You are on page 1of 5

HUKUM KARMA PHALA

Oleh : Pura Ys

A. Pengertian Hukum Karma


Karma berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya kerja atau berbuat.
Konsep hukum karma adalah bahwa setiap perbuatan akan memberikan hasil yang
disebut ( phala ). Sehingga setiap hasil yang dipetik atau diterima oleh seseorang
atas perbuatannya disebut karma phala.
Hukum karma adalah hukum Tuhan yang berlaku bagi semua orang. Tidak
memandang apakah orang tersebut percaya atau tidak hukum karma tetap berlaku.
Seperti hukum terbitnya matahari dari timur, orang buta ataupun orang eskimo
yang tidak pernah melihat matahari, bukan berarti matahari tidak ada. Matahari
tetap terbit dari timur. Demikianlah hukum karma berlaku bagi semua umat manusia
dari semua negara, semua suku bangsa dan semua agama.
Dalam ajaran Hindu , hukum karma merupakan ajaran sebagai landasan ajaran
etika dan pegangan dalam mencapai tujuan hidup.
Karma atau perbuatan ini ada tiga bentuk yaitu karma yang dilakukan oleh pikiran (
Manah ), karma dalam bentuk ucapan (waca ), dan karma dalam bentuk tindakan
jasmanani ( kaya ).
Jadi apapun bentuk aktivitas seseorang pasti ada phalanya (hasilnya) .Ini berarti
tidak ada perbuatan yang tanpa membuahkan hasil, sekecil apapun kegiatan
tersebut.
Sedangkan jika dilihat dari baik buruknya maka perbuatan yang baik disebut Subha
karma dan perbuatan yang buruk disebut Asubha karma.

B. Proses berlakunya karma phala


Setiap aktivitas karma seseorang didasari oleh keinginan ( Iccha ). Timbulnya
keinginan akan direspon oleh pikiran. Pikiran inilah yang akan mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan dalam bentuk ucapan ataupun tindakan jasmani.
Keputusan pikiran sangat ditentukan oleh pengetahuan (jnana), kebijaksanaan (
wiweka), serta pengalaman hidup serta karmawasana seseorang.

Jika digambarkan maka proses karma seseorang sebagai berikut :

KEINGINAN

Pengetahuan Wiweka
PIKIRAN
Pengalaman Hidup karmawasana

KARMA

KARMA PHALA

C. Wujud Karma phala


Banyak orang menafsirkan bahwa wujud dari karma phala ( hasil perbuatan )
seseorang adalah berbentuk materi, seperti kekayaan, kecantikan atau ketampanan,
jabatan, kehormatan dan sebagainya yang semata-mata diukur dari segi materi.
Secara garis besar memang wujud karmaphala ada dua yaitu berbentuk fisik dan
psikis( batin).
Artinya hasil dari perbuatan tersebut dapat dirasakan secara langsung oleh badan
jasmani melalui panca indria atau juga bisa memberikan suasana batin tertentu
pada seseorang.
Contoh:
Jika seseorang pernah berbuat baik misalnya membantu orang yang jatuh di jalan ,
suatu saat ketika dia terjatuh di jalan akan ada orang lain yang menolong. Ini
adalah phala secara fisik.
Contoh lain mungkin ada orang yang suka menipu justru akan membuat hatinya
tersiksa karena selalu was-was, selalu berprasangka bahwa tipu dayanya akan
ketahuan oleh orang lain. Ini berarti secara psikis dia menderita.

Wujud dari karmaphala yang akan diterima seseorang tidak dapat dipastikan.
Artinya hasil karma tersebut bisa saja berbentuk fisik, atau psikis, ataupun kedua
nya yaitu fisik dan psikis. Demikian pula kapan waktunya akan diterima seseorang
atas perbuatannya juga merupakan rahasia Hyang Widhi. Yang jelas bahwa
karmaphala itu ada dan akan hadir tepat pada waktunya.

