Professional Documents
Culture Documents
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya,
Kami dapat menyelesaikan proses review terhadap penyusunan dan pelaksanaan Rencana Aksi
Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kota Bandung.
Terimakasih sebesar-besarnya Kami sampaikan kepada Direktorat Hukum dan HAM Bappenas
dan Kemitraan (Partnership) yang telah mempercayakan pelaksanaan tugas review RAD-PK Kota
Bandung kepada lembaga Kami. Patut pula Kami sampaikan terimakasih dan penghargaan kepada
Walikota Bandung bersama seluruh jajaran Pemerintah Kota Bandung terutama Sekretaris Daerah dan
Kepala Bappeda Kota Bandung yang menyambut baik atas pelaksanaan review ini. Begitu pula Kami
sampaikan terimakasih atas kesediaan narasumber dari SKPD-SKPD pelaksana RAD-PK yang
bersedia diwawancarai dan berdiskusi terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK di Kota
Bandung.Tentu saja Kami juga tidak lupa menyampaikan terimakasih dan salam perjuangan kepada
rekan-rekan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), NGO, media massa, dan perguruan tinggi yang
juga memberikan konstribusi atas terlaksananya review ini.
Perlu Kami sampaikan bahwa hasil review RAD-PK ini tentu berbeda dengan hasil evaluasi
yang dilakukan oleh pihak lain. Perbedaan itu disebabkan oleh kerangka pendekatan yang berbeda,
namun secara subtansi pasti ditemukan hasil review dan evaluasi yang sama. Oleh sebab itu
rekomendasi yang Kami sampaikan berdasarkan hasil review dapat dijadikan tambahan rujukan dari
berbagai rekomendasi yang telah dsampaikan pihak lain.
Kami berharap, berawal dari hasil review ini, dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama kita
dapat membangun konsep tentang strategi pemberantasan korupsi di Kota Bandung yang berbasis
inisiatif Kota Bandung dan terintegrasikan dengan RAD-PK.
Fridolin Berek
Direktur Eksekutif
Lembaga Advokasi Kerakyatan (LAK)
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
RINGKASAN EKSEKUTIF
Menyikapi Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Pemerintah
Kota Bandung telah mengeluarkan Peraturan Walikota Bandung No. 891 Tahun 2008 tentang
Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kota Bandung Tahun 2009 - 2013. Sejak
ditetapkannya Peraturan Walikota tersebut hingga kini belum ada pemantuan dan laporan yang dapat
dibaca oleh masyarakat tentang capain perubahan yang telah dilakukan melalui agenda pelaksanaan
RAD-PK.
Sesungguhnya, berdasarkan Diktum 11, point 4 Inpres No. 5 Tahun 2004, tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres ini adalah tugas
Kementrian PAN (Pendayagunaan Aparatur Negara)1. Namun dalam rangka mencatat kembali capaian
daerah setelah disusunnya RAD-PK, maka Direktorat Hukum dan HAM Bappenas memandang perlu
melakukan review ke daerah, terutama pada daerah-daerah yang telah menetapkan RAD-PK sebagai
Peraturan Kepala Daerah.
Review ini menggunakan tiga kerangka pendekatan utama yaitu: pertama pendekatan proses
pelaksanaan RAD-PK yang didasarkan pada siklus RAD-PK yang terdiri 7 tahap yaitu:
1. Pembentukan tim penyusun
2. Penyusunan draft RAD-PK
3. Kampanye dan Konsultasi Publik draft RAD-PK
4. Penyempurnaan draft RAD-PK
5. Legalisasi draft RAD-PK menjadi Peraturan Daerah
6. Implementasi dari Peraturan Daerah tentang RAD-PK yang telah disahkan
7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK di masing-masing SKPD
Kedua, pendekatan keterkaitan RAD-PK dengan dokumen perencanaan lain, yaitu: keterkaitan dengan
RPJMD, RKPD, Renstra SKPD, Renja SKPD, RKA dan DPA. Ketiga, pendekatan dengan
menggunakan model evaluasi yang dikembangkan oleh OECD - DAC (Organisation for Economic
Cooperation and Development-Development Assistance Committee), yaitu:
1. Relevansi RAD-PK
2. Efektifitas RAD-PK
3. Koordinasi RAD-PK
4. Efisiensi RAD-PK
5. Dampak RAD-PK
6. Peluang RAD-PK
7. Tantangan. RAD-PK.
Review pelaksanaan RAD-PK Kota Bandung secara khusus dilakukan dalam rangka
mendorong penguatan komitmen dan kapasitas Pemerintah Kota Bandung untuk mengembangkan
sistem integritas pelayanan publik pada bidang-bidang pelayanan yang menjadi fokus isu dalam
Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kota Bandung.
1 Dictum 11, point 4 Inpres Nomor 5 Tahun 2004 : “… Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara :.....
(e). Mengoordinasikan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan Instruksi Presiden ini.”
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Dari hasil review, hampir semua SKPD mengakui tidak terlalu memahami siklus RAD-PK,
mulai dari pembentukan tim penyusun, penyusunan draft RAD-PK, kampanye dan konsultasi publik,
penyempurnaan draft RAD-PK, legalisasi, implementasi, sampai dengan monitoring dan evaluasi RAD-
PK.
Beberapa SKPD mengetahui RAD-PK pada saat diskusi persiapan penyusunan Draft RAD-PK
dan sebagian lagi mengetahui pada saat dilaksanakan KKP atau penyempurnaan Draft RAD-PK.
Namun ada juga SKPD mengetahui RAD-PK pada saat diskusi dan kunjungan ketika review ini
dilaksanakan. Variasi sumber pengetahuan adanya RAD-PK ini menggambarkan bahwa pengetahuan
RAD-PK antar SKPD maupun antar aparat di internal SKPD ternyata masih belum merata.
Meski demikian, seluruh SKPD pada dasarnya telah melaksanakan rencana aksi percepatan
pemberantasan korupsi. Aksi-aksi tersebut ada yang tersurat dalam matrik RAD-PK dan ada juga aksi-
aksi yang tidak tersurat dalam matrik RAD-PK. Walaupun secara keseluruhan rencana aksi yang
tercantum dalam matrik RAD-PK juga tercantum dalam dokumen perencanaan SKPD, tidak ada
jaminan bagi SKPD tersebut melaksanakannya. Ini dapat terjadi karena paradigma kebijakan
penggunaan anggaran tidak didasarkan pada daya serap anggaran, tetapi pada output yang dihasilkan.
Dalam hal ini sesungguhnya SKPD-SKPD pelaksana tidak mempertimbangkan RAD-PK dalam hal
pelaksanaan program dan kegiatan yang tecantum dalam dokumen RKA/DPA. Inilah salah satu indikasi
yang mencerminkan bahwa RAD-PK bagi SKPD hingga saat ini belum harus diperhatikan dan
dilaksanakan.
Namun demikian terlalu dini untuk menyatakan SKPD-SKPD yang ada di Pemerintahan Kota
Bandung, menolak Peraturan Walikota tentang RAD-PK, karena Peraturan Walikota tersebut berlaku
sampai dengan Tahun 2013.
RAD-PK memang bukanlah satu-satunya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam upaya
pemberantasan korupsi. Namun RAD-PK yang secara formal dikeluarkan oleh pemerintah daerah
memberikan makna yang berbeda dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan lain yang secara formal
diaturkan dan dikeluarkan oleh pemerintah pusat. RAD-PK menurut persepsi masyarakat sangat
relevan untuk menggambarkan bahwa Kota Bandung mempunyai prioritas dalam pemberantasan
korupsi. Lebih jauh lagi, sesungguhnya masyarakat membutuhkan sistem pemberantasan korupsi yang
berasal dari pemerintah daerah memiliki khas sesuai dengan kondisi geografis, demografis dan budaya
Kota Bandung.
RAD-PK telah menjadi kebijakan Pemerintah Kota Bandung sejak 2 tahun lalu, namun
kebijakan ini masih belum banyak dikenal dibandingkan dengan berbagai kebijakan pemberantasan
korupsi lain yang pada umumnya berasal dari pemerintah pusat atau KPK. Persepsi masyarakat
terhadap ketidakpopuleran RAD-PK dapat diatasi dengan koordinasi yang baik antar stakeholders.
Selain karena dapat mempermudah kerjasama dalam pelaksanaan RAD-PK, dengan koordinasi juga
masyarakat dapat membantu mengawal, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan RAD-PK.
Secara umum, dampak dari pelaksanaan RAD-PK saat ini belum dapat dilihat, namun persepsi
masyarakat menyatakan bahwa RAD-PK akan mempunyai dampak yang signifikan terhadap
percepatan pemberantasan krorupsi di Kota Bandung. Oleh sebab itu masyarakat juga meyakini RAD-
PK akan menjadi suatu kebijakan yang bukan hanya sekedar memenuhi aspek administrasi, tetapi juga
mampu menurunkan kasus-kasus korupsi, sehingga kepercayaan masyarakat kepada pemerintah Kota
Bandung terutama mengenai komitmen pemberantasan korupsi menjadi meningkat pula.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Selain peluang RAD-PK yang tinggi untuk tetap berlanjut, RAD-PK juga menghadapi berbagai
kendala antara lain adalah ketersediaan dana/anggaran yang terbatas. Di lain pihak diakui bahwa
percepatan pemberantasan korupsi sangat membutuhkan dana yang tinggi khususnya upaya
pemberantasan korupsi melalui peningkatan pelayanan publik, yang menurut pengakuan SKPD-SKPD
di Kota Bandung, membutuhkan prasarana dan sarana yang pada umumnya berbasis teknologi
informasi. Anggapan adanya kendala seperti itu belum sepenuhnya benar, karena inisiatif menciptakan
inovasi kreatif pemberantasan korupsi khas Kota Bandung yang rendah biaya ternyata belum banyak
banyak digali dan dilakukan. Kerjasama dengan berbagai pihak, baik antar SKPD dalam mengatasi
keterbatasan dana/anggaran juga belum banyak dilakukan oleh SKPD pelaksana RAD-PK. Oleh sebab
itu berbagai hambatan bagi SKPD untuk berinisiatif menciptakan inovasi kreatif pemberantasan korupsi
harus dihilangkan.
Dari hasil review dengan menggunakan tiga kerangka pendekatan ini dihasilkan beberapa
catatan-catatan penting dalam upaya pemberantasan korupsi di Kota Bandung diantaranya adalah:
Upaya pemberantasan korupsi harus terus dilanjutkan karena mempunyai relevansi
yang tinggi dengan kondisi Kota Bandung yang masih menghadapi berbagai keluhan
ketidakpuasan pelayanan publik.
Selain itu pemberantasan korupsi merupakan tuntutan masyarakat yang harus segera
terwujud, bukan hanya sekedar asesoris Pemerintah Kota Bandung atau sekedar
slogan kosong, akan tetapi harus diwujudkan dengan aksi nyata yang dirasakan oleh
masyarakat.
Oleh sebab itu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam RAD-PK adalah:
1) Keterlibatan semua pihak dalam proses penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
2) Sosialisasi RAD-PK
3) Rencana Tindak Lanjut dan keterkaitan RAD-PK dengan Dokumen Perencanaan dari
masing-masing SKPD
4) Integrasi RAD-PK dengan dokumen perencanaan dari masing-masing SKPD
5) Monitoring dan evaluasi RAD-PK yang dilakukan oleh multistakeholder
Keterlibatan berbagai pihak dalam penyusunan RAD-PK masih sangat rendah karena berbagai
kendala teknis yang dihadapi SKPD-SKPD maupun Bappeda sebagai koordinator. Ketidaktahuan
adanya RAD-PK dan ketidakpahaman subtansi disusunnya RAD-PK di hampir semua SKPD-SKPD
pelaksana di Pemerintahan Kota Bandung, merupakan indikasi bahwa proses sosialisasi belum
dilaksanakan secara optimal, baik diinternal masing-masing SKPD, maupun ke masyarakat Kota
Bandung
Sejak diterbitkannya Peraturan Walikota Bandung tentang RAD-PK dua tahun yang lalu,
ternyata tidak ada satupun SKPD yang mempertimbangkan RAD-PK dalam menetapkan dan
melaksanaan program dan kegiatan di masing-masing SKPD. Program-program prioritas yang
dicantumkan oleh masing-masing SKPD pelaksana RAD-PK ke dalam Peraturan Walikota Bandung
tentang RAD-PK, terlihat hanyalah copy-paste dari Peraturan Daerah Kota/Kabupaten lain yang juga
telah melaksanakan RAD-PK di daerahnya. Tentu saja ini mengindikasikan bahwa SKPD-SKPD belum
optimal melaksanakan Rencana Tindak Lanjut RAD-PK untuk mengintegrasikan RAD-PK ke dalam
RKA dan DPA pada tahun anggaran berjalan. Selain itu juga mengindikasikan kurangnya sumberdaya
manusia berkualitas pada masing-masing SKPD yang ada di Pemerintahan Kota Bandung
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Seperti yang terpublikasikan di media massa bahwa Kota Bandung telah membentuk Tim
Kormonev Inpres No. 4/2005. Namun tim yang terbentuk tersebut masih belum mempunyai mekanisme
dan agenda yang jelas dalam memonitor pelaksanaan RAD-PK. Sehubungan dengan hal itu, dalam
upaya meningkatan pelaksanaan RAD-PK di Kota Bandung tampaknya perlu dikeluarkan pedoman
umum dan teknis dalam hal penyusunan, sosialisasi dan pelaksanaan RAD-PK, pengintegrasian RAD-
PK dengan dokumen perencanaan lain yang ada di tiap-tiap SKPD, mekanisme monitoring dan evaluasi
RAD-PK Kota Bandung.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka optimalisasi pencegahan
korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
berupaya menelusuri akar permasalahan korupsi
di sektor pelayanan publik serta mendorong dan
membantu lembaga publik mempersiapkan upaya-
upaya pencegahan korupsi yang efektif pada
wilayah dan layanan yang rentan terjadinya
korupsi.
Hasil survey integritas sektor publik tahun
2009 , menyebutkan nilai rata-rata integritas
2
2
Kompas, 23 Desember 2009
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
integritas nasional memiliki korelasi kuat terhadap istilah “good governance”. Mengacu pada konsep
diatas maka survey integritas yang dilakukan KPK sangatlah tepat, karena berkenaan dengan cara
untuk mendesakkan agenda perubahan dan perbaikan pelayanan publik dalam rangka mencapai “good
governance”3
Sejalan dengan upaya mencapai “good governance”, maka agenda pencegahan korupsi perlu
menjadi perhatian bersama baik pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Hal ini disadari betul oleh
pemerintah sehingga dalam Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi 2010 - 2025 telah dirumuskan 6
strategi besar, termasuk strategi pencegahan disamping penindakan, harmonisasi kebijakan, asset
recovery, kerjasama internasional serta mekanisme monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Secara umum, terdapat 5 (lima) isu strategis4 dalam upaya pencegahan korupsi secara
nasional yaitu :
1. Peningkatan efektivitas kebijakan dan kelembagaan dalam rangka Pencegahan
Korupsi.
2. Pelaksanaan transparansi administrasi publik, efektivitas kewajiban pelaporan
kepada publik, dan meningkatkan akses publik untuk mendapatkan informasi
tentang penyelenggaraan administrasi publik.
3. Percepatan reformasi manajemen keuangan negara dan pengadaan barang/jasa
publik.
4. Peningkatan efektivitas reformasi birokrasi di sektor publik di pusat dan daerah.
5. Penguatan komitmen anti-korupsi,
Merujuk pada lima isu strategis bidang pencegahan korupsi secara nasional tadi, maka
pemerintah dan pemerintah daerah diwajibkan untuk menyusun Rencana Aksi Daerah Pemberantasan
Korupsi (RAD-PK). Hal ini telah ditegaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014, yang menyebutkan
bahwa salah satu hal yang menandakan terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme (KKN), adalah terlaksananya RAD-PK di provinsi/kabupaten/kota (Bab VIII:
Hukum dan Aparatur, Sub Bab: Sasaran). Hal ini berarti, penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK telah
diamanatkan menjadi bagian dari cita-cita pemberantasan korupsi secara nasional yang perlu didukung
oleh penyusunan dan pelaksanaan rencana aksi di tingkat daerah.
Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK), merupakan dokumen penyearah dari
implementasi komitmen Pemerintah Daerah dalam upaya pemberantasan korupsi, khususnya yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan publik, penataan sistem keuangan daerah, perbaikan
sistem administrasi pemerintahan daerah serta penetapan program dan wilayah bebas korupsi.
Program dan kegiatan aksi daerah tersebut berisikan langkah-langkah konkrit yang telah disepakati
para pemangku kepentingan di daerah dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi. Langkah-
langkah konkrit dalam upaya pencegahan korupsi, tersusun melalui pendekatan sistematik dan
terintegrasi dengan skema/pola perencanaan pembangunan daerah.
