You are on page 1of 83

PENGENALAN KONSEP SISTEM

INOVASI

Tatang A. Taufik

Workshop Nasional
“Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagai Langkah Awal Keberpihakan
Pemerintah Daerah terhadap Rakyat
Miskin,”
Yogyakarta, 11 Mei 2007
WHY CHANGE?
• Insanity is doing the same thing over and
over again and expecting different . . .
• ‘If you do, what you always did, you will
get what you always got’
• We cannot solve problems using the
same kind of thinking we used when we
Albert Einstein created them . . . .

 One cannot manage change. One can only


be ahead of it.
 Business has only two functions – marketing
and innovation.
Peter Drucker
“Father of Modern Management”
1909 - 2005
OUTLINE

PENDAHULUAN : INOVASI

PARADIGMA SISTEM INOVASI

BEBERAPA CONTOH PRAKARSA

CATATAN PENUTUP

DISKUSI
OUTLINE

PENDAHULUAN : INOVASI

PARADIGMA SISTEM INOVASI

BEBERAPA CONTOH PRAKARSA

CATATAN PENUTUP

DISKUSI
A. BEBERAPA DEFINISI INOVASI

 Inovasi adalah aplikasi komersial yang pertama kali dari suatu produk atau
proses yang baru (lihat misalnya Clark dan Guy, 2001);
 Inovasi merupakan suatu proses kreatif dan interaktif yang melibatkan
kelembagaan pasar dan non-pasar (OECD, 1999);
 Innovation is a locally driven process, succeeding where organizational
conditions foster the transformation of knowledge into products, processes,
systems, and services. (Malecki, 1997; Dikutip dari Jelinek dan Hurt, 2001).
 Inovasi adalah transformasi pengetahuan kepada produk, proses dan jasa
baru; tindakan menggunakan sesuatu yang baru (Rosenfeld, 2002);
 Inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru (the
successful exploitation of a new idea; (Mitra, 2001 dan the British Council,
2000), atau dengan kata lain
 Inovasi merupakan (“proses atau hasil”) mobilisasi pengetahuan,
keterampilan teknologis dan pengalaman untuk menciptakan produk,
proses dan jasa baru;
 Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau
perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai
dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam
produk atau proses produksi (UU No. 18 tahun 2002).
INNOVATION :
The successful exploitation of a new idea

Markets Opportunity

Technology Creativity
Sumber: Mitra (2001).

INOVASI :
Eksploitasi (= pendayagunaan) yang berhasil dari suatu
gagasan baru
B. ESENSI PENGERTIAN

Kata Kunci:
 Kreativitas tentang perubahan (pembaruan, perbaikan)
 (Potensi) nilai komersial (nilai kegunaan/kemanfaatan).

Inovasi produktif (productive innovation).

Inovasi:
 “proses’ (dan/atau “hasil”) pengembangan dan/atau
pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk
keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan
produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru.
 proses di mana gagasan, temuan tentang produk atau proses
diciptakan, dikembangkan dan berhasil disampaikan kepada pasar
~ pengertian “teknokratik”.
C. INOVASI

Inovasi

Proses Produk Sistem

Teknologis Organisasional Barang Jasa


(Goods) (Services)

Pengertian “Teknokratik”
Invensi vs. Inovasi

 Invensi  Inovasi
 Menciptakan  Mencarai aplikasi
teknologi, bernilai komersial
kemampuan, proses, (atau bermanfaat
bahan baru atau sosial ekonomi) dari
lainnya invensi
Inovasi Bertahap (Inkremental) – Pena

“membangun di atas dan memperkuat potensi


penerapan dari pengetahuan yang ada/dimiliki”
“memperbaiki dan mendayagunakan lintasan teknologi
yang ada”
Teknologi pena
modern
Inovasi Radikal

“mengubah/mengganti nilai dari basis pengetahuan


yang ada”
“mengubah lintasan teknologi yang ada”
Inovasi Radikal

“mengubah/mengganti nilai dari basis pengetahuan yang ada”


“mengubah lintasan teknologi yang ada”
Gelombang “Radikal dan Inkremental”
Inovasi & Manfaat

Inkremental

Radikal

Waktu
Leifer, R. et al. (2000). Radical Innovation: How mature companies can outsmart upstarts. Harvard Business School Press.
D. PERKEMBANGAN PERSPEKTIF TENTANG INOVASI

Technology Push:
Rangkaian “Sekuensial Linier” Dorongan Kemampuan

Riset Riset Manufaktur/ Penjualan/


Dasar Terapan
Litbang Produksi Distribusi

1960an – 1970an

Demand Pull:
Riset
Rangkaian “Sekuensial Linier” Tarikan Kebutuhan
Dasar
Manufaktur/ Penjualan/
“Permintaan” Litbang Produksi Distribusi
Riset
Terapan
1970an – 1980an

Market Driven:
Rangkaian Proses “Interaktif dan Iteratif” dan sebagai Proses Pembelajaran
1980an – . . . .
E. MODEL INOVASI CHAIN-LINK

Riset – Penciptaan Pengetahuan


(Knowledge Creation)

Proses Transfer (Beragam)

Kebutuhan Invent Desain detail Redesain Pasar


Pasar
Pembuktian Uji produk Produksi Distribusi
Analisis Konsep
Dukungan
Persaingan
Prototyping klien

Siklus Pengembangan Produk


Sumber : Diadopsi dari Kline dan Rosenberg (1986).
F. ILUSTRASI PERKEMBANGAN PERSPEKTIF: MODEL
INTERAKTIF
MODEL LINIER

Technology Push
MODEL INOVASI
Pengembangan
Sains Dasar Manufaktur Pemasaran Penjualan
Teknologi

Demand Pull

Kebutuhan
Pengembangan Manufaktur Penjualan
Konsumen

MODEL INTERAKTIF

Gagasan
Kebutuhan Masyarakat dan Pasar
Baru

Pengembangan Pembuatan Pemasaran & Pasar


Gagasan Pengembangan Manufaktur (Market Place)
Prototipe Penjualan

Teknologi
Kemajuan Teknologi dan Produksi
Baru

Sumber : Diadopsi dari Dodgson dan Bessant (1996).


G. BEBERAPA FENOMENA PENTING
 Inovasi seringkali bukan technology push (driven) atau
demand pull (driven) secara “hitam – putih” yang tegas,
namun lebih merupakan proses di antaranya dan
kombinasi keduanya.
 Walaupun inovasi muncul sebagai kejadian (event) yang
mengubah sesuatu secara signifikan, inovasi bukan
merupakan kejadian sesaat dan/atau tidak terjadi/muncul
dengan sendirinya. Inovasi merupakan suatu proses.
 Inovasi lebih merupakan proses kompleks dan dinamis
(dan adakalanya terkesan sporadis) yang sering
menunjukkan paradoks. Walaupun inovasi didorong oleh
kompetisi (persaingan), inovasi tidak berkembang tanpa
kerjasama (co-operation), adakalanya bahkan antara
perusahaan yang saling bersaing. Inovasi tak lagi semata
hanya bergantung pada bagaimana perusahaan,
perguruan tinggi dan para pembuat kebijakan bekerja,
namun pada bagaimana mereka bekerjasama.
G. BEBERAPA FENOMENA PENTING

 Inovasi merupakan proses pembelajaran sosial (social


learning). Para inovator dan adopters (pengguna) sama-
sama perlu melalui proses belajar, baik menyangkut isu
teknis maupun kemanfaatan dan hal penting lain, serta
membutuhkan “interaksi” yang efektif bagi keberhasilan
inovasi.
 Iklim persaingan yang sehat memberikan tekanan
persaingan yang efektif dalam mendorong kebutuhan
akan inovasi dan keberhasilannya akan semakin
bergantung pada bagaimana berbagai elemen penting,
baik pelaku usaha, lembaga litbang, perguruan tinggi dan
pembuat kebijakan berkolaborasi. Di sisi lain, sifat inovasi
(iptek atau litbang) yang mengandung “barang
publik/public goods” (setidaknya “sebagian”) berpotensi
membawa kepada “kegagalan pasar” (market failures).
Karenanya, intervensi tertentu seringkali dipandang
perlu untuk mendorongnya.
H. BEBERAPA FENOMENA PENTING (OECD, 1999)

 Inovasi merupakan suatu proses kreatif dan interaktif


yang melibatkan lembaga-lembaga pasar dan non-pasar.
 Inovasi bergantung pada kemajuan saintifik.
 Inovasi membutuhkan lebih dari sekedar litbang. SDM
merupakan faktor yang sangat kunci. Produksi barang
dan jasa semakin knowledge-intensive, tetapi tak selalu
berarti lebih R&D intensive.
 Perusahaan merupakan aktor utama, tetapi tidak
bertindak sendiri.

