadi pada waktu mencit jantan
menunggangi mencit betina. Coitus terjadi pada waktu mencit putih jantan
menunggangi mencit putih betina dan terjadi senggama dengan tanda pada mencit
betina merenggangkan badannya serta ekornya terangkat. Cara ini lebih tepat
digunakan untuk meneliti tumbuhan atau obat peningkat gairah seksual yang
(Arnida, 2003).
sehingga baik untuk mengatasi disfungsi ereksi yang disebabkan oleh gangguan
BAB III
METODE PENELITIAN
Mangkurat.
(Ohauss®), spuit, jarum suntik oral, alat-alat gelas (Pyrex®), blender, mortir dan
type RV OS-ST IP-B, mikroskop, corong pisah, baskom, gelas beker, corong,
Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih jantan dan betina (Mus
musculus L) galur DDY usia 2-3 bulan dengan berat badan 24-35 gram yang
dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari secara langsung hingga
diperoleh simplisia uji yang kering. Simplisia yang telah kering dan dipotong-
dalam stoples yang berisi sampel sambil diaduk hingga cairan penyari merata.
sampel. Setiap 24 jam cairan penyari diganti dan cairan tersebut ditampung di
wadah yang sesuai. Sampel maserasi sekali-kali diaduk perlahan-lahan pada saat
bening. Setelah itu diuapkan dengan rotary vacuum evaporator hingga diperoleh
pembuatan fraksi yang kedua yaitu menggunakan ekstrak metanol akar manuran
yang ditambahkan sebanyak 100 mL. Campuran dipisahkan di corong pisah yang
Lapisan air kemudian ditambahkan petroleum eter lagi dan pengerjaan ini diulang
hingga diperoleh fraksi PE yag bening. Fraksi petroleum eter yang didapat
0,5 g, lalu dilarutkan dengan aquades panas sedikit demi sedikit sampai semua
Na-CMC larut. Larutan Na-CMC dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Sisa
25 mg untuk setiap tabletnya yaitu dengan menggerus halus tablet terlebih dahulu.
pada hewan uji. Fraksi petroleum eter akar manuran kental ditimbang sesuai
dengan dosis yang ditentukan. Fraksi kemudian dicampur secukupnya sesuai stok
dengan suspending agent, yaitu Na-CMC 0,5%. Hasil suspensi dimasukkan dalam
terkecil sampai dengan dosis terbesar yang dapat memberikan efek. Penentuan
akar manuran tersuspensi dalam pelarut Na-CMC karena fraksi PE akar manuran
agak sukar menjadi suspensi dengan baik. Selanjutnya diperoleh konsentrasi dari
fraksi PE yang dapat tersuspensi yaitu sebesar 0,46 g/10 mL. Konsentrasi tersebut
menjadi dasar stok untuk pemberian fraksi PE secara oral dengan volume
pemberian yang berbeda yaitu 0,3 mL/30gBB, 0,5 mL/30gBB, dan 1 mL/30gBB.
dosis, yaitu 460 mg/kgBB dan 767 mg/kBB. Selain itu, dilakukan orientasi pula
dengan dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 200 mg/kgBB. Hasil yang
diperoleh yaitu pada dosis 200 mg/kgBB dapat memberikan efek. Dengan
dosis yang digunakan dalam penelitian, yaitu 200 mg/kgBB, 460 mg/kgBB dan
767 mg/kgBB.
a Kelompok perlakuan 1 (P1) yaitu kelompok yang diberi dosis suspensi fraksi
b Kelompok perlakuan 2 (P2) yaitu kelompok perlakuan yang diberi suspensi fraksi
c Kelompok perlakuan 3 atau (P3) yaitu kelompok yang diberi suspensi fraksi akar
Pemeriksaan daur estrus pada mencit betina dilakukan sebelum hewan uji
cairan vagina. Mencit putih betina yang digunakan dipegang dengan cara lazim
21
tetes dan dipegang dengan tangan kanan. Pipet tetes dimasukkan ke dalam liang
vagina mencit dengan hati-hati, kemudian karet pipet ditekan agar larutan
fisiologis masuk ke liang vagina. Pipet tetes dibiarkan beberapa saat dalam
fisiologis tadi tersedot kembali ke dalam pipet. Larutan fisiologis yang tersedot
tersebut agak keruh yang menunjukkan cairan apus vagina. Cairan apus vagina
yang diperoleh diteteskan pada gelas obyek. Proses terakhir yaitu memeriksa
sampel cairan apus vagina dengan mikroskop untuk mengetahui terjadinya fase
daur estrus pada mencit betina. Karakteristik sel pada fase estrus yaitu folikel
sudah matang, dan sel-sel epitel sudah tidak berinti. Fase estrus ini terjadi selama
12 jam (Adnan,1992). Sel epitel pada apusan vagina mencit betina yang estrus
Gambar 4. Sel-sel mencit betina hasil apus vagina pada estrus (Adnan,1992)
22
pada mencit jantan secara oral dengan menggunakan sonde. Mencit jantan yang
sudah diberi perlakuan dimasukkan dalam wadah yang cukup luas dan terbuat dari
kaca atau plastik yang tembus pandang dan didiamkan selama 15 menit.