Diatas kedua wujud karmaphala di atas yang terpenting untuk menjadi tolok ukur
atas hasil perbuatan seseorang adalah akibat dari wujud karmaphala tersebut.
Artinya seseorang yang menerima karmaphala baik berwujud fisik maupun psikis
apakah mengakibatkan adanya peningkatan kualitas sradha atau tidak. Apakah
menyebabkan kebahagiaan atau penderitaan?
Contoh :
Seseorang yang mendapatkan uang sangat banyak dari hasil judi, diukur dari segi
fisik tentu menyenangkan. Tetapi kemenangan itu justru menyebabkan dia semakin
tergila-gila pada judi, suka berfoya-foya semata-mata memenuhi nafsu
keinginannya. Suatu saat jika dia kalah berjudi maka kekesalan dan kemarahannya
akan dilempahkan pada orang lain, seperti anak atau istrinya.
Ini menunjukkan bahwa uang yang diperoleh dari hasil judi tersebut bukan
karmaphala yang baik, karena akibat dari uang yang diterima terebut justrui
menjerumuskan dirinya pada karma-karma yang lebih buruk.
Contoh lain mungkin ada seseorang yang secara fisik cacat jasmani, tetapi dengan
kekurangannya tersebut memberikan dia inspirasi dan kesadaran bahwa hidup ini
tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik, sehingga dia menjadi orang yang
teguh sradha bhakti, serta senantiasa merasa tentram . Jadi cacat jasmani tersebut
bukan hasil karma buruk tetapi merupakan hasil karma baik yang membawa
kebahagiaan bagi dirinya. Seperti halnya seseorang minum obat pahit untuk
kesembuhan dari penyakitnya.

Kesimpulannya:
Karmaphala yang baik adalah yang dapat meningkatkan kualitas sradha bhakti
untuk mencapai kebahagiaan lahir batin ( moksartham jagat hita )
Karmaphala yang buruk adalah yang menyebabkan seseorang menderita lahir batin
dan menurunkan kualitas sradha bhakti.

D. Dampak karma bagi seseorang


Setiap karma yang dilakukan setidak-tidaknya ada tiga akibat yang terjadi :
1. Karma akan memberi akibat atau balasan atas setiap perbuatan manusia.
Baik atau buruk yang akan diterima sesuai dengan perbuatan yang
dilakukannya.
2. Karma akan memberi kesan tersendiri kepada pelakunya yang akan melekat
pada pikiran pelakunya.
3. Karma akan membentuk kepribadian seseorang.
Karma yang memberi kesan dan menjadi kepribadian jiwatman inilah yang
merupakan karmawasana setiap orang, selalu melekat pada setiap kelahirannya.

E. Tiga Macam Karma


Jika dilihat dari segi waktu hasil karma seseorang maka dapat digolongkan menjadi
tiga macam yaitu :
1. Sanchita Karma
2. Prarabdha Karma
3. Kryamana Karma

Sancitha karma adalah karma atau perbuatan yang dilakukan pada masa hidup di
dunia baru akan menerima pahalanya setelah meninggal dunia

Prarabdha karma adalah karma atau perbuatan seseorang yang pahalanya langsung
diterima pada kehidupan ini.

Kramana karma adalah pahala yang diterima seseorang pada kehidupan ini atas
hasil dari perbuatan ( karmanya ) pada kehidupan yang lampau.

Meskipun kita menggolongkan karma tersebut seperti di atas tetapi dalam


kenyataan sangat sulit bagi kita untuk mengidentifikasi setiap karma yang kita
terima saat ini. Mengenai kapan waktu kita akan menerima pahala atas karma yang
kita lakukan juga merupakan rahasia Ida sang Hyang Widhi.
Manfaat kita mengetahui jenis-jenis karma tersebut adalah untuk meningkatkan
sradha dan bhakti kepada Hyang Widhi. Kita harus yakin bahwa apapun yang kita
alami pada kehidupan ini adalah hasil perbuatan diri sendiri. Bukan karena orang
lain. Bisa saja merupakan pahala atas karma kita pada kehidupan terdahulu, atas
pahala atas karma kita masa kini.

