You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

Berbicara mengenai tentang islam tentunya banyak sekali pemikiran-pemikiran

yang bersifat kompleks. Banyaknya pemikiran-pemikiran mengenai pemahaman

tentang ketuhanan sering membuat umat islam merasa terombang ambingkan oleh

peradaban zaman1, terlebih lagi banyaknya perdebatan tentang fitrah Tuhan yang

sebenarnya. Disini kami akan membahas salah satu tokoh dari teologi islam pada abad

ke-19 yang sangat populer dengan pemikiranya tentang landasan-landasan islam

berupa Al-Quran, Al-Hadist, dan Ijtihad.

Sebelum membahas lebih jauh tentang pemikiran agung Muhammad Iqbal, telah

kita ketahui teologi berkenaan dengan ajaran-ajaran dasar dari suatu agama.

Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan yang kuat.2 Dalam dunia islam

sendiri sebenarnya lebih dari satu aliran teologi oleh karena itu dirasa perlu

memperkenalkan islam secara mendalam dari aspek-aspek keislaman kepada umat

islam dari sudut tinjauan teologi.

Pengertian teologi sendiri dari segi etimologi (bahasa) maupun terminology

(istilah). Theology terdiri dari perkataan theos artinya Tuhan dan logos yang berarti ilmu

(science, study, discourse). Jadi teologi berarti ilmu tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan.

Definisi teologi menurut Fergilius Ferm yaitu ‘’ theology ialah pemikiran sistematis yang

behubungan dengan alam semesta. Dalam kamus ‘’New English Dictionary’’ susunan

collins disebutkan teologi “ilmu yang membahas fakta-fakta dan gejala-gejala agama

1 Harun Nasution,Teologi Islam, (Jakarta,ui,2009), hal 7


2 Ibid, hal 8
dan hubungan-hubungan antara Tuhan dan manusia.3

Kepercayaan sesuatu agama merupakan pokok dasarnya. Al-quran dan hadist

nabi merupakan dasar agama islam yang banyak berisi pembicaraan tentang wujud

tuhan, keagungan serta keEsaan-nya. Akan tetapi gaya bahasanya lebih mendekati ke

gaya percakapan, memberi nasehat serta petunjuk daripada penguraian secara ilmiah.

Sehingga kita tidak dapat mengatakan bahwa Al-quran dan Al-hadist berisi uraian yang

teratur serta sistematis tentang soal kepercayaan dan meletakan metode yang lengkap

serta mencakup untuk ilmu tauhid (teologi islam).4 Dalam hal ini memang bukan tugas

nabi dimana pada waktu itu perhatian utama ditujukan pada penyebaran dakwah.

Penyusunan ilmu teologi sendiri menjadi tugas pengikut dan orang-orang sesudahnya

salah satunya adalah Muhammad iqbal.

Nama Iqbal sendiri dikalangan muslim pada masa sekarang tidaklah asing lagi,

beliau dikenal sebagai ulama besar yang memadukan kemampuan pemikiran dan

kepenyairanya sekaligus. Tidaklah mengherankan apabila orang menyebutnya sebagai

pemikir-penyair atau penyair-pemikir. Kenyataanya baik sebagai penyair atau pemikir

beliau sama-sama menduduki tempat yang terpandang. Serbagai seorang penyair, ia

telah mampu memadukan nilai-nilai pemikiran filosofis, etika dan estetika dalam puisi-

puisimya. Sebagai pemikir, ia telah mewariskan suatu karya filsafat yang hingga kini

masih sulit dicarikan bandingannya.

BAB II

3 A. Hanafi M.A. , Pengantar Theology Islam, hal 11


4 A. Hanafi M.A. , Pengantar Theology Islam, hal 17
PEMBAHASAN

1. Riwayat Hidup

Muhammad Iqbal adalah anak keturunan dari kelas Brahmana (kelas sosial

tertinggi di India), dilahirkan tanggal 22 Februari 1873 M. di Sialkot, Punjab Barat,

Pakistan. Ayahnya bernama Muhammad Nur, seorang sufi yang sangat saleh. Sejak

masih anak-anak, agama sudah tertanam dalam jiwanya. Pendidikan agama selain dari

orang tua, juga didapatkan dengan mengaji dengan Mir Hassan. Di rumah sang guru, ia

selain belajar mengaji agama juga belajar mengubah sajak.5

Dibantu oleh Mir Hassan, ia memasuki sekolah Scotiish mission School. Tamat

di sini, ia melanjutkan ke Government College dan memperoleh gelar sarjana muda

(BA) 1897 dan tahun 1905, ia memperoleh gelar MA di bidang filsafat.

