You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

“ KONSENTRASI DAN PENGENCERAN LARUTAN”

NANNA OKTA R WALIANA


F1D007045

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2009
I. Tujuan :
1. mahasiswa dapat menjelaskan konsep konsentrasi

2. mahasiswa dapat membuat konsentrasi bahan kimia

3. mahasiswa dapat membuat pengenceran seri

4. mahasiswa dapat menggunakan spektrophotometer

II. LANDASAN TEORI


Konsentrasi suatu larutan merupakan jumlah relatif zat yang terlarut dalam
larutan tersebut. Larutan pekat berarti larutan tersebut memiliki konsentrasi yang
tinggi / beasr sedangkan larutan yang encer memiliki konsentrasi yang kecil / rendah.
Larutan merupakan campuran homogen dari 2 atau lebih zat, yang terbagi atas zat
terlarut dan pelarut. Terkadang suatu larutan tidak memiliki komposisi yang tepat.
Susunan zat larutan dinyatakan dalam kadar dari zat yang membentuk larutan.
Satuan konsentrasi diantaranya :

 ppm : menyatakan berat kmponen didalam tiap juta bagian

 % : menyatakan jumlah zat terlarut tiap 100 bagian larutan.

 faksi mol : menyatakan perbandingan jumlah mol komponen A terhadap

jumlah mol total semua komponen yang membentuk larutan.

 molaritas ( M ) : jumlah mol zt terlarut dalam tiap liter larutan.

 molalitas (m) : jumlah zat terlarut dalam tiap 1000 gram pelarut.

 normalitas (N) : jumlah gram ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan

 formalitas (F) : jumlah berat rumus zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Rumus pengenceran larutan:

V1.MI = V2.M2

ket : V1 dan V2 : volume

M1 : konsentrasi sebelum pengenceran


M2 : konsentrasi sesudah pengenceran

II. Alat Dan Bahan

Bahan : Alat :
• CoCl2.5H2O • Spektrophotometer
• akuades
• cuvet
• HCl 0,1 N
• tabung reaksi dan rak tabung reaksi
• tissue
• pipet 1 ml, 10 ml,

• vortex mixer

• bulb pippet

• kertas tissue

Prosedur Kerja

1. Buatlah larutan CoCl2.5H2O dengan konsentrasi 100 mM volume 100 ml dengan


menggunakan 0,1 N HCl sebagai pelarut (Ingat konsep konsentrasi molaritas!,
dan lihat Berat Molekul (BM) pada kemasan bahan kimia tersebut).

2. Encerkan secara seri 100 mM menjadi 0, 20, 40, 60, 80 mM. Gunakan rumus V 1 X
M1 = V2 X M2,
Dimana V1= volume larutan 1 V 2= volume larutan 2, M1 = konsentrasi larutan 1, M2 =
Konsentrasi larutan 2.

Prosedur penggunaan spektrophotometer (Asisten akan membantu operasional alat ini!)

1. Hidupkan alat spektrophotometer minimal 30 menit sebelum digunakan

2. Set spektrophotometer pada panjang gelombang pada 480 nm, dan set T
(Transmission) pada 0%.

3. Isilah cuvet dengan larutan 0,1 N HCl dan set transmittance 100% (atau absorbance
0). HATI-HATI DENGAN CUVET JANGAN SAMPAI PECAH, HARGA
MAHAL!. Cuvet berisi 0,1nN HCl sebagai larutan blanko

4. Isilah cuvet lain dengan larutan 20 mM CoCl 2.5H2O, catat T atau A. (ingat
hubungan antara Absorbance dengan Transmitance 􀃆A = log 1/T).

5. Ulangi pada panjang gelombang 490, 500, 505,510, 515 dst sampai 550 nm.

6. Plot data A pada kertas grafik, berapa panjang gelombang optimal?

7. Ulangi dengan konsentrasi yang berbeda (tiap kelompok mahasiswa akan


mengerjakan pada konsentrasi berbeda)
8. Setelah panjang gelombang optima ditentukan, bacalah dengan spektrophotometer
larutan 0, 40, 60, 80, 100 mM, dan catat data Absorbansi yang diperoleh

Hasil

Tabel hasil spektrophotometer pada panjang gelombang 470nm

no Konsentrasi BSA (mg/ml) Abs. Pada 470 nm


1 10 0,120
2 20 0,193
3 30 0,350
4 40 0,520
5 50 0,650
6 60 0,840
7 70 0,970
8 80 0,101
9 90 1,260
10 100 1,590

Tabel absorbansi pada λ 470 nm glukosa dari sirup dengan 1000x pengenceran

No Sampel Abs. 540 nm Konsentrasi (mg/ml)


