You are on page 1of 8

Etnografi TidoreScribd Upload a Document Search Documents Explore

Documents
Books - Fiction
Books - Non-fiction
Health & Medicine
Brochures/Catalogs
Government Docs
How-To Guides/Manuals
Magazines/Newspapers
Recipes/Menus
School Work
+ all categories
Featured
Recent
People
Authors
Students
Researchers
Publishers
Government & Nonprofits
Businesses
Musicians
Artists & Designers
Teachers
+ all categories
Most Followed
Popular
Sign Up | Log In
1First Page
Previous Page
Next Page
/ 24Sections not available
Zoom Out
Zoom In
Fullscreen
Exit Fullscreen
Select View Mode
View Mode
Book
Slideshow
Scroll Readcast
Add a Comment
Embed & Share
Reading should be social! Post a message on your social networks to let others
know what you're reading. Select the sites below and start sharing.
Readcast this Document
Login to Add a CommentShare & Embed
Add to Collections
Download this Document for FreeAuto-hide: on

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah Negara kepulauan
terbesar yang ada di dunia, Indonesia terdiri dari 17.504 pulau. Terbentang dari
Sabang sampai dengan Merauke, terletak di antara benua Asia dan Australia, yang
merupakan wilayah yang strategis, hal ini yang membuat Indonesia mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap sektor ekonomi, budaya, politik, dan sosial.
Luasnya Negara Indonesia membuat Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan
suku-suku. Kebudayaan yang dimiliki Indonesia tak jarang menjadi alasan utama
para turis-turis yang datang dari luar negeri, oleh karena itu kebudayaan yang
ada di Indonesia harus di lestarikan agar tidak hilang digantikan oleh budaya
modern yang sedang melanda dunia. Mengenai kebudayaan ini, kami ingin memaparkan
kebudayaan dari salah satu kota di Indonesia, yaitu pulau Tidore, di pulau
Tidore ini terdapat unsur-unsur kebudayaan yang di antaranya, bahasa, sistem
pengetahuan, sistem religi, kesenian, sistem peralatan hidup, dan lain-lain.
Tidore adalah salah satu pulau kecil di daerah Maluku Utara, yang terletak di
pantai barat dari sebuah pulau besar, yaitu Pulau Halmahera. Selain itu terdapat
pula Pulau Ternate, Pulau Makian, Pulau Morotai. Sekarang. Di Pulau Tidore
terdapat istana para Sultan, dan banyak kastil-kastil peninggalan dari jaman
kolonial yang banyak sekali menyimpan sejarah dan budaya dari masyarakat Tidore.
Mengenai masalah kebudayaan, Tidore termasuk wilayah yang kaya akan kebudayaan
di Indonesia. Memiliki wilayah yang sangat luas, setidaknya ada puluhan etnis
yang tersebar di Pulau Tidore. Puluhan etnis tersebut memiliki keragaman bahasa
yang bahkan mereka sendiri tidak mengerti bahasa tersebut namun tetap mempunyai
rasa saling hormat terhadap etnis lain. 1.2RUMUSAN MASALAH / PERMASALAHAN 4
Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini, yaitu : 1.Bagaimana lokasi
lingkungan alam dan demografi ?
2.Bagaimana asal mula dan sejarah suku Tidore ?
3.Bagaimana sistem bahasa pada suku Tidore ?
4.Bagaimana sistem teknologi suku Tidore ?
5.Bagaimana sistem mata pencaharian suku Tidore ?
6.Bagaimana sistem organisasi sosial pada suku Tidore ?
7.Bagaimana sistem pengetahuan suku Tidore ?
8.Bagaimana kesenian pada suku Tidore ?
9.Bagaimana sistem religi suku Tidore ?
1.3 TUJUAN dan MANFAAT PENULISAN 1.3.1 TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari
penulisan ini, yaitu : Untuk mengetahui lokasi lingkungan alam dan demografi
suku Tidore. Untuk mengetahui asal mula dan sejarah suku Tidore. Untuk
mengetahui bahasa pada suku Tidore.
Untuk mengetahui sistem teknologi suku Tidore.
Untuk mengetahui sistem mata pencaharian suku Tidore.
Untuk mengetahui sistem organisasi sosial pada suku Tidore.
Untuk mengetahui sistem pengetahuan suku Tidore.
Untuk mengetahui kesenian pada suku Tidore.
Untuk mengetahui sistem religi suku Tidore. 1.3.1 MANFAAT PENULISAN Sedangkan
manfaat dari penulisan ini, yaitu : Dapat menambah pengetahuan mengenai suku
Tidore. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi yang ingin mempelajari Suku
Tidore. Dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi penulis-penulis lain yang ingin
4 Membuat karya tulis mengenai Suku tidore. 1.1 METODELOGI PENULISAN 1.4.1 STUDI
KEPUSTAKAAN Penulis melakukan pencarian data-data mengenai suku-suku yang
terletak d Ternate,yang dibutuhkan untuk mendukung penulisan makalah. 1.4.2
STUDI DUNIA MAYA Dalam metode ini, penulis mengumpulkan data-data yang di ambil
dari internet untuk melengkapi bahan-bahan penulisan makalah ini. 1.4.3
INSTRUMEN PENELITIAN Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa alat
untuk mempermudah pencarian data, diantaranya adalah sebagai berikut : • Note
Book / PC, untuk membuat data. • Internet, untuk sambungan koneksi pencarian
data di internet. 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan dibagi menjadi tiga bab
yang akan menjabarkan tulisan-tulisan mengenai suku Tidore secara lengkap.
Berikut adalah pembagian pembahasan setiap bab yang ditulis dalam penelitian ini
: BAB I : PENDAHULUAN Berisikan tentang uraian latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metodelogi penulisan, dan sistematika
penulisan. BAB II : PEMBAHASAN Berisikan mengenai Suku Tidore secara keseluruhan
berdasarkan 9 unsur kebudayaan. BAB III : PENUTUP4 Penduduk Jumlah penduduk
Provinsi Maluku Utara tahun 2004 berdasarkan hasil yang tercatat oleh BPS
sebanyak 910.656 jiwa yang tersebar di 6 (enam) Kabupaten dan 2 (dua) Kota,
dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 4,03 persen per tahun dan tingkat
kepadatan penduduk 20 jiwa per kilometer persegi. Jumlah Penduduk Berdasarkan
Jenis Kelamin Provinsi Maluku Utara Tahun 2004 : Karakteristik Spesifik a.
Topografi Sebagian besar wilayah Maluku Utara bergunung-gunung dan
berbukit-bukit yang terdiri dan pulau-pulau vulkanis dan pulau karang, sedangkan
sebagian lainnya merupakan dataran. Pulau Halmahera mempunyai banyak pegunungan
yang rapat mulai dan Teluk Kao, Teluk Buli, Teluk Weda, Teluk Payahe dan
Dodinga. Disetiap daerah terdapat punggung gunung yang merapat ke pesisir,
sedangkan pada daerah sekitar Teluk Buli (di Timur) sampai Teluk Kao (di Utara),
pesisir barat mulai dan Teluk Jailolo ke utara dan Teluk Weda ke selatan dan
utara ditemui daerah dataran yang luas. b. Iklim Wilayah Maluku Utara
dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim. Oleh karena itu iklimnya
sangat dipengaruhi oleh lautan dan bervariasi antara tiap bagian wilayah yaitu
iklim Halmahera Utara, Halmahera Tengah, Halmahera Barat, Halmahera Selatan dan
Kepulauan Sula. Daerah lklim Halmahera Utara, musim hujan berada pada bulan
Desember- Februari dan kemarau dalam bulan Agustus-Desember yang diselingi
pancaroba pada bulan Nopember-Desember. Daerah Iklim Halmahera Tengah dan
Halmahera Barat; dimana dipengaruhi muslim Utara pada bulan Oktober-Maret,
pancaroba pada bulan April. 5 Musim Selatan pada bulan April-September yang
diselingi angin Timur dan pancaroba pada bulan September. Daerah Iklim Halmahera
Selatan, dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim Utara pada bulan Oktober-Maret
yang diselingi angin Barat dan pancaroba pada bulan April, musim Selatan pada
bulan September diselingi angin Timur dan pancaroba dalam bulan September.
Daerah Iklim Kepulauan Sula; terdiri atas dua musim, musim Utara pada bulan
Oktober-Maret diselingi angin Barat dan pancaroba pada bulan April dan musim
Selatan pada bulan April-September, diselingi angin Timur dan pancaroba pada
bulan September. Sedangkan jenis curah hujan adalah sebagai berikut: Curah hujan
antara 1000 mm — 2000 mm, meliputi pulau Tobelo, pulau Mangote, pulau Sulabesi,
pulau Obi dan sekitarnya, pulau Bacan dan sekitamya, pulau Halmahera bagian
Selatan. Curah hujan antara 2500 mm — 3000 mm, meliputi pulau Halmahera bagian
Utara, sebagian Kecamatan Ibu. Galela dan Loloda. Sedangkan wilayah Iainnya
adalah curah hujan antara 2000 — 2500 mm per tahun. c. Tanah Jenis tanah yang
tersebar di Provinsi Maluku Utara yaitu terdiri dari: Jenis Tanah Mediteran
terdapat di Pulau Morotai bagian barat, timur dan selatan, Pulau Doi Kecamatan
Loloda. Jenis Tanah Podsolik Merah Kuning terdapat di Pulau Halmahera dan
Utara ke Selatan, Tobelo, Ibu, Obi bagian Timur, Sanana, Pulau Taliabu, Wasiley,
Oba, Weda, Patani dan Maba. Jenis Tanah Kompleks terdapat di Pulau Morotai
bagian Barat dan Timur, Obi bagian tengah, Pulau Halmahera bagian tengah sampai
timur. Jenis Latosol terdapat di Lologa, Calela, Jailolo bagian Selatan, Cane
Barat, Cane Timur, Bacan, Obi, Wasilei, Weda dan Maba. Jenis Tanah Regosol
terdapat di Loloda, Calela, Sahu, Kao, Pulau Ternate, Pulau Makian, Pulau Obi di
pesisir utara. Jenis Tanah Alivial terdapat di Pulau Obi bagian barat, Pulau
Taliabu bagian utara dan tenggara, Oba, Wasilei, Weda, Patani dan Maba. a.
Penggunaan Lahan Secara keseluruhan, penggunaan lahan di Provinsi Maluku Utara
didominasi oleh penggunaan lahan hutan dan lahan perkebunan. Dan luas daratan
seluas 45.069,66 Km2 5 diantaranya merupakan lahan perkebunan dengan luas
830.683,6 Ha atau 8.306.836 Km2 dan luas lahan hutan 534.409,0 Ha atau 5.344.090
Km2 serta selebihnya adalah lahan untuk sawah, perumahan dan permukiman, tegalan
dan bangunan lainnya. Penggunaan lahan di Provinsi Maluku Utara seperti terlihat
pada tabel: 2.1 ASAL MULA SEJARAH Tidore merupakan salah satu pulau yang
terdapat di gugusan kepulauan Maluku. Sebelum Islam datang ke bumi nusantara,
Tidore dikenal dengan nama Kie Duko, yang berarti pulau yang bergunung api.
Penamaan ini sesuai dengan kondisi topografi Tidore yang memiliki gunung api
–bahkan tertinggi di gugusan kepulauan Maluku– yang mereka namakan gunung
Marijang. Saat ini, gunung Marijang sudah tidak aktif lagi. Nama Tidore berasal
dari gabungan dua rangkaian kata bahasa Tidore dan Arab dialek Irak: bahasa
Tidore, To ado re, artinya, ‘aku telah sampai’ dan bahasa Arab dialek Irak anta
thadore yang berarti ‘kamu datang’. Penggabungan dua rangkaian kata dari dua
bahasa ini bermula dari suatu peristiwa yang terjadi di Tidore. Menurut
kisahnya, di daerah Tidore ini sering terjadi pertikaian antar para Momole
(kepala suku), yang didukung oleh anggota komunitasnya masing-masing dalam
memperebutkan wilayah kekuasaan persukuan. Pertikaian tersebut seringkali
menimbulkan 5 pertumpahan darah. Usaha untuk mengatasi pertikaian tersebut
selalu mengalami kegagalan. Suatu ketika, diperkirakan tahun 846 M, rombongan
Ibnu Chardazabah, utusan Khalifah al- Mutawakkil dari Kerajaan Abbasiyah di
Baghdad tiba di Tidore. Pada saat itu, di Tidore sedang terjadi pertikaian antar