Semakin penting untuk dipahami:


Inovasi pada dasarnya merupakan hasil dari
KEWIRAUSAHAAN, KREATIVITAS INTELEKTUAL,
DAN UPAYA KOLEKTIF.
I. FAKTOR PENDORONG PENTING

 Perkembangan/kemajuan teknologi (technical


novelty).
 Perubahan kebutuhan/keinginan atau “selera”
konsumen.
 Perubahan dalam segmen pasar atau
kemunculan segmen pasar yang baru.
 Tekanan persaingan yang semakin ketat.
 Perubahan atas faktor produksi (kelangkaan
relatif) dan faktor ekonomi tertentu (misalnya
nilai tukar mata uang).
 Peraturan/kebijakan pemerintah.
OUTLINE

PENDAHULUAN : INOVASI

PARADIGMA SISTEM INOVASI

BEBERAPA CONTOH PRAKARSA

CATATAN PENUTUP

DISKUSI
INOVASI TEKNOLOGI : SUPPLY, DEMAND & LINKAGES
Contoh Tingkat Adopsi di AS

Listrik
(1873) Telepon 100
Televisi (1876)
(1926)
Radio 90
(1905)
Mobil
VCR
(1886) 80
(1952)
70
Microwave

Persentase “Kepemilikan”
(1953) 60

50

(Ownership)
PC
(1975) 40

Cell Phone 30
(1983)
20
Internet
(1975)
10

0
1 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Lama (dalam Tahun) sejak Invensi
Source: Rich Kaplan, Microsoft
SALAH SATU VERSI TENTANG PERGESERAN
PANDANGAN TENTANG SISTEM INOVASI

Main characteristic:
Systems integration and networking
theory (SIN)
5th Generation Theories of Innovation Parallel processes, collaborating
companies, collaborative innovation
networks

Main characteristic:
Integrated theory of innovation
4th Generation Theories of Innovation Parallel development with integrated
development teams

Main characteristic:
3rd Generation Theories of Innovation Sequential Interactive Process

Main characteristic:
2nd Generation Theories of Innovation Demand-pull (linear)

Main characteristic:
1st Generation Theories of Innovation Technology-push (linear)

Sumber : HUT Dipoli – Roadmap, Tapio Koskinen, Markku Markkula – 2005


(Bahan Presentasi - www.dipoli.tkk.fi)
REVIEW : PENGERTIAN SISTEM INOVASI DAN KEBIJAKAN
INOVASI
 Sistem Inovasi : suatu kesatuan dari sehimpunan aktor,
kelembagaan, jaringan, hubungan, interaksi dan proses
produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan
kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan
praktik baik/terbaik), serta proses pembelajaran.

 Kebijakan inovasi (innovation policy) merupakan kelompok


kebijakan yang mempengaruhi kemajuan-kemajuan teknis dan
bentuk inovasi lainnya, yang pada dasarnya bertujuan :
 Membangun/mengembangkan kapasitas inovatif setiap
“simpul” (fungsi/kegiatan/proses) dalam sistem inovasi;
 Meningkatkan/memperlancar aliran pengetahuan dalam dan
antarfungsi/kegiatan/proses dalam sistem inovasi (ini juga
berarti meningkatkan proses pembelajaran dalam sistem);
dan
 Memperkuat hubungan dan keterkaitan rantai nilai vertikal
dan horisontal antar- fungsi/kegiatan/proses produksi,
litbang, adopsi dan difusi (termasuk komersialisasi) dan
fungsi/kegiatan/proses penunjang dalam sistem inovasi.
SISTEM INOVASI: BERBAGAI ELEMEN PENTING

Permintaan (Demand)
Konsumen (permintaan akhir)
Produsen (permintaan antara)

Sistem Politik Sistem Pendidikan Sistem Industri


dan Litbang
Perusahaan
Pemerintah Pendidikan dan Besar
Pelatihan Profesi Intermediaries
Lembaga Riset
Penadbiran Pendidikan Tinggi Brokers UKM “Matang/
(Governance) dan Litbang Mapan”

Kebijakan RPT Litbang Pemerintah PPBT

Supra- dan Infrastruktur Khusus


Standar dan Dukungan Inovasi dan HKI dan Perbankan
Norma Bisnis Informasi Modal Ventura

Framework Conditions
Kondisi Umum dan Lingkungan Kebijakan pada Tataran Internasional, Pemerintah Nasional, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
Kebijakan Ekonomi Kebijakan Industri/
Sektoral
Kebijakan Keuangan Budaya
• Kebijakan ekonomi makro • Sikap dan nilai
• Kebijakan moneter Kebijakan Promosi & Infrastruktur Umum/ • Keterbukaan terhadap
• Kebijakan fiskal Investasi Dasar pembelajaran dan perubahan
• Kebijakan pajak • Kecenderungan terhadap
• Kebijakan perdagangan Alamiah Inovasi dan kewirausahaan
• SDA (Natural Endowment) • Mobilitas
Kebijakan persaingan

Catatan : RPT = Riset dan Pengembangan Teknologi (Research and Technology Development)
PPBT = Perusahaan Pemula (Baru) Berbasis Teknologi.
SISTEM INOVASI: DINAMIKA INTERAKSI

Daerah

Pengetahuan
dan Sistem Interaksi
Inovasi Inovasi
Daerah
(SID)

Litbang & PT Keterkaitan


Pembelajaran dan
Jaringan

Pemerintah Bisnis

Sistem Inovasi
SISTEM INOVASI: SUBSISTEM DAN KETERKAITAN
MULTIDIMENSI

Klaster Industri 3
Sistem Inovasi Nasional

Klaster Industri 1
SID SID
Sektor I

Daerah Daerah
Klaster Industri:
A C
Sektor II Klaster Industri 1-Z

Klaster Industri 3-B


Klaster Industri 2-C
Sektor III Klaster Industri 1-A

SID : Sistem Inovasi Daerah.


PERGESERAN ~ Istilah Kebijakan

Inovasi Sistem

Iptek Sektor

Teknologi Bidang / Kasus Spesifik

Kebijakan Paradigma

Dalam perspektif/paradigma “sistem inovasi”, kebijakan


teknologi merupakan bagian integral dari kebijakan inovasi.
J. PERGESERAN PANDANGAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Cara Pandang Era Implikasi Kebijakan
Sebagai residual (faktor Era di mana inovasi belum Tidak/belum ada upaya khusus intervensi.
”marjinal”) pertumbuhan/ memperoleh perhatian
kemajuan (model-model khusus (terutama masa
pertumbuhan neo-klasik dan sebelum 1960an).
sebelumnya).
Inovasi sebagai proses Era Technology push (tahun Tekanan kebijakan pada sisi penawaran sangat
sekuensial linier (pineline 1960an – tahun 1970an). dominan (supply driven).
linear model). Kebijakan sains/riset sangat dominan.
Kebijakan teknologi/iptek mulai berkembang.

