Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
Kelompok : A 2
Kelas : A
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
BAB I
LATAR BELAKANG
TUJUAN
1. Untuk mengetahui metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan dalam penetapan
kadar nifedipin pada tablet.
2. Untuk mengetahui kadar nifedipin dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran
memenuhi persyaratan yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Moffat, 2004).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah metode eksperimental. Penelitian ini
dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, spektrofotometer
ultra violet (UV mini 1240 Shimadzu) dan neraca analitik (Vibra AJ).
BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : metanol (pro analisis dari
E.Merck), akuades (Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif), nifedipin baku (BPFI); tablet
nifedipin generik dan nama dagang.
PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan antara
satu sampel dengan yang lain, karena sampel dianggap homogen. Sampel yang digunakan
adalah tablet generik Kimia Farma dan Dexa Medica serta tablet nama dagang Adalat®
(Bayer), Cordalat® (Kimia Farma), (Bayer), Farmalat® (Pratapa Nirmala), dan Nifedin®
(Sanbe Farma).
PROSEDUR
Pembuatan Larutan Induk Baku Nifedipin BPFI
Sejumlah lebih kurang 25 mg nifedipin BPFI ditimbang seksama, dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan metanol lalu dicukupkan sampai garis tanda
dengan metanol dan dikocok homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 500
mcg/ml, larutan ini disebut larutan induk baku (LIB I). Dari larutan ini dipipet 5 ml
masukkan ke dalam labu ukur 50 ml, encerkan dengan metanol sampai garis tanda sehingga
diperoleh konsentrasi 50 mcg/ml (LIB II).
Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum
Dipipet 3,5 ml dari larutan induk baku (LIB) II (50 mcg/ml) masukkan ke dalam labu
ukur 25 ml, encerkan dengan metanol sampai garis tanda (7 mcg/ml). Lalu dikocok sampai
homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 7 mcg/ml. Kemudian ukur serapan
pada panjang gelombang 200-400 nm.
Bila λmax zat uji sesuai dengan λmax literatur, maka zat uji yang dituju sama dengan zat
dalam literatur dengan kemurnian zat uji yang tinggi. Hal ini didasarkan prinsip bahwa
semua zat memiliki λ yang spesifik sehingga mampu dibedakan antara yang satu dengan
yang lainnya.
2. kuantitatif ; absorbansi yang diperoleh akan sebanding dengan konsentrasi zat uji. Dari
data tersebut, dapat diperoleh persamaan kurva baku y = ax + b. Dari persamaan kurva
baku tersebut, dapat ditentukan kadar zat uji dengan memasukkan nilai absorbansi sebagai
nilai y dan akan didapat kadar sebagai nilai x.
Penetapan kadar nifedipin dalam tablet diawali dengan pembuatan, penyiapan larutan
baku dan sampel. Untuk melarutkan nifedipin, pelarut yang dapat digunakan dalam analisis
spektrofotometri harus memenuhi syarat, antara lain (1) dapat melarutkan sampel dan (2)
dapat mentransmisikan sinar pada daerah λ yang diperiksa. Dalam hal ini, metanol memenuhi
syarat-syarat tersebut.
Menurut Merck Indeks (2001), dalam larutan asam, nifedipin akan memberikan
spektrum serapan maksimum pada panjang gelombang 235 nm ( = 20600) dan 338 nm ( =
5740), dalam larutan basa pada panjang gelombang 238 nm ( = 20600) dan 340 ( = 5740)
dan dalam metanol pada panjang gelombang 235 nm ( = 21590) dan 340 nm ( = 5010).
Dari data literatur yang dipaparkan di atas, maka nifedipin dapat ditetapkan kadarnya secara
spektrofotometri ultraviolet. Dalam penelitian tersebut digunakan pelarut berupa metanol,
sebab dari hasil orientasi yang dilakukan oleh peneliti, baik di larutan asam maupun basa,
diperoleh larutan yang kurang jernih (sehingga tidak memenuhi syarat pelarut).
Adapun alasan peneliti memilih panjang gelombang 235 nm untuk pengukuran karena
panjang gelombang tersebut, nifedipin memiliki nilai absorptivitas molar ( ) yang lebih
besar dibandingkan pada panjang gelombang 334 nm. Dengan nilai absorptivitas yang besar,
maka pengukuran dapat dilakukan pada konsentrasi rendah, sehingga diperoleh sensitivitas
yang tinggi untuk metode ini.
Sebelum dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan metode ini, perlu
dilakukan scanning panjang gelombang maksimum dari senyawa uji terlebih dahulu,
meskipun panjang gelombang tersebut sudah diketahui di dalam literatur. Hal ini disebabkan
karena panjang gelombang suatu senyawa dapat berbeda bila ditentukan pada kondisi dan alat
yang berbeda.
Dari hasil percobaan yang didapat ternyata peneliti mendapatkan panjang gelombang
maksimal 235 nm dimana absorbansi yang dihasilkan sebesar 0,4370. Selanjutnya, untuk
penetapan kadar nifedipin dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran dilakukan pada
panjang gelombang maksimum nifedipin BPFI dengan absorptivitas terbesar yaitu pada
panjang gelombang 235 nm. Menurut Satiadarma (2004), penentuan kadar dilakukan dengan
mengukur serapan pada panjang gelombang maksimum (puncak kurva), agar dapat
memberikan serapan tertinggi untuk setiap konsentrasi. Bila suatu senyawa mempunyai lebih
dari satu puncak absorpsi maksimum, lebih diutamakan panjang gelombang absorpsi
maksimum yang adsorptivitasnya terbesar dan memberikan kurva kalibrasi linier dalam
rentang konsentrasi yang relatif lebar.
