You are on page 1of 8

DISUSUN OLEH:

Kelompok iv:
1. irianti bandu
2. putri Mentari
3. fitriani s.
4. irmayanti
5. nurhawang
6. munawara m.
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim..

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah swt, atas limpahan rahmat dan
ridha serta karunia-Nya lah sehinga kami dapat menyelesaikan makalah pada Bidang
Studi Ilmu Sosial Budaya Dasar ini yang berjudul “HUBUNGAN ASPEK SOSIAL
TERHADAP PEMBANGUNAN KESEHATAN”

Terselesaikannya Makalah ini, tak luput juga dari bantuan berbagai pihak yang
ikut membantu, baik secara langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Orang Tua kami, yang telah ikhlas memberikan dukungan baik secara spiritual
maupun material.
2. Ibu Masdiana, selaku pembimbing kami dalam Bidang Studi Ilmu Sosial Budaya
Dasar yang telah memberikan arahan guna penyelesaian makalah ini.

Makalah ini tak jauh dari kesalahan, baik dari segi teori, penulisan dan hal – hal
lainnya. Oleh karena itu, kami selaku penyusun dari makalah ini mengharapkan
masukan dari berbagai pihak, guna pembelajaran selanjutnya.

Makassar, 12 Oktober 2009

Kelompok IV
HUBUNGAN ASPEK SOSIAL

TERHADAP PEMBANGUNAN KESEHATAN

Sebelum diungkapkan berbagai aspek sosial yang berhubungan dengan


pembangunan kesehatan, terlebih dahulu perlu diketahui tentang apa yang
dimaksudkan dengan aspek sosial. Aspek sosial adalah faktor kemasyarakatan dan
aspek budaya adalah factor - faktor yang telah mempola dan mempengaruhi tingkah
laku seperti sopan santun, kepercayaan, dsb. Faktor sosial budaya kerap kali berbeda
dari satu daerah dengan daerah lain, meskipun dalam garis besarnya terdapat pola –
pola keseragaman. Sehingga pembangunan dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor
spesifik kedaerahan.

Maka aspek – aspek sosial yang berhubungan dengan pembangunan kesehatan


tidak berbeda dengan aspek – aspek dalam pembangunan pada umumnya dengan
menggunakan suatu sistem penilaian terhadap aspek – aspek sosial yang dianggap
berkontribusi dengan ukuran yang oleh C.West Chuchman cs (1957 :115) di mana
efektifitas diperoleh dengan memperkalikan efisiensi dengna sebuah bobot yang disebut
relative value. Metode ini hamper sama dengan pengukuran makna utility (faedah)
menurut John C.G.Boot dan Edwin B.Cox (John C.G.Boot 1974 :338) bahwa metode ini
sangat dipengaruhi aliran filsafat pragtisme di mana nilai kebaikan diukur dari nilai
faedah pada waktu dekat. Metode tersebut lalu digunakan untuk menilai beberapa
aspek sosial yang berhubungan dengan pembangunan antara lain :

a. kekuasaan, merupakan dasar dari kebiasaan – kebiasaan suatu masyarakat yang


selolah – olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran mutlak berdasarkan
pengaruh dari otoritas suatu kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,
otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli pengetahuan.
b. kedudukan (status), kedudukan seseorang dalam suatu kelas sosial tertentu
menentukan kemungkinan kesejahteraan yang diperoleh, kemungkinan
pendidikan yang tinggi yang dapat dinikmati oleh anak – anaknya, kemungkinan
jaminan kesehatan, kemungkinan fasilitas yang diperolehnya dan sebagainyam
sementara di satu pihak kelas sosial yang tergolong massa, terendam dalam
harapan – harapan yang tak terjangaku sehingga kualitas kehidupan kedua jenis
kelas tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan yang tentu saja secara
otomatis berhubungan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Kekayaan,
suatu aspek sosial yang biasanya menjadi hal penting karena investasi yang
memadai dalam suatu tempat member arti tersendiri dalam pembangunan.
c. keberanian, jika dalam suatu pembangunan disertai keberanian menjadi aspek
yang berhubungan dengan pembangunan.
Di samping keempat faktor di atas juga berhubungan dengan aspek : 1)
anjuran, 2) pendidikan, 3)kepentingan, 4) keikutsertaan, seperti
ditunjukkan pada bagan berikut:

1) anjuran 2) pendidikan

3)kepentingan 4) keikutsertaan

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa ;


- Faktor 3 (kepentinngan) mempunyai pengaruh langsung terhadap
faktor 4 (keikutsertaan), tetapi melalui faktor 1 (anjuran) mempunyai
pengaruh tidak langsung terhadap faktor 4 (keikutsertaan),
- Demikian pula faktor 2 (pendidikan) mempunyai pengaruh langsung
terhadap faktor 4 (keikutsertaan), tetapi secara tidak langsung juga
mempunyai pengaruh terhadap faktor 4 (keikutsertaan),melalui faktor
1 (anjuran), sehingga faktor 1 (anjuran) seolah – olah merupakan
jembatan penghubung. Dengan demikian, dapat disimpulkan berhasil
tidaknya pembangunan hendaknya dilihat dari aspek adanya
kepentingan yang sama dan pendidikan yang memadai dari
masyarakat yang mendapat anjuran.

1. Pengertian Pembangunan Kesehatan


Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.
Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu yang telah
memperhitungkan denganseksama berbagai dampak positif maupun negative setiap
kegiatan terhadap kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan produktif, serta
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan komitmen yang
tinggi terhadap kemanusiaan dan etikam dan dilaksanakan dengan semangat
pemberdayaan yang tinggi.

Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus


diselenggarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan perhatian
khusus kepada penduduk miskin, anak – anak, dan para lanjut usia yang terlantar baik
di perkotaan maupun di pedesaan. Prioritas diberikan pula kepada daerah terpencil,
permukiman baru, wilayah perbatasan dan daerah kantong – kantong keluarga miskin.

Pembangunan kesehatan diartikan sebagai usaha berwawasan kesehatan untuk


memajukan kehidupan masyarakat dan warganya guna meningkatkan mutu sumber
daya manusia yang sehat, cerdas dan produktif, serta mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan komitmen yang tinggi terhadap
kemanusiaan dan etika, dan dilaksanakan dengan semangat pemberdayaan dan
kemitraan yang tinggi.

Suatu modal yang melihat bahwa pembangunan merupakan proses humanisasi


(people centered development) dengan pemberdayaan masyarakat sebagai
kuncinya,”kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan masyarakat dan
penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir dan bathin, yang memungkinkan bagi setiap warga
Negara untuk mengadakan usaha sebaik – baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak – hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.

2.Tujuan Pembangunan Masyarakat Desa Dalam Bidang Kesehatan


Pembangunan masyarakat desa (Community Development) merupakan usaha
pembangunan yang diarahkan kepada kualitas manusia. Pembangunan masyarakat
desa sebagai Community Development yang mengandung maksud pembangunan
dengan pendekatan kemasyarakatan (Community approach) dan pengorganisasian
masyarakat (community organization).

Tujuan pembangunan masyarakat desa dalam bidang kesehatan adalah identik


dengan tujuan pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan diselenggarakan
dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegaan
penyakit di samping penyembuhan dan pemulihan kesehatan, yang secara lebih rinci
dikemukakan sebagai berikut :

1. Tujuan ekonomis, yaitu meningkatkan produktivitas di daerah pedesaan, dalam


rangka mengurangi kemiskinan di daerah pedesaan.
2. Tujuan sosial, adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan penduduk di
daerah pedesaan dengan memperluas jangkauan pelayanan kesehatan bagi
penduduk desa.
3. Tujuan cultural, adalah meningkatkan kualitas hidup pada umumnya dari
masyarakat pedesaan.
4. Tujuan politis, dalam artian menumbuhkan danmengembangkan partisipasi
masyarakat desa secara maksimal dalam menunjang usaha – usaha
pembangunan serta dalam memanfaatkan dan mengembangkan selankutnya
hasil – hasil pembangunan.
HASIL TANYA JAWAB
1. Apa manfaatnya mempelajari upaya aspek sosial terhadap perbaikan/
pembangunan
Kesehatan ?
2. Apa yang dimaksud dengan “pembangunan merupakan proses humanisasi” ?
3. Mengapa metode John C.G. Boot dan Edwin B. Cox mengenai kekuasaan,
kedudukan (status), dan keberanian digunakan untuk menilai beberapa aspek
sosial yang berhubungan dengan pembangunan ?
4. Mengapa aspek budaya dapat mempengaruhi tingkah laku seperti sopan santun
dan kepercayaan ?
5. Mengapa pembangunan dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor spesifik
kedaerahan ?
6. apa maksud skema di bawah ini berdasarkan aspek sosial terhadap
pembangunan ?

1) anjuran 2) pendidikan

3)kepentingan 4) keikutsertaan

JAWAB:

1. Karena dengan mempelajari aspek sosial terhadap pembangunan kesehatan ini


kita nantinya yang insya Allah akan menjadi petugas kesehatan, sudah bias
mengetahui terlebih dahulu bagaimana keadaan masyarakat di tempat tersebut
dan mengatahui apa – apa saja yang dibutuhkan masyarakat tersebut dalam hal
pembangunan.
Sebagai contoh:
Ketika kita sebagai petugas kesehatan dalam suatu daerah, misalnya sebagai
bidan di desa A. Kita harus terlebih dahulu mengetahui bagaimana keadaan
masyarakat di sana, baik dari segi adat istiadat, budayanya sampai fasilitas –
fasilitas/ sarana – sarana apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut
dalam pembangunan berwawasan kesehatan sehingga masyarakat tersebut
merasa memiliki hak/ peranan dalam menggunakannya, dengan tetap menjaga
kebersihan dan turut berpartisipasi dalam merawat pembangunan tersebut.