Era Demand pull (1970an – Tekanan kebijakan pada sisi permintaan sangat
1980an). dominan (demand driven).
Kebijakan teknologi dan/atau kebijakan iptek
berkembang, namun yang bersifat satu arah/sisi
(one-side policy) masih dominan.
Inovasi dalam kerangka Era Sistem Inovasi (1980an Kebijakan inovasi, dengan kerangka pendekatan
pendekatan sistem proses – sekarang). sistem.
interaktif-rekursif (feedback Kebijakan inovasi merupakan proses
loop/chain link model) dari pembelajaran yang perlu diarahkan pada
kompleksitas dan dinamika pengembangan sistem inovasi yang semakin
pengembangan (discovery, mampu beradaptasi.
invensi, litbang maupun non Kebijakan inovasi tak lagi hanya menjadi ranah
litbang), pemanfaatan, dan monopoli Pemerintah ”Pusat,” tetapi juga
difusi serta pembelajaran Pemerintah ”Daerah.”
secara holistik.
Kerangka Kebijakan Inovasi

Kebijakan Ekonomi Makro


 Moneter
Kebijakan Pendidikan  Fiskal Kebijakan Industri
 Pengetahuan dan  Investasi
 Perdagangan
Keterampilan  Perpajakan - Subsidi
 Kreativitas  Insentif
 Profesionalisme  Regulasi - Deregulasi
 Kewirausahaan

Kebijakan Litbang Kebijakan Inovasi Kebijakan Daerah

Kebijakan Sains Kebijakan Teknologi

Kemajuan Industri: Daya Saing, Kapasitas Inovatif,


Tingkat Difusi, Pembelajaran, Kewirausahaan

Perbaikan Bisnis
yang Ada

Perkembangan
Perkembangan
Bisnis Pemula
Investasi
yang Inovatif
TANTANGAN : PEMBANGUNAN YANG BERBASIS
PENGETAHUAN
UU No. 18/2002 : Kesejahteraan/Kemakmuran &
• Memperkuat daya dukung iptek Peradaban Bangsa
untuk mempercepat pencapaian
tujuan negaraKnowledge Economy Knowledge Society
• Meningkatkan daya saing
• Meningkatkan kemandirian
Daya Saing dan Kohesi Sosial
Daya Saing dan Kohesi Sosial
Penjelasan :
• Peningkatan pencerdasan
bangsa dan kehidupan
masyarakat
• Mengembangkan perekonomian
1. SDM yang terdidik, kreatif, dan terampil 1. Sistem informasi dan komunikasi

Industri
Klaster
negara 2. Pembelajaran seumur hidup dan budaya inovasi
2. Infrastruktur komunikasi yang dinamis 3. Sistem inovasi yang efektif
• Meningkatkan dan yang efektif
3. Sistem inovasi 4. Kohesi sosial
menyerasikan sosialinsentif
4. Pemerintahan, budayaekonomi dan 5. Kepemimpinan/kepeloporan dalam pemajuan
bangsarejim kelembagaan yang mendukung sosial budaya masyarakat
6. Rejim kebijakan yang kondusif
• Memperkuat pertahanan negara
Sistem Inovasi

Isu-isu Kontekstual

Kecenderungan dan Tantangan Universal 


Kemajuan Iptek, Ekonomi Ekonomi Faktor-faktor
Globalisasi
Inovasi Pengetahuan Jaringan Lokalitas
TANTANGAN : PEMBANGUNAN YANG BERBASIS
PENGETAHUAN
Kesejahteraan/Kemakmuran &
Peradaban Bangsa

Knowledge Economy Knowledge Society

Daya Saing dan Kohesi Sosial

1. SDM yang terdidik, kreatif, dan terampil 1. Sistem informasi dan komunikasi

Industri
Klaster
2. Pembelajaran seumur hidup dan budaya inovasi
2. Infrastruktur komunikasi yang dinamis 3. Sistem inovasi yang efektif
3. Sistem inovasi yang efektif 4. Modal sosial
4. Pemerintahan, insentif ekonomi dan 5. Kepemimpinan/kepeloporan dalam pemajuan
rejim kelembagaan yang mendukung sosial budaya masyarakat
6. Rejim kebijakan yang kondusif

Sistem Inovasi

Isu-isu Kontekstual

Kecenderungan dan Tantangan Universal 


Kemajuan Iptek, Ekonomi Ekonomi Faktor-faktor
Globalisasi
Inovasi Pengetahuan Jaringan Lokalitas
CATATAN TERMINOLOGI :
PENGERTIAN TENTANG DAYA SAING
 Beragam definisi ~ perbedaan keberterimaan (acceptability) oleh berbagai kalangan
(misalnya akademisi, praktisi, pembuat kebijakan).
 PORTER (1990): “There is NO ACCEPTED DEFINITION OF COMPETITIVENESS. Whichever
definition of competitiveness is adopted, an even more serious problem has been there is no
generally accepted theory to explain it”.
 “Pembedaan” pada beragam tingkatan:
 Perusahaan (mikro) : definisi yang paling “jelas.”
 Industri (meso) : walaupun beragam, umumnya dapat dipahami: pergeseran perspektif
pendekatan “sektoral”  pendekatan “klaster industri.”
 Ekonomi (makro) : dipandang sangat penting, walaupun masih sarat perdebatan dan kritik
(latar belakang teori).
Kemampuan suatu perusahaan mengatasi
perubahan dan persaingan pasar dalam
memperbesar dan mempertahankan
keuntungannya (profitabilitas), pangsa pasar,
Mikro ~ Perusahaan
dan/atau ukuran bisnisnya (skala usahanya)
Negara / Daerah

Memiliki
pengertian Kemampuan suatu industri (agregasi
perusahaan ~ “sektoral”  “klaster
yang Meso ~ Industri industri”) menghasilkan produktivitas yang
berbeda,
lebih tinggi dari industri pesaing asingnya
tetapi saling
berkaitan Kemampuan/daya tarik (attractiveness);
kemampuan membentuk/menawarkan
“Makro” ~ Ekonomi
lingkungan paling produktif bagi bisnis,
menarik talented people, investasi, dan
mobile factors lain, dsb.; dan Kinerja
“Konteks Telaahan” berkelanjutan.
(Perbandingan) / “Tingkatan Analisis” /
Dimensi Teritorial / Dimensi “Sektoral” Rujukan : a.l. Porter & McFetridge (1995)
Spasial
DAYA SAING (KEUNGGULAN) DAERAH

Kemampuan daerah menciptakan/


mengembangkan dan menawarkan :
iklim/lingkungan yang paling
produktif bagi bisnis dan inovasi,
daya tarik atau menarik
“investasi,” talenta (talented
people), dan faktor-faktor mudah
bergerak (mobile factors) lainnya,
serta
potensi berkinerja unggul yang
berkelanjutan.
CONTOH : MEMBANGUN KEUNGGULAN DAYA SAING DAERAH

Produk

• SDM
• Kompetensi
• Spesialisasi
Organisasi/Perus. ~ Mikro

• Himpunan SDM & Entitas Organisasi


• Hubungan - Jaringan - Interaksi
• Kolaborasi - Sinergi

SISTEM INOVASI - KLASTER INDUSTRI ~ Meso

Faktor Lokalitas & Konteks Global


DAERAH ~ Makro
KERANGKA UMUM POLA KOORDINASI

Prakarsa Tematik dan/atau Spesifik

N
A D
S Dimensi Nasional Dimensi Daerah A
I E
O R
N A
A Kerangka Kebijakan Inovasi H
L Kondisi Umum (Framework Conditions)
TANTANGAN KEBIJAKAN INOVASI

Merumuskan konsep KERANGKA KEBIJAKAN


INOVASI (INNOVATION POLICY FRAMEWORK)
 yang menjadi acuan bersama,
 diterjemahkan ke dalam tindakan dengan sasaran
yang jelas dan terukur,
 secara konsisten diimplementasikan,
 dipantau dan dievaluasi, serta
 diperbaiki secara terus-menerus.

