You are on page 1of 36

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PERBANYAKAN PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca L)


DENGAN KULTUR JARINGAN
DI KEBUN PLASMA NUTFAH PISANG MALANGAN GIWANGAN
UMBULHARJO YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Kerja Lapangan

Disusun oleh :
Nama : Muhamad Said
NIM : 06640022

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2009
Halaman Pengesahan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul :
“Perbanyakan Pisang Kepok Kuning (Musa paradisiaca L) Dengan Kultur
Jaringan”

Disusun oleh :
Nama : Muhamad Said
NIM : 06640022

Telah disetujui oleh pembimbing,

Yogyakarta,………………2009
Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

Bambang Dwi Hatmoko, A.md. Jumailatus Solihah, S.Si.


NIP. 19640618 199003 1 007 NIP. 19760624 200501 2 007

Ketua Prodi Biologi


Fakultas Sains dan Teknologi

Arifah Khusnuryani, M.Si


NIP. 19750515 200003 2 001

Mengetahui
a.n Kepala Kantor Pertanian dan Kehewanan
Kepala UPT Kebun Pembibitan

Laksmi Kuswulandari, S.Pi


NIP. 19691006 199603 2 001
DAFTAR ISI

i. Halaman Judul ............................................................................... i


ii. Halaman Pengesahan ................................................................... ii
iii.Kata Pengantar ............................................................................... iii
iv.Daftar Isi ........................................................................................... iv
v. Daftar Lampiran ............................................................................... v
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Batasan Masalah ................................................................... 2
D. Tujuan PKL ............................................................................... 2
E. Manfaat PKL ............................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
A. Gambaran Umum Kebun Plasma Nutfah Pisang ................... 3
B. Biologi Pisang ................................................................... 4
C. Manfaat Tanaman Pisang ....................................................... 11
D. Pisang Kepok Kuning ....................................................... 12
E. Kultur Jaringan Pada Tanaman Pisang ............................... 12
F. Manfaat Kultur Jaringan Secara Umum ............................... 13
G. Kelebihan Dan Kekurangan Tahnik Kultur Jaringan ................... 13
H. Medium Dalam Kultur Jaringan ........................................... 14
III. METODE PELAKSANAAN PKL ........................................... 15
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................... 15
B. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ........................................... 15
IV. HASIL DAN PEMBAHSAN ....................................................... 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 27
A. Kesimpulan ............................................................................... 27
B. Saran ........................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 29
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
A. Foto-foto Kegiatan PKL .............................................................. 30
B. Struktur Organisasi Kebun Plasma Nutfah Pisang ......................... 31
B. Surat Izin Kegiatan PKL .............................................................. 32
C. Surat Keterangan Telah Melaksanakan PKL .......................... 33
D. Lampiran Kegiatan Harian ............................................................. 34
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan Rahmat Allah SWT penulis dapat


menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), serta dapat menyelesaikan
penulisan laporan PKL dengan baik. Berkat Rahmat-Nyalah penulis sanggup
menjalankan niat untuk dapat menyelesaikan segala kegiatan PKL dengan baik
walaupun halanagn dan rintangan silih berganti menghadang.
Kegiatan PKL yang berjudul “Perbanyakan Pisang Kepok Kuing (Musa
paradisiaca L) Dengan Kultur Jaringan” ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur
Jaringan Kebun Plasma Nutfah Pisang kota Yogyakarta. Penyusunan Laporan ini
untuk memnuhi tugas Praktek Kerja lapangan.
Dalam penyusunan laporan ini, tidak sedikit kendala yang penulis hadapai namun
dengan keteguhan niat dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya habis
gelap terbitlah terang dalam arti kata, penulispun dapat menyelesaikan penulisan
laporan ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu penyelesaian Laporan ini, terutama
kepada :
1. Ayah dan Ibuku tercinta, keluargaku tersayang, yang tidak henti-hentinya
mengirimkan Do’a hingga aku tetap tegar dan tidak kenal putus asa.
2. Ir. Udi Santosa selaku Kepala UPT Pembibitan dan Holtikultura yang telah
memberikan izin pada penulis untuk melaksanakan kegiatan PKL.
3. Mr Paul Aberfeld, yang selalu memberikan financial help.
4. Dra. Maizer Said Nahdi, M.S.i selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
5. Ibu Arifah Khusnuryani, M.Si selaku Kepala Program Studi Biologi yang
telah menjadi penanggung jawab kegiatan PKL.
6. Bapak Bambang Dwi Hatmoko, A.md. selaku pembimbing lapangan di Kebun
Plasma Nutfah Pisang yang telah sudi berbagi ilmu dan memberikan
bimbingan.
7. Ibu Jumailastus Solihah, S.Si selaku dosen pembimbing PKL yang telah
banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis untuk
menyelesaikan penulisan laporan.
8. De Agil, yang telah memberikan jasa transportasi, pubilkasi serta
dokumentasi.
9. Mbak Ani, Mbak Ambar, Mbak Titing, Mas Resna, Pak Darijan, Mas Slamet,
Mas Sugeng dan Pak Jumadiman. Yang telah mendampingi dan memberi
pengarahan selama melaksanakan kegiatan PKL.
10. Teman-teman seperjuangan selama melaksanakan PKL dan juga sahabat-
sahabat Biologi. Terimakasih atas kebersamaan dan dukungannya.
11. My Older Brother Muhtar, Mustafid. My Older Sister Sahiroh, Saimah dan
Wasiah, Thank for everything.
12. Teman-teman spesialku dirumah, Noni, Janah, Berlan, Rudy cs, Juki, Malik,
Bella dan Tino yang telah memberikan dukungan dan doa.
Kiranya, penyusunan laporan ini bisa bemanfaat bagi semua pihak, khususnya
penulis. Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah mereka lakukan. Amien.

