You are on page 1of 12

Materi BioKimia Karbohidrat ini sangat berhubungan dengan Percobaan lainnya yakni Uji

Karbohidrat , namun materi kali ini akan lebih kompleks karena , merupakan perpaduan antara
Biologi dan Kimia , yang merupakan dua bidang studi yang saling berkaitan erat antara satu sama lain.

Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia karbohidrat, mengtahui jenis-jenis
karbohidrat, reaksi-reaksi identifikasi dan sifat-sifat karbohidrat dan membuktikan kandungan
karbohidrat pada suatu zat berdasarkan reaksi-reaksi tertentu.

Tinjauan Pustaka

Karbohidrat berfungsi sebagai penyedia energi yang utama. Protein dan lemak berperan juga sebagai
sumber energi bagi tubuh kita, tetapi karena sebagian besar makanan terdiri atas karbohidrat, maka
karbohidrat-lah yang terutama merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Amilum atau pati, selulosa,
glikogen, gula atau sukrosa dan glukosa merupakan beberapa senyawa karbohidrat yang penting dalam
kehidupan manusia.

Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Jumlah atom hidrogen dan
oksigen merupakan perbandingan 2:1 seperti pada molekul air. Dahulu orang berkesimpulan adanya air
dalam karbohidrat. Karena hal ini maka dipakai kata karbohidrat, yang berasal dari kata “karbon” dan
“hidrat” atau air.

Walaupun pada kenyataannya senyawa karbohidrat tidak mengandung molekul air, kata karbohidrat
tetap digunakan. Senyawa karbohidrat tidak hanya ditinjau dari rumus empirisnya saja, tetapi yang
penting ialah rumus strukturnya (McGilvery&Goldstein, 1996).

Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus fungsi yaitu gugus –OH, gugus aldehida atau
gugus keton. Struktur karbohidrat selain mempunyai hubungan dengan sifat kimia yang ditentukan
dengan sifat fisika, dalam hal ini juga aktivitas optik (McGilvery&Goldstein, 1996).

Jika kristal glukosa murni dilarutkan dalam air, maka larutannya akan memutar cahaya terpolarisasi ke
arah kanan. Namun bila larutan itu dibiarkan beberapa waktu dan diamati putarannya, terlihat bahwa
sudut putaran berubah menjadi semakin kecil, hingga lama-kelamaan menjadi tetap. Peristiwa ini
disebut mutarotasi, yang berarti perubahan rotasi atau perputaran (McGilvery & Goldstein, 1996).

Sir Walter Norman Haworth (1883-1950) seorang ahli kimia Inggris yang pada tahun 1937
memperoleh hadiah nobel untuk ilmu kimia, berpendapat bahwa pada molekul glukosa kelima atom
karbon yang pertama dengan atom oksigen dapat membentuk cincin segi enam. Oleh karena itu, ia
mengusulkan penulisan rumus struktur karbohidrat sebagai bentuk cincin furan atau piran (McGilvery
& Goldstein, 1996).

Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda-beda
ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga senyawa
yang memiliki berat molekul 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa tersebut dibagi dalam tiga
golongan, yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida (McGilvery&Goldstein, 1996).

Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa
atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjado
karbohidrat lain. Monosakarida yang oaling sederhana adalah gliseraldehida dan dihidroksiaseton
(McGilvery&Goldstein, 1996).

Gliseraldehida disebut aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus aldehida.
Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus
keton. Monosakarida yang terdiri atas empat atom karbon disebut tetrosa dengan rumus C4H8O4.

Eritrosa adalah contoh aldotetrosa dan eritrulosa adalah suatu ketotetrosa. Pentosa adalah
monosakarida yang mempunyai lima atom karbon. Contoh pentosa adalah ribosa dan ribulosa. Dari
rumusnya kita dapat mengetahui bahwa suatu ketopentosa. Pentosa dan heksosa (C6H12O6)
merupakan monosakarida yang penting dalam kehidupan (McGilvery&Goldstein, 1996).

