You are on page 1of 54

PRESENTASI

By. TUNING RIAS YUNITASARI


09110810
Membahas Tentang

1. Schizophrenia katatonik
2. Agresif Destruktif
3. Terapi farmakologi
4. Terapi Modalitas
5. ECT
6. Diagnosa Medis
7. Halusinasi
SCHIZOPHRENIA KATATONIK
DEFINISI SCHIZOPHRENIA
KATATONIK
SCHIZOPHRENIA KATATONIK adalah
suatudeskripsi sindrom dengan variasi
penyebab ( banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit ( tak selalu bersifat
kronis) yang luas, serta sejumlah akibat
yang tergantun pada pertimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
ETILOGI SCHIZOPHRENIA
KATATONIK
1.    Keturunan
2.    Sistem endokrin
3.    Sistem metabolisme
4.    Susunan saraf pusat
5.    Teori Adolf Meyer
6.    Teori Sigmund Freud
7.    Eugen Bleuler
8.    Shizofrenia sebagai satu sindroma
9.    Shizofrenia suatu gangguan
psikosomatik
TANDA DAN GEJALA

Adanya pertumbangan yang fundamental dan


karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta
oleh afek yang tidak wajar atau timpul,
kesadaran yangjernih dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihar,
walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkenbang kemudian.
FAKTOR - FAKTOR
Hingga sekarang belum ditemukan penyebab
yang pasti mengapa seseorang
menderita skizofrenia, padahal orang lain
tidak. Ternyata dari penelitian yang telah
dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal.
Misal faktor tunggal yaitu:
1. Faktorgenetik
2. Virus
3. Auto antibody
4. Mal nutrisi
PROGNOSIS YANG PERLU
DIPERTIMBANGKAN
1. Kepribadian pre psikotik
2. Timbulnya serangan shizofrenia akut lebih
baik
3. Jenis-jenis shizofrenia : jenis hebefrenik
dan simpleks sama jeleknya, penderita
menuju kearah kemunduran mental.
4. Umur :makin muda prognosis makin jelek
5. Pengobatan makin cepat makin baik
6. Fakktor pencetus : adanya bourgeois
pencetus lebih baik
7. Keturunan : dalam keluarga ada penderita
lebih jelek.
CARA PENGOBATAN

Prinsip pengobatan  skizofrenia katatonik


sama pengobatan skizofrenia  secara
umum  yaitu :
1.    Farmakoterapi
2.    Terapi elektorkonvulsi
3.    Psikoterapi dan rehabilitasi
4.    Hobotomi  pre frontal.
TERAPI FARMAKOLOGI
DEFINISI TERAPI
FARMAKOLOGI
Terapi Farmakologi adalah berbagai
pendekatan penanganan klien gangguan
jiwa dengan obat tradisonal. Atau Obat
alah suatu bahan atau paduan bahan-
bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan
untuk memperelok atau memperindah
badan atau bagian badan manusia
termasuk obat tradisional.
RESPON INDIVIDU PASIEN
a. Faktor Pasien: jenis kelamin, usia,gejala,
kepribadian, pengalaman dalam meminum obat
sebelumnya.
b. Faktor Dokter: besar atau kecilnya antusiasme
doktertelah terbukti mempengaruhi respon obat
c. Lingkungan: adanya pasien lain di bangsal dan
ruang tunggu yang menceritakan pengalaannya
dalam meminum obat dapat mempengaruhi
respon pasien.
d. Faktor Obat: warna, rasa kecap, bentuk
( tablet,cairan dll) frekuensi pemberian, cara
pemberian ( suntikan mempunyai dampak lebih
besardi bandingkan obat oral )
KLASIFIKASI

