You are on page 1of 10

Fungsi talempong adalah :

1. mengiringi sebuah tarian sakral.


2. pada zaman dahulu dibunyikan ketika akan menyampaikan
sebuah pesan pentingdari wali nagari oleh orang suruhannya
kepada masyarakat.
3. dimainkan ketika me ngiringi pasangan pengantin menuju rumah
mempelai wanita (bararak).
4. dimainkan dalam mengiringi tarian silat kampung.
5. mengiringi tari Batobo. Tari batobo adalah seni pertunjukan
tradisional dari daerahKuantanSingingi. Tari Batobo berfungsi
sebagai hiburan bagi masyarakat yang bekerja di sawah, atau
sebagai ungkapan kegembiraan setelah masa panen tiba. Pola
gerak, tata rias, tata busana, dan musik tari, serta pola lantai tari
Batobo menggambarkan budaya masyarakat agraris, yang
sederhana. Kesederhanaan tersebut menunjukkan bahwa tari
Batobo adalah sebuah tari yang mempunyai pola tari yang
bersifat kerakyatan

Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau. Bentuknya hampir sama
dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang
terbuat dari kayu dan batu, saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak
digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan
pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter
sebagai tempat tangga nada (berbeda-beda). Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang
dipukulkan pada permukaannya.

Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tari piring yang khas, tari pasambahan,
tari gelombang,dll. Talempong juga digunakan untuk menyambut tamu istimewa.
Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga pranada DO dan
diakhiri dengan SI. Talempong diiringi oleh akor yang cara memainkanya sama dengan
memainkan piano.

Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau


penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Gelombang.
Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa.
Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga pranada DO dan
diakhiri dengan SI. Talempong diiringi oleh akord yang cara memainkanya serupa
dengan memainkan piano.

V. KONTEKS PENYAJIAN TALEMPONG PACIK

Mengamati keberadaan Talempong Ateh Guguak di tengah masyarakat pendukungnya,


terdapat dua fungsi ensambel: sebagai hiburan pada beberapa konteks upacara adat, dan
hiburan pada acara sosial masyarakat; serta sebagai musik pengiring tari piring, tari
sewah pada berbagai konteksnya.

Konteks upacara adat yang memerlukan penyajian Talempong Pacik ialah:

1. Upacara Batagak Pangulu, yaitu upacara peresmian penghulu baru sebagai


pengganti penghulu lama yang sudah meninggal. Kadang-kadang upacara ini
dilaksanakan secara bersamaan oleh beberapa kaum (suku) yang ada pada suatu
nagari. Pelaksanaan upacara Batagak Pangulu diadakan di lapangan terbuka.
Kehadiran penyajian Talempong Pacik dalam konteks upacara ini bukanlah
sebagai bagian dari upacara, tetapi berperan sebagai hiburan untuk memeriahkan
upacara, karena kesan musikal Talempong Pacik ialah membangun suasana ceria
dan gembira. Dalam konteks di atas perjalanan atau perarakan setiap rombongan
penghulu baru yang datang dari rumah gadangnya masing-masing adalah diiringi
dengan bunyi-bunyian Talempong Pacik sampai ke tempat pelaksanaan upacara;
begitu juga suasananya ketika perjalanan pulang dari tempat upacara tersebut.
2. Upacara Perarakan Panghulu Baru merupakan suatu kegiatan untuk
memperkenalkan seorang penghulu baru kepada khalayak ramai dengan harapan
bahwa gelarnya dipanggil oleh masyarakat karena dia telah didahulukan
selangkah, dan ditinggikan seranting untuk memimpin masyarakat kaumnya
sendiri. Penghulu baru ini diarak pada ruas jalan utama di kampung dan ke pasar
oleh beberapa orang pengikutnya yang mengenakan pakaian adat. Selama dalam
perjalanan, kelompok prosesi ini dimeriahkan dengan bunyi-bunyian Talempong
Pacik oleh musisi tradisional dari kaumnya sendiri.
3. Upacara Helat Perkawinan ialah sebuah upacara yang sakral bernilai suci
terhadap sepasang penganten yang telah bersetuju membangun rumah tangga
mereka. Penyajian bunyi-bunyian Talempong Pacik selalu dihadirkan pada setiap
pelaksanaan upacara ini di rumah masing-masing para penganten. Bahkan
sekaligus ensambel musik trasional ini berfungsi untuk memeriahkan suasana
perarakan pasangan penganten pergi ke rumah mertuanya.