Yogyakarta, Juli 2009

Penulis.
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Masa depan lebih berharharga dari masa sekarang, itulah kata yang menjadi
pengacu semangat agar kehidupan semakin hari semakin baik, karena siapa yang
hari ini lebih baik dari hari yang kemarin maka dia termasuk orang yang
beruntung. Dalam hal ini pengenalan dalam dunia kerja untuk mahasiswa UIN
Sunan Kalijaga sangat penting untuk mengahadapi tantangan kehidupan di masa
depan. Dalam dunia kerja mahasiswa UIN dituntut untuk dapat bersaing dengan
mahasiswa lain baik dalam sekala nasional bahkan internasional. Guna
mempersiapkan hal itu, maka mahsiswa UIN Sunan Kalijaga khususnya fakultas
sains dan teknologi melakukan kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) yang
merupakan langkah awal perkenalan terhadap dunia kerja dan sebagai langkah
awal dalam menerapkan pengetahuan serta mempratekkan teori yang didapat
sewaktu kuliah dan juga dapat meningkatkan keterampilan kerja.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kultivar pisang yang
cukup banyak, misalnya Ambon, Raja, Nangka, Emas dan kepok. Walaupun
tanaman pisang di Indonesia mempunyai kultivar yang sangat banyak tapi belum
dapat bersaing dalam pasar internasional karena permasalahan bibit yang unggul
serta kualitas yang baik. Namun demikian pisang termasuk buah yang memilki
potensi untuk di kelola secara intensif berorientasi agribisnis, di mana
pengembangan agribisnis mempunyai potensi ekonomi dan sosial yang cukup
tinggi, terutama dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat tani, perbaikan
gizi bahkan perbaikan ekspor. Melihat pentingnya pengembangan tanaman pisang
yang memiliki kualitas yang baik maka diharapkan dari kegiatan ini dapat
memberikan pengetahuan praktis perbanyakan pisang khusunya melalui tehnik
kultur jaringan, dimana jenis pisang yang digunakan adalah pisang kepok kuning
(Musa paradisiaca L). Pemilihan obyek ini dengan pertimbangan bahwa jenis
pisang ini mempunyai banyak manfaat dan dapat diolah untuk dijadikan produk
yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi.
Tanaman pisang umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan memakai
anakan pisang, selain itu bibit pisang juga dapat diperoleh dari bonggol tanaman
pisang itu sendiri yang dikenal dengan bibit bit atau belahan bonggol. Akan tetapi
hasil produk tanaman yang dihasilkan dengan cara itu tidak diperoleh bibit yang
unggul dan bermutu. Cara lain dari pengada’an bibit adalah dengan tehnik kultur
jaringan yang saat ini sedang banyak dikembangkan karena tehnik kultur jaringan
merupakan metode penyediaan bibit yang bermutu yaitu bibit yang seragam
secara genetik dan fisik serta bebas dari segala jenis patogen yang berbahaya,
mempunyai sifat yang identik dengan induknya, mampu menghasilkan buah yang
bermutu tinggi dalam jumlah banyak selama kurun waktu tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kultur jaringan pada pisang kepok kuning (Musa
paradisiaca L)?
2. Pisang kepok kuning mempunyai persentase keberhasilan kultur yang sangat
kecil, faktor apa yang menyebabkan persentase keberhasilan kultur sangat
kecil pada pisang kepok kuning?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan di kebun plasma nutfah
pisang ini adalah pada proses kultur jaringan pisang kepok kuning (Musa
paradisiaca L).
D. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan yang ingin dicapai pada Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1. Mahasiswa mengetahui proses Kultur Jaringan pada tumbuhan pisang,
khususnya pisang kepok kuning (Musa paradisiaca L).
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami aplikasi ilmu yang telah
didapat di instansi terkait.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja khususnya
sistem kerja di instansi terkait.
E. Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan maslah yang ada, maka Praktek
Kerja Lapangan ini bermanfaat untuk :
1. Mahasiswa dapat memahami proses kultur jaringan tumbuhan pisang
dalam skala laboratorium, khususnya pisang kepok kuning.
2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat khususnya para petani untuk
mengetahui perbanyakan bibit tumbuhan pisang dengan tehnik kultur
jaringan.
3. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam dunia kerja yang terkait
dengan disiplin ilmu Biologi.
4. Mahasiswa dapat menjadi penghubung untuk menjalin kerja sama dalam
pengembangan mutu pendidikan antara Instansi terkait dengan Perguruan
tinggi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Kebun Plasma Nutfah Pisang