Pemerintah Kota Bandung sendiri, telah menyusun dan menetapakan RAD-PK Kota Bandung
kedalam Peraturan Walikota No 891 Tahun 2008 tentang RAD PK Kota Bandung Tahun 2009 - 2013.
Masing-masing program/kegiatan ditetapkan untuk kemudian dilaksanakan pada tahun yang berbeda.
3
LAK News Edisi 1/November/2010
4
Buku Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi, Bappenas RI
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Kenyataan menunjukkan bahwa, sejak ditetapkannya Peraturan Walikota di atas, hingga kini
belum ada pemantuan dan laporan yang dapat dibaca oleh masyarakat tentang capaian perubahan
yang telah dilakukan melalui agenda pelaksanaan RAD-PK di Kota Bandung. Tidak adanya laporan
pemantauan tentang capaian pelaksanaan RAD-PK Kota Bandung disebabkan oleh beberapa hal
antara lain :
1. Belum adanya mekanisme pemantauan dan laporan yang baku atas pelaksanaan
RAD-PK.
2. Belum terbentuknya forum multi stakeholder yang secara khusus melakukan
pengawalan terhadap penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK di Kota Bandung.
3. Belum adanya “public awareness”, akan pentingnya RAD-PK sebagai bagian dari
upaya mengembangkan sistem integritas dalam pelayanan publik dan pencegahan
korupsi di Kota Bandung.
Sehubungan dengan kenyataan di atas, maka perlu ada review dan pemantauan terhadap
pelaksanaan RAD-PK Kota Bandung sebagai suatu cara untuk menilai komitmen dan kapasitas
pemerintah Kota Bandung dalam rangka pengembangkan integrity system pada pelayanan publik di
Kota Bandung.
Sesungguhnya, berdasarkan Diktum 11, point 4 pada Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan dari amanat pada Inpres ini
merupakan tugas Kementrian PAN (Pendayagunaan Aparatur Negara)5. Namun hingga kini belum ada
laporan tentang kemajuan pelaksanaan yang dapat dibaca oleh masyarakat.
Review dan pemantauan terhadap pelaksanaan RAD-PK di Kota Bandung, juga wajib
dilakukan pada bidang-bidang pelayanan public yang menjadi focus isu dalam Rencana Aksi Daerah
Pemberantasan Korupsi yang telah di Perwal-kan
1.2 Tujuan
Tujuan utama dari review RAD-PK Kota Bandung, adalah untuk meninjau kembali proses
penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK serta tindak lanjutnya di Kota Bandung.
Berdasarkan tujuan di atas maka, sasaran utama review meliputi tiga hal pokok yakni :
1. Review dari tahapan dan proses penyusunan RAD-PK berdasarkan alur penyusunan
RAD-PK
2. Menilai keterkaitan RAD-PK dengan dokumen perencanaan di masing-masing SKPD
pelaksana RAD-PK
3. Mengungkap persepsi birokrasi terhadap RAD-PK yang meliputi :
a. Relevansi penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK dalam kerangka percepatan
pemberantasan korupsi
b. Efektifitas dalam proses penyusunan RAD-PK terutama pada saat
pelaksanaan Kampanye dan Konsultasi Publik (KKP)
c. Efisiensi yang terjadi, berkaitan dengan penyusunan dan pelaksanaan RAD-
PK
5 Dictum 11, point 4 Inpres Nomor 5 Tahun 2004 : “… Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara :.....
(e). Mengoordinasikan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan Instruksi Presiden ini.”
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
6 Kriteria evaluasi ini pertama- tama digunakan untuk mengevaluasi program-program aksi kemanusian
(humanitarian action) di Rwanda. Kriteria yang sama pernah digunakan oleh WFP (World Food Program) untuk
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Untuk evaluasi penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK, tidak semua kriteria di atas digunakan.
Hal ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut :
1. Evaluasi ini tidak menyangkut seluruh diktum yang terkandung dalam Inpres 5 Tahun
2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Oleh karena itu, kriteria coherence
(keterpaduan dari berbagai aspek: politik, ekonomi, social dan budaya) tidak
dimasukkan dalam evaluasi ini).
2. Evaluasi ini tidak menunjuk pada ketercapaian cakupan wilayah program. Oleh karena
itu criteria coverage (cakupan wilayah) tidak digunakan. Indikator ini dapat digunakan
apabila kita hendak menilai ketercapaian suatu program berdasarkan cakupan wilayah
yang dilayani. Apakah setingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi atau Negara.
Berangkat dari pemahaman tentang kriteria evaluasi di atas serta kekhususan
program/kegiatan penyusunan RAD-PK, maka hanya 6 kriteria yang digunakan yakni Relevansi
(Relevance/Appropriatness), Efektifitas, Keterkaitan (Coordination), Efisiensi, Impact dan
Keberlanjutan (Suistenability/Connectedness). Secara rinci, penjelasan tentang kriteria-kriteria
tersebut dapat dibaca pada tabel berikut ini.
mengevaluasi program bantuan kemanusian di Somalia, UNHCR untuk emergency program di Kosovo, DFID
untuk evaluasi program WFP di Bangladesh, dan masih banyak lagi.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
3. Koordinasi Koordinasi didefinisikan sebagai Siapa saja orang/pihak yang terlibat dalam
(Coordination) suatu system penerapan pelaksanaan program/kegiatan? Apakah ada
instrumen-instrumen kebijakan koordinasi di antara orang/pihak-pihak tersebut?
yang terintegrasi dalam pelak- Siapa yang menjadi pemeran utama (lead
sanaan program/kegiatan. agency/leading sector) dalam pelaksanaan
Artinya sejauh mana koordinasi program/kegiatan dan bagimana koordinasi
tercipta di antara organ-organ dilakukan?
fungsional pelaksana suatu Apa saja/pada bagian mana koordinasi
program/ kegiatan (orchestrating dilakukan? Siapa yang berperan penting dalam
a functional division of labour) melakukan koordinasi dan apakah koordinasi
dapat berjalan dengan baik berjalan dengan baik?
sehingga menunjang tercapainya Apa saja xivember-faktor yang menghambat
efektifitas program/kegiatan. maupun yang mendukung koordinasi tersebut?
Apakah koordinasi dapat xivember kontribusi
yang signifikan untuk efektifitas pelaksaan
program/kegiatan maupun pencapaian manfaat
dan dampak program/kegiatan?
5 Efesiensi Efesiensi didefinisikan upaya Apakah cukup tersedia sumber daya (terutama)
perubahan input menjadi output dana untuk pelaksanaan program/kegiatan?
secara optimal. Artinya apakah Apakah cukup berimbang antara input yang
sumber daya yang tersedia digunakan dengan output yang diperoleh?
terserap dengan baik untuk Tercakup di dalamnya sumber daya apa saja
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang digunakan untuk pelaksanaan
yang direncanakan? program/kegiatan.
Apakah sumber daya (terutama dana) dikelola
dengan baik dan benar (akuntabel) untuk
mensukseskan program/kegiatan
6 Dampak (Impact) Dampak didefinisikan sebagai Apakah secara sosial, ekonomi maupun politik,
hasil dari program yang dinilai program/kegiatan ini memberi manfaat bagi
berdasarkan tujuan jangka masyarakat sekitar?
panjang program. Dengan kata Apa saja perubahan yang terjadi akibat
lain dampak dipahami sebagai pelaksanaan program/ kegiatan? Tercakup di
perubahan terhadap kondisi, baik dalamnya perubahan yang positif maupun
yang direncanakan maupun tidak negatif
direncanakan, positif atau negatif Apakah ada nilai tambah bagi masyarakat (di
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
7 Keberlanjutan Keberlanjutan didasarkan pada Apa saja faktor-faktor yang mendukung dan
(Sustainability/ kebutuhan untuk menjadikan menghambat pelaksanaan kegiatan?
kegiatan yang bersifat jangka Aspek-aspek mana saja yang masih dapat
Connectedness) pendek menjadi bersifat jangka dipertahankan dan perlu dirubah?
panjang. Artinya sejauh mana Apakah ada rencana jangka panjang yang
program/kegiatan yang hendak dikembangkan?
dilaksanakan memiliki peluang
dikembangkan dan
keberlanjutannya di masa yang
akan datang.
1.4 Metodologi
1.4.1 Pendekatan Studi
Metode yang digunakan dalam proses review ini adalah metode evaluasi partisipatif. Dalam hal
ini Tim Review berperan sebagai fasilitator yang memandu penggalian dan pengungkapan berbagai
pengalaman dari berbagai narasumber yang terlibat dalam proses menyusun, menetapkan dan
melaksanaan RAD-PK.
Sejalan dengan metode di atas maka pendekatan yang dipakai dalam proses evaluasi ini terdiri
dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner untuk mendapatkan persepsi para stakeholder tentang penyusunan dan pelaksanaan RAD-
PK. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara wawancara maupun Focus Group Discussion (FGD)
untuk mendapatkan review yang lebih mendalam tentang proses penyusunan dan pelaksanaan RAD-
PK.
1.4.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam proses evaluasi ini adalah para pihak yang pernah terlibat
dalam proses penyusunan RAD-PK, dalam hal ini pemerintah daerah, perwakilan masyarakat yang
direpresentasikan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta rekan-rekan media
(jurnalis/wartawan). Kelompok-kelompok ini dipilih, karena dipandang memiliki perhatian yang cukup
serius pada upaya percepatan pemberantasan korupsi. Berdasarkan jumlah populasi yang terbatas
maka teknik sampling yang digunakan adalah Teknik Sampling Purposif.
berbagai dokumen tertulis lain yang terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan RAD-
PK
2. Wawancara
Metode wawancara yang akan digunakan adalah wawancara semi terstruktur baik
kepada penanggungjawab kegiatan (leading sector), penerima manfaat program,
pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat maupun kelompok stakeholder lainnya.
3. Diskusi Kelompok Terfokus
Diskusi kelompok terfokus dilakukan bersama pemerintah, perwakilan LSM dan media
yang terlibat dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
4. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner disebar kepada beberapa kelompok stakeholder dengan jumlah sampel
terbatas melalui Teknik Sampling Purposif.
F. Keberlanjutan RAD-PK akan bergantung pula pada peluang dan kendala. Oleh sebab itu
kriteria keberlanjutan RAD-PK harus dilihat dari aspek peluang dan kendala.
a. Peluang
Peluang antara lain dilihat dari tanggapan dan persepsi masyarakat terhadap kondisi
yang terjadi atau mungkin terjadi terhadap RAD-PK, yaitu:
a) Pencegahan korupsi harus menjadi prioritas Kota Bandung
b) RAD-PK harus dilaksanakan setiap tahun
c) Setiap tahun pemerintah harus menetapkan minimal satu program bebas korupsi di
setiap SKPD
d) Pencegahan korupsi harus menjadi perhatian bersama baik pemerintah maupun
masyarakat
e) Pemerintah dan masyarakat bisa bekerjasama untuk pencegahan korupsi
f) Masyarakat bisa mendorong upaya percepatan pemberantasan korupsi
g) Masyarakat dapat menyusun aksi pemberantasan korupsi berbasis budaya
setempat
b. Kendala
Kendala RAD-PK dalam persepsi masyarakat atau berdasarkan identifikasi yang
dilakukan masyarakat adalah sebagai berikut :
a) Sumber dana untuk penyusunan program anti korupsi kurang memadai
b) Pencegahan korupsi belum menjadi prioritas dalam penyusunan program tahunan
daerah
c) Ada pihak-pihak yang menentang dan menghalangi upaya-upaya percepatan
pemberantasan korupsi. Dan pihak-pihak tersebut tak jarang berasal dari dalam
pemerintahan daerah sendiri
d) Adanya benturan kebijakan, antara kebijakan pusat dengan kebijakan daerah
e) RAD-PK belum terpadu dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah
f) Ada kesulitan untuk melibatkan masyarakat dalam penyusunan dan pelaksanaan
RAD PK
Sedangkan yang dimaksud dengan keberlanjutan itu sendiri adalah kebutuhan untuk
menjadikan kegiatan yang bersifat jangka pendek menjadi bersifat jangka panjang, artinya sejauh mana
program/kegiatan yang dilaksanakan memiliki pengembangan dan berkelanjutan di masa yang akan
datang. Hal ini dapat ditelusuri dari beberapa pernyataan sebagai berikut :
1. Penyusunan program/kegiatan perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan
2. Perlu strategi pemberantasan korupsi berbasis masyarakat
3. RAD-PK harus menjadi rencana aksi bersama antara pemerintah dan masyarakat
4. Harus ada montoring dan evaluasi RAD-PK berbasis persepsi masyarakat
5. Harus ada penyesuaian RAD-PK setiap tahun
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Tabel 1.2. Tabulasi Analisis Atas Masing-Masing Kriteria dan Indikator Keterkaitan RAD-PK
Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
2. Analisis Persepsi
Persepsi tentang RAD-PK didasarkan pada indikator relevansi, efektifitas, efisiensi, koordinasi,
keterkaitan, dampak dan keberlanjutan. Masing-masing kriteria dikembangkan menjadi pertanyaan-
pertanyaan operasional sebagai indikator evaluasi
Teknik pengukuran dari indikator setiap kriteria mempergunakan skala ordinal dengan rentang
1 hingga 5, di mana skor 1 merupakan skor terendah, dan skor 5 merupakan skor tertinggi. Teknik
penilaian dilakukan dengan cara menata ulang setiap pernyataan indikator pada setiap variable/kriteria
dengan tujuan penajaman penilaian kepada enam kriteria evaluasi yakni :
1) Relevansi penyusunan dan pelaksnaan RAD-PK
2) Efektifitas penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
3) Efisiensi dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
4) Kualitas koordinasi dan keterkaitan dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
5) Dampak (langsung maupun tidak langsung) dari penyusunan dan pelaksanaan RAD-
PK
6) Keberlanjutan RAD-PK yang meliputi sub kriteria peluang dan kendala bagi
keberlanjutan RAD-PK
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Persepsi yang diperoleh dari tanggapan atas pernyataan untuk masing-masing indikator pada
setiap kriteria dinyatakan dalam bentuk pilihan jawaban yang diberi skor sebagai berikut :
1) Sangat Setuju ............ skor =5
2) Setuju ........................ skor =4
3) Ragu-ragu ................. skor =3
4) Tidak Setuju ............... skor =2
5) Sangat Tidak Setuju ...skor =1
Skor yang diperoleh masing-masing indikator adalah penjumlahan dari pilihan jawaban dan
skor dari seluruh responden (skor kenyataan). Sedangkan skor yang diperoleh dari tiap kriteria adalah
penjumlahan dari skor yang diperoleh dari seluruh indikator pada setiap kriteria yang bersangkutan.
Skor Harapan adalah jumlah skor apabila seluruh responden menyatakan Sangat Setuju (skor
=5) untuk setiap pernyataan. Persen kenyataan adalah persentase skor kenyataan dari skor
harapannya.
Pengolahan data selanjutnya mempergunakan analisis deskriptif dengan penyajian tabulasi.
Tabulasi didasarkan pada skor yang diperoleh dari masing-masing indikator. Persentase skor yang
diperoleh masing-masing kriteria mapun indikator dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu Tinggi,
Sedang dan Kurang. Sedangkan penentuan kategori dilakukan berdasarkan persentase skor kenyataan
yang diperoleh dari skor harapannya. Untuk penentuan panjang kelas interval (KI) skor untuk masing-
masing indikator menggunakan rumus :
Misalnya:
100 % - 20 %
KI = -------------------------------------------------- = 26,67 %
3
Data hasil perolehan skor untuk masing-masing kriteria dan indikator disajikan dalam bentuk
tabulasi sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Tabel 1.3. Tabulasi Antara Perolehan Skor Kenyataan dan Skor Harapan dengan Persetase
Kenyataan Atas Kategori Dari Dokumen RAD-PK dengan Dokumen Perncanaan Daerah Lainya
Berdasarkan tabulasi diatas, maka penilaian untuk hasil pengukuran7 masing-masing criteria dijelaskan
sebagai berikut :
Tabel 1.4. Pengukuran dan Penilaian Kriteria Relevansi
Skor
Keterangan
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35% 73,36% - 100%
Hasil Pengukuran Rendah Sedang Tinggi
Penilaian RAD-PK bukan prioritas RAD-PK sudah mulai RAD-PK telah menjadi
berdasarkan daerah dijadikan prioritas prioritas pemerintah
indikator RAD-PK bukan tuntutan pemerintah. daerah karena sangat
dan kebutuhan masyarakat Masyarakat memandang dibutuhkan masyarakat.