Di perguruan tinggi, ia berkenalan gengan seorang guru besar, Thomas Arnold

yang banyak membentuk jiwa filosifinya. Guru besar ini menyarankan Iqbal untuk

mengambil program Doktor di London. Dalam waktu satu tahun, program itu dapat

diselesaikan di Universitas Cambridge di bawah promoter Mc. Taggart. Dua tahun

kemudian ia pindah ke Munich, Jerman. Di Universitas ini, ia memperoleh gelar Ph. Di

dalam tasawuf dengan disertasinya yang berjudul the Develipment of Metaphysics in

Persia (perkembangan metafisika di Persia). Selesai studi di luar negeri, ia kembali

mengambil program studi hukum dengan meraih keahlian di bidang keadvokatan. Ini

masih tidak memuaskanya, ia kembali kuliah di School of Political Sciencis.

Berbekal sejumlah keahlian, ia memulai karir sebagai pendidik (dosen),

5 http://udhiexz.wordpress.com/2008/04/13/pemikiran-muham
pengacara, di India ia juga aktif dalam bidang politik. Selebihnya ia serihg ceramah ke

seluruh bagian India dan ke Negara-negara Islam.

Buku yang berjudul The Recontruction of religius Though in Islam adalah

kumpulan dari ceramah-ceramahnya sejak tahun 1982 dan merupakan karyanya

terbesar dalam bidang filsafat.

Pada tahun 1930, Iqbal memasuki bidang politik dan menjadi ketua konfrensi

tahunan Liga Muslim di Allahabad, kemudian pada tahun 1931 dan tahun 1932, ia ikut

konfrensi meja bundar di London yang membahas konstitusi baru bagi India. Pada

bulan oktober tahun 1933, ia di undang ke Afganistan untuk membicarakan

pembentukan Universitas Kabul. Pada tahun 1935, ia jatuh sakit dan bertambah parah

setelah istrinya meninggal dunia.

2. karya-karyanya

Diperkirakan ada 21 karya monumental Muhammad Iqbal yaitu, di antaranya:

1. Ilm al-Iqtisad (1903)

2. Development of Metaphysics in Persia: A Constribution to the history of muslim

philosophy (1908)

3. Islam as a Moral and PoliticaL ideal(1909)

4. Asrar-I Khudi (rahasia pribadi, 1915)

5. Rumuz-I Bekhudi (rahasia peniadan diri, 1918)

6. Payam-I Masyriq (pesan diri timur, 1923)

7. Bang-I Dara (seruan dari perjalanan, 1924)

8. Self in the Light of Relativity Speeches and Statements of Iqbal (1925)

9. Zaboor-I ‘Ajam( kidung Persia, 1927)


10. Khusal Khan khattak(1928).

3. Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal

Dibandingkan sebagai teolog, Muhammad Iqbal sesungguhnya lebih terkenal

sebagai filosof eskitensialis. Oleh karena itu, agak sulit menemukan pandangan-

pandangannya mengenai wacana-wacana kalam klasik, seperti fungsi akal dan wahyu,

perbuatan Tuhan, perbuatan manusia, dan kewajiban-kewajiban Tuhan. Itu bukan

berarti ia sama sekali tidak menyinggung ilmu kalam. Bahkan ia sering menyinggung

bebebrapa aliran kalam yang pernah muncul dalam aliran Islam.

Sebagai ahli hukum, menurutnya, umat Islam mundur karena cenderung

melaksanakan hukum secara statis dan konservatif. Kelompok konservatif menuduh

golongan pemikir rasionalis Mu’tazilah sebagai bidang perpecahan umat Islam. Akibat

dari gerakan tersebut lahirlah pemikiran yang menutup pintu ijtihad.6

Tujuan diturunkanya Al-Quran, menurutnya adalah membangkitkan kesadaran

manusia sehingga mampu menerjemahkan dan menajabarkan nas-nas Al-Quran yang

masih global dalam relita kehidupan manusia dan dinamika masyarakat yang selalu

berubah. Inilah yang dalam rumusan fiqh disebut ijtihad yang oleh Iqbal disebut Prinsip

Gerak dalam Struktur Islam. 7

Beberapa pemikiran Muhammad Iqbal:

a) Hakikat Teologi

Secara umum ia melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi keimanan,

