Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN PUASA
1. Pengertian Puasa
1.1 Secara ethimologis (bahasa) puasa (shiam) berarti “menahan diri”
1.1.2 Secara terminologis, puasa (shiam) berarti menahan diri dari makan,
minum, jima’ dan lain-lain yang membatalkan puasa, semenjak terbit fajar
sampai terbenam matahari yang dilakukan untuk ibadah madhlah kepada
Allah SWT.
2.1.1 Puasa telah berlaku sejak lama dalam sejarah kemanusiaan, kecuali Kong
Hu Cu, setiap agamapun melakukan ibadah puasa walaupun dengan cara
dan kebiasaan yang berbeda-beda. Khusus dalam agama-agama samawi,
data-datanya dapat dilihat sebagai berikut :
a. Dalam agama Yahudi puasa dilakukan selama 40 hari. Pada umumnya
puasa mereka lakukan sebagai tanda kesusahan dan duka cita.
b. Nabi Daud berpuasa selama 7 hari selama anaknya sakit (samuel II
12:15 sampai 23 )
c. Nabi Musa berpuasa selama 40 hari sebagai persiapan menerima wahyu
d. Agama Nasrani juga mengenal puasa ( mattheus, 6 : 16 - 18)
Namun, selain menahan haus dan lapar, orang yang berpuasa hendaklah
menahan diri dari perbuatan tercela yang akan menghilangkan pahala puasa,
seperti menipu, berkata buruk atau sia-sia, bertengkar dan lain-lain. Puasa juga
merupakan medan latihan kesabaran, kejujuran dan pengendalian diri.
Puasa wajib dibulan suci Ramadhan, puasa kifarat, dan puasa nadzar
Puasa sunnat, yaitu puasa selain bulan suci Ramadhan sebagaimana
dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Puasa makruh
Puasa haram, yaitu puasa pada Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Haji, dan Hari
Raya Tasyrik.
Dari macam-macam puasa tersebut, akan dibahas secara lebih luas tentang
puasa Ramadhan.
Puasa Ramadhan artinya berpuasa wajib pada saat datang bulan suci
Ramadhan selama satu bulan penuh setiap tahun. Allah swt mewajibkan kepada
umat Islam berpuasa sebagimana telah diwajibkan pula kepada umat-umat
sebelumnya. Puasa Ramadhan mulai diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah,
yaitu tahun kedua sesudah Nabi Muhammad Saw, berpindah ke Madinah.
Hukumnya fardhu ‘ain atas tiap-tiap mukallaf (balig dan berakal)
Allah berfirman :
Hadis Ibnu Umar r.a: Nabi s.a.w telah bersabda: Islam ditegakkan diatas
lima perkara: 1) Bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi
Muhammad itu utusan Alla; 2) Mendirikan shalat; 3) Mengeluarkan zakat, 4)
Berpuasa pada bulan Ramadhan; 4) dan mengerjakan Haji.
Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda :
3. Dengan melihat (ru’yat) yang dipersaksikan oleh seorang yang adil dimuka
hakim.
4. Dengan kabar mutawir, yaitu kabar orang banyak sehingga mereka mustahul
untuk sepakat berdusta atau sekata atas kabar yang dusta.
5. Percaya kepada orang yang melihat
6. Ada tanda-tanda yang biasa digunakan di status daerah untuk memberitahukan
dimulainya berpuasa, seperti dengan meriam, bel, dll
7. Dengan Ilmu Hisab atau kabar dari ahli hisab
Dari Ibn Umar, ia berkata, bahwa Rasulullah Saw, bersabda: Satu bulan
adalah 29 hari. Hendaklah Engkau tidak memulai berpuasa (di awal Ramadhan)
dan berbuka (di bulan Syawwal) sampai mendapatinya.), maka, jika ada yang
menghalangi sehingga bulan tidak kelihatan, hendaklah kamu sempurnakan
bulan Sya’ban tiga puluh hari. Muttafaq ‘alaih)
Menurut pendapat para ulama, diantaranya Ibn Syuraidi Mutarrif dan Ibn
Qutaibah, yang dimaksud dengan Faqdiru (kira-kira) dalam hadist tersebut adalah
ilmu hisab. Allah berfirman :
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang megetahui (Qs. Yunus :5)
BAB II
KETENTUAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN PUASA
a. Syarat Puasa
1. Syarat Wajib Puasa
Yang dimaksud dengan syarat wajib puasa adalah yang diwajibkan
melaksanakan puasa dengan tata aturan sebagai berikut :
1) Orang Islam
2) Yang telah dewasa/baligh (berumur 15 tahun ke atas, atau ada tanda-tanda
lain dan berakal sempurna, Rasulullah Saw. Bersabda :
Tiga orang terlepas dari hukum:a) Orang yang sedang tidur sehingga
ia terbangun; orang gila sampai ia sembuh; dan anak-anak sampai ia
baglig. (HR. Abu Dawud dan Nasa’i)
3) Kuat berpuasa, tidak lemah karena usia tua atau sakit
Dari Anas ra; Nabi saw, telah melarang berpuasa lima hari dalam
satu tahun: a) Hari Raya Idul Fitri, b) Hari Raya Haji; c) Tiga hari
Tasriq (tanggal 11, 12 dan 13). HR.Ahmad
b. Rukun Puasa
1. Berniat
Niat puasa wajib (Ramadhan) harus pada malam harinya sebelum terbit fajar.