Setelah dilakukan scanning panjang gelombang maksimal, kemudian dilakukan
pembuatan kurva baku nifedipin dalam pelarut metanol dengan konsentrasi : 4, 6, 8, 10, dan
12 µg/ml pada panjang gelombang maksimal, dengan metanol sebagai blanko. Penetapan
blanko diperlukan sebagai pengoreksi absorbansi sampel agar diperoleh absorbansi murni
yang disumbangkan oleh nifedipin (absorbansi terkoreksi diperoleh dari pengurangan
absorbansi larutan sampel/ baku terhadap absorbansi blanko). Hal ini diperlukan sebab bisa
saja pelarut yang digunakan (metanol) memberikan nilai absorbansi tertentu dalam pengujian.
Pembuatan larutan blanko dilakukan dengan menggunakan pereaksi yang sama, jumlah sama
seperti pengujian zat uji, namun tanpa menggunakan zat uji.
Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi nifedipin diperoleh hubungan yang linier antara
konsentrasi dan serapan dengan koefisien korelasi (r) = 0,9996 dan persamaan garis linier y =
0,052807 x + 0,002798. Pada dasarnya, sebuah pengujian dikatakan baik apabila koefisien
korelasi (r) yang didapat mendekati ± 1. Dari hasil percobaan yang dilakukan peneliti, dapat
disimpulkan bahwa “ terdapat korelasi/ hubungan yang linear antara kenaikan konsentrasi
dengan kenaikan nilai absorbansi yang dihasilkan “.
Setelah dilakukan pembuatan kurva kalibrasi atau kurva baku, kemudian dilakukan
pengukuran absorbansi dari sampel uji pada panjang gelombang maksimal. Dari data
absorbansi yang diperoleh, nilai tersebut kemudian dimasukkan sebagai nilai y pada
persamaan kurva baku sehingga akan didapat nilai x yang merupakan kadar dari sampel uji
yang diukur secara spektrofotometrik. Berikut kadar rata-rata yang didapatkan setelah
dilakukan perhitungan (perhitungan dilampirkan di halaman belakang).
No Nama Sediaan Kadar Rata-rata (%) Kadar Sebenarnya (%)
1 Nifedipin Generik KF 107,75 107,75 ± 1,970
2 Nifedipin Generik Dexa 106,69 107,75 ± 1,970
3 Cordalat 100,26 107,75 ± 1,970
4 Nifedin 105,75 105,75 ± 0,101
5 Farmalat 100,76 100,76 ± 2,041
6 Adalat 100,02 100,02 ± 3,066
Dari data diatas, ditunjukkan bahwa kadar nifedipin dalam sediaan tablet generik
maupun nama dagang, memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam Farmakope
Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Keuntungan penggunaan metode spektrofotometri UV, antara lain :
Sensitivitasnya yang tinggi, sehingga cocok digunakan untuk analisis yang membutuhkan
ketelitian yang sangat tinggi.
Kekurangan penggunaan metode spektrofotometri UV, antara lain :
1. Pembuatan larutan sampel dan baku yang harus benar-benar bebas dari zat pengotor. Jika
terdapat zat pengotor di dalam sampel, dikhawatirkan akan terjadi penghamburan cahaya
yang dipancarkan ke sampel. Akibatnya penetapan kadar sampel dengan menggunakan
metode ini menjadi tidak akurat.
2. Tidak praktis. Hal ini dikarenakan banyaknya seri larutan baku dan sampel yang harus
disiapkan untuk pengukuran dengan metode ini.
3. Alatnya yang mahal dan memerlukan tenaga ahli untuk mengoperasikannya.
Dibandingkan dengan metode spektrofotometri visibel, metode ini mempunyai beberapa
perbedaan, antara lain :
Metode Spektrofotometri UV Spektrofotometri Visibel
Deskripsi
kuvet yang digunakan Terbuat dari kuarsa Terbuat dari gelas
λ yang digunakan 190-380 nm 400-800 nm
Senyawa yang diuji Mempunyai kromofor yang Mempunyai kromofor yang
relatif pendek (sehingga jika relatif panjang (sehingga jika
dilihat, senyawa tersebut dilihat, senyawa tersebut
merupakan senyawa yang merupakan senyawa
tidak berwarna) berwarna)
BAB V
KESIMPULAN
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, 611-613, Departemen kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Satiadarma, K., 2004, Azas Pengembangan Prosedur Analisis, edisi Pertama Cetakan
Pertama, 378-388, Airlangga University Press, Surabaya
Dachriyanus, 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektrofotometri, 1, Andalas
University Press, Padang
Moffat, A.C., 2004, Clarke’s Isolation and Identification of Drugs, Third Edition, 1337, The
Pharmaceutics Press, London
LAMPIRAN
Perhitungan Persamaan Regresi Nifedipin BPFI
No X Y XY X² Y²
1 0 0 0 0 0
2 4 0,215 0,86 16 0,0462
3 6 0,328 1,968 36 0,1076
4 8 0,421 3,368 64 0,1772
5 10 0,527 5,270 100 0,2777
6 12 0,638 7,656 144 0,4070
Σ 40 2,129 19,122 360 1,0157
Rata-
rata 6,6667 0,3548
b = Y–aX
= 0,3548 – (0,052807) (6,6667)
= 0,002798
19,122 − (40)(2,129) /
= [(360) − (40) 2 ][(1,0157) − (2,129) 2 / 6]
10,96
=
10,96265661
= 0,9996
Data kadar nifedipin sediaan tablet
Kons
Nama Konsentrasi
Penimbangan Setara Teoritis Kadar
sediaan Absorbansi Perolehan
(mg) (mg) (mcg/ml) (%)
(mcg/ml)
Nifedipin
552 20,08 0,5096 8,9976 9,5983 106,57
Generik
(Kimia 556 20,23 0,5237 9,0631 9,8641 108,73
Farma) 552 20,23 0,5105 8,9976 9,6145 106,75
559 20,35 0,5247 9,1116 9,8826 107,73