momole. Untuk meredakan dan menyelesaikan pertikaian tersebut, salah seorang


anggota rombongan Ibnu Chardazabah, bernama Syech Yakub turun tangan dengan
memfasilitasi perundingan yang disebut dengan Togorebo. Pertemuan disepakati di
atas sebuah batu besar di kaki gunung Marijang. Kesepakatannya, momole yang tiba
paling cepat ke lokasi pertemuan akan menjadi pemenang dan memimpin pertemuan.
Dalam peristiwa itu, setiap momole yang sampai ke lokasi pertemuan selalu
meneriakkan To ado re, karena merasa dialah yang datang pertama kali dan menjadi
pemenang. Namun, ternyata beberapa orang momole yang bertikai tersebut tiba pada
saat yang sama, sehingga tidak ada yang kalah dan menang. Berselang beberapa
saat kemudian, Syech Yakub yang menjadi fasilitator juga tiba di lokasi dan
berujar dengan dialek Iraknya: Anta thadore. Karena para momole datang pada saat
yang bersamaan, maka tidak ada yang menjadi pemenang, akhirnya yang diangkat
sebagai pemimpin adalah Syech Yakub. Konon, sejak saat itu mulai dikenal kata
Tidore, kombinasi dari dua kata: Ta ado re dan Thadore. Demikianlah, kata Tidore
akhirnya menggantikan kata Kie Duko dan menjadi nama sebuah kerajaan besar.
Menurut catatan Kesultanan Tidore, kerajaan ini berdiri sejak Jou Kolano Sahjati

naik tahta pada 12 Rabiul Awal 502 H (1108 M). Namun, sumber tersebut tidak
menjelaskan secara jelas lokasi pusat kerajaan pada saat itu. Asal usul Sahjati
bisa dirunut dari kisah kedatangan Djafar Noh dari negeri Maghribi di Tidore.
Noh kemudian mempersunting seorang gadis setempat, bernama Siti Nursafa. Dari
perkawinan tersebut, lahir empat orang putra dan empat orang putri. Empat putra
tersebut adalah: Sahjati, pendiri kerajaan Tidore; Darajati, pendiri kesultanan
Moti; Kaicil Buka, pendiri kesultanan Makian; Bab Mansur Malamo, pendiri
kesultanan Ternate. Sedangkan empat orang putri adalah: Boki Saharnawi, yang
menurunkan raja-raja Banggai; Boki Sadarnawi, yang menurunkan raja-raja
Tobungku; Boki Sagarnawi, yang menurunkan raja-raja Loloda; dan Boki Cita Dewi,
yang menurunkan Marsaoli dan Mardike. Kerajaan Tidore merupakan salah satu pilar
yang membentuk Kie Raha, yang lainnya adalah Ternate, Makian dan Moti. 5
Berdasarkan legenda asal usul di atas, tampak bahwa empat kerajaan ini berasal
dari moyang yang sama: Djafar Noh dan Siti Nursafa. Terlepas dari benar atau
salah, kemunculan dan perkembangan legenda asal-usul tersebut secara jelas
menunjukkan adanya kesadaran persaudaraan di antara kerajaan Kie Raha (gabungan
empat kerajaan utama di Maluku Utara, yaitu: Ternate, Tidore, Makian dan Moti)
sehingga mereka kemudian melegitimasinya dengan sebuah mitos asal-usul. Sejak
awal berdirinya hingga raja yang ke-4, pusat kerajaan Tidore belum bisa
dipastikan. Barulah pada era Jou Kolano Bunga Mabunga Balibung, informasi
mengenai pusat kerajaan Tidore sedikit terkuak, itupun masih dalam perdebatan.
Tempat tersebut adalah Balibunga, namun para pemerhati sejarah berbeda pendapat
dalam menentukan dimana sebenarnya Balibunga ini. Ada yang mengatakannya di
Utara Tidore, dan adapula yang mengatakannya di daerah pedalaman Tidore selatan.
Pada tahun 1495 M, Sultan Ciriliyati naik tahta dan menjadi penguasa Tidore
pertama yang memakai gelar sultan. Saat itu, pusat kerajaan berada di Gam Tina.
Ketika Sultan Mansur naik tahta tahun 1512 M, ia memindahkan pusat kerajaan
dengan mendirikan perkampungan baru di Rum Tidore Utara. Posisi ibukota baru ini
berdekatan dengan Ternate, dan diapit oleh Tanjung Mafugogo dan pulau Maitara.
Dengan keadaan laut yang indah dan tenang, lokasi ibukota baru ini cepat
berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai. Dalam sejarahnya, terjadi beberapa
kali perpindahan ibukota karena sebab yang beraneka ragam. Pada tahun 1600 M,
ibukota dipindahkan oleh Sultan Mole Majimo (Alauddin Syah) ke Toloa di selatan
Tidore. Perpindahan ini disebabkan meruncingnya hubungan dengan Ternate,
sementara posisi ibukota sangat dekat, sehingga sangat rawan mendapat serangan.
Pendapat lain menambahkan bahwa, perpindahan didorong oleh keinginan untuk
berdakwah membina komunitas Kolano Tomabanga yang masih animis agar memeluk
Islam. Perpindahan ibukota yang terakhir adalah ke Limau Timore di masa Sultan
Saifudin (Jou Kota). Limau Timore ini kemudian berganti nama menjadi Soasio
hingga saat ini. Pada abad ke 16 M, orang Portugis dan Spanyol datang ke Maluku
–termasuk Tidore– untuk mencari rempah-rempah, momonopoli perdagangan kemudian
menguasai dan menjajah negeri kepulauan tersebut. Dalam usaha untuk
mempertahankan diri, telah terjadi beberapa kali pertempuran antara
kerajaaan-kerajaan di Kepulauan Maluku melawan kolonial Portugis dan 5 Spanyol.
Terkadang, Tidore, Ternate, Bacan dan Jailolo bersekutu sehingga kolonial Eropa
tersebut mengalami kesulitan untuk menaklukkan Tidore dan kerajaan lainnya.
Sepeninggal Portugis, datang Belanda ke Tidore dengan tujuan yang sama:
memonopoli dan menguasai Tidore demi keuntungan Belanda sendiri. Dalam sejarah
perjuangan di Tidore, sultan yang dikenal paling gigih dan sukses melawan
Belanda adalah Sultan Nuku (1738-1805 M). Selama bertahun-tahun, ia berjuang
untuk mengusir Belanda dari seluruh kepulauan Maluku, termasuk Ternate, Bacan
dan Jailolo. Perjuangan tersebut membuahkan hasil dengan menyerahnya Belanda
pada Sultan Nuku pada 21 Juni 1801 M. Dengan itu, Ternate, Tidore, Bacan dan
Jailolo kembali merdeka dari kekuasaan asing. Inggris yang juga ikut membantu