Sedangkan puasa sunnat dibolehkan niat pada pagi harinya.
2. Menahan Diri
Yakni menahan diri dari makan dan minum serta dari apa-apa yang dapat
membatalkan nilai-nilai puasa itu sendiri, mulai dari terbit fajar sampai
terbenam matahari.
BAB III
KAIFIAT DAN ADAB BERPUASA
Apabila kita telah memasuk malam pertama dari bulan Ramadhan, maka
berniatlah pada malam itu, bahwa kita akan berpuasa esok hari. Dan mulai malam itu
tegakkanlah tarawih dengan berjemaah.
a. Setelah masuk waktu sahur, hendaklah bersahur.
b. Sesudah bersahur dengan memelihara adab-adabnya, bersihkanlah mulut dengan
sebersih-bersihnya dan nantikanlah waktu subuh.
c. Apabila telah terbit fajar, tahanlah diri dari makan, minum, mendekati isteri dan
dari segala yang membatalkan puasa.
d. Setelah selesai dari shalat subuh, bacalah Al Quran sesuai kemampuannya.
e. Di siang hari hendaklah dijauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang haram,
bahkan hendaklah dijauhkan diri dari pekerjaan-pekerjaan yang makruh dan sia-
sia
f. Usahakanlah supaya segala shalat fardhu dapat ditegakkan dengan berjemaah
g. Sebisa mungkin pada tiap-tiap hari selepas shalat Zuhur dan Asar, disediakan
waktu yang tetap untuk membaca Al Quran
h. Bila matahari telah nyata terbenam, bersegeralah berbuka puasa dengan sedikit
makanan yang manis, Sesudah melaksanakan shalat Maghrib, baru
disempurnakan makan dengan adab-sepuluh hari terakhir, adab berbuka. Pada
tiap-tiap malam melaksanakan shalat Tarawih.
i. Jika tiba sepuluh hari terakhir, perbanyaklah ibadat dengan jalan beriktikaf dan
berusaha meraih “lailatul qadar”
a. Masuknya sesuatu benda kedalam mulut seperti air, asap rokok dan sebagainya
dengan cara disengaja, dan apabila karena kelupaan maka tidaklah batal
puasanya.
Allah berfirman:
.....dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar, (QS. Al-Baqarah:187)
b. Muntah dengan disengaja, Orang yang muntah karena sakit dan dalam kondisi
terpaksa tidaklah membatalkan puasa.
Agama Islam melarang kaum muslimin untuk berpuasa pada hari-hari sebagai
berikut ini :
Di dalam berpuasa kaum muslimin disunnatkan untuk melakukan hal-hal berikut ini :
Makan sahur meskipun sedikit
Mengakhirkan makan sahur selama fajar belum menyingsing sampai waktu
imsyak (sekitar 10 menit sebelum waktu shalat shubuh)
Menyegerakan berbuka bila waktu Maghrib telah tiba
Membaca doa ketika berbuka dengan doa sebagai berikut :
“Ya Allah karena Engkaulah aku berpuasa, kepada Engkau aku beriman dan dengan
rizki daripada Engkaulah aku berbuka”
Meninggalan perkataan-perkataan yang kotor, keji dan bohong dan perilaku yang
membatalkan nilai puasa.
Memperbanyak amal kebaikan, bersedekah, membaca Al Quran dan sebagainya
Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa
Memperbanyak I’tikaf di mesjid
BAB VIII
PUASA SUNAT
Dari Abu Ayyub ra. Rasulullah saw, bersabda: Barangsiapa berpuasa pada
bulan Ramadhan, lalu mengirinya dengan enam hari bulan Syawwal, maka
seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang masa, (HR. Muslim)
2. Puasa Hari Senin dan Kamis
Rasulullah Saw, Bersabda;
Dari Aisyah, saya tidak melihat Rasulullah Saw, menyempurnakan puasa satu
bulan, selain bulan Ramadhan dan saya tidak melihat beliau pada bulan-bulan
lain, berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Puasa tiga hari setiap bulan Rasulullah Saw. Bersabda
DarI Abu Dzar, Rasulullah Saw, “ Hai Abu Dzar, apabila engkau hendak
puasa hanya tiga hari dalam satu bulan, maka puasalah pada tanggal tiga belas,
empat belas dan pada tanggal lima belas. (HR. Ahmad dan Nasa’i)