You are on page 1of 18

BAB II

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang

mengungkapkan suatu pikiran yang utuh [Alwi98]. Karena itu, kalimat dapat dilihat

sebagai satuan dasar dalam suatu wacana atau tulisan. Suatu wacana dapat terbentuk

jika ada minimal dua buah kalimat yang letaknya berurutan dan sesuai dengan aturan-

aturan wacana.

2.1 KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA

Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurang-

kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau

keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut.

Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan

predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja)

dalam untaian kata itu [Sugo97]. Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula

berupa adjektiva dan nomina.

Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang

ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi

predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat.

Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih—

tidak terdapat predikat di dalamnya—dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 2

yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek,

predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata

yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif. Contohnya sebagai

berikut.

a) Anak kecil itu // pandai sekali.

Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam

unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek.

Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat

ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat. Contoh di atas merupakan

kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian

kata anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur

predikat.

Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan

tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Dengan kata lain, untaian kata yang diawali

dengan huruf kapital pada kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru,

atau tanda tanya adalah kalimat menurut pengertian kaidah ejaan.

Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata

bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.

Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan

ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-

unsurnya.

2.1.1 Ciri-Ciri Subjek

Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping

unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat

yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 3

♦ Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa

Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas

pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk

subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.

♦ Disertai Kata Itu

Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite).

Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah

takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan

juga pronomina tidak disertai kata itu.

♦ Didahului Kata Bahwa

Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang

menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu,

kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat

pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.

♦ Mempunyai Keterangan Pewatas Yang

Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih

lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan

keterangan pewatas.

♦ Tidak Didahului Preposisi

Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada.

Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu

sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 4

♦ Berupa Nomina atau Frasa Nominal

Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping

nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata

penunjuk itu.

2.1.2 Ciri-Ciri Predikat

Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian

ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.

♦ Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana

Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas

pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan

sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat

yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat

digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata

bilangan) atau frasa numeralia.

♦ Kata Adalah atau Ialah

Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama

digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas

antara subjek dan pelengkap tidak jelas.

♦ Dapat Diingkarkan

Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang

diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan

untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai

penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang

berupa nomina atau predikat kata merupakan.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 5

♦ Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas

Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata

aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak

di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina

bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap

pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

♦ Unsur Pengisi Predikat

Predikat suatu kalimat dapat berupa:

1. Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.

2. Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa

nominal, frasa numeralia (bilangan).

2.1.3 Ciri-Ciri Objek

Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu

kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek.

Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak

memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan

berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.

♦ Langsung di Belakang Predikat

Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah

mendahului predikat.

♦ Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif

Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek

dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 6

perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat

pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.

♦ Tidak Didahului Preposisi

Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului

preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat

disisipkan preposisi.

♦ Didahului Kata Bahwa

Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak

kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

2.1.4 Ciri-Ciri Pelengkap

Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur

kalimat ini :

1. Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat

kalimat.

2. Menempati posisi di belakang predikat.

3. Tidak didahului preposisi.

Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek

dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah

yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.

♦ Di Belakang Predikat

Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang

predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.

Contohnya terdapat pada kalimat berikut.

a) Diah mengirimi saya buku baru.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 7

b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.

Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap

dan tidak mendahului predikat.

♦ Tidak Didahului Preposisi

Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang

didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan

dijelaskan setelah bagian ini.

2.1.5 Ciri-Ciri Keterangan

Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut

tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang

tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau

anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke,

dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang

berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena,

meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.

♦ Bukan Unsur Utama

Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan

merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar

kebanyakan tidak bersifat wajib.

♦ Tidak Terikat Posisi

Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki

kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir

kalimat, atau di antara subjek dan predikat.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 8

♦ Jenis Keterangan

Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.

1. Keterangan Waktu

Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.

Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan

waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam.

Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang

menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan

minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai

oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah,

sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.

2. Keterangan Tempat

Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang

ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.

3. Keterangan Cara

Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang

menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan

perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh

kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak

kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.

4. Keterangan Sebab

Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab

yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti

oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak

kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 9

5. Keterangan Tujuan

Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang

berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan

tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya,

agar, atau untuk.

6. Keterangan Aposisi

Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau

objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--),

atau tanda kurang.

Perhatikan contoh berikut.

♦ Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.