Konteks acara sosial yang dimeriahkan dengan bunyi-bunyian Talempong Pacik ialah:

1. Kegiatan Sabik-iriak (panen padi) yaitu suatu kegiatan memanen padi pada sawah
milik salah seorang keluarga saparuik yang dikerjakan secara bersama-sama oleh
kaum lelaki saja. Pada waktu iring-iringan para pekerja berangkat dari rumah
menuju sawah, maka di sini Talempong Pacik dimainkan. Begitu juga pada saat
istirahat bekerja kembali bunyi-bunyian Talempong Pacik memberikan suasana
ceria dan gembira sebagai hiburan letihnya bekerja. Setelah selesai sabik-iriak
(panen) maka kembali tingkah Talempong Pacik memberikan suasana
ceria/gembira mengiringi iring-iringan para pekerja mengangkut –memikul
dengan bahu atau menjujung di atas kepala—. menuju rumah keluarga pemilik
sawah.
2. Kegiatan Gotong Royong Jalan Kampung. Biasanya setiap akan masuk bulan
Ramadhan masyarakat kampung mengadakan kegiatan gotong royong
membersihkan jalan kampung. Tujuannya adalah agar lebih senang perjalanan
masyarakat menuju rumah ibadah untuk bersembahyang tarwih, dan tadarus
bersama. Dalam konteks kerja gotong royong inilah Talempong Pacik
memberikan hiburan sebagai perintang lelahnya masyarakat bekerja.
3. Kegiatan Gotong Royong Menggali Tali-bandar (pengairan sawah). Biasanya
setiap akan melakukan turun ke sawah, maka masyarakat kampung turun
bergotong royong membersihkan tali bandar terlebih dahulu. Tujuannya adalah
agar pengairan sawah menjadi lancar sehingga pertumbuhan padi di sawah tidak
terganggu. Dalam konteks kerja gotong royong tali bandar ini, kehadiran bunyi-
bunyian Talempong Pacik juga memiliki nilai tambah terhadap motivasi bekerja
masyarakat.
4. Acara Penyambutan Tamu Nagari dan Memeriahkan Upacara 17 Agustus.
Biasanya hampir semua kelompok Talempong Pacik ikut tampil memeriahkan
kedua acara ini.

Selanjutnya konteks pertunjukan randai dan tari-tarian tradisional juga memerlukan


keterlibatan Talempong Pacik, sebagaimana uraian berikut:

1. Acara Pertunjukan Teater Tradisional Randai merupakan salah satu hiburan


primadona oleh masyarakat Minangkabau di desa-desa (kampung). Pada sore hari
sebelum malam pertunjukannya, selalu diawali terlbih dahulu dengan
pemberitahuan kepada khalayak ramai. Di sini para tokoh primadona randai
diarak dengan mobil keliling kampung, di mana perarakan ini diiringi dengan
Talempong Pacik; artinya dalam aktivitas ini Talempong Pacik berfungsi sebagai
sarana pemberitahuan. Begitu juga sewaktu para pemain randai berarak dari
rumah tempat menukar kostum menuju lokasi tempat pertunjukan adalah juga
diiringi dengan bunyi-bunyian Talempong Pacik. Selanjutnya Talempong Pacik
juga disajikan pada waktu istirahatnya permainan randai.
2. Acara Pertunjukan Tari-tari Tradisional pada berbagai konteksnya. Tari-tari
yang mesti bermitra dengan komposisi musik Talempong Pacik di antaranya tari
piring, tari sewah, dan tari galombang. Di sini bunyi-bunyian Talempong Pacik
berperan sebagai background ritmis saja, karena tari-tarian tradisional ini hanya
memerlukan dukungan rasa aksen dan suasana musikal dari ensambel Talempong
Pacik; artinya motif-motif gerak tari tidak terikat secara penuh dengan garapan
motif-motif ritmis dan melodi dari bangunan komposisi musik Talempong Pacik
tersebut.