Proses dan produk kebijakan inovasi yang baik


pada dasarnya merupakan proses dan produk
pembelajaran
KRITERIA KEBIJAKAN

• Efektivitas.
• Efisiensi.
• Memiliki daya bangkitan yang signifikan
(significant leveraging effects).
• Kelayakan cakupan (adequacy of scope).
• Memenuhi kaidah pasar (conforming to the
market mechanisms).
• Konsistensi.
• Koherensi.
• Keterbukaan dan akuntabilitas.
• Komitmen kebijakan.
TIGA DIMENSI PENTING KEBIJAKAN INOVASI

 Dimensi ”penadbiran kebijakan” (policy governance), bahwa


kebijakan inovasi dapat ditentukan pada beragam tataran (lokal,
daerah, nasional dan internasional), di mana koherensi dan
komplementasi satu dengan lainnya sangatlah penting.
 Dimensi sektoral di mana terdapat beragam faktor yang akan
memberikan pengaruh umum serupa walaupun dengan tingkat
yang berbeda dan pengaruh yang mungkin bersifat spesifik
sektor. Karenanya, respons kebijakan yang dikembangkan perlu
mempertimbangkan hal ini.
 Interaksi dengan bidang kebijakan lainnya, di mana kebijakan
inovasi seringkali perlu diimplementasikan melalui kebijakan
lainnya (mis.: selain kebijakan litbang/kebijakan teknologi).
Karenanya, konsepsi inovasi dan sistem inovasi perlu semakin
”lekat/terpadu” dalam beragam kebijakan terkait lainnya.
ISU KOORDINASI - KOHERENSI KEBIJAKAN INOVASI

 Fragmentasi “sektoral”;
 Dikotomi “Pusat/Nasional” – “Daerah”;
 Tumpang-tindih dan inkonsistensi antar
“bidang/ aspek”;
 Perkembangan sistem pemerintahan;
 Kebutuhan proses pembelajaran kebijakan
yang lebih baik;
 Kebutuhan respons kebijakan yang cepat,
tepat, dan terkoordinasi atas dinamika
perubahan dan tantangan.
KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI : THE MISSING LINKS

RPJMN 2004-2009

Bab 22 dalam RPJMN 2004-2009

Program Difusi Program


Program dan Peningkatan
Litbang Iptek Pemanfaatan Kapasitas Iptek
Iptek Sistem Produksi
Bab Lain Bab Lain

Program
Penguatan
Kelembagaan
Iptek

The “Missing Links” :


Dimensi yang lebih tegas dan
koheren menyangkut
pengembangan sistem inovasi

Kerangka Kebijakan Inovasi


ISU KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI
DI INDONESIA

 Kelemahan kerangka umum.


 Kelemahan kelembagaan dan daya dukung
iptek/litbang serta rendahnya kemampuan absorpsi
UKM.
 Kelemahan keterkaitan, interaksi dan kerjasama
difusi inovasi (termasuk praktik baik/terbaik dan/atau
hasil litbang).
 Persoalan budaya inovasi.
 Kelemahan fokus, rantai nilai, kompetensi dan
sumber pembaruan ekonomi dan sosial.
 Tantangan global.
HEKSAGON KEBIJAKAN INOVASI

3 5

2 6
1

• Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi


dan bisnis.
• Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang dan
mengembangkan kemampuan absorpsi UKM.
• Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan
meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil
litbang.
• Mendorong budaya inovasi.
• Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan
pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan
daerah.
• Penyelarasan dengan perkembangan global.
ILUSTRASI SKEMA STRUKTUR MODEL INSTRUMEN KEBIJAKAN
(PROGRAM)

Pemangku Kepentingan Lain

Kementerian/ Pola Pemerintahan Daerah +


Departemen/Badan + DRN
& Para Pemangku Koordinasi DPDS, DRD & Pemangku
Terbuka Kepentingan
Kepentingan

Program Payung
Pengelolaan Pengelolaan
Nasional Daerah

Pelaku Riset, Inovasi/Bisnis & Pendukung


Kerangka dan Elemen Penting bagi Perkembangan Sistem Inovasi
Daerah

Kerangka Kebijakan
(kerangka dan instrumen, termasuk regulasi daerah)

Bisnis Keterkaitan, Jaringan & Interaksi Infrastruktur dan


• Yang telah ada Dukungan Khusus
Produktif dan/atau
• Baru dan/atau pemula
Permintaan Penyediaan Terspesialisasi
pengetahuan/ • Litbang (& rekayasa)
Investasi pengetahuan/
• Lab. Khusus (& Taman
• Ke daerah inovasi: inovasi:
• Iptek)
• Ke luar daerah Akses • Penciptaan/ • Inkubator & PJPB/BDSP
• Adopsi pengembangan • Jasa legal, bisnis/
• Pemanfaatan • Alih manajemen,
Sistem Pembiayaan kewirausahaan
• Pengembangan
bagi Aktivitas Inovasi • SDM
• Pendanaan litbang • Organisasi profesi &
• Modal berisiko Kewirausahaan, bisnis
• Perbankan Komersialisasi & • Jaringan khusus
• Jasa keuangan lain Difusi
• Pasar modal Infrastruktur Dasar

Kebutuhan “Pasar” Pengetahuan “Global”


Pengetahuan “Lokal” • Lokal (Nasional & Internasional)
• Embodied • Global (antardaerah,
nasional, internasional) • Embodied
• Disembodied (tacit dan yang
• Disembodied (tacit dan yang
terkodifikasi)
terkodifikasi)

Lembaga/Organisasi lain yang Terkait dengan Daerah


(pemerintah, swasta, dan non-pemerintah, termasuk lembaga internasional)
REPOSISI, FOKUS, DAN SINERGI PROGRAM/KEGIATAN

Reposisi, fokus,
dan sinergi • Kualitas Hidup &
Kesejahteraan Masyarakat
Instrumen • Kemajuan ekonomi
kebijakan
Instrumen
kebijakan
Produktivitas/
Daya Saing &
Kohesi Sosial
daya ungkit
(leverage) Inovasi dan Difusi
Lebih besar serta Pembelajaran
daya ungkit
(leverage)

Reposisi, fokus, dan sinergi agar memberikan


efektivitas, efisiensi, jangkauan (outreach) dan daya
ungkit (leverage) lebih besar dalam menghasilkan
dampak ekonomi dan sosial
INOVASI, TECHNOPRENEURSHIP DAN MODERNISASI
“SUMBER” PERKEMBANGAN EKONOMI

Perbaikan
Bisnis yang Ada
(Existing)
Keterkaitan Siklus yang Makin Menguat
Pengetahuan & (Dari vicious cycle menjadi
Kompetensi
virtuous cycle)
Faktor keunggulan Rantai
lokalitas Pembelajaran, Nilai Penyediaan
termasuk Inovasi & pengetahuan/
Litbangyasa Difusi teknologi
Interaksi &
Keterkaitan

Rantai
Daya Saing yang Nilai
Produksi Investasi untuk
Lebih Tinggi
Inovasi

Investasi ROI yang Lebih Pengembangan


Dari Luar Tinggi Bisnis Baru

Investasi (&
perdagangan
)
Ke Luar
INOVASI, TECHNOPRENEURSHIP DAN MODERNISASI
“SUMBER” PERKEMBANGAN EKONOMI

Perbaikan
Bisnis yang Ada
(Existing)
Keterkaitan Siklus yang Makin Menguat
Pengetahuan & (Dari vicious cycle menjadi
Kompetensi
virtuous cycle)
Faktor keunggulan Rantai
lokalitas Pembelajaran, Nilai Penyediaan
termasuk Inovasi & pengetahuan/
Litbangyasa Difusi teknologi
Interaksi &
Keterkaitan

Rantai
Daya Saing yang Nilai
Produksi Investasi untuk
Lebih Tinggi
Inovasi

Investasi ROI yang Lebih Pengembangan


Dari Luar Tinggi Bisnis Baru

Investasi (&
perdagangan
)
Ke Luar
Pentingnya Perusahaan Pemula yang Inovatif (PPBT)

