Professional Documents
Culture Documents
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Program Tutorial mata kuliah
Pendidikan Agama Islam
Disusun oleh:
Raden Ilham Karyawiguna
1002636
Pendidikan Bahasa Jerman
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Puji dan syukur saya sampaikan ke hadirat Allah swt karena berkat petunjuk
dan hidayah Nya-lah makalah kajian ayat, surah Al-Qashash ayat 77, ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini mengkaji kandungan ayat yang meliputi isi, terjemahan, dan
tafsir. Semua informasi yang ada saya dapat dari Al Qur’an dan terjemahnya, dan
beberapa situs di internet.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam menyusun makalah ini terutama kepada Kang Cahya sebagai mentor
serta rekan-rekan seperjuangan dalam program Tutorial PAI.
Saya mengakui masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu saya
mengharapkan saran dan masukan dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan penulisan 1
Daftar Pustaka 8
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah kajian ayat ini disusun untuk membantu memahami surat Ar Ruum
ayat 77, sehingga diharapkan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan
agar setiap muslim yang membaca karya tulis ini mendapat tambahan ilmu, serta
menjadi lebih terarah dan seimbang hidupnya, baik secara lahiriyyah maupun
bathiniyyah.
BAB II
KANDUNGAN AYAT
2.2 Tafsir
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk
yang ditujukan kepada Karun oleh kaumnya. Barangsiapa mengamalkan nasihat
dan petunjuk itu akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat kelak.
Berikut keempat nasihat tersebut:
Artinya:
“Manfaatkan yang lima sebelum datang (lawannya) yang lima; mudamu
sebelum tuanmu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu,
waktu senggangmu sebelum kesibukanmu dan hidupmu sebelum matimu.”
(H.R. Baihaki dari Ibnu Abbas)
اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا واعمل لخرتك كأنك تموت غدا
Artinya:
“Kerjakanlah (urusan) duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-
lamanya. Don laksanakanlah amalan akhiratmu seakan-akan kamu akan
mati besok.” (H.R. Ibnu Asakir)
4. Janganlah seseorang itu berbuat kerusakan di atas bumi, berbuat jahat kepada
sesama makhluk Allah, karena Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. Allah SWT tidak akan menghormati mereka, bahkan
Allah tidak akan memberikan rida dan rahmat-Nya.
• Al-Mulk ayat 7
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah
timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.“
Seorang office boy yang menunjukkan sikap, tutur kata, dan perbuatan yang
Islami lebih mulia dibandingkan seorang manajer yang kurang disukai
bawahannya karena sikapnya yang kurang baik. Namun, tentu saja seorang
manajer yang menunjukkan sikap, tutur kata, dan perbuatan yang Islami dan tulus
ikhlas tanpa pamrih jauh lebih baik.
Sikap seperti ini hanya bisa diperoleh melalui pemahaman yang baik terhadap
konsep tawazun. Seorang muslim yang tawazun tidak hanya memikirkan dirinya
sendiri melainkan juga menjaga sikapnya agar bermanfaat bagi orang lain. Karena
berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain tidak mendapatkan balasan langsung
di dunia tetapi di akhirat, maka sikap ini tentu lahir dari pemahaman yang
mendalam atas konsep keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Sikap tawazun akan menjadi landasan yang kokoh bagi seorang muslim yang
profesional. Setiap muslim dituntut untuk menjadi manusia-manusia yang
profesional dan menjadi teladan bagi umat manusia. Apapun profesi yang
dijalaninya, seorang muslim harus selalu menjalankannya secara profesional, dan
sikap tawazun adalah landasan yang amat diperlukan dalam proses ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Allah SWT. menyuruh kita untuk hidup bahagia di dunia dengan memanfaatkan
segala sumber rizqi yang telah diberikan-Nya. Akan tetapi Ia juga menegaskan pada kita
untuk tetap beribadah kepada-Nya. Jika hanya mengutamakan kebutuhan dunia atau
lahiriyyah, seperti makan, bekerja, menimba ilmu, dan lain sebagainya, maka kita tidak
akan merasakan kepuasan bathiniyyah, seperti kepuasan hati atau nurani. Begitupun
sebaliknya, jika kita hanya mengutamakan ibadah dan terus mendekatkan diri kepada
Allah, dan mengabaikan kebutuhan hidup kita di dunia, maka sesungguhnya ibadahnya
tidak akan lengkap. Oleh karena itu, hidup seimbang atau tawazun dunia-akhirat sangat
diharuskan.
3.2 Saran
Jika, ingin mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat, maka kuasailah sikap tawazun.
Peliharalah jasmani, dan cukupilah kebutuhan di dunia. Akan tetapi jangan pula
tinggalkan kewajiban sebagai seorang muslim.