559 20,35 0,5306 9,1116 9,9959 109,59
556 20,23 0,5159 9,0631 9,7162 107,10
Nifedipin
688 20,96 0,5345 9,3901 10,070 107,13
Generik
(Dexa 688 20,96 0,5341 9,3901 10,061 107,04
Medica) 685 20,87 0,5314 9,3498 10,010 106,95
685 20,87 0,5293 9,3498 9,9705 106,53
680 20,72 0,5221 9,2826 9,8341 105,84
680 20,72 0,5201 9,2826 9,7971 105,44
Cordalat 604 20,10 0,4763 9,0062 8,9672 99,47
610 20,30 0,5034 9,0957 9,4804 104,13
604 20,10 0,4786 9,0062 9,0111 99,95
605 20,14 0,4835 9,0212 9,1036 100,81
605 20,14 0,4835 9,0212 9,1036 100,81
604 20,10 0,4800 9,0062 9,0366 100,24
Nifedin 545 20,16 0,5079 9,0296 9,5659 105,83
550 20,34 0,5120 9,1124 9,6422 105,71
550 20,34 0,5120 9,1124 9,6422 105,71
548 20,27 0,5104 9,0793 9,6122 105,76
542 20,04 0,5034 9,0296 9,4804 104,89
548 20,27 0,5104 9,0793 9,6122 105,76
Farmalat 450 20,04 0,4775 8,9761 8,9510 99,62
450 20,04 0,4724 8,9761 8,8932 98,98
452 20,13 0,4845 9,0160 9,1221 101,08
453 20,17 0,4867 9,0357 9,1637 101,32
454 20,21 0,4929 9,0559 9,2816 102,39
453 20,17 0,4858 9,0357 9,1475 101,14
Adalat 455 19,82 0,4625 8,8799 8,7060 97,94
460 20,04 0,4872 8,9776 9,1729 102,07
456 19,87 0,4651 8,8995 8,7545 98,27
458 19,95 0,4735 8,9385 8,9140 99,63
4585 19,95 0,4745 8,9385 8,9325 99,83
460 20,04 0,4886 8,9774 9,2007 102,38
Contoh Perhitungan Penimbangan Sampel
20mg
Berat penimbangan sampel =
X 5497 mg
20 ×10mg
= 549,7 mg
Sampel yang telah ditimbang dimasukkan dalam labu ukur 25 ml, lalu dilarutkan
dalam pelarut metanol dan cukupkan sampai garis tanda dengan air.
20mg
X 1000 mcg/ml = 800 mcg/ml
Kadar larutan uji =
25ml
Kemudian dipipet 2,0 ml larutan uji, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml
dan dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda.
2ml × 800mcg / ml
Kadar larutan uji = = 64 mcg/ml
25ml
Lalu dipipet lagi 3,5 ml larutan uji, dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml
kemudian dicukupkan sampai garis tanda.
3,5mlx64mcg / ml
Kadar larutan uji = = 8,96 mcg/ml
25ml
Perhitungan Konsentrasi Pengukuran
Diketahui : nilai absorptivitas (ε) 21590 M-1cm-1 ( Merck Indeks, 2001)
BM nifedipin adalah 346,34
SKRIPSI
Oleh:
RINA AFRIYANA SIRAIT
NIM 050804018
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Rina Afriyana Sirait : Penerapan Metode Spektrofotometri Ultraviolet Pada Penetapan
Kadar Nifedipin Dalam Sediaan Tablet, 2009.
PENERAPAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
PADA PENETAPAN KADAR NIFEDIPIN
DALAM SEDIAAN TABLET
SKRIPSI
Oleh:
RINA AFRIYANA SIRAIT
NIM 050804018
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Rina Afriyana Sirait : Penerapan Metode Spektrofotometri Ultraviolet Pada Penetapan
Kadar Nifedipin Dalam Sediaan Tablet, 2009.
PENGESAHAN SKRIPSI
Oleh:
RINA AFRIYANA SIRAIT
NIM 050804018
(Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt.) (Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt.)
NIP 194809041974122001 NIP 194907061980021001
Dekan,
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik, juga shalawat
Penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan
Sinaga, serta saudaraku Rini Apryani Sirait dan Pebriansyah Sirait atas segala
do’a, kasih sayang, dorongan moril maupun materil kepada penulis selama ini.
selesai.
2. Ibu Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Fathur Rahman
Harun, M.Si., Apt. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan
Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan
iv
Ibu Dra. Lely Sari Lubis M.Si., Apt. selaku penasehat akademik yang telah
Syafruddin, MS., Apt., dan Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Apt., selaku dosen
penguji yang telah memberikan kritikan, saran dan arahan kepada penulis
5. Bapak dan Ibu Staf Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif yang telah
melakukan penelitian.
semangat, bantuan dan persahabatan selama ini serta seluruh pihak yang
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Untuk itu saran
dan kritik diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
v
Penetapan Kadar Nifedipin Dalam Sediaan Tablet
Secara Spektrofotometri Ultraviolet
Abstrak
Tablet Nifedipin merupakan salah satu sediaan obat yang sering digunakan
dalam pengobatan hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan
kadar nifedipin dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran apakah memenuhi
persyaratan mutu obat. Sehingga dengan kadar yang tepat obat dapat memberikan
efek terapi yang dikehendaki.
Penetapan kadar nifedipin dalam sediaan tablet dilakukan secara
spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut metanol pada panjang gelombang 235
nm dan diuji validitasnya berdasarkan parameter akurasi (kecermatan) dengan
metode penambahan baku (standard addition method), presisi (keseksamaan),
batas deteksi (limit of detection), dan batas kuantitasi (limit of quantitation).
