You are on page 1of 11

PERCOBAAN II : KOEFISIEN GESEKAN

A. TUJUAN
- Untuk menentukan koefisien gesekan statis

B. ALAT dan BAHAN


1. Balok Kayu 1 buah
2. Beban secukupnya
3. Neraca pegas 1 set
4. Mistar 1 buah
5. Katrol 1 buah
6. Bidang Miring 1 buah
7. Benang 1 buah

C. DASAR TEORI
Gaya gesek adalah gaya yang timbul karena adanya gaya yang menarik sebuah benda
dan arahnya berlawanan. Jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan
benda lain, maka masing-masing benda akan melakukan gaya gesek satu terhadap yang
lain. Gaya gesekan pada masing-masing benda berlawanan arah dengan gerak relatifnya
terhadap benda lain. Gaya gesekan secara otomatis melawan gerak, sekalipun tidak ada
gerak relatifnya, mungkin saja ada gesekan antara permukaan.
Besarnya gaya gesekan dapat diketahui melalui persamaan berikut ini :

Fg =  . N

Ket : Fg = gaya gesekan


 = koefisien gesekan
N = gaya normal

1
Fg F jika, F< Fg : benda dalam keadaan diam
F= Fg : benda tepat akan bergerak
Gambar 2.1 F> Fg : benda dalam keadaan bergerak
W

c. Berdasarkan hukum newton I, resultan gaya=0, berarti meskipun benda dalam


keadaan diam, gaya gesek yang diberikan oleh permukaan sudah bekerja. Gaya
gesekan statis adalah gaya-gaya antara dua permukaan yang.
Gaya gesekan yang bekerja antara dua permukaan yang berada dalam keadaan
diam relatif (sesaat sebelum bergerak) satu dengan yang lainnya disebut gaya gesekan
statis. Gaya gesekan statis yang maksimum sama dengan gaya terkecil yang
dibutuhkan agar benda mulai bergerak. Sekali gerak telah dimulai, gaya gesekan
antara kedua permukaan biasanya berkurang sehingga diperlukan gaya yang lebih
kecil untuk menjaga agar benda bergerak beraturan.
Gaya yang bekerja antara dua permukaan pada saat benda telah bergerak relatif
disebut gaya gesekan kinetik.
Jika Fs menyatakan besar gaya gesekan maksimum, maka :

s  Fs  N (2.1)

Jika Fk menyatakan besar gaya gesekan kinetik, maka :

 k = Fk  N (2.2)

Ket : s = koefisien gesekan statis


 k = koefisien gesekan kinetik
N = Gaya normal

Jika menggunakan bidang miring besarnya koefisien kinetik dapat dinyatakan dengan:

2
 k = tg  (2.3)

D. PROSEDUR
1. Percobaan I :
Menentukan koefisien gesekan pada bidang miring
a. Balok kayu diletakkan di atas bidang miring
b. Posisi bidang miring perlahan-lahan diatur agar benda dapat bergerak
c. Posisi ketinggian benda dan jarak mendatar benda terhadap pusat bidang miring
dicatat (perhatikan gambar 3.1). Ketika pengukuran berlangsung digunakan loop
agar pengamatan anda dapat lebih teliti.
d. Langkah-langkah a-c diulangi sebanyak 10 kali percobaan, dengan menggunakan
benda yang sama da posisi yang berbeda-beda.

N
Fs

m g sin

m g cos

Gambar 2.2

2. Percobaan II :
Menentukan koefisien gesekan statis dengan metode bidang datar

3
a. Berat balok yang digunakan diukur dengan menggunakan neraca pegas. Skala
nol pada alat ukur diperhatikan sebelum dipergunakan, pada saat pengukuran
digunakan 100p
b. Balok kayu diletakkan pada bidang datar (seperti gambar 2.2)
c. Beban gantung ditambahkan hingga balaok dapat bergerak
d. Berat beban gantung diperhatikan ketika benda sesaat akan bergerak
e. Berat beban gantung yang digunakan dicatat ketika benda sesaat akan bergerak
f. Percobaan ini diulangi 10x ubtuk benda yang sama.

F
s

mg

W
Gambar 2.3

E. TUGAS
1. Tugas Sebelum Percobaan.
a. Gaya Normal adalah : gaya kontak/ tekan yang arahnya tegak lurus bidang permukaan
singgung dari benda-benda yang bersangkutan.
Gaya gesekan adalah : gaya yang muncul jika permukaan dua benda bersentuhan secara
fisik dengan arah gaya gesekan sejajar dengan permukaan bidang sentuh dan
berlawanan dengan kecenderungan arah gerak relatif benda satu terhadap benda
lainnya.

b.

4
Gambar 2.4

m.g = W
Gambar 2.5

c. Pers 2.3 :  K  tan 

F Y 0

 N  m.g . cos   0

N  m.g . cos 

f k   k .N
f k   k .m.g . cos  ....(1)

F 0

 m.g . sin   f k  0

f k   m.g . sin  ....(2)

 k .m.g . cos  m.g . sin 

sin 
k 
cos 
 k  tan 

d. Gaya gesekan statis adalah gaya-gaya yang bekerja antara dua permukaan yang
berada dalam keadaan diam relatif (sesaat sebelum bergerak) satu dengan yang
lainnya.
Gaya gesekan kinetik adalah gaya-gaya yang bekerja antara dua permukaan yang
saling bergerak relatif.
e. Apakah perbedaan antara koefisien gesekan statis dengan koefisien gesekan kinetik?
koefisien gesekan statis(μs) digunakan pada saat benda dalam keadaan diam
sedangkan koefisien gesekan kinetik(μk) digunakan pada saat benda dalam keadaan
bergerak.

f. Gaya gesekan

5
f s mqks   s. .N

fs  P
Gaya yang bekerja

g. Besarnya koefisien statis dapat ditentukan dengan gaya normal (N), dapat dilakukan
dengan metode bidang datar yaitu dengan memberikan gaya pada balok dan mencatat
besarnya gaya sesaat sebelum balok mulai bergerak dan metode bidang miring yaitu
dengan secara berangsur memiringkan papan luncur sambil memperhatikan balok
secara seksama. Pada saat tampak oleh anda balok mulai bergeser ke bawah hentikan
memiringkan papan luncur.
h. Buat suatu tabel pengukuran untuk menentukan koefisien gesekan statis, dari dua
metode yang akan anda lakukan.

