You are on page 1of 8

Indikator Kesehatan Bank dan Rasio-rasio keuangan

Rasio-rasio keuangan yang merupakan indikator tingkat kesehatan suatu bank yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tingkat retun saham. Diantaranya capital adequacy ratio (CAR),
non perfoming loans (NPL), return on equity (ROE) dan loan to deposit rasio (LDR). Berikut ini
penjelasannya.
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR merupakan salah satu indikator kesehatan permodalan bank. Penilaian permodalan
merupakan penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk mengcover eksposur risiko saat ini
dan mengantisipasi eksposur risiko dimasa mendatang.
CAR menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan
sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan. Semakin besar CAR
maka akan semakin besar daya tahan bank yang bersangkutan dalam menghadapi penyusutan
nilai harta bank yang timbul karena adanya harta bermasalah.
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai CAR menunjukkan semakin sehat bank
tersebut. Jika CAR suatu bank tinggi, kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut akan
semakin besar sehingga meningkatkan nilai saham perusahaan tersebut. Meningkatnya nilai
saham akan meningkatkan pertumbuhan return saham yang akan diterima investor.
2. Non performing Loans (NPL)
NPL merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset bank. NPL yang digunakan adalah
NPL neto yaitu NPL yang telah disesuaikan. Penilaian kualitas aset merupakan penilaian
terhadap kondisi aset Bank dan kecukupan manajemen risiko kredit.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank
tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh
bank. Penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin berkurang sehingga
pertumbuhan tingkat retun saham bank akan mengalami penurunan.
3. Return on Equity (ROE)
Analisis Return on Equity (ROE dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting
sebagai salah satu teknik analisis keuangan. Analisis ROE merupakan teknik analisis yang lazim
digunakam untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Dengan menggunakan
ROE kemampuan bank dalam memperolah laba tidak diukur menurut besar kecilnya jumlah laba yang
dicapai akan tetapi jumlah laba tersebut harus dibandingkan dengan jumlah dana yang telah digunakan
dalam menghasilkan laba tersebut. ROE merupakan pengukuran efektivitas perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan dengan menggunakan modal perusahaan yang dimilikinya.
ROE menurut C. Higgins (1990:59)
“The strong positive relationship between ROE and stock prices suggest that high ROE firm tend to
have high stock price relative to book value and vice versa. Hence, working to increase ROE in these
industries is largely consistent with working to increase stock price.”
Pendapat C. Higgins ini dapat diterima bahwa ROE mempunyai hubungan yang positif dengan
harga saham, artinya ketika ROE meningkat maka harga saham juga meningkat. Peningkatan
ROE, laba bersih yang dihasilkan perusahaan juga meningkat bila dibandingkan dengan modal sendiri
yang digunakan untuk menghasilkan laba bersih tersebut. Akibat peningkatan laba bersih tersebut,
masyarakat akan menilai bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang bagus sehingga dapat
meningkatkan jumlah laba bersih yang diperolehnya, ini akan mempengaruhi terhadap harga saham.
4. Loan Deposit to Ratio (LDR)
LDR merupakan salah satu indikator kesehatan likuiditas bank. Penilaian likuiditas merupakan
penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan
kecukupan manajemen risiko likuiditas. LDR paling sering digunakan oleh analis keuangan
dalam menilai suatu kinerja bank terutama dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank
dengan dana yang diterima oleh bank.
Alasan memilih variabel ini adalah dengan pertimbangan bahwa semakin besar jumlah kredit yang
diberikan oleh bank maka akan semakin rendah tingkat likuiditas bank yang bersangkutan,
namun dilain pihak semakin besar jumlah kredit yang diberikan diharapkan bank akan
mendapatkan return yang tinggi pula. Hal tersebut akan mempengaruhi penilaian investor dalam
mengambil keputusan investasinya sehingga secara bersamaan akan mempengaruhi permintaan dan
penawaran saham di pasar modal yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham yang akhirnya
berdanpak pada pertumbuhan tingkat retun saham bank
Universitas Muhammadiyah Malang
Department of Accounting - student-research.umm.ac.id

HUBUNGAN TINGKAT KREDIT DENGAN TINGKAT LIKUIDITAS BANK PADA BANK


PERKREDITAN RAKYAT

(BPR) DI NGANJUK

Oleh:

ERICHA KUSUMA

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dari kasus yang terjadi pada lembaga perbankkan
yaitu BPR yang

berjudul ?Hubungan Tingkat Kredit dengan Tingkat Likuiditas Bank Pada Bank Perkreditan Rakyat
Di Nganjuk?.