Kebun Plasma Nutfah Pisang dibangun sejak 1988 dan telah melaksanakan
pengumpulan, pemeliharaan, dan penyebarluasan koleksi berbagai jenis pisang.
Dengan lahan seluas 19.525 meter persegi, kebun ini telah mengembangkan sebanyak
346 varietas pisang tak hanya dari Indonesia, tapi juga dari luar negeri. Sejak 2005,
dirintis juga pengembangan kebun di Kebun Tegalrejo khususnya bagi tanaman
pisang yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Oleh Departemen Pertanian RI,
Kebun Plasma Nutfah Pisang Yogyakarta disebut sebagai kebun koleksi pelestarian
pisang terlengkap di Indonesia. Oleh sebab itu, sejak 2004 lalu kebun ini dirintis
sebagai Pusat Pisang Nasional dengan meningkatkan sarana prasarana pendukungnya.
Hingga kini, sarana dan prasarana yang telah ada di Kebun Plasma Nutfah Pisang
Yogyakarta antara lain :
1. Kebun Plasma Nutfah Pisang
2. Laboratorium Kultur Jaringan
3. Laboratorium Olahan
4. Rumah Aklimatisasi (tempat adaptasi bibit tanaman)
5. Gedung Promosi dan SDM.
Sejumlah varietas pisang seperti berbagai jenis pisang Ambon (Amerika, Taiwan,
Australia, Kongo, dan Suriname), pisang Mouli, pisang Ronggolawe, pisang Raja,
pisang Raja Bulu, pisang Emas, pisang Kepok, dll ada di Kebun Plasma Nutfah
Pisang Yogyakarta.
Dengan Kebun Plasma Nutfah Pisang Yogyakarta ini, diharapkan dapat
melestarikan, memanfaatkan, dan menyebarluaskan pisang bagi kepentingan yang
lebih berdayaguna. Kebun ini juga dapat menjadi wahana preservasi dan konservasi
lahan dalam kota. Rekreasi ilmiah juga dapat dilakukan di kebun ini, selain sebagai
fasilitas penelitian bagi mahasiswa dan umum yang ingin mengetahui tentang pisang
dan tentunya sebagai pendukung bagi pengembangan industri pisang (Anonim, 2009).
B. Biologi Tanaman Pisang
1. Klasifikasi
Kedudukan tanaman pisang di dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
adalah sebagai berikut:
Divisoi : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiopermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Scitaminae
Familia : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L. (Rukmana, 1999).
2. Morfologi
1). Morfologi tanaman pisang secara umum adalah :
A. Akar
Pohon pisang berakar rimpang, dan tidak mempunyai akar tunggang yang
berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah,
akar ini tumbuh ke bawah sampai kedalaman 75-150 cm. Sedangkan akar
yang berada di bagian samping umbi batang tumbuh ke samping atau
mendatar. Dalam perkembangannya, akar samping bisa mencapai ukuran 4-5
meter (Satuhu dan Supriyadi, 2005).
B. Batang
Batang sebenarnya terdapat dalam tanah, yakni berupa umbi batang,
di bagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun dan
pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung), sedangkan yang berdiri
tegak di atas tanah dan sering dianggap batang adalah batang semu. Batang
semu ini terbentuk dari pelapah daun panjang yang saling melengkapi dan
menutupi dengan kuat sehingga berdiri tegak seperti batang tanaman. Batang
semu tingginya antara 192-240 cm dengan diameter 8,1-14,3 (Satuhu dan
Supriyadi, 2005).
C. Daun
Daun pisang letaknya tersebar, tidak mempunyai tulang pinggir yang
menguatkan lembaran daun. Helaian daun berbentuk langset memanjang, pada
bagian bawahnya berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daunyang
panjangnya antara 56-61 cm, berwarna hijau, panjang helaian daun antara 140-
217 cm dan lebarnya 56-61 cm (Satuhu dan Supriyadi, 2005).
D. Bunga
Bunganya berkelamin satu, berumah satu dalam tandan, memiliki
sudut aksis karang bunga menggulung, tidak berambut, warnanya hijau. Daun
penumpu bunga berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Bunga tersusun atas
2 baris melintang. Keseluruhan rangkaian bunga merupakan tandan dengan
bunga betina di bagian pangkal dan bunga jantan di bagian ujung
perbungaannya. Hiasan bunga terdiri dari kelopak dan mahkota (Satuhu dan
Supriyadi, 2005).
E. Buah
Sesudah bunga keluar, akan terbentuk sisir pertama, kemudian
memanjang lagi dan terbentuk sisir kedua, ketiga dan seterusnya. Jantungnya
perlu dipotong sebab sudah tidak menghasilkan sisir lagi (Satuhu dan
Supriyadi, 2005).
2). Berdasarkan hasil identifikasi di kebun Plasma Nutfah Pisang, morfologi
Pisang kepok kuning (Musa paradisiaca L) adalah :
No. Karakter Gambar
1. Ketegakan Ketegakan daun Tegak
tanaman Kekerdilan tanaman Normal
secara umum
2. Batang Tinggi batang ≥3m
semu/anakan