Sesudah itu dimasukkan tiga ekor mencit betina yang sebelumnya sudah diperiksa
daur estrusnya ke dalam kandang yang berisi mencit jantan. Pengamatan efek
afrodisiaka dilakukan selama 1 jam dan pada waktu malam hari dari pukul
Introduction terjadi pada waktu mencit jantan mendekati mencit betina yang
berupa kissing mouth dan kissing vagina. Climbing terjadi pada waktu mencit
jantan menunggangi mencit betina. Coitus terjadi pada waktu mencit putih jantan
menunggangi mencit betina dan terjadi senggama dengan tanda pada mencit
dan coitus yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi.
Proses selanjutnya yaitu dilakukan uji normalitas dengan uji Saphiro-Wilk dan uji
homogenitas dengan uji Levene. Jika data terdistribusi normal dan homogen,
maka data dianalisis menggunakan uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan
95%. Apabila terbukti adanya hubungan yang bermakna, dilanjutkan dengan uji
23
posthoc LSD. Apabila tidak terdistribusi normal dan homogen, dilakukan uji non
Mann-Whitney. Berdasarkan analisis data ini maka akar manuran dapat dikatakan
berkhasiat sebagai afrodisiaka apabila ada perbedaan signifikan pada jumlah salah
satu perilaku seksual mencit jantan yaitu introduction, climbing, dan coitus
introduction, climbing, dan coitus terhadap kontrol negatif dan kontrol positif.
(Arnida,2003):
Rtl - Rkn
% Efek = x 100%
Rtl
Keterangan :
Rtl : Rata-rata perilaku seksual pada kelompok yang diberi akar manuran
Rkn : Rata-rata perilaku seksual pada kelompok kontrol negative
Persentase rata-rata jumlah introduction, climbing, dan coitus terhadap
(Arnida,2003):
Rtl - Rkp
% Efek = x 100%
Rtl
Keterangan
Rtl : Rata-rata perilaku seksual pada kelompok yang diberi akar manuran
Rkp : Rata-rata perilaku seksual pada kelompok kontrol positif
BAB IV
24
4.1 Hasil
metanol proanalisis, dan dihasilkan ekstrak cair metanol. Selanjutnya ekstrak cair
diuapkan dengan rotary vacum evaporator pada suhu 550C. Proses penguapan
tetapi masih mudah dituang atau dipindahkan dari labu alas bulat ke wadah yang
lain. Hasil ekstraksi diperoleh ekstrak kental sebanyak 582,514 gram dari 3,4 kg
serbuk akar manuran. Untuk mengetahui bahwa dalam ekstrak yang didapat tidak
pada suhu 400C, lalu menimbangnya hingga beratnya konstan. Ekstrak kental
yang diperoleh berwarna coklat kehitaman. Hasil ekstraksi akar manuran dapat
dilanjutkan dengan fraksinasi. Pada fraksinasi ini pelarut yang digunakan yaitu
petroleum eter (PE) yang bersifat non polar. Ekstrak kental metanol yang
fraksinasi diperoleh fraksi kental PE sebanyak 3,64 gram. Hasil fraksi PE akar
25
manuran cair berwarna coklat kemerahan dan fraksi PE kentalnya berwarna coklat
dilakukan pengamatan. Mencit betina pada saat estrus biasanya terlihat tidak
seksual mencit putih jantan terhadap mencit betina, yang terdiri dari introduction,
climbing, dan coitus, yang dihitung jumlahnya selama 1 jam. Dosis yang
digunakan dalam pengujian berdasarkan hasil orientasi terdiri dari 200 mg/kgBB
(P1), 460 mg/kgBB (P2) dan 767 mg/kgBB (P3) . Hasil pengamatan introduction,
mendekati mencit putih betina. Hasil rata-rata jumlah introduction ini dapat
dilihat Gambar 5.