Diperoleh kadar untuk tablet Nifedipin generik (Kimia Farma) sebesar
107,75 % ± 1,970 tablet Nifedipin (Dexa Medica) sebesar 106,69% ± 1,095 dan
tablet nama dagang; tablet Adalat (Bayer) sebesar 100,02% ± 3,066, tablet
Cordalat (Kimia Farma) sebesar 100,26% ± 1,183, tablet Nifedin (Sanbe Farma)
sebesar 105,75% ± 0,101, tablet Farmalat (Pratapa Nirmala)sebesar 100,76% ±
2,041.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar nifedipin dalam sediaan tablet
generik dan tablet dengan nama dagang memenuhi standar persyaratan tablet
menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) yaitu tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
vi
Determination of Nifedipine in the Tablet Using by
Ultraviolet Spectrophotometry
Abstract
Nifedipine tablet is one of the drugs, which was used in medication, and
therapy of hypertension. The purpose of this research was used to determination
Nifedipine in the tablet, which circulates in the general whether it fulfilled
requirement of drug quality, or not so that it will give the therapeutic effect.
The determining of nifedipin in tablet was done by ultraviolet
spectrophotometry using methanol as a solvent at wavelength 235 nm and tested
it validity based on parameter accuracy using standard addition method, precision,
limit of detection and limit of quatitation.
Based on quantitative determination of nifedipine in generic tablet; Kimia
Farma was 107.75% ± 1.970, Dexa Medica was 106.69% ± 1.095 and branded
name; Adalat (Bayer) was 100.02% ± 3.066, Cordalat (Kimia Farma) was
100.26% ± 1.183, Nifedin (Sanbe Farma) was 105,75% ± 0.101 and Farmalat
(Pratapa Nirmala) was 100.76% ± 2.041.
The result of research indicate that determining nifedipine in the generic
tablet and branded name was fullfilled requirement of The Farmakope Indonesia
Edisi IV (1995), not less than 90.0% and not more than 110.0% of the labelled
amount.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
viii
2.2.1. Teori Spektrofotometri .......................................................... 7
ix
4.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi..............................................................24
5.1. Kesimpulan.......................................................................................28
5.2. Saran.................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29
LAMPIRAN............................................................................................................31
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 13. Contoh perhitungan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi
(LOQ ............................................................................................ 50
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
pengobatan angina pektoris dan pengobatan hipertensi. Obat ini bekerja dengan
menghambat masuknya kalsium ke dalam sel-sel otot jantung dan sel-sel otot
polos dinding arteri. Nifedipin diabsobsi dengan cepat dan hampir sempurna
(90%) dalam lambung, + 95% terikat oleh protein plasma (Siswandono, 1995).
Nifedipin memiliki sifat yang tidak stabil di bawah pengaruh cahaya akan
yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang
Salah satu persyaratan mutu adalah kadar yang dikandung harus memenuhi
Edisi IV, 1995; USP XXX, 2007). Metode kromatografi cair kinerja tinggi
memiliki kepekaan analisis yang tinggi namun memerlukan biaya yang relatif
xiv
Dilihat dari struktur nifedipin yang mempunyai gugus kromofor (ikatan
rangkap terkonjugasi) dan gugus ausokrom (gugus nitro dan gugus karboksil),
maka senyawa ini dapat menyerap radiasi pada panjang gelombang di daerah
dalam larutan metanol pada panjang gelombang 235 dan 340 nm (ε 21590, 5010 ),
dalam larutan asam panjang gelombang 238 dan 338 nm (ε 20600, 5740) dan
dalam larutan basa 238 dan 340 nm (ε 20510, 5740). Sedangkan dalam Clark,
nifedipin hanya memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada panjang
ultraviolet sebagai metode yang digunakan pada penetapan kadar nifedipin dalam
sediaan tablet. Karena metode ini memiliki banyak keuntungan antara lain dapat
digunakan untuk analisis suatu zat dalam jumlah kecil, pengerjaannya mudah,
sederhana, cukup sensitif dan selektif, biayanya relatif murah dan mempunyai
kepekaan analisis cukup tinggi (Munson, 1991). Untuk menguji keabsahan dari
metode ini dilakukan uji validasi dengan parameter akurasi, presisi, limit deteksi
dan limit kuantitasi. Selanjutnya metode ini digunakan untuk menentukan apakah
xv
2. Apakah kadar nifedipin dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran telah
1.3 Hipotesis
2. Kadar nifedipin dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran sesuai dengan
1.4 Tujuan
tahun 1995.
xvi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rumus Struktur :
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam aseton dan
Moffat, 2004)
(Schunack, 1990).
xvii
2.1.2 Farmakologi
terutama digunakan pada hipertensi esensil (ringan/ sedang), juga pada angina
variant berdasarkan efeknya terhadap jantung yang relatif ringan: tak berkhasiat
ionotrop negatif. Pada angina stabil hanya digunakan bila beta-blockers dikontra-
(=system osmotis yang melepaskan obat secara teratur untuk waktu lama).
Agar efeknya pesat, tablet dapat dikunyah dan diletakkan di bawah lidah
(pada krisis hipertensi). Selanjutnya obat ini juga berguna pada Penyakit Raynaud
Dosis awal yang terlalu tinggi dapat memprovokasi serangan angina akibat
hipotensi kuat mendadak, sporadis, malah ischemia dan infark akibat refleks
Selain itu nifedipin mempunyai insiden yang tinggi (sekitar 20%) tetapi
biasanya ringan dan dapat membaik dengan berjalannya waktu. Efek samping ini
nyeri muncul kira-kira 30 menit setelah makan obat. Bila ini terjadi, obat harus
xviii
2.1.4 Dosis
• Dosis dewasa :
(usia lanjut dan gangguan hati 5 mg) 3 kali sehari dengan atau setelah makan;
dosis pemeliharaan 5-20 mg 3 kali sehari; untuk efek yang segera pada angina:
gigit kapsul dan telan dengan cairan. Hipertensi ringan sampai sedang dan
kali sehari).
• Dosis anak-anak: Hipertrofi kardiopati 0,6-0,9 mg/kg/24 jam dalam 3-4 dosis
terbagi.
2.1.5 Sediaan
mg; 10 mg, tablet retard 10 mg; 20 mg dan tablet oros 20 mg; 30 mg; 60 mg.
