You are on page 1of 21

BAB I

PENGERTIAN PUASA

1. Pengertian Puasa
1.1 Secara ethimologis (bahasa) puasa (shiam) berarti “menahan diri”
1.1.2 Secara terminologis, puasa (shiam) berarti menahan diri dari makan,
minum, jima’ dan lain-lain yang membatalkan puasa, semenjak terbit fajar
sampai terbenam matahari yang dilakukan untuk ibadah madhlah kepada
Allah SWT.
2.1.1 Puasa telah berlaku sejak lama dalam sejarah kemanusiaan, kecuali Kong
Hu Cu, setiap agamapun melakukan ibadah puasa walaupun dengan cara
dan kebiasaan yang berbeda-beda. Khusus dalam agama-agama samawi,
data-datanya dapat dilihat sebagai berikut :
a. Dalam agama Yahudi puasa dilakukan selama 40 hari. Pada umumnya
puasa mereka lakukan sebagai tanda kesusahan dan duka cita.
b. Nabi Daud berpuasa selama 7 hari selama anaknya sakit (samuel II
12:15 sampai 23 )
c. Nabi Musa berpuasa selama 40 hari sebagai persiapan menerima wahyu
d. Agama Nasrani juga mengenal puasa ( mattheus, 6 : 16 - 18)

Namun, selain menahan haus dan lapar, orang yang berpuasa hendaklah
menahan diri dari perbuatan tercela yang akan menghilangkan pahala puasa,
seperti menipu, berkata buruk atau sia-sia, bertengkar dan lain-lain. Puasa juga
merupakan medan latihan kesabaran, kejujuran dan pengendalian diri.

Puasa menurut jenis hukumnya terbagi dalam empat bagian :

 Puasa wajib dibulan suci Ramadhan, puasa kifarat, dan puasa nadzar
 Puasa sunnat, yaitu puasa selain bulan suci Ramadhan sebagaimana
dicontohkan oleh Rasulullah saw.
 Puasa makruh
 Puasa haram, yaitu puasa pada Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Haji, dan Hari
Raya Tasyrik.

Dari macam-macam puasa tersebut, akan dibahas secara lebih luas tentang
puasa Ramadhan.

Puasa Ramadhan artinya berpuasa wajib pada saat datang bulan suci
Ramadhan selama satu bulan penuh setiap tahun. Allah swt mewajibkan kepada
umat Islam berpuasa sebagimana telah diwajibkan pula kepada umat-umat
sebelumnya. Puasa Ramadhan mulai diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah,
yaitu tahun kedua sesudah Nabi Muhammad Saw, berpindah ke Madinah.
Hukumnya fardhu ‘ain atas tiap-tiap mukallaf (balig dan berakal)

Allah berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
(Qs. Al-Baqarah:183)

Rasulullah Saw. Selama hidupnya telah mengerjakan puasa Ramadhan sembilan


kali, delapan kali selama 29 hari dan satu kali cukup 30 hari. Tentang kewajiban
berpuasa di bulan Ramadhan ditegaskan dalam sebuah hadist :

Hadis Ibnu Umar r.a: Nabi s.a.w telah bersabda: Islam ditegakkan diatas
lima perkara: 1) Bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi
Muhammad itu utusan Alla; 2) Mendirikan shalat; 3) Mengeluarkan zakat, 4)
Berpuasa pada bulan Ramadhan; 4) dan mengerjakan Haji.
Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda :

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang Allah mewajibkan puasa


didalamnya, dan aku telah mensunnahkan bagimu beribadah dimalamnya.
Barangsiapa berpuasa dan mendirikan shalat dimalamnya karena iman dan
hanya mengharapkan keridhaan Allah Swt, niscaya ia terbebas dari dosanya,
sebagaimana hari dilahirkan oleh ibunya. (H.R.Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Hurairah)