Dua Genre Talempong Minangkabau

Pada umumnya istilah talempong dikenal oleh masyarakat Minangkabau sebagai


alat musik (talempong = small gong) dan atau musik talempong itu sendiri. Hampir di
setiap nagari musik itu pernah hidup dan berfungsi di tengah-tengah masyarakat
pendukungnya. Hingga tahun 1950-an, diperkirakan tiap nagari masih mempunyai
kelompok-kelompok talempong baik telempong pacik maupun talempong duduak..
Kita mengenal dua genre musik talempong tradisional yang tumbuh dan
berkembang hingga kini, yaitu genre talempong pacik dan genre talempong duduak.
Kedua istilah musik talempong ini ditujukan untuk membedakan kedua genre masing-
masing musik, walaupun bagi masyarakat pendukungnya kedua genre musik ini sering
juga disebut dengan istilah talempong atau calempong saja. Dalam permainannya disebut
batalempong atau bacalempong.

Musik talempong pacik merupakan suatu jenis kesenian berupa ensambel


telempong. Ensambel musik ini dimainkan secara berkelompok, dimana konsep
kelompok sangat penting dalam membangun suatu hasil bunyi yang kait-mengait.
Konsep kait-mengait dalam musik ritmik disebut interlocking, dimana peran setiap unit
ritmik saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, masing-masing musisi
harus kompak dan mempunyai apresiasi yang searah (khusus tradisi musik talempong),
sehingga terjadi kesatuan dalam susunan bunyi yang dilahirkan secara berkelompok.

Kesadaran setiap pemain terhadap hasil kait-mengait mempunyai pengaruh


terhadap variasi-variasi dan ornamentasi permainan mereka sehingga melodi yang
diakibatkan dari teknik permainan ini dapat berkembang atas kehendak setiap pemain.
Pada prinsipnya, peranan utama menciptakan melodi dan pengembangannya ada pada
bagian paningkah, namun pengembangan melodi selanjutnya dapat dilakukan oleh bagian
panyaua (batino) dan bagian pambao (jantan) yang disebut juga dengan anak atau dasar.
Istilah yang digunakan untuk bagian-bagian atau unit-unit ritmik talempong cenderung
berbeda untuk setiap nagari.

Orientasi musikal inilah yang membedakan antara genre talempong pacik dan
talempong duduak. Pada prinsipnya, talempong duduak mengutamakan ostinato melodis
yang dilahirkan oleh bunyi talempong, sedangkan sejumlah alat musik lain yang
berfungsi ritmis seperti gandang (double headed sylindrical drum), gong, dan lain-lain
hanya sebagai pengiring melodi talempong.

Pada umumnya, genre talempong duduak selalu diiringi oleh alat-alat musik
perkusi. Alat musik iringsn bagi talempong duduak tidak selalu sama, bahkan cendrung
berbeda di lain wilayah tradisi tempat tumbuh dan berkembangnya, seperti dua buah
gendang (double-headed sylindrical drum) dan sebuah gong pada tradisi talempong
unggan ; sebuah gendang (double-headed sylindrical drum berukuran besar) dan sebuah
lasuang (lesung berukuran kecil) pada tradisi talempong gandang lasuang di Sikapak
Pariaman; dan sebuah gendang (double-headed sylindrical drum berukuran besar),
sebuah rabano (single-headed frame drum berukuran kecil) serta sebuah bell (berasal
dari botol atau lempengan besi) pada tradisi talempong paninjauan, Maninjau. Pada
umumnya permainan gendang (baik satu atau dua buah gendang) selalu terkait dengan
ritme melodi talempong. Permainan gong (aguang), biasanya memberi aksentuasi pada
siklus ritmik dan atau memperkuat jalinan ritme gendang bila yang dimainkan satu buah
gong; dan memperkuat ritme gendang bila yang dimainkan dua buah gong.