Kapsul 10 mg, 20 mg
xix
2.2 Spektrofotometri Ultraviolet
radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang
cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang
untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm,
daerah infra merah dekat 780-3000 nm, dan daerah infra merah 2,5-40 µm atau
aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonyugasi dan atau atom yang
tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi.
(Satiadarma, 2004).
Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah
tampak disebut khromofor dan hampir semua khromofor mempunyai ikatan tak
jenuh. Pada khromofor jenis ini transisi terjadi dari π → π *, yang menyerap pada
λmax kecil dari 200 nm (tidak terkonyugasi), misalnya pada >C=C< dan -C≡C-.
Khromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung elektron π
xx
perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil
Gugus fungsi seperti –OH, -NH2 dan –Cl yang mempunyai elektron-elektron
valensi bukan ikatan disebut auksokhrom yang tidak menyerap radiasi pada
panjang gelombang lebih besar dari 200 nm, tetapi menyerap kuat pada daerah
ultraviolet jauh. Bila suatu auksokhrom terikat pada suatu khromofor, maka pita
batokhrom) dengan intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokhrom adalah suatu
pergeseran pita serapan ke panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali
terjadi bila muatan positif dimasukkan ke dalam molekul dan bila pelarut berubah
diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik yang
dibolehkan (allowed transition) untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang
berbeda adalah tidak sama ssehingga spectra absorpsinya juga berbeda. Dengan
demikian, spectra dapat digunkan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk
spectra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Gandjar dan
Rohman,2007).
xxi
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai
yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya
monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan
konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu
terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dalam persamaan:
xxii
Dimana: A = serapan (tanpa dimensi)
C = konsentrasi(g. l-1)
ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik
A = A11 . b . C
digunakan untuk:
xxiii
2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang
Analisis kualitatif
terbatas, karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat
absorptivitas, a, nilai absorptivitas molar, ε, atau nilai ekstingsi, A1%, 1 cm, yang
spesifik untuk suatu senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut dan pH tertentu
(Satiadarma, 2002).
Analisis Kuantitatif
detektor. Parameter kekuatan energi radiasi khas yang diabsorpsi oleh molekul
adalah absorban (A) yang dalam batas konsentrasi rendah nilainya sebanding
xxiv
cukup luas. Konsentrasi kerja larutan analit umumnya 10 sampai 20 µg/ml, tetapi
untuk senyawa yang nilai absorptivitasnya besar dapat diukur pada konsentrasi
apabila ada reaksi kimia yang dapat mengubahnya menjadi khromofor atau dapat
1. Metode Regresi
persamaan garis regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi
rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan yang linier,
kemudian diplot menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi.
2. Metode Pendekatan
xxv
2.2.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri dari spektrometer
yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
Penguat
Bagian listrik
Pembacaan,
pengamatan
panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau
xxvi
2. Monokromator: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
3. Kuvet: Pada pengukuran didaerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex
menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.
Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang
lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi,
tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kuvet yang bertutup digunakan
untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan
yang homogen.
5. Suatu amplifier (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat
2.3. Validasi
kespesifikan, limit deteksi, kelinieran, dan rentang. Akurasi dari suatu metode
xxvii
analisis adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh dengan prosedur tersebut
dari harga sebenarnya, sering kali dinyatakan dalam persen perolehan kembali
analit pada penentuan kadar sampel yang mengandung analit dalam jumlah
pada sampel atau campuran komponen matriks yang telah dibubuhi analit dalam
jumlah diketahui.
masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada
sejumlah cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan
sebagai deviasi standar atau deviasi standar relatif (koefisien variasi). Presisi
prosedur analisis.
mengukur kadar analit secara khusus dengan akurat, disamping komponen lain
Limit deteksi adalah nilai parameter uji batas, yaitu konsentrasi analit
bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional
dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu.
tertiggi dan konsentrasi terendah analit yang dapat ditentukan dengan presisi,
xxviii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
spektrofotometer ultra violet (UV mini 1240 Shimadzu) dan neraca analitik (Vibra
AJ)
3.2 Bahan-bahan
Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : metanol (pro
antara satu sampel dengan yang lain, karena sampel dianggap homogen.
Sampel yang digunakan adalah tablet generik Kimia Farma dan Dexa Medica
xxix
3.4 Prosedur Penelitian
dicukupkan sampai garis tanda dengan metanol dan dikocok homogen, sehingga
diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 mcg/ml, larutan ini disebut larutan
induk baku (LIB I). Dari larutan ini dipipet 5 ml masukkan ke dalam labu tentukur
Dipipet 3,5 ml dari larutan induk baku (LIB) II (50 mcg/ml) masukkan ke
dalam labu tentukur 25 ml, encerkan dengan metanol sampai garis tanda (7
Dipipet larutan induk baku II BPFI (50 mcg/ml) 2,0; 3,0; 4,0; 5,0 dan 6,0
sampai garis tanda. Lalu dikocok sampai homogen. Diperoleh larutan dengan
xxx
3.4.4 Penentuan Kadar Nifedipin dalam Sediaan Tablet
metanol, kocok dan encerkan dengan metanol sampai garis tanda. Kemudian
labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda dan kocok
ml. Lalu dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, kocok homogen dan
3.4.5 Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi dan
Batas Kuantitasi
rentang spesifik 80, 100 dan 120%, dimana masing-masing dilakukan sebanyak 3
kali replikasi. Setiap rentang spesifik mengandung 70% analit sampel dan 30%
baku pembanding, kemudian dianalisa dengan perlakuan yang sama seperti pada
penetapan kadar sampel (hasil dapat dilihat pada Tabel 4, halaman 15).