6 A. Hanafi M.A. , Pengantar Theology Islam, hal 17


7 Ushull Quran…..
mendasarkan kepada esensi tauhid. Didalamnya terdapat jiwa yang bergerak

berupa “persamaan, kesetiakawanan dan kebebasmerdekaan”. Pandangannya

tentang ontology teologi membuatnya berhasil melihat anomaly (penyimpangan)

yang melekat pada literatur ilmu kalam klasik. Teologi Asy’ariyah, umpamanya

menggunakan cara dan pola pikir ortodoksi Islam. Mu’tazilah sebaliknya, terlalu

jauh bersandar pada akal, yang akibatnya mereka tidak menyadari bahwa dalam

wilayah pengetahuan agama, pemisahan antara pemikiran keagamaan dari

pengalaman kongkrit merupakan kesalahan besar.

b) Pembuktian Tuhan

Dalam membuktikan eksistensi Tuhan, Iqbal menolak argument kosmologis

maupun ontologism. Ia juga menolak argument teteologis yang berusaha

membuktikan eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari sebelah luar.

Walaupun demikian, ia menerima landasan teteologis yang imanen (tetap ada).

Untuk menopang hal ini, Iqbal menolak pandangan yang statis tentang Matten serta

menerima pandangan Whitehead tentangnya sebagai struktur kejadian dalam

aliran dinamis yang tidak berhenti. Karakter nyata konsep tersebut ditemukan Iqbal

dalam “jangka waktu murni-nya” Bergson, yang tidak terjangkau oleh serial waktu.

Dalam “jangka waktu murni” ada perubahan, tetapi tidak ada suksesi.

c) Jati Diri Manusia

Faham dinamisme Iqbal berpengaruh besar terhadap jati diri manusia. Penelusuran

terhadap pendapatnya tentang persoalan ini dapat dilihat dari konsepnya tentang

ego, ide sentral dalam pemikiran filosofisnya. Kata itu diartikan dengan kepribadian.
Manusia hidup untuk mengetahui kepribadiannya serta menguatkan dan

mengembangkan bakat-bakatnya, bukan sebaliknya, yakni melemahkan

pribadinya, seperti yang dilakukan oleh para sufi yang menundukkan jiwa sehingga

fana dengan Allah. Pada hakikatnya menafikan diri bukanlah ajaran Islam karena

hakikat hidup adalah bergerak dan gerak adalah perubahan. Filsafat khudinya

tampaknya merupakan reaksi terhadap kondisi umat Islam yang ketika itu telah

dibawa oleh kaum sufi semakin jauh dari tujuan dan maksud Islam yang

sebenarnya. Dengan ajaran khudinya, ia mengemukakan pandangan yang

dinamistentangkehidupan dunia.

d) Dosa

Iqbal secara tegas menyatakan dalam seluruh kuliahnya bahwa Al-Quran

menampilkan ajaran tentang kebebasan ego manusia yang bersifat kreatif. Dalam

hubungan ini, ia mengembangkan cerita tentang kejatuhan adam (karena

memakan buah terlarang) sebagai kisah yang berisi pelajaran tentang “kebangkitan

manusia dari kondisi primitive yang dikuasai hawa nafsu naluriah kepada pemilikan

kepribadian bebas yang diperolehnya secara sadar, sehingga mampu mengatasi

kebimbangan dan kecenderungan untuk membangkang” dan “timbulnya ego

terbatas yang memiliki kemampuan untuk memilih”. “Allah telah menyerahkan

tanggung jawab yang penuh resiko ini, menunjukkan kepercayaan-Nya yang besar

kepada manusia. Maka kewajiban manusia adalah membenarkan adanya

kepercayan ini. Namun, pengakuan terhadap kemandirian (manusia) itu melibatkan

pengakuan terhadap semua ketidaksempurnaan yang timbul dari keterbatasan

kemandirian itu.
Dalam membuktikan eksistensi Tuhan, Iqbal menolak argument kosmologis

maupun ontologism. Ia juga menolak argumen teteologis yang berusaha membuktikan

eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari sebelah luar. Walaupun demikian, ia

menerima landasan teteologis yang imanen (tetap ada). Untuk menopang hal ini, Iqbal

menolak pandangan yang statis tentang Matten serta menerima pandangan Whitehead

tentangnya sebagai struktur kejadian dalam aliran dinamis yang tidak berhenti. Karakter

nyata konsep tersebut ditemukan Iqbal dalam “jangka waktu murni-nya” Bergson, yang

tidak terjangkau oleh serial waktu. Dalam “jangka waktu murni” ada perubahan, tetapi

tidak ada suksesi.