Lingkar batang 15,92 cm


Aspek batang Normal
Bentuk batang Conical silindris

Warna batang Hijau kekuningan


Bercak pada batang Merah Keunguan
Intensitas warna Sedikit
bercak

Warna pangkal Hijau gelap


pelepah bagian
dalam

Warna lendir Berair bening


Jumlah anakan 1
Perkembangan ¼ - ¾ dari tinggi
anakan induk

3. Tangkai/ Bercak pada Bercak kecil


tulang/ pangkal tangkai
helaian daun daun
Warna bercak Coklat kehitaman
Bentuk kanal Tepi saling menutupi
potongan melintang
tangkai daun ketiga
Keadaan tepi Bersayap dan
tangkai daun menjepit batang

Warna tepi tangkai hijau


daun
Pewarnaan tepi Berwarna sepanjang
tangkai daun tepi tangkai daun
Lebar tepi tangkai ≥ 1 cm
daun
Panjang helaian 171 – 220 cm
daun
Lebar helaian daun ≤ 70 cm
Ratio helaian daun 210 : 10 cm
(L/P)
Panjang tangkai ≤ 30 cm
daun (cm)

Warna helaian daun Hijau gelap


bagian atas
Kenampakan Pudar/ kusam
permukaan atas
daun
Warna helaian daun Hijau kekuningan
bagian bawah
Kenampakan Pudar/ kusam
helaian daun bagian
bawah
Warna bagian perut Kuning
tulang daun
Warna helaian daun Hijau kekuningan
bagian bawah

Lapisan lilin pada Berlilin sedang


permukaan daun
Warna luar daun hijau
yang masih
menggulung

Simetri daun pada Tidak simetris


tangkai daun

Bentuk pangkal Salah satu sisi


daun membulat
Kedudukan daun Intermediate
Bentuk pangkal Kedua sisi meruncing
daun

Intensitas lapisan Sedang


lilin pada
permukaan bawah
daun

Bentuk ujung daun Membulat

Warna daun muda Hijau kekuningan


(sebelum berbunga)
Permukaan atas Sedikit sirip
daun akibat cabang
tulang daun
Warna punggung Hijau muda
tulang daun
Pangkal tangkai Terbuka lebar dengan
daun lurus dan tegak

4. Bunga dan Panjang tangkai 31-60 cm


perbungaan tandan

Jumlah buku kosong 5


(tanpa buah) pada
tangkai tandan

Warna tangkai Hijau tua


tandan
Bulu tangkai tandan Tidak berbulu
Posisi tandan Menggantung dengan
sudut 45
Bentuk tandan Silinder

Kenampakan tandan Kompak


Buah 2 baris
Keberadaan rachis terpotong
5. Buah Posisi buah Melengkung naik
Jumlah sisir per 7
tandan
Letak buah Horisontal

Panjang buah 15 cm
Bentuk buah Mendekati kerucut
Bentuk melengkung Tonjolan jelas
buah
Ujung buah Leher botol
Sisa bekas bunga Masih terdadap stylus
pada ujung uah

Panjang tangkai ≥ 21 cm
buah
Lebar tangkai buah 5-10 cm
Permukaan tangkai Tidak berbulu
buah
Fungsi tangkai buah Sebagian bergabung
Warna kulit buah Hijau
sebelum masak

Daging buah Mengandung daging


buah
Warna daging buah Putih kekuningan
pada buah muda

C. Syarat Tumbuh
Pisang termasuk tanaman yang gampang tumbuh. Tanaman ini dapat tumbuh
di sembarang tempat. Namun, agar tanaman ini dapat tumbuh optimal, sebaiknya
ditanam pada dataran rendah. Syarat tumbuh pisang diantaranya sebagai berikut :
1. Iklim
1) Tipe iklim A, B dan C (daerah basah), berdasarkan klasifikasi iklim
menurut Schmidt-Ferguson.
2) Curah hujan merata sepanjang tahun, sekitar 1500 sampai 2500
mm/tahun.
3) Temperatur 15 - 35º C, optimum 27 ºC.
4) Ketinggian dari dataran rendah sampai 1300 meter dpl.

2. Tanah
1) Tanaman pisang tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Pertumbuhan
optimum terjadi pada tanah-tanah bertekstur liat atau tanah alluvial,
mengandung kapur dan kaya akan bahan organik (humus).
2) pH tanah : 4,5 – 7,5 (Satuhu dan Supriyadi, 2005).