sebagai berikut :
A− B
%Recovery = x 100%
C
xxxi
Keterangan :
SD
RSD = x100%
X
Keterangan :
SD = Standard Deviasi
Untuk menentukan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) dapat
digunakan rumus :
(Y − Yi) 2
SB =
n−2
3 xSB
LOD =
Slope
10 xSB
LOQ =
Slope
xxxii
Keterangan :
SB = Simpangan Baku
∑ ( X − Xi )
2
SD =
n −1
X− X
t = =
SD
n
Dasar penolakan data jika thitung ≥ ttabel dan bila thitung mempunyai nilai
µ = X ± t (1-1/2 α)dk x SD / n
xxxiii
Keterangan:
µ = interval kepercayaan
X = kadar sampel
α = tingkat kepercayaan
dk = derajat kebebasan
SD = standar deviasi
n = jumlah perlakuan
xxxiv
BAB IV
maksimum pada daerah ultraviolet dalam larutan asam pada panjang gelombang
235 nm (A 11 = 595 b) dan 338 nm (A 11 = 195 b). Menurut Merck Indeks (2001) ,
gelombang 235 nm (ε = 20600) dan 338 nm (ε = 5740), dalam larutan basa pada
Dari data kedua literatur diatas kemungkinan nifedipin dapat ditetapkan kadarnya
metanol, karena dari hasil orientasi dalam larutan asam diperoleh larutan yang
kurang jernih.
absorptivitas molar (ε) yang lebih besar daripada panjang gelombang 334 nm.
Holme dan Peck (1983) menyatakan bahwa dengan nilai absorptivitas yang besar
xxxv
gelombang maksimum, meskipun panjang gelombang tersebut sudah diketahui
dalam literatur. Hal ini dikarenakan panjang gelombang suatu senyawa dapat
molar (ε) dari literatur, dalam metanol pada panjang gelombang 235 nm dengan
dari hasil pengukuran diperoleh panjang gelombang maksimum, pada 235 nm dan
334 nm dengan serapan masing-masing 0,4370 dan 0,1050 seperti terlihat pada
xxxvi
Tabel 1. Data Absorbansi dari Kurva Serapan Maksimum
dengan absorptivitas terbesar yaitu pada panjang gelombang 235 nm. Menurut
tertinggi untuk setiap konsentrasi. Bila suatu senyawa mempunyai lebih dari satu
xxxvii
Tabel 2. Data Kurva Kalibrasi dari Nifedipin BPFI
Gambar 2. Kurva kalibrasi nifedipin BPFI dalam pelarut metanol pada panjang
gelombang 235 nm.
yang linier antara konsentrasi dan serapan dengan koefisien korelasi (r) = 0,9996
dan persamaan garis regresi Y = 0,052807 X + 0,002798 yang dapat dilihat pada
xxxviii
4.3 Penentuan Kadar Nifedipin dalam sediaan tablet
Hasil penentuan kadar nifedipin dalam sediaan tablet dapat dilihat pada
generik maupun nama dagang, memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam
Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
bahan baku (standard addition method) terhadap sampel tablet nifedipin (PT.
Kimia Farma) yang meliputi uji akurasi dengan parameter persen perolehan
Deviasi), batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) (WHO, 1992;
membuat 3 konsentrasi analit dengan rentang spesifik 80%, 100%, 120%, masing-
xxxix
masing dengan 3 replikasi dan setiap rentang spesifik mengandung 70% analit dan
30% baku pembanding. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 14,
halaman 39.
penambahan bahan baku (standard addition method) dapat dilihat pada tabel 4.
rata 95,15%, standar deviasi (SD) sebesar 1,19. Persen perolehan kembali ini
dapat diterima karena memenuhi syarat akurasi dimana rentang rata-rata hasil
persen perolehan kembali adalah 80-110%. Sedangkan dari hasil uji presisi
dengan parameter Relative Standar Deviasi (RSD) adalah 1,25%. Nilai RSD yang
mempunyai akurasi dan presisi yang baik (WHO, 1992). Batas deteksi (LOQ)
dan batas kuantitasi (LOQ) yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 0,2927
xl
BAB V
5.1. Kesimpulan
kadar nifedipin dalam sediaan tablet karena dari hasil uji validasi, metode ini
menunjukkan akurasi dan presisi yang baik dengan batas deteksi (LOD) 0,2927
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tablet yang diperiksa baik
yang generik maupun nama dagang memenuhi standar persyaratan tablet menurut
Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan
tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.
5.2. Saran
xli
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A & Underwood, A.L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Penerjemah:
Pudjaatmaka, A.H. Edisi kelima, Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman:
393.
Katzung, B.G., (2001). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Edisi
Pertama. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 332-340.
xlii
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe C.C. ( 2001 ). Farmakologi Ulasan
Bergambar. Lippincott’s illustrated reviews: Farmacology. Penerjemah
Azwar Agoes. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Halaman
189-190.
Roth, J.H., and Blaschke, G., (1998). Analisis Farmasi. Penerjemah: Kisman, dkk.
Cetakan Ketiga. Yogyakarta. UGM Press. Hal 355-357.
Setiawati, A., dan Bustami, Z.S., (1995). Antihipertensi, dalam Farmakologi dan
Terapi. Editor : Ganiswara, S.G., Edisi IV. Jakarta: UI-Press. Halaman
329.
Tjay, T.H dan Raharjo, K. (2002). Obat-obat Penting. Jakarta: Penerbit PT Elek
Media Komputindo. Halaman 503, 527.