Genre talempong pacik mengutamakan jalinan permainan ritmik menuju suatu


hasil berupa melodi-melodi pendek yang selalu berkembang, diiringi oleh beberapa alat
musik lain dalam fungsi ritmik seperti gandang dan rapa’i (single headed frame drum),
dan alat musik pupuik gadang yang berfungsi melodis. Pupuik gadang atau pupuik liolo
yang memiliki banyak lidah (multiple-reed) juga dianggap tidak begitu penting dalam
komposisi musik talempong pacik; fungsi musikalnya tidak berhubungan langsung
dengan aspek interlocking; selain itu, para musisinya hingga kini juga sulit ditemui,
kecuali para pemain pupuik gadang dengan kemampuan terbatas yang ada, itupun jarang
dijumpai.

Ensambel Talempong Pacik

Kedua genre tradisi musik talempong Minangkabau yang mengandung dua unsur
yang sangat penting dalam tubuh musik, masing-masing unsur ritme dan unsur melodi,
secara tradisional selalu berkembang dari pola-pola yang sederhana hingga pola
permainan yang cukup kompleks. Dua unsur musikal itu dilahirkan dengan teknik-teknik
permainan yang menarik, teknik yang menonjol di antaranya yaitu jalinan atau kait-
mengait sejumlah ritme pada talempong pacik dan teknik palalu dan panyaua serta
efektivitas memposisikan alat musik talempong pada talempong duduak.
Repertoar talempong pacik relatif banyak ditinjau dari nama-nama lagunya,
namun adakalanya ditemui kesamaan dasar lagu antara repertoar telempong pacik suatu
nagari dengan nagari lain, sedangkan nama atau judul lagunya berbeda. Sebaliknya,
nama lagunya sama tetapi dasar komposisinya berbeda, maka tetap saja lagunya berbeda.

Terjadinya hal di atas menyangkut juga dengan peranan seniman-seniman yang


mewariskan tradisi musik tersebut, bisa saja dalam proses penyebarannya terjadi generasi
yang menerima warisan itu berasal dari nagari lain pada mulanya sehingga pewaris
bersangkutan hanya tahu atau mengenal apa yang mereka terima. Adakalanya para
seniman tidak mengenal nama lagu, mereka hanya mengetahui komposisi musiknya saja,
tetapi karena suatu hal mereka harus memberi nama terhadap musiknya atas permintaan
pihak tertentu dan terjadilah kesamaan nama dengan nama lagu yang telah ada di tempat
lain.

Ada kecenderungan terjadinya perubahan dari satu lagu ke lagu yang lain pada
sejumlah repertoar talempong pacik, kecendrungan perubahan yang terjadi itu ditentukan
oleh bagian (unit) ritmik yang meletakkan pola ritme dasar, seperti pola titme yang
dibangun oleh permainan talempong jantan (disebut juga anak) dan talempong batino
(disebut juga pambaoan/palalu). Pola ritme yang dibangun oleh kedua bagian talempong
itu pada akhirnya diselesaikan oleh permainan talempong paningkah menuju
terbangunnya sebuah lagu berupa melodi-melodi pendek yang berulang. Pengembangan
ostinato malodis cenderung disebabkan oleh variasi-variasi ritme, baik yang dimainkan
oleh talempong paningkah maupun talempong batino.

Dengan demikian, peranan utama membangun melodi terletak pada paningkah,


sedangkan perubahan-perubahan ritme dari bagian-bagian tertentu menciptakan
perubahan pada melodi. Perubahan tidak selalu pada gerak melodi tetapi juga terjadi
akibat kehadiran hiasan-hiasan (ornamentasi)dari peran talempong jantan dan batino
pada melodi yang telah ada. Perubahan yang diciptakan kedua bagian talempong ini pada
umumnya mengarah pada pengayaan berupa hiasan-hiasan melodi yang telah dibangun
paningkah. Namun demikian, adakalanya bagian jantan dan batino berperan juga dalam
mengarahkan gerak melodi, walaupun kejadian ini tidak sering terjadi. Jadi, ketiga bagian
talempong mempunyai peran dalam membangun jalinan ritme yang menciptakan melodi-
melodi pendek serta pengembangannya.