D. Manfaat Tanaman Pisang


Menurut Satuhu dan Supriyadi (2001), tanaman pisang memang banyak
dimanfaatkan untuk kehidupan manusia dan dikenal dengan dengan tanaman
multiguna karena selain buahnya bagian tanaman lainpun dapat dimanfaatkan,
mulai dari bonggol hingga daunnya. Di antara manfaatnya adalah :
1. Bunga, bunga pisang biasanya digunakan sebagai sayur karena memilki
kandungan protein, vitamin, lemak dan karbohidrat yang cukup tinggi.
2. Daun, oleh masyarakat pedesaan jawa daun pisang kerap dimanfatkan
untuk pembungkus makanan, sementara daun yang sudah tua dan robek
biasanya diguanakan untuk pakan ternak karena mengandung berbagai
unsur yang dibutuhkan oleh hewan.
3. Batang, batang pisang biasanya dimanfaatkan untuk alas memandikan
mayat, sebagai tancapan wayang, membungkus bibit dan kadang
dipotong untuk dijadikan tali dan dijadikan bahan pembuatan kompos
dan juga pakan ternak.
Selain dimanfaatkan untuk berbagai olahan makanan, buah pisang juga
bermanfaat sebagai obat luka lambung, menurunkan kolesterol darah, mencegah
kanker usus, menjaga kesehatan jantung, menbantu melancarkan pengiriman
oksigen ke dalam otak, menyuburkan rambut, menghaluskan kulit dan sebagainya.
Jenis pisang emas dapat dipakai sebagai obat penyakit kuning. Jenis pisang klutuk
terutama bijinya dapat digunakan sebagai obat diare karena memiliki zat tannin
yang dikandungnya (Cahyono, 1999).

E. Pisang Kepok Kuning


Pisang kepok banyak jenisnya, di antaranya adalah kepok kuning dan putih.
Pisang kepok kuning mempunyai rasa yang lebih enak dibandingkan dengan kepok
putih. Oleh karena itu, pisang kepok kuning lebih disukai dan bernilai ekonomis lebih
tinggi. Pisang Kepok kuning bentuk buahnya agak pipih sehingga sering disebut
dengan pisang gepeng (Satuhu dan Supriyadi, 2005).
Daging buahnya bertekstur agak keras. Kulit buahnya sangat tebal dan pada
buahnya yang sudah masak berwarna hijau kekuningan. Dalam satu tandan dapat
mencapai 16 sisir, dan pada tiap sisir terdiri dari 12-20 buah, berat setiap tandan dapat
mencapai 14-22 kg (Cahyono, 1999).
F. Kultur Jaringan pada Tanaman Pisang
Kultur jaringan tanaman adalah suatu tehnik isolasi bagian-bagian tanaman
seperti jaringan, organ ataupun embrio, lalu dikultur pada media buatan yang steril
sehingga bagian-bagian tanaman tersebut mampu beregenerasi dan berdiferensiasi
menjadi tanaman lengkap (Winata, 1987). Jaringan yang sering digunakan dalam
kultur jaringan tanaman adalah kalus, sel dan protoplas. Sedangkan organ tanamannya
meliputu pucuk, bunga, daun dan akar.
Dalam kultur jaringan pisang, sampai saat ini yang banyak dikenal adalah kultur
dengan eksplan bonggol. Apabila dibandingkan dengan jantung pisang maka
mendapatkannya lebih mudah dan jumlah eksplan yang didapat lebih banyak bahkan
mencapai 200 eksplan setiap jantung pisang, serta lebih kecil resikonya terhadap
kontaminasi sebab bukan berasal dari tanah dan tertutup rapat oleh kelopak
(Chatimatunnisa dan Rodinah, 2005).
Tehnik kultur jaringan tanaman memililki prospek yang lebih baik daripada
metode perbanyakan tanaman secara vegetatif konvensional dikarenakan adanya
beberapa keuntungan di antaranya adalah: pertama, jutaan klon dapat dihasilkan
dalam waktu setahun hanya dari sejumlah kecil material awal. Dengan metode
vegetatif konvensional dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan
tanaman dalam jumlah yang sama dan jumlah bahan awal yang dibutuhkanpun lebih
besar. Kedua, tehnik kultur jaringan menawarkan suatu alternatif bagi spesies-spesies
yang resisten terhadap sistem perbanyakan vegetatif konvensional dengan melakukan
manipulasi terhadap faktor-faktor lingkungan, termasuk penggunaan zat pengautur
tumbuh (Zulkarnaen, 2009).