Metode Bidang Miring

Posisi benda Ketinggian Jarak Mendatar Massa benda

Metode Bidang Datar

Posisi benda Tegangan (T) / F(gaya tarik) Massa benda

Berdasarkan prosedur yang anda pahami tentukan bentuk teori kesalahan yang anda
gunakan! Teori kesalahan yang digunakan adalah untuk pengukuran berulang.

6
2. Tugas setelah percobaan
a. Berdasarkan data yang diperoleh pada percobaan pertama akan dicari koefisien statis
Dengan menggunakan rumus :
s = tan 
Dimana A

Y r

B X C
Sehingga :
y tinggi
tan      s
x jarak
Maka diperoleh :
Beban yang dipergunakan adalah 222,8 gr
Maka diperoleh :
s = tan 
10
= y
i 1

X
= 9,8 + 10 + 9 + 10 + 8.5 + 9 + 10 + 10 + 8,5 + 10,5
10
24
= 9,53
24
= 0,3971

b. Berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan II maka dari data yang diperoleh dapat
dicari koefisien gesekan statis dengan menggunakan rumus :

s  Fs  N
Berat beban yang digunakan adalah 222,8 gr

7
Maka N = m.g
= 0,2228 kg . 9,81
= 2,186 N
10

 Fs
i 1
= 0,7 + 0,8 + 0,75 + 0,9+ 0,85 + 0,8 + 0,75 + 0,8 + 0,9 + 0,88

10
= 0,813 N

Sehingga :
s  Fs  N

= 0,813 N
2,186 N
= 0,372

c. Dari data tersebut hasil yang kami peroleh pada percobaan I dan II berbeda. Koefisien
gesekan statis pada percobaan I lebih besar dibandingkan pada percobaan ke II. Hal ini
disebabkan adanya kesalahan pada saat pembacaan alat.

F. DATA HASIL PERCOBAAN


a. Memakai bidang miring
Berat balok 222,8 gr

Posisi Ketinggian Jarak mendatar


1 9,8 24
2 10 24
3 9 24
4 10 24
5 8,5 24
6 9 24
7 10 24
8 10 24
9 8,5 24
10 10,5 24

8
b. Memakai bidang datar
Berat balok 222,8 gr

POSISI TEGANGAN (N)


1 0.7
2 0.8
3 0.75
4 0.9
5 0.85
6 0.8
7 0.75
8 0.8
9 0.9
10 0.88

G. PENGOLAHAN DATA
a. Berat balok yang digunakan 222,8 gr
Jarak mendatar 24 cm
Ketinggian rata-rata :
10

y
i 1
= 9,8 + 10 + 9 + 10 + 8.5 + 9 + 10 + 10 + 8,5 + 10,5
10
= 9,53

s = tan 
10
= y
i 1

X
= 9,53
24
= 0,3971

b. Berat beban yang digunakan adalah 222,8 gr


Maka N = m.g
= 0,2228 kg . 9,81
= 2,186 N

9
10

 Fs
i 1
= 0,7 + 0,8 + 0,75 + 0,9+ 0,85 + 0,8 + 0,75 + 0,8 + 0,9 + 0,88

10
= 0,813 N

Sehingga :
s  Fs  N

= 0,813 N
2,186 N
= 0,372

H. ANALISIS DATA
Dari percobaan dan data diatas didapat beberapa rumus dan hukum yang nanti akan
dipergunakan, yaitu :

1. s berbanding lurus dengan Fs dan berbanding terbalik dengan N (gaya normal).


2. s dipengaruhi oleh besarnya sudut  pada percobaan I, dengan rumus:
s = tan 
3. Untuk mencari nilai s dipergunakan data Fs yang didapat dari pengukuran
menggunakan neraca pegas yang dihubungkan dengan benda melalui tali, disamping
itu juga menggunakan gaya normal dari hubungan tersebut didapat rumus:
s = Fs
N

I. KESIMPULAN dan SARAN


10
Berdasarkan percobaan kali ini maka kami dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu,
besarnya gaya gesekan yang dialami oleh sebuah benda diantaranya tergantung pada
besarnya gaya normal (N), koefisien gesekan.

Saran kami pada percobaan kali ini yaitu :


1. Sebelum melakukan percobaan terlebih dahulu kita menguasai dasar teori agar
percobaan dapat dilakukan dengan baik
2. Penguasaan alat agar lebih dikuasai sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Halliday & resnick.1978. Fisika Edisi Ketiga,Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Nelkom M & Parker.1975. Advanced Level Physic. London : Heinemann Educational.
Simpen, I Nengah. 2007. Petunjuk Praktikum “Fisika Dasar”. Denpasar:
Laboratorium Fisika Dasar.
Sutrisno, 1984.Seri Fisika “Fisika Dasar”. Bandung : ITB

11

You might also like