Tidore dalam mengusir Belanda kemudian diberi kebebasan untuk menguasai Ambon
dan Banda, dan mengadakan perjanjian damai dengan Sultan Nuku, sehingga relasi
antara kedua belah pihak berjalan cukup harmonis. Di masa Sultan Nuku inilah,
Tidore mencapai masa kegemilangan dan menjadi kerajaan besar yang disegani di
seluruh kawasan itu, termasuk oleh kolonial Eropa. Di masa Sultan Nuku juga,
kekuasaan Tidore sampai ke Kepulauan Pasifik. Menurut catatan sejarah Tidore,
Sultan Nuku sendiri yang datang dan memberi nama pulau-pulau yang ia kuasai,
dari Mikronesia hingga Melanesia dan Kepulauan Solomon. Nama-nama pulau yang
masih memakai nama Nuku hingga saat ini adalah Nuku Hifa, Nuku Oro, Nuku Maboro,
Nuku Nau, Nuku Lae-lae, Nuku Fetau dan Nuku Nono. Seiring dengan masuknya
kolonial Eropa, agama Kristen juga masuk ke Tidore. Namun, karena pengaruh Islam
yang sudah begitu mengakar, maka agama ini tidak berhasil mengembangkan
pengaruhnya di Tidore. 2.2BAHASA Suku Tidore dengan populasi 26.000 berdiam di
pulau Tidore. Pulau ini merupakan salah satu pulau dari banyak pulau di
kepulauan Maluku. Secara administratif, pulau 5 Tidore termasuk ke dalam wilayah
kabupaten Halmahera Tengah, propinsi Maluku. Dengan Soa-siu sebagai kota
kecamatan yang di dalamnya tinggal berbagai etnis. Sedangkan mayoritas penduduk
di desa-desa adalah orang-orang Tidore asli. Diketahui telah ada 20 orang yang
percaya Tuhan Yesus dari suku Tidore. Penduduk Maluku terdiri dari bermacam-
macam suku yang diindikasikan dalam bahasa lokal yang masih aktif berjumlah 117
bahasa, dari jumlah yang pernah ada sebanyak 130-an bahasa local. Untuk
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, orang Tidore menggunakan bahasa
Tidore yang tergolong dalam rumpun non-Austronesia. Dengan bahasa ini pula,
orang Tidore kemudian mengembangkan sastra lisan dan tulisan. Bentuk sastra
lisan yang populer adalah /dola bololo/(semacam peribahasa atau pantun kilat),
/dalil tifa/ (ungkapan filosofis yang diiringi alat tifa atau gendang), /kabata/
(sastra lisan yang dipertunjukkan oleh dua regu dalam jumlah yang genap,
argumennya dalam bentuk syair, gurindam, bidal dsb). Sebagian di antara sastra
lisan ini disampaikan dan dipertunjukkan dengan iringan alat tifa, sejenis
gendang. Sastra tulisan juga cukup baik berkembang di Tidore, hal ini bisa
dilihat dari peninggalan manuskrip kesultanan Tidore yang masih tersimpan di
Museun Nasional Jakarta. Dan boleh jadi,manuskrip- manuskrip tersebut masih
banyak tersebar di tangan masyarakat secara individual. Di samping itu mereka
juga dapat mengerti bahasa Ternate yang sejak lama menjadi lingua france di
kawasan Halmahera. Para pengamat kebudayaan pernah membagi wilayah Maluku Utara
dan Halmahera Tengah menjadi beberapa daerah kebudayaan. Daerah-daerah tersebut
adalah daerah kebudayaan Ternate, daerah kebudayaan Tidore dan daerah kebudayaan
Bacan. Daerah kebudayaan Tidore sendiri mencakup kepulauan Halmahera Tengah dan
Halmahera Timur. Berikut ini adalah contoh penggunaan bahasa Ternate dalam
kosakata umum : 5 2.3 SISTEM TEKNOLOGI 2.4 SISTEM MATA PENCAHARIAN Mata
pencaharian pokok sebagian besar masyarakat Tidore adalah bercocok-tanam,
nelayan, berdagang, atau menjadi pegawai negeri. Berbagai jenis tanaman yang
banyak ditanam adalah padi, jagung, ubi jalar dan ubi kayu. Selain itu, juga
banyak ditanam cengkeh, pala, kelapa dan coklat adalah jenis rempah-rempah yang
menjadi komoditas andalan yang menjadi ciri kepulauan Maluku. Inilah
rempah-rempah yang menjadikan Tidore terkenal, dikunjungi para pedagang asing
Cina, India dan Arab, dan akhirnya menjadi rebutan para kolonial kulit putih.
Peternakan Luas areal pengembangan peternakan di wilayah yang terkenal
rempah-rempahnya di zaman kolonial Belanda ini tidak kurang dari 1,8 juta ha.
Sebagian besar, yaitu 1,6 juta ha merupakan lahan yang cocok untuk budidaya sapi
potong. Namun, luasan tersebut baru dihuni sekitar 36 ribu ekor sapi. Dari
pengamatan pemerintah daerah jenis-jenis ternak yang dapat dikembangkan di
Maluku Utara adalah sapi, kambing kacang, kuda, babi, dan unggas yang terdiri
atas ayam kampung, layer, dan broiler. 4 Sementara berdasarkan potensi
wilayahnya di propinsi ini terpeta lima kawasan pengembangan jenis ternak, yaitu