Oleh karena itu yang terbaik harus dilakukan adalah melaksanakan tugas sebaik-
baiknya, selalu berbuat kebaikan serta tetap yakin dan bhakti kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa.
Laksanakan semua kewajiban sebagai yadnya dan bhakti kepada Ida sang Hyang
Widhi. Jika hal itu sudah dilakukan maka Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik
bagi kita. Apa yang seharusnya kita butuhkan pasti akan terpenuhi, sebagaimana
wahyu Beliau dalam Kitab Bhagawad Gita Bab IX Sloka 22 :

Mereka yang memuja-Ku dan hanya bermeditasi kepada-Ku saja, kepada


mereka yang senantiasa gigih demikian itu, akan Aku bawakan segala
apa yang belum dimilikinya dan akan menjaga yang sudah dimilikinya.

F. Pelaksana Karmaphala
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa wujud karmaphala bisa berbentuk fisik
bisa juga berbentuk psikis. Jika karma seseorang harus diterima setelah meninggal
dunia maka atmannya akan menuju sorga atau neraka. Tetapi bagaimana bentuk
pahala dari karma yang harus dinikmati pada kehidupan ini?
Tentu saja akibat karma akan dirasakan oleh seseorang melalui interaksi dengan
lingkungan, baik alam maupun sesama manusia. Pahala karma bisa saja dirasakan
melalui tangan manusia, binatang, tumbuhan, serta bisa juga dari alam. Sehingga
manusia disamping akan menerima pahala atas karmanya, tetapi juga sebagai alat
untuk membalas karma orang lain.
Contoh sederhana mungkin suatu ketika kita menerima bantuan dari orang lain
dimana pada waktu tersebut kita benar-benar memerlukan pertolongan tersebut.
Kejadian ini buakanlah suatu kebetulan. Itu adalah hasil karma kita yang mungkin
kita sudah lupa kapan melakukannya, sehingga disaat yang tepat kita akan
menerimanya. Dalam peristiwa tersebut yang menjadi alat Tuhan untuk
menyampaikan pahala atas karma tersebut adallah manusia ( orang lain).
Meskipun manusia adalah alat pembalas karma, bukan berarti dia terbebas atas
karma yang diperbuatnya itu tetapi pahala akan selalu mengikuti karma yang
dilakukannya.
Misalkan Andi menolong Budi yang terjatuh dari sepeda motor. Dalam peristiwa
tersebut Budi menerima pahala dalam bentuk pertolongan dari Andi, pahala tersebut
mungkin saja atas kebaikan Budi di waktu lalu Dalam kasus ini Andi adalah sebagai
alat pembalas karma perbuatan Budi di masa lalu. Meskipun Andi sebagai alat , atas
perbuatannya menolong budi dia juga akan mendapat pahala atas karma tersebut.
Jadi setiap peristiwa karma yang melibatkan lebih dari satu orang maka dalam
peristiwa tersebut ada dua jenis proses karma yang terjadi yaitu ada pihak yang
menerima hasil karmanya dan ada orang yang yang berkarma dimana hasilnya
belum diketahui kapan akan diterima.
Demikian pula alam bisa saja sebagai alat pembalas karma. Bencana alam bukanlah
hukuman Tuhan, tetapi semua itu akibat perbuatan manusia sendiri.
Kesimpulannya :
a. Pahala atas karma seseorang dapat diterima di alam niskala ( sorga atau
neraka ) juga bisa dinikmati pada saat hidup.
b. Pahala karma di dunia bisa diterima melalui tangan manusia atau alam
lingkungan.
c. Setiap peristiwa karma yang melibatkan lebih dari satu manusia maka akan
ada pihak penerima pahala atas karmanya dan ada pihak sebagai pembalas
karma sekaligus pelaku karma untuk dirinya.
d. Setiap karma yang terjadi akan menjadi penyebab untuk karma-karma
berikutnya.
e. Dalam rangka meningkatkan karma baik maka pada saat berdoa mohonlah
agar kita senantiasa menjadi alat pembalas karma yang baik.

Posted by http://sucita.co.cc

You might also like