Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan
organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman umumnya
sedikit mengandung bahan berbahaya. Namun penggunaan pupuk kandang,
limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos/pupuk organik
2
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui lebih lanjut pada industri pembuatan pupuk, dimana
dalam prosesnya ini akan kita ketahui tentang pencemaran-pencemaran yang
mungkin saja terjadi. Di samping itu, tugas makalah ini dibuat sebagai pemenuhan
tugas kepada dosen yang bersangkutan pada mata kuliah Pengelolaan Limbah B3.
3
BAB II
INDUSTRI PENGHASIL PUPUK
Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan pada tanah dengan maksud
untuk memperbaiki sifat fisis, kimia dan biologis. Sebagai tempat tumbuhnya
tanaman, tanah harus subur, yaitu memiliki sifat fisis, kimia, dan biologi yang
baik. Sifat fisis menyangkut kegemburan, porositas, dan daya serap. Sifat kimia
mennyangkut pH serta ketersedian unsur- unsur hara. Sedangkan sifat biologis
menyangkut kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Seperti makhluk hidup
yang lain, tumbuhan memerlukan nutrisi baik zat organik maupun zat anorganik.
Nutrisi organik diperoleh melalui proses fotosintesis, sedangkan nutrisi anorganik
semuanya diperoleh melalui akar dari dalam tanah dalam bentuk zat-zat terlarut
berupa kation dan anion yang mampu masuk ke dalam pembuluh xilem akar.
Pada industri pengolahan pupuk dewasa ini banyak sekali dampak yang
ditimbulkan yang sangat berpotensi mencemari lingkungan jika tidak ada
prosedur pada proses pengelolaannya dan penerapannya di lapangan. Misalnya
pada industri PT. Petrokimia Gresik, yaitu pabrik penghasil pupuk bahwa para
petani tidak mau menggunakan pupuk sesuai aturan yang telah ditentukan oleh
kemasan. Mereka beranggapan bahwa semakin banyak pupuk yang digunakan,
semakin subur tanaman mereka. Padahal tanah yang terlalu banyak diberi pupuk
akan mengeras dan sulit untuk diolah kembali. Pernyataan dari menejer PT.
Petrokimia Gresik tersebut seolah menandakan para petani Indonesia masih sangat
minim pengetahuan.
Kapasitas Pabrik
Tahun
Pupuk Pabrik Kapasitas/Tahun
Beroperasi
Pupuk Urea 1 460.000 ton 1994
Pupuk Fosfat 2 1.000.000 ton 1979, 1983
1972,1984
Pupuk ZA 3 650.000 ton
1986
Pupuk NPK : .
Tahun
Non Pupuk Pabrik Kapasitas/Tahun
Beroperasi
Amoniak 1 445.000 ton 1994
a. Sintesa Unit
6
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa dengan
mereaksikan NH3 cair dan gas CO2 didalam Urea Reactor dan kedalam reaktor
ini dimasukkan juga larutan Recycle karbamat yang berasal dari bagian
Recovery. Tekanan operasi proses sintesa adalah 175 Kg/cm2. Hasil Sintesa
Urea dikirim ke bagian Purifikasi untuk dipisahkan Ammonium Karbamat dan
kelebihan amonianya setelah dilakukan Stripping oleh CO2.
b. Purifikasi Unit
Amonium Karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan amonia di Unit
Sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan dan
pemanasan dengan 2 langkah penurunan tekanan, yaitu pada 17 Kg/cm2 dan
22,2 Kg/cm2. Hasil penguraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirim kebagian
recovery, sedangkan larutan urea dikirim ke bagian Kristaliser.
c. Kristaliser Unit
Larutan Urea dari unit Purifikasi dikristalkan di bagian ini secara vakum,
kemudian kristal urea dipisahkan di pemutar sentrifugal. Panas yang diperlukan
untuk menguapkan air diambil dari panas sensibel larutan urea, maupun panas
kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi urea slurry ke HP
Absorber dari Recovery.
d. Prilling Unit
Kristal urea keluaran pemutar sentrifugal dikeringkan sampai menjadi 99,8 %
berat dengan udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas prilling tower
untuk dilelehkan dan didistribusikan merata ke distributor, dan dari distributor
dijatuhkan kebawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan
menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke Bulk Storage
dengan Belt Conveyor.
e. Recovery Unit
Gas Ammonia dan Gas CO2 yang dipisahkan dibagian Purifikasi diambil
kembali dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan Mother Liquor
sebagai absorben, kemudian direcycle kembali ke bagian Sintesa.
f. Proses Kondensat Treatment Unit
Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristalliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3 dan CO2 ikut kondensat kemudian
7
diolah dan dipisahkan di Stripper dan Hydroliser. Gas CO 2 dan gas NH3
dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk direcover. Sedang air kondensatnya
dikirim ke utilitas.
BAB 3
BAB IV
4.2 Amoniak
bercabang (ABS) sebesar 40% dan alkyl benzene sulfonate rantai lurus (LAS)
sebesar 60%. Dibandingkan dengan LAS, ABS merupakan senyawa yang lebih
sukar terurai secara alami. Oleh karenanya, pada banyak negara di dunia
penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia,
peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih
digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena : harganya murah,
kestabilannya dalam bentuk krim pasta dan busanya melimpah.
Penggunaan deterjen dapat mempunyai risiko bagi kesehatan dan
lingkungan. Risiko deterjen yang paling ringan pada manusia berupa iritasi
(panas, gatal bahkan mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan
langsung dengan produk. Hal ini disebabkan karena kebanyakan produk deterjen
yang beredar saat ini memiliki derajat keasaman (pH) tinggi. Dalam kondisi
iritasi/terluka, penggunaan produk penghalus apalagi yang mengandung pewangi,
justru akan membuat iritasi kulit semakin parah.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah
deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik).
Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi
dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya.
Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum,
mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai
pembunuh kuman pada proses klorinasi.
4.5 Nitrogen
Namun, ketika sebuah tanki misalnya akan dibuka untuk dilakukan clean-
up atau maintenance, maka muncullah bahaya dari nitrogen sebagai gas inert.
Keberadaan nitrogen mengganggu konsentrasi aman dari oksigen dalam tanki,
meskipun manhole dari tanki sudah dibuka.
14
BAB V
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH
(Bratasida, 1996).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
http://tech.groups.yahoo.com/group/majalah-salam/message/56
http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pencemaran-tanah-oleh-pupuk/
http://fani46.multiply.com/journal/item/5
http://gbioscience05.wordpress.com/2008/05/26/indonesia-di-lintasan-limbah-b3-
bahan-beracun-berbahaya/
http://aahabib.co.cc/info-kesehatan/bahaya-detejen-bagi-kesehatan/
http://www.petrokimia-gresik.com/history.asp
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3240030
Sulanjana, Agung dkk. 2005. Makalah Industri Pupuk dan Amonia. Bandung;
Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
Gadjah Mada Press.Sarifudin, Rachmad. 1998. Pendugaan Kualitas Air Kali Mas
Surabaya Ditinjau dari Indeks Keanekaragaman Plankton. Skripsi Tidak
dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.