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar
cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah.
Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-
100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber
karbohidrat, namun kira-kira 2 jam sesudah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan
semula. Pada orang yang menderita diabetes mellitus, jumlah glukosa darah lebih dari 130 mg per 100
ml darah (McGilvery&Goldstein, 1996).

D-glukosa memiliki sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes, Barfoed, gula pereduksi, memberi
osazon dengan fenilhidrazina, difermentasikan oleh ragi dan dengan HNO3 membentuk asan sakarat
yang larut (Harper et al, 1979).

Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan
karenanya disebut juga levulosa. Pada umumnya monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis
(McGilvery&Goldstein, 1996).

Madu lebah selain mengandung glukosa juga mengandung fruktosa . Fruktosa mempunyai rasa lebih
manis daripada glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan
dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3 dihidroksi benzene) dalam asam
HCl.

Dengan pereaksi ini, mula-mula fruktosa diubah menjadi hidroksimetilfurfural yang selanjutnya
bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa yang berwarna merah. pereaksi Seliwanoff ini khas
untuk menunjukkan adanya ketosa. Fruktosa berikatan dengan glukosa membentuk sukrosa, yaitu gula
yang biasa digunakan sehari-hari sebagai pemanis, dan berasal dari tebu atau bit
(McGilvery&Goldstein, 1996).

D-fruktosa mempunyai sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes, Barfoed (gula pereduksi),
membentuk osazon dengan fenilhidrazina yang identik dengan osazon glukosa, difermentasi oleh ragi
dan berwarna merah ceri dengan reagen Seliwanoff resorsinol-HCl (Harper et al, 1979).

Galaktosa adalah Monosakarida , dan Monosakarida ini jarang terdapat bebas dalam alam. Umumnya
berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa
mempunyai rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat
memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan (McGilvery&Goldstein, 1996).
D-galaktosa mempunyai sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes dan Barfoed, membentuk osazon
yang berbeda dengan dua monosakarida sebelumnya (glukosa dan fruktosa), dengan reagen
floroglusinol memberi warna merah, dan dengan HNO3 membentuk asam musat (Harper et al, 1979).

Pada proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas, galaktosa menghasilkan asam
musat yang kurang larut dalam air bila dibandingkan dengan asam sakarat yang dihasilkan oleh
oksidasi glukosa. Pembentukan asam musat ini dapat dijadikan cara identifikasi galaktosa, karena
kristal asam musat mudah dimurnikan dan diketahui bentuk kristal maupun titik leburnya.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

Pentosa adalah bagian dari Monosakarida . Beberapa pentosa yang penting diantaranya adalah
arabinosa, xilosa, ribosa dan 2-deoksiribosa. Keempat pentosa ini adalah aldopentosa dan tidak terdapat
dalam keadaan bebas di alam. Arabinosa diperoleh dari gum arab dengan jalan hidrolisis, sedangkan
xilosa diperoleh dari proses hidrolisis terhadap jerami atau kayu. Xilosa terdapat pada urine seseorang
yang disebabkan oleh suatu kelainan pada metabolisme karbohidrat. Kondisi seseorang sedemikian itu
disebut pentosuria. Ribosa dan deoksiribosa merupakan komponen dari asam nukleat dan dapat
diperoleh dengan cara hidrolisis. Dari rumusnya tampak bahwa deoksiribosa kekurangan satu atom
oksigen dibanding dengan ribosa. (McGilvery&Goldstein, 1996).

Contoh - contoh Gula Pentosa antara lain :

1. D-Ribosa yang bersumber dari asam Nukleat. Kegunaannya unsur pembentuk asam Nukleat dan
Koenzim. Reaksinya akan mereduksi Benedict , Feling, Barfoed, Haynes, dan membentuk Ozason
dengan Fenilhidrazin.

2. D- Ribulosa bersumber dari proses Metabolik , mempunyai kegunaan sebagai zat antara dalam
Heksosa Monofosfat .D- Ribulosa bereaksi dengan Gula Keto.

3. D - Arabinosa bersumber dari Getah Arab , Plum, dan Getah Ceri , namun tidak memiliki fungsi
Fisiologis. Dengan reaksi Orsinol - HCl memberi warna : Violet , Biru , dan Merah , denngan membei
Floroglusional- HCl.

4. D- Xilosa bersumber dari Getah Kayu yang mempunyai kegunaan pada Manusia . Dan jika bereaksi
akan berwarna merah.

5. D- Likosa bersumber dari Otot Jantung , dan mempunyai kegunaan sebagai suatu unsur dari
lisoflavin dari otot jantung manusia.

Oligosakarida

Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul
monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain, membentuk satu
molekul disakarida. Oligosakarida yang lain adalah trisakarida yaitu yang terdiri atas tiga molekul
monosakarida dan tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida. Oligosakarida yang
paling banyak terdapat di alam adalah disakarida (McGilvery&Goldstein, 1996).

Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu meupun dari bit. Selain
dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pada tumbuhan lain, misalnya dalam buah nanas dan dalamwortel.
Dengan hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa
(McGilvery&Goldstein, 1996).

Pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom karbon
nomor 1 pada glukosa dengan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom
karbon tersebut adalah atom karbon yang mempunyai gugus –OH glikosidik atau atom karbon yang
merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa. . Oleh karena itu molekul
sukrosa tidak mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu 2+ atau Ag+ dan juga tidak membentuk
osazon (McGilvery&Goldstein, 1996).

Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang diperoleh dari reaksi
hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang ekuimolekuler. Glukosa memutar cahaya
terpolarisasi ke kanan, sedangkan fruktosa ke kira. Oleh karena fruktosa memiliki rotasi spesifik lebih
besar dari glukosa, maka campuran glukosa dan fruktosa sebagai hasil hidrolisis itu memutar ke kiri.

Proses ini disebut inverse. hasil hidrolisis sukrosa yaitu campuran glukosa dan fruktosa disebut gula
invert. Madu lebah sebagian besar terdiri atas gula invert dan dengan demikian madu mempunyai rasa
lebih manis daripada gula. Apabila kita makan makanan yang mengandung gula, maka dalam usus
halus, sukrosa akan diubaha menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim sukrase atau invertase
(McGilvery&Goldstein, 1996).

Laktosa

Dengan menghidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-gluokosa, karena itu laktosa
adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1 pada
galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Oleh karenanya molekul laktosa mempunyai sifat
mereduksi gugus –OH glikosidik.

Dengan demikian laktosa memiliki sifat mereduksi dan mutarotasi. Biasanya laktosa mengkristal .
Dalam susu terdapat laktosa yang sering disebut gula susu. Pada wanita yang seadng dalam masa
laktasi atau masa menyusui, laktosa kadang-kadang terdapat dalam urine dengan konsentrasi yang
sangat rendah. Dibandingkan dengan glukosa, laktosa memiliki rasa yang kurang manis. Apabila
laktosa dihidrolisis kemudian dipanaskan dengan asam nitrat akan terbetuk asam musat
(McGilvery&Goldstein, 1996).

Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. ikatan yang terjadi ialah
antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon nomor 4, oleh karenanya maltosa masih mempunyai
gugus –OH glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat mereduksi. Maltosa merupakan
hasil antara dalam proses hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan enzim
(McGilvery&Goldstein, 1996).

Telah diketahui bahwa hidrolisis amilum akan memberikan hasil akhir glukosa. Dalam tubuh kita
amilum mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim amylase. maltosa ini kemudian diuraikan
oleh enzim maltase menjadi glukosa yang digunakan oleh tubuh (McGilvery&Goldstein, 1996).

Maltosa mudah larut dalam air dan mempunyai rasa yang lebih manis daripada laktosa, tetapi kurang
manis daripada sukrosa (McGilvery&Goldstein, 1996).

Urutan tingkat rasa manis pada beberapa mono dan disakarida :


Rafinosa adalah suatu trisakarida yang penting, terdiri atas tiga molekul monosakarida yang berikatan,
yaitu galaktosa-glukosa-fruktosa. Atom karbon 1 pada galaktosa berikatan dengan atom karbon 6 pada
glukosa, selanjutnya atom karbon 1 pada glukosa berikatan dengan atom karbon 2 pada fruktosa
(McGilvery&Goldstein, 1996).

Apabila dihidrolisis sempurna, rafinosa akan menghasilkan galaktosa, glukosa dan fruktosa. Pada
kondisi tertentu hidrolisis rafinosa akan memberikan hasil-hasil tertentu pula. Hidrolisis dengan asam
lemah atau pada konsentrasi H+ rendah, akan menghasilkan melibiosa dan fruktosa. Hasil yang sama
seperti ini juga dapat diperoleh melalui hidrolisis dengan bantuan enzin sukrase.

Di samping itu, hidrolisis dengan bantuan enzim maltase akan memberikan hasil galaktosa dan sukrosa.
Hasil hidrolisis sempurna juga dapat diperoleh apabila dalam reaksi ini digunakan dua jenis enzim,
yaitu sukrase dan melibiase. Melibiase akan menguraikan melibiosa menjadi galaktosa dan glukosa
(McGilvery&Goldstein, 1996).

Pada kenyataanya, rafinosa tidak memiliki sifat mereduksi. Hal ini disebabkan karena dalam molekul
rafinosa tidak terdapat gugus –OH glikosidik. Rafinosa terdapat dalam bit dan tepung biji kapas
mengandung kira-kira 8%. Trisakarida ini tidak digunakan manusia sebagai sumber karbohidrat
(McGilvery&Goldstein, 1996).

Stakiosa adalah suatu tetrasakarida. Dengan jalan hidrolisis sempurna, stakiosa menghasilkan 2
molekul galaktosa, 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa. Pada hidrolisis parsial dapat dihasilkan
fruktosa dan manotriosa suatu trisakarida. Stakiosa tidak memiliki sifat mereduksi.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

Polisakarida

Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan
oligosakarida, Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang
terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang menagdung
senyawa lain disebut heteropolisakarida.

Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak memiliki rasa
manis dan tidak memiliki sifat mereduksi. Berat molekut polisakarida bervariasi dari beberapa ribu
hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid.
beberapa polisakarida yang penting diantaranya adalah amilim, glikogen, dekstrin dan selulosa.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
Amilum

Polisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau dalam
bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu
amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang
terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga
terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi
ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga
molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang.

Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari 1.000 unit
glukosa. Butir-butir pati tidak larut dalam air dingin tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan, akan
terbentuk suatu larutan koloid yang kental. larutan koloid ini apabila diberi larutan iodium akan
berwarna biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang membentuk senyawa.
Amilopektin dengan iodium akan memberikan warna ungu atau merah lembayung.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa.
hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amylase. Dalam ludah dan dalam cairan yang
dikeluarkan oleh pankreas terdapat amylase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam
makanan kita. Oleh enzim amylase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk maltosa.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

Glikogen

Seperti amilum, glikogen juga menghasilkan D-glukosa pada proses hidrolisis. Pada tubuh kita
glikogen terdapat dalam hati dan otot. hati berfungsi sebagai tempat pembentukan glikogen dari
glukosa. Apabila kadar glukosa dalam darah bertambah, sebagian diubah menjadi glikogen sehingga
kadar glukosa dalam darah normal kembali. Sebaliknya apabila kadar glukosa dalam darah menurun,
glikogen dalam hati diuraikan menjadi glukosa kembalu, sehingga kadar glukosa darah normal
kembali.

Glikogen yang ada di dalam otot digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas sehari-
hari. Dari alam glikogen terdapat pada kerang dan pada alga rumput laut. (McGilvery&Goldstein,
1996)

Glikogen yang terlarut dalam air dapat diendapkan dengan jalan menambahkan etanol. Endapan yang
terbentuk apabila dikeringkan berbentuk serbuk putih. Glikogen dapat memutar cahaya terpolarisasi ke
kanan dan mempunyai rotasi spesifik [ ]D20=196o. Dengan iodium, glikogen menghasilkan warna
merah. Struktur glikogen serupa dengan struktur amilopektin yaitu merupakan rantai glukosa yang
mempunyai cabang. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Dekstrin

Pada reaksi hidrolisis parsial, amilum terpecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil yang dikenal
dengan nama dekstrin. jadi dekstrin adalah hasil antara proses hidrolisis amilum sebelum terbentuk
maltosa. tahap-tahap dalam proses hidrolisis amilum serta warna yang terjadi pada reaksi dengan
iodium adalah sebagai berikut :

Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan penbentuk dinding sel. Serat kapas boleh dikatakan
seluruhnya adalah selulosa. Dalam tubuh kita selulosa tidak dapat dicernakan karena kita tidak
mempunyai enzin yang dapat menguraikan selulosa. Dengan asam encer tidak dapat terhidrolisis, tetapi
oleh asam dengan konsentrasi tinggi dapat terhidrolisis menjadi selobiosa dan D-glukosa. Selobiosa
adalah suatu disakarida yang terdiri atas dua molekul glukosa yang berikatan glikosidik antara atom
karbon 1 dengan atom karbon 4. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Mukopolisakarida adalah suatu heteropolisakarida, yaitu polisakarida yang terdiri atas dua jenis
derivate monosakarida. Derivat monosakarida yang membentuk mukopolisakarida tersebut ialah gula
amino dan asam uronat. Debagai contoh asam hialuronat yang merupakan komponen jaringan ikat yang
terdapat pada otot, terbentuk dari kumpulan unit N-asetilglukosamina yang berikatan dengan asam
glukuronat. Heparin, suatu senyawa yang berfungsi sebagai antikoagulan darah, adalah suatu
mukopolisakarida. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Beberapa sifat kimia

berbeda dengan sifat fisika yang telah diuraikan, yaitu aktivitas optik, sifat kimia karbohidrat
berhubungan erat dengan gugus fingsi yang terdapat pada molekulnya, yaitu gugus –OH aldehida dan
gugus keton. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Sifat mereduksi

Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi terutama dalam suasan basa.
Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis
kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul
karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion Cu 2+ dan ion Ag+ yang
terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu. Beberapa contoh diberikan sebagai berikut:

Pereaksi Fehling

Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, juga dapat
direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi fehling terdiri atas 2 laruten, yaitu larutan Fehling A dan B.
Larutan Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam
K Natartat dan NaOH dalam air.

Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan
sebagai Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah
bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan
yang terjadi berwarna hijau kekuningan. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Pereaksi Benedict

Pereaksi benedict berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat.
Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap
sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat peraksi benedict bersifat basa
lemah.

Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna endapan ini tergantung
pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi Benedict lebih banyak digunakan pada
pemeriksaan glukosa dalam urine daripada pereaksi Fehling karena beberapa alasan.

Apabila dalam urine terdapat asam urat atau kreatinin, kedua senyaea ini dapat mereduksi pereaksi
Fehling, tetapi tidak dapat mereduksi pereaksi Benedict. Di samping itu pereaksi Benedict lebih peka
daripada pereaksi Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict juga lebih mudah karena hanya terdiri atas
satu macam larutan, sedangkan pereaksi Fehling terdiri atas dua macam larutan.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

Pereaksi Barfoed

Pereaksi ini terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan digunakan untuk
membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat
daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida daripada oleh disakarida,
dengan anggapan bahwa konsentrasi mopnosakarida dan disakarida dalam larutan tidak berbeda
banyak.

Tauber dan Kleiner membuat modifikasi atas pereaksi ini, yaitu dengan jalan mengganti asam asetat
dengan asam laktat dan ion Cu+ yang dihasilkan direaksikan dengan pereaksi warna fosfomolibdat
hingga menghasilkan warna biru adanya monosakarida. Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak
memberikan hasil positif. Perbedaan antara pereaksi Barfoed dengan pereaksi Fehling atau Benedict
ialah bahwa pereaksi Barfoed digunakan pada suasana asam. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Apabila karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat ini akan teroksidasi menjadi gugus
karboksilat dan terbentuklah asam monokarboksilat. Sebagai contoh galaktosa akan teroksidasi menjadi
asam galaktonat, sedangkan glukosa akan menjadi asam glukonat. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Pembentukan furfural

Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil. Tetapi apabila
dipanaskan dengan kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau derivatnya. Reaksi
pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari seatu senyawa.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

Pentosa-pentosa hampir secara kuantitatif semua terdrhidrasi menjadi furfural. Dengan dehidrasi
heksosa-heksosa menghasilkan hidroksimetilfurfural. Oleh karena furfural dan derivatnya dapat
membentuk senyawa yang berwarna apabila direaksikan dengan naftol atau timol, reaksi ini dapat
digunakan sebagai reaksi pengenal karbohidrat. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Pereaksi Molisch terdiri atas larutan naftol dalam alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada
larutan glukosa misalnya, kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua
lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi
kondensasi antara furfural dengan naftol. Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun
dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif
merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat. (McGilvery&Goldstein, 1996).

Tes ini berguna untuk mengetahui pengaruh asam terhadap sakarida. Satu cincin merah-ungu
menunjukkan adanya karbohidrat (Harper et al, 1979).

Pembentukan Osazon

Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk osazon bila
dipanaskan bersama fenilhidrazina berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik
lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat. Hal ini sangat penting karena dapat digunakan untuk
mengidentifikasi karbohidrat dan merupakan salah satu cara untuk membedakan beberapa
monosakarida, misalnya antara glukosa dan galaktosa yang terdapat dalam urine wanita dalam masa
menyusui. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Pada reaksi antara flukosa dengan fenilhirazina, mula-mula terbentuk D-glukosafenilhidrazon,


kemudian reaksi berlanjut hingga terbentuk D-glukosazon. Glukosa, fruktosa dan amanosa dengan
fenilhidrazon menghasilkan osazon yang sama. Dari struktur ketiga monosakarida tersebut tampak
bahwa posisi gugus –OH dan atom H pada atom karbon nomor 3,4, dan 5 sama. Dengan demikian
osazon yang terbentuk memiliki struktur yang sama. (McGilvery&Goldstein, 1996).

Alat dan Bahan

Alat-alat

Rak tabung reaksi


Tabung reaksi
Lampu spiritus
Penjepit tabung
Gelas ukur
Pipet tetes
Corong
Korek api
Penangas air
Cawan porselen

Bahan-bahan

Larutan benedict
Glukosa 0,01 M; 0,02 M; 0,04 M.
Fruktosa 0,02 M
Laktosa 0,02 M
Sukrosa 0,02 M
Pati/ amilum 0,7%
Larutan Luff
Larutan Barfoed
Naftol
H2SO4
HCl pekat
Larutan resorsinol
Pentosa A dan B
Pereaksi Bial
Larutan Antron
Na2CO3
Arabinosa 0,1 M
Asam asetat anhidrida
Fenilhidrazina
Na-asetat padat
Timol biru
Larutan yod
Glikogen
Dextrin
Larutan amilum
Larutan lugol iodine
Saliva
Furfural 0,01 M.

Hasil Pengamatan

1. Daya mereduksi

a. Uji Benedict
Glukosa memiliki sifat dapat mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ yang ada pada larutan Benedict
sehingga menjadi Cu2O yang berbentuk endapan. Semakin menigkatnya konsentrasi glukosa pada uji
Benedict ini, endapan yang terjadi makin banyak. Hal ini menandakan bahwa makin reduktif gula
tersebut mereduksi larutan Benedict.

b. Uji Luff
Uji Luff digunakan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap endapan. Pada tabung 1 yang diisi
oleh fruktosa 0,02 M terbentuk endapan merah bata dan jumlahnya relatif banyak. Tabung 2 yang diisi
oleh glukosa 0,02 M membentuk endapan merah bata yang jumlahnya sedikit. Hal ini disebabkan
fruktosa memiliik gugus reduksi pada atom C 2 sedangkan glukosa memiliki gugus pereduksi pada
atom C 1. Pada tabung 3 yang terisi oleh laktosa 0,02 M terbentuk endapan warna coklat yang
jumlahnya banyak.

Hal ini disebabkan karena atom C 4 glukosa berikatan dengan atom C 1 pada galaktosa. Yang berarti
laktosa mampu mereduksi larutan Benedict. Sedangkan pada tabung 4 yang diisi oleh larutan sukrosa
0,02 M terdapat warna merah bata yang disebabkan ikatan antara atom C 1 pada glukosa dengan atom
C 2 fruktosa yang mengakibatkan kemampuan reduksi menjadi hilang. Pada tabung 5 yang berisi
larutan amilum, terdapat warna biru yang mengindikasi adanya polisakarida amilum.

Amilum merupakan salah satu karbohidrat kompleks yang dalam hal ini belum mencapai tahap hidrolis
sempurna yaitu menjadi glukosa.

2. Pengaruh asam (dehidrasi)

a. Uji Molish
Pada hasil percobaan, tabung 1 terbentuk lapisan warna yang berturut-turut dari atas ke bawah: hijau-
ungu-hitam. Hal ini disebabkan karena glukosa merupakan monosakarida yang harus mengalami
dehidrasi menjadi furfural. Pada tabung 2 dan 3 terdapat lapisan warna pada tabung reaksi yaitu hijau-
ungu-coklat. Amilum dan selulosa merupakan polisakarida sehingga untuk menghasilkan cincin ungu
harus melalui hidrolisis menjadi oligosakarida -> monosakarida yang kemudian mengalami dehidrasi
menjadi furfural. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka menurut Harper et al (1979) dan menurut
McGilvery&Goldstein (1996) yang secara garis besar menyatakan bahwa satu cincin merah-ungu
menunjukkan adanya karbohidrat. Pada tabung empat furfural berkondensasi dengan pereaksi Molish
menghasilkan cincin ungu yang paling besar karena mengalami proses yang paling cepat.

b. Uji Seliwanoff
Pada hasil percobaan tampak bahwa dalam tabung 1 yang berisi glukosa, warna larutan tidak berubah.
Hal ini terjadi karena glukosa tidak memiliki gugus keton sehingga tidak memberikan reaksi terhadap
pereaksi Seliwanoff, sedangkan pada tabung 2 yang berisi fruktosa, warna larutan berubah menjadi
merah. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka menurut Harper et al (1979) yang menyatakan bahwa
fruktosa berwarna merah ceri dengan reagen Seliwanoff resorsinol-HCl.

3. Pembentukan osazon

Pembentukan osazon merupakan cara yang berguna untuk membentuk kristal-kristal derivate gula.
Senyawa ini mempunyai susunan kristal, titik leleh dan waktu presipitasi yang khas dan sangat
bermanfaat untuk identifikasi gula. Osazon diperoleh dengan menambahkan campuran fenilhidrazin
hidroklorida dan natrium asetat ke dalam larutan gula dan dipanaskan dalam penangas air yang
mendidih. Reaksi hanya menyangkut karbon karbonil (yaitu gugus aldehida atau keton) dan karbon
yang berdekatan. Akan terlihat dengan membandingkan struktur osazon bahwa glukosa, fruktosa dan
manosa akan membentuk osazon yang sama.

4. Hasil hidrolisis

a. Uji Benedict
Pada tabung 1a, warna yang terjadi adalah tetap seperti warna semula, pada tabung ditemukan
presipitat putih. Hal ini menandakan adanya proses hidrolisis maltosa menjadi dua molekul glukosa.
Proses pemanasan mempercepat hidrolisis maltosa menjadi glukosa. Pada tabung 1b, warna yang
terjadi adalah coklat tua dan terbentuk presipitat hitam, maltosa mungkin lebih lama terhidrolisis
sehingga endapan yang terjadi lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka menurut Harper et
al (1979) dan McGilvery&Goldstein (1996) yang menyatakan bahwa glukosa mempunyai gugus
reduksi yang mampu mereduksi pereaksi Benedict. Ion Cu2+ akan direduksi menjadi Cu+ dan akan
mengendap sebagai Cu2O.

Hal yang serupa terjadi pada tabung 2a dan 2b yang diisi dengan larutan laktosa. Fungsi HCl pada
reaksi ini adalah menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Galaktosa memiliki sifat
mereduksi pereaksi Benedict. Hal ini sesuai dengan dasar teori menurut Harper et al (1979).
b. Uji Seliwanoff
Pada tabung 1, sukrosa terhidrolisis oleh HCl menjadi fruktosa dan glukosa. Karena fruktosa memiliki
gugus keton maka ketika bereaksi dengan resorsinol akan memberikan wrna kuning. Sebenarnya warna
yang diharapkan adalah merah-ceri, namun karena konsentrasi yang digunakan kecil, maka warna yang
terjadi adalah kuning. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka menurut Harper et al (1979) yang
menyatakan bahwa fruktosa dapat bereaksi dengan reagen Seliwanoff dan memberikan kompleks
warna merah ceri.
Pada tabung 2, maltosa dihidrolisis oleh HCl menjadi glukosa dan glukosa. Glukosa tidak memiliki
gugus keton, sehingga tidak bereaksi dengan resorsinol.

Hal yang serupa juga terjadi pada tabung 3, laktosa dihidrolisis oleh HCl menjadi glukosa dan
galaktosa. Baik glukosa maupun galaktosa sama-sama tidak memiliki gugus keton, sehingga tidak
bereaksi terhadap reagen Resorsinol.

5. Polisakarida

Setelah metabung diuji yod, warna yang muncul berturut-turut adalah biru pekat (hitam), coklat
kemerahan, merah hati, merah, orange dan akhirnya warna serupa dengan warna yod. Warna-warna
tersebut merupakan indikasi bahwa terjadi proses hidrdolisis sempurna amilum menjadi glukosa. Hal
ini ditunjukkan dengan uji yod negatif, karena glukosa jika diuji dengan pereaksi Yod akan
memberikan hasil negatif.
Sedangkan setelah diuji dengan Benedict, warna larutan menjadi kuning keruh dan terdapat endapan
merah bata yang menandakan bahwa glukosa memilii gugus reduksi yang dapat mereduksi ion Cu2+
menjadi Cu+ dan akan mengendap sebagai Cu2O. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka menurut
McGilvery&Goldstein (1996).

Kesimpulan

Dari hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak cara untuk mengidentifikasi
karbohidrat yang dapat dilakukan selain dengan sifat fisik juga melalui sifat kimianya. Pereaksi-peraksi
yang digunakan pada identifikasi karbohidrat antara lain: pereaksi Benedict, Fehling, Berfoed,
Seliwanoff. Beberapa karbohidrat memiliki gugus fungsi yang berbeda sehingga hal ini sangat berguna
pada identifikasi karbohidrat yang berbeda.

Glukosa dan galaktosa memiliki gugus aldhida yang mengakibatkan kedua monosakarida tersebut
dapat mereduksi larutan Benedict, yang ditandai dengan adanya endapan merah bata. Hai ini tidak
dijumpai pada fruktosa yang memiliki gugus keton. Daya meredusksi terhadap Benedict ternyata
mempunyai pengaruh dengan konsentrasi sakarida yang digunakan.

Karbohidrat dapat mengalami dehidrasi menjadi furfural. Uji Molish digunakan untuk membuktikan
sifat ini. Monosakarida memiliki sifat fisik yang khas, yaitu melalui pembentukan osazon yang jika
dilihat melalui mikroskop akan menunjukkan bentuk-bentuk kristal.

Karbohidrat kompleks mengalami hidrolisis menjadi oligosakarida, disakarida dan kemudian


monosakarida. Hal ini dapat diuji dengan menggunakan uji Yod dan uji Benedict.

You might also like