Masyarakat tidak terlibat perlu ada RAD-PK dan Masyarakat terlibat
dalam penyusunan RAD- sudah mulai terlibat dalam penyusunan RAD-
PK dalam penyusunan RAD- PK
PK
Makna Patut dipertanyakan Masih diperlukannya Upaya pencegahan
komitmen daerah dalam peningkatan korupsi telah menjadi
percepatan pemahaman tentang komitmen pemerintah
pemberantasan korupsi perilaku koruptif serta Telah ada tindakan nyata
peningkatan kesadaran untuk percepatan
tentang upaya pemberantasan korupsi
percepatan
pemberantasan korupsi
Peningkatan
pemahaman tentang
Perlu dilakukan monitoring Pengembangan stategi
perilaku korupsi dan
dan publikasi kasus pencegahan korupsi
upaya pencegahannya
korupsi di daerah berbasis multistakeholder
melalui pendidikan anti
korupsi
Publikasi inovasi-inovasi
Evaluasi khusus bagi
Evaluasi kinerja untuk perbaikan kualitas
daerah-daerah yang belum
Rekomendasi pelayanan publik pelayanan publik di
menyusun RAD-PK
daerah
Penerapan sanksi bagi
daerah yang tidak
Pemberian reward bagi
melaksanakan dan Techical assistance
daerah yang punya
melaporkan pelaksanaan untuk peningkatan
inovasi untuk percepatan
Inpres No. 5 Tahun 2004 kualitas pelayanan publik
pemberantasan korupsi
tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi
Tujuan tindakan Shock terapi bagi daerah Meningkatkan Upaya pencegahan
7
Matriks pengukuran dan penilaian persepsi tentang RAD PK. Dikembangkan pertamakali oleh Tim Review
RAD-PK pada tahun 2009
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Skor
Keterangan
73,36% - 100%
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35%
Rendah Sedang Tinggi
Hasil Pengukuran
RAD-PK perlu dikukuhkan
Masih ada keraguan
Daerah memandang menjadi Peraturan Kepala
Penilaian tentang perlu
RAD-PK tidak perlu Daerah, disosialisasikan
berdasarkan tidaknya pengukuhan
dikukuhkan dalam sehingga masyarakat paham
indikator RAD-PK dalam suatu
suatu peraturan proses dan substansi RAD-PK
peraturan
Adanya landasan hukum RAD-
Tidak ada kejelasan tentang pelaksanaan RAD-PK PK menjamin efektifitas
Makna termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan atau tindak lanjut di
capaiannya. daerah.
Skor
Keterangan
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35% 73,36% - 100%
Skor
Keterangan
73,36% - 100%
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35%
Hasil Rendah Sedang Tinggi
Pengukuran
Koordinasi berjalan
Koordinasi dinilai sangat
namun masih ada
Penilaian pertanyaan tentang membantu proses
Penyusunan RAD-PK tidak
berdasarkan penyusunan dan
melibatkan semua pihak yang pihak mana yang
indikator pelaksanaan RAD-PK.
berkepentingan berwenang
mengkoordinir para
pihak tersebut.
Daerah masih Daerah sudah melakukan
Belum tumbuh pemahaman inovasi untuk penataan
membutuhkan ketegasan
bahwa RAD-PK harus kelembagaan
Makna tentang kelembagaan
dikembangkan menjadi suatu penyusunan dan
penyusunan dan
gerakan bersama semua pihak pelaksanaan RAD-PK
pelaksanaan RAD-PK
Discursus untuk peningkatan
pemahaman tentang RAD-PK Pembentukan kelembagaan dan mekanisme penyusunan
sebagai suatu dokumen maupun monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK
Rekomendasi penyearah berbagai tindakan- Peningkatan peran tim Kormonev dari Inpres No. 5 Tahun
tindakan dalam upaya 2004
percepatan pemberantasan
korupsi di daerah
Menguatkan dan mendayagunakan fungsi-fungsi yang
Merubah secara mendasar
Tujuan sudah ada dalam pemerintahan maupun masyarakat untuk
pemahaman tentang Aksi
tindakan percepatan pemberantasan korupsi di daerah
Pemberantasan Korupsi
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Skor
Keterangan
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35% 73,36% - 100%
Memastikan bahwa
Merubah secara mendasar pemahaman tentang penyusunan dampak yang sudah ada
Tujuan
dan pelaksanaan RAD-PK agar lebih berdampak bagi berkesinambungan dan
tindakan
masyarakat. meningkat
Tabel 1.9.a. Pengukuran dan Penilaian Kriteria Keberlanjutan Atas Dasar Peluang
Skor
Keterangan
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35% 73,36% - 100%
pemberantasan korupsi di
daerah.
Penyusunan dan
Perlu ada pertimbangan pelaksanaan RAD-PK
Penyusunan dan
atau kajian ulang untuk berpeluang tinggi untuk
Makna pelaksanaan RAD-PK
melanjutkan program dilanjutkan di masa-masa
sebaiknya dihentikan.
RAD-PK yang akan datang
Tabel 1.9.b. Pengukuran dan Penilaian Kriteria Keberlanjutan Atas Dasar Kendala
Skor
Keterangan
73,36% - 100%
20.00% - 46.67% 46,68% - 73,35%
Hasil Rendah Sedang Tinggi
Pengukuran
Masih sangat banyak
tantangan karena program
dan kegiatan untuk
Masih ada kendala dari pencegahan korupsi belum
Tidak ada banyak tantangan
sisi pembiayaan karena menjadi prioritas daerah
karena program dan
daerah memperlakukan Masih ada pihak-pihak
kegiatan untuk pencegahan
RAD-PK sebagai satu yang menentang
Penilaian korupsi telah menjadi
proyek/kegiatan terpisah Masih lemahnya koordinasi
berdasarkan prioritas daerah dan
dan belum diintegrasikan pusat dan daerah serta
indikator masyarakat telah dilibatkan
dalam kesuruhan proses belum terintegrasinya
secara optimal dalam
penyelenggaraan penyusunan dan
penyusunan dan
pemerintahan dan pelaksanan RAD-PK
pelaksanaan RAD-PK
pembangunan di daerah dengan siklus
perencanaan-
penganggaran daerah.
RAD-PK tidak sulit Perlu ada pendesainan ulang RAD-PK baik dari sisi kebijkan,
diakomodir dan kelembagaan maupun mekanisme pelaksaaan serta kerangka
Makna
dilaksanakan oleh monitoring dan evaluasinya.
pemerintah daerah
Evaluasi capaian program Penetapan pedoman penyusunan, pelaksanaan serta
Rekomendasi dan kegiatan SKPD prioritas monitoring dan evaluasi Pelaksanaan RAD PK
dalam RAD -PK
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Penyusuaian kembali
dokumen RAD-PK setiap Sosialisasi pedoman dan pendampingan teknis (technical
assistance) penyusunan RAD-PK
tahun sesuai kebutuhan
daerah.
Meningkatkan capaian hasil
Tujuan pelaksanan RAD-PK baik Memastikan bahwa RAD-PK tetap dilanjutkan
tindakan dari sisi kualitas maupun
sebaran SKPD pelaksana
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Pengukuran Hasil
No Tahapan Proses Kategori Makna Rekomendasi Tujuan tindakan
Kriteria Indikator penilaian Nilai
Tim Perumus terdiri dari
perwakilan para pihak
yang berkepentingan dan 5
dikukuhkan melalui SK Daerah telah terbiasa bekerja
Kepala Daerah. dengan menggunakan tim Memastikan
Perlu kajan tentang
Tim perumus hanya adhoc. capaian yang
kapasitas tim
terdiri dari pemerintah Baik Daerah memandang perlu sudah ada tetap
penyusun yang sudah
saja namun dikukuhkan keterlibatan para pihak dalam berlanjut dan
dibentuk
oleh SK Kepala Daerah upaya percepatan lebih ditingkatkan
4
dan pernah mengadakan pemberantasan korupsi
pertemuan untuk
penyusunan draft RAD-
Adanya Tim PK
Pembentukan
1 Perumus RAD-
Tim Penyusun Tim perumus terbentuk Meningkatkan
PK Perlu penegasan
namun belum dikukuhkan Daerah masih ragu tentang koordinasi antar
tentang pentingnya
melalui SK Kepala 3 Cukup perlunya SK Kepala Daerah lembaga dalam
tim penyusun RAD-
Daerah tentang tim penyusun penyusunan
PK
RAD-PK
Tidak ada tim perumus
namun ada panitia adhoc Membangun
2
yang dibentuk untuk Sosialisasi/penegasan pemahaman yang
Daerah belum paham tentang
menyusun draft RAD-PK tentang pentingnya mendasar tentang
Buruk kelembagaan dan mekanisme
Tidak ada panitia adhoc pembentukan tim proses
kerja tim penyusun RAD-PK
untuk penyusunan yang penyusun penyusunan
1
bertugas menyusun draft RAD-PK
RAD-PK
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Pengukuran Hasil
No Tahapan Proses Nilai Kategori Makna Rekomendasi Tujuan tindakan
Kriteria Indikator penilaian
Ada serial pertemuan
untuk pembahasan isu
prioritas dan penyusunan Daerah memandang perlunya
dokumen draft RAD-PK keberadaan dokumen RAD-
5
yang dikoordinir oleh PK sebagai salah satu Memastikan
Bappeda atau pihak yang dokumen perencanaan yang keberlanjutan
Perlu ada penegasan
bertugas mengurus RAD- penting bagi daerah. proses
Baik tentang format
PK Daerah sudah menerapkan penyusunan
dokumen RAD-PK
Ada notulensi pertemuan proses partisipasi dalam RAD-PK secara
para pihak yang perencanaan konsisten
dikoordinir oleh Bappeda program/kegiatan
4
atau pihak yang pembangunan
ditugaskan mengurus
RAD-PK
Penyusunan Ada dokumen Mengubah secara
2 mendasar dan
draft RAD-PK draft RAD-PK Diperlukan bantuan
Sudah ada kehendak daerah meningkatkan
Ada notulensi pertemuan teknis (technical
untuk menjadikan RAD-PK kapasitas
pembahasan isu prioritas 3 Cukup assistance) untuk
sebagai salah satu dokumen pemahaman
di Bappeda penyusunan draft
perencanaan konsep, strategi
RAD-PK
dan teknis
kegiatan
Dokumen draft RAD-PK Mengubah secara
dibuat menjelang hari 2 mendasar dan
pelaksanaan KKP Diperlukan bantuan meningkatkan
RAD-PK belum dianggap teknis (technical kapasitas
Buruk penting untuk disusun oleh assistance) untuk pemahaman
Tidak ada dokumen draft daerah penyusunan draft konsep, strategi
RAD-PK 1 RAD-PK dan teknis
kegiatan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Pengukuran Hasil
No Tahapan Proses Nilai Kategori Makna Rekomendasi Tujuan tindakan
Kriteria Indikator penilaian
Daerah memahami kerangka Perlu
Program dan kegiatan
teknis pelaksanaan RAD-PK dipertimbangkan
dalam RAD-PK sudah
5 dan menuangkannya ke dalam adanya
direalisasikan oleh SKPD
program dan kegiatan yang penghargaan
pelaksana
sedang berjalan bagi daerah yang Meningkatkan
SKPD belum memilik inovasi dampak
Baik
mengakomodir program dalam upaya pelaksanaan
Daerah dapat mengintegrasikan mencapaian RAD-PK
dan kegiatan dalam RAD-
RAD-PK dalam pemberantasan
PK ke dalam 4
Ada program program/kegiatan yang sedang korupsi dengan
Renja/RKA/DPA tetapi
dan kegiatan berjalan RAD-PK sebagai
telah melaksanakan
dalam pedomannya
kegiatan serupa
Melaksanakan Renja/RKA/DPA
6 Perlu ada
RAD-PK SKPD yang SKPD prioritas telah Meningkatkan
menjadi Daerah memiliki komitmen penegasan dan
menetapkan program dan kapasitas daerah,
prioritas dalam untuk melaksankan RAD-PK atau
kegiatan RAD-PK dalam baik dari sisi
RAD-PK 3 Cukup namun masih ragu dalam pendampingan
Renja/RKA/DPA (ada pemahaman
melaksanakan program dan bagi SKPD
alokasi anggaran untuk maupun
kegiatan RAD-PK pelaksana RAD-
kegiatan RAD-PK) pelaksanaannya
PK
SKPD pelaksana masih Perlu Merubah
ragu-ragu (kurang paham) dipertimbang-kan pemahaman dan
Daerah memposisikan RAD-PK
untuk mengakomodir model sanksi memperbaiki
2 Buruk hanya sebagai proyek singkat
program/kegiatan RAD-PK bagi daerah yang secara mendasar
dengan anggaran yang besar
ke dalam Renja dan RKA tidak strategi
SKPD melaksanakan percepatan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
RAD-PK pemberantasan
Belum ada SKPD yang
korupsi
melaksanakan
1
program/kegiatan dalam
RAD-PK
Sudah ada Tim Kormonev Dipertimbangkan
RAD-PK (Inpres No. 5 adanya
Tahun 2004) yang penghargaan
melaksanakan proses 5 bagi daerah yang
monitoring, evaluasi dan Daerah memiliki komitmen yang secara rutin Melanjutkan
laporan pelaksanaan RAD- tinggi untuk percepatan melakukan capaian yang
PK Baik pemberantasan korupsi, paham monev dan sudah ada agar
tentangmekanisme monitoring melaporkannya lebih berdampak
Tim Kormonev telah dan evaluasi RAD-PK secara periodic bagi masyarakat
menetapkan struktur, dari pelaksanaan
4 RAD-PK maupun
mekanisme dan agenda
kerja Inpres No.
5/2004
Menemukan dan
Monitoring dan mengenali
Ada Tim Perlu ada kajian
evaluasi Daerah sudah membentuk Masih membutuhkan proses permasalahan
7 Kormonev RAD- tentang
pelaksanaan Tim Kormonev berdasarkan evaluasi untuk menguji yang dihadapi
PK keberadaan tim
RAD-PK SE Menpan meski sebatas 3 Cukup komitmen daerah tentang daerah sekaligus
monitoring dan
untuk menggugurkan percepatan pemberantasan untuk
evaluasi RAD-PK
kewajiban administratif korupsi meningkatkan
d setiap daerah
kapasitas tim
monev
Tidak ada tim kormonev
yang ditugaskan untuk Penerapan
melakukan monitoring dan sanksi bagi
2 daerah yang Merubah
evaluasi pelaksanaan RAD- Perlu dipertanyakan komitmen
PK maupun Inpres No. 5 tidak melaporkan komitmen dan
daerah tentang keberlanjutan
Tahun 2004 Buruk capaian strategi secara
percepatan pemberantasan
pelaksanaan menyeluruh dan
Daerah memandang tidak korupsi di daerah
RAD-PK maupun mendasar
perlu ada tim kormonev,
1 Inpres No.
sehingga daerah belum
5/2004
membentuk tim kormonev
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Sedangkan luas wilayah dari Kota Bandung sebesar 16.729,65 Ha.8, dengan jumlah penduduk
sebanyak 2.417.287 jiwa (penduduk laki-laki 1.233.039 jiwa dan perempuan 1.184.248 jiwa), dengan
persentase laju pertumbuhan tiap tahunnya berkisar 1,81%9
Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung adalah 16.008,53 jiwa/Km², dan jika dilihat dari
segi kepadatan penduduk per kecamatan pada Tahun 2009 maka ada 6 kecamatan dari 30 kecamatan
di Kota Bandung dengan jumlah penduduk terpadat, yaitu:
1. Kecamatan Babakan Ciparay, dengan jumlah penduduk 144.892
2. Kecamatan Kiaracondong, dengan jumlah penduduk 131.978
3. Kecamatan Coblong, dengan jumlah penduduk 128.748
4. Kecamatan Bandung Kulon, dengan jumlah penduduk 127.622
5. Kecamatan Batununggal, dengan jumlah penduduk 125.636
6. Kecamatan Bojongloa Kaler, dengan jumlah penduduk 123.09210
Secara administratif wilayah Kota Bandung berbatasan dengan daerah kabupaten/kota lainnya
yaitu :
8
Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang
Perubahan batas Wilayah Kotamadya Tingkat II Bandung yang merupakan tindak lanjut dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung
9
Hal. 43, Buku Bandung Dalam Angka 2010 dari BPS Provinsi Jawa Barat
10
Hal. 45, Buku Bandung Dalam Angka 2010 dari BPS Provinsi Jawa Barat
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
2.2. Pemerintahan
Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai bagian Integral pemerintahan dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia, secara historis telah mengalami berbagai perubahan pada
tatanan manajemen penyelenggaraan pemerintah daerah. Kondisi ini ditandai dengan adanya
penyempurnaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah. Perubahan tersebut selain karena tuntutan reformasi yang
mengharuskan pemerintah lebih transparan dan akuntabel, juga dipengaruhi oleh perkembangan
dinamika institusi/badan/lembaga pemerintah dalam upaya mengakomodasi berbagai kebutuhan
masyarakat serta upaya mengoptimalkan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.