7. Keterangan Tambahan

Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun

objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi

dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan

tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti

contoh berikut.

♦ Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.

Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan

unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.

8. Keterangan Pewatas

Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek,

predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan

dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.

Contohnya sebagai berikut.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 10

♦ Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat

beasiswa.

Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang

mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP

tiga lebih.

2.2 KALIMAT TUNGGAL DAN PERUBAHANNYA

Dilihat dari unsur pembentuknya, kalimat itu dapat dibedakan atas kalimat

tunggal dan kalimat majemuk. Bagian ini akan membahas kalimat tunggal beserta

perubahannya.

2.2.1 Kalimat Dasar

Jumlah kalimat yang digunakan sebagai alat komunikasi tidak terhitung

banyaknya. Namun kalimat yang tidak terbatas jumlahnya itu sebenarnya dapat

dikembalikan kepada struktur dasar yang jumlahnya terbatas.

Dengan peniadaan unsur keterangan—baik keterangan kalimat maupun

keterangan subjek, predikat, ataupun objek—akan ditemukan kalimat dasar yang

merupakan struktur yang paling pokok [Sugo97].Peniadaan itu tidak berlaku untuk

unsur yang pokok. Dengan kata lain, unsur subjek, predikat, objek, serta pelengkap

tetap harus ada dalam struktur dasar.

2.2.2 Pola Kalimat Dasar

Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat

dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum

mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 11

penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun

pelengkap. Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke

dalam delapan tipe [Sugo97].

1. Kalimat dasar berpola SPOK

Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan

keterangan; subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa

verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan

keterangan berupa frasa berpreposisi.

2. Kalimat dasar berpola SPOPel

Tipe 2 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat,

objek, dan pelengkap; subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat

berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan

pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.

3. Kalimat dasar berpola SPO

Tipe 3 ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek; subjek berupa

nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek

berupa nomina atau frasa nominal.

4. Kalimat dasar berpola SPPel

Kalimat tipe 4 mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek

berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata

sifat dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.

5. Kalimat dasar berpola SPK

Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus memiliki

unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 12

atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan

berupa frasa berpreposisi. Contohnya adalah kalimat berikut.

♦ Saya berasal dari Palembang.

6. Kalimat dasar berpola SP (P: Verba)

Tipe 6 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan

predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa

verba intransitif, tidak ada objek, pelengkap, ataupun keterangan yang

wajib.

7. Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)

Tipe 7 adalah kalimat yang memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek

berupa nomina atau frasa nominal dan predikat juga berupa nomina atau

frasa nominal. Nomina predikat biasanya mempunyai pengertian lebih luas

daripada nomina subjek dan berupa nomina penggolong (identifikasi).

8. Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)

Kalimat ini memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina

atau frasa nominal dan predikat berupa adjektiva. Unsur pengisi predikat

itulah yang membedakan tipe 8 dari tipe 7 dan tipe 6.

2.2.3 Kalimat Aktif

Jika subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada

predikat, kalimat itu disebut kalimat aktif. Oleh karena itu, kalimat aktif hanya

terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif. Kalimat dasar yang

termasuk kalimat aktif adalah kalimat dasar tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 6. Kalimat

aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kalimat aktif yang berobjek

yang dinamakan transitif dan kalimat aktif yang tidak berobjek yang disebut

intransitif.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 13

Verba yang mengisi predikat kalimat aktif dinamakan verba aktif. Verba aktif

umumnya ditandai oleh awalan me-, seperti menulis, membaca, membawa, mencatat,

menyeberangi, dan melintasi.

2.2.4 Kalimat Pasif

Jika subjek suatu kalimat tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran

perbuatan yang dinyatakan predikat, kalimat itu disebut kalimat pasif. Kalimat

semacam ini merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan dengan

pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Pengubahan ini

menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba aktif menjadi

verba pasif. Dengan demikian, kalimat pasif ini hanya terdapat dalam kalimat tipe 1

dan 2 serta tipe 3. Kalimat-kalimat tak berobjek (intransitif) tidak dapat dijadikan

kalimat pasif sebelum diubah menjadi kalimat transitif.