Klasifikasi utama obat psikotropik yang


digunakan di sini bersifat klinik.
Ada 3 kelompok utama:
1. Antipsikotik: terutama digunakan untuk
skizofrenia dan mania tetapi juga untuk
keadaan organik
2. Antidepresi dan regular afek
3. Ansiolitik dan hipnotik yaitu obatyang
terutama digunakan dalam terapi
ansietasdan neurotik
Lanjutan………..
1. Antipsikotik :
a. fenotiazin
b. klorpromazin ( largactil, thorazine )
c. tioridazin ( malleril ), dll
2. Antidepresi, Regulator Afek:
a. trisiklik dan senyawa berhubungan
b. amitriptilin
c. klomipramin, dll
INDIKASI
Pengobatan jangka pendek pada keadaan :
    * Rasa sakit pada peradangan pasca
traumatik, misalnya akibat keseleo.
    * Peradangan dan nyeri setelah operasi,
misalnya setelah bedah mulut atau
ortopedik.
    * Sebagai obat tambahan pada nyeri
akibat peradangan telinga, hidung,
tenggorokan, misalnya pada
faringotonsilitis, otitis.
    * Sesuai dengan prinsip pengobatan
umum, penyakitnya sendiri harus diobati
dengan terapi dasar. Demam sendiri bukan
suatu indikasi.
AGRESIF DESTRUKTIF
DEFINISI AGRESIF
DESTRUKTIF
Agresif Destruktif adalahsuatu tindakan kekerasan
yang dinyatakan secara verbal yang ditunjukkan
kepada benda,orang lain maupun dirinya sendiri.
Prilaku tersebut sering kali berkaitan dengan
perasaan marah, bermusuhan, melakukan ide-ide
dorongan membunuh atau prosese psikotik lainnya
seperti halusinasi, waham yang sering dijumpai
pada pasien Schizoprenik. Prilaku terzsebut dapat
berkembang secara lambat laun dan dapat pula
secara mendadak tanpa ada tanda-tanda
sebelumnya.
Pasien Schizoprenik dengan prilaku agresif
destruktif pada umumnya tidak mengendalikan
dirinya,oleh karena itu pengendalian dan kontrol
dari pasien tersebut sepenuhnya berada ditangan
perawat dan petugas lainnya.
TANDA DAN GEJALA AGRESIF
DESTRUKTIF
1. Meningkatnya prilaku mondar-mandir
2. Rahang kencang,menggigit gigi, postur
tubuh kaku
3. Tindakan terbuka dan agresif, destruksi
yang diarahkan langsung pada objek-
objek di lingkungan
4. Peningkatan aktivitas motorik,mondar-
mandir, gembira, peka rangsang, agitasi
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

1. Mungkin kecendrungan keluarga


2. Trauma pad sistem saraf pusat
3. Tidak berfungsinya sistemkeluarga,
mengakibatkan prilaku seperti:
a. Penganiayaan atau pegabaian anak
b. Penolakan atau meninggalkan orang
tua
c. Disiplin keras atau tidak konsisten
d. Deprivasi emsional
e. Orang tua penyalah guna zat
f. Orang tua tidak dapat diduga
PENYEBAB TERJADINYA
1. Dari klien
Kelemahan fisik
Keputusasaan
Ketidaberdayaan
Percaya diri kurang
2. Dari lingkungan atau intaglase dengan orang lain
Situasi lingkungan yang ribut
Situasi yang padat
Kritikan yang mengarah pada penghinaan
Kehilangan orang yang dicintai
Interaksi sosial dengan provokatif dan konflik
RENTANG RESPON

Respon adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan diri Pertumbuhan peningkatan


