Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
MIFTAHUL HUSNA (0910321003)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2010
PEMBAHASAN
2. 1 KESEHATAN LINGKUNGAN
(Soebagio Reksosoebroto,1990)
UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
BAB XI
KESEHATAN LINGKUNGAN
Pasal 162
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pasal 163
(1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan
lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.
(2) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas
umum.
(3) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-
unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain:
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
pemerintah;
e. binatang pembawa penyakit;
f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. air yang tercemar;
j. udara yang tercemar; dan
k. makanan yang terkontaminasi.
(4) Ketentuan mengenai standar baku mutu kesehatan lingkungan dan proses
pengolahan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan ayat (3), ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.(WHO)
WHO Expert Committee (1972) ; suatu keseimbangan ekologi antara manusia dan
lingkungannya agar dapat menjamin sehat dari manusia.
Purdom ; Environmental health is that aspect of public health that is concerned with
those forms of life, forces, and condition in the surroundings of man that may exert an
influenceof human health and well being.
5.Pengawasan vektor
7.Kesehatan kerja
Digunakan di bidang pertanian, industri, sumber energi dan penyediaan air domestik
WHO : kebutuhan tiap orang negara maju 60 – 120 lt. Kebutuhan tiap orang negara
berkembang 30 – 60
Sumber-sumber air
Kualitas
Kuantitas :
2. Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan
kebersihan dan kemurnian makanan agar tdk menimbulkan penyakit sehingga tidak
merugikan konsumen.
Usaha sanitasi : tindakan saniter sejak makanan dibeli, disimpan, diolah dan disajikan.
Clostridium botulinum (exotoxin)GK : ggn saraf, lever, konstipasi dan gagal nafas
Gejala timbul 12 jam – 10 hari stlh kontak.Prevensi : proses yg benar, panaskan
makanan kaleng, kontrol pabrikasi
-.Zat Goitrogenik :lobak cina (rutabaga), kubis (hyocianat), kulit kacang merah
(glycoside).via susu sapi yg makan makanan tsb panaskan
Jenis bakteri dipengaruhi : sifat makanan, derajat pH, kadar zat cair, temp lingk,
prosedur pengolahan, dsb.
Rusaknya makanan tergantung : aktifitas mikroba dan aktifitas enzim makanan itu
sendiri.
Jenis bakteri dipengaruhi : sifat makanan, derajat pH, kadar zat cair, temp lingk,
prosedur pengolahan, dsb.
Rusaknya makanan tergantung : aktifitas mikroba dan aktifitas enzim makanan itu
sendiri.
Kontaminasi Cacing
I. TINJA
E.Hubungan langsung
Karakteristik Tinja
HB Gotaas : berat basah tinja+urine 1135-1570 gr/hari/org, sedang berat kering 85-
140 gr/hari/org.
Komposisi : benda padat, zat organik (> 20%), dan zat anorganik (nitrogen, sulfat,
sulfur, dsb)
Komposisi virus : adenovirus, enterovirus, virus Hep.A, reo virus, virus diare.
WC lubang
WC ember
2.Cara pembuangan water carried system :
Cairan buangan dari RT, industri atau tempat umum yang mengandung bahan/zat
berbahaya bagi manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.
Sumber air limbah : domestic waste, commercial waste, industrial waste dan air yg
berasal dr air hujan yang bercampu air comberan
Karakteristi kimiawi : zat anorganik dr air bersih, dan zat organik dr penguraian tinja,
urine & sampah lainnya
b.Penyakit non infeksi : anemia, kerusakan fungsi otak, ginjal, krom (otak), kanker pd
kulit & saluran pencernaan, timbul keracunan dan kerusakan pada organ hati.
III. SAMPAH
“sesuatu bahan/benda padat yang terjadi karena berhubungan aktifitas manusia yang
tak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter terkecuali yang
berasal dari tubuh manusia” (FKM-UI)
Jenis Sampah :
Komposisi Sampah :
a.Komposisi fisik : sisa makanan, textil, kayu, plastik, gelas, karton, kertas, logam, dst
2.Konservasi SDA
4.Daur ulang/pemanfaatan
Minimalisasi sampah :
1.Reduction garbage
2.Dumping sea
3.Open dumping
4.Grinding system
6.Hog feeding
7.Sanitary landfill
b.Insinerasi
a.Pengaruh langsung ; kontak langsung dgn sampah (bercun, korosif thd tubuh,
karsinogenik, kuman patogen dll.
5. Perumahan
Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki
standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan
sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan.
Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya juga
baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk jika lingkungan
yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat
dimulai dengan mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki
ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan sekitar rumah yang sehat
Sampah dan air limbah mengandung berbagai macam unsur seperti gas-gas terlarut,
zat-zat padat terlarut, minyak dan lemak serta mikroorganisme. Mikroorganisme yang
terkandung dalam sampah dan air limbah dapat berupa organisme pengurai dan
penyebab penyakit. Penanganan sampah dan air limbah yang kurang baik seperti:
Suatu badan air seperti sungai atau laut mempunyai kapasitas penguraian tertentu. Bila
air limbah langsung dimasukkan begitu saja kedalam badan air tanpa dilakukan suatu
proses pengolahan, maka suatu saat dapat menimbulkan terjadinya pencemaran
lingkungan. Pencemaran tersebut berlangsung bila kapasitas penguraian limbah yang
terdapat dalam badan air dilampaui sehingga badan air tersebut tidak mampu lagi
melakukan proses pengolahan atau penguraian secara alamiah. Kondisi yang demikian
dinamakan kondisi septik atau tercemar yang ditandai oleh:
6. Vektor Penyakit
“ vektor adalah golongan arthropoda seperti nyamuk, pinjal, caplak dll, yang dapat
menularkan jasad renik atau parasit darimanusia yang sakit kepada orang lainnya ”
(Nomenklatur Bidang Kesehatan)
Mekanisme Lainnya
2.Ekologi vektor
1.identifikasi masalah
2.Studi kelayakan
3.Percobaan lapangan
4.Amdal
5.Usulan program
7. Pencemaran Lingkungan
I.Pencemaran lingkungan
II.Pencemaran udara
III.Pencemaran air
IV.Pencemaran tanahKandungan udara atmosfir :N, O, Argon, Asam arang, Ne, He,
Metana, Crypton, NO3, H2, Xenon, NO2, Ozone
b.Natural : gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, dllJenis
a.Pencemaran primer : zatnya hampir tidak berubah sejak dilepaskan di udara ; CO, Nox,
Sox, dsb
b.Pencemaran sekunder : zatnya sudah berubah karena hasil reaksi tertentu antar 2 atu
lebih kontaminan ; H2SO4, H2NO3, O3
c.Oleh zat cair : menular mis. diare, cholera, dysentri. Tidak menular mis. Kanker,
rematik.
A.Penanggulangan Non-Teknis
2. AMDAL
3. Perencanaan
B.Penanggulangan Teknis
1. Mengubah proses
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan perawat dan staff kesehatan lainnya adalah :
1) Langkah-langkah untuk mencegah atau meminimalkan kejadian cedera benda tajam
sebagai akibat resiko kerja, perlu segera diambil oleh para pengelola tenaga
keperawatan dan pihak terkait linnya karena pada akhirnya akan menjadi ancaman bagi
produktifitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Langkah-langkah yang bisa
diambil diantaranya meningkatkan kompetensi para perawat dengan pendidikan dan
pelatihan terkait, penyediaan fasititas pendukung, pengawasan, pengendalian serta
penagnan dini kasus-kasus kecelakaan kerja terutama tertusuk benda tajam.
2) Walaupun lebih dari setengah responden memiliki pengetahuan termasuk kategori
baik, namun mengingat aspek-aspek pengetahuan yang berkaitan dengan resiko cedera
benda tajam masih banyak yang tidak tahu atau menjawab salah, penyegaran
pengetahuan (updating knowledge) masih sangat diperlukan terutama yang berkaitan
dengan pengendalian resiko kecelekaan kerja dengan lebih fokus pada penerapan
kewaspadaan universal dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.
3) Pembinan sikap yang positif terhadap perawatan pasien HIV/AIDS perlu terus
dilakukan mengingat hampir setengah responden masih menunjukan sikap negative
terhadap perawatan pasien HIV/AIDS. Pembinaan ini bisa ditempuh dengan cara
mensosialisasikan kemajuan yang positif dalam pengelolaan pasien HIV/AIDS
dukungan moril, fasilitas, dan kebijakan dari intitusi rumah sakit.
4) Mengingat masih banyak faktor lain yang belum terungkap yang turut berpengaruh
terhadap munculnya perilaku, penelitian lanjutan masih diperlukan untuk mengeksplor
faktor-faktor terkait serta menguji faktor mana yang paling kuat prediksinya sehingga
bisa dilakukan kontrol terhadap faktor tersebut.