Di samping ditandai oleh peran subjek sebagai sasaran, kalimat pasif itu

ditandai pula oleh bentuk verba pengisi predikatnya. Di dalam bahasa Indonesia ada

dua macam bentuk verba pasif, yaitu verba pasif berawalan di- dan verba pasif tanpa

awalan di- plus pelaku.

Kalimat-kalimat aktif dapat dijadikan kalimat pasif dengan mengubah unsur

objek dijadikan subjek, dan hal itu akan mengakibatkan perubahan bentuk verba

predikat berawalan me- menjadi berawalan di-. Contohnya terdapat pada kalimat

berikut.

Pengusaha itu meminjami ayah uang.

Kalimat aktif di atas kemudian diubah menjadi kalimat pasif :

Ayah dipinjami uang oleh pengusaha itu

Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan unsur pelaku pronomina

persona (kata ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga dapat juga memiliki bentuk
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 14

yang berbeda dengan kalimat pasif di atas. Perbedaan ini terdapat pada predikat yang

tidak berawalan di-. Verba pengisi predikat kalimat pasif ini adalah verba yang

diperoleh dari verba aktif dengan menanggalkan awalan me-. Sebagai pengganti

awalan di-, penanda verba pasif, digunakan pronomina persona atau nomina pelaku

pada kalimat asal (kalimat aktifnya) seperti contoh ini.

Saya sudah mengirimkan lamaran ke kantor.

Kalimat aktif diatas kemudian diubah menjadi kalimat pasif dengan predikat tanpa

awalan di- :

Lamaran sudah saya kirimkan ke kantor.

Bagian yang dicetak tebal di atas merupakan predikat kalimat. Pada kalimat pasif

jenis ini, verba pasif tidak berupa sebuah kata, tetapi berupa gabungan dua kata, yaitu

verba transitif tanpa awalan di- atau me- dan unsur pelaku yang dalam kalimat aktif

berfungsi sebagai subjek.

Kalimat pasif juga dapat ditandai oleh predikat verba pasif yang berawalan

ter-. Kalimat yang berpredikat veba berawalan ter- memperlihatkan bahwa subjek

dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat dan mempunyai makna tidak

disengaja. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.

Kaki saya terinjak orang.

Di samping itu, kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja dapat juga

ditandai oleh kata kena. Seperti dalam contoh berikut.

Mereka kena tipu orang .

Selain berciri verba berawalan di-, ter, dan kata kena, kalimat pasif ditandai

oleh verba berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya

berhubungan dengan peristiwa alam, seperti kalimat berikut.

Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 15

2.2.5 Perluasan Unsur

Unsur kalimat, seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan

dapat diperluas sehingga informasi tentang unsur-unsur itu menjadi lebih lengkap.

Perluasan ini diartikan sebagai pengubahan unsur dasar dengan penambahan,

pemindahan, ataupun peniadaan. Pada penelitian yang dilakukan, penulis hanya

melakukan perluasan unsur dengan melakukan penambahan unsur-unsur kalimat.

Struktur pola kalimat masih tetap sama dengan pola kalimat dasar. Sedangkan

peniadaan unsur kalimat tidak dilakukan karena kalimat yang diteliti adalah kalimat

tertulis dan peniadaan unsur kalimat banyak terjadi di dalam penggunaan bahasa

bentuk dialog (lisan).

♦ Perluasan Nomina

Nomina, baik yang berfungsi sebagai predikat, subjek maupun objek dapat

diperluas dengan penambahan kata, frasa, atau anak kalimat. Penambahan ini dapat

dilakukan dengan keterangan yang memiliki konjungtor yang atau tanpa konjungtor.

Contoh perluasan nomina dengan konjungtor yang terdapat pada kalimat-kalimat

berikut.

a) Mahasiswa yang pandai mendapat beasiswa

b) Perusahaan yang lemah sekali akan mendapat subsidi

c) Anak yang berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat lukis.

Perluasan dengan yang tersebut menunjukkan keterangan yang menjelaskan

nomina yang menjadi subjek. Kadang-kadang konjungtor yang itu ditiadakan.

Nomina subjek atau objek dapat diperluas dengan keterangan penjelas tetapi

tidak memakai konjungtor yang. Penambahan keterangan ini dapat dilakukan dengan

menjajarkan saja unsur keterangan dibelakang subjek atau objek itu. Contohnya

adalah sebagai berikut.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 16

a) Karya tulis ilmiah remaja diperlombakan setiap tahun.

b) Buku petunjuk penulisan karangan ilmiah telah beredar.