1 Sirup A 0,260
2 Sirup B 0,440
3 Sirup C 0,575
Dari tabel di atas kita harus mencari nilai konsentrasi dari tabel BSA dan tabel

beberapa protein dari beberapa sirup diatas Untuk mencari konsentrasinya penulis

menggunakan rumus y = ax

y merupakan absorbansi (nm)

a merupakan konsentrasi awal (mg/ml)

x merupakan konsentrasi yang dicari

Hasil perhitungan dari tabel BSA


1. dik : y = 0,120 nm 0,840 nm = 60 x
a = 10mg/ml x = 0,840 nm
dit : x ? 60 mg/ml
jwb : y = ax x = 0,014
0,120 nm = 10x 7. dik : y = 0,970 nm
x = 0,120nm a = 70 mg/ml
10mg/ml dit :x?
x = 0.012 jwb : y = ax
2. dik : y = 0,193 nm 0,970 nm = 70 x
a = 20 mg/ml x = 0,970 nm
dit : x ? 70 mg/ml
jwb : y = ax x = 0,0138
0,193 nm = 20 x 8. dik : y = 1,101 nm
x = 0,193 nm
20 mg/ml a = 80 mg/ml
x = 0,0096 jwb : y = ax
3. dik : y = 0,350ml 1,101 nm = 80 x
a = 30 mg/ml x = 1,101 nm
jwb : y = ax 80 mg/ml
0,350 nm = 30 x x = 0,0137
x = 0,350 nm 9. dik : y = 1,260 nm
30 mg/ml a = 90 mg/ml
x = 0,016 dit : x ?
4. dik : y = 0,520 nm jwb : y = ax
a = 40 mg/ml 1,260 nm = 90 x
dit : x ? x = 1,260 nm
jwb : y = ax 90 mg/ml
0,520 nm = 40 x x = 0,014
x = 0,520 nm 10. dik : y = 1,590 nm
40 mg/ml a = 10 mg/ml
x = 0,013 dit : x ?
jwb : y = ax
5. dik : y = 0,650 nm 1,590 nm = 10 x
a = 50 mg/ml x = 1,590 nm
dit : x ? 10 mg/ml
jwb : y = ax
0,650nm = 50 x x = 0,0159
x = 0,650 nm
50 mg/ml
6. dik : y = 0,840 nm
a = 60 mg/ml
dit : x ?
jwb : y = ax

Hasil perhitungan dari tabel uji 1. dik : y = 0,260 nm


a = 10 -3 mg/ml
glukosa
dit : x ?
jwb : y = ax dit :x?
0,260 nm = 10 -3 x jwb : y = ax
x = 0,260 nm 0,440 nm = 10 -3 x
10 -3 mg/ml x = 0,440 nm
x = 260 10 -3 mg/ml
2. dik : y = 0,440 nm x = 440
a = 10 -3 mg/ml 3. dik : y = 0,575 nm
a = 10 -3 mg/ml
dit : x ?
jwb : y = ax
0,575 nm = 10x
x = 0,575 nm
10 -3 mg/ml
x = 575
Pembahasan

Pada praktikum konsentrasi larutan dengan kuantitatif karbohidrat ini di pakai

sampel sirup A, B, dan C. Tujuan praktikum untuk menghitung kadar karbohidrat dalam

sampel dan membandingkan kandungan karbohidrat pada setiap sampel. Untuk

mengatahui seberapa besar karbohidrat yang terkandung dalam sampel diperoleh dari

hasil perhitungan mencari konsentrasi karbohidrat dari tabel percobaan tersebut yang

mengunakan rumus y = ax. Pada percobaan kali ini yang menjadi acuan adalah kurva

BSA (yaitu kurva standarnya) dimana kurva ini dibuat oleh dosen atau pun asisiten.

setelah dibuat kurvanya ternyata kurva berbentuk garis lurus dari kiri bawah ke kanan

atas.

Menurut teori kurva ini harus menunjukkan garis lurus dari dari kiri bawah

kekanan atas.

Pada percobaan ini setelah dilakukan pengenceran 1000x dari sampel yang

didapat dengan cara 2,5 ml sampel + 2,5 ml Phenol + 5 ml H 2SO4 demikian sampai

1000x pengenceran. Pada percobaan ini juga digunakan larutan blanko yang berfungsi

sebagai kalibrasi pada alat spektofotometer. Pada alat ini kita dapat meliha absorbansinya
dan menentukan panjang gelombangnya, agar kita dapat mencari berapa konsentrasi

karbohidrat dari setiap sampel.

Dilihat dari konsentrasi melalui perhitungan urutan kandungan karbohidrat adalah

sirup C, sirup B dan sirup C yang memiliki nilai konsentrasi yang terbesar dan setelah

dilihat dari kurva yang telah di buat berdasarkan konsentrasi yang didapat dan kurva

standar sebagai acuan.

kesimpulan

Dalam praktikumkonsentrasi ini dapat disimpulkan bahwasanya sirup C lebih

banyak mengandung karbohidrat karena di kurva Sirup C menduduki puncaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Ismadi, dalam Montgomery Rex dan kawan-kawan, 1993, Biokimia Jilid I Suatu

pendekatan berorientasi kasus, Gajah Mada University Press : yogyakarta

Poedjiadi Anna. 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia: Jakarta.

Toha hamid abdul. 1994, Biokimia: Metabolisme Biomolekul, Alfabeta :

Monokwari

You might also like