kawasan Kepulauan Sula, Halmahera Selatan, Halmahera Tengah dan Timur, Halmahera
Utara dan Barat, serta kawasan Ternate dan Tidore. Komoditas unggulan di
Kepulauan Sula yang meliputi Kecamatan Sula Barat dan Sanana adalah kambing,
ayam kampung, itik dan ayam ras. Sedangkan untuk Kecamatan Taliabu Barat dan
Timur serta Mangoli Barat dan Timur komoditas unggulannya adalah ternak sapi dan
kerbau. Sedangkan kawasan Halmahera Selatan diperuntukkan bagi ternak kambing,
sapi, ayam ras, ayam kampung dan itik. Kawasan Halmahera Utara dan Barat
tampaknya lebih cocok untuk pengembangan budidaya ayam kampung, ayam ras,
kambing, itik, dan sapi. Sementara Halmahera Tengah dan Timur lebih sesuai untuk
beternak sapi, sedangkan kawasan Ternate dan Tidore komoditas unggulannya adalah
ternak kambing, ayam kampung, ayam ras, itik, puyuh, dan sapi. Sejak 20 tahun
yang lalu propinsi yang makanan pokok masyarakatnya berupa jagung, pisang, dan
beras ini mengirim sekitar 1.500 ekor sapi ke Sorong, Papua tiap tahunnya.
Sedangkan yang dipotong sendiri sekitar 7.000 ribu ekor/tahun. Masyarakat Malut
lebih menyukai beternak sapi ketimbang bekerja di kebun karena lebih efisien.
Pasalnya harga seekor sapi yang mencapai Rp. 5 juta/ekor setara dengan 10 ton
kopra. Bibit sapinya sendiri saat ini masih didatangkan dari Pulau Buru dan
Sulawesi Tenggara dengan harga Rp. 5 juta/ekor. Sementara untuk komoditas
kambing kacang, bibitnya telah dipenuhi oleh pasokan lokal. Produksi pun hanya
untuk konsumsi masyarakat sendiri. Dipilihnya jenis kambing kacang ini sebagai
ternak unggulan karena binatang ruminansia kecil tersebutlah yang paling mampu
bertahan di Maluku Utara yang beriklim tidak menentu. Warga Maluku Utara adalah
pemakan ikan. Hal ini membuat konsumsi daging, baik daging sapi, kambing dan
ayam kampung menjadi rendah, yaitu hanya sekitar 3,1 kg/kapita/tahun. Hal itu
membuat peternakan unggas kurang berkembang. Peternak yang ada baru di Kota
Ternate saja. Itu pun baru enam orang. Namun begitu warga di daerah perkotaan
mulai terbiasa mengonsumsi produk unggas yang berupa daging dan telur sehingga
pertumbuhan tingkat konsumsi terus mengalami peningkatan. Hal ini berbeda dengan
warga pedesaan yang selama ini hanya mengonsumsi produk unggas pada acara
hajatan, hari raya, tahun baru, dan natal. 5
Etnografi Tidore
Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport DocumentReport this
document?
Please tell us reason(s) for reporting this document