Puasa fuqaha Islam menjelaskan bahwa Nabi Nuh as berpuasa sepanjang


tahun, Nabi Dawud as, dengan cara berpuasanya berselang satu hari atau sehari
puasa, besoknya berbuka (tidak berpuasa), dan seterusnya. Sedangkan Nabi Isa
as, cara berpuasanya hari ini atau lebih tidak berpuasa. Nabi Musa berpuasa
selama 40 hari. Hal ini merupakan bukti sebagaimana firman Allah Swt. Bahwa
kewajiban berpuasa tidak hanya diwajibkan kepada umat islam saja, tetapi juga
kepada umat-umat sebelumnya.
Sedangkan puasa diwajibkan kepada Nabi Muhammad Saw, dan umatnya
adalah sebulan penuh pada setiap hari selama bulan Ramadhan yakni dari
semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari (disore hari). Puasa Ramadhan
mempunyai posisi yang sangat penting sebagai bentuk ibadah dalam menegakkan
agama Islam bagi setiap individu kaum muslimin selain ibadah shalat. Hal ini
disebabkan karena ibadah puasa merupakan bagian atau salah satu dari rukun
islam, dimana rukun Islam ini merupakan sendi-sendi yang pokok dalam
kokohnya agama islam yang kita anut.
Puasa Ramadhan diwajibkan atas tiap-tiap orang mukallaf dengan salah
satu dari ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Dengan melihat bulan bagi yang melihatnya sendiri
2. Dengan mencukupkan bulan Sya’ban tiga puluh hari, maksudnya bulan
tanggal satu Sya’ban itu dapat dilihat, tetapi kalau bulan tanggal satu Sya’ban
tidak terlihat, tentu kita tidak dapat menentukan hitungan cukupnya tiga puluh
hari.
Rasulullah Saw, bersabda :

Berpuasalah kamu sewaktu melihat bulan (di bulan Ramadhan), dan


berbukalah kamu sewaktu melihat bulan (di bulan Syawwal), maka jika ada
yang menghalangi sehingga bulan tidak kelihatan hendaklah sempurnakan
bulan Sya’ban tiga puluh hari. Muttaqaq’alaih)

3. Dengan melihat (ru’yat) yang dipersaksikan oleh seorang yang adil dimuka
hakim.

Dari Ibn Umar bahwasannya manusia telah melihat hilal, kemudian


hal itu aku kabarkan kepada Rasulullah berpuasa dan memerintahkan
manusia untuk berpuasa pada hari itu (HR. Abu Dawud)

Dalam Hadis lain, Rasulullah saw, bersabda :


Dari ikrimah, dari Ibn Abbas, ia telah berkata: Telah datang seorang
laki-laki Badwi Arab kepada Nabi Muhammad Saw, lalu berkata:
Sesungguhnya saya telah melihat hilal (bulan pertamaRamadhan). Lalu
beliau bertanya : Adakah engkau bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak
disembah selain Allah dan bersaksi sesungguhnya Nabi Muhammad Saw, itu
utusan Allah? Ia menjawab, ya. Lalu Rasulullah Saw, memerintahkan
kepada Bilai, serukanlah! Beritahukanlah, hal itu kepada orang banyak agar
besok berpuasa (HR. Lima Kecuali Ahmad).

4. Dengan kabar mutawir, yaitu kabar orang banyak sehingga mereka mustahul
untuk sepakat berdusta atau sekata atas kabar yang dusta.
5. Percaya kepada orang yang melihat
6. Ada tanda-tanda yang biasa digunakan di status daerah untuk memberitahukan
dimulainya berpuasa, seperti dengan meriam, bel, dll
7. Dengan Ilmu Hisab atau kabar dari ahli hisab

Rasulullah Saw, bersabda:

Dari Ibn Umar, ia berkata, bahwa Rasulullah Saw, bersabda: Satu bulan
adalah 29 hari. Hendaklah Engkau tidak memulai berpuasa (di awal Ramadhan)
dan berbuka (di bulan Syawwal) sampai mendapatinya.), maka, jika ada yang
menghalangi sehingga bulan tidak kelihatan, hendaklah kamu sempurnakan
bulan Sya’ban tiga puluh hari. Muttafaq ‘alaih)