4. Pemikiran iqbal tentang Insan al-Kamil

Iqbal menafsirkan insan al-kamil, atau manusia utama, setiap manusia potensial

adalah suatu mikrokosmos dan insan yang telah sempurna kerohaniannya menjadi

cermin dari sifat-sifat tuhan, sehingga sebagai orang suci dia menjadi khalifah atau

wakil tuhan di muka bumi.8

Menurut Iqbal bahwa setiap manusia merupakan suatu pribadi menjadi suatu

ego yang berdiri sendiri, tetapi belumlah ia menjadi pribadi yang utama. Dia yang dekat

kepada tuhan adalah yang utama, semakin dekat semakin utama. Sedangkan kian jauh

jaraknya dari tuhan, kian berkurang bobot kepribadiaanya. Menurutnya tujuan dari

seluruh kehidupan adalah membentuk insan yang mulia dan setiap pribadi haruslah

berusaha untuk mencapainya. Insane al-kamil itu memberikan kita ukuran baik dan

buruk, apa yang dapat memperkuat pribadi adalah bersifat baik dan apa yang

8 http://udhiexz.wordpress.com/2008/04/13/pemikiran-muham
melamahkan bersifat buruk.9

 Hal-hal yang dapat memperkuat pribadi seseorang itu ialah :

a. Isyq-o-muhabbat, yakni cinta kasih

b. Semangat atau keberanian, termasuk bekerja kreatif dan orisinil, artinya asli dari

hasil kreasinya sendiri dan mandiri.

c. Toleransi, rasa tenggang menenggang

d. Faqr, artinya sikap tidak mengharapkan imblan dan ganjaran yang akan diberikan

dunia, sebab bercita-citakan yang lebih agung

 Hal-hal yang dapat melemahkan pribadi seseorang itu ialah:

a. takut

b. suka meminta-minta

c. perbudakan

d. sombong

BAB III

PENUTUP
Pena lebih tajam dari pedang. Tak diragukan lagi pengaruh pena Iqbal dalam

khazanah pemikiran Islam luar biasa besarnya. Tak hanya dunia Timur-Islam, tetapi

juga Timur-non Islam dan Barat. Kejeniusannya dalam memadukan syair dan filsafat

ditambah lagi sikap relegiusnya yang mendalam telah menimbulkan decak kagum para

filosof dan penyair di pelbagai belahan dunia. Tak hanya itu, Iqbal juga telah melakukan

sintesis pemikiran Timur dan Barat dengan kekhasan yang belum ada bandingnya.

9 http://khasanahmuslim.blog.com/parapemikir
Muhammad Iqbal merupakan sosok pemikir multidisiplin. Di dalam dirinya

berhimpun kualitas kaliber internasional sebagai seorang sastrawan, negarawan, ahli

hukum, pendidik, filosof dan mujtahid. Sebagai pemikir Muslim dalam arti yang

sesungguhnya, Iqbal telah merintis upaya pemikiran ulang terhadap Islam demi

kemajuan kaum muslimin. Islam sebagai way of life yang lengkap mengatur kehidupan

manusia, ditantang untuk bisa mengantisipasi dan mengarahkan gerak dan perubahan

tersebut agar sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh sebab itu, Islam dihadapkan kepada

masalah signifikan, yaitu sanggupkah Islam memberi jawaban yang cermat dan akurat

dalam mengantisipasi gerak dan perubahan ini?.

Iqbal tidaklah menetapkan suatu pandangan praktis dalam filsafatnya, namun ia

berusaha mengugah cara pandang kaum muslimin yang selama ini terjebak dalam cara

pandang yang statis dalam memandang dunia. Namun karena kehidupan manusia

yang cenderung dinamis malah menjadikan umat Islam menjadi pembebek terhadap

Bangsa Barat, dengan menanggalkan baju keislaman mereka. Dari sinilah Iqbal

merekonstruksi paradigma kaum muslimin agar mampu hidup dalam dinamika

kehidupan yang normal namun tetap dalam koridor sebagai seorang muslim yang

mengabdi kepada Tuhannya

.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Hasyimsyah. Filsafat Islam. Gaya Media pratama : Jakarta,1999

Mustofa. Filsafat Islam. Pustaka Setia : Bandung, 1997

C. A.Qadir. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam. Pustaka Obor Indonesia:

Jakarta, 2002

Hanafi A, Pengantar Theology Islam, Al Husna Zikra : Jakarta,2001

Nasution, Harun, Teologi Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), UI Press,

Jakarta,2009.
Sharif M.M, IQBAL (tentang Tuhan dan keindahan), Mizan : Bandung,1984

DR.Hamid Fahmy zarkasih,M.phil, Seputar pemikiran islam/www.blogger.com

http://udhiexz.wordpress.com/2008/04/13/pemikiran-muham

You might also like