Berkenaan dengan perencanaan pembangunan daerah, pemerintah Kota Bandung telah
mengeluarkan Perda No. 09 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Tahun 2009 - 2013. Dokumen ini merupakan penjabaran visi, misi dan program Walikota Bandung
terpilih dalam suatu periode masa jabatan. Penyusunan RPJM Daerah Kota Bandung Tahun 2009 –
2013 berpedoman pada RPJP Daerah Kota Bandung 2005 – 2025 serta memperhatikan RPJM
Nasional dan RPJM Provinsi, memperhatikan sumber daya dan poetnsi yang dimiliki, faktor-faktor
keberhasilan, evaluasi pembangunan serta isu-isu strategis yang berkembang.
Berdasarkan RPJMD Kota Bandung, isu-isu strategis yang menjadi fokus perhatian Kota
Bandung antara lain :
1. Peningkatan kualitas pendidikan
2. Penumbuhan ekonomi kreatif kota dan sektor ekonomi kreatif dan tradisional
3. Peningkatan kualitas dan pencegahan degradasi lingkungan hidup kota
4. Penyediaan dan pengelolaan infrastruktur serta penataan kota
5. Peningkatan kualitas kesehatan dan penanganan penyakit
6. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran
7. Penyediaan pelayanan umum kota yang prima
8. Optimalisasi manajemen pemerintahan kota
9. Efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan daerah.
Pada tahun 2004, IPM Kota Bandung mencapai 77,17 dan sampai dengan tahun 2007 relatif
tumbuh sangat lambat. Struktur IPM Kota Bandung bervariasi menurut aspeknya. Indeks Pendidikan
adalah indeks tertinggi, sedangkan Indeks Daya Beli adalah indeks terendah. Berdasarkan data yang
ada, Indeks Kesehatan adalah indeks yang diperkirakan dapat mengalami pertumbuhan paling cepat.
Bila pada tahun 2007 adalah sekitar 80, maka ada kemunngkinan dapat mengalami peningkatan hingga
91, atau sedikit lebih rendah daripada indeks pendidikan. Indeks pendidikan walaupun mengalami
peningkatan, namun peningkatannya lambat. Perkembangan yang mengkuatirkan adalah Indeks Daya
Beli, dimana terdapat kecenderungan mengalami penurunan karena inflasi, kenaikan harga bahan
bakar minyak dan perubahan-perubahan ekonomi makro lain yang menyebabkan penurunan daya beli.
HASIL REVIEW
Review RAD-PK dilakukan dengan menggali informasi dari pihak-pihak yang pernah terlibat
dalam penyusunan awal RAD-PK. Informasi juga diperoleh dari pihak-pihak lain yang dianggap
berkepentingan terhadap RAD-PK. Informasi tentang pelaksanaan siklus penyusunan dan pelaksanaan
RAD-PK merupakan refleksi kepatuhan daerah terhadap Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi.
Siklus penyusunan RAD-PK terdiri atas pembentukan tim penyusun, penyusunan draft RAD-
PK, Pelaksanaan Kampanye dan Konsultasi Publik (KKP), Penyempurnaan drat RAD-PK, Menuangkan
RAD-PK dalam peraturan (legalisasi) dan mensosialisasikannya, pelaksanaan RAD-PK dan
Pembentukan Tim Monitoring dan Evaluasi RAD-PK.
Keterkaitan RAD-PK dengan dokumen perencanaan adalah keterkaitan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD),
Rencana Strategis (RENSTRA), Rencana Kerja (RENJA), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD pelaksana RAD-PK. Keterkaitan tersebut dilihat dengan
cara membandingkan pernyataan program dan kegiatan yang tercantum dalam matrik RAD-PK dengan
pernyataan program dan kegiatan yang tercantum dalam dokumen perencanaan lainnya. Keterkaitan
diklasfikasikan kedalam 3 kelas yaitu: sama, mirip dan tidak adanya pernyataan dalam dokumen
perencanaan lainnya.
Persepsi stakeholder terhadap RAD-PK didasarkan pada respon responden terhadap berbagai
pernyataan yang diajukan yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Relevansi
2. Efektivitas
3. Efesiensi
4. Koordinasi & kerjasama
5. Keberlanjutan tercakup di dalamnya peluang dan kendala/tantangan
6. Dampak
Tabel 3.1 Nilai dan Kategori Tahapan Siklus Penyusunan RAD-PK di Kota Bandung
No Tahapan Siklus Nilai Kategori
1 Pembentukan Tim perumus 4 Baik
2 Penyusunan Draft RAD-PK 3 Cukup
3 Kampanye dan Konsultasi Draft RAD-PK 4 Baik
4 Penyempurnaan Dokumen RAD-PK 3 Cukup
5 Legalisasi dan sosialisasi RAD-PK 4 Baik
6 Pelaksanaan RAD-PK 4 Baik
7 Pembentukan Tm Kormonev 5 Baik
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.1. Nilai dan Kategori Pelaksanaan Siklus Penyusunan RAD-PK Kota Bandung
Nilai Pelaksanaan Siklus Penyusunan RAD-PK
Pembentukan Tim
Perumus (BAIK)
5
Pembentukan Tim 4 Penyusunan Draft
Kormonev (BAIK) 3 RAD-PK (CUKUP)
2
1
0 Kampanye dan
Pelaksanaan RAD-PK
Konsultasi Publik
(BAIK)
(BAIK)
Legalisasi dan
Penyempurnaan Draft
Sosialisasi RAD-PK
RAD-PK (CUKUP)
(BAIK)
RPJMD
No RAD-PK Pernyataan Sama Pernyataan Mirip Pernyataan Tidak ada Kategori
(%) (%) (%)
1 Program 100 - - Tinggi
2 Kegiatan 66 19 16 Tinggi
1 Program
100 - - Tinggi
2 Kegiatan
64 14 22 Tinggi
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Tabel 3.5. Keterkaitan Program dan Kegiatan RAD-PK dengan Renja SKPD
RENJA SKPD
No RADPK Pernyataan Sama Pernyataan Mirip Pernyataan Tidak ada Kategori
(%) (%) (%)
1 Program 100 - - Tinggi
2 Kegiatan 71 14 16 Tinggi
Tabel 3.6. Keterkaitan Program dan Kegiatan RAD-PK dengan RKA SKPD
RKA SKPD
No RADPK Pernyataan Sama Pernyataan Mirip Pernyataan Tidak ada Kategori
(%) (%) (%)
1 Program 100 - - Tinggi
2 Kegiatan 71 14 16 Tinggi
Tabel 3.7. Keterkaitan Program dan Kegiatan RAD-PK dengan DPA SKPD
DPA SKPD
No RADPK Pernyataan Sama Pernyataan Mirip Pernyataan Tidak ada Kategori
(%) (%) (%)
1 Program 100 - - Tinggi
2 Kegiatan 69 12 19 Tinggi
Laki-Laki
53%
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
31 - 40 tahun
> 40 tahun 23%
64%
60 51
47
50
40
30
20
10 3 0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
68
70
60
50
40 31
30
20
10 1 0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.6. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Penyusunan dan
pelaksanaan RAD PK merupakan pelaksanaan visi dan misi Kota Bandung
55
60
50
37
40
30
20 8
10 0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.7. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Penyusunan dan
pelaksanaan RAD PK merupakan keharusan bagi pemerintah Kota Bandung
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
58
60
50
40
31
30
20
11
10
0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.8. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Penyusunan dokumen
RAD-PK merupakan tuntutan masyarakat
Bagan 3.9. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa RAD-PK dibutuhkan oleh
masyarakat
78
80
70
60
50
40
30
20 12 10
10 0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.10. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa isu prioritas RAD-PK
dibahas bersama-sama dengan masyarakat
50 45
45 37
40
35
30
25 18
20
15
10
5 0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
64
70
60
50
40
30 18
14
20
5
10 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.11. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa program dan kegiatan
RAD-PK merupakan usulan/kebutuhan masyarakat
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
67
70
60
50
40 28
30
20
5
10 0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
41 39
45
40
35
30
25
16
20
15
10 5
5 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.13. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa semua tahapan
penyusunan RAD-PK berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
47
50
40
29
30 24
20
10
0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.14. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa dokumen RAD-PK
ditetapkan menjadi peraturan kepala daerah dalam waktu yang singkat
Bagan 3.15. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa setiap tahapan proses
penyusunan RAD-PK mencapai hasil yang direncanakan
60 51
50
40 29
30 18
20
10 2 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
43
45 40
40
35
30
25 17
20
15
10
5 0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.16. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Peraturan Kepala Daerah
tentang RAD-PK disosialisasikan seluruh lapisan masyarakat
39
40
35 30
30 24
25
20
15
10 5
5 1
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.17. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa masyarakat mengetahui
proses dan substansi penyusunan RAD-PK
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
73
80
70
60
50
40
30 20
20 5
3 0
10
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.18. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa SKPD yang ditetapkan
menjadi pilot menyusun rencana tindak lanjut setelah ada peraturan Kepala Daerah
50
50
40
25 25
30
20
10
0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.19. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa SKPD pilot
mensosialisasikan program/kegiatan pelaksanaan RAD-PK kepada masyarakat
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
41
45
37
40
35
30
25
20
15 11
10 5 5
5
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
45 41 39
40
35
30
25
20 16
15
10 5
5 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.21. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa hasil yang dicapai dari
seluruh tahapan proses penyusunan, seimbang dengan besarnya biaya yang
dialokasikan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.22. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa ada pertanggung-
jawaban pengelolaan dana yang dialokasikan untuk penyusunan RAD-PK
47
50
40
29
30 24
20
10
0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.23. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa SKPD pilot
mengalokasikan dana untuk pelaksanaan kegiatan yang dimuat dalam dokumen
RAD-PK
70
70
60
50
40
30
12 15
20
3
10 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
70
60
50
40
30
20
10
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.24. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa SKPD pilot melakukan
internal audit atas dana pelaksanaan kegiatan Aksi Daeah Pemberarantasan
Korupsi
56
60
50
40
27
30
17
20
10 0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
80 70
70
60
50
40
30 21
20 9
10 0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.26. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa koordinasi dengan
pemerintah pusat berjalan dengan baik
48
50
45
40
35 29
30 22
25
20
15
10 1
5 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.27. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa koordinasi dengan
pemerintah pusat dilakukan atas inisiatif daerah
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
74
80
70
60
50
40
30 16
20 10
10 0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.28. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa pertemuan stakeholder
dikoordinir oleh Bappeda
60 54
50
40 32
30
20 13
10 1 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.29. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa koordinasi memudahkan
penyelesaian penyusunan program/kegiatan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
80 70
70
60
50
40
30 22
20 8
10 0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
70 61
60
50
40
30 22
16
20
10 1 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.31. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa kinerja SKPD pelaksana
RAD-PK menjadi lebih baik
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
67
70
60
50
40
30 20
20 13
10 0 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.32. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Masyarakat menyatakan
puas atas pelayanan yang diberikan SKPD
70
70
60
50
40
30
18
20 8
5
10 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.33. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa kasus korupsi semakin
menurun
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
60 54
50
40
27
30
20
7 7
5
10
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.34. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa masyarakat makin
percaya pada pemerintah
36
40
35
27
30
25 20
17
20
15
10
5 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Bagan 3.36. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa RAD-PK harus
dilaksanakan setiap tahun
42
45
40
35 28
30
25
20 14 16
15
10
5 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
36 36
40
35
30
25
17
20
15 9
10
5 1
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.37. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa setiap tahun pemerintah
harus menetapkan minimal satu program bebas korupsi di setiap SKPD
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
46
50
39
40
30
20 14
10 1 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.38. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa pencegahan korupsi
harus menjadi perhatian bersama baik pemerintah maupun masyarakat
47
50
40
29
30
20
20
10 5
0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.39. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa pemerintah dan
masyarakat bisa bekerjasama untuk pencegahan korupsi
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
39
40 35
35
30
25
18
20
15 8
10
5 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.40. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa masyarakat bisa
mendorong upaya percepatan pemberantasan korupsi
60 51
50
35
40
30
20
8
4 1
10
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.41. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa Masyarakat dapat
berperan serta menyusun aksi pemberantasan korupsi berbasis budaya setempat
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
38
40 36
35
30 24
25
20
15
10
5 1 1
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
38
40 34
35
30
25 18
20
15
7
10 3
5
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.43. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa pencegahan korupsi
belum menjadi prioritas dalam penyusunan program tahunan daerah
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
38
40
35
30 22
25 19 20
20
15
10
5 1
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.44. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa ada pihak-pihak yang
menentang upaya percepatan pemberantasan korupsi
60 53
50
40
30 24
20 11 11
10 2
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.45. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa ada kebijakan baik di
pusat maupun daerah yang berbenturan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
45
50
40
30 23
18
20 12
10 1
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.46. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa RAD-PK belum terpadu
dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah
41
45
40 33
35
30
25 16
20
15 9
10 1
5
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.47. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa ada kesulitan melibatkan
masyarakat dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
47
50
40
26 26
30
20
10 1 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
49
50
45
40
35 30
30
25 20
20
15
10 1
5 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.49. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa perlu strategi
pemberantasan korupsi berbasis masyarakat
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
56
60
50
40
30 23
18
20
10 3 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.50. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa RAD-PK harus menjadi
rencana aksi bersama antara pemerintah dan masyarakat
28 29
30 27
25
20 16
15
10
5 0
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.51. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa harus ada proses
monitoring dan evaluasi (Monev) RAD-PK berbasis partisipasi masyarakat
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
41
45
40
35
30
25 19
17
20 14
15 9
10
5
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Bagan 3.52. Persentase respon responden terhadap pernyataan bahwa harus ada penyesuaian
RAD-PK setiap tahun
penyusunan RAD-PK, usulan pembentukan tim penyusun RAD-PK, serta gambaran umum usulan isu
proritas yang akan dicantumkan dalam RAD-PK.
Mengingat RAD-PK merupakan rencana aksi daerah yang mencakup seluruh bidang
perencanaan pemberantasan korupsi di daerah, maka tim penyusun semestinya melibatkan unsur para
pemangku kepentingan, seperti unsur dari Perguruan Tinggi, asosiasi/organisasi profesi, LSM dan
unsur SKPD lain yang sangat terkait dengan pelaksanaan RAD-PK. Namun upaya mengkoordnasikan
berbagai pihak untuk menjadi anggota tim perumus tidaklah mudah karena masing-masing perwakilan
dari stakeholder mempunyai kepentingan dan kesibukan di kelembagaannya masing-masing.
“…….Kami menghadapi kendala dalam menyamakan persepsi tentang RAD-PK kepada setiap SKPD
pelaksana RAD-PK, karena orang yang mewakili SKPD yang bersangkutan selalu berbeda-beda pada
setiap pertemuan pembahasan persiapan penyusunan RAD-PK.” (Kamelia Purbani, Bappeda Kota
Bandung)
Hal tersebut terungkap pula dari FGD review RAD-PK, bahwa perwakilan dari SKPD dan non
pemerintah berbeda-beda pada setiap seri pelaksanaan diskusi, sehingga materi diskusi persiapan
penyusunan RAD-PK selalu di ulang-ulang.
”.......Kami sering diundang untuk membahas persiapan penyusunan RAD-PK, namun kesulitan untuk
keluar kantor karena harus selalu siap meyelesaikan berbagai permohonan perizinan.Oleh sebab itu
orang yang mewakili SKPD selalu berbeda-beda bergantung pada orang yang mempunyai waktu
kosong” (Sugiharto, BPPT Kota Bandung)
Meskipun tim perumus RAD-PK hanya terdiri dari unsur pemerintah saja namun dikukuhkan
dengan Surat Keputusan Walikota Bandung. Berdasarkan lampiran SK Walikota tersebut tim penyusun
terdiri Ketua dari Bappeda, Sekretaris dari Inspektorat dan para anggota tim dari Bappeda, Sekretariat
Daerah dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung. Secara teknis, tim yang dibentuk melalui SK
Walikota tersebut ini tidak melakukan serial pertemuan untuk menyusun draft RAD-PK. Hal ini
disebabkan para anggota tim yang dibentuk tersebut adalah para pejabat yang tidak melakukan
kegiatan teknis penyusunan draft RAD-PK. Agar penyusunan RAD-PK dapat dilakukan, maka Bappeda
sebagai koordinator penyusunan RAD-PK membentuk tim/panitia adhoc yang diketuai oleh Sekretaris
Bappeda. Selanjutnya, Kepala Bappeda melalui Surat Perintah No. 800/bapp/2008 memerintahkan
kepada panitia adhoc untuk melaksanakan workshop penyusunan Draft Dokumen RAD-PK Kota
Bandung.
Berdasarkan hasil penilaian tim review, pembentukan tim penyusun RAD-PK di Kota Bandung
mendapatkan kategori Baik. Hal ini berarti Kota Bandung tampaknya telah terbiasa membentuk tim
adhoc walaupun masih didominasi oleh perwakilan dari unsur pemerintah. Namun demikian perlu pula
diperhatikan kapasitas tim perumus yang sudah dibentuk tersebut agar pada penyusunan RAD-PK di
masa yang akan datang menjadi jauh lebih baik dengan mempertahankan capaian yang sudah ada.
perbaikan tata pemerintahan, pengelolaan keuangan daerah maupun peningkatan pelayanan publik
dalam kerangka pencegahan korupsi.