 Sekitar 81,5% kesempatan kerja baru di AS pada periode 1969


– 1976 terletak pada perusahaan-perusahaan kecil dengan
tenaga kerja kurang dari 100 orang (66% kesempatan kerja
baru berasal dari perusahaan dengan tenaga kerja kurang dari
20 orang) (David Birch, 1980, dikutip dari Case, 1989).
 High-potential entrepreneurial firms (atau disebut juga gazelles)
berkontribusi atas lebih dari 70% pertumbuhan kesempatan
kerja di AS dalam periode 1992 – 1996, walaupun hanya sekitar
3% dari keseluruhan populasi bisnis di AS (Autio, 2003).
 7 dari 10 kesempatan kerja baru di Swedia dalam periode 1985
– 1989 diciptakan oleh usaha kecil dan menengah (Davidsson,
et al., 1995 ).
 4% dari perusahaan baru (the high-potential entrepreneurs atau
PPBT) muncul setiap tahun dan berkontribusi atas sekitar 50%
kesempatan kerja dalam perusahaan yang bertahan selama 10
tahun berikutnya (Studi oleh Storey [Autio, 2003]).
 Global Entrepreneurship Monitor (Neck, et al., 2003)
mengungkapkan bahwa tingkat aktivitas kewirausahaan
menjelaskan 70% perbedaan dalam pertumbuhan ekonomi
antar negara.
 Studi GEM juga mengungkapkan antara lain berikut ini:
 Negara dengan tingkat kewirausahaan di atas rata-
rata cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi
yang tinggi.
 Dukungan keuangan sangat terkait erat dengan
tingkat aktivitas kewirausahaan.
 Pendidikan (menengah atas) memiliki peran sangat
penting bagi kewirausahaan (menjelaskan 40%
perbedaan aktivitas kewirausahaan di antara negara-
negara GEM) dan pendidikan kewirausahaan
khususnya dinilai sebagai prioritas.
 Selain itu, pandangan legitimasi sosial tentang
kewirausahaan merupakan faktor yang juga sangat
penting.
OUTLINE

PENDAHULUAN : INOVASI

PARADIGMA SISTEM INOVASI

BEBERAPA CONTOH PRAKARSA

CATATAN PENUTUP

DISKUSI
CONTOH PRAKARSA

1. Kabupaten Tegal :
 Tahapan klaster industri
 Kelembagaan Dewan Peningkatan Daya Saing dan DRD
 Pusat Pelayanan dan Inovasi Teknologi
 Parkarsa-prakarsa tematik sektoral
 Pengembangan pewirausaha pemuda
2. Kabupaten Sumedang :
 Tahapan mula klaster industri
 Kelembagaan Peningkatan Daya Saing dan DRD (melebur)
 Pengembangan pewirausaha pemuda
3. Kabupaten Barru :
 Tahapan mula klaster industri
 Kelembagaan Dewan Peningkatan Daya Saing
 BDSP Rumput Laut
4. Kabupaten Malang :
 Tahapan mula klaster industri hrotikulutura
 Terminal Agribisnis
 BDSP
5. Kabupaten Agam
 Tahapan mula klaster industri
KERJASAMA ANTAR DAERAH : JAWA TENGAH

Sapta Mitra Pantura

1. Surakarta
2. Boyolali
3. Sukoharjo
4. Karanganyar
Barlingmascake 5. Wonogiri
b Subosukawonosrate 6. Sragen
n 7. Klaten
CONTOH PRAKARSA

1. Kabupaten Jembrana:
 E-Government
 Jaringan informasi dan komunikasi
Jimbarwana.Net (seluruh desa/kelurahan dan
kecamatan, untuk administrasi pemerintahan,
pelayanan publik, pendidikan, dan bisnis)
 IGOS Support Center
2. Kabupaten Sawah Lunto, Pulang Pisau, Morowali,
Banyuwangi, Gianyar, dll :
 E-Government
3. UNDIKSHA : E-Learning
4. Yayasan Pekerti : SIM
TECHNICAL ASSISTANCE PENGEMBANGAN E-GOV / E-LEARNING 2006

Aceh
Perluasan
Ut ceh

si
in
a
A
ar

ov
Upgrade Pr

Implementasi/
Operasionalisasi Sumbar Sulteng
Instalasi & Uji

li
to
tar

wa
po
n
Da

Sistem & Modul


Lu

lo

o
or
Pa
T.

S.

Dasar

M
Rencana &/
Infrastruktur

Peningkatan Jabar Jateng Jatim Bali NTT Kalteng

ya a
go

Ga a

lu
h
gi

si
Kapasitas SDM

Ka u
P. si

as
an

Gi nes

sa
Be

in

in
an
ro
n

pu
br

Pr a
r
ka ota
Ka nga

Pi
ov

ov
BK ov al

no

Setempat

bu
uw
i

b
m
ns

Pr Teg

Ka

Pr
Pe K

an
Po

am
Je
lo

ny
i

AD &

U
ov

Ba

At
b
Pr

Awareness
BEBERAPA PRAKARSA

 Dialog reformasi kebijakan di tingkat nasional. Ini termasuk


dalam bentuk:
• dialog dalam DRN, fora peningkatan kapasitas di KNRT,
focus Group discussion/FGD Sistem Inovasi Nasional,
visi dan misi iptek 2025, strategi dan prinsip kemitraan
iptek, sistem insentif riset;
• prakarsa sistem pengetahuan/teknologi masyarakat:
kajian, rancangan kebijakan, inventarisasi, dokumentasi,
pengembangan, perlindungan hukum;
• beberapa pemetarencanaan teknologi (technology
roadmapping) terkait dengan program prioritas nasional.
 Kemitraan dengan daerah sebagai dukungan peningkatan
kemampuan daerah (prakarsa pengembangan sistem inovasi
daerah/SID dan klaster industri/KI di daerah dalam PEL), seperti
 Fora informasi (termasuk awareness campaign), diskusi dan
peningkatan kapasitas stakeholders tentang PEL, SID, KI
dan TIK.
BEBERAPA PRAKARSA

 Panduan dan bantuan teknis dalam


pengembangan/penguatan kelembagaan kolaboratif
di daerah: misalnya dalam pengembangan Dewan
Peningkatan Daya Saing/DPDS, Dewan Riset
Daerah/DRD, Tim Klaster Industri daerah. Daerah
yang tengah didampingi: Kabupaten Tegal,
Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Barru.
Daerah yang direncanakan didampingi: Kota
Pekalongan, Badan Koordinasi Antar Daerah/BKAD
Subosukowonosraten).

 Panduan dan bantuan teknis dalam penyusunan


dokumen Strategi Inovasi Daerah.
BEBERAPA PRAKARSA
 Panduan dan/atau bantuan teknis dalam tematik spesifik daerah,
beberapa contoh:
• panduan dan bantuan teknis dalam pengembangan e-
Government (model percontohan: Kabupaten Jembrana).
• panduan dan bantuan teknis dalam pengembangan e-Learning
(termasuk kerjasama yang tengah dikembangkan dengan
UNDIKSHA – Singaraja).
• kemitraan dan bantuan teknis dalam pengembangan pemuda
pewirausaha pemula inovatif (bekerjasama dengan
Kementerian pemuda dan Olah Raga).
• kolaborasi nasional dan daerah dalam pengembangan dan
pemanfaatan, serta difusi open source software/OSS (filosofi
using more is better; Digital Retrieval - Local & Global;
Collaborative Work Group Software; Tele/distance Capabilities.
Ini juga sebagai upaya dalam mengatasi isu digital/knowledge
divide).
• bantuan teknis dalam pengembangan stasiun TV lokal di
daerah perbatasan.
 Peningkatan peran swasta dalam PEL (forum nasional corporate social
responsibility/CSR, peningkatan kapasitas stakeholder dalam PEL)
 Kemitraan litbang dengan swasta, termasuk UKM.
OUTLINE

PENDAHULUAN : INOVASI

PARADIGMA SISTEM INOVASI

BEBERAPA CONTOH PRAKARSA

CATATAN PENUTUP

DISKUSI
PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK

 Kerangka kebijakan. Kerangka kebijakan yang “sesuai dan disepakati


bersama” perlu dikembangkan sebagai pijakan (platform) para pihak untuk
membangun langkah yang lebih terpadu. Reformasi kebijakan perlu diletakkan
dalam agenda jangka panjang dan dilakukan dengan kesungguhan, konsisten
dan bertahap.