Fungsi gendang dalam ensambel talempong pacik tidak selalu sama, perbedaan
yang mengemuka pada umumnya dalam hal keterkaitan pola ritme gendang dengan pola
ritme talempong. Beberapa kelompok talempong pacik menggunakan gendang hanya
sebagai pengatur tempo dan memberi aksen dalam bentuk ritme konstan, sedangkan pada
kelompok yang lain menggunakan gendang dalam fungsi mempertegas hasil jalinan ritme
(interlocking) permainan talempong. Ada kecenderungan pola permainan gendang dalam
fungsi ini menyimpulkan hasil jalinan ritme tiga bagian talempong dan secara bersamaan
hadir di dalamnya (ritme talempong bersamaan dengan ritme gendang). Jadi, permainan
ritme gendang sebagai mempertegas jalinan ritme talempong termasuk pada ritme yang
variatif, bertolak belakang dengan ritme konstan..

Ensambel Talempong Duduak


Talempong duduak adalah salah satu genre musik talempong Minangkabau yang
dimainkan dalam posisi duduk bersila atau bersimpuh. Sebagian masyarakat
Minangkabau sering menyebutnya dengan talempong rea. Sebutan talempong rea
didasari bentuk tempat meletakkan alat musik talempong itu, berupa sebuah kotak persegi
panjang yang disebut rea (rehal: bhs. Melayu).

Genre talempong duduak yang kadangkala disebut talempong rea ini hanya
dijumpai di beberapa nagari dalam wilayah budaya Minangkabau, misalnya talempong
unggan dari daerah Unggan, talempong gandang oguang di Nagari Sialang dan
sekitarnya, talempong paninjauan di Maninjau, talempong gandang lasuang di Nagari
Sikapak dan sekitarnya, dan lain-lain. Pendukungnya cenderung terbatas pada masyarakat
di sekitar lokasi genre musik talempong duduak saja. Artinya, mayoritas masyarakat
Minangkabau tidak merasa memilikinya, sebagaimana mereka merasa memiliki
talempong pacik.
Secara tradisional, genre talempong duduak dengan teknik permainan yang berbeda
ini hanya disebut dengan istilah talempong saja, sehingga nama ensambel itu tidak
mengandung pengertian yang konsepsional. Jika para musisi talempong duduak bermain
talempong, maka mereka akan menyebut aktivitasnya ini dengan batalempong (bermain
musik talempong).

Talempong duduak lebih mengutamakan ostinato melodis. Pada umumnya lagu-


lagu dalam repertoar genre talempong ini dimainkan oleh seorang pemain talempong,
namun pada lagu-lagu tertentu dimainkan oleh dua orang. Dua orang pemain talempong
terdiri dari seorang memainkan ostinato melodis dan seorang lainnya memainkan
ostinato ritmis. Permainan kedua orang itu akan menghasilkan ostinato melodis, bagian
ostinato ritmis cendrung melatarbelakangi ostinato melodis. Pada bagian-bagian tertentu
salah satu nada dari dua nada yang dimainkan sebagai ostinato ritmis berfungsi juga
membantu permainan melodi bagi pemain ostinato melodis.

Suatu teknik permainan yang efektif ditemui dalam genre talempong duduak,
pemikiran seniman tradisional terhadap penempatan nada-nada tertentu dapat dipahami
sebagai upaya meringankan kerja kedua tangan dalam melahirkan melodi. Bilamana
tangan kiri harus bekerja keras melahirkan melodi tertentu dengan posisi talempong
sesuai dengan urutan yang digunakan untuk lagu-lagu sebelumnya, maka pemikiran yang
sangat sederhana adalah dengan menukar letak alat musik itu pada posisi lain sehingga
sebagian fungsi tangan kiri dapat digantikan oleh tangan kanan.

Teknik yang efektif dan efisien ini sangat menguntungkan dalam penciptaan lagu-
lagu baru, mengulangi pola permainan yang relatif sama dengan perubahan posisi
talempong yang pada prinsipnya dapat melahirkan lagu baru. Perubahan letak alat musik
itulah yang melahirkan gerak melodi yang berbeda dengan sebelumnya, walaupun pola
permainannya relatif sama.