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, pendidikan
terakhir, unit kerja, dan lama bekerja (N = 90)
Diagram 5.1 Distribusi frekuensi dan prosentase responden yang pernah mengalami
kecelakaan kerja cedera benda tajam (N=90)
Dari diagram 5.1 tampak bahwa sebagian besar responden (74%) melaporkan pernah
mengalami kecelakaan kerja cedera benda tajam. Sedangkan untuk jenis kecelakaan
cedera tersebut dan aktivitas yamg sedang dilakukan ketika cedara tersebut terjadi
seperti termuat dalam tabel 5.3 di bawah.
Tabel 5.2 Jumlah dan jenis kecelakaan kerja berdasarkan shif kerja selama setahun
Terakhir
Tabel 5.3 Jenis aktivitas pekerjaan yang sedang dilakukan ketika kecelakaan kerja
cedera
benda tajam terjadi
Frekuensi Prosentase
Menutup kembali jarum 45 36,0
suntik
Menusukan jarum suntik ke 14 11,2
botol obat
Membuka obat ampul 40 32,0
Merawat luka 21 16,8
Lainnya ; infus 5 4,0
e. Faktor infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik. Infeksi
dapat menimbulakn gizi kurang melauli berbagai mekanismenya. Yang paling penting
efek lansung dari infeksi sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun hanya terjadi
infeksi jaringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen. (suhardjo, 2005).
Penyebab langsung : Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi
kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,
tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit,
pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak
memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah
terserang penyakit.
Penyebab tidak langsung : Terdapat tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan
gizi kurang yaitu :
1. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
2. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak
agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan.
Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah
masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan
energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia
subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru
lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus,
kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan
pertumbuhan pada anak usia sekolah.
Anak balita yang sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi,
apabila sesuai dengan standar anak disebut Gizi Baik. Kalau sedikit di bawah standar
disebut Gizi Kurang, sedangkan jika jauh di bawah standar disebut Gizi Buruk. Bila gizi
buruk disertai dengan tandatanda klinis seperti ; wajah sangat kurus, muka seperti
orang tua, perut cekung, kulit keriput disebut Marasmus, dan bila ada bengkak terutama
pada kaki, wajah membulat dan sembab disebut Kwashiorkor. Marasmus dan
Kwashiorkor atau Marasmus Kwashiorkor dikenal di masyarakat sebagai “busung
lapar”. Gizi mikro (khususnya Kurang Vitamin A, Anemia Gizi Besi, dan Gangguan Akibat
Kurang Yodium).
Penyebab
Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah
Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan
Pengetahuan yang kurang tentang gizi
Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan
kwashiorkor
Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus
Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa
yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak
cukup mendapatkan ASI
Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi
Penyebab
Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan
Kebiasaan makanan yang tidak layak
Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan
Tanda dan gejala
Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
Mata besar dan dalam, sinar mata sayu
Mental cengeng
Feces lunak atau diare
Rambut hitam, tidak mudah dicabut
Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang
hingga turgor kulit menghilang
Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur
Torax atau sela iga cekung
Atrofi otot, tulang terlihat jelas
Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya
Frekuensi nafas berkurang
Kadar Hb berkurang
Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering
timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi.
Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan
makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah
setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai
negara.
Penyebab
Kekurangan protein dalam makanan
Gangguan penyerapan protein
Kehilangan protein secara tidak normal
Infeksi kronis
Perdarahan hebat
Tanda dan gejala
Wajah seperti bulan “moon face”
Pertumbuhan terganggu
Sinar mata sayu
Lemas-lethargi
Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis)
Rambut merah, jarang, mudah dicabut
Jaringan lemak masih ada
Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak
keriput)
Iga normal-tertutup oedema
Atrofi otot
Anoreksia
Diare
Pembesaran hati
Anemia
Sering terjadi acites
Oedema
Kwashiorkor-marasmik memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan
kwashiorkor
B. KVA (kekurangan vitamin A)
Vitamin A berasal dari karoten yang banyak tedapat pada sayuran dan buah
buahan berwarna merah atau jingga misal wortel, tomat. Vitamin A berperan dalam
pembentukan dan pemeliharaan kulit, selaput lendir, tulang ,gigi, penglihatan dan
reproduksi. Gejala awal kekurangan vitamin A adalah rabun senja atau rabun ayam
yaitu terjadi gangguan adaptasi melihat gelap, gejala lainnya adalah kulit yang sangat
kering, kurangnya sekresi lendir mukosa sehingga mudah terkena serangan bakteri,
kekeringan mata karena gangguan kelenjar air mata ( xeropthalmia) yang merupakan
penyebab utama kebutaan di negara berkembang. Untuk mengatasinya biasakan anak
untuk mengkonsumsi sayuran/ buah berwarna merah misal wortel, tomat dll. Dan ikuti
program bulan kapsul vitamin A yaitu februari dan agustus dimana balita akan
mendapatkan kapsul vitamin A secara gratis.