 Peningkatan kapasitas penentu kebijakan dan stakeholder.


Reformasi kebijakan adalah suatu proses pembelajaran, bukan saja bagi para
penentu kebijakan tetapi juga beneficiaries dan stakeholders kunci lainnya.
Cara dan kemampuan/keterampilan para pihak perlu dikembangkan agar
semakin mampu menghasilkan proses dan produk kebijakan yang semakin
baik.

 Proses partisipatif. Setiap pihak memiliki peran masing-masing yang perlu


terus dikembangkan. Namun kebijakan yang baik memerlukan peran dan
upaya komplementatif dan sinergis banyak pihak. Proses partisipatif
merupakan cara yang sesuai dalam melakukan reformasi kebijakan,
menumbuhkembangkan proses pembelajaran kebijakan dan merupakan
investasi sangat penting dalam membangun modal sosial.

 Intensitas interaksi fasilitator, pakar, penentu kebijakan dan


aktor/stakeholders kunci lain. Intensitas interaksi fasilitator, pakar,
penentu kebijakan dan aktor/stakeholders kunci lain sangat mempengaruhi
“keberhasilan” dalam mengawali dan memelihara momentum prakarsa
tindakan kolaboratif.
PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK ~ Tantangan

 Proses panjang untuk meningkatkan pemahaman tentang beberapa


konsep dan praktik, termasuk membangun “kemitraan” yang sinergis.
 Perbaikan paradigma, perubahan mindset, sikap dan cara tindak
semua aktor (penentu kebijakan, swasta, ornop, dan masyarakat). Ini
juga terkait dengan good will, willingness to change, komitmen mitra
dan komitmen bersama.
 Dimensi politik.
 Local champions, pioneering, leadership dan pelembagaan proses.
 Langkah-langkah “kecil” dan momentum perbaikan.
 Komunikasi.
 One size doesn’t fit all. Upaya pengembangan/penguatan sistem
inovasi daerah memang dapat memanfaatkan “pelajaran” dari pihak
lain (daerah/negara lain), termasuk memanfaatkan praktik-praktik
baik/terbaik (good/best practices). Para pihak pun sebenarnya tidak
perlu “terjebak” dalam reinventing the wheel. Akan tetapi segi-segi
positif universal yang diperoleh (dari keberhasilan/kegagalan) tetap
memerlukan “penyesuaian” kontekstual sesuai dengan karakteristik
dan perkembangan masing-masing “kasus” daerah.
Contoh Kerangka Pentahapan Umum

Memprakarsai Menjadi “Pemain


Pengembangan Khusus” dalam
Klaster-klaster Pasar Nasional,
Industri Spesifik Regional dan/atau
dan SID Internasional

Pengembangan Posisi
Bersaing
Spesifik dalam “Relung” Membangun
Atas Dasar Menjadi
Ekonomi tertentu: Pasar Klaster-klaster
Murahnya “Pemain
Lokal/Setempat, Segmen Industri
Tenaga Kerja Utama” dalam
“Antardaerah dan Spesifik dan
dan/atau SDA Pasar Global
Nasional dan/atau SID yang Kuat
di Daerah
Regional/Internasional”

Perluasan Penghimpunan, Perluasan


Produksi dalam Pemanfaatan, dan Pelayanan Pasar
Memperkuat
Sektor Lain yang Pengembangan Lokal, Nasional,
Klaster-klaster
Memiliki Biaya Potensi Spesifik Regional
Industri Spesifik
Rendah atau Terbaik Setempat (Antarnegara)
dan SID dalam
Melimpahnya SDA (Sosial, Ekonomi dan/atau
Konteks Global
Daerah Budaya) Internasional

Posisi Saat Kini Tahap Awal Tahap Pengembangan Tahap Ekspansi


CONTOH PENDEKATAN PENTAHAPAN

Lanjutan

Pelaksanaan RPJMD
Berikut

Penyempurnaan, Perluasan Tahun 3


& Penyiapan RPJMD Berikut

Model Percontohan & Tahun 2


Praktik Baik

Konsolidasi, Reposisi Tahun 1


Strategis & Refocusing

Tahun 0
REKOMENDASI PERAN DAERAH

• Menyusun dan memperbaiki strategi inovasi daerah


masing-masing secara terus-menerus, menetapkan tujuan
strategis kebijakan dan sasaran-sasarannya sesuai dengan
konteks masing-masing daerah, serta
mengimplementasikannya secara konsisten;
• Mengembangkan kerjasama dengan pihak-pihak yang
berkompeten (misalnya DRN, KRT,
kementerian/departemen terkait, lembaga litbang dan
perguruan tinggi dan/atau lembaga lainnya) dalam upaya-
upaya pengembangan sistem inovasi daerah, termasuk
penataan/ pengembangan basisdata (indikator) penting di
masing-masing daerah (khususnya yang relevan dengan
sistem inovasi dan daya saing) yang sedapat mungkin
kompatibel dengan daerah lain dan nasional;
• Berpartisipasi aktif dalam prakarsa pembelajaran inovasi,
termasuk kebijakan inovasi.
SETIAP DAERAH PERLU PROAKTIF

 Membuat/menetapkan inovasi sebagai “jantung” pembaruan/


pembangunan dalam keseluruhan bidang ekonomi di setiap daerah;
 Memperbaiki kerangka dan instrumen legislasi serta iklim daerah
yang mendukung/kondusif bagi perkembangan inovasi dan bisnis;
 Mengembangkan pasar yang dinamis bagi inovasi, pengetahuan/
teknologi dan praktik-praktik baik;
 Meningkatkan investasi dalam inovasi;
 Memperkuat manajemen bidang-bidang kebijakan;
 Mengembangkan keterampilan/kapasitas bagi pembelajaran
kebijakan inovasi;
 Mengembangkan penadbiran inovasi (innovation governance) yang
efisien, termasuk kerangka dan instrumen-instrumen kebijakan yang
fokus sesuai dengan konteks daerah.
PERAN NASIONAL

• Mengembangkan kerangka kebijakan inovasi yang


terkoordinasi dan terpadu sebagai acuan bagi para pihak
dalam melaksanakan perannya dalam pengembangan sistem
inovasi di Indonesia;
• Meningkatkan koherensi beragam kebijakan di bawah ranah
kompetensinya (mandatnya) sebagai bagian integral dari
kebijakan inovasi nasional;
• Mengembangkan program/kegiatan prioritas dalam
kerangka sistem inovasi nasional, termasuk misalnya
program payung, pola hibah bersaing dan/atau bentuk-bentuk
patungan (sharing) ”pusat – daerah,” pola pembiayaan set
aside dan/atau kemungkinan pola anggaran struktural DAU,
DAK atau dekonsentrasi;
• Memprakarsai/mengembangkan kerangka proses
pembelajaran dalam kebijakan inovasi;
• Bekerjasama dengan daerah dalam mengembangkan
program terpadu pengembangan sistem inovasi dan
melakukan pengkajian bersama berkaitan dengan proses
pengembangan sistem inovasi, kebijakan inovasi dan
kinerjanya;
• Mengembangkan prakarsa percontohan, bekerjasama
dengan beberapa daerah;
PERAN NASIONAL

• Mendorong inovasi di sektor swasta dan publik dengan


mengorganisasikan pertukaran informasi dan pengalaman
dalam mendorong dan mendiseminasikan informasi tentang
inovasi di lingkungan industri dan sektor publik;
• Memprakarsai dan mendorong upaya peningkatan
kapasitas para pihak (misalnya melalui pelatihan, semiloka,
kampanye keperdulian dan upaya relevan lainnya) terkait
dengan kebijakan dan faktor/aspek penting yang
mempengaruhi kinerja inovasi dan daya saing bisnis dan
daerah;
• Mengembangkan kerjasama internasional dalam
pengembangan sistem inovasi, termasuk dalam penadbiran
kebijakan inovasi;
• Mendorong difusi praktik-praktik baik (termasuk
penadbiran kebijakan inovasi) di seluruh wilayah
Indonesia;
• Menyebarluaskan pelaporan/publikasi berkaitan dengan
perkembangan sistem inovasi di Indonesia.
PERAN BERSAMA

• Mengembangkan mekanisme yang sesuai bagi koordinasi


horisontal maupun “vertikal” untuk mengatasi secara bertahap
persoalan-persoalan koherensi pada berbagai dimensi;
• Mengembangkan prakarsa bersama mekanisme
koordinasi, terutama mekanisme koordinasi terbuka, sebagai
salah satu cara untuk lebih memungkinkan proses
pembelajaran bersama dalam pengembangan dan
implementasi kebijakan inovasi;
• Meningkatkan kerjasama dan prakarsa-prakarsa bersama
(kolaboratif) terutama dalam mengembangkan kerangka
bersama (di daerah, daerah – daerah, dan daerah –
pusat/nasional, maupun untuk kerjasama internasional) dalam
rangka memperkuat inovasi di seluruh wilayah Indonesia.
DESAIN AKTIVITAS AWAL

WP 1: Forum pertemuan dan Sekretariat:


WP Leader : . . .

