Professional Documents
Culture Documents
Definisi
Ekssekutif presidensial terdiri dari tiga fitur:
- pemilihan populer presiden (untuk memberikan legitimasi)
- masa tetap dari jabatan untuk presiden dan majelis, tidak dapat saling
menjatuhkan (untuk mencegah penggunaan kekuasaan yang sewenang-wenang)
- Presiden mengarahkan pemerintahan dan membuat janji kunci terhadapnya.
Lihat Shugart dan Carey (1992), von Mattenheim dan Rockman (1997)
Walaupun kepresidenan Amerika sering dipandang sebagai simbol kekuatan,
institusi tersebut dirancang sebagai sebuah bagian dari usaha bersama untuk
mengontrol tuntutan eksekutif. Patokan himpitan konstitusi dalam jabatan dengan
batasan-batasan. Presiden adalah komando yang berwenang tapi Kongres
memtasai kekuasaan untuk mendeklarasikan perang. Dia membuat perjanjian
pemerintah tapi hanya dengan persetujuan senat. Dia merekomendasikan kongres
“batasan-batasan yang dinilainya penting dan bijaksana” tapi tidak menawarkan
cara apapun untuk memastikan usulannya diterima. Dia dapat memveto
perundang-undangan tapi kongres dapat menolak keberatannya. Kongres, bukan
presiden, mengontrol pengeluaran. Presiden Kennedy meringkas ambivalensi
ganjil dari jabatan tersebut:
Presiden dapat digambarkan dengan baik sebagai seorang laki-laki dengan
kekuasaan luar biasa. Juga benar bahwa dia harus menggunakan kekuasaan
tersebut dibawah batasan yang luar biasa.
Exhibit 12.1
Kepresidenan bersama
Menjadi presiden, mungkin kita akan berpikir, ini adalah pekerjaan untuk satu
orang. Tentu saja, Lijphart (1992) mendefinisikan sistem presidensial sehingga
mengesampingkan kemungkinan kepresidenan ganda. Kemudian kepresidenan
bersama yang dipilih langsung telah dicoba di beberapa negara, yang tercatat
adalah Uruguay, Cyprus dan Bosnia, dalam sebuah upaya untuk mewakili dalam
minat utama ekssekutif dari sebuah masyarakat yang terbagi. Di Uruguay, ide
aslinya adalah untuk memberi sebuah pendukung untuk seorang pemimpin yang
berkuasa; Cyprus, untuk memberikan perwakilan bagi masayarakat Yunani dan
Turki; dan di Bosnia, untuk mencerminkan ketertarikan Muslim, Kroasia, dan
Serbia. Prestasi dari eksekutif kolektif ini sulit untuk dinilai. Ketika sistem
tersebut merupakan jalan terakhir, jalan tersebut hanya digunakan dalam situasi
yang sulit yang akan menguji bentuk pemerintahan apapun. Di Bosnia, yang
membangun tripel ekssekutifnya di tahun 1996 setelah perang etnis yang pahit,
sebuah sistem kolektif adalah satu-satunya bentuk pemerintahan yang dapat
diterima oleh semua pihak. Keberhasilannya terletak pada eksistensinya.
Negara Periode Struktur Eksekutif
Uruguay 1952-1966 Sebuah Dewan
Pemerintahan Nasional
terdiri dari sembilan
anggota dengan sebuah
kedudukan yang
bergantian
Cyprus 1960-1963 Sebuah dual struktur
dengan seorang Presiden
Yunani dan Wakil
Presiden Turki, masing-
masing dengan nsebuah
veto dalam hal masalah
luar negerinya.
Bosnis 1996- Sebuah kepresidenan
tripartit yang terdiri dari
Kroasia, Muslim, dan
Serbia.
Dua poin yang mengalir dari posisi konstitusi kepresidenan. Pertama, untuk
menggambarkan hubungan antara presiden dan kongres sebagai sebuah
‘pemisahan kekuasaan’ itu rancu. Dalam realitasnya, ada pemisahan institusi
dibandingkan kekuasaan legislatif dan ekssekutif. Presiden dan kongres berbagi
kekuasaan pemerintahan: presiden mempengaruhi kongres tapi tidak dapat
mendiktenya. Sistem terpisah ini, seperti yang disebut oleh Jones (1994), adalah
tak terpisahkan, ruwer dan saling menyeimbangkan. Ini mencerminkan upaya
yang berhasil oleh pendiri untuk membangun cek dan keseimbangan ke dalam
pemerintahan Amerika.
Kedua, dalam sebuah sistem bersama kontrol kekuasaan presidensial
menjadi kekuatan untuk meyakinkan (Neustadt, 1980). Seperti yang dikatakan
oleh presiden Truman, ‘kekuatan utama yang harus diberikan oleh presiden
kepada rakyatnya adalah untuk meyakinkan mereka untuk melakukan apa yang
mereka harus lakukan tanpa bujukan.’ Dalam tugas membujuk ini presiden
memiliki tiga pilihan: pergi ke Washington, menemui rakyatnya, dan go
internasional (Rose, 1991):
- ‘Pergi ke Washington’ melibatkan presiden dalam perputaran dan
bersinggungan dengan kongres dan anggota-anggotanya, mengumpulkan
mayoritas suara untuk proposal legislatifnya.