USP Pharmacopeia, (2008). The National Formulary. 31st Edition. The United
State Pharmacopeia Convention. Page 1247
xliii
Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Nifedipin BPFI
No X Y XY X² Y²
1 0 0 0 0 0
2 4 0,215 0,86 16 0,0462
3 6 0,328 1,968 36 0,1076
4 8 0,421 3,368 64 0,1772
5 10 0,527 5,270 100 0,2777
6 12 0,638 7,656 144 0,4070
Σ 40 2,129 19,122 360 1,0157
Rata-
rata 6,6667 0,3548
a=
∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) /n
∑ Χ − ∑(X ) / n
2 2
= 0,052807
b=Y–aX
= 0,002798
19,122 − (40)(2,129) / 6
=
[(360) − (40) 2 ][(1,0157 ) − (2,129) 2 / 6]
10,96
=
10,96265661
= 0,9996
xliv
Lampiran 2. Data kadar nifedipin sediaan tablet
Kons
Nama Konsentrasi
Penimbangan Setara Teoritis Kadar
sediaan Absorbansi Perolehan
(mg) (mg) (mcg/ml) (%)
(mcg/ml)
Nifedipin
552 20,08 0,5096 8,9976 9,5983 106,57
Generik
(Kimia
556 20,23 0,5237 9,0631 9,8641 108,73
Farma)
552 20,23 0,5105 8,9976 9,6145 106,75
559 20,35 0,5247 9,1116 9,8826 107,73
559 20,35 0,5306 9,1116 9,9959 109,59
556 20,23 0,5159 9,0631 9,7162 107,10
Nifedipin
688 20,96 0,5345 9,3901 10,070 107,13
Generik
(Dexa
688 20,96 0,5341 9,3901 10,061 107,04
Medica)
685 20,87 0,5314 9,3498 10,010 106,95
685 20,87 0,5293 9,3498 9,9705 106,53
680 20,72 0,5221 9,2826 9,8341 105,84
680 20,72 0,5201 9,2826 9,7971 105,44
Cordalat 604 20,10 0,4763 9,0062 8,9672 99,47
610 20,30 0,5034 9,0957 9,4804 104,13
604 20,10 0,4786 9,0062 9,0111 99,95
605 20,14 0,4835 9,0212 9,1036 100,81
605 20,14 0,4835 9,0212 9,1036 100,81
604 20,10 0,4800 9,0062 9,0366 100,24
Nifedin 545 20,16 0,5079 9,0296 9,5659 105,83
550 20,34 0,5120 9,1124 9,6422 105,71
550 20,34 0,5120 9,1124 9,6422 105,71
548 20,27 0,5104 9,0793 9,6122 105,76
542 20,04 0,5034 9,0296 9,4804 104,89
548 20,27 0,5104 9,0793 9,6122 105,76
Farmalat 450 20,04 0,4775 8,9761 8,9510 99,62
450 20,04 0,4724 8,9761 8,8932 98,98
452 20,13 0,4845 9,0160 9,1221 101,08
453 20,17 0,4867 9,0357 9,1637 101,32
454 20,21 0,4929 9,0559 9,2816 102,39
453 20,17 0,4858 9,0357 9,1475 101,14
Adalat 455 19,82 0,4625 8,8799 8,7060 97,94
460 20,04 0,4872 8,9776 9,1729 102,07
456 19,87 0,4651 8,8995 8,7545 98,27
458 19,95 0,4735 8,9385 8,9140 99,63
4585 19,95 0,4745 8,9385 8,9325 99,83
460 20,04 0,4886 8,9774 9,2007 102,38
xlv
Lampiran 3. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Generik Kimia Farma
∑ ( X − Xi )
2
7,1610
SD = = = 1,1967
n −1 5
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel
X− X
t =
SD
n
xlvi
Lampiran 3, sambungan........
µ = X ± t (1-1/2 α)dk x SD / n
1,1967
= 107,745 ± 4,0321 x
6
= 107,745 ± 1,970
xlvii
Lampiran 4. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Generik Dexa
Medica)
∑ ( X − Xi )
2
2,4503
SD = = = 0,6390
n −1 6 −1
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel
X− X
t =
SD
n
xlviii
Lampiran 4. sambungan.........
∑ ( X − Xi )
2
1,1314
SD = = = 0,5318
n −1 5 −1
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 5, dk = 4, dari daftar tabel
X− X
t =
SD
n
µ = X ± t (1-1/2 α)dk x SD / n
0,5318
= 106,69± 4,6040 x
5
= 106,69 ± 1,095
xlix
Lampiran 5. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Adalat
(Bayer)
∑ ( X − Xi )
2
17,3492
SD = = = 1,8628
n −1 6 −1
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel
X− X
t =
SD
n
Lampiran 5, sambungan..........
l
karena thitung ≤ttabel maka data diterima
µ = X ± t (1-1/2 α)dk x SD / n
1,8628
= 102,41 ± 4,0321 x
6
= 102,41 ± 3,066
li
No Kadar [X] (%) Xi – X ( Xi – X)2
1 105,83 0,22 0,0484
2 105,71 0,10 0,0100
3 105,71 0,10 0,0100
4 105,76 0,15 0,0225
5 104,89 -0,72 0,5184
6 105,76 0,15 0,0225
X= 105,61 ∑ = 0,6318
∑ ( X − Xi )
2
0,6318
SD = = = 0,3555
n −1 6 −1
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel
X− X
t =
SD
n
Lampiran 6. sambungan.........
lii
No Kadar [X] (%) Xi – X ( Xi – X)2
1 105,83 0,076 0,0058
2 105,71 -0,044 0,0019
3 105,71 -0,044 0,0019
4 105,76 0,006 0,00004
5 105,76 0,006 0,00004
∑ = 105,754 ∑ = 0,00968
∑ ( X − Xi )
2
0,00968
SD = = = 0,0492
n −1 5 −1
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 5, dk = 4, dari daftar tabel
X− X
t =
SD
n
µ = X ± t (1-1/2 α)dk x SD / n
0,0492
= 102,03 ± 4,6040 x
5
= 102,03 ± 0,101
liii
(Pratapa Nirmala)
∑ ( X − Xi )
2
7,6850
SD = = = 1,2398
n −1 6 −1
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel
X− X
t =
SD
n
liv
Lampiran 7. sambungan.........