Rancangan awal RAD-PK berfungsi sebagai bahan kajian yang selanjutnya dibahas dalam
Kampanye dan Konsultasi Publik (KKP) guna menyempurnakan dan menetapkan. Rancangan RAD-PK
Kota Bandung ini disusun oleh Panitia/Tim adhoc penyusun yang telah dibentuk sebelumnya. Dari hasil
temuan lapangan, rancangan awal (draft) RAD-PK disusun secara internal oleh tim teknis Bappeda
termasuk penentuan isu prioritas.
“……Pada awalnya kami kesulitan untuk menyusun Draft RAD-PK karena tidak ada pedoman teknis
terkait dengan itu. Setelah kami berkonsultasi dengan Bappenas dan mendapatkan bantuan teknis,
kami memperoleh contoh RAD-PK sehingga kami berhasil menyusun draft RAD-PK” (Kamalia Purbani,
Bappeda)
Namun demikian pertemuan-pertemuan tersebut tidak dilakukan secara serial dengan SKPD
pelaksana sehingga pembahasan lebih mendalam terhadap isu prioritas tidak banyak dilakukan.
“…..Perubahan SOTK di lingkungan pemerintahan mengakibatkan perwakilan SKPD yang sejak awal
mengikuti perkembangan proses persiapan penyusunan RAD-PK ternyata banyak berpindah tugas ke
SKPD/SOTK atau bidang lain. Inilah salah satu faktor penyebab proses koordinasi penyusunan RAD-PK
menjadi terhambat (Farhan Akbar, Bappeda)
Bappeda Kota Bandung juga mengakui adanya kendala untuk melakukan serial pertemuan
secara khusus untuk membahas isu prioritas dan draft RAD-PK. Hal yang sama diakui oleh pihak SKPD
yang juga tidak terlalu banyak tahu tentang proses penyusunan dan pembahasan isu prioritas dan draft
RAD-PK.
“…..Kami lupa siapa yang dulu ditugaskan untuk menghadiri pembahasan draft RAD-PK dan kami
sendiri baru diingatkan kembali bahwa Kota Bandung sekarang telah mempunyai RAD-PK, Padahal
hampir seluruh isu, program dan kegiatan yang tercantum dalam matrik RAD-PK sebenarnya adalah
program dan kegiatan peningkatan pelayanan publik yang selama ini kami lakukan” (Dadang, Dinas
Pendidikan.)
Karena berbagai kepentingan dan kegiatan di masing-masing SKPD, proses koordinasi dengan
SKPD hanya dilakukan melalui klarifikasi isu prioritas yang akan diusung masing-masing SKPD. Proses
penyusunan draft RAD-PK lebih didominasi oleh tim internal Bappeda. Namun demikian secara
keseluruhan pelaksanaan penyusunan draft RAD-PK Kota Bandung termasuk pada kategori Cukup.
Tersusunnya draft RAD-PK sebelum dilakukan kampanye dan konsultasi publik ini
menggambarkan bahwa pemerintah Kota Bandung sudah mempunyai kehendak untuk menjadikan
RAD-PK sebagai salah satu dokumen perencanaan dalam percepatan pemberantasan korupsi. Namun
demikan masih perlu lebih banyak berkonsultasi dengan pihak lain yang berkompeten untuk
memperoleh bantuan teknis penyusunan draft RAD-PK dimasa mendatang.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Keterlambatan itu disebabkan oleh padatnya pekerjaan di Bappeda. Tim yang tadinya menangani
RAD-PK melakukan kegiatan lain seperti penyusunan RPJMD serta evaluasi berbagai kegiatan
lainnya. Sementara itu SDM yang memahami tentang RAD-PK sangat terbatas (Dewi Gartika,
Bappeda)
11
Laporan Kegiatan workshop penyempurnaan Draft RAD-PK Kota Bandung
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Mengatasi berbagai kendala tersebut tim bantuan teknis dari Kemitraan dan Bappenas dan
Bappeda bersepakat untuk mempercepat proses penyempurnaan RAD-PK Kota Bandung melalui
kegiatan workshop. Kesepakatan untuk menyelenggarakan workshop tersebut dibahas bersama
dengan perwakilan pihak Bappeda Kota Bandung, pada tanggal 30 Oktober 2008 di Yogyakarta pada
kesempatan pelatihan dan adopsi metode Suvey CRC. Selanjutnya disepakati workshop
penyempurnaan dilaksanakan pada tanggal 19 - 20 November 2008
Penyempurnaan rancangan dokumen RAD-PK dilaksanakan oleh Tim Penyusun bersama
SKPD pelaksana RAD-PK. Tim teknis dari SKPD pelaksana yang tercantum dalam RAD-PK dihadirkan
dalam pertemuan ini dan selanjutnya tim teknis dari SKPD melaporkan hasil pertemuan kepada kepala
SKPD untuk selanjutnya menyusun rencana tindak lanjut pelaksanaan RAD-PK oleh SKPD yang
bersangkutan.
Penyempurnaan RAD-PK dilakukan melalui workshop penyempurnaan RAD-PK dengan
menghadirkan setiap SKPD pelaksana yang tercantum dalam draft RAD-PK. Workshop
penyempurnaan RAD-PK Kota Bandung berlangsung di Aula Bappeda Kota Bandung pada tanggal 19 -
20 November 2008. Sebelum workshop dilakukan, Bappeda menyampaikan Draft Matrik RAD-PK
kepada SKPD untuk dibahas terlebih dahulu secara internal di masing-masing SKPD. Workshop ini
dihadiri perwakilan dari SKPD-SKPD yang menjadi pelaksana dalam RAD-PK, yakni:
Dinas Pendidikan
Dinas Kesehatan
Dinas Kebakaran
Bappeda
Bagian Organisasi
BPPT
Inspektorat
Workshop penyempurnaan Draft RAD-PK tersebut dihadiri pula oleh perwakilan dari Bappenas.
Pada hari pertama tidak semua SKPD yang diundang mengirimkan perwakilannya termasuk dari bagian
hukum Setda Kota Bandung juga tidak hadir. Oleh sebab itu pada hari pertama hanya melakukan
klarifikasi program dan kegiatan oleh masing-masing SKPD. Review subtansi draft RAD-PK dibahas
pada hari kedua tanggal 20 November 2008. Penyempurnaan draft RAD-PK dilakukan melalui diskusi
kelompok dan pleno. Walaupun tidak terlalu banyak perubahan, hasil diskusi pleno dan klarifikasi
program/kegiatan menghasilkan beberapa penyempurnaan matrik RAD-PK, yaitu dengan:
Merumuskan strategi pencapaian
Menyusun keterkaitan dengan Program Jangka Menengah
Secara keseluruhan keluaran yang diharapkan dari workshop penyempurnaan draft RAD-PK dapat
dicapai.
Setelah proses workshop penyempurnaan draft RAD-PK, tim adhoc dari Bappeda yang terus
secara aktif merumuskan dan menyusun penyempurnaan draft RAD-PK tanpa banyak melibatkan
SKPD terkait. Ini dikarenakan tim adhoc Bappeda hnya mengganggap kehadiran dari perwakilan SKPD-
SKPD hanya diberikan kesempatan pada waktu mendapatkan masukan atas draft RAD-PK. Menurut
pihak Bappeda hal ini dilakukan agar penyempurnaan draft RAD-PK yang akan diajukan kepada
Bagian Hukum Setda Kota Bandung dapat dilakukan dengan lebih cepat.
Walaupun pelaksanaan workshop penyempurnaan draft RAD-PK tidak melibatkan perwakilan
dari pihak non pemerintah namun workshop lintas SKPD ini mengindikasikan adanya koordinasi internal
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
“…..Sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, proses sosialisasi program dan kegiatan
yang tercantum dalam matrik RAD-PK adalah tugas SKPD yang bersangkutan, bukan Bappeda.
Sedangkan sosalisasi terkait dengan RAD-PK sebagai sebuah Peraturan Walikota adalah tugas Bagian
Hukum Setda. Jika sosialisasi RAD-PK kami lakukan juga, walaupun sifatnya hanya membantu, akan
tetap dianggap sebagai potensi pelanggaran atas peraturan yang berlaku” (Kamalia Purbani, Bappeda)
Walaupun sudah masuk dalam berita daerah, tidak banyak SKPD pelaksana yang mengetahui
dan memahami subtansi dari RAD-PK. Ketidakpahaman terjadi pula pada sebagian besar aparat
inspektorat yang seharusnya berperan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan RAD-PK. Padahal
pada Inpres No. 5 Tahun 2004, disyaratkan untuk dibentuknya Tim Kormonev dalam untuk
memonitoring dan mengevaluasi RAD-PK dan peran sebagi coordinator dari Tim Kormonev ini ditingkat
Provinsi, Kota/Kabupaten berada di tangan Inspektorat.
“…..dulu kami pernah diundang dan menghadiri pertemuan dalam rangka sosialisasi persiapan
penyusunan RAD-PK. Namun hingga saat ini kami belum pernah menerima Peraturan Walikota tentang
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
RAD-PK secara resmi dari pihak manapun, kami tidak tahu matrik RAD-PK, sampai tim review RAD-PK
datang. (Iis, Dinas Kebakaran)
Kondisi diatas menggambarkan bahwa RAD-PK di Kota Bandung cenderung pada pemenuhan
kewajiban administratiif, karena secara teknis tidak banyak dijadikan sebagai dokumen perencanaan
yang setara dengan dokumen lainnya oleh SKPD-SKPD pelaksana
“.....kalau tidak salah RAD-PK ini pernah di bicarakan sejak 3 tahun lalu, saya tahu karena pernah
diundang Bappenas dalam rangka sosialisasi RAN-PK dan RAD-PK. Sekarang Bandung mempunyai
Peraturan Walikota tentang RAD-PK. Terus terang kami belum begitu paham posisi dan peran RAD-PK
di SKPD. Walaupun kami tidak paham, namun sosialisasi tentang peningkatan pelayanan BPPT telah
kami lakukan semaksimal yang kami mampu dengan memanfaatkan berbagai teknologi komunikasi dan
informasi (Giya dan Sony dari BPPT Kota Bandung)
Melihat kondisi tersebut, perlu sosialisasi secara khusus baik internal maupun kepada publik
agar terjadi persamaan persepsi tentang pentingnya RAD-PK sebagai sebuah kebijakan formal. Hal ini
penting dilakukan agar semua pihak memahami RAD-PK sebagai sebuah kebijakan formal mengikat
semua pihak.
Walaupun proses sosialisasi belum menyentuh hampir seluruh stakeholder namun dilihat dari
legalitas yang telah ditetapkan melalui Peraturan Walikota, maka proses legalisasi dan sosialisasi RAD-
PK Kota Bandung termasuk pada kategori Cukup.
6. Pelaksanaan RAD-PK
Pelaksanaan (implementasi) merupakan proses untuk mewujudkan rumusan kebijakan menjadi
tindakan dari kebijakan. Implementasi menjadi bagian yang sangat penting bagi proses pencapaian
tujuan yang berkaitan erat dengan keluaran dan atau produk-produk yang telah direncanakan dan
didesain untuk mendukung pencapaian manfaat RAD-PK.
Secara internal, program dan kegiatan yang diusulkan sebagai percontohan oleh SKPD-SKPD
pelaksana merupakan program dan kegiatan yang dihasilkan dalam forum SKPD dan terakomodir
dalam Renja dan RKA SKPD. Dengan demikian, pembiayaan program dan kegiatan RAD-PK di SKPD-
SKPD Pelaksana mengacu pada DPA masing-masing SKPD tersebut pada setiap tahun anggaran
sesuai dengan waktu pelaksanaan program/kegiatan yang ditetapkan lewat SK Kepala SKPD tentang
Rencana Tindak Lanjut (RTL) Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi.
Rencana tindak lanjut disusun oleh SKPD-SKPD Pelaksana RAD-PK secara internal dengan
melibatkan para aparat yang terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan pada SKPD tersebut.
Rencana tindak lanjut SKPD adalah dokumen pelaksanaan program RAD-PK yang dibuat oleh SKPD
pelaksana. Secara prinsipil, dokumen pelaksanaan (RTL) RAD-PK harus menjadi acuan program dan
kegiatan yang diakomodir ke dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD pada tahun
anggaran berjalan.
Tampaknya SKPD-SKPD pelaksanana tidak menyusun Rencana Tindak Lanjut untuk
memastikan adanya kesesuaian antara program dan kegiatan RAD-PK dengan rencana program dan
kegiatan di SKPD bersangkutan. Namun demikian bukan berarti bahwa RAD-PK tidak diakomodir
dalam program dan kegiatan SKPD pelaksana. Hal ini karena sejak awal penyusunan matrik RAD-PK
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
telah diupayakan sesuai antara isu prioritas RAD-PK dengan rencana program/kegiatan SKPD yang
bersangkutan.
“…..SKPD kami sudah jauh melangkah dalam upaya meningkatkan pelayanan yang menjadi tugas
pokok kami, program dan kegiatan yang tercantum dalam RAD-PK sudah kami lakukan sejak sebelum
RAD-PK disusun dan disosialisasikan. Adanya peningkatan pelayanan di SKPD tidak secara langsung
disebabkan karena adanya RAD-PK, tapi karena peraturan/perundangan lain yang mendorong kami
meningkatkan kualitas pelayanan publik” (Ricki, BPPT Kota Bandung)
Beberapa kegiatan RAD-PK memang tidak terakomodir dalam Renja/RKA/DPA Tahun 2009
dan 2010 dari SKPD-SKPD yang ada di Kota Bandung, akan tetapi beberapa SKPD-SKPD di Kota
Bandung telah melaksanakan kegiatan serupa, khususnya dalam memberikan pelayanan public yang
prima dan transparan. Walaupun tidak sejak dari awal setiap SKPD-SKPD pelaksana memahami RAD-
PK, namun pada umumnya program dan kegiatan SKPD-SKPD terintegrasi dengan program dan
kegiatan SKPD-SKPD yang sedang berjalan.
“…..jika program dan kegiatan yang tercantum dalam RAD-PK semuanya harus selaras (terkait) dengan
dokumen perencanaan lainnya, sebaiknya ada pertemuan khusus seluruh SKPD pelaksana untuk
melakukan teknis penyelarasan RAD-PK dengan dokumen lainnya” (Iis, Dinas Kebakaran).
Adanya perbedaan dalam menyikapi RAD-PK antar SKPD-SKPD pelaksana, maka perlu
dipikirkan adanya penghargaan khusus bagi SKPD-SKPD yang mampu mengintegrasikan RAD-PK
dengan program dan kegiatan SKPD-SKPD yang sedang berjalan dan mengimplementasikannya
dengan baik. Penghargaan ini diharapkan mampu memberikan peningkatan posisi dan peran RAD-PK
serta yang akan berdampak positif terhadap pelaksanaan RAD-PK di internal pemerintahan maupun
terhadap masyarakat secara lebih nyata.
Walaupun tidak didasarkan pada rencana tindak lanjut SKPD, namun dilihat dari kesesuaian
program dan kegiatan RAD-PK dengan dokumen perencanaan SKPD-SKPD lain, maka pelaksanaan
RAD-PK oleh SKPD-SKPD pelaksana termasuk pada katagori Baik.
Daerah. Tugas utama tim monitoring dan evaluasi RAD-PK adalah melakukan pemantauan atas
pelaksanaan RAD-PK dan mengevaluasi capaian pelaksanaan RAD-PK pada akhir tahun anggaran.
Kota Bandung telah membentuk Tim Kormonev (koordinasi, monitoring dan evaluasi) yang
secara khusus akan memonitor dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan Inpres Nomor 5/2004 dan
Perwal Kota Bandung No. 891/2008 tentang RAD-PK.
Tampaknya peran Inspektorat sebagai Koordinator Kormonev RAD-PK belum berjalan secara
efektif. Hal ini diakui oleh SKPD-SKPD pelaksana RAD-PK yang menyatakan bahwa Inspektorat belum
memberikan teguran apapun terkait dengan pelaksanaan RAD-PK pada masing-masing SKPD.
Secara periodik Inspektorat mengevaluasi kinerja SKPD kami, namun belum pernah membahas secara
ekplisit kegiatan dan program SKPD seperti yang tercantum dalam matrik RAD-PK SKPD kami (Iis,
Dinas Kebakaran)
Walaupun belum menetapkan mekanisme dan agenda kerja serta membuat laporan hasil
monev RAD-PK yang dapat dibaca publik, namun pembentukan tim kormonev tersebut mengindikasi
adanya kelembagaan yang fungsinya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan RAD-PK.