- ‘Menemui Rakyatnya’ berarti presiden menggunakan akses tanpa saingannya
kepada media massa untuk mempengaruhi opini publik dan membujuk
washington secara tak langsung: Ronald Reagen adalah seorang pakar dalam
hal strategi ini.
- ‘Go Internasional’, akhirnya, mencerminkan keterlibatan Amerika dalam
masalah-masalah dunia. Setiap presiden sekarang menghabiskan sebagian
besar waktunya dalam hal hubungan asing dan masalah keamanan nasional.
Manapun jalan yang diambil oleh presiden, tugasnya adalah persuasif.
Paradoks dari kepresidenan Amerika – kelemahan politik diantara menjebak
kekuasaan yang maha besar – dicerminkan dalam jaringan pendukung presiden.
Untuk memenuhi kebutuhnan presidensial untuk informasi dan saran, sebuah
konglomerasi badan-badan pendukung telah disusun. Secara kolektif dikenal
sebagai Badan ekssekutif dari presiden, ini memberikan dukungan yang lebih
besar dibandingkan yang tersedia pada eksekutrif kepala dalam sistem
parlementer. Kemudian alat nasehat ini sering terbukti lemah. Banyak penasehat
merupakan orang diluar politik, ditunjuk oleh presiden di awal masa jabatannya
sebelum pandangannya terhadap politik washington itu terbentuk. Jauh dari
membantu presiden, para penasehat ini kadang-kadang berakhir dalam
meruntuhkan kedudukanya. Skandal Watergate tahun 1970 menghancurkan
kepresidenan Richard Nixon; skandal Iran-Kontra di tahun 1980 meruntuhkan
reputasi Ronald Reagen. Satu masalah adalah bahwa sistem presidensiil
kekurangan kabinet yang kuat untuk menawarkan keseimbangan terhadap
penasehat personal. Di AS, rapat kabinet lebih sedikit dari kesempatan foto
presidensial. Para kepada departemen mengikuti agenda mereka, dan bukan
agenda presiden. Ini adalah kontras yang tajam terhadap ekssekutif parlementer
dimana kabinet adalah puncak kolektif dari proses pengambilan keputusan.
Box 12.1
Pemerintahan presidensial: keuntungan dan kerugian
Keuntungan
- masa jabatan tetap presiden memberikan stabilitas dalam ekssekutif
- pemilihan populer ekssekutif kepala itu demokratis, memungkinkan warga
negara untuk memilih untuk presiden dan untuk anggota legislatif
- lehislatif tidak berubah dengan dukungan atau meruntuhkan pemerintahan,
sehingga memungkinkannya, dalam prinsipnya, untuk menilai rancangan undang-
undang karena manfaatnya
- pemisahan kekuasaan mendorong pembatasan pemerintahan dan sehingga
melindungi kebabasan
- dipilih oleh negara secara umum, presiden memiliki pandangan nasional dan
mencoba untuk membujuk dewan untuk melakukan hal yang sama
Kerugian
- masa jabatan yang tetap itu terlalu tidak lentur, ‘semuanya kaku, tertentu, dan
tertanggal,’ tulis Bagehot.
- batasan satu atau dua masa menyianyiakan pengalaman dan kemampuan seorang
presiden yang baik. Bukan tidak jarang, presiden berusaha membuat amandemen
untuk melanjutkan jabatannya.
- hanya satu partai yang dapat menang, yang lainnya kalah
- politisi dengan daya tarik publik untuk memenangkan pemilihan seringkali
merupakan orang liar dari politik yang menghasilkan ekssekutif kepala yang
buruk.
- terlalu banyak tergantung pada satu orang. Kepopuleran fokus pada presiden,
dibesar-besarkan oleh televisi, menyebabkan harapan yang berlebihan.
- bukti menyatakan bahwa demokrasi kresidenan memiliki kecenderungan lebih
kecil untuk berkonsolidasi dibandingkan demokrasi parlementer (Stepan dan
Skack, 1993). Khususnya, seorang presiden yang frustrasi atau ambisium akan
menjadi seorang diktator.
