You are on page 1of 1

Tantangan dalam Profesionalisme Guru

PADA 25 November 2010 tenaga pendidik di Indonesia memperingati hari ulang tahun
PGRI yang ke 64. Perayaan rutin di mana sejarah PGRI kembali digaungkan. Serangkaian
masalah yang meliputi dunia kependidikan dewasa ini masih perlu mendapat perhatian dari
semua pihak. Mulai dari kualitas tenaga pendidik yang belum mencapai target hingga masalah
kesejahteraan guru.
Fakta di lapangan, permasalahan jauh lebih kompleks dalam lingkungan pendidikan
kita. Boleh dikatakan tingkat kualitas dan kompetensi guru menjadi kendala utamanya, mulai
dari guru yang tidak memiliki kelayakan kompetensi untuk mengajar mata pelajaran tertentu,
hingga rendahnya tingkat profesionalisme guru itu sendiri.
Pemerintah pada 2 Desember 2004 telah mencanangkan guru sebagai profesi. Artinya,
guru saat ini dituntut bukan hanya sekadar pekerjaan datang- mengajar lalu pulang. Tapi
dituntut untuk mencapai serangkaian kualifikasi dalam pencapaian mutu profesionalisme yang
telah ditetapkan.
Guru yang profesional minimal memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai,
memiliki kompetensi keilmuan sesuai bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik dengan anak didik, berjiwa kreatif dan produktif, memiliki etos
kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya serta melakukan pengembangan diri yang
terus-menerus.
Guru sekarang diharapkan beranjak dari metode lama yang hanya mengandalkan
komunikasi satu arah, di mana guru menjadi sentral pembelajaran menjadi pembelajaran
dengan komunikasi dua arah dengan murid yang menjadi fokus utama pembelajaran.
Guru yang ideal adalah guru yang terus-menerus berinovasi untuk meneliti masalah
yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Kemudian mencari solusi dan melakukan
tindakan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Guru diharapkan terus bereksperimen
menemukan metode dan teknik pembelajaran yang cocok dan efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Guru hendaknya terus membuka wawasan dan kreatif untuk membuat murid bergairah
dalam proses belajar dan bisa mengaplikasikan prinsip belajar menyenangkan serta belajar
yang tak terbatas ruang dan waktu. Belajar tidak lagi diartikan guru menjelaskan, siswa
menerima, dan dilakukan di ruang kelas. Namun paradigma belajar bergeser menjadi proses
penemuan pengetahuan yang dilakukan oleh murid sebagai fokus utama pembelajaran dengan
bantuan guru dalam peranannya sebagai fasilitator dan pembimbing.
Untuk mencapai proses pembelajaran ideal yang menjadi tujuan dan arah dalam
pencapaian profesionalisme guru, fasilitas dan dukungan juga wajib menjadi perhatian utama
pemerintah. Dengan sekian banyak tuntutan dalam mencapai keprofesionalannya, guru harus
membuka diri terhadap pengetahuan dan wawasan baru serta berupaya mengembangkan diri.
Aktif dalam organisasi yang dapat mengasah kompetensinya, mengikuti pelatihan yang
meningkatkan mutu dan kualitas, meningkatkan pengetahuan melalui buku, internet, seminar
dan semacamnya.
Upaya peningkatan kesejahteraan guru pun telah digulirkan pemerintah dengan
meningkatkan anggaran APBN di bidang pendidikan dan melalui sertifikasi guru. Semoga
saja proses sertifikasi yang telah berjalan tidak hanya dimaknai sebagai sebuah cara untuk
menaikkan kesejahteraan semata. Tidak hanya berhenti pada tumpukan sertifikat seminar,
kumpulan berkas dokumentasi dan administrasi pengajaran serta kejar tayang jam mengajar
guna memenuhi kuota mengajar yang ditetapkan.
Tantangan yang dihadapi saat ini bukan lagi tentang memperjuangkan persamaan hak
dan posisi tetapi bagaimana mewujudkan guru yang profesional di tengah persoalan dalam
dunia pendidikan yang kian melilit.
http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/2010/11/25/64622/tantangan-dalam-
profesionalisme-guru

You might also like