Menurut pendapat para ulama, diantaranya Ibn Syuraidi Mutarrif dan Ibn
Qutaibah, yang dimaksud dengan Faqdiru (kira-kira) dalam hadist tersebut adalah
ilmu hisab. Allah berfirman :
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang megetahui (Qs. Yunus :5)
BAB II
KETENTUAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN PUASA

a. Syarat Puasa
1. Syarat Wajib Puasa
Yang dimaksud dengan syarat wajib puasa adalah yang diwajibkan
melaksanakan puasa dengan tata aturan sebagai berikut :
1) Orang Islam
2) Yang telah dewasa/baligh (berumur 15 tahun ke atas, atau ada tanda-tanda
lain dan berakal sempurna, Rasulullah Saw. Bersabda :

Tiga orang terlepas dari hukum:a) Orang yang sedang tidur sehingga
ia terbangun; orang gila sampai ia sembuh; dan anak-anak sampai ia
baglig. (HR. Abu Dawud dan Nasa’i)
3) Kuat berpuasa, tidak lemah karena usia tua atau sakit

...dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka


(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu, (QS. Al-Baqarah:185)

2. Syarat Sah Puasa


1) Islam, orang yang bukan Islam tidak sah puasanya
2) Mumayyij (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik)
3) Suci, khusus untuk wanita, yakni suci dari haid dan nifas. Orang yang
sedang haid atau nifas tidak sah puasanya, namun wajib mengqada di
bulan lain. Rasulullah bersabda:

Dari Aisyah, ia berkata: “Kami disuruh oleh Rasulullah saw, untuk


mengqada puasa, dan tidak disuruh untuk mengqada shalat. (HR.
Bukhari)

4) Puasa dilakukan tidak dalam hari yang dilarang berpuasa

Dari Anas ra; Nabi saw, telah melarang berpuasa lima hari dalam
satu tahun: a) Hari Raya Idul Fitri, b) Hari Raya Haji; c) Tiga hari
Tasriq (tanggal 11, 12 dan 13). HR.Ahmad

b. Rukun Puasa
1. Berniat
Niat puasa wajib (Ramadhan) harus pada malam harinya sebelum terbit fajar.
Sedangkan puasa sunnat dibolehkan niat pada pagi harinya.
2. Menahan Diri
Yakni menahan diri dari makan dan minum serta dari apa-apa yang dapat
membatalkan nilai-nilai puasa itu sendiri, mulai dari terbit fajar sampai
terbenam matahari.
BAB III
KAIFIAT DAN ADAB BERPUASA

Apabila kita telah memasuk malam pertama dari bulan Ramadhan, maka
berniatlah pada malam itu, bahwa kita akan berpuasa esok hari. Dan mulai malam itu
tegakkanlah tarawih dengan berjemaah.
a. Setelah masuk waktu sahur, hendaklah bersahur.
b. Sesudah bersahur dengan memelihara adab-adabnya, bersihkanlah mulut dengan
sebersih-bersihnya dan nantikanlah waktu subuh.
c. Apabila telah terbit fajar, tahanlah diri dari makan, minum, mendekati isteri dan
dari segala yang membatalkan puasa.
d. Setelah selesai dari shalat subuh, bacalah Al Quran sesuai kemampuannya.
e. Di siang hari hendaklah dijauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang haram,
bahkan hendaklah dijauhkan diri dari pekerjaan-pekerjaan yang makruh dan sia-
sia
f. Usahakanlah supaya segala shalat fardhu dapat ditegakkan dengan berjemaah
g. Sebisa mungkin pada tiap-tiap hari selepas shalat Zuhur dan Asar, disediakan
waktu yang tetap untuk membaca Al Quran
h. Bila matahari telah nyata terbenam, bersegeralah berbuka puasa dengan sedikit
makanan yang manis, Sesudah melaksanakan shalat Maghrib, baru
disempurnakan makan dengan adab-sepuluh hari terakhir, adab berbuka. Pada
tiap-tiap malam melaksanakan shalat Tarawih.
i. Jika tiba sepuluh hari terakhir, perbanyaklah ibadat dengan jalan beriktikaf dan
berusaha meraih “lailatul qadar”

