You are on page 1of 9

Imunisasi Pasif dan Aktif

 Imunisasi Pasif
 Imunisasi pasif : penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi di dalam tubuh
meningkat
Dibagi : imunisasi pasif alamiah, imunisasi pasif buatan, serum asal hewan dan
antibodi heterolog vs antibodi homolog
Imunisasi pasif alamiah
 Imunisasi maternal melalui plasenta
 Adanya antibodi dalam darah ibu
 Merupakan proteksi pasif terhadap janin
 Imunisasi maternal melalui colostrum, antibodi yang terdapat dalam air susu ibu
Imunisasi pasif buatan
 Immune Serum Globulin (ISG) non spesifik (Human Normal Immunoglobulin -
HNI )
 Selain diberikan secara rutin, hanya diberikan pada saat-saat tertentu
 Pada pasien yang terpajan dengan bahan berbahaya
 Sebagai resimen jangka panjang pada pasien
 Immune Serum Globulin (ISG) spesifik
 yaitu plasma atau serum yang diperoleh dari donor yang
dipilih sejumlah imunisasi atau booster atau kovalen dari suatu penyakit,
antara lain :
 hepatitis B immune globulin
 ISG hepatitis A
 ISG campak
 Human Rabies Immune Globulin
 Human Varicella-Zoster Immune Globulin
 Antigen terhadap virus Sitomegalo
 Antibody hogam
 Tetanus Immune Globulin
 Vaccinia Immune Globulin
Serum Asal Hewan
 Contoh : bisa ular tetentu, laba-laba, kalajengking
Antibody heterolog VS antibody homolog
 Antibodi heterolog asal kuda dapat menimbulkan jenis hipertensi, yaitu reaksi tipe I
atau tipe II serum Gickins

 Imunisasi pasif perlu diberikan pada kondisi-kondisi tertentu. Misalnya pada penyakit
difteria atau tetanus (toksin dalam sirkulasi dinetralisasi dengan antibodi terhadap toksin
tersebut).
 Juga pada kasus-kasus gas gangren, botulism, gigitan ular atau kalajengking berbisa,
rabies, penderita varicella –zoster dengan imunodefisiensi, pascapajanan terhadap
hepatitis B misalnya pada neonatus
 Biasanya antibodi ini dibuat dalam kuda, tapi kadang-kadang juga bisa diperoleh dari
penderita yang baru sembuh
 Kumpulan immunoglobulin manusia yang mengandung cukup antibodi terhadap infeksi-
infeksi yang umum didapat dengan dosis 100 - 400 mg IgG dapat melindungi penderita
hipogamaglobulinemia selama sebulan
 Lebih > 1000 donor digunakan untuk setiap kumpulan
 Serum yang digunakan harus diskrin terhadap HIV, virus hepatitis B dan C
 Imunisasi Aktif
 Pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan, sehingga bila suatu saat ia terpajan pada
antigen yang sama, ia tidak akan menderita penyakit
 Respon imun yang diharapkan dari pemberian vaksin adalah respon imun sekunder, dengan
memberikan vaksin secara berulang-ulang menghasilkan titer antibodi cukup tinggi sebagai
protektif
 Vaksin ada 2 jenis : live attenuated dan inactivated

 Live Attenuated
 bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
 Dibuat dari bakteri atau virus liar penyebab penyakit yang dilemahkan di laboratorium
 Agar menimbulkan respon imun, vaksin live attenuated harus bereplikasi dalam sel host
 Dosis kecil dimasukkan, kemudian mengadakan replikasi hingga jumlahnya meningkat
cukup besar untuk memberi rangsangan respon imun
 Vaksin ini memiliki efek samping (adverse event) berupa penyakit yang bersifat ringan
dibanding dengan penyakit alamiah
 Bersifat labil, rusak bila terkena panas dan sinar
 Vaksin hidup biasanya lebih efektif dari vaksin mati
 Vaksin hidup attenuated yang tersedia saat ini :
o Vaksin yang berasal dari virus hidup, contoh : campak, gondongan, rubella, polio,
rotavirus, demam kuning
o Vaksin yang berasal dari bakteri, contoh : BCG dan demam tifoid oral