“…..Inspektorat setiap tahun memonitor dan mengevaluasi kinerja SKPD, namun belum secara khusus
memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan RAD-PK, karena yang saya ketahui secara internal belum
melakukan konsolidasi terkait pelaksanaan RAD-PK (Riawati, Inspektorat.)
Dengan terbentuknya Tim Kormonev maka tahapan pembentukan Tim montoring dan evaluasi
dari siklus penyusunan RAD-PK Kota Bandung termasuk pada kategori Baik.
“…….sangat beresiko bagi kami jika program dan kegiatan RAD-PK dilaksanakan tetapi tidak selaras
dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Bagi kami apabila hal itu terjadi maka akan menjadi
temuan yang membuat kami malah dianggap korupsi walaupun kami tahu RAD-PK justru ingin
mencegah korupsi”, oleh sebab itu apabila RAD-PK akan dilaksanakan harus terintegrasi dengan
dokumen perencanaan lain yang jauh lebih kuat dasar hukumnya (Ricky, BPPT Kota Bandung)
Keterkaitan antara program dan kegiatan RAD-PK dengan program dan kegiatan dokumen
perencanaan lainnya termasuk pada kategori Tinggi.
Adanya keterkaitan yang tinggi antara RAD-PK dengan dokumen lainnya mengindikasikan
bahwa secara administratif sistem perencanaan dan penganggaran RAD-PK Kota Bandung di SKPD-
SKPD pelaksana sudah berjalan dengan baik. Walaupun demikian, secara subtansi belum dapat
menjamin terjadinya peningkatan pelayanan public dan penurunan tindakan korupsi.
“…..RAD-PK Kota Bandung bisa hanya sekedar perencanaan, jika para pelaksana tidak mampu
mendobrak perilaku koruptif yang terkadang justru didorong oleh kultur masyarakat. Oleh sebab itu
selain perencanaan yang bersifat administratif juga diperlukan rencana aksi perubahan perilaku budaya
masyarakat yang berindikasi sebagai perbuatan korupsi, Misalnya kultur atau budaya penyampaian rasa
terimakasih berupa uang atau barang yang dapat dianggap sebagai gratifikasi atau pungutan liar.
Menurut saya harus diawali dengan kampanye mencintai Kota Bandung, karena tindakan melanggar
hukum yang dilakukan oleh birokrat maupun masyarakat pada intinya karena tidak mencintai Kota
Bandung. (Bulgan Alamin, Diskominfo).
“…..walaupun selama ini BPPT mengacu pada standar kualitas berdasarkan ISO dalam mengukur
kualitas layanannya, namun RAD-PK masih tetap relevan untuk digunakan sebagai standard kinerja
SKPD sepanjang keberadaanya tidak hanya sekedar memenuhi aspek administrasi pemerintahan.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Penandatanganan fakta integritas belum tentu relevan karena yang diinginkan masyarakat adalah
tindakan nyata, bukan seremonial. Saya khawatir kebijakan yang tadinya ditujukan untuk mencegah
korupsi, justru menciptakan potensi terjadinya korupsi baru” (Ricki, BPPT Kota Bandung)
Berdasarkan komposisi respon atas efektivitas kegiatan penyusunan RAD-PK seperti yang
ditampilkan pada Bagan 3.12, bahwa seluruh tahapan penyusunan RAD-PK berjalan dengan baik.
Namun demikian masih terdapat kecenderungan responden meragukan akan pemahaman atas
subtansi penyusunan RAD-PK (Bagan 3.17). Begitu pula terdapat kecenderungan meragukan adanya
tindak lanjut sosialisasi RAD-PK kepada seluruh lapisan masyarakat oleh SKPD-SKPD pelaksana
(Bagan 3.19). Responden hanya menganggap bahwa Peraturan Walikota tentang RAD-PK hanya
dilakukan oleh Bappeda kepada SKPD-SKPD dan tidak dilanjutkan oleh SKPD-SKPD pelaksana
kepada masyarakat sebagai pemanfaat langsung dari layanan publik SKPD yang bersangkutan (Bagan
3.16). Kondisi inilah yang dikhawatirkan bahwa RAD-PK menjadi tidak efektif karena masyarakat tidak
memahami RAD-PK.
“…..sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, proses sosialisasi program dan kegiatan
yang tercantum dalam matrik RAD-PK adalah tugas SKPD yang bersangkutan, bukan Bappeda.
Sedangkan sosalisasi terkait dengan RAD-PK sebagai sebuah Peraturan Walikota adalah tugas Bagian
Hukum Setda. Jika sosialisasi RAD-PK kami lakukan sifatnya hanya membantu walaupun akan
berpotensi melanggar peraturan”. (Kamalia Purbani, Bappeda)
Secara keseluruhan nilai yang diperoleh berdasar skoring persepsi terhadap efektivitas
penyusunan RAD-PK termasuk pada kategori Tinggi (Tabel 3.9). Hal ini berarti bahwa RAD-PK telah
dipahami oleh masyarakat, sehingga menjamin efektivitas pelaksanaannya. Pemahaman masyarakat
terhadap RAD-PK mempunyai konsekuensi kepada pemerintah agar terus menyesuaikan/melakukan
revisi berdasarkan kondisi kebutuhan masyarakat.
“….Kota Bandung memang telah berhasil menyusun RAD-PK, namun efektivitasnya tidak hanya dilihat
dari keberhasilannya dalam menyusun matrik perencanaan program dan kegiatan RAD-PK, tapi harus
pula diukur sampai sejauh mana rencana itu dapat dilaksanakan. Saya melihat banyaknya berbagai
aturan yang bermaksud mencegah korupsi tapi justru menurunkan efektivitas perencanaan program dan
kegiatan di hampir di semua SKPD karena birokrat mensikapinya dengan rasa kekhawatiran melakukan
pelanggaran (Bulgan Alamin, Diskominfo)
Dilihat dari persepsi efsiensi tampaknya responden cenderung menghendaki adanya alokasi
anggaran untuk proses penyusunan RAD-PK (Bagan 3.20), begitu pula alokasi anggaran untuk
melaksanakan program dan kegiatan RAD-PK (Bagan 3.23). Selanjutnya alokasi dana baik untuk
penyusunan maupun pelaksanaan tersebut harus dipertanggungjawabkan melalui pelaksanaan audit
internal dan juga melibatkan auditor eksternal independen. Oleh sebab itu seluruh proses penyusunan
dan pelaksanaan RAD-PK harus mempertimbangkan jumlah alokasi dana yang tersedia (Bagan 3.21).
Tentu saja kehendak ini mengharuskan SKPD mengkaitkan program dan kegiatan RAD-PK dengan
program dan kegiatan yang tercantum pada dokumen perencanaan lain.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
“……pada saat penyusunan RAD-PK, kami kesulitan melaksanakannya karena, pada saat itu dana
untuk itu tidak teralokasikan sebelumnya, Keberhasilan penyusunan RAD-PK Kota Bandung tidak
terlepas dari adanya fasilitasi Bappenas dan Kemitraan”. (Kamalia, Bappeda Kota Bandung)
Kategori efisiensi berdasarkan persepsi responden baik keseluruhan maupun parsial termasuk
pada kategori Tinggi (Tabel 3.10). Hal ini berarti tidak perlu menambah pos anggaran baru karena
alokasi untuk kegiatan RAD-PK terintegrasi dalam dokumen rencana dan anggaran SKPD-SKPD
pelaksana.
“…..walaupun kami tidak tahu program dan kegiatan dalam Matrik RAD-PK yang menyangkut SKPD
kami. Namun seluruh kegiatan dalam RAD-PK dapat terakomodir dalam rencana kerja dan DPA SKPD,
walaupun tidak secara ekpilisit dinyatakan sebagai pelaksanaan progam dan kegiatan RAD-PK. (Iis,
Dinas Kebakaran)
Oleh sebab itu agar belanja APBD dilakukan secara efisien sekaligus program dan kegiatan
RAD-PK dapat dilaksanakan maka perlu adanya penegasan tentang dokumen RTL (Rencana Tindak
Lanjut) bagi tiap SKPD pelaksana RAD-PK.
Koordinasi penyusunan RAD-PK Kota Bandung secara keseluruhan termasuk pada kategori
tinggi. Hal ini ditunjukkan dari respon terhadap pernyataan bahwa koordinasi penyusunan RAD-PK
dilakukan selain dengan pemerintah pusat (Bappenas) maupun internal SKPD-SKPD pelaksana.
Selain itu responden menyatakan bahwa proses koordinasi dengan pemerintah pusat harus dilakukan
atas inisiatif sendiri. Hal ini berarti bahwa Pemerintah Kota Bandung sudah melakukan inovasi untuk
penataan kelembagaan penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK.
Sementara itu dampak RAD-PK yang dirasakan masih bersifat internal pemerintah (Bagan 3.30
dan Bagan 3.31). Sementara dampak terhadap kepercayaan masyarakat atas kinerja pemerintah
sebagai akibat RAD-PK masih perlu dibuktikan (Bagan 3.34).
“……. berbagai aturan pencegahan korupsi seringkali direspon oleh birokrat dengan rasa khawatir
melakukan pelanggaran. Hal ini dapat dilihat dari daya serap alokasi dana dari program dan kegiatan di
Kota Bandung untuk Tahun 2010 sampai pertengahan akhir bulan Nopember masih kurang dari 50
persen. Apabila ini terjadi sampai berakhirnya Tahun 2010, maka yang dirugikan adalah masyarakat,
karena sebagian proses pembangunan yang direncanakan tidak terlaksana. Hal ini akan menurunkan
tingkat kepercayaan masyarakat” ( Bulgan Alamin, Diskominfo)
Peluang RAD-PK menjadi sebuah dokumen perencanaan yang dijadikan pedoman penyearah
bagi upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi ditunjukkan dari persepsi yang menunjukkan
bahwa RAD-PK selain diperlukan oleh Pemerintah Kota Bandung sebagai refleksi kepatuhan
administratif atas Inpres No. 5/2004 tetapi juga karena tuntutan kebutuhan masyarakat. Responden
berharap pemerintah lebih berinisiatif meningkatkan kualitas layanannya dibandingkan dengan hanya
menunggu tuntutan dari masyarakat (Bagan 3.41)
Secara keseluruhan kategori dampak RAD-PK termasuk pada kategori Tinggi. Hal ini berarti
bahwa responden meyakini bahwa RAD-PK akan sangat berkorelasi dengan upaya pemberantasan
korupsi di daerah. Oleh sebab itu diperlukan evaluasi dampak pelaksanaan RAD PK dan pemberian
penghargaan bagi SKPD yang melakukan inovasi untuk percepatan pemberantasan korupsi.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Berbagai inovasi penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK tampaknya sangat dibutuhkan. Hal ini
diharapkan akan menguatkan dan mendayagunakan fungsi-fungsi yang sudah ada dalam pemerintahan
maupun masyarakat untuk percepatan pemberantasan korupsi di Kota Bandung. Beberapa SKPD yang
tupoksinya melakukan pelayanan yang berhubungan secara langsung dengan masyarakat telah
melakukan berbagai inovasi, misalnya Diskominfo menyediakan fasilitas komunikasi berbasis teknologi
informasi bagi siapapun yang menginginkan dokumen-dokumen formal seperti Perda Kota Bandung
yang telah diberlakukan dengan cara mengunduh (download) dari situs http://bandung.go.id atau
menyediakan sarana bagi kecamatan yang akan menyampaikan potensi wilayahnya melalui situs
internet. Begitu pula terkait dengan pengaduan masyarakat, selain mendirikan Unit Pengaduan
Masyarakat, juga melakukan kerjasama dengan media massa dengan membuat kolom “Hallo Kang
Dada” sebagai media bagi masyarakat untuk melakukan pengaduan terkait dengan pelayanan publik
yang dilakukan pemerintah. Hal yang sama juga dilakukan di BPPT Kota Bandung, dengan
menggunakan sistem pengaduan langsung di loket pelayanan, atau informasi kemajuan proses ijin
yang diajukan masyarakat secara online.
“…..Kami berupaya terus menciptakan berbagai inovasi untuk mengkomunikasikan berbagai informasi
terkait dengan Kota Bandung. Karena kami meyakini berbagai permasalahan yang terjadi dapat
diselesaikan melalui komunikasi dan informasi yang proporsional. Keluhan pelayanan publik yang terjadi
seringkali disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh (Win Sepridjal, Diskominfo Kota
Bandung).
Menurut persepsi responden kendala yang dihadapi dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-
PK di Kota Bandung tidak banyak berpengaruh pada RAD-PK. Responden tidak yakin jika ada
anggapan bahwa kendala utama dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK disebabkan oleh
ketersediaan dana yang tidak memadai (Bagan 3.42). Responden juga tidak terlalu yakin jika RAD-PK
belum terpadu dengan siklus perencanaan dan anggaran Daerah sebagai sebuah kendala (Bagan
3.46). Kendala yang dianggap mengganggu adalah benturan antar kebijakan baik di tingkat pusat
maupun daerah (Bagan 3.45).
Secara keseluruhan kendala yang dihadapi dalam penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK
termasuk pada kategori Sedang. Ini berarti masih ada kendala dalam pembiayaan RAD-PK, karena
masih ada anggapan bahwa RAD-PK merupakan sebuah kegiatan/proyek tersendiri dan terpisah serta
belum terintegrasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Oleh
sebab itu perlu ada redesain RAD-PK baik dari sisi kebijakan, kelembagaan maupun mekanisme
pelaksanaan serta kerangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK.
Keberlanjutan RAD-PK di Kota Bandung menurut persepsi responden dapat dilakukan
sepanjang pemerintah tidak terlalu mengandalkan pada inisiatif masyarakat, tetapi harus atas dasar
inisiatif pemerintah (Bagan 3.48 dan 3.49). Hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan Inpres No.
5/2004, bahwa pemberantasan korupsi harus diawali dari perbaikan internal pemerintah terlebih dahulu.
“……sebuah kebijakan hanya ramai dibicarakan diawalnya tapi kemudian tidak dibicarakan lagi karena
ada kebijakan lain yang baru. Saya harap RAD-PK tidak hanya hangat-hangat tahi ayam. Oleh sebab itu
upaya keberlanjutan pemberantasan korupsi termasuk RAD-PK harus disertai komitmen semua pihak
bukan hanya birokrat tapi juga masyarakat, walaupun harus diawali dengan komitmen dari birokrat
tertebih dahulu (Alwi Nasution, Dinas Kebakaran Kota Bandung).
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Responden tidak terlalu yakin bahwa penyesuaian RAD-PK yang dilakukan setiap tahun akan
menjamin keberlanjutan RAD-PK. Penyesuaian RAD-PK yang tidak berbasis pada kebutuhan
masyarakat justru hanya akan terjebak pada penyusunan RAD-PK yang sekedar memenuhi aspek
administrasi belaka dan tidak pada subtansi peningkatan pelayanan public dan memberantas korupsi
pada badan publik.
“…...menurut saya potensi terjadinya korupsi bukan hanya karena adannya celah dari sistem yang
diterapkan, tapi juga adanya dorongan dari masyarakat untuk melakukan korupsi. Oleh sebab itu
kampanye perubahan perilaku masyarakat yang koruptif seperti menyuap, memberikan bingkisan
kepada birokrat yang terkait dengan tugas juga harus pula dilakukan (Alwi Nasution, Dinas Kebakaran
Kota Bandung)
Pada awal penyusunan RAD-PK, Kota Bandung telah berhasil memetakan situasi pelayanan
publik rawan korupsi menjadi isu prioritas. Dilihat dari proses pemetaan yang didasarkan pada berbagai
data dan masukan berbagai pihak di lingkungan pemerintahan dan masyarakat, memang terindikasi
bahwa RAD-PK didasarkan pada konteks situasi lingkungan dan “kekinian”, walaupun pada proses
penyempurnaan draft RAD-PK tidak lagi banyak melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders) dan cenderung dianggap sebagai tanggung jawab Bappeda untuk menyempurnakannya.
Kehendak berbagai pihak memberantas korupsi tentu saja bukan sekedar menerbitkan
berbagai peraturan hukum, tapi juga bagaimana para pelaksana pemerintahan (birokrat) dan
masyarakat memandang situasi lingkungan terkait dengan kasus-kasus korupsi yang terjadi di
daerahnya dan melakukan upaya pemberantasannya secara nyata. Dari hasil review, penyusunan dan
pelaksanaan RAD-PK di Kota Bandung hingga saat ini masih dianggap relevan oleh masyarakat
sebagai bagian dari seluruh program pemberantasan korupsi yang telah ada, baik yang dikeluarkan
oleh pemerintah pusat maupun inisiatif daerah.