26
mencit jantan menunggangi mencit putih betina dan terjadi senggama dengan
27
tanda pada mencit putih betina merenggangkan badannya serta ekornya terangkat.
negatif dan kontrol positif. Hasil persentase tersebut dapat dilihat pada Tabel 1
dan 2.
Levene. Hasil analisis dari uji Saphiro-Wilk menunjukkan bahwa data tidak
sig < 0,05. Begitu pula hasil uji Levene menunjukkan data untuk perilaku coitus
tidak homogen (sig < 0,05) , sedangkan perilaku introduction dan climbing
memiliki data homogen (sig > 0,05). Selanjutnya data dilakukan transformasi
untuk dapat memperoleh data yang normal dan homogen. Akan tetapi, data yang
diperoleh dari beberapa kali transformasi tidak menunjukkan hasil yang normal
climbing, dan coitus (sig > 0,05). Akan tetapi, analisis lanjutan dengan uji Mann-
introduction dan climbing antara kontrol negatif dengan positif. Hasil analisis
4.2 Pembahasan
Pengamatan terhadap perilaku mencit jantan terhadap mencit betina estrus ini
dilakukan pada malam hari. Pengamatan tersebut dilakukan selama 1 jam, yaitu
29
pada pukul 18.30 s/d 19.30, karenaberdasarkan hasil dari orientasi bahwa mencit
0,46 g/10 mL dan konsentrasi tersebut menjadi dasar stok suspensi fraksi PE
untuk pemberian secara oral dengan volume pemberian yang berbeda. Kemudian
diperoleh dosis terkecil sampai dosis terbesar yang dapat memberikan efek
berdasarkan hasil orientasi. Peringkat dosis yang diujikan terdiri dari 3 peringkat,
yaitu dosis 200 mg/kgBB (P1), 460 mg/kgBB (P2), dan 767 mg/kgBB (P3),
dan 2 kelompok dosis kontrol, yaitu kontrol negatif Na-CMC 0,5% (K1) dan
perlakuan, yaitu pemberian fraksi PE akar manuran dengan dosis tertentu secara
dalam kandang mencit jantan. Pengujian ini menggunakan mencit jantan dan
hari selama 1 jam dengan mengamati perilaku mencit jantan dalam mendekati
(Gambar 5) pada P1, P2, dan P3 lebih besar jika dibandingkan dengan kontrol
30
jumlah introduction kontrol positif, ketiga dosis tersebut memiliki hasil rata-rata
kenaikan lagi. Hal ini dapat disebabkan karena pengaruh kondisi mencit putih
betina yang melakukan penolakan terhadap mencit putih jantan. Selain itu, pada
penelitian dapat pula terjadi kondisi mencit putih jantan yang tidak banyak
langsung melakukan climbing yang juga merupakan salah satu perilaku seksual
pada ketiga peringkat dosis akar manuran lebih besar jika dibandingkan kelompok
Selain itu, semakin besar dosis yang diberikan, semakin besar pula jumlah
climbing yang terjadi. Jika dibandingkan dengan kontrol positif, ketiga peringkat
diperoleh hasil yaitu ketiga dosis memiliki rata-rata jumlah coitus yang lebih kecil
dibandingkan dengan kontrol negatif, bahkan pada P1 tidak terjadi coitus selama
pengujian dilakukan. Begitu pula jika dibandingkan dengan kontrol positif, ketiga
coitus dari kelompok uji dibandingkan dengan jumlah introduction dan climbing
dapat dipengaruhi oleh keadaan mencit putih betina yang melakukan penolakan
terhadap mencit putih jantan yang ingin melakukan coitus, sehingga mencit putih
penolakan mencit putih betina dapat disebabkan karena kondisi mencit betina
yang tidak estrus pada saat pengujian. Meskipun sebelum pengujian dilakukan
pemeriksaan estrus, tetapi pemeriksaan itu hanya dapat memastikan bahwa mencit
mengalami estrus dan tidak dapat menentukan berapa lama mencit tersebut sudah
mengalami estrus, karena estrus hanya berlangsung selama 12 jam. Selain itu, dari
ketiga perilaku tersebut jumlah introduction dari ketiga peringkat dosis lebih besar
dibandingkan dengan jumlah climbing dan coitus. Hal ini disebabkan karena pada
introduction terdiri dari 2 perilaku yang diamati yaitu berupa kissing mouth dan
kissing vagina.