Sumber: Linz (1990), Mainwaring dan Shugart (1997a)
Pengalaman demokrasi Amarika Latin seperti Chile, Venezuela dan Costa
Rica memperkuat kesimpulan presiden berada di posisi yang lemah kecuali jika
mereka berhasil dalam memobilisasi dukungan dari cabang-cabang lain dalam
pemerintahan. Walaupun Amarika latin memiliki tradisi yang lebih kuat dalam hal
kepemimpinan personal dibandingkan Amerika Serikat, presiden yang terpilih
secara demokratisnya memiliki pengalaman kesulitan dalam memperoleh legislasi
melalui sebuah dewan yang bermusuhan (presiden yang tidak terpilih di benua
tersebut seringkali terbagi dengan keseluruhan dewan tapi ini bukanlah sistem
presidensial yang telah kami definisikan) tentu saja, ketika status legislatif
meningkat dengan demokratisasi, sehingga presiden telah menemukan
meningkatkan masalah pemerintahan efektif. Di Amerika latin (seperti di Korea
Selatan), banyak presiden yang menghadapi hambatan tambahan satu periode,
yang berarti mereka menjadi seekor bebek dungu ketika masa jabatannya
berlangsung. Kesimpulan Mainwaring (1992, hal. 113) menenangkan bagi mereka
yang menyamakan aturam pemerintah dengan pemerintah yang kuat: ‘kekuasaan
ekssekutif yang kuat hampir tak dapat dihapuskan jika demokrasi itu berhasil,
kemudian sejarah demokrasi presidensial di Amarika Latin seringkali salah satu
ekssekutif yang terhenti’. Banyak orang kuat yang terhenti karirnya sebagai
presiden yang lemah.
Untuk alasan ini, saran Linz (1990, hal. 127), bahwa pemerintah
presidensial terbukti ‘kurang kondusif terhadap stabilitas demokratik’
dibandingkan pemerintahan parlementer. Tentu saja, Linz berpendapat bahwa
Amerika Serikat hanyalan contoh yang utuh dari pemerintahan presidensial dalam
sebuah demokrasi. Dia percaya bahwa sistem presidensial menempatkan terlalu
banyak dan tresiko pertaruhan pada kemampuan seorang pemimpin untuk
menyelesaikan kekuasaan yang terbagi yang dibangun dalam sistem tersebut.
lebih jauh, masa jabatan tetap presiden mengurangi kemampuan untuk merubah
pimpinan sebagai jawaban atas situasi baru. Linz kemudian merekomendasikan
tatanan parlementer yang lebih fleksibel, terutama kepada demokrasi baru dengan
perpecahan parlemen yang dalam dan banyak partai politik.
Pemerintahan Parlemen
Dimana ekssekutif presidensial terpisah dari dewan dan terpilih secara
independen, eksekutif parlemen secara organisasi terkait dengan legislatif (gambar
12.2). pemerintah muncul dari dewan dan dapat diturunkan oleh pengambilan
suara secara terbuka. Dengan token yang sama pemerintah dapat, dalam sebagian
besar kasus, membubarkan dewan dan mengadakan pemilihan baru. Jika paradoks
presidensialisme adalah kelemahan ekssekutif diantara munculnya kekuatan,
puzzle pemerintahan parlementer adalah untuk menjelaskan mengapa
pemerintahan yang efektif masih dapat muncul dari kerentanan mutual dari dewan
dan ekssekuti.
Definisi
Pemerintahan Parlementer memiliki tiga sifat utama:
- partai pemerintah muncul dari majelis. Kementrian pemerintah biasanya diambil
dari, dan tetap anggota, dari legislatif
- Ekssekutif adalah bersama, mengambil bentuk sebuah kabinet atau dewan
kementrian dimana perdana menteri secara tradisional hanyalah pertama diantara
yang lain.
- kepala pemerintahan, (disebut perdana menteri, atau kanselir) dan kabinet dapat
diberhentikan dari jabatannya melalui sebuah pengambilan suara karena ketidak
percayaan oleh parlemen. Paska perdana menteri biasanya terpisah dari kepada
negara tersebut.
Jika Amarika serikat adalah contoh klasik dari presidensialisme, Inggris
adalah contoh yang paling berpengaruh dari pemerintahan perlementer. Setelah
sebuah pemilihan dari partai yang memenangkan mayoritas kursi di Dewan
Rakyat membentuk pemerintahan, pimpinan yang memenangkan partau menjadi
Perdana Menteri dan memilih 20 rekan parlementer untuk membentuk kabinet.
Kabinet ini adalah pin formal dari sistem tersebut; ini adalah fokus akuntabilitas
bagi parlemen dan bakan perdana menteri terkuat tidak dapat memerintah tanpa
dukungannya. Kabinet rapat setiap minggu yang diketuai oleh PM. Akuntabilitas
pemerintah terhadap dewan itu ketat. Semua menteri termasuk PM, harus
mempertahankan kebijakan mereka secara berkala ‘dalam dewan’; oposisi akan
menuntut pengambilan suara terbuka kapanpun merasakan keuntungan untuk
melakukan serangan. Namun, mayoritas pemerintah normalnya menawarkan
dukungan in-built melawan serangan tersebut. monarki duduk diatas keseluruhan
proses politik, mengadakan rapat secara berkala dengan PM tapi jarang jika
intervensi dalam keputusan politik.