Spam or junk
Porn adult content
Hateful or offensive
If you are the copyright owner of this document and want to report it, please
follow these directions to submit a copyright infringement notice.
Report Cancel
This is a private document.
Info and Rating
Reads:1,925
Uploaded:05/13/2010Category:Uncategorized.Rated:
tifa danunsur kebudayaankedatanganterjadinyasosialagama kerajaanrumusan
masalahsejarah kebudayaan(more tags)tifa danunsur
kebudayaankedatanganterjadinyasosialagama kerajaanrumusan masalahsejarah
kebudayaanmasyarakat tidoremasalah agamaperkembangan musikmusik
di(fewer)FollowIndra Purnama Scl...
Share & Embed
Related Documents
PreviousNext5 p.1 p.1 p.3 p.1 p.1 p.370 p.1 p.19 p.1 p.2 p.37 p. p.2 p.7 p.
More from this user
PreviousNext4 p.7 p.24 p.1 p.
Recent Readcasters
Add a Comment

SubmitCharacters: 400

Print this document


High Quality
Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader
required).
Sign up
Use your Facebook login and see what your friends are reading and sharing.
Other login options
Login with Facebook
Signup
I don t have a Facebook account

email address (required)


create username (required)
password (required)
Send me the Scribd Newsletter, and occasional account related
communications.
Sign Up Privacy policy You will receive email notifications regarding your
account activity. You can manage these notifications in your account settings.
We promise to respect your privacy. Why Sign up?
Discover and connect with people of similar interests.
Publish your documents quickly and easily.
Share your reading interests on Scribd and social sites.

Already have a Scribd account?


email address or username
password
Log In Trouble logging in?
Login Successful
Now bringing you back...

« Back to LoginReset your password


Please enter your email address below to reset your password. We will send you
an email with instructions on how to continue.
Email address:
You need to provide a login for this account as well.
Login:
Submit
Upload a Document Search Documents Follow
Us!scribd.com/scribdtwitter.com/scribdfacebook.com/scribdAboutPressBlogPartner
sScribd
101Web StuffScribd StoreSupportFAQDevelopers / APIJobsTermsCopyrightPrivacy

You might also like