Supaya puasa jadi sempurna, maka ikutilah petunjuk-petunjuk berikut :


a. Makanlah sahur supaya lebih kuat menghadapi puasa. Seluruh umat islam telah
sepakat menetapkan kesunatan sahur, dan makruh meninggalkannya. Sahur itu
boleh dilakukan dengan sedikit makan walaupun seteguk air; dan sahur itu paling
baik dilambatkan asal jangan memasuki waktu fajar. Andaikata seseorang ragu
tentang terbit fajar, maka dia boleh terus makan dan minum hingga diyakini fajar
telah terbit.
b. Berbuka sesudah nyata terbenam matahari dan sebelum shalat Magrib, sesudah itu
barulah makan nasi, kecuali jika makanan telah tersedia maka makanlah dahulu
c. Berdoa kepada Allah di waktu berbuka dan semasa berbuasa, sebagaimana
disukai membanyakan taubat, membanyakan kabjikan dan menjauhi segala yang
dibenci Allah.
d. Mandi sebelum fajar dari hadas besar, supaya memasuki puasa dalam keadaan
suci.
e. Menahan lidah dari berdusta dan bertengkar dan memperkatan yang tidak
berfaedah, mengumpat, memfitnah dan memperkatakan kehormatan manusia.
f. Menahan diri dari pengaruh marah dan dari bersikap kurang baik, kurang sabar
dan sifat-sifat lain yang tercela.
g. Selalu berusaha mencari ketaqwaan kepada Allah SWT, dan mensyukuri nikmat-
Nya
h. Banyak besedekah
i. Mempergunakan segala waktu di bulan Ramadhan untuk mendalami masalah-
masalah keagamaan, mengerjakan shalat qiyam, meningkatkan ibadat terutama di
hari sepuluh terakhir di bulan Ramadhan dan menghadiri tadarus Al Quran
j. Berusaha memperoleh makanan yang suci dan halal, agar tidak masuk ke dalam
perut makanan-makanan yang haram.
k. Memelihara nafsu dari pada penyakit dengki, memelihara anggota dari segala
maksiat dan selalu berlaku tenang dan bersikap terhormat.
Sedangkan adab berpuasa supaya puasa kita mendapat ridha Allah, maka
selain dari amalan ibadat wajib dan sunat yang diperbanyakkan di dalam bulan
Ramadhan, kita perlu menjauhi perbuatan-perbuatan yang boleh menyebabkan puasa
itu menjadi sia-sia
a. Hendaklah menjauhkan pandanagn dari tempat-tempat yang dilarang. Misalnya
melihat wanita walaupun isteri sendiri dengan pandangan bernafsu, apa lagi
wanita-wanita lain. Begitulah juga melihat perbuatan-perbuatan maksiat atau jika
maksiat itu dilakukan, hendaklah dijauhi daripadanya.
Rasulullah (saw) bersabda :

Pandangan adalah seumpama anak panah syaitan, Barangsiapa takut


kepada Allah, jauhkanlah dirinya dari melihat maksiat.

b. Jagalah lidah daripada dusta, perbuatan yang sia-sia mengumpat, menghujatm


bersumpah palsu dan sebagainya.;
c. Hendaklah menjaga agar tidak mendengar sesuatu yang makruh, Begitu juga
haram mendengar sesuatu yang tidak sepatutnya. Rasulullah saw telah bersabda
“Mengenal mengumpat, kedua-duanya, pengumpat dan orang yang mendengar
keadaannya adalah sama-sama berdosa”.
d. Begitulah pula anggota jasad hendaklah dijauhkan dari dosa dan perkara-perkara
yang haram. Tangan jangan menyentuhnya dan kaki janganlah berjalan
kearahnya. Begitu pula perut, hendaklah tidak ada yang memasukinya dari
sesuatu yang diragu-ragukan antara halal atau tidaknya.
e. Sebaiknya tidak makan terlalu kenyang sewaktu berbuka walaupun makanan itu
halal, agar maksud dari puasa tercapai. Tujuan puasa adalah untuk mengekang
nafsu syahwat dan meninggikan keyakinan serta memperkuat rohani kita.
Selama sebelas bulan kita makan dan minum denegan sebebas-bebasnya, maka
pada bulan Ramadhan, patutlah kita mengekang sedikit perut kita
f. Setiap selesai menjalani puasa, hendaklah selalu berasa bimbang apakah puasanya
diterima di sisi Allah ataupun tidak. Beginilah hendaknya dilakukan kepada
semua bentuk ibadah. Seseorang itu mungkin tidak menyadari bahwa bahagian-
bahagian yang penting yang tertinggal. Hendaklah merasa takut mungkin
amalan-amalan kita akan ditolak oleh Allah. Peristiwa-peristiwa begini banyak
diriwiyatkan dalam hadis. Maka seseorang yang berpuasa bukanlah setakat
berpuasa dengan ikhlas tetapi hendaklah dengan pengaharapan agar puasanya
diterima oleh Allah (swt).
BAB IV