 Vaksin Inactivated
 Dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakan,
kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan pemanasan atau bahan kimia (biasanya
formalin).
 Seluruh dosis antigen yang dibutuhkan dimasukkan dalam suntikan, karena vaksin
inactivated tidak dapat bereplikasi
 Tidak dapat menimbulkan penyakit
 Membutuhkan dosis ganda
 Dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, hanya memacu dan menyiapkan
sistem imun
 Respon imun timbul setelah dosis kedua atau ketiga
 Vaksin inactivated yang tersedia saat ini berasal dari :
o Seluruh sel virus inactivated, contoh : influenza, polio, rabies, hepatitis A
o Seluruh bakteri inactivated, contoh : pertusis, kolera, tifoid
o Vaksin fraksional, contoh : hepatitis B, influenza, pertusis aselular, tifoid Vi
o Toksoid, contoh : difteria, tetanus, botulinm
o Polisakarida murni, contoh : pneumokokus, meningokokus dan haemophilus
influenzae tipe B
 Kelanjutan dari vaksin mati Pasteur
 Contoh : vaksin rabies dan polio salk (amat efektif), demam tifoid, kolera dan influenza
(cukup efektif), pes dan tifus (manfaatnya masih diragukan), pertusis (controversial
keamanannya). Pertusis berpotensi menyebabkan cedera otak

 Ada juga Vaksin Rekombinan


 Dihasilkan dengan cara rekayasa genetic
 Terdapat 3 jenis vaksin yang dihasilkan dengan rekayasa genetic
o Vaksin hepatitis B, dihasilkan dengan cara memasukkan suatu segmen gen virus
hepatitis B ke dalam gen sel ragi. Sel ragi yang telah dimodifikasi ini
menghasilkan antigen permukaan hepatitis B murni
o Vaksin tifoid adalah bakteria Salmonella typhi yang secara genetik diubah
sehingga tidak menyebabkan sakit
o Vaksin rotavirus, berasal dari rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetic
menghasilkan antigen rotavirus manusia apabila mereka mengalami replikasi

Jenis antigen Contoh vaksin


Organisme hidup Alamiah Vaksinia (untuk cacar)
Dilemahkan Vaksin polio oral (sabin),
campak, parotitis, rubella,
demam kuning 17D,
varicella-zoster (human
herpes virus 3), BCG (untuk
tuberculosis)
Organisme utuh Virus Polio (salk), rabies,
influenza, hepatitis A, tifus
(bukan demam tifoid)
Bakteri Pertusis, demam tifoid,
kolera, pes
Fragmen subseluler Kapsul polisakarida Pneumokokus,
meningokokus,
haemophilus influenzae
Antigen permukaan Hepatitis B
Toksoid Tetanus, difteria
Berbasis rekombinan Ekspresi klon gen Hepatitis B (dari ragi)
Vaksin bakteri paling berhasil
o Vaksin tetanus dan difteri
o Dibuat dari eksotoksin yang diinaktifkan
o Vaksin yang didasarkan pada toksin adalah :
 Toksoid difteri
 Toksoid tetanus, yang diinaktifkan dengan formalin dan sering diberikan
secara kombinasi dalam alum-precipitated
 Toksin subunit B dari Vibrio cholera, kadang-kadang dikombinasikan dengan
organisme utuh yang mati
 Toksoid Clostridium perfringens, yang diinaktifkan dengan formalin, untuk
anak kambing baru lahir (belum ada untuk manusia)

Toksoid Tetanus
 Dapat digunakan sebagai pembawa (carrier) vaksin peptide kecil yang
apabila berdiri sendiri tidak imunogenik
 Cara ini dapat dilakukan Karena kebanyakan orang telah divaksinasi
terhadap tetanus sehingga mempunyai sel T memori yang mengenali toksin

Fragmen Subseluler & Antigen Permukaan


 Antigen permukaan pada kebanyakan organisme adalah antigen yang pertama kali
dikenali & mendapat respon dari sistem imun, terutama oleh sel B dan antibodi
 Antigen permukaan efektif sebagai vaksin organisme yang dapat cepat dikendalikan
oleh respon antibody
 Vaksin-vaksin yang berasal dari fragmen subseluler mikroba adalah :
o Neisseria meningitidis efektif untuk N. meningitidis group A dan C.
sedangkan group B bersifat non-imunogenik
o Streptococcus pneumoniae, vaksinnya mengandung 23 serotipe dari 84
serotipe yang ada
o Haemophilus influenzae B (semua vaksin yang berasal dari kapsul
polisakarida memerlukan konjugasi denganprotein pembawa)
o Virus hepatitis B, efektifitas > 95 %

Pembuatan Antigen Kecil


 Pembuatan secara sintetis atau dengan cloning gen
 Tehnik ini berhasil pada antigen permukaan HbsAg yang diklon ke dalam ragi
 Dan sekarang dapat menggantikan vaksin hepatitis B generasi pertama yang harus
dimurnikan dari darah pengidap hepatitis B
 Cara ini dapat mengurangi biaya pembuatan vaksin

Efektivitas Vaksin
Vaksin efektif memiliki hal-hal :
 Merangsang timbulnya imunitas yang tepat
 Stabil dalam penyimpanan
 Mempunyai imunogenesitas yang cukup

Keamamanan Vaksin
 Vaksin dapat terkontaminasi oleh protein atau toksin yang tidak diinginkan, atau
virus hidup
 Vaksin bahan mati belum betul-betul mati / vaksin mikroba hidup yang dilemahkan
dapat kembali ke tipe liarnya
 Pasien dapat hipersensitif terhadap protein kontaminan, zat pembawa, dll
 Sistem imun pasien dapat terganggu (immunocompromised) sehingga vaksin hidup
merupakan kontraindikasi

Adjuvant
o Adalah bahan yang ditambahkan atau diemulsifikasikan pada antigen untuk
meningkatkan produksi antibodi
o Bahan yang paling banyak digunakan adalah aluminium hidroksida, misalnya pada
toksoid difteri atau tetanus
o Pengaruh utama adjuvant :

 Mengkonsentrasikan antigen pada tempat pemajanan terhadap limfosit


 Menginduksi sitokin yang mengatur fungsi limfosit
o Garam aluminium mempunyai efek depot dengan merangsang pembentukan
granuloma kecil yang menyimpan antigen
o Adjuvant yang lebih baru (masih bersifat eksperimental) seperti liposome, memiliki
efek depot dan menjamin agar antigen yang terperangkap di dalamnya disampaikan
ke sel penyaji antigen
o Produk-produk bakteri, seperti dinding sel mikobakteri, endotoksin bekerja sebagai
adjuvant dengan merangsang pembentukan sitokin yang tepat
o Sitokin merupakan adjuvant yang efektif

Keberhasilan Vaksin
4 alasan eradikasi (pemberantasan) penyakit sulit dilakukan :
 Status pengidap (carrier stage), eradikasi hepatitis B tidak akan mudah karena
memerlukan pemutusan rantai pengidap, terutama di Asia, tempat hepatitis B banyak
ditransmisikan secara vertical (dari ibu ke bayi)
 Efektivitas suboptimal, efektivitas BCG sangat bervariasi, terutama karena
peningkatan insidens tuberculosis akibat peningkatan jumlah penderita AIDS
(acquired immunodefisiensy syndrome ) akhir-akhir ini. Efektivitas imunisasi pertusis
hanya sekitar 70 %
 Efek samping, vaksin pertusis dicurigai mempunyai efek samping sehingga
mengurangi kesediaan masyarakat untuk divaksinasi
 Bentuk-bentuk kehidupan di alam bebas dan hospes binatang, basil tetanus
dapat hidup untuk waktu yang cukup lama di alam bebas karena bakteri tersebut
membentuk spora. Demam kuning juga akan sulit diberantas karena mempunyai
hospes binatang sebagai reservoir

Beberapa Vaksin Untuk Kelompok Tertentu


o Tidak semua orang perlu diberi vaksin
o Di negara maju, BCG dan hepatitis B hanya diberikan kepada populasi yang berisiko
o Seperti petugas kesehatan dan penyalah guna obat intravena
o Vaksin kolera dan influenza diberikan kepada wisatawan, perawat, dan orang tua
o Vaksin demam kuning hanya diberikan pada area geografis tertentu, atau saat
pascapemajanan karena sangat jarang terjadi, seperti vaksin rabies

Jadwal imunisasi yang diwajibkan di Indonesia :


0 bulan : Hepatitis B1
1 bulan : BCG, Polio 1
2 bulan : DPT & Hepatitis B combo 1, polio 2
3 bulan : DPT & Hepatitis B combo 2, Polio 3
4 bulan : DPT & Hepatitis B combo 3, Polio 4
9 bulan : Campak

You might also like