Penyebab
Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah
Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai
melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A
Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare
kronik, KEP dll)
Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi
kelenjar tiroid
Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik
Tanda hipervitaminosis
Akut
Mual, muntah
Fontanela meningkat
Kronis
Anoreksia
Kurus
Cengeng
Pembengkakan tulang
Upaya pemerintah
Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A
Fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan)
Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada
bulan februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan
(100.000 IU)
Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan
(200.000 IU), hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000
IU)
Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan 200.000
IU, usia 6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari
berikutnya diberikan sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis
yang diberikan juga sesuai usia
Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)
Catatan
Vitamin A merupakan nutrient esensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar
tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena
tidak larut dalam air
Gangguan asupan vitamin A bisa menyebabkan morbili, diare yang bisa berujung
pada morbiditas dan mortalitas, dan pneumonia
Yodium adalah salah satu mineral yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
kecerdasan. Kekurangan yodium akan menyebabkan gangguan pertumbuhan kerdil,
keterbelakangan mental dan penyakit pembesaran kelenjar gondok. Untuk
menanggulangi nya pemerintah melaksanakan pemberian kapsul yodium dan jangka
panjang dengan program iodisasi garam. Karena sekarang ini masih ada garam yang
belum beryodium dan ada pula yang kandungan yodiumnya tidak sesuai persyaratan
sehingga menimbulkan dampak penyakit GAKY. Terjadi pada kawasan pegunungan dan
perbukitan yang tanahnya tidak cukup mengandung yodium. Defisiensi yang
berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara perlahan
menyebabkan pembesaran kelenjar gondok.
Dampak
Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah
dari nilai normal, akibat defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang
esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut.
Macam-macam anemia
Anemia defisiensi besi adalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa
hemoglobin
Anemia megaloblastik adalah terjadinya penurunan produksi sel darah merah yang
matang, bisa diakibatkan defisiensi vitamin B12
Ciri
Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian preparat besi
Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu
Dampak
Produktivitas rendah
SDM untuk generasi berikutnya rendah
Penyebab
Sebab langsung
Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi
Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi
Infeksi penyakit
Sebab mendasar
Pendidikan wanita rendah
Ekonomi rendah
Pada ibu hamil dan anak yang sedang dalam masa pertumbuhan terjadi peningkatan
kebutuhan akan zat besi , sehingga jika dalam makanannya kekurangan zat besi maka
akan terjadi anemia . Anemia pada ibu hamil dapat mengganggu janin yang
dikandungnya karena suplai makanan dan oksigen janin akan terganggu karena
kekurangan darah yang berfungsi sebagai media transport dan juga pada balita yang
kondisinya masih lemah, dan membutuhkan banyak zat besi untuk pertumbuhan
Dalam mengatasi anemia karena kekurangan zat besi ini pemerintah telah
menggalakkan pemberian suplemen zat besi berupa tablet zat besi ( ferrous sulfat)
terutama kepada ibu hamil sejak awal kehamilan. Diharapkan setiap ibu hamil dapat
minum tablet besi setiap hari paling sedikit 90 tablet besi selama kehamilannya. Tablet
besi yang lama kurang disuka karena bau besinya menimbulkan efek mual dan pusing
Kini tablet besi baru sudah diberi selaput gula untuk menghilangkan bau besinya dan
sudah diberi warna serta kemasan yang menarik dalam alumunium foil sehingga
diharapkan.
E. OBESITAS
adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan
akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh.
Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang
berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh
Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-rata,
namun tidak selalu identik dengan obesitas
BB >>> tidak selalu obesitas
Penyebab
Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan
Aktifitas fisik yang rendah
Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)
Laju pertumbuhan yang sangat cepat
Genetik atau faktor keturunan
Gangguan hormon
Gejala
Terlihat sangat gemuk
Lebih tinggi dari anak normal seumur
Dagu ganda
Buah dada seolah-olah berkembang
Perut menggantung
Penis terlihat kecil
Terdapat 2 golongan obesitas
Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan
makanan
Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat
Resiko/dampak obesitas
Gangguan respon imunitas seluler
Penurunan aktivitas bakterisida
Kadar besi dan seng rendah
Penatalaksanaan
Menurunkan BB sangat drastis dapat menghentikan pertumbuhannya. Pada
obesitas sedang, adakalanya penderita tidak memakan terlalu banyak, namun
aktifitasnya kurang, sehingga latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama
Pada obesitas berat selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet. Jumalh
energi dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa
mengurangi pertumbuhan, dimana diet harus tetap mengandung zat gizi
esensial.
Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu
dengan mengubah perilaku makan
Mengatasi gangguan psikologis
Meningkatkan aktivitas fisik
Membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan
Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan,
rujuk ke rumah sakit
Konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin)
Solusi Permasalahan Gizi Masyarakat harus melibatkan semua pihak yang terkait baik
pemerintah, wakil rakyat, swasta, unsur perguruan tinggi dan lain-lain. Indonesia
mengalami beban ganda masalah gizi yaitu masih banyak masyarakat yang kekurangan
gizi, tapi di sisi lain terjadi gizi lebih. Kabupaten Kota daerah membuat kebijakan yang
berpihak pada rakyat, misalnya kebijakan yang mempunyai filosofi yang baik
“menolong bayi dan keluarga miskin agar tidak kekurangan gizi dengan memberikan
Makanan Pendamping (MP) ASI (Hadi, 2005).
Sedangkan alternatif solusi lainnya yang dapat dilakukan antra lain (Azwar, 2004).
1. Upaya perbaikan gizi akan lebih efektif jika merupakan bagian dari kebijakan
penangulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan penduduk
menderita masalah kurang gizi akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan dalam hal pengurangan kemiskinan. Berbagai pihak terkait perlu
memahami problem masalah gizi dan dampak yang ditimbulkan begitu juga
sebaliknya, bagaimana pembangunan berbagai sektor memberi dampak kepada
perbaikan status gizi. Oleh karena itu tujuan pembangunan beserta target yang
ditetapkan di bidang perbaikan gizi memerlukan keterlibatan seluruh sektor
terkait.
2. Dibutuhkan adanya kebijakan khusus untuk mempercepat laju percepatan
peningkatan status gizi. Dengan peningkatan status gizi masyarakat diharapkan
kecerdasan, ketahanan fisik dan produktivitas kerja meningkat, sehingga
hambatan peningkatan ekonomi dapat diminimalkan.
3. Pelaksanaan program gizi hendaknya berdasarkan kajian ‘best practice’ (efektif
dan efisien) dan lokal spesifik. Intervensi yang dipilih dengan
mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti: target yang spesifik tetapi
membawa manfaat yang besar, waktu yang tepat misalnya pemberian Yodium
pada wanita hamil di daerah endemis berat GAKY dapat mencegah cacat
permanen baik pada fisik maupun intelektual bagi bayi yang dilahirkan. Pada
keluarga miskin upaya pemenuhan gizi diupayakan melalui pembiayaan publik.
4. Pengambil keputusan di setiap tingkat menggunakan informasi yang akurat dan
evidence base dalam menentukan kebijakannya. Diperlukan sistem informasi
yang baik, tepat waktu dan akurat. Disamping pelaksanaan monitoring dan
evaluasi yang baik dan kajian-kajian intervensi melalui kaidah-kaidah yang dapat
dipertanggung jawabkan.
5. Mengembangkan kemampuan (capacity building) dalam upaya penanggulangan
masalah gizi, baik kemampuan teknis maupun kemampuan manajemen. Gizi
bukan satu-satunya faktor yang berperan untuk pembangunan sumber daya
manusia, oleh karena itu diperlukan beberapa aspek yang saling mendukung
sehingga terjadi integrasi yang saling sinergi, misalnya kesehatan, pertanian,
pendidikan diintegrasikan dalam suatu kelompok masyarakat yang paling
membutuhkan.
6. Meningkatkan upaya penggalian dan mobilisasi sumber daya untuk
melaksanakan upaya perbaikan gizi yang lebih efektif melalui kemitraan dengan
swasta, LSM dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/19374542/Definisi-Kesehatan-Lingkungan
http://www.docstoc.com/docs/32527898/?
utm_source=docstoc&utm_medium=email&utm_content=downloadeddoc&utm_campai
gn=newreg
Vitols MP, du Plessis E, Ng’andu O. Mitigating the plight of HIV-infected and -affected
nurses in Zambia. International Nursing Review, 54(4): 375-382(8), 2007
Van Dyk AC. Occupational stress experienced by caregivers working in the HIV/AIDS
field in South Africa. African Journal of AIDS Research 6(1): 49–66, 2007