G. Manfaat Kultur Jaringan Secara Umum


Menurut Zulkarnaen (2009), manfaat utama dari aplikasi tehnik kultur jaringan
adalah perbanyakan klon atau perbanyakan massal dari tanaman yang sifat genetiknya
identik satu sama lain. Di samping itu, tehnik kultur jaringan pun bermanfaat dalam
beberapa hal khusunya:
1. Perbanyakan klon secara cepat, pada prinsipnya, dengan tehnik kultur jaringan
setiap sel dapat diinduksi untuk beregenerasi menjadi individu tanaman
lengkap dengan sifat genetik yang identik satu sama lain.
2. Keseragaman genetik, karena prosedur kultur jaringan bersifat vegetatif maka
rekombimasi acak dari karakter genetik yang terjadi pada perbanyakan seksual
dapat dihindarkan.
3. Kondisi aspetik, proses kultur jaringan in vitro menghendaki kondisi aspetik.
Pada gilirannya, kultur jaringan tanaman dapat menyediakan bahan/bibit
tanaman bebas patogen dalam jumlah besar.
4. Produksi tanaman sepanjang tahun. Melalui tehnik kultur jaringan terbuka
peluang untuk memperbanyak tanaman disepanjang tahun. Hal ini dapat
dilakukan karena tehnik ini tidak tergantung pada musim.
H. Kelebihan Dan Kekurangan Tahnik Kultur Jaringan
Keuntungan perbanyakan bibit dengan tehnik kultur jaringan adalah bibit dapat
diperoleh dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat. Sifat-sifat individu baru sama
dengan induknya, selain itu juga kecepatan tumbuh bibit merata dan saat berbuahnya
lebih cepat, contohnya untuk tanaman pisang berkisar 9 bulan dengan panen yang
kedua antara 5-6 bulan. Waktu panen serempak dan kemasakan buahnya seragam
sehingga lebih efisien dalam penanganannya. Selain itu juga, kesehatan bibit lebih
terjamin. Namun selain memiliki kelebihan, perbanyakan bibit dengan tehnik kultur
jaringan ini memiliki kelemahan yaitu : perbanyakan bibit dengan tehnik kultur
jaringan memerlukan keahlian dan keterampilan khusus, harga bibit pisang kultur
jaringan lebih mahal dibandingkan dengan bibit anakan. Selain itu terdapat masalah-
masalah dalam kultur jaringan. Tidak sedikit masalah-masalah yang muncul sebagai
pengganggu bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur
jaringan yang dilakukan. Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan
yang ditanam, dari lingkungan kultur, maupun dari manusianya. Menyangkut bahan
tanaman permasalahan yang sering muncul pada awal kegiatan kultur hingga fase
pertumbuhan adalah : bahan-bahan yang kurang baik, stagnasi pertumbuhan,
pertumbuhan tak terkendali, kontaminasi dan pencoklatan serta variasi genetik.
Berkaitan dengan faktor genetik yang sering menjadi kendala adalah matinya aliran
listrik, kerusakan AC dan matinya aliran air. Adapun yang berkaitan dengan manusia
biasanya hanya menyangkut pada soal kebocoran, kelalaian dan rendahnya tingkat
keterampilan (Santoso, 2002).
I. Medium Dalam Kultur Jaringan
Setiap tanaman membutuhkan paling sedikit 16 unsur untuk pertumbuhannya
yang normal. Tiga unsur di antaranya adalah C, H dan O yang diambil dari udara,
sedangkan 13 unsur lainnya berupa pupuk yang dapat diberikan melaui akar atau
melalui daun. Pada proses kultur jaringan, unsur-unsur tersebut diberikan melalui akar
yaitu dengan menambahkannya pada media agar. Media dasar MS (Murashige &
Skoog) digunakan hampir untuk semua macam tanaman, terutama tanaman herbaceus
termasuk pada tanaman pisang. Media ini mempunyai konsentrasi garam-garam
mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3+ dan NH4+. Ada unsur yang
dibutuhkan dalam jumlah besar yang disebut unsur makro dan ada yang dibutuhkan
dalam jumlah kecil yaitu unsur mikro. Selain kedua unsur itu, dalam media juga
dibutuhkan vitamin, sukrosa, mio-inositol, besi dan zat pengatur tumbuh (hormon)
(Hendaryono, 1994).
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Praktek Kerja Lapangan ini Dilaksanakan Pada :
Hari dan Tanggal : Senin 22 Juni – 22 Juli 2009
Waktu : Senin – Kamis pukul 07.30 – 14.30 WIB
Jumat pukul 07.30 -11.30 WIB
Sabtu pukul 07.30 -13.00 WIB
Tempat : Kebun Plasma Nutfah Pisang
Alamat : Desa Malangan, Kel. Giwangan, Kec. Umbulharjo
Yogyakarta

B. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


1. Alat-alat yang digunakan
No. Nama Alat Fungsi
1. Gelas becker/piala Untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia
dan air aquades dalam pembuatan media.
2. Pipet Untuk mengambil cairan.
3. Timbangan analitik Untuk menimbang bahan kimia yang diperlukan dalam
pembuatan media kultur.
4. Spatula Untuk mengambil bahan kimia yang diperlukan dalam
pembuatan media kultur.
5. pH meter Untuk mengukur pH media ketika membuat media.
6. Panci Tempat memasak media.
7. Kompor Gas Untuk pemanas saat memasak media.
8. Autoklaf Untuk mensterilkan semua peralatan dan media kultur
yang dipakai dalam kegiatan kultur jaringan.
9. Botol kultur Tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan.
10. Almari pendingin untuk menyimpan bahan-bahan yang tidak tahan suhu
tinggi
11. Destilator Sebagai alat untuk penyulingan air menjadi aquades

12. Rotating Shaker Sebagai alat penggojog


13. Blender Untuk menghaluskan bahan-bahan yang akan
digunakan sebagai media alami, seperti tomat, pisang
tauge, dan lain-lain.
14. Lampu penerangan sebagai pengganti sinar matahari di inkubator.
15. Air Conditioner (AC) sebagai pendingin ruang inkubator, karena eksplan
yang ditanam membutuhkan suhu berkisar 200 C – 300
C.
16. Lampu Spiritus sebagai alat sterilisasi dissecting set di ruang penabur.
17. Dissecting set alat-alat stainlesstell, seperti scalpel, pinset, blade,
gunting, dll
18. Glassware alat-alat yang terbuat dari gelas, antara lain : tabung
reaksi, cawan Petri, beker glass, gelas ukur, pipet,
pengaduk kaca, corong kaca, pipet ukur, dan botol-
botol kultur.
19. Hot plate Sebagai alat pemanas.

