Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkebunan kakao di Sulawei Selatan didominasi oleh perkebunan rakyat yaitu sekitar 95 % (Bennet dan
Hasan, 1993) dengan penguasaan lahan per petani tahun 1994 adalah 0,74 ha dan tahun 1998 adalah 0,83 ha
(BPS Provinsi Sulawesi Selatan, 2000). Tanaman kakao di Sulawesi Selatan termasuk salah satu komoditas
unggulan yang diharapkan menjadi sumber pendapatan daerah dan juga untuk petani pengelolanya. Dalam
tahun 1990-an (Anonim, 1998) menunjukkan luas areal pertanaman tahun 1993 adalah 102.765 ha dengan
produksi 71.641 ton atau rata-rata 0,70 ton/ha, tahun 1996 luas areal menjadi 160.447 ha dengan produksi
139.583 ton atau rata-rata 0,87 ton/ha. Pada awal tahun 2000 (Anonim, 2001) luas areal pertanaman mencapai
237.948 ha dengan produksi 210.367 ton, produktivitas rata-rata0,88 ton/ha/th. Pada tahun 2007 luas areal
pertanaman mencapai 250.854 ha dengan total produksi 117.118 ha atau produktivitas rata-rata 0,68 t/ha/thn.
Produktivitas tersebut tergolong sangat rendah, potensi produktivitas mencapai 2,5 ton/ha/th. Sementara itu di
Kabupaten Luwu, hingga tahun 1999 terjadi peningkatan luas tanam yang signifikan, tetapi produksinya turun
(BPS Kabupaten Luwu, 2004).
Prima Tani diharapkan dapat merajut ulang hubungan sinergis Penelitian-Penyuluhan yang cenderung
semakin melemah atau bahkan terputus di beberapa wilayah sebagai akibat belum mantapnya pelaksanaan
otonomi daerah. Melalui Prima Tani diharapkan dapat mengintegrasikan lembaga penyuluhan di daerah melalui
penelitian, pengembangan, pengkajian partisipatif di dalam Laboratorium Lapang, membekali penyuluh dengan
pengetahuan dan bahan penyuluhan mengenai teknologi inovatif yang diintroduksikan. Oleh karena itu
kegiatan penelitian dan pengembangan haruslah berorientasi pada pengguna (user oriented) sehingga teknologi
yang dihasilkan lebih terjamin dan benar-benar tepat guna spesifik lokasi dan pemakai serta dilakukan secara
partisipatif dengan melibatkan perwakilan calon pengguna outputnya. Dengan demkian diharapkan Primatani
dapat mengatasi permasalahan pertanian di tingkat petani.
Prima Tani adalah bagian dari operasionalisasi program Departemen Pertanian untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pedesaan melalui percepatan pemasyarakatan hasil-hasil inovasi pertanian kepada
masyarakat pengguna dalam bentuk pengembangan laboratorium agribisnis.
1.2. Tujuan
a. Meningkatkan kemampuan SDM petani binaan hingga tingkat terampil berusahatani dengan basis
tanaman kakao.
b. Pembinaan kelembagaan tani, koperasi tani, penguatan jaringan kerjasama, penguatan jaringan
lembaga keuangan/permodalan
c. Meningkatkan produktivitas tanaman kakao yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani
1
II. KINERJA PENYEBARLUASAN INOVASI TEKLOGI
Berdasrkan hasil PRA pada awal pelaksanaan kegiatan Prima Tani terdapat berapa masalah yang
dihadapi petani kakao di Kabupaten Luwu, khusnya di Desa Kamnre yaitu produktivitas tanaman kakao
sangat rendah yaitu hanya sekitar 900 kg/ha, pada hal tanaman kakao merupakan sumber utama
pendapatan petani di Desa Kanre. Rendahnya produktivitas tersebut disebakan oleh berbagai factor
diantaranya adalah: Tingginya Intensitas serang OPT (PBK, Busuk Buah dan VSD), kurangnya
pemeliharaan tanaman oleh petani (peni belum merapkan teknologi budidaya dalam usahataninya)
dan sebagian besar tanaman kakao petani telah berumur tua (> 20 tahun), serta belum ada
diversifikasi dan pemanfaatan dari limbah pertanian.
3
rumah pembibitan telah bertambah menjadi 7 unit. Rumah bibit
telah berkembang pesat diluar Desa Prima Tani, kini telah
mencapai lebih dari 30 unit, dengan kapasitas pembibitan rata-
rata 10.000 pohon/rumah unit
Bibit sambung pucuk juga merupakan tambahan pendapata
petani, dengan harga Rp. 5.000/pohon. Bibit Produksi petani
Desa Kamanre selain memenuhi permintaan dari Kabupaten
Luwu, juga telah mengirim bibit ke Kabupaten lain di Sulawesi
Gambar 7. Penampilan Tanaman Peremajaan Selatan antara Kabupaten Wajo, Bone, Soppeng, Sindrap dan
,menggunakan bibit sambung pucuk , umur 14 Gowa. Saat ini telah terbentuk Assosiasi pembitan kakao di
bulan suda berbuah banyak
Kabupaten Luwu yang di ketui oleh petani Binaan Prima Tani
Produktivitas yang dicapai tanaman jagung sebagai tanaman sela berkisar 2,5 ton - 3 ton/ha/ musim
tanam atau senilai Rp. 3.750.000 – Rp.4.500.000, Hasil tersebut dapat menambah pendapatan petani yang
sementara berkurang dari tanaman kakao. Introdukasi Tanaman Jagung sebagai tanaman sela pada kebun
kakao yang di rehabilitasi dan diremajakan merupakan hal baru bagi petani, dan dengan melihat kenyataan
ini bahwa tanaman sela dapat memberikan pendapatan yang memadai, sehingga petani mau melakukan
rehabilitasi dan meremajakan tanaman kakaonya. Hasil kegiatan ini telah menjadi salah satu paket
rekomendasi Nasional dalam program GERNAS, yaitu setiap petani yang terkena program Rehabilitasi
4
dan Peremajaan akan mendapat bantuan benih jagung untuk ditanam, guna menggati sementara hasil
tanaman kakao yang hilang akibat program Gernas tersebut
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di publikasikan oleh :
AWAL - web administrator BPTP Sul-Sel –
Tempat Lt 1 Ruang MEDIA ELEKTRONIK BPTP SUL-SEL
Jl. Perintis kemerdekaan km. 17,5 Makassar