PERKARA YANG MEMBATALKAN PUASA

a. Masuknya sesuatu benda kedalam mulut seperti air, asap rokok dan sebagainya
dengan cara disengaja, dan apabila karena kelupaan maka tidaklah batal
puasanya.
Allah berfirman:

.....dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar, (QS. Al-Baqarah:187)

b. Muntah dengan disengaja, Orang yang muntah karena sakit dan dalam kondisi
terpaksa tidaklah membatalkan puasa.

Dari Abu Huraerah: Telah bersabda Rasulullah saw, barangsiapa terpaksa


muntah tidaklah wajib mengqadha puasanya, dan barangsiapa yang
mengusahakan muntah, maka hendaklah dia mengqadha puasanya. (HR. Abu
Dawud, Tirmidzi, dan Ibn Hibban).
c. Bersetubuh
d. Keluar mani (Istimna) dengan disengaja. Jika keluar mani karena mimpi tidaklah
batal puasanya.
e. Karena bulan (haid) khusus bagi wanita
f. Karena berubah akal (gila dan sebagainya)
g. Karena Murtad (keluar dari Agama Islam)
BAB V

ORANG YANG BOLEH MENINGGALKAN PUASA

a. Orang Wajib Qadla

Orang-orang dibawah ini dibolehkan meninggalkan puasa, tetapi qala, artinya


wajib mengganti puasa yang ditinggalkannya dengan cara berpuasa dihari selain
bulan Ramadhan sebanyak hari yang ditinggalkannya. Mereka itu adalah :

 Orang yang sakit dan akan ada harapan untuk sembuh


 Orang yang berpergian jauh (musafir) dengan jarak sedikitnya sejauh 81 km.
 Wanita yang hamil yang dikhawatirkan mudharat bagi dirinya atau bayi yang
sedang dikandungnya.
 Wanita yang sedang menyusui anak, yang dikhawatirkan mudharat bagi ibu
dan anaknya.
 Wanita yang sedang datang bulan melahirkan anak dan nifas juga wajib qadla
saja bagi orang yang batal puasnya dengan salah perkara yang membatalkan
puasa selain bersetebuh

b. Yang Wajib Membayar Fidyah

 Orang yang sakit dan tidak ada harapan untuk sembuh


 Orang yang lemah karena sudah tua dan tidak merasa takut lagi untuk
berpuasa
Mereka yang diatas wajib membayar fidyah yakni : memberi makan kepada
orang miskin sebanyak hari ia meninggalkan puasa berupa bahan makanan
pokok (beras dan sembako lainnya) sebanyak satu mud atau sama dengan 576
gram.
c. Yang Wajib Qadla dan Kifarat
Orang yang membatalkan puasa wajib Ramadhan dikarenakan bersetubuh
maka baginya wajib melakukan kifarat dan qadla bagi hari-hari puasa yang ia
batalkan
Kifarat itu antara lain :
 Memerdekakan hamba sahaya yang mukmin
 Kalau tidak menemukan sahaya yang mungkin atau tidak mampu
melakukannya maka wajiblah ia berpuasa 2 bulan berturut-turut (selain
qadla yang ia lakukan untuk mengganti hari-hari yang ia batalkan
puasanya)
 Apabila pilihan kedua juga tidak dapat dilakukan, maka wajiblah ia
memberi makan 60 orang miskin, masing-masing sebanyak satu mud (576
gram) berupa bahan makanan pokok.
BAB VI