♦ Perluasan Verba

Verba pengisi predikat kalimat dapat diperluas dengan penambahan kata atau

frasa. Kata atau frasa ini memberi keterangan pada predikat. Misalnya keterangan

aspek atau modalitas.

Keterangan aspek ditandai oleh kata seperti telah, sedang, akan, sudah, masih,

belum yang menerangkan perbuatan yang terjadi pada predikat. Contohnya terdapat

pada kalimat-kalimat berikut:

a) Pertandingan itu telah usai beberapa saat yang lalu.

b) Bintang bulutangkis masih belum berpindah dari Indonesia.

Keterangan modalitas menyatakan sikap pembicara, antara lain menyatakan

kemungkinan, keharusan, atau kenyataan. Keterangan ini ditandai oleh kata ingin,

hendak, mau, barangkali, harus, dan pasti. Kalimat contohnya terdapat di bawah ini.

a) Saya ingin belajar bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

b) Saya harus benar-benar belajar.

2.3 KALIMAT MAJEMUK

Demi keefisienan, orang sering menggabungkan beberapa pernyataan ke

dalam satu kalimat. Akibat penggabungan itu lahirlah struktur kalimat yang di

dalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat yang di dalamnya

terdapat dua kalimat dasar atau lebih disebut kalimat majemuk. Berdasarkan

hubungan antarkalimat dasar itu, kalimat majemuk dapat dibedakan ke dalam dua

macam, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 17

2.3.1 Kalimat Majemuk Setara

Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat

dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat

majemuk setara (koordinatif). Kalimat berikut terdiri atas dua kalimat dasar.

Saya datang, dia pergi.

Kalimat itu terdiri atas dua kalimat dasar yaitu saya datang dan dia pergi. Jika

kalimat dasar pertama ditiadakan, unsur dia pergi masih dapat berdiri sendiri sebagai

kalimat mandiri. Demikian pula sebaliknya. Keduanya mempunyai kedudukan yang

sama. Itulah sebabnya kalimat itu disebut kalimat majemuk setara.

2.3.2 Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama)

dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur

kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat

majemuk bertingkat jika diantara kedua unsur itu digunakan konjungtor. Konjungtor

inilah yang membedakan struktur kalimat majemuk bertingkat dari kalimat majemuk

setara.

Pernyataan berikut menjadi kalimat majemuk bertingkat jika disisipi

konjungtor misalnya ketika, karena, supaya, meskipun, jika, atau sehingga.

Saya masuk, mereka diam.

Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk setara. Tetapi, kalimat itu berubah

menjadi kalimat majemuk bertingkat dengan penempatan konjungtor ketika.

Saya masuk ketika mereka diam.

Pada kalimat majemuk setara, masing-masing kalimat penyusunnya dapat

berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Sebaliknya pada kalimat majemuk bertingkat,

kalimat penyusun yang didahului konjungtor seperti kalimat ketika mereka diam tidak
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 18

dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, kalimat yang memiliki konjungtor semacam ini

berfungsi sebagai anak kalimat pengisi salah satu unsur kalimat inti.

Anak kalimat pengisi unsur subjek atau objek kalimat transitif ditandai oleh

kata bahwa. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.

Bahwa pengurus inti harus segera dibentuk sudah dibahas pada rapat

kemarin.

Kalimat majemuk bertingkat juga dapat berupa kalimat tunggal yang

mengalami perluasan sekurang-kurangnya pada salah satu unsurnya misalnya pada

unsur keterangan, subjek atau objek. Elemen yang berperan memperluas salah satu

unsur kalimat ini merupakan anak kalimat dan diawali oleh konjungtor yang atau kata

penunjuk itu. Contohnya adalah anak kalimat yang menyertai nomina dan berfungsi

sebagai keterangan nomina tersebut. Nomina yang dapat diberi keterangan dapat

berupa nomina yang berfungsi sebagai subjek, predikat atau objek. Perhatikan contoh

kalimat berikut.

Perusahaan yang ingin mengajukan kredit harus mempunyai jaminan.

Anak kalimat yang ingin mengajukan kredit merupakan anak kalimat yang memberi

keterangan nomina perusahaan yang berfungsi sebagai subjek kalimat di atas.

You might also like