“…..korupsi terjadi jika ada kesempatan dan niat. Membatasi kesempatan sudah banyak dilakukan
melalui perubahan sistem administrasi dan keuangan pemerintahan. Sedangkan dari aspek penekanan
niat masih belum banyak dilakukan karena menyangkut perilaku individu. Penandatangan pakta
integritas sebagai upaya penekanan niat pada kenyataannya terkesan hanya “asesoris” belaka. Oleh
itu diperlukan upaya yang mampu menekan niat dan kesempatan dalam satu kebijakan, diantaranya
adalah RAD-PK (Wawan Supratman, Dosen Universitas Pasundan)
RAD-PK Kota Bandung yang secara administrasi dikukuhkan melalui Perwal No. 891 Tahun
2008, pada tahap implementasi selanjutnya belum tentu memberikan gambaran spesifik kebutuhan
masyarakat yang menyeluruh karena selain setiap pihak mempunyai kepentingan masing-masing yang
beragam, selain itu juga karena RAD-PK tersebut baru berumur kurang dari dua tahun. Namun
demikian dengan diberlakukannya RAD-PK yang dikukuhkan melalui Perwal tersebut menunjukkan
adanya kepatuhan terhadap apa yang diinstruksikan pemerintah pusat. Artinya sampai batas
pemenuhan instruksi yang bersifat normatif/administratif Kota Bandung sudah memenuhinya. Terbitnya
Perwal tentang RAD-PK memberikan arti penting bagi posisi dan peran RAD-PK ditengah-tengah
berbagai kebijakan dan peraturan yang mengarah pada pemberantasan korupsi. Tentu saja dari hasil
temuan di lapangan ada beberapa kalangan birokrat yang tidak terlalu paham subtansi menganggap
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
RAD-PK akan sama nasibnya dengan kebijakan-kebijakan lain yang sudah membuktikan
ketidakefektifan dalam memberantas korupsi.
Kebijakan Walikota tentang RAD-PK dalam rangka memenuhi instruksi presiden tidak serta
merta dijabarkan oleh seluruh SKPD sebagai sesuatu yang harus ditindaklanjuti dengan Rencana
Tindak Lanjut (RTL). Beberapa SKPD malah tidak mengetahui secara terinci subtansi RAD-PK,
walaupun sebenarnya program dan kegiatan dari SKPD mereka tercantum dalam RAD-PK dan sudah
pula sebagai program dan kegiatan yang selama ini dilakukan oleh SKPD yang bersangkutan.
Pencantuman rencana prioritas peningkatan pelayanan publik seperti program dan kegiatan
yang di lakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung ternyata tidak mengacu
pada RAD-PK, tetapi dilandaskan pada program lain yang berkaitan dengan upaya peningkatan
pelayanan. Hal yang terjadi di BPPT tersebut sebenarnya terjadi pula di seluruh SKPD-SKPD
pelaksana. Secara subtansial hal tersebut sebenarnya tidak menjadi masalah karena pada intinya
program dan kegiatan yang dilakukan oleh SKPD yang bersangkutan adalah dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan public seperti yang diinginkan RAD-PK. Namun demikian secara
bertahap RAD-PK Kota Bandung diharapkan menjadi acuan dalam menetapkan perencanaan dan
penganggaran program dan kegiatannya di SKPD.
Berdasarkan temuan lapangan, RAD-PK tidak begitu populer dibandingkan dengan kebijakan
lain yang dilandaskan pada bentuk Undang-Undang maupun Keputusan Menteri, atau dengan kata lain
SKPD lebih “suka” menetapkan rencana program dan kegiatan berdasarkan UU atau Kepmen
dibandingkan RAD-PK.
Sudut pandang seperti ini justru akan melumpuhkan kreatifitas SKPD dalam menciptakan
inovasi peningkatan pelayanan publik
“….. sejak dulu kami berpkir untuk memperluas layanan informasi yang disebar melalui internet dengan
membuat situs blog. Disamping meningkatkan layanan informasi juga dapat memberikan potensi
pemasukan bagi SKPD tanpa membebani masyarakat dan APBD. Inovasi layanan belum kami lakukan
karena khawatir akan dijadikan sebagai temuan pelanggaran” (Win Sepridjal, Diskominfo)
Walaupun dilihat dari hasil analisis relevansi, efektivitas, efisiensi, dampak maupun peluang
RAD-PK Kota Bandung termasuk pada kategori tinggi, tetapi itu tidak menggambarkan subtansi dari
RAD-PK yang sebenarnya. Keberhasilan RAD-PK pada dasarnya adalah terjadinya peningkatan
pelayanan publik secara nyata sesuai dengan yang diharapkan dari matrik RAD-PK. Keterkaitan RAD-
PK dengan dokumen perencanaan lain seperti DPA SKPD tidak menjadi jaminan program dan kegiatan
RAD-PK dapat dilaksanakan, karena paradigma pelaksanaan program dan kegiatan saat ini berbasis
output bukan lagi berbasis daya serap anggaran.
“...apapun alasannya daya serap anggaran APBD untuk program dan kegiatan SKPD Kota Bandung
hingga pertengahan Nopember 2010 baru mencapai 43%. Sulit bagi SKPD untuk melaksanakan
program dan kegiatan sesuai rencana hingga akhir Ttahun 2010 dengan sisa waktu 1,5 bulan. Kondisi
ini akan berdampak pada kemajuan pembangunan Kota Bandung termasuk pembangunan sarana
pelayanan publik “. (Bulgan Alimin, Diskominfo)
Paradigma pelaksanaan program dan kegiatan yang berbasis output inilah yang menjadikan
strategi pelaksanaan RAD-PK dalam artian terlaksananya seluruh program dan kegiatan RAD-PK lebih
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
penting dibandingkan dengan aspek keterkaitan dengan dokumen yang cenderung administratif. Oleh
sebab itu pembahasan rencana tindak lanjut keterkaitan dokumen perlu pula dilanjutkan dengan strategi
teknis pelaksanaan seluruh program dan kegiatan RAD-PK secara lebih rinci di tingkat SKPD.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
melibatkan hampir seluruh perwakilan stakeholders. Walaupun sosialisasi KKP dilakukan pula melalui
media massa, namun tidak banyak masyarakat yang tahu tentang proses KKP RAD-PK Kota Bandung.
Keterlibatan berbagai pihak dan laporan pelaksanaan KKP yang dibuat disampaikan kepada Walikota
melalui Setda dan ditembuskan kepada Bappenas menandakan bahwa pelaksanaan KKP dinilai
dengan kategori Baik.
Pada tahap penyempurnaan Draft RAD-PK dilakukan workshop lintas SKPD, namun tidak
melibatkan perwakilan dari unsur non-pemerintah. Walaupun target output dari workshop ini dapat
tercapai, karena tidak melibatkan unsur non-pemerintah, maka penilaian proses penyempurnan
termasuk pada kategori cukup. Selanjutnya penyusunan dari hasil workshop sepenuhnya dilakukan
oleh tim internal Bappeda.
Pada proses legalisasi dan sosialisasi yang seharusnya dilakukan oleh Bidang Hukum Setda
pada kenyataanya draft/rancangan peraturan walikota dilakukan oleh tim internal Bappeda Hal ini
memang diakui pula oleh beberapa SKPD yang menganggap bahwa proses penyusunan draft Perwal
RAD-PK merupakan tugas Bappeda. Sementara Bappeda juga menganggap bahwa proses pelibatan
Bagian Hukum Setda sulit dilakukan karena pada umumnya rancangan berbagai produk hukum
dilakukan oleh SKPD pemohon dan Bagian Hukum hanya memberikan Nomor Perwal atau SK Walikota
untuk kemudian memasukkannya pada Berita Daerah. Selain itu Bappeda menganggap menyusun
rancangan Perwal tidak terlalu banyak perubahan yang berarti karena pada tahap KKP setiap SKPD
telah diklarifikasi dan diberikan kesempatan menyempurnakan draft RAD-PK, sehingga pada proses
menyusun rancangan Perwal tidak terlalu menghadapi hambatan yang berarti. Dalam jangka waktu
satu bulan sejak dilaksanakan workshop penyempuraan Perwal tentang RAD-PK Kota Bandung telah
diterbitan dalam bentuk Peraturan Walikota Nomor 891/2008 tertanggal 19 Desember 2008.
Pada pelaksanaan RAD-PK semua SKPD berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa SKPD telah melaksanakan program/kegiatan dalam kerangka percepatan pemberantasan
korupsi, dengan atau tidak bersumber dari RAD-PK. Bahkan beberapa SKPD telah melaksanakan
program dan kegiatan, melebihi yang tercantum dalam RAD-PK. Hal ini terlihat dari analisis keterkaitan
RAD-PK dengan dokumen perencanaan lainnya yang secara keseluruhan termasuk pada kategori
tinggi.
Pada tahapan monitoring dan evaluasi, walaupun telah dibentuk tim kormonev namun tim ini
belum menyusun mekanisme dan agenda kerja dalam rangka monitoring dan evaluasi RAD-PK. Hal ini
menunjukkan bahwa tim kormonev sama sekali tidak memahami kerangka umum monitoring dan
evaluasi. Pihak kesekretariatan Inspektorat juga mengakui bahwa yang memahami RAD-PK sangat
terbatas dan pihak Sekretariat Inspektorat merasa belum memiliki Perwal No. 891/2008 tentang RAD-
PK Kota Bandung.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penyusunan berdasarkan siklus
adalah sebagai berikut:
1. Keterlibatan dalam proses penyusunan RAD-PK
2. Sosialisasi RAD-PK
3. Rencana Tindak Lanjut dan keterkaitan RAD-PK dengan Dokumen Perencanaan masing-
masing SKPD
4. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK
Keterlibatan berbagai pihak dalam penyusunan RAD-PK masih sangat rendah karena berbagai
kendala teknis yang dihadapi SKPD maupun Bappeda sebagai kordinator.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
Perwakilan dari SKPD yang hadir tidak selalu tetap pada setiap serial diskusi yang dilakukan
dalam penyusunan draft RAD-PK Kota Bandung. Hal inilah yang menyebabkan diskusi pembahasan
agak tersendat karena setiap kali diskusi selalu menjelaskan ulang tentang RAD-PK dan kemajuan
yang telah dicapai. Walaupun bukanlah sebagai sebuah pembenaran, faktor utama yang menyebabkan
silih gantinya perwakilan SKPD-SKPD yang hadir dalam serial diskusi penyusunan draft RAD-PK Kota
Bandung, adalah keterbatasan sumberdaya manusi yang memiliki kapasitas dalam pemahaman akan
mekanisme pelayanan publik yang prima dan bebas korupsi, volume kegiatan SKPD yang terkesan
padat tak jelas dan adanya perubahan SOTK di internal Pemerintah Kota Bandung.
Ketidaktahuan adanya RAD-PK dan ketidakpahaman subtansi disusunnya RAD-PK di hampir
semua SKPD pelaksana merupakan indikasi bahwa proses sosialisasi belum dilaksanakan secara
optimal. Hal ini terkait dengan perbedaan persepsi kelembagaan yang bertanggungjawab
melaksanakan sosalisasi RAD-PK. Bappeda berpendapat bahwa RAD-PK adalah produk hokum, oleh
karena itu harus disosialisasikan oleh Bagian Hukum Setda kepada seluruh SKPD-SKPD pelaksana.
Selanjutnya masing-masing SKPD mensosialisasikan program dan kegiatan RAD-PK masing-masing
SKPD bersangkutan kepada publik. Sedangkan tugas Bappeda hanya sampai pada tersusunnya
Rancangan/Draft RAD-PK yang akan dajukan kepada Bagian Hukum Setda.
Sejak diterbitkannya Perwal RAD-PK dua tahun lalu, ternyata tidak ada satupun SKPD yang
mengaku bahwa program dan kegiatan yang dilakukan selama dua tahun terakhir ini mengacu pada
RAD-PK yang disusunnya. Acuan yang digunakan adalah dokumen perencanaan lain diluar RAD-PK.
Padahal kegiatan dan program selama dua tahun terakhir yang dilakukan oleh SKPD pelaksana adalah
program dan kegiatan yang juga tercantum dalam RAD-PK SKPD yang bersangkutan. Hal ini
mengindikasi ketidakpahaman SKPD pelaksana terhadap subtansi maksud dan tujuan penyusunan
RAD-PK. Ketidakpahaman ini diakui hampir semua SKPD-SKPD pelaksana.
Dorongan SKPD untuk menjadikan RAD-PK sebagai salah satu acuan dalam menetapkan
program dan kegiatan SKPD juga masih sangat lemah bahkan cenderung tidak ada. Hal ini disebabkan
karena:
1. Ketidaktahuan adanya RAD-PK
2. Tidak ada monitoring dan evaluasi dari tim kormonev dan inspektorat terkait dengan
RAD-PK
3. Tidak ada sanksi apapun apabila program dan kegiatan RAD-PK tidak dilaksanakan.
Faktor-faktor tesebut menyebabkan proses kegiatan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
tidak terlaksana di tingkat SKPD. Hal ini diindikasikan dari tidak adanya dokumen RTL di setiap SKPD.
Padahal pelaksanaan RTL merupakan jembatan untuk mengintegrasikan RAD-PK dengan dokumen
perencanaan lainnya. Keterkaitan program dan kegiatan RAD-PK dengan dokumen perencanaan lain di
SKPD semata-mata hanya adanya pernyataan yang sama atau hampir sama diantara keduanya dalam
rentang waktu Tahun 2009 s/d 2013. Namun tidak menggambarkan secara rinci strategi dan waktu
pelaksanaannya seperti yang seharusnya tergambarkan dalam suatu rencana tindak lanjut.
Ketercantuman program dan kegiatan yang sama antara RAD-PK dengan DPA pun tidak menjamin
bahwa program dan kegiatannya dilaksanakan. Hal ini dapat terjadi karena sampai pertengahan
Nopember 2009 dana yang dapat diserap dari APBD untuk melaksanakan kegiatan di Tahun Anggaran
2010 masih dibawah 50 persen dari yang direncanakan seluruh SKPD.
Seperti yang terpublikasikan di media massa bahwa Kota Bandung telah membentuk Tim
Kormonev Inpres No.4/2005. Namun tim yang terbentuk tersebut masih belum mempunyai mekanisme
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
dan agenda yang jelas dalam memontor pelaksanaan Inpres No. 4/2005 dan RAD-PK. Oleh sebab itu
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan RAD-PK belum efektif dilakukan. Padahal proses
monitoring dan evaluasi ini penting dilakukan agar RAD-PK betul-betul terinternalisasikan pada setiap
SKPD pelaksana dan dijadikan dokumen perencanaan yang diacu dalam menetapkan
program/kegiatan SKPD.
keseharian semua SKPD. Efisiensi juga dapat dilakukan apabila melakukan kerjasama kelembagaan
baik dengan SKPD lain maupun pihak lainnya. Kerjasama ini akan menciptakan kegiatan peningkatan
pelayanan publik suatu SKPD tanpa harus menggunakan tambahan anggaran. Contoh di Dinas
Kebakaran Kota Bandung, misalnya dalam program dan kegiatan RAD-PK tercantum kegiatan
memberikan saran teknis membangun gedung yang aman dari bahaya kebakaran. Kegiatan ini
dilaksanakan tanpa menambah anggaran karena dikerjasamakan dengan BPPT Kota Bandung dalam
proses perijinan mendirikan bangunan.
Koordinasi antar stakeholder telah berjalan dengan baik. Walau pernah terjadi hambatan
administratif dan teknis. Namun dengan berbagai terobosan dan inovasi, berbagai hambatan koordinasi
tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Hambatan administratif yang menetapkan tim penyusun yang
tidak bisa bekerja secara teknis diatasi dengan membentuk tim teknis penyusunan RAD-PK
berdasarkan Surat Perintah Kepala Bappeda. Tim teknis penyusun inilah yang aktif mengkordinasikan
seluruh stakeholder dalam seluruh tahapan proses.
Walaupun penilaian dampak yang sebenarnya RAD-PK tidak diukur, namun semua setuju jika
RAD-PK ini dilaksanakan akan mempunyai dampak yang signifikan terhadap peningkatan kepuasan
masyarakat pada pelayanan publik, penurunan kasus korupsi dan peningkatan kepercayaan
masyarakat pada pemerintah. Beberapa pihak menyatakan sulit untuk melihat secara terpisah (parsial)
bahwa penurunan kasus korupsi yang terjadi disebabkan oleh RAD-PK. Karena upaya pemberantasan
korupsi juga dilakukan melalui berbagai kebijakan dan kelembagaan. Oleh sebab itu tidak bisa suatu
kebijakan mengklaim berhasil menurunkan kasus korupsi atau meningkatkan pelayanan publik. Namun
RAD-PK sebagai suatu kebijakan diharapkan dapat memberikan konstribusi dan bersinergi dengan
kebijakan lain dalam upaya pemberantasan korupsi. Kontribusi RAD-PK tentunya bukan hanya semata-
mata memenuhi azas kepatuhan belaka, tetapi secara nyata berdampak positif pada peningkatan
pelayanan publik dan pemberantasan korupsi.