berisiko Prilaku destruktif diri tidak
langsung Pencederaan diri Bunuh diri
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa keperawatan
C. Rencana tindakan dan
intervensi
TERAPI MODALITAS
DEFINISI TERAPI
MODALITAS
Terapi Modalitas adalah Berbagai
pendekatan penanganan klien gangguan
jiwa. Suatu pendekatan penanganan klien
gangguan yang bervariasi yang bertujuan
mengubah perilaku klien gangguan jiwa
dengan perilaku maladaptifnya menjadi
perilaku yang adaptif.
Atau suatu kegiatan dalam memberikan
askep baik di institusi pelayanan maupun di
masyarakat,yang bermanfaat bagi semua
dan berdampak terapeutik.
TUJUAN TERAPI
MODALITAS
 Menimbulkan kesadaran terhadap salah
satu perilaku klien
 Mengurangi gejala
 Memperlambat kemunduran
 Membantu adaptasi dengan situasi yang
sekarang
 Membantu keluarga dan orang-orang yang
berarti
 Mempengaruhi keterampilan merawat diri
sendiri
 Meningkatkan aktifitas
 Meningkatkan kemandirian
JENIS JENIS TERAPI
MODALITAS
1. Terapi individual
2. Terapi lingkungan (milleu therapy)
3. Terapi biologis atau terapi somatic
4. Terapi kognitif
5. Terapi keluarga
6. Terapi kelompok
7. Terapi perilaku
8. Terapi bermain
PRINSIP TERAPI
MODALITAS
1. Perilaku merupakan respon
terhadap lingkungan
2. Reinforment positif
mempengaruhi perilaku
MACAM-MACAM KOMPONEN
TERAPI MODALITAS
1. Komponen fisik
2. Komponen intelektual
3. Komponen spiritual
ECT ( ELECTRO CONVULSIVE THERAPY)
DEFINISI ECT
Electro Convulsive Therapy atau biasa disebut shock
therapy adalah:pengobatan medis yang modern
dengan cara memberikan rangsangan pada otak
dengan pulsa tertentu secara elektrik. Terapi ini
biasa digunakan untuk penyakit-penyakit tertentu
yang berhubungan dengan mental atau gejala
emosional. Atau ECT dikena sebagai kejut listrik
adalah mapan meskipun kontroversial, psikiatri
perawatan dimana kejang elektrik di induksikan
pada pasien di bius untuk efek terapeutik. ECT
paling sering digunakan sebagai pengobatan untuk
depresi klinis berat yang tidak menanggapi
pengobatan lain dan di gunakan dalam pengobatan
mania( seringkali dalam gannguan bipolar)
CARA PEMBERIAN ECT
Pada pengobatan ini pasien tertidur di bawah anesthesia
umu, di beri obat penenang dan oksigen, kemudian
pasien di beri rangsangan singkat secara elektrik pada
bagian kulit kepala yang menghasilkan aktivtas sel syaraf
melepaskan kimia kimia yang membuat kegelisahan di
dalam otak dan membantu memulihkan kembali
fungsinya secara normal. ECT hampir menyerupai alat
pacu jantung, suatu prosedur medis secara umum di
mana jantung di rangsang secara elektrik dalam rangka
mengembalikan atau memulihkan kembali fungsi
normalnya, hanya saja ECT menggunakan energi listrik
yang jumlahnya jauh lebih kecil di banding alat pacu
jantung.
ECT biasanya dalam proses 6-12 perawatan di berikan 2
atau3 kali seminggu. ECT terapi bisa berbeda dalam
aplikasi dalam 3 cara penempatan elektroda frekuensi
perawatan dagelombang listrik stimulus.
EFEK SAMPING ECT

Selain efek di otak, resiko fisik umum dari


ECT adalah serupa dengan anestesi umum
singkat Amerika Serikat “Surgeon General’’
laporan mengatakan bahwa ada tidak ada
kontraindikasi kesehatan mutlak untuk
penggunaanya. Keadaan kebingungan
biasanya hilang setelah beberapa jam dan
beberapa pasien mengalami nyeri otot
setelah ECT.
TUJUAN ECT
1. Tujuan dari ECT untuk menyebabkan
kejang klonik terapeutik yang
berlangsung selama minimal 15 detik.
2. ECT bertujuan oleh membersihkan
telinga dan berusaha menciptakan
pendengaran yang sehat, melegakan
sinusdan tenggorokan. Terapi ini dapat
mengatasi sinusitis, radang selaput
lendir, migrain, beberapa macam
gangguan pndengaran, kehilangan
keseimbangan, Tinnusitis ( telinga
berdengung), vertigo
DIAGNOSA MEDIS
DEFINISI DIAGNOSA MEDIS
Diagnosa Medis adalah merupakan keputusan klinik
tentang respon individu, keluarga dan masyarakat
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial,
dimana berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya, perawat secara akontabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah status
kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 &
NANDA).
Diagnosis medis ditetapkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian
keperawatan klien. Diagnosis keperawatan
memberikan gambaran tentang masalah atau
status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan
kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya
dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
KOMPONEN DIAGNOSA
MEDIS
1. Problem (P/masalah)
2. Etiologi (E/penyebab)
3. Sign & symptom (S/tanda & gejala)
UNSUR-UNSUR DALAM
ETILOGI
 Patofisiologi penyakit
 Situasional
 Medikasi (berhubungan dengan program
pengobatan/perawatan)
 Maturasional
PERSYRATAN PENULISA
DIAGNOSA MEDIS
1.Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien
terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi
2.Spesifi dan akurat (pasti)
3.Dapat merupakan pernyataan dari penyebab
4.Memberikan arahan pada asuhan keperawatan
5.Dapat dilaksanakan oleh perawat
6.Mencerminan keadaan kesehatan klien.
ALASAN PENULISAN
DIAGNOSA MEDIS
1.Memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif
2.Memberikan kesatuan bahasa dalam profesi
keperawatan
3.Meningkatkan komunikasi antar sejawat dan profesi
kesehatan lainnya
4.Membantu merumuskan hasil yang diharapkan /
tujuan yang tepat dalam menjamin mutu asuhan
keperawatan, sehingga pemilihan intervensi lebih
akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan
evaluasi
5.Menciptakan standar praktik keperawatan
6.Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan
PROSES PENYUSUNAN
DIAGNOSA MEDIS
1.Klasifikasi & Analisis Data
2.Mengindentifikasi masalah klien
3.Memvalidasi diagnosis keperawatan
4.Menyusun diagnosis keperawatan sesuai
dengan prioritasnya
TUJUAN DIAGNOSA MEDIS

1.Mengkomunikasikan masalah klien pada


tim kesehatan
2.Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam
identifikasi masalah klien
3.Mengidentifikasi masalah utama untuk
perkembangan intervensi keperawata
HALUSINASI
DEFINISI HALUSINASI
 Halusinasi adalah ketidakmampuan klien dalam
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus yang ada
sesuai yang diterima oleh panca indra yang ada (Fortinash,
1995).
 Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada (Sheila L Videbeck,
2000).
 Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
suatu perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang
mendekat (baik yang dimulai secara eksternal maupun
internal) disertai dengan respon yang berkurang dibesar-
besarkan, distorsi atau kerusakan rangsang tertentu
(Towsend, 1998).
 Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca
indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn, 1998).
 Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun
pada panca indera seorang pasien yang terjadi dalam
keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119)
Lanjutan.......
Halusinasi sering dijumpai pada penderita
Schizophrenia dan pencandu narkoba. Halusinasi
juga dapat terjadi pada orang normal, yaitu
halusinasi yang terjadi pada saat pergantian antara
waktu tidur dan waktu bangun. Hal ini disebut
halusinasi hypnagogik dan Halusinasi sering
dijumpai pada penggunaan obat-obatan dan
narkoba. Penggunaan kokain, LSD, dan pelbagai
jenis simultan amphetamine dapat memicu
munculnya halusinasi. Misalnya saja pada
penggunaan marijuana (ganja) dapat memunculkan
halusinasi secara visual. Pemakaian narkotika
seperti kokain dapat menimbulkan halusinasi
auditorik, sama halnya dalam kasus halusinasi yang
dialami oleh penderita schizophrenia dan gangguan
psikotik lainnya.
FAKTOR HALUSINASI
Faktor Predisposisi menurut Stuart & Larsia (1998) adalah:
1. Aspek biologis
2. Psikologis
3. Genetik
4. Sosial
5. Biokimia
Faktor Presipitasi menurut Stuart & Sundeen (1998) adalah:
1. stresor sosial dimana stress dan kecemasan akan meningkat
bila terjadinya penurunan stabilitas, keluarga, perpisahan dari
orang yang sangat penting atau diasingkan oleh
kelomppok/masyarakat;
2. faktor biokimia dapat meyebabkan partisipasi klien berinteraksi
dengan kelompok kurang, suasana yang terisolasi (sepi)
sehingga dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang
mengeluarkan halusinogenik;
3. faktor psikologis yang juga akan meningkatkan intensitas
kecemasan yang berkepanjangan disertai terbatasnya
kemampuan dalam memecahkan masalah mungkin akan mulai
berkembangnya perubahan sensori persepsi klien, biasanya hal
ini untuk pengembangan koping menghindari kenyataan yang
tidak menyenangkan diganti dengan hayalan yang
menyenangkan.
MACAM-MACAM BENTUK
HALUSINASI
1. Halusinasi auditorik (pendengaran)
2. Halusinasi visual (penglihatan
3. Halusinasi olfaktorik (pembauan)
4. Halusinasi gustatorik (pengecap)
5. Halusinasi taktil (perabaan)
6. Halusinasi haptik
7. Halusinasi kinestetik
8. Halusinasi autoskopi
9. Halusinasi mikrokospik
KEMUNCULAN HALUSINASI
1. Demam tinggi
2. Keracunan atau penggunaan marijuana
(ganja), LSD, kokain (crack), heroin, dan
alkohol
3. Demensia atau delirium
4. Kerusakan panca indera seperti kebutaan
dan tuli
5. Beberapa kondisi medis seperti
kegagalan hati, kanker otak
6. Kondisi psikiatrik seperti schizophrenia,
depresi dengan psikotik, dan PTSD (
post-traumatic stress disorder) [PD]
MENURUT TOWSEND & MARY (1995) TANDA DAN
GEJALA HALUSINASI

1. Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.


2. Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup,
mengecap dan merasa sesuatu yang tidak nyata.
3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal
tidak nyata, serta tidak mampu melakukan asuhan
keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi,
berganti pakaian dan berhias yang rapi.
5. Sikap curiga, bermusuhan , menarik diri, sulit
membuat keputusan, ketakutan, mudah
tersinggung, jengkel , mudah marah, ekspresi
wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk
akal, banyak keringat.
PROSES TERJADINYA HALUSINASI MENURUT STUART &
LARSIA (1998) DI BAGI MENJADI 4 FASE

1. Fase Pertama
Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah
dan kesepian, klien mungkin melamun, memfokuskan
pikirannnya kedalam hal-hal menyenangkan untuk
menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini
bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat
mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya namun
intesitas persepsi meningkat.
2.      Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan
pengalaman internal dan eksternal, individu berada pada
tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran internal
menjadi menonjol, gambarn suara dan sensori dan
halusinasinya dapat berupa bisikan yang jelas. Klien
membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari
orang lain atau tempat lain.
Lanjutan………..
3.      Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol.
Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan
halusinasinya. Kadang halusinasinya tersebut memberi
kesenangan dan rasa aman sementara.
4.      Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri
dari kontrol halusinasinya. Halusinasi sebelumnya
menyenangkan berubah menjadi mengancam,
memerintah, memarahi. Klien tidak dapat berhubungan
dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan
yang berlangsung secara singkat atau bahkan
selamanya.
AKIBAT HALUSINASI
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori:
halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
Tanda dan Gejala :
 Memperlihatkan permusuhan
 Mendekati orang lain dengan ancaman
 Memberikan kata-kata ancaman dengan
rencana melukai
 Menyentuh orang lain dengan cara yang
menakutkan
 Mempunyai rencana untuk melukai
MASALAH KEPERAWATAN DAN
DATA YANG PERLU DI KAJI
 Masalah keperawatan
 Risiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
 Perubahan sensori perseptual : halusinasi
 Isolasi sosial : menarik diri
 Data yang perlu dikaji
 Risiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
 Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang
lain, ingin membunuh, ingin membakar atau
mengacak-acak lingkungannya.
 Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-
barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-
orang disekitarnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan
perubahan sensori perseptual :
halusinasi.
 Perubahan sensori perseptual :
halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.
RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perubahan sensori perseptual :
halusinasi.
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengenal halusinasinya.
3. Klien dapat dukungan dari keluarga
4. Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Diagnosa 2: Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan


dengan menarik diri
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

You might also like