2. Proses humanisasi atau juga dikenal sebagai istilah “people centered


development” (pembangunan yang dipusatkan kepada masyarakat) ini
maksudnya adalah sebagai pemberdayaan masyarakat, di mana pemerintah
berperan aktif dalam memberikan sarana – sarana yang sudah selayaknya
dimiliki setiap pembangunan. Misalnyanya: tidak harus selalu dengan membuat
“pembangunan kesehatan”, tetapi dengan “pembangunan berwawasan
kesehatan”. Dalam artian setiap pembangunan yang dibuat bukan hanya
berkepentingan pada bisnis, tetapi juga berwawasan kesehatan yang juga
melibatkan masyarakat umum. Contohnya: pembuatan toilet/ WC di setiap
pembangunan atau ruangan darurat khusus sebagai pertolongan pertama .

3. Karena aspek – aspek sosial tersebut sangat erat kaitannya dengan


pembangunan itu sendiri;
a. Kekuasaan : kekuasaan yang dimaksud di sini bukan berarti semena – mena,
tetapi lebih sosialis demi kebutuhan masyarakat dalam pembangunan
tersebut, karena atas dasar kebiasaan – kebiasaan suatu masyarakat yang
seolah – olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran mutlak, baik
tradisi, otoritas agama, ataupun ilmu pengetahuan. Contoh:menyediakan
ruangan shalat berupa musholah bagi pemeluk agama islam, menyediakan
perpustakaan sebagai sumber ilmu pengetahuan, dsb.
b. Kedudukan : kududukan (status) ini cukup berperan dalam kemungkinan
kesejahteraan yang dipeoleh dalam dunia pembangunan.
Sebagai perbandingan:
Misalnyal, dalam bidang pendidikan, seseorang anak yang mana orang
tuanya memiliki pekerjaan tetap, mempunyai kesempatan lebih besar untuk
menyekolahkan anaknya tersebut di sekolah yang memiliki fasilitas yang lebih
lengkap, dibandingkan dengan anak – anak yang kurang mampu (ekonomi
lemah) yang mungkin masih bias disekolahkan dengan bantuan dari
pemerintah tetap tidak bias memilih sekolah yang lebih unggul ataupun
berprestasi.
c. Keberanian : keberanian di sini bukan berarti nekat, tetapi memiliki
keputusan yang tepat dan bijaksana dalam menjalankan sebuah
pembangunan dengan memperhatikan secara seksama berbagai dampak
positif ataupun negative terhadap pembangunan tersebut dengan lingkungan
sekitarnya. Misalnyal : proyek pembangunan RS yang harus cukup berjauhan
dengan sebuah limbah pabrik, atau contoh yang lebih kecil; pembuatan WC
yang cukup berjauhan dengan kantin.

4. Karena aspek budaya ini tak lepas dari kebiasaan dari suatu masyarakat itu
sendiri baik berupa tingkah laku, sopan santun dan kepercayaan.
Misalnyal:
Dalam toleransi antar umat beragama , ketika kita sedang merayakan sebuah
acara/ pesta, sedangkan tetangga sebelah sedang beribadah, meskipun berbeda
agama kita harus menghormatinya dengan tidak membuat kegaduhan.
5. Karena faktor – faktor spesifik kedaerahan ini memiliki kebudayaan yang berbeda
antara satu daerah dengan daerah yang lain. Misalnyal, dalam hal pembangunan
rumah sakit: masyarakat A menginginkan atap rumah sakit yang akan dibangun
memiliki ciri khusus sesuai atap rumah adat mereka. Berbeda pula dengan
masyarakat B yang ingin memiliki rumah sakit beratap ciri khas rumah adat
mereka sendiri. Ini bertujuan agar masing – masing daerah dalam masyarakat
tersebut, bias tercapai keinginannya sesuai kebutuhan dalam pembangunan
tersebut. Di mana peranan pemerintah dengan memberikan sarana serta tenaga
– tenag kerja setempat sehingga mereka merasa ikut memiliki bangunan
tersebut, menjaga kebersihannya dan merawatnya dengan baik.

6. 1) anjuran 2) pendidikan

3)kepentingan 4) keikutsertaan

Pada skema di atas terlihat bahwa :

- Faktor 3 (kepentinngan) mempunyai pengaruh langsung1 terhadap


faktor 4 (keikutsertaan)
- tetapi melalui faktor 1 (anjuran) mempunyai pengaruh tidak
langsung2 terhadap faktor 4 (keikutsertaan),
- Demikian pula faktor 2 (pendidikan) mempunyai pengaruh langsung
terhadap faktor 4 (keikutsertaan),
- tetapi secara tidak langsung juga mempunyai pengaruh terhadap
faktor 4 (keikutsertaan), melalui faktor 1 (anjuran),

sehingga faktor 1 (anjuran) seolah – olah merupakan jembatan


penghubung. Dengan demikian, dapat disimpulkan berhasil tidaknya
pembangunan hendaknya dilihat dari aspek adanya kepentingan yang
sama dan pendidikan yang memadai dari masyarakat yang mendapat
anjuran.
Ket pada skema;
1
langsung : hanya melewati satu tanda panah
2
tidak langsung : melewati dua tanda panah.

You might also like