Masyarakat meyakni jika RAD-PK mempunyai peluang besar untuk terus berlanjut. Hal ini
didasarkan pada dua pihak yaitu: pemerintah dan masyarakat. Dilihat dari komitmen pemerintah,
pertama, masyarakat meyakini bahwa Pemerintah Kota Bandung mempunyai komitmen dimana
pemberantasan korupsi sebagai prioritas, kedua, pemerintah akan menetapkan minimal satu SKPD
yang bebas korupsi per tahun. Dilhat dari sisi masyarakat, pertama, masyarakat akan mendorong
upaya pembertantasan korupsi dan kedua masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama mampu
memberikan perhatian dan bekerja sama memberantas korupsi.
Peluang RAD-PK sebagai salah satu upaya pemberantasan korupsi didukung pula oleh fakta
lapangan yang menunjukkan bahwa setiap SKPD berusaha mencapai pelayanan prima dengan ditandai
sertifikat ISO, dan beberapa SKPD telah memperoleh sertifikat tersebut. Selain itu setiap SKPD
berupaya menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dipublikasikan kepada publik untuk
ikut mengawasi pelaksanaanya. Dari sisi masyarakat, selain media massa cetak dan elektronik yang
memantau kinerja pelayanan publik, masyarakat pun mampu memberikan kritik dan keluhannya lewat
berbagi media.
Selain peluang, keberadaan RAD-PK pun menghadapi kendala. Kendala yang paling utama
adalah bahwa pemberantasan korupsi memerlukan sarana dan prasarana pendukung yang harganya
relatif mahal. Beberapa pihak menyebutkan bahwa tidak mungkin pelayanan publik akan meningkat
apabila sarana pelayanan masih menggunakan peralatan konvensional. Pemanfaatan teknologi untuk
mendukung keterbukaan informasi diakui oleh beberapa SKPD memang sangat mahal, seperti
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
penyediaan computer dengan koneksi internet, serta sarana dan prasarana lainnya. Keterbatasan
anggaran dari APBD akan menyebabkan upaya pemberantasan korupsi melalui RAD-PK harus
dilakukan secara bertahap.
Masyarakat meyakini bahwa keberlanjutan RAD-PK juga sangat bergantung pada mekanisme
monitoring dan evaluasi. Sebab tanpa monitoring dan evaluasi arah program dan kegiatan akan
berjalan tidak sesuai dengan rencana. Dari aspek ini memang Pemerintah Kota Bandung belum efektif
malakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK. Mekanisme dan agenda kerja yang belum
ditetapkan oleh Tim Kormonev mengakibatkan laporan tentang pelaksanaan RAD-PK dari setiap SKPD
masih sangat kurang.
Khusus untuk keberlanjutan RAD-PK, semua sepakat bahwa RAD-PK harus dilanjutkan. Ini
membuktikan bahwa ada peluang yang cukup tinggi untuk keberlanjutan RAD-PK, namun juga ada
tantangan atau kendala yang juga cukup tinggi yang wajib diatasi dan diantisipasi. Artinya perlu upaya
yang serius untuk mengatasi kendala-kendala tersebut agar apa yang sudah dicapai pada saat ini dapat
dilanjutkan di masa yang akan datang dan menjadi lebih baik.
5.2. Rekomendasi
5.2.1. Rekomendasi Berdasarkan Proses Penyusunan RAD-PK
Mengacu hasil analisis pelaksanaan penyusunan RAD-PK, berdasarkan siklus diperlukan
berbagai perbaikan agar seluruh proses penyusunan RAD-PK dapat dilakukan lebih baik. Rekomendasi
terhadap pelaksanaan penyusunan RAD-PK adalah sebagai berikut:
1. Perlu kajian dan peningkatan kapasitas tim penyusun yang sudah dibentuk untuk
memastikan capaian yang sudah ada tetap berlanjut dan lebih ditingkatkan. Hal ini
dapat dilakukan melalui pelatihan faslitator bagi Tim Penyusun RAD-PK.
2. Diperlukan bantuan teknis (technical assistance) untuk penyusunan draft RAD-PK dan
meningkatkan kapasitas pemahaman konsep, strategi dan teknis kegiatan RAD-PK di
tingkat SKPD. Hal ini dapat dilakukan melalui pendampingan dalam menetapkan isu
prioritas rawan korupsi di SKPD masing-masing.
3. Perlu disusun Panduan Teknis Kampanye Konsultasi Publik Draft RAD-PK untuk
memastikan berjalannya konsultasi publik secara lebih baik. Hal ini dapat dilakukan
melalui penyelenggaraan pelatihan fasilitator KKP RAD-PK di tingkat Bappeda
4. Perlu ada panduan workshop penyempurnaan draft RAD-PK agar penyempurnaan
RAD-PK mencapai hasil yang maksimal. Hal ini dapat dlakukan melalui penyusunan
panduan pelaksanaan workshop penyempurnaan draft RAD-PK oleh Bappeda.
5. Perlu dipertimbangkan model penghargaan bagi SKPD yang telah menetapkan
program dan kegiatan yang mengacu pada RAD-PK melalui pelaksanaan Rencana
Tindak Lanjut.
6. Perlu dipertimbangkan adanya penghargaan bagi SKPD yang melakukan inovasi
dalam upaya pemberantasan korupsi yang mengacu pada program dan kegiatan RAD-
PK.
7. Dipertimbangkan adanya penghargaan bagi daerah atau SKPD yang secara rutin
melakukan pelaporan secara periodik pelaksanaan RAD-PK maupun Inpres No.
5/2004.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK)
DI KOTA BANDUNG
1. Penegasan pentingnya melaksanakan Rencana Tindak Lanjut agar RAD-PK terintegrasi dengan
dokumen lainnya.
2. Perlu dipertimbangkan pelaksanaan workshop penyusunan dokumen Rencana Tindak Lanjut yang
dikoordinasikan oleh bappeda melalui tim penyusun RAD-PK
G. Kendala
Melakukan kerjasama operasional dengan berbagai pihak baik antar SKPD maupun
pihak lainnya untuk menekan biaya penambahan sarana/prasarana pendukung peningkatan
pelayanan public atau memanfaatkan media internet untuk jangkauan publikasi dan pelayanan
public secara online.
Secara singkat, kesimpulan dan rekomendasi dari hasil review RAD PK Kota Bandung dapat
dibaca pada tabel berikut ini.
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK) DI KOTA BANDUNG
Tabel 5.1 Matrik Penilaian dan Rekomendasi Pelaksanaan RAD-PK di Kota Bandung Berdasarkan Siklus RAD-PK
Kota Bandung memandang konsultasi public sebagai mekanisme Perlu disusun Panduan Teknis Kampanye Memastikan berjalannya konsultasi
Pelaksanaan KKP Baik pelibatan masyarakat dalam proses kebijakan Konsultasi Publik Penyusunan RAD-PK public secara lebih baik
Koordinasi internal diantara kelembagaan pemerintah dalam Perlu ada panduan workshop Memastikan penyempurnaan RAD-PK
Penyempurnaan penyusunan RAD-PK sudah berjalan baik penyempurnaan draft RAD-PK mencapai hasil yang maksimal
Cukup
Dokumen RAD-PK
Kota Bandung mempunyai keyakinan bahwa Peraturan tentang Perlu dipertimbangkan model Melanjutkan dan meningkatkan
Menuangkan RAD- RAD-PK, menjamin terlaksananya program / kegiatan RAD-PK penghargaan bagi daerah yang telah capaian yang sudah ada
PK dalam Peraturan Baik menetapkan peraturan tentang RAD-PK
(Legalisasi)
Kota Bandung memahami kerangka teknis pelaksanaan Perlu dipertimbangkan adanya Meningkatkan dampak pelaksanaan
RAD-PK ke dalam program dan kegiatan yang sedang penghargaan bagi daerah yang memiliki RAD-PK
Melaksanakan berjalan inovasi dalam upaya mencapaian
Baik Daerah dapat mengintegrasikan RAD-PK dalam pemberantasan korupsi dengan RAD-PK
RAD-PK
program/kegiatan yang sedang berjalan sebagai pedomannya
Kota Bandung memiliki komitmen yang tinggi untuk percepatan Dipertimbangkan adanya penghargaan Melanjutkan capaian yang sudah ada
Monitoring dan
pemberantasan korupsi, paham tentang mekanisme monitoring bagi daerah yang secara rutin melakukan agar lebih berdampak bagi masyarakat
evaluasi
Baik dan evaluasi RAD-PK monev dan melaporkannya secara
pelaksanaan RAD-
periodik pelaksanaan RAD-PK maupun
PK
Inpres No. 5/2004
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK) DI KOTA BANDUNG
Tabel 5.2. Matrik Kategori Penilaian dan Rekomendasi Berdasarkan Persepsi Terhadap RAD-PK di Kota Bandung
Penyusunan dan pelaksanaan RAD PK berpeluang tinggi untuk Melibatkan masyarakat untuk mendorong Meningkatkan kapasitas sumberdaya
dilanjutkan di masa-masa yang akan datang upaya peningkatan pelayanan public yang manusia dan kapabilitas daerah serta
6 Peluang Tinggi transparan dan akuntabel dalam rangka memastikan capaian yang diperoleh
pemberantasan korupsi. sekarang berkelanjutan dan lebih
ditingkatkan
Perlu ada redesain RAD-PK baik dari sisi kebijakan, kelembagaan Penetapan pedoman penyusunan, Memastikan agar RAD-PK dilanjutkan
maupun mekanisme pelaksanaan serta kerangka monevnya pelaksanaan serta monev pelaksanaan
7 Kendala Sedang RAD-PK
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK) DI KOTA BANDUNG
LAMPIRAN
Lampiran 1 Matrik Isue Strategis Program dan Kegiatan RAD-PK Kota Bandung 2009-2013
PELAKSANA
NO ISUE/PROGRAM PROGRAM KEGIATAN STRATEGI PENCAPAIAN/KEGIATAN
KEGIATAN
1 Badan 1. Meningkatkan kualitas pelayanan 1. Meningkatkan mekanisme 1. Penyusunan system permohonan perijinan secara transparan yang meliputi
Pelayanan kepada publik melalui transparansi, pelayanan perijinan persyaratan-persyaratan target waktu penyelesaian dan tariff biaya yang harus dibayar
Perijnan standarisasi pelayanan dan sertfikasi oleh masyarakat
Terpadu
2. Munyusun program pengawasan dan penindakan terhadap pungutan-pungutan liar
2. Penyusunan Sistem Informasi 2. Tersusunnya Sistem Informasi 1. Penyusunan Peraturan Daerah SOP Pelayanan Perijnan Terpadu
terhadap Perijianan Publik Pelayanan Perijnan yang efektif,
efisien, transparan, akuntabel dan
menjamin kepastian hukum
2. Pengembangan aplikasi pelayanan berbasis teknologi informasi
3. Perbaikan/membangun citra pelayanan perijinan
2 Dinas Pendidkan Meningkatkan kualitas pelayanan 1. Optimalisasi penyelenggaraan 1. Evaluasi penyelenggara-an PSB dengan melibatkan SKPD terkait dan masyarakat
kepada publik melalui transparansi, Penerimaan Siswa Baru (PSB sebagai nara sumber
standarisasi pelayanan dan sertfikasi
2. Menyusun program pengawasan pelaksanaan yang valid dan transparan
2. Optimalisasi penyaluran dana 1. Evaluasi penyaluran dana bantuan siswa tidak mampu dengan melibatkan SKPD
bantuan siswa tidak mampu terkait, aparat kewilayahan dan masyarakat melalui RW dan RT
2.. Menyusun program penyaluran dana bantuan siswa tidak mampu yang tepat guna,
tepat sasaran, transparan dan akuntabel
3. Menyusun program pengawasan penyaluran dana bantuan siswa tidak mampu
3. Optimalisasi pemberian ijin 1. Evaluasi pemberian ijin operasional sekolah dan lembaga pendidikan non formal
operasional Sekolah dan Lembaga dengan melibatkan SKPD terkait dan masyarakat sebagai nara sumber
Pendidikan non formal
2. Menyusun system permohonan jin operasional sekolah dan lembaga pendidiakn non
formal secara transparan yang meliputi persyaratan-persyaraan target waktu penyelesaian
dan tariff baya yang harus dibayar oleh masyarakat
3. Menyusun SOP penerbtan ijin operasional sekolah dan lembaga pendidikan non
formal
4. Menyusun program pengawasan pemberian ijin operasional sekolah dan lembaga
pendidikan non formal
3 Dinas Kesehatan Meningkatkan kualitas pelayanan 1. Optmalisasi penggunaan dana 1. Evaluasi penggunaan dana jamkesmas dengan melibatkan SKPD terkait dan
kepada publik melalui transparansi, jamkesmas masyarakat sebagai narasumber
standarisasi pelayanan dan sertfikasi
2. Menyusun program pengawasan dan penindakan dalam pelaksanaan penggunaan dana
jamkesmas yang tepat guna, tepat sasaran, transparan dan akuntabel
3. Optimalisasi penggunaan dana jamkesmas untuk operasinal RSUD dan Puskesmas
dalam pelayanan terhadap masyarakat miskin
4. Koordinasi lintas sector dalam pendataan sasaran miskin
2. Optimalisasi pelayanan sarana 1. Evaluasi kinerja pelayanan puskesmas, RSUD dan RS Khusus Milik Pemda dengan
kesehatan milik pemerintah daerah melibatkan SKPD terkait dan masyarakat
melalui peningkatan kualitas SDM
dan pelayanan
2. Penyusunan SOP pelayanan puskesmas, RSUD dan RS khusus milik Pemda
3. . Meningkatkan kualitas pelatihan bagi tenaga pelayanan kesehatan di puskesmas RSUD dan
RS Khusus milik pemda
4. Meningkatkan anggaran operasional untuk pelayanan kesehatan di puskesmas, RSUD dan RS
khusus milikpemda terutama keluarga tidak mampu
5. Menyusun program pengawasan dan penindakan terhadappungutan liar
4 Dinas Meningkatnya kualtas pelayanan 1. Peningkatan kualitas 1. Menyusun petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan tindak pencegahan bahaya
Kebakaran kepada public melaui transparansi, pelayanan public melalui kebakaran dengan dibuatnya SOP
standarisasi pelayanan dan sertifikasi transparansi, standarisasi
pelayanan dan sertfikasi
dalampelayanan tindak
pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
2. Memberikan saran/advis teknik mengenai persyaratan-persyaratan pembangunan
rumah bertingkat/apartemen/gedung bertingkat yang aman terhadap bahaya kebakaran
bagi masyarakat sesuai dengan peraturan Daerah No. 15/2001 tentang pencegahan
dan penanggulangan bahaya kebakaran
3. Memberikan rekomendasi dan melakukan pengawasan dalam proses pengajuan IMB
untu pembangunan rumah bertingkat yang harus dilengkapi dengan sarana pencegahan
bahaya kebakaran, sarana pemadam kebakaran dan sarana penyelamatan korban
bencana kebakaran sesuai dengan Perda No. 15/2001 tentan Pencegahan dan
Penanggulangan Bahaya Kebakaran
4. Meningkatnya pelayanan pemadaman dan ;enyelamatan dengan cepat, tepat dan
selamat sesuai dengan UU No. 24/2007 Tentang Penanggulanngan Bencana
5. Menngkatkan ketrampilan dan keahlian petugas pemadam kebakaran dan petugas
pemadam kebakaran dan petugas penyelamatan korban melalui sertifikasi keahlian
6. Penambahan petugas pemadam dan penyelamat sesuai dengan rasio penduduk dan
standar nasional
7. Mengusulkan pemberian tunjangan (keahlian khusus) dan jaminan perlindungan
keselamatan bagi petugas pemadaman kebakaran yang ditetapkan dengan keputusan
walikota
8. Menyelenggarakan pencegahan dan pembinaan melalui sosialisasi dan BINTEK
pencegahan
9. Menghilangkan pungutan liar oleh petugas dalam penanggulangannkebakaran dan
penyelamatan melalui sosialisasi
5 PDAM Meningkatkan kualitas pelayanan 1 Peningkatan Pelayanan Air 1. Meningkatkan pengawasan prosedur pemasangan sambungan baru
kepada publik melalui transparansi, Bersih
standarisasi pelayanan dan sertfikasi
2. Meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap sambungan illegal
3. Optimalisasi sosialisasi mekanisme pembacaan meteran air kepada masyarakat
6 UPT e- Meningkatnya penerapan prinsip- 1. Melaksanakan pengadaan 1. Mengumukan pengadaan barang/jasa melaui media cetak dan website pemerintah
Precurement prinsp tata pemerintahan yang baik barang/jasa pemerintah Kota Kota Bandung
Bandung secara terbuka dan
transparan
LAPORAN AKHIR
REVIEW PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI DAERAH PEMBERANTASAN KORUPSI (RAD-PK) DI KOTA BANDUNG