2. Bahan-bahan
a. Media Murashige & Skoog (MS)
1). Bahan-bahan dan komposisi dasar Pembuatan Medium MS
No Bahan Komposisi mg/l
1. Garam makro
NH4NO3 1.650
KNO3 1.900
CaCL2.2H2O 480
MgSO4.7H2O 370
KH2PO4 170

2. Garam Mikro
Na-EDTA 37,3
FeSO4 7H2O 27,8
KL 0,83
H3BO3 6,20
ZnSO4 7H2O 8,60
Na2MO4 2H2O 0,25
MnSO4. 4H20 22,30
CuSO4. 5H20 0,025
CoCl2 6H2O 0,025
3. ZPT (Stok Auksin)
IAA 100
NAA 100
IBA 100
2,4-D 100
ZPT (Stok Sitokinin)
Zeanin 100
BA 100
2-ip 100
PBA 100
Kinetin 100
4. Sukrosa
Gula 30
5. Vitamin (Stok)
Mio-inositol 100
Niacin (Niacin acid) 0,5
Pyridoxine-HCL 0,5
Thiamin- HCL 0,1
Glycine 2
2). Cara Pembuatan Media MS
a) Semua bahan garam mikro dilarutkan dalam 500 ml aquades dalam gelas
beker dan ditambahkan stok mikro 4 ml, stok besi 4 ml, stok vitamin 1
ml, myo-inositol, gula 30 gr kemudian diaduk dan diukur pHnya hingga
mencapai pH 6, dan ditambahkan 7 gr agar-agar. Bila pH kurang dari 6
maka ditambahkan KOH 0,1 N namun jika pH lebih dari 6 maka
ditambahkan HCL 0,1 N. Selanjutnya ditambahkan aquades sampai
volumenya mendekati 1000 ml.
b) Medium tadi dipanaskan hingga larut dan ditambahkan 8 gr agar sambil
diaduk-aduk supaya semua bahan larut, dituang dalam botol kultur
sebanyak 20 ml – 25 ml per botol dan mulut botol ditutup rapat.
c) Botol disterilisasi didalam Autoklaf bertekanan 17,5 psi selama 30
menit.
3. Cara Kerja
a. Sterilisasi Alat dan Bahan.
Strerilisasi alat dan bahan dilakukan sebelum digunakan menggunakan
alkohol 70% dan autoklaf. Sebelum masuk laminair air flow (LAF) semua
alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu dengan
menyemprotkan alkohol 70 %, kemudian dilap dengan tisu, disemprot sekali
lagi, biarkan hingga betul-betul kering baru bisa digunakan.
Sterilisasi untuk glassware, dissecting set, kertas saring, alumunium
foil dan botol-botol dengan menggunakan autoklaf selama 30 menit.
Tujuannya agar peralatan kultur jaringan bebas dari mikrobia seperti jamur
dan bakteri. Alat-alat yang kurang steril biasanya akan cepat menimbulkan
kontaminan baik pada media tumbuh maupun bahan eksplan.
Sterilisasi bahan (media MS) juga menggunakan autoklaf selama 15
menit.
Langkah-langkah sterilisasi dengan autoklaf :
1) Autoklaf diisi air sampai batas sangsang
2) Alat-alat yang akan disterilisasi dimasukkan
3) Autoklaf ditutup rapat dan kompor dinyalakan
4) Setelah menunjukkan tekanan 0,15 Atm (biasanya 15 menit setelah
dinyalakan) suhu 1210 C, kemudian dihitung 30 menit.
5) Autoklaf dimatikan, tutup dibuka setelah dingin (tekanan 0).
b. Proses Pengambilan Eksplan
1) Dipilih anakan pisang yang sehat dan subur serta diutamakan yang
tumbuh pada rimbun pohon pisang dari Induk pisang Varietas unggul.
2) Anakan-anakan pisang dipotong bagian ujung tunasnya dan
dimasukkan dalam ember untuk dikupas seludangnya.
3) Seludangnya dikupas dan dipotong dalam air mengalir dengan
mengguanakan pisau yang sudah di setrilisasi dengan alkohol 75 %
dan dipotong dengan ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 cm.
4) Anakan-anakan yang sudah terpotong kecil-kecil (Eksplan)
dimasukkan dalam Nampan dan direndam dengan larutan Deterjen
selama 30 menit, kemudian direndam dalam larutan bakterisida dan
fungisida selama 24 jam.
c. Proses Inokulasi
Proses ini dilakukan di dalam LAF.
1) Sebelum dipakai, terlebih dahulu bagian dalam LAF disemprot dengan
menggunakan alkohol 70%.
2) Setelah sterilisasi dengan alkohol 70 %, dilakukan sterilisasi dengan
sinar UV, pintu LAF ditutup dan dinyalakan lampu UV selama 30
menit.
3) Eksplan dibersihkan dan dikupas seludangnya supaya sisa larutan
bakterisida dan fungisida hilang.
4) Eksplan dimasukan dalam botol jam yang berisi lautan klorok dan
diletakkan di atas rotator selama 30 menit.
5) Larutan klorok dalam botol jam diganti dengan aqudes steril dan
diletakkan di atas rotator selama 15 menit.
