You are on page 1of 13

Disusun Oleh:

ANAK AGUNG D.A (01)


ANGGA DINDA PRADANA (04)
ERMA NUR FADILAH (22)
ERNA AGUSTINA (24)
NELY INDAH RAHMAWATI (47)
RETNO AYU. K (55)
SIGMA WARISTAMA (60)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
tepat waktu dengan judul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM
KEPERAWATAN JIWA” guna pemenuhan tugas mata kuliah SistemNeurobehavior.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu
terselesainya penulisan makalah ini. Terima kasih penulis ucapkan :
• Byba Melda Suhita, S.Kep.Ns.M. Kes
• Agusta Deliana,S.Kep.Ns
• Teman-teman IKP Reguler IIIB yang tanpa henti memberi semangat
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Penulis
memohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan penulisan baik disengaja maupun tidak.
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
makalah ini.

Kediri, 15 Desember 2010

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG MASALAH

Komunikasi adalah hal terpenting dalam berhubungan dengan


orang lain. Tanpa ada komunikasi, sulit bagi manusia untuk
berinteraksi. Begitupun dalam keperawatan jiwa. Komunikasi tetap
menjadi salah satu hal yang paling penting dalam upaya pengobatan
dan penyembuhan pasien.

Komunikasi dalam keperawatan sangatlah penting, sebab tanpa


komunikasi pelayanan keperawatan akan sulit diaplikasikan. Dalam
proses keperawatan jiwa, komunikasi bertujuan untuk mengubah
perilaku klien guna mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Oleh
karena bertujuan untuk terapi, maka komunikasi ini disebut komunikasi
terapeutik.

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan


perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi
gangguan psikologi dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang
lain. Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi didasari
dari sikap peduli dan kasih sayang, serta ingin membantu orang lain
untuk tumbuh dan berkembang.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi komunikasi terapeutik?

2. Apakah manfaat komunikasi terapeutik?

3. Apakah tujuan komunikasi terapeutik?

4. Apakah syarat komuniksi terapeutik?


5. Apakah prinsip komunikasi terapeutik?

6. Apakah tingkatan komunikasi?

7. Apakah fase-fase yang ada dalam komunikasi terapeutik?

8. Jelaskan sikap yang ada dalam komunikasi terapeutik?

BAB II
ISI
1.1. Definisi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan


titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan
pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi ini adalah adanya saling
membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati,
2003 : 48).

Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa


dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan
merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena
terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia
dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan
perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress,
mengatasi gangguan psikologi dan belajar bagaimana berhubungan
dengan orang lain. Perawat harus memiliki tanggung jawab moral
yang tinggi didasari dari sikap peduli dan kasih sayang, serta ingin
membantuorang lain untuk tumbuh dan berkembang.

1.2. Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan


menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap
perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang
dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).

1. Penerimaan diri dan peningkatan terhadap penghormatan diri.

2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak


superfisial dan saling bergantungndengan orang lain.

3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan


kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.

4. Rasa integritas personal yang jelas dan meningkatkan integritas


diri.

1.3. Tujuan Komunikasi Terapeutik

• Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban


perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif
untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan
fisik dan diri sendiri.

• Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat


dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat
tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut
bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang
mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.

1.4. Syarat Komunikasi Terapeutik

• Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri


pemberi maupun penerima pesan.

• Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan


terlebih dahulu sebelum memberikan sarana, informasi maupun
masukan

1.5. Prinsip Komunikasi Terapeutik

• Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,


memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.

• Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling


percaya dan saling menghargai.

• Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik


maupun mental.

• Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien


bebas berkembang tanpa rasa takut.

• Perawat harus mampu menciptakan suasana yang memungkinkan


pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya.

• Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap


untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah,
keberhasilan maupun frustrasi.

• Mampu menentukan batas waktu yang sesuai, dan dapat


mempertahankan konsistensinya.
• Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan
sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.

1.6. Tingkatan Komuniksi Terapeutik

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan


perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan
orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993)
dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik.

KOMUNIKASI yang terjadi antara orang tersebut dengan dirinya sendiri.


Komunikasi intrapersonal memiliki unsur sebagai berikut:
• Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan,
yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya.
Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer
yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal.
Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan
dengan kegiatan alat indera.”
Definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi
dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat indera
atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam
indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber
informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari
dalam diri (internal). Informasi dari luar diindera oleh
eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam
diindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah).
Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleg propriseptor (misalnya,
organ vestibular).

• Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan
makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi adalah
bagian dari persepsi. Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan
oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor lainnya yang
memengaruhi persepsi, yakni perhatian.
• Perhatian(Attention)
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian
stimuli menjadi menonjol dalam kesdaran pada saat stimuli
lainnya melemah (Kenneth E. Andersen)

• Memori
Dalam komunikasi Intrapersonal, memori memegang peranan
penting dalam memengaruhi baik persepsi maupun berpikir.
Memori adalah system yang sangat berstruktur, yang
menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia
dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing
perilakunya (Schlessinger dan Groves). Memory melewati tiga
proses yaitu:

1. Perekaman

2. Pencatatan

3. Pemanggilan

KOMUNIKASI INTERPERSONAL, yang terjadi antara seseorag dengan orang lain.


Disini yang terjadi adalah komunikasi yang terjalin antara perawat degan klien.
Unsure-unsur komunikasi interpersonal adalah :
• Hubungan saling percaya

• Sikap saling terbuka

• Sikap saling menghargai

• Sikap saling menghormati

• Dapat memberikan dukungan

KOMUNIKASI PUBLIK adalah milik umum,setiap orang mengetahui pesan-


pesan komunikasi karena komunikasi berjalan cepat maka pesan yang akan disampaikan
kepada khalayak akan silih berganti tanpa mengenaln waktu. (de vito). Dalam hal ini,
komunikasi publik berjalan antara perawat, pasien dengan para tenaga medis yang
lain,yang berhubungan dengan proses penyembuhan pasien.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen
(1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal
yang dimanifestasikan secara terapeutik.
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap
muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat
atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan
respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk
menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan
komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon
secara langsung.
Komunikasi Verbal Yang Efektif Harus :
•Jelas dan ringkas

•Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)

• Arti denotatif dan konotatif

• Selaan dan kesempatan berbicara

•Waktu dan Relevansi

• Humor

Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering


digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo,
laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain. Prinsip-rinsipkomunikasi tertulis adalah:
1) Lengkap
2) Ringkas
3) Pertimbangan
4) Konkrit
5) Jelas
6) Sopan
7) Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
• Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.

• Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.

• Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk
mengetahui perkembangan masa lampau.

• Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.

• Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat
pengangkatan.

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.


Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan
saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal
menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi non-verbal adalah pemindahan
pesan tanpa menggunakan kata-kata. Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi
pesan non verbal sebagai berikut:
1) Kinesik
2) Proksemik
3) Haptik
4) Paralinguistik
5) Artifak
6) Logo dan Warna
7) Tampilan Fisik Tubuh
1.7. Fase-Fase Komunikasi Terapeutik

• Orientasi (Orientation)

Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi
bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh
lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of
problems and goals, clarification of roles dan contract formation.

• Fase kerja (Working)

Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang
telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi
tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari
dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan
perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
• Fase penyelesaian (Terminasi)

Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan
telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling
menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian
pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).
1.8. Sikap yang Ada Dalam Komunikasi Terapeutik

Sikap dalam komunikasi Ditampilkan melalui perilaku-


perilaku berikut: Gerakan Tubuh sikap tubuh, ekspresi wajah, dan
lain-lain. cth: senyum, kontak mata, sedikit membungkuk saat
bicara dsb. 2. Jarak saat berinteraksi pd umumnya terjadi diruang
pribadi antara pasien dgn perawat tdk dibatasi meja.

Sentuhan digunakan dlm komunikasi terapeutik, dilakukan


secara tenang sambil menganalisis kondisi pasien dan respon yg
mungkin akan diberikan oleh pasien. Cth: bersalaman, menepuk
pundak, memegang tangan pasien saat bersedih. Diam utk
memfasilitasi pasien dalm mengekspresikan pikiran &
perasaannya. Cth: pd pasien menarik diri perawt mengajukan
pertanyaan maka prawat diam utk memberi kesempatan pd
pasien berpikir ttg jwbn pertanyaan
Volume dan Nada suara mempengaruhi penyampaian
pesan. Cth: pada pasien Perilaku kekerasan volume dan nada
suara rendah tatapi tetap tegas.

Managemen krisis adalah sebuah situasi kegawat daruratan pada klien


penderita gangguan jiwa, rata - rata pasien yang masuk dalam kategori
managemen krisis adalah pasien yang mengalami kondisi labil, terjadi pada pasien
baru, pasien yang mengalami kekambuhan, pasien dengan regimen terapeutik
tidak efektif, pasien amuk, pasien gaduh gelisah, pasien putus obat dan beberapa
penyebab lain.
Tanda dan Gejala
1. Pasien Mondar - mandir

2. Tatapan mata tajam

3. Pasien susah tidur

4. Pasien menggangu pasien lain

5. Pasien berteriak - teriak

6. Pasien memukul benda atau tempat tidur

7. Pasien menimbulkan suasana gaduh

8. Pasien menolak instruksi

Sebenarnya ada begitu banyak gejala dari pasien krisis ini tetapi, beberapa
hal diatas hanya sebagai representasi dari sebuah situasi krisis pada klien
gangguan jiwa.

Peran Perawat dalam situasi krisis


1. Kolaborasi medis pemberian psikofarmaka

2. Melakukan pemberian psikofarmaka sesuai order

3. Melakukan restrain

4. Managemen krisis
5. Pertimbangan melakukan ECT

6. Managemen lingkungan

7. Beri instruksi pada pasien lain terkait kondisi pasien kritis

8. Monitoring kondisi klien

Beberapa pertimbangan dalam melakukan Managemen krisis


1. Keselamatan pasien lain

2. Keselamatan pasien sendiri

3. Keselamatan pasien yang bersangkutan

4. Keselamatan Lingkungan

Managemen krisis dapat terjadi setiap saat dan setiap waktu, sehingga
monitoring pada beberapa pasien - pasien tertentu layak menjadi sebuah
pertimbangan, sebelum akhirnya timbul korban dari situasi labil pada klien
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

www.kuliahkomunikasi.com
www.wikipedia.com
http://suckangel.blogspot.com/2009/12/komunikasi-terapeutik-pada-gangguan_30.html
http://dwiherawanners.blogspot.com/2009/01/komunikasi-terapeutik-pasien-jiwa.html
http://www.authorstream.com/Presentation/husma-383531-KOMUNIKASI-DALAM-
PELAYANAN-KEPERAWATAN-JIWA-dala-Education
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/01/kompas-membangun2.pdf

You might also like