Tujuan dari penelitiana ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat kredit
dengan tingkat

likuiditas dan untuk mengetahui tingkat kredit yang diterapkan pada Bank Perkreditan
Rakyat.

Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis rasio likuiditas yang tujuannya untuk memenuhi
kewajiban jangka

pendek yang telah jatuh tempo, analisis tingkat kredit yang gunanya untuk mmencari prosentasi
tingkat kreditnya,

sedangkan analisis korelasi berguna untuk mencari atau menemukan apakah ada tidaknya hubungan
atau erat

tidaknya hubungan tersebut.

Hasil dari penelitian dengan alat analisis data di atas, yaitu :

1. Rasio Likuiditas

a. Current Ratio, menunjukkan kurang baik dengan tingkat rata-rata 1.1472%.

b. Loan to Deposit Ratio, menunjukkan tingkat kesehatan yang tinggi dengan tingkat rata-rata
88.423%.

2. Tingkat Kredit

a. Kredit Lancar, menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun dimana rata-rata 90.04%.
b. Kredit Kurang Lancar, menunjukkan pada tahun 2000-2002 cenderung mengaklami kenaikan
sedangkan pada tahun

2003 mengalami penurunan dimana tingkat rata-rata 5.55%.

c. Kredit Diragukan, menunjukkan kecenderungan meningkat sejak tahun 2003 khususnya bulan
Maret dengan

rata-rata 3.64%.

d. Kredit Macet, menunjukkan tidak mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dalam artian rendah
dengan rata-rata

0.77%.

3. Analisis Korelasi

a. Secara umum korelasi antara current ratio dengan tingkat kredit untuk indikator yang diragukan,
kredit kurang lancar,

kredit macet tidak ada hubungan yang signifikan.

b. Secara umum korelasi antara Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan tingkat kredit untuk indikator
kredit diragukan,

kredit macet memiliki hubungan yang signifikan. Begitu juga dengan Non Performance Loan (NPL)
ada hubungan yang

signifikan.

c. Secara umum korelasi antara Current Ratio dengan NPL tidak ada hubungan yang
signifikan.

d. Secara umum korelasi antara LDR dengan kredit kurang lancar tidak ada hubungan yang
signifikan.

Keyword : Kredit dengan Tingkat Likuiditas Bank

Link Terkait : http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/99/jiptummpp-gdl-s1-2005-erichakusu-4924-


PENDAHUL-N.PDF

page 1 / 1
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PT. BANK SYARIAH
MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS

LAPORAN KEUANGAN

Yusuf Jumadi, Dwi Asih Haryanti, SE., MM

Penulisan Ilmiah, Fakultas Ekonomi, 2008

Universitas Gunadarma

http://www.gunadarma.ac.id

kata kunci : penilaian tingkat kesehatan, analisis

Abstraksi :

Pengelola bank selalu dihadapkan pada dilema, yaitu untuk selalu menjaga

keseimbangan antara tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas wajar yang

ingin dicapai. Persoalan tersebut timbul karena adanya kepentingan dari pihak

manajemen bank yang berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang baik dan

juga memperoleh peringkat kesehatan bank yang baik dari Bank Indonesia.

Dilain pihak, kepentingan nasabah adalah menginginkan harta yang disimpan di

bank memiliki tingkat risiko yang kecil. Hal tersebut diperlukan untuk menjaga

kepercayaan terhadap keamanan dana nasabah yang disimpan. Sedangkan untuk

memberikan keuntungan bagi para pemegang saham, bank berusaha untuk

memperoleh pendapatan yang baik dan pada akhirnya akan memberikan deviden

yang baik pula. Sejalan dengan itu penelitian ini diarahkan dengan tujuan

menilai tingkat kesehatan dari suatu bank yang pada penulisan ilmiah ini yaitu

Bank Syariah Mandiri untuk mengetahui keadaan kondisi keuangan bank

tersebut apakah termaksud dalam kategori bank yang tergolong sehat atau tidak

dari segi CAR, LDR, ROA dan ROE nya menurut ketentuan Bank Indonesia

dengan menganalisis laporan keuangan bank tersebut selama tiga periode, yakni
periode 2005-2007. Setelah melakukan penelitian, dapat disimpulkan bahwa

pada rasio CAR LDR dan ROE Bank Syariah Mandiri selama tiga periode telah

memenuhi standar kesehatan Bank Indonesia, dan dapat dikatakan untuk ketiga

rasio ini tergolong dalam kategori sehat. Namun untuk rasio ROA Bank Syariah

Mandiri, hanya pada periode 2005 dan 2007 saja yang tergolong sehat. Karena

pada periode 2006 rasio ROA Bank Syariah Mandiri masih di bawah standar

minimum kesehatan ROA menurut Bank Indonesia.

You might also like