WP 3: Perluasan pemahaman,
community of practice, bantuan
teknis
WP leader : . . . .
WP leader : . . . . WP 5: Fora/ Konferensi
nasional dan antologi

WP leader : . . . .
WP 4: Pemetaan, identifikasi
WP 2: Aktor, aktivitas, dan Isu/kebutuhan nasional, kajian
metodologi kebijakan
WP leader : . . . .
WP leader : . . . .
DESAIN AKTIVITAS AWAL

 WP 1. Forum: Sekretariat dan Seri Pertemuan: Diskusi,


pembelajaran, pertukaran pengalaman.
 WP 2. Pemetaan Aktor, Aktivitas Penting, dan Metodologi terkait
dengan Sistem Inovasi dan Kebijakan Inovasi: Pemutakhiran
pemetaan aktor/stakeholders kunci dan deskripsi aktivitas
terkait dengan sistem inovasi di daerah, wilayah tertentu
dan/atau Indonesia.
 WP 3. Perluasan Pemahaman, Pengembangan Community of
Practice, Bantuan Teknis (Technical Assistance): Peningkatan
kapasitas penentu kebijakan, peneliti, dan stakeholders kunci
lain, serta pengembangan jaringan kemitraan; dan Bantuan
teknis.
 WP 4. Pemetaan, Identifikasi Isu/Kebutuhan Nasional, Kajian
Inovasi: Kajian, advokasi, advis kebijakan; dan penghimpunan
dan diseminasi “praktik baik/terbaik.”
 WP 5: Fora/Konferensi nasional dan Antologi: Konferensi
nasional sistem inovasi dan kebijakan inovasi, serta
“penghimpunan” bahan dan hasil (pengembangan knowledge
management).
PENUTUP

 Peningkatan daya saing dan kohesi sosial perlu menjadi strategi pokok
dalam PEL/D dalam rangka peningkatan kesejahteraan/penurunan
kemiskinan di daerah. Pilar dalam hal ini adalah
pengembangan/penguatan sistem inovasi daerah.

 Dalam praktik implementasinya, konsep/pendekatan sistem inovasi dan


klaster industri dapat diibaratkan sebagai dua sisi dari mata uang logam
daya saing. Melalui semangat berkompetisi dan berkolaborasi, para
aktor perlu semakin mampu untuk bermain sesuai dengan peran/fungsi
dan kompetensi yang dibutuhkannya dalam membentuk dan
memperbaiki mata uang logam yang semakin bernilai.

 Gerbang Indah Nusantara pada intinya merupakan suatu upaya untuk


memperbaiki proses koordinasi dan sebagai semangat dan ajakan
keprakarsaan (kepeloporan) bersama, untuk menumbuhkembangkan
kolaborasi sinergis dalam pengembangan/penguatan sistem inovasi
daerah. Ini, secara bertahap, diharapkan dapat menjadi gerakan
bersama para pemangku kepentingan (setiap sektor ekonomi dan/atau
pembangunan, setiap tataran pemerintahan, setiap daerah/wilayah,
dan “lintas bidang”) dalam mengembangkan/ memperkuat sistem
inovasi (daerah dan nasional) sebagai landasan dan pilar peningkatan
daya saing dan kohesi sosial dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi dan semakin adil.
PENUTUP

 Heksagon kebijakan inovasi ditawarkan sebagai advis bagi kerangka


kebijakan inovasi (innovation policy framework) nasional dan daerah
diusulkan dan dapat menjadi tititk masuk dan/atau pijakan untuk
memperbaiki koordinasi dan meningkatkan koherensi kebijakan.
 Bagaimana pun, keberhasilan suatu gerakan berpangkal dari SDM
yang memiliki “idealisme” dan menjunjung moral/etika untuk melakukan
perbaikan, semangat perbaikan sikap, perilaku dan keterampilan,
berkembang menjadi budaya. Setiap daerah pun perlu berupaya
mengatasi “kekurang-memadaian SDM berkualitas” dan/atau
“kesenjangan” pengetahuan, serta mendorong secara agresif upaya-
upaya reversed brain drain. Langkah-langkah yang dikembangkan akan
perlu mencapai suatu “masa kritis” (critical mass), agar menjadi
gerakan yang mampu membawa kepada perbaikan signifikan.
 Inovasi pada umumnya tidak terjadi dalam keterisolasian. Karena itu,
mengembangkan/memperkuat jaringan dan kemitraan perlu dilakukan
dalam berbagai segi dan proses pengembangan/penguatan sistem
inovasi daerah. Pengembangan/penguatan sistem inovasi daerah
merupakan suatu proses pembelajaran bersama, yang keberhasilannya
pada akhirnya akan ditentukan oleh kesungguhan dan konsistensi para
pihak yang terlibat.
ROAD MAP KEMITRAAN

K IV
Showcase pilot partnerships
Benchmark praktik baik
Phase-off
K III
Perluasan program
Difusi
K II
Prakarsa kemitraan
Operasionalisasi &
perbaikan

KI
Pre-assessment
A(wareness) I Kesepahaman (MoU)
‘Special Event’ Exploratory Kick-start pilot partnerships dan
Workshop Kemitraan untuk penentuan titik mulai
Pembangunan Daerah Peningkatan kapasitas mitra
The new wave – innovation!

Terimakasih
Terimakasih
Dr. Tatang A. Taufik
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Gedung BPPT II, Lt 21
Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta 10340
Telp. (021)-3169813
Fax. (021)-3169811
E-mail: tatang@inn.bppt.go.id
Finnish Centres of Expertise Programmes (Halme,
2003)
Lapland CoE Jyväskylä Region CoE Kainuu CoE
•IT, Control of
for the Experience Industry Papermaking, Energy and •Measuring Technique and Network CoE
•Experience Industry Environmental Technology •Chamber Music for
Kuopio Region CoE Food
Oulu Region CoE
2003 •IT, Medical-, Bio- and •Pharmaceutical Developmen
Environmental Development, Health t
-2006 Technology Care- and
Agrobiotechnology
Raahe –Nivala –Tornio CoE North Carelia CoE Network
•Metal and Maintenance Services •Wood Technology and
Forestry, Polymer CoE
Technology and Tooling for
Kokkola Region CoE Turism
•Chemistry Mikkeli Region CoE
•Composite and coatings
CoE for Western Finland Network
1999 •Energytechnology Lahti Region CoE CoE
-2002 •Design, Quality and Ecology for
Wood
Seinäjoki Region CoE Products
South-East Finland CoE
•Foodindustry and •High Tech Metal
Embedded Syst. Structures, Prosess and
Systems for Forest
Tampere Region CoE Industry, Logistics and Regiona
•Engineering and Expertise on Russia l
automation, ICT, Media
Services and Health Care Häme CoE Netwo
1994Satakunta
Tech CoE •Vocational Expertise and rk
e-Learning
-1998•Materials and Distance Technology
Helsinki Region CoE
•Active Materials and
South-West Finland CoE Microsystems, Gene
•Biomaterilas, Diagnostics, Technology, Software Hyvinkää Region CoE
Pharmaceutical Product Business, Digital
Development, Surface Media, e-Learning and •Lifting and Transfer Machines
Tech. of Materials, ICT and Cultural Industry, Health
Cultural Content Production Care Technology and
Logistics
CONTOH DI AMERIKA SERIKAT

Komposisi
Ekonomi Daerah/Regional
Spesialisasi Ekonomi Daerah/Regional
Di Amerika Serikat
Denver, CO Chicago
Leather and Sporting Goods Communications Equipment Boston
Oil and Gas Processed Food Analytical Instruments
Seattle-Bellevue-Everett, WA Aerospace Vehicles and Defense Heavy Machinery Education and Knowledge
Aerospace Vehicles and Defense Creation
Fishing and Fishing Products Wichita, KS Communications Equipment
Wichita, KS Pittsburgh,
Aerospace Pittsburgh,PAPA
Analytical Instruments AerospaceVehicles
Vehiclesand
and Construction
Defense ConstructionMaterials
Materials
Defense Metal
Heavy MetalManufacturing
Manufacturing
HeavyMachinery
Machinery Education
Oil EducationandandKnowledge
Knowledge
Oil and Ga
and s
Gas Creation
Creation

San Francisco-
Oakland-San Jose
Bay Area
Communications Equipment Raleigh-Durham,
Raleigh-Durham,NC NC
Agricultural Products Communications
CommunicationsEquipment
Equipment
Information Technology Information
InformationTechnology
Technology
Education
Educationand
and
Knowledge
KnowledgeCreation
Creation

Los Angeles Area


Apparel
Atlanta,
Atlanta,GA
GA
Building Fixtures, San
SanDiego
Diego Construction
ConstructionMaterials
Materials
Equipment and Leather
Leatherand
andSporting
SportingGoods
Goods Transportation
Transportationand
andLogistics
Logistics
Services Power
PowerGeneration
Generation Houston
Business
BusinessServices
Services
Entertainment Education
Educationand
andKnowledge
Knowledge Heavy Construction Services
Creation
Creation Oil and Gas
Aerospace Vehicles and Defense

Note: A geographic area can be either a Metropolitan Area (MSA, PMSA, CMSA or NECMA) or Economic Area as defined by the Bureau of the Census and
Bureau of Economic Analysis, respectively. Clusters are the three highest ranking clusters in terms of share of national employment.
Sumber: Cluster Mapping Project, Institute for Strategy and Competitiveness, Harvard Business School, Dikutip dari Porter (2001).
BENTUK KELEMBAGAAN BERAGAM

Umum
Kamar Dagang Fokus pada upaya peningkatan
Asosiasi Profesi daya saing daerah secara
keseluruhan (lintas klaster)
Jaringan Sekolah/Perguruan
Tinggi
Dewan Penasihat
Dewan Daya Saing

Spesifik Klaster Industri


Asosiasi Industri Fokus pada upaya
Asosiasi dan Masyarakat pengembangan/penguatan
Profesi Khusus/Spesialis spesifik klaster tertentu
Inkubator
Konsorsium
Tim/Forum/Komite Klaster
CONTOH : NEGARA BAGIAN GEORGIA
 The Governor’s Advisory Council on Science and Technology
Development (Dewan Penasihat Gubernur di bidang
Pengembangan Iptek), yang dibentuk pada tahun 1992, sebagai
penentu/pembuat kebijakan iptek dan mendorong peran
teknologi dalam pembangunan ekonomi Negara Bagian
Georgia;
 The Information Technology Policy Council (ITPC) yang
dikembangkan pada tahun 1995, untuk berfokus pada
pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi;
 The Economic Development Institute (EDI) yang bergerak di
bidang pembangunan ekonomi, alih teknologi, dan
pengembangan perusahaan;
 The Georgia Research Alliance, yaitu organisasi nirlaba yang
mewakili kemitraan tiga pihak: Pemerintah Negara Bagian
Georgia, komunitas bisnis, dan perguruan tinggi. Misi organisasi
ini adalah menumbuhkembangkan kemitraan perguruan tinggi-
industri yang dapat mengungkit kapabilitas riset untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi Negara Bagian Georgia.
 Strategi Georgia terdiri atas tiga elemen utama, yaitu:
mendukung perusahaan-perusahaan pemula (baru) yang
berteknologi tinggi, memfasilitasi kemitraan antara perguruan
tinggi dengan industri, dan memanfaatkan teknologi informasi
Georgia, USA – statistik dasar :
 Penduduk: 7,5 juta; tenaga kerja: 3,5 juta; manufaktur:
17%; jasa: 26%; perdagangan: 25%
 12.000+ adalah perush. manufaktur; 98% = UKM, dan
terus berkembang . . .
 Manufaktur : 600.000 tenaga kerja; 66% = UKM.

Secara tradisi bukan lokasi inovasi :


 Sebagian besar industri Georgia adalah di sektor
tradisional (mis. tekstil, pengolahan pangan) atau pabrik-
pabrik cabang umumnya
 Kinerja pendidikannya buruk
 Budaya inovasi yang lemah
 Pendanaan litbang industri yang rendah; di masa lalu,
litbang pemerintah didominasi oleh pengadaan
pertahanan (defense procurement)

Kecenderungan ke arah peningkatan inovasi :


 Pendanaan teknologi oleh Georgia meningkat pesat
 Perusahaan inovatif & pekerjaan teknologi tumbuh (GA –
terdepan di AS dalam pertumbuhan pekerjaan teknologi di
tahun 1990an) – namun masih merupakan bagian yang
kecil
 Tantangan : “many Georgia’s” – perusahaan inovatif
sering berlokasi di suburban Atlanta, bukan di pusat kota,
mid-metros atau daerah luar

Sumber : Bahan Shapira (2004).


Contoh Upaya Mendorong Aliansi dalam Kebijakan Iptek
di Negara Bagian Georgia

PEMAIN PROGRAM STRATEGI

Support Services Mendukung


Advanced Technology Corporate Partnering Program Perusahaan
Development Center Pemula Teknologi
Faculty Research Tinggi
Commercialization Program

Center for Advanced Memfasilitasi


Tellecomunications Technology Kemitraan
Georgia Alliance Biotechnology Centers antara
Perguruan
Environmental Technology Tinggi - Industri
Consortium

GIS Data Clearinghouse


Standardized Data Warehouse Mengeksploitasi
Information Teknologi
Technology Policy Electronic Records and
Informasi
Council Signature Act
Education Network
(PeachNet)
Sumber: Diadopsi dari Koo, et al. (1999).
NRC CANADA : A National Organization

NRC has been Canada’s leading R&D organization since its establishment
in 1916.

 $710 million budget – 2005/6


NRC Research Facilities
 $150 million in revenue IRAP Offices
 $100 million in contributions to Canadian
businesses through IRAP
 18 Institutes coast to coast
 89 spin-off companies since 1980
 640 active patents - 66 issued in 2002-03
 95 incubating companies
 4100 employees [2005]
 Over 1200 guest workers annually – many
international
 Over 304 active license agreements
 450 international projects
NRC Cluster Initiatives:
Geographic Overview

Aluminum Ocean Engineering


(Saguenay) (St. John’s)

Ag-Biotech /
Nutraceuticals Medical Technologies
(Saskatoon) (Winnipeg)
Nanotechnology
(Edmonton) e-Business
(New Brunswick, Sydney)

Life Sciences
(Halifax)

Biopharmaceuticals (Montreal)
Sustainable Infrastructure
Fuel Cells (Regina)
(Vancouver)
Aerospace (Ottawa, Montreal)
ICT/Photonics (Ottawa)
NRC: Industrial Research Assistance Program

NRC - National Innovation Network

IRAP Offices
NRC Institute /
Innovation Centre
CTN Members
(>1000)
CISTI –
NIC’s

You might also like