HARI-HARI YANG DILARANG UNTUK BERPUASA

Agama Islam melarang kaum muslimin untuk berpuasa pada hari-hari sebagai
berikut ini :

 Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal )


 Hari Raya Qurban atau Idul Adha (10 Dzulhijjah)
 Hari-Hari Tasyrik yaitu tanggal 11,12,13 Dzulhijjah atau 3 setelah hari raya
Qurban
BAB VII
SUNNAH PUASA

Di dalam berpuasa kaum muslimin disunnatkan untuk melakukan hal-hal berikut ini :
 Makan sahur meskipun sedikit
 Mengakhirkan makan sahur selama fajar belum menyingsing sampai waktu
imsyak (sekitar 10 menit sebelum waktu shalat shubuh)
 Menyegerakan berbuka bila waktu Maghrib telah tiba
 Membaca doa ketika berbuka dengan doa sebagai berikut :

“Ya Allah karena Engkaulah aku berpuasa, kepada Engkau aku beriman dan dengan
rizki daripada Engkaulah aku berbuka”

 Meninggalan perkataan-perkataan yang kotor, keji dan bohong dan perilaku yang
membatalkan nilai puasa.
 Memperbanyak amal kebaikan, bersedekah, membaca Al Quran dan sebagainya
 Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa
 Memperbanyak I’tikaf di mesjid
BAB VIII
PUASA SUNAT

Selain puasa wajib, kaum muslimin juga dianjurkan untuk melaksanakan


puasa pada hari-hari berikut :
1. Puasa enam hari setelah tanggal 1 syawal
Rasulullah Saw bersabda :

Dari Abu Ayyub ra. Rasulullah saw, bersabda: Barangsiapa berpuasa pada
bulan Ramadhan, lalu mengirinya dengan enam hari bulan Syawwal, maka
seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang masa, (HR. Muslim)
2. Puasa Hari Senin dan Kamis
Rasulullah Saw, Bersabda;

Dari Aisyah, bahwa Nabi Muhammad Saw, memilih (memelihara) waktu


puasa pada hari Senin dan hari Kamis.
3. Puasa pada Hari Arafah
Puasa pada hari Arafah ialah berpuasa pada tanggal 9 bulan Haji, kecuali bagi
orang yang sedang melaksanakan ibadah haji, maka tidak disunatkan berpuasa,
Nabi Saw, Bersabda :
Dari Abu Qatadah ra. Nabi Saw, bersabda : Puasa hari ‘Arafah itu
menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang telah lalu dan satu tahun
yang akan datang.
4. Puasa pada tanggal 10 Muharram (Puasa Asyura)
Rasulullah Saw, bersabda :

Nabi Saw datang ke Madinah, dan dilihatnya orang-orang Yahudi berpuasa


pada hari ‘Asyura. Maka Nabi Muhammad Saw, bertanya : Ada apa ini ?
Mereka menjawab: ini ? Mereka menjawab : Ini adalah hari yang agung. Pada
hari ini Allah telah menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dari musuh
mereka, sehingga Nabi Musa bepuasa sebagai ungkapan rasa syukur, Kemudian
Rasulullah saw. Bersabda: Sesungguhnya aku lebih utama dan lebih berhak dari
Musa untuk berpuasa pada hari ini. Maka Nabi saw, pun berpuasa dan
memerintahkan untuk berpuasa (Muttafaq’alaih)
5. Berpuasa pada Sebagian Besar Bulan Sya’ban

Dari Aisyah, saya tidak melihat Rasulullah Saw, menyempurnakan puasa satu
bulan, selain bulan Ramadhan dan saya tidak melihat beliau pada bulan-bulan
lain, berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Puasa tiga hari setiap bulan Rasulullah Saw. Bersabda

DarI Abu Dzar, Rasulullah Saw, “ Hai Abu Dzar, apabila engkau hendak
puasa hanya tiga hari dalam satu bulan, maka puasalah pada tanggal tiga belas,
empat belas dan pada tanggal lima belas. (HR. Ahmad dan Nasa’i)

You might also like