mencit putih jantan setelah pemberian fraksi PE akar manuran, maka dapat
coitus dibandingkan terhadap kontrol negatif dan kontrol positif. Hasil persentase
introduction dan climbing memiliki nilai yang lebih besar daripada kontrol
negatif. Hanya persentase coitus saja yang tidak melebihi kontrol negatif.
diperoleh nilai paling besar pada P3, dengan persentase introduction sebesar 63%
32
ketiga peringkat dosis yang digunakan tidak dapat menandingi hasil dari kontrol
positif.
yaitu data tersebut menunjukkan hasil tidak normal karena perilaku introduction,
climbing, dan coitus memiliki nilai sig < 0,05. Begitu pula dengan uji
homogenitas dengan uji Levene yang menunjukkan adanya hasil tidak homogen
pada perilaku coitus (sig < 0,05), sedangkan untuk introduction dan climbing
memiliki data yang homogen (sig > 0,05). Data kemudian dilakukan transformasi
data yang dilakukan beberapa kali ternyata data yang diperoleh tetap tidak
Data selanjutnya dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil dari uji ini
signifikan (sig > 0,05). Akan tetapi, ketika dilakukan analisis lanjutan dengan uji
Mann Whitney, ternyata terdapat perbedaan signifikan antara kontrol negatif dan
afrodisiaka pada mencit putih jantan. Meskipun pada perhitungan rata-rata jumlah
introduction dan climbing ketiga peringkat dosis melebihi kontrol negatif serta
33
peringkat dosis terhadap kontrol negatif. Akan tetapi, perbedaan atau selisih itu
terbukti tidak mempunyai efek afrodisiaka yang bermakna pada mencit putih
jantan. Hasil ini dapat disebabkan karena senyawa aktif dari akar manuran yang
yang merupakan salah satu senyawa yang dapat berkhasiat afrodisiaka dengan
flavonoid dalam fraksi PE akar manuran ini tidak menjamin fraksi ini dapat
itu, penelitian terhadap fraksi akar manuran sebagai afrodisiaka tidak hanya
menggunakan fraksi petroleum eter tetapi juga dilakukan penelitian lain yang
menggunakan fraksi etil asetat (Gamaliana, 2010) dan fraksi n-Butanol akar
aktivitas afrodisiaka. Hal ini berarti bahwa senyawa aktif yang beraktivitas
afrodisiaka pada akar manuran itu lebih terlarut pada pelarut yang semi polar
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
petroleum eter (PE) akar manuran tidak memiliki aktivitas afrodisiaka yang
5.2 Saran
sebagai antibiotik.
35
DAFTAR PUSTAKA
Arnida. 2003. Uji Afrodisiaka Kayu Sanrego (Lunasia amara Blanco) Terhadap
Tikus Putih Jantan. Tesis Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
Fitriana, M. 2009. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kimia Fraksi Petroleum Eter
Akar Tumbuhan Manuran Asal Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.
Skripsi Fakultas MIPA UNLAM, Banjarbaru (tidak dipublikasikan)
Gamaliana, D.Y. 2010. Uji Aktivitas Afrodisiaka Fraksi Etil Asetat Akar Manuran
(Coptosapelta tomentosa Valeton ex.K. Heyne) terhadap mencit putih
jantan. Skripsi Fakultas MIPA UNLAM, Banjarbaru (tidak dipublikasikan)
36
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8.Bagian
Farmakologi fakulltas kedokteran Universitas Airlangga.Surabaya.
Kendal, M.J. 2007. British National Formulary Edisi 54. BMJ Publishing Group
Ltd. Tavistock Square, London WC1H 9JP, UK.
Lenny, S. 2006a. Isolasi dan Uji Bioaktivitas Kandungan Kimia Utama Puding
Merah dengan Metode Uji Brine Shrimp. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Rezeky, F.C. 2009. Aktivitas Afrodisiaka Ekstrak Metanol Akar Manuran Pada
Mencit Putih Jantan. Skripsi Fakultas MIPA UNLAM, Banjarbaru (tidak
dipublikasikan)
Syarif, A., P. Ascobat, S.G. Gunawan. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi V.
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Winarni, D. 2007. Efek Ekstrak Akar Ginseng Jawa dan Korea terhadap Libido
Mencit Jantan pada Prakondisi Testosteron Rendah. FMIPA Universitas
Airlangga. Surabaya.