Fungsi gendang pada genre talempong duduak hampir sama dengan fungsi
gendang pada talempong pacik, hanya jumlah alat musik ini yang berbeda. Fungsi
gendang pada talempong duduak sebagai pengiring melodi talempong, sebagian dari
kelompok-kelompok talempong duduak menggunakan dua buah gendang mengikuti pola
ritme melodi talempong, dan kelompok-kelompok lainnya menggunakan satu atau dua
buah gendang hanya mengiringi melodi dengan pola-pola ritme konstan. Fungsi gendang
sebagai pengiring melodi talempong dalam bentuk ritme konstan biasanya menggunakan
sebuah gendang, sedangkan fungsi gendang mengiringi ritme melodi talempong biasanya
menggunakan dua buah gendang (terdiri dari ritme konstan dan variabel).

Selain dari gendang, alat-alat musik lain sebagai kelengkapan ensambel


talempong duduak yang berfungsi mengiringi melodi talempong cukup beragam, ada
yang menggunakan satu atau dua buah gong, dan ada pula yang menggunakan lesung
(lasuang), dan botol sebagai alat musik perkusi. Alat musik gong, selain berfungsi
memberi tekanan terhadap batas-batas siklus ritmis pada ensambel talempong gandang
oguang, pada kelompok tertentu seperti dalam ensambel talempong unggan alat musik
gong berfungsi memberi tekanan pada aksentuasi ritme gendang. Dalam permainan
talempong paninjauan, gong dimainkan dengan menggunakan dua alat penabuh, pertama
metal seperti sendok makan atau pisau, dan penabuh lainnya adalah buah nangka yang
berukuran lebih dari satu kepalan tangan. Pola permainan 1 buah gong dalam ensambel
talempong duduak di Paninjauan ini membuat pola ritme sendiri yang dapat digunakan
hampir untuk semua repetoar. Yang menarik dan spesifik adalah perkawinan hasil bunyi
penabuh sendok dan buah nangka mengesankan ada dua buah gong yang dimainkan.

Alat musik pengiring yang agak spesifik adalah lesung dan botol, permainan
lesung hadir dalam ensambel talempong gandang lasuang memperkuat ritme gendang
dan melodi talempong. Dalam hal ini, ritme lesung sejalan dengan ritme gendang serta
melodi talempong. Alat musik botol yang digunakan dalam ensambel talempong
paninjauan lebih bersifat pengatur tempo, sedangkan gong memberi tekanan pada ritme
gendang.

Masing-masing daerah tempat tumbuh dan berkembangnya talempong duduak


cenderung memiliki spesifikasi ornamentasi musikal yang dipelihara secara tradisional
oleh masyarakatnya. Ornamentasi dan variasi musikal itu hadir dalam bentuk beragam
dengan satu konsep dasar sebagaimana telah disinggung di atas yaitu konsep ostinato
melodis bagi genre talempong duduak, dan konsep ostinato ritmis bagi konsep dasar
talempong pacik.

Lain lubuak lain ikannya, secara gamblang inilah gambaran keberadaan


talempong duduak di Minangkabau. Walaupun setiap ensambel talempong duduak
menggunakan alat musik talempong yang diletakkan di rea, dan konsep musikalnya
ostinato melodis, tetapi alat-alat pengiringnya yang bersifat ritmis sangat bervariasi.
Inilah kekayaan talempong duduak Minangkabau.

Berbeda dengan keberadaan talempong pacik yang cenderung menggunakan alat


yang hampir sama pada setiap kelompok musisi talempong. Karena itu pula genre
talempong pacik dirasakan milik setiap masyarakat nagari yang ada di Minangkabau.
Kedua genre musik talempong ini tetap eksis di tempat-tempat tertentu, dan semoga anak
nagari dapat menjaga keberadaannya. Lebih dari itu dapat mengembangkannya untuk
diperhitungkan setara dengan perkembangan musik-musik lainnya.

You might also like