µ = X ± t (1-1/2 α)dk x SD / n
1,2398
= 100,76 ± 4,0321 x
6
= 100,76 ± 2,041
lv
Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Cordalat
(Kimia Farma)
No Kadar % Xi – X ( Xi – X)2
1 99,47 -1,432 2,0506
2 104,13 3,228 10,4199
3 99,95 -0,952 0,9063
4 100,81 -0,092 0,0085
5 100,81 -0,092 0,0085
6 100,24 -0,662 0,4382
X = 100,902
∑ = 13,8320
∑ ( X − Xi )
2
13,8320
SD = = = 1,6632
n −1 6 −1
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel
X− X
t = =
SD
n
Lampiran 8. sambungan.........
lvi
No Kadar [X] (%) Xi – X ( Xi – X)2
1 99,47 -0,786 0,6178
2 99,95 -0,306 0,0936
3 100,81 0,554 0,3069
4 100,81 0,554 0,3069
5 100,81 -0,016 0,0003
∑ = 100,256 ∑ = 1,3255
∑ ( X − Xi )
2
1,3255
SD = = = 0,5757
n −1 5 −1
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 5, dk = 4, dari daftar tabel
X− X
t =
SD
n
µ = X ± t (1-1/2 α)dk x SD / n
0,5757
= 100,256 ± 4,6040 x
5
= 100,26 ± 1,183
lvii
Lampiran 9. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran
A = ε .b.c (mol/liter)
0,4343
c = M
21590 x1
c = 2,0115 x 10-5 M
c = 6,966 mcg/ ml
lviii
Lampiran 10. Contoh Perhitungan Penimbangan Sampel
ditimbang adalah:
20mg
Berat penimbangan sampel = X 5497 mg
20 × 10mg
=549,7 mg
Sampel yang telah ditimbang dimasukkan dalam labu ukur 25 ml, lalu dilarutkan
dalam pelarut metanol dan cukupkan sampai garis tanda dengan air.
20mg
Kadar larutan uji = X 1000 mcg/ml = 800 mcg/ml
25ml
Kemudian dipipet 2,0 ml larutan uji, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml
2ml × 800mcg / ml
Kadar larutan uji = = 64 mcg/ml
25ml
Lalu dipipet lagi 3,5 ml larutan uji, dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml
3,5mlx64mcg / ml
Kadar larutan uji = = 8,96 mcg/ml
25ml
lix
Lampiran 11. Contoh Perhitungan Persentase (%) Perolehan Kembali
Perolehan 80 %
80
= x 10 mg = 8 mg
100
Analit 70 %
70
= x 8 mg = 5,6 mg
100
5,6mg
Sampel yang ditimbang = x 274,85 mg
10mg
= 153,916 mg
Baku 30 %
30
= x 8 mg = 2,4 mg
100
Perolehan 100 %
100
= x 10 mg = 10 mg
100
Analit 70 %
70
= x 10 mg = 7 mg
100
7 mg
Sampel yang ditimbang = x 274,85 mg
10mg
= 192,395 mg
lx
Baku 30 %
30
= x 10 mg = 3 mg
100
Perolehan 120 %
120
= x 10 mg = 12 mg
100
Analit 70 %
70
= x 12 mg = 8,4 mg
100
8,4mg
Sampel yang ditimbang = x 274,85 mg
10mg
= 230,874 mg
Baku 30 %
30
= x 12 mg = 3,6 mg
100
lxi
Lampiran 12. Data hasil persen perolehan kembali Nifedipin pada tablet (PT.
Kimia Farma) dengan Metode Penambahan Baku (standard
addition method)
Konsentrasi Persen
Setelah Sebelum perolehan
Analit yang
Konsentrasi penambahan penambahan
No Absorbansi ditambahkan (A-B) x100%
(%) analit analit
(C)
(A) (B) C
mcg/ml
mcg/ml mcg/ml
1 0,5729 10,796 9,7786 1,0752 94,62
2 80 0,5713 10,766 9,7786 1,0752 91,83
3 0,5725 10,789 9,7786 1,0752 93,97
4 0,5895 11,110 9,7786 1,3440 99,06
5 100 0,5862 11,048 9,7786 1,3440 94,45
6 0,5846 11,018 9,7786 1,3440 92,22
7 0,6047 11,399 9,7786 1,6128 100,47
8 120 0,6013 11,334 9,7786 1,6128 96,44
9 0,5986 11,283 9,7786 1,6128 93,28
Kadar rata – rata (% recovery) 95,15
Standar Deviasi (SD) 1,19
Relatif Standar Deviasi (RSD) (%) 1,25
lxii
Lampiran 13. Contoh perhitungan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi
(LOQ)
Konsentrasi Luas
No (mcg/ml) Puncak Yi Y - Yi (Y – Yi)2
X Y
1 0 0 0 0 0
2 4 0,215 0,2140 0,001 0,00000100
3 6 0,328 0,3196 0,0084 0,00007056
4 8 0,421 0,4252 -0,0042 0,00001764
5 10 0,527 0,5308 -0,0038 0,00001444
6 12 0,638 0,6364 0,0016 0,00000256
∑ 40 2,129 0,00010620
∑
6,6667 0,3548
∑(Y − Yi) 2
SB =
n−2
0,0001062
=
6−2
= 0,0052
3 × SB
LOD =
Slope
3× 0,0052
=
0,052807
= 0,2927 mcg/ml
10 × SB
LOQ =
Slope
10 × 0,0052
=
0,052807
= 0,9758 mcg/ml
lxiii
Lampiran 14. Data Persen Perolehan Kembali (% Recovery)
a. Perolehan 80%
b. Perolehan 100%
c. Perolehan 120%
lxiv
Lampiran 15. Nilai Distribusi t
df
1 3.0776 6.3137 12.7062 31.8205 63.6567 127.3213 318.3088
2 1.8856 2.9199 4.3027 6.9645 9.9248 14.0890 22.3271
3 1.6377 2.3533 3.1824 4.5407 5.8409 7.4533 10.2145
4 1.5332 2.1318 2.7765 3.7469 4.6040 5.5975 7.1731
5 1.4758 2.0150 2.5706 3.3649 4.0321 4.7733 5.8934
lxv
Lampiran 16. Surat Sertifikasi Bahan Baku POM
lxvi
lxvii