6) Larutan Aquades dalam botol jam diganti dengan aqudes steril baru
dan diletakkan di atas rotator selama 15 menit.
7) Eksplan yang terdapat di dalam botol jam dimasukan ke dalam LAF.
8) Di dalam LAF, Eksplan dikupas seludangnya dan bonggolnya dipotong
menggunakan blade dengan ukuran 1-2 cm dan langsung dimasukkan
ke dalam botol jam berisi media MS secara steril dan aseptis.
9) Botol-botol disimpan dalam ruang inokulasi dengan suhu 250 C-280 C
selama 30-37 hari.
d. Proses Multiplikasi
Proses ini dilakukan di dalam LAF.
1) Sebelum dipakai, terlebih dahulu bagian dalam LAF disemprot dengan
menggunakan alkohol 70%.
2) Setelah sterilisasi dengan alkohol 70 %, dilakukan sterilisasi dengan
sinar UV, pintu LAF ditutup dan dinyalakan lampu UV selama 30
menit.
3) Eksplan yang tumbuh dan tidak terkontaminasi dalam botol yang
berumur ≥ 0,5 bulan diletakkan di atas petri yang diberi alas tissu
kemudian dikupas seludangnya dan potong bonggolnya menggunakan
blade dan dibelah menjadi empat bagian untuk dipisahkan menjadi
satu individu baru.
4) Hasil belahan eksplan dimasukan dalam media MS dan dimasukkan
dalam ruang inokulasi dengan suhu 250 C-280 C selama 30-37 hari.
e. Proses Subkultur
Proses ini dilakukan di dalam LAF.
1) Sebelum dipakai, terlebih dahulu bagian dalam LAF disemprot dengan
menggunakan alkohol 70%.
2) Setelah sterilisasi dengan alkohol 70 %, dilakukan sterilisasi dengan
sinar UV, pintu LAF ditutup dan dinyalakan lampu UV selama 30
menit.
3) Botol-botol yang berisi eksplan yang sudah mempunyai rumpun tunas
dikeluarkan dengan pinset satu persatu dari botol keatas petri yang
berisi aquades steril.
4) Rumpun tunas dipisahkan menjadi tunas-tunas individu, kemudian
ditanam kembali pada botol yang berisi media MS sebanyak 4-5
tunas/botol secara aseptis dan steril.
5) Botol pembiakan disimpan dalam ruangan dengan suhu 250 C-280 C .
f. Proses Aklimatisasi (Adaptasi)
Proses ini dilakukan di rumah Aklimatisasi
1) Bibit dari botol pembiakan berumur 9 bulan dikeluarkan menggunakan
pinset, lalu direndam dalam air selama 15 menit.
2) Bibit disterilisasi dengan cara direndam dalam larutan bakterisida dan
fungisida selama 10 menit.
3) Disiapkan Nampan tempat semai yang dilapisi plastik putih dan diisi
medium campuran antara pasir dan humus steril 1:1.
4) Bibit pisang dipindahtanamkan ke media tempat persemaian dengan
jarak 2,5 cm x 3 cm dalam kompot dan diberi larutan bakterisida dan
fungisida.
5) Nampan diberi atap plastik dan diikat supaya tidak terbuka.
6) Nampan bibit disimpan dalam sungkup selama 2-4 minggu.
g. Proses Transplanting (Pindah Tanam)
Proses ini dilakukan di rumah Aklimatisasi
1) Kantong plastik (Polybag) diisi dengan campuran antara tanah, pupuk
kandang 1:1 dan sekam secukupnya.
2) Bibit pisang dari hasil aklimatisasi diambil dan dipindahtanamkan ke
dalam Polybag kemudian dimasukan dalam sungkup selama 1-1,5
bulan.
3) Bibit pisang dipelihara secara intensif selama 2-3 bulan hingga
mencapai ketinggian sekitar ≥ 30 cm.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Hasil Kultur Jaringan Pisang Kepok Kuning dan Pisang Raja.
No. Perlakuan Jumlah Hidup Mati
1. Inokulasi 10 eksplan 8 eksplan 2 eksplan
2. Multiplikasi 8 botol 2 botol 6 botol
3. Subkultur* 4 botol 3 botol 1 botol
4. Aklimatisasi* 46 tunas 45 tunas 1 tunas
5. Pindah Tanam* 50 batang 40 batang 10 batang
Ket : * Perlakuan pada pisang Raja
B. Pembahasan
Dilihat dari teknologi produksinya, perbanyakan tanaman pisang dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu perbanyakan dengan anakan (Anakan diambil dari
rumpun yang baik, unggul dan sehat, tidak terinfeksi hama dan penyakit, serta sudah
dewasa), bonggol (Menggunakan bonggol pisang untuk sumber bibit) dan dengan
tehnik kultur jaringan. Perbanyakan tanaman pisang melalui kultur jaringