Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam mempunyai sejarah panjang, setua
Islam itu sendiri. Dalam perubahan zaman, pendidikan Islam
telah memberikan berbagai respon pembaharuan. Tetapi
menyongsong dan menghadapi millenium ketiga yang ditandai
arus globalisasi dengan berbagai tantangan, pendidikan Islam
kembali menghadapi tantangan-tantangan yang tidak
sederhana.1
Memasuki millenium ketiga, pendidikan ternyata
mengalami proses globalisasi di berbagai bidang yang ditandai
dengan adanya perubahan-perubahan besar dan mendalam di
berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk terjadinya
gejala krisis moral dan akhlak.2 Melihat keadaan tersebut perlu
dilakukan pembenahan dalam upaya pengembangan moral
dan akhlak.
1
F.X. Budianto dengan judul Sepuluh Langkah Baru untuk Tahun 1990
Megatrends 2000 (Cet. I ; Binarupa Aksara, 1990), h. 4.
2
Muhammad Idrus, “Perubahan Masyarakat dan Peran Pendidikan Islam
Kajian Pembangunan dan Pembahasan Keterbelakangan Umat” dalam Muslih
Wijdan Sz (Penyunting), Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial (Cet I ;
Yogyakarta: Aditya Media, 1997), h. 81.
1
2
3
A. Rasdiyanah, Sumber Daya Umat Islam dalam Era Globalisasi: Upaya
Implementasi Teori Kekhalifaan, Orasi Ilmiah pada Upacara Wisuda Sarjana
Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin di Kendari, 24 Desember 1996), h. 8.
3
6
Hidayat Syarif, “Pembangunan Sumber Daya Manusia Berwatak Iptek”
dalam Fuaduddin dan Cik Hasan Basri (ed.), Dinamika Pemikiran Islam di
Perguruan Tinggi Wacana tentang Pendidikan Agama Islam (Cet. I; Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999), h. 5.
7
A. M. Saefuddin, Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi (Cet. I;
Bandung: Mizan, 1987), h. 206-209.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini ialah:
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak?
2. Bagaimana dampak modernisasi pada era millennium
ketiga terhadap kemerosotan akhlak?
3. Bagaimana urgensi pendidikan akhlak di era millennium
ketiga?
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak
dari khulqun, yang berarti tabiat atau tingkah laku.8 Juga
berarti budi pekerti, kelakuan;9 sedangkan dalam Dàirat al-
8
Achmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia
(Yogyakarta: Pondok Pesantren al-Munawwir, 1984), h. 393.
9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), h. 17.
7
10
Ibrahim Zaki Khursyid, D±irat al-Ma’±rif al-Isl±miyah (Cet. I; Kairo: D±r
al-Sya’bi, 1969), h. 436.
11
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedia Islam
Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 98.
8
12
Ahmad Amin, “al-Akhl±q” diterjemahkan oleh K. H. Farid Ma’ruf dengan
judul Etika (Ilmu Akhlaq), (Cet. VII; Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 62.
13
H. A. Mustofa, Akhlak Tasauf (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.
5.
9
15
Faisal Ismail, op. cit., h. 199.
16
Lihat ibid., h. 198.
11
menjadi seperti orang Barat, tidak usah hidup seperti gaya dan
cara hidup orang Barat.
Zaman sekarang sering didengung-dengungkan sebagai
era informasi. Menurut persepsi Alvin Toffler, dalam bukunya
yang berjudul Gelombang Ketiga, era informasi merupakan era
masyarakat gelombang ketiga.17
Revolusi informasi kini sedang dijajakan sebagai suatu
rahmat besar bagi umat manusia. Penjajakannya yang agresif
di televisi, surat-surat kabar, dan majalah-majalah yang
mewah begitu menarik. Bagaimana pun teknologi informasi
memegang peranan penting di dalam diseminasi informasi
dan mempercepat komunikasi. Ini sangat berarti demi
memudahkan kehidupan manusia. Teleeducation,
telemedicine, dan berbagai tele-tele lain yang memang bisa
sangat bermanfaat. Namun manfaat itu terbatas pada
kehidupan material manusia. Teknologi informasi tidak akan
mengubah kehidupan intelektual dan perilaku moral manusia
secara substansial.18
Ledakan informasi ini berkat teknologi komunikasi yang
makin lama makin canggih, makin produktif dan makin efektif.
17
Lihat Alvin Toffler, “The Their Wave” diterjemahkan oleh Sri
Koesdiyantinah dengan judul Gelombang Ketiga (Cet. I; Jakarta: Panta Simpati,
1990), h. 32-35.
18
Sonny Yuliar, “Paradigma Membangun Masyarakat Sains dan
Teknologi” dalam Musa Kazhim (ed.), Menuju Indonesia Baru Menggagas
Reformasi Total (Cet. I; Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), h. 253.
12
21
Lihat Kartini Kartono, Patologi Sosial, jilid I (Cet. V; Jakarta : Rajawali,
1997), h. 1.
22
Jalaluddin Rakhmat¸”Generasi Muda di Tengah Arus Perkembangan
Informasi” dalam Idi Subandi Ibrahim (ed.), Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop
dalam Masyarakat Komoditas Indonesia (Cet. I; Bandung: Mizan, 1997), h. 219-
223.
16
24
Abdullah Na¡I¥ ‘Ulw±n, “Hatt± Ya’lamu al-Syab±b” diterjemahkan oleh
Jamaluddin Sais dengan judul Pesan untuk Pemuda Islam (Cet. VIII; Jakarta: Gema
Insani Press, 1996), h. 110.
19
28
Sayyed Hossen Nassr, “A Young Muslim’s Guide to the Modern World”
diterjemahkan oleh Hasti Tarekat dengan judul Menjelajah Dunia Modern (Cet. I;
Bandung: Mizan, 1994), h. 253-254.
22
umatnya.
29
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 224.
23
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
30
Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh: Prinsip-Prinsip Pendidikan
Anak dalam Islam (Bandung: Mizan, 1997), h. 69.
24
yaitu:
jahat).
ketiga.
25
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA