You are on page 1of 15

MORFOFONEMIK

Disampaikan dalam diskusi Mahasiswa Pasca Sarjana


Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh

Idayana

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
TAHUN 2010
1. Pengertian Morfofonemik
Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai
akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.( Ramlan 1980:83). Dengan demikian
nama morfofonemik sudah membayangkan hubungan antara morfem dan fonem.
2. Proses Morfofonomik
Proses morfofonemik adalah berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain
sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya.(Hasan Alwi : 2000)
Sebagai contoh morfem ber terdiri dari tiga fonem yaitu fonem /b, ə, r/. Akibat
pertemuan morfem itu dengan morfem ajar ,fonem /r/ berubah menjadi /l/, hingga
pertemuan morfem ber dengan morfem ajar menghasilkan kata belajar.
Kata kerjaan /keraja?an/ terdiri dari dua morfem, ialah morfem ke – an dan
raja. Akiabat pertemuan kedua morfem itu, terjadilah proses morfofonemik yang
berupa penambahan ialah fonem /?/ pada ke – an, hingga morfem ke an menjadi / kə
-? An/
Kata melerai terdiri dari dua morfem, ialah morfem meN – dan morfem lerai.
Akibat pertemuan kedua morfem itu fonem /N/ pada morfem meN – menjadi me-.
Dari contoh di atas bahwa terdapat paling sedikit tiga proses morfofonemik
yaitu :
a. Proses perubahan fonem
b. Proses penambahan fonem
c. Proses hilangnya fonem

3. Masalah dan istilah


Jos Daniel Parera (1988 : 30) morfofonemik mengenal istilah-istilah yang
khusus untuk masalahnya. Apabila sebuah morfem kadang-kadang diwakili oleh
bangun fonemis tertentu sesuai lingkungannya dan kadang pula diwakili oleh bangun
fonemis yang lain, maka dikatakan bentuk-bentuk itu saling beralternasi. Tiap
perwakilan dari sebuah morfem disebut alomorf. Dapat pula dikatakan alomorf ialah
nama untuk bentuk-bentuk perwakilan dari sebuah morfem berdasarkan
lingkungannya. Sebagai contoh bentuk me – kan, mem – kan, men – kan, dan meng –
kan adalah bqngun fonemis yang berbeda dari morfem yang sama berdasarkan
lingkungannya. Atau dapat pula dikatakan bangun-bangun fonemis yang berbeda dari
morfem yang sama itu saling beralternasi berdasarkan lingkungannya.
Bangun fonemis me – kan terjadi karena morf ini dilekatkan pada satu
morfem yang berbunyi awal /l/ (lari).
Bangun fonemis mem – kan terjadi karena morf ini dilekatkan pada satu
morfem yang berbunyi awal /b/ (bicara).
Bangun fonemis men – kan terjadi karena morf ini dilekatkan pada satu
morfem yang berbunyi awal /d/ (datang).
4. Syarat-syarat alternasi
Proses alternasi atau proses morfofonemis dalam sebuah bahasa bisa terjadi
secara tetap dan tidak tetap dan dapat pula berlangsung secara otomatis dan tidak
otomatis. Dalam bahasa Indonesia proses morfofonemik morfem me – beralternasi
dengan menge, mem, men meng. Al ternasi ini berlangsung secara tetap. Sedangkan
alternasi morfem terikat ber dalam bel, berlangsung tidak tetap karena alternasi bel,
hanya terjadi sekali saja dalam bentuk belajar (ajar). Alternasi-laternasi ini
berlangsung karena tuntutan bahasawi. Tuntutan ini disebut sebagai syarat-syarat
morfofonemik..Syarat-syarat morfofonemik dibedakan atas:
1. Syarat-syarat artikulatoris
2. Syarat-syarat fonemik
3. Syarat-syarat morfologis
4. Syarat-syarat sporadik
a. Alternasi Bersyarat Artikulatoris
Alternasi ini terjadi hanya untuk memprmudah dan memperlancar artikulasi
atau ujaranh secara fisiologis. Bentuk putra dan bahgia dalam bahasa Indonesia
beralternasi dengan bentuk putera dan bahagia karena syarat-syarat artikulatoris.
b. Alternasi Bersyarat fonemik
Alternasi bersyarat fonemik didasarkan pada lingkungan fonemik morfem
yang berhubungan. Didalam bahasa Indonesia alternasi terikat me- ialah me-,
mem, men, meng adalah alternasi bersyarat fonemis
c. Alternasi Bersyarat morfologis
Alternasi bersyarat morfologis didasarkan pada luas silaba (suku kata)
pendukung morfem tersebut atau luas morfem itu.misalnya morfem bersilaba
satu, morfem bersilaba dua , morfem bersilaba tiga, morfem bersilaba empat dsb.
Untuk yang bersilaba satu contohnya bom – mengebom
d. Alternasi Bersyarat Sporadik
Alternasi bersifat sporadis adalah ialah sifat tidak tetap dan tidak otomatis
dari alternasi ini sehingga alternasi ini berbentuk sangat terbatas (sudah
mempunyai pasangan tertentu saja) dan tidak mungkin berkembang lagi
(mati). Misalnya alaternasi sa + ambilan menjadi sembilan dan dua - alapan
menjadi delapan dalam bahasa Indonesia bersifat sporadis dan diakronis
DAFTAR PUSTAKA
1. Alwi Hasan. 2000 Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarata: Balai Pustaka
2. Jos Daniel Parera , Morfologi. Jakarta: PT Gramedia
3. Ramlan .M, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V Karyono
KELAS KATA
1. Pengertian kata
Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau ditulis yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan diberbagai bahasa.
Kata dapat juga diartikan sebagai unsur atau bentuk bahasa yang palaing kecil dan
bermakna. Peranan kata dalam bahasa sangat besar karena kemampuan berbahasa
tertuang dalam rangkaian kalimat, paragraf, dan wacana.
2. Fungsi jenis kata atau kelas kata
Fungsi jenis kata atau kelas kata adalah:
a. Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret
b. Membentuk macam-macam struktur kalimat
c. Memperjelas makna gagasan kalimat
d. Membantuk satuan makna sebuah frasa, klausa, dan kalimat
e. Membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat
dipahami dan dinikmati orang lain
f. Mengungkapkan berbagai jenis eksperesi antara lain berita, perintah, penjelsan,
argumentasi, pidato dan diskusi.
g. Mengungkapkan berbagai sikap, misalnya setuju, menolak dn menerima.
3. Jenis kelas kata
Jenis kelas kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas verba (kata kerja), nomina
(kata benda), adjektival (kata sifat), pronominal (kata ganti), numeralia (kata
bilangan), adverbial ( kata keterangan), interogativa (kata tanya), demonstrativa (ganti
penunjuk), atikula, preposisi (kata depan), konjungsi (kata sambung) dan fatis (kata
penjelas)
a. Verba
Verba dapat dikelnali melalui:
- Bentuk morfologi
- Perilaku sintaksis
- Perilaku semantis dari keseluruhan kalimat.
Contoh: Ia tidak belajar di kampus
b. Adjektival
Adjektiva ditandai dengan dapat didampingi kata lebih, sangat, agak dan paling.
Berdasarkan bentuknya adjektival dibedakan menjadi :
- Adjektival dasar misalnya :baik, adil, boros
- Adjektival turunan, misalnya: alami, baik-baik, sungguh-sungguh
- Adjektival frasa, misalnya panjang tangan, murah hati dll.
c. Nomina
Nomina ditandai dengan ketidakdapatannya bergabung dengan kata tidak. Tetapi
dinegatifkan dengan kata bukan. Nomina dapat dibedakan berdasarkan bentuknya
( nomina dasar dan nomina turunan) dan berdasarkan subkategori (nomina
bernyawa, tidak bernyawa, nomina terbilang, dan tidak terbilang).
Contoh:
Nomina dasar : rumah, orang, burung
Nomina turunan: kekasih, pertanda, pengacara
Nomina bernyawa: manusia
Nomina tidak bernyawa: sawah
Nomina terbilang: lima orang
Nomina tidak terbilang: air laut
d. Pronomina
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain dan berfungsi
untuk menggantikan nomina. Ada tiga macam pronomina yaitu:
- Pronomina pesona (mengacu kepada orang pertama , kedua ketiga tungal
maupun jamak contoh: sayna, engkau, ia , kami, kalian.
- Pronomina penunjuk( umum dan tempat) contoh: ini, itu, sini, situ , sana
- Pronominapenanya (orang, barang, dan pilihan) contoh: siapa, apa, ke mana,
dll
e. Numeralia
Numeralia dapat diklasifikasikan berdasarkan subkategori, yaitu traktif dan tak
traktif.
1. Numeralia traktif (tertentu) terdiri atas:
- Numeralia pokok ditandai dengan jawaban berapa? Satu, dua, tiga dst.
- Numeralia tingkat ditandai dengan jawaban yang keberapa ? kesatu,
kedua dst
- Numeralia kolektif ditandai dengan satuan bilangan dosin, gross, kodi ,
meter, rupiah dll
2. Numeralia tak traktif (tidak tentu) misalnya berapa, berbagai, segenap,
semua
f. Adverbia
Adverbia adalah yang memberi ketgerangan pada verba, adjektival, nomina
prediktif atau kalimat. Berdasarkan bentuknya adverbia mempunyai bentuk
tunggal dan bentuk jamak.
Contoh:
- Bentuk tunggal: orang itu sangat bijaksana.
- Bentuk jamak: mereka belum tentu pergi hari ini.
g. Interogativa
Interogativa berfungsi sebagai pengganti sesuatu yang akan diketahui oleh
pembicara atau mengukuhkan sesuatu yang telah diketahui. Kata yang digunakan
dalam introgativa adalah apa, siapa, berapa, mana, yang mana, mengapa dan
kapan
Contoh: berapa uang yang kamu perlukan
h. Demonstrativa
Emonstrativa berfungsi untuk menunjukkan ssesuatu di dalam atau di luar
wacana.Kata yang menunjukkan demonstrativa adalah ini, itu di sini, di situ
berikut, begitu.
i. Artikulaerdiri atas
j. Preposisi
k. Konjungsi
l. Fatis
m. asd verba ( ( kata
TIPE –TIPE KALIMAT
Tugas resume Mahasiswa Pasca Sarjana
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh

Idayana

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
TAHUN 2010
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh.
Pikiran yang utuh itu adpat diwujudkan dalam bentuk lisan dan tulisan. Dalam bentuk lisan
kalimat ditandai dengan alunan titinada, keras lembutnya suara, dan disela jeda, serta diakhiri
intonasi akhir yang diikuti kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan atau asimilasi
bunyi atau proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan huruf latin, kalimat dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru , atau tanda lainnya. Kalimat itu
mempunyai ciri (1) mengungkapkan pikiran yang utuh, (2) adanya predikat dalam suatu
pernyataan.
Syarat utama kalimat antara lain,
1. unsur predikat, dan
a. Jika suatu pernyataan memiliki predikat, pernyataan itu merupakan kalimat,
sedangkan untaian kata yang tidak memiliki predikat adalah frasa.
b. Untuk menentukan predikat suatu kalimat dapat dilakukan degan pemeriksaan
apakah ada verba dalam untaian kata tersebut. Contoh,
- Orang itu // menulis//surat
c. Predikat bisa juga berupa nomina dan adjektiva. Contoh,
- Wanita itu//pedagang
- Gadis itu cantik
2. Permutasi (perubahan urutan) unsur kalimat . contoh,
- Adik saya//laki-laki
- Laki-laki adik saya.
Pada contoh tersebut, permutasi unsur kalimatnya tidak mengubah informasi. Oleh
karena itu, untaian kata tersebut merupakan kalimat. Akan tetapi jika kita
merperhatikan contoh di bawah ini,
- Gadis yang cantik itu
- Orang yang menulis surat itu
- Wanita yang pedagang itu
- Yang cantik itu//gadis
- Yang menulis surat itu//orang
- Yang pedagang itu// wanita.
1. Pola Dasar Kalimat
Urutan unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan memegang perenanan amat penting dalam bahasa Indonesia. Perubahan
urutan kalimat dapat mengubah makna kalimat. Jika urutan kalimat Anjing menggigit
anak itu, diubah menjadi Anak itu menggigit anjing, makna kalimat itu akan berbeda
sekali. Urutan itu dapat diubah, tetapi ada syaratnya. Pada dasarnya ada urutan dasar
atau pola dasar dan urutan variasi. Urutan yang dianggap dasar adalah urutan S-P-O-
Pel/K. Kalimat dasar tipe 1, 2 dan 3 mempunyai urutan seperti itu, sedangkan kalimat
dasar tipe 4 dan 5 mempunyai urutan S-P-Pel/K, dan tipe 6,7 dan 8 mempunyai dasar
S-P. Perhatikan contoh berikut,
a.   Tipe 1
1.  Ariani//meletakkan//tangannya//di atas kemudi. (S-P-O-K)
2.  Dia//menyerahkan//kunci//kepada saya. (S-P-O-K)
b.   Tipe 2
1.  Sandra//membawakan//saya//buku kamus. (S-P-O-Pel)
2.  Rennel//membuatkan//Ronald//layang-layang. (S-P-O-Pel)
c.   Tipe 3
1. Gadis itu//meninggalkan//desanya. (S-P-O)
2. Orang tuanya//membekali//doa. (S-P-O)
d.   Tipe 4
1.  Gadis itu//menjadi//teladan generasinya. (S-P-Pel)
2.  Dia//merupakan//perwujudan wanita Kartini. (S-P-Pel)
e.   Tipe 5
1. Ni Putu Desi//berasal//dari Bali. (S-P-K)
2.  Patung itu//terbuat//dari perunggu. (S-P-K)
f.    Tipe 6
1.  Anna//sudah pergi//ke kota. (S-P-K)
2.  Dia//ingin bersekolah//di Surabaya. (S-P-K)
g.   Tipe 7
1. Taufik Hidayat//juara Olimpiade. (S-P)
2.   Dia//figur gadis modern. (S-P)
h.   Tipe 8
1.   Dia//memang cantik. (S-P)
2.   Dia//tidak bodoh. (S-P)
Contoh urutan unsur kalimat dari bermacam tipe kalimat itu menggambarkan urutan
yang dasar. Pada prinsipnya urutan dasar itu adalah subjek, predikat, objek dan pelengkap,
kemudian keterangan.
2. Variasi Urutan Kalimat
Penggunaan bahasa tentunya tidak terpaku pada pola-pola dasar di atas melainkan
akan banyak variasi-variasi urutan. Dengan demikian, perubahan urutan akan selalu terjadi.
Tentunya, perubahan urutan itu dapat dilakukan dengan syarat bahwa perubahan tersebut
tetap memenuhi syarat gramatikal. Berikut beberapa variasi urutan pola kalimat.
2.1          Urutan P-S
Kalimat yang mempunyai urutan dasar S-P dapat diubah dengan mendahulukan
predikat menjadi P-S. Kalimat yang mempunyai urutan P-S biasa disebut dengan kalimat
inversi. Perubahan urutan ini dilakukan jika penulis ingin lebih menonjolkan perbuatan yang
dinyatakan oleh predikat, sebagaimana gejala umum bahwa unsur yang ditonjolkan
ditempatkan di bagian awal kalimat. Kalimat-kalimat contoh urutan dasar di atas dapat diubah
sebagai berikut.
Tipe 1
9a.     Meletakkan//tangannya//di atas kemudi//Ariani. (P-O-K-S)
10a.     Menyerahkan//kunci//kepada saya//dia. (P-O-K-S)
Tipe 2
11a.      Membawakan//saya//buku kamus//Sandra. (P-O-Pel-S)
12a.     Membuatkan//Ronald//layang-layang//Rennel. (P-O-Pel-S)
Tipe 3
13a.     Meninggalkan//desanya//gadis itu. (P-O-S)
14a.    Membekali//doa//orang tuanya. (P-O-S)
Tipe 4
15a.     Menjadi//teladan generasinya//gadis itu. (P-Pel-S)
16a.     Merupakan//perwujudan wanita Kartini//dia. (P-Pel-S)
Tipe 5
17a.     Berasal//dari Bali//Ni Putu Desi. (P-K-S)
18a.     Terbuat//dari perunggu//patung itu. (P-K-S)
Tipe 6
19a.     Sudah pergi//ke kota//Anna. (P-K-S)
20a.    Ingin bersekolah//di Surabaya//dia. (P-K-S)
Tipe 7
21a.     Juara Olimpiade//Taufik Hidayat. (P-S)
22a.    Figur gadis modern//dia. (P-S)
Tipe 8
23a.    Memang cantik//dia. (P-S)
24a.   Tidak bodoh//dia. (P-S)
Perubahan unsur kalimat tersebut tidak mengganggu makna dan tetap memenuhi syarat
gramatikal. Hal yang perlu diperhatikan dalam perubahan tersebut adalah kenyataan bahwa
unsur objek (Tipe 1,2, dan 3), pelengkap (Tipe 4) selalu mengiringi predikat dan tidak
terpisahkan oleh unsur lain. Hal itu membuktikan bahwa dalam struktur aktif unsur objek—
juga pelengkap—erat sekali hubungannya dengan predikat. Demikian juga, walaupun unsur
keterangan memiliki kebebasan posisi, ada keterangan yang mempunyai hubungan erat dengan
predikat seperti pada contoh Tipe 5. Namun, jika unsur keterangan bukan wajib dapat
dipindahkan ke belakang, seperti keterangan pada kalimat Tipe 6.
Tipe 6
19b.    Sudah pergi//Anna//ke kota. (P-S-K)
20b.   Ingin bersekolah//dia//di Surabaya. (P-S-K)
19c.     Ke kota//Anna//sudah pergi. (K-S-P)
20c.    Di Surabaya//dia//ingin bersekolah. (K-S-P)
2.1.1  Urutan P-S dalam Kalimat Pasif
Hampir semua buku tata bahasa dalam pembicaraan kalimat pasif menyebutkan bahwa
urutan unsurnya adalah S-P, baik kalimat pasif berawalan di- maupun tak berawalan di-.
Perhatikan contoh berikut.
25.      Saya//memberitahukan//bahwa pada hari ini saya tidak dapat mengikuti kuliah. (S-P-O)
25a.    Bahwa pada hari ini saya tidak dapat mengikuti kuliah//saya beritahukan. (S-P)
Dalam kenyataannya kalimat pasif jenis 25a itu tidak banyak digunakan orang. Urutan itu
(S-P) memang merupakan urutan dasar. Namun, dalam kalimat pasif orang lebih suka
menggunakan urutan P-S. Kalimat 25a tersebut biasa diubah urutannya menjadi berikut.
25b.   Saya beritahukan//bahwa pada hari ini saya tidak dapat mengikuti kuliah. (P-S)
26.      Atas perhatian Saudara//kami ucapkan//terima kasih. (K-P-S)
26a.    Atas perhatian Saudara//terima kasih//kami ucapkan. (K-S-P)
26b.   Atas perhatian Saudara//kami//mengucapkan//terima kasih. (K-S-P-O)
Kalimat 26 lebih banyak dipakai daripada kalimat 26a dan 26b walaupun kalimat 26a
lebih berdasar. Berikut beberapa contoh.
27.      Dengan ini//kami beritahukan//bahwa permohonan Saudara kami terima.      (K-S-P)
28.      Bersama surat ini//saya lampirkan//Surat Keputusan Menteri. (K-P-S)
29.      Kami tunggu//jawaban Saudara//selambat-lambatnya satu minggu setelah Saudara terima
surat ini. (P-S-K)
30.      Dinyalakannya//lampu yang hanya lima watt itu. (P-S)
31.      Diperiksanya//seluruh ruangan//dengan teliti. (P-S-K)
32.      Namun, tak ditemukannya//Dewi. (P-S)
33.      Tiba-tiba dirasakannya//pelukan hangat//dari belakang.    (P-S-K)
34.      Telah dibicarakan//pada Bab Pendahuluan//bahwa statistika akan digunakan untuk
mencari korelasi variabel. (P-K-S)
35.      Pada tebel itu//terlihat//bahwa laki-laki lebih cepat mengerti daripada perempuan. (K-P-
S)
36.      Akhirnya, dapat dicatat//bahwa baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kelemahan
dan kelebihan. (P-S)
2.1.2   Unsur Keterangan Pelaku
Di dalam kalimat pasif unsur pelaku tidak wajib hadir. Jika unsur pelaku hadir, perlu
diperhatikan variasi urutan unsur. Biasanya unsur pelaku ini didahului preposisi oleh. Namun,
ada kecenderungan preposisi oleh itu ditiadakan jika unsur-unsur kalimat itu tidak panjang.
37.       Buku baru itu//sudah dibaca//oleh dosen saya.            (S-P-K)
37a.     Buku baru itu//sudah dibaca//dosen saya.                     (S-P-K)
Walaupun tidak berbeda maknanya, kedua kalimat itu mempunyai perilaku yang berbeda.
Dilihat dari segi unsur, kalimat 37 itu mempunyai lima variasi.
37b.    Buku baru itu//oleh dosen saya//sudah dibaca.            (S-K-P)
37c.     Oleh dosen saya//buku baru itu//sudah dibaca.          (K-S-P)
37d.    Oleh dosen saya//sudah dibaca//buku baru itu.          (K-P-S)
37e.     Sudah dibaca//buku baru itu//oleh dosen saya.           (P-S-K)
37f.     Sudah dibaca//oleh dosen saya//buku baru itu.           (P-K-S)
Sementara kalimat 37a. hanya mempunyai satu variasi berikut, sedangkan urutan yang
lain tidak bermakna.
37g.    Sudah dibaca//dosen saya//buku baru itu.                     (P-K-S)
37h.    Buku baru itu//dosen saya//sudah dibaca.                     (S-K-P) *
37i.     Dosen saya//buku baru itu//sudah dibaca.                     (K-S-P) *
37j.     Dosen saya//sudah dibaca//buku baru itu.                     (K-P-S) *
37k.    Sudah dibaca//buku baru itu//dosen saya.                     (P-S-K) *
Kalimat yang bertanda bintang tersebut tidak gramatikal. Perbedaan perilaku itu
tampaknya disebabkan oleh preposisi oleh. Preposisi oleh di depan pelaku membuat pertalian
predikat dan pelaku renggang. Kerenggangan itulah yang membuat variasi urutan lebih banyak.
Sebaliknya, tanpa preposisi oleh perubahan urutan unsur kalimat pasif menjadi terbatas.
2.1.3  Unsur Keterangan
Unsur keterangan tidak termasuk unsur utama kalimat. Oleh karena itu, letak keterangan
tidak terikat pada unsur-unsur utama seperti subjek, predikat, atau objek. Keterangan dapat
menempati posisi di luar unsur kalimat yang utama, yaitu di awal kalimat atau di akhir kalimat,
baik kalimat aktif maupun kalimat pasif.
38.      Setiap bulan Ramadhan//kita//melaksanakan//ibadah puasa.                (Kw-S-P-O)
38a.    Kita//melaksanakan//ibadah puasa//setiap bulan Ramadhan                 (S-P-O-Kw)
38b.    Kita//setiap bulan Ramadhan//melaksanakan//ibadah puasa.                (S-Kw-P-O)
38c.    Kita//melaksanakan//setiap bulan Ramadhan//ibadah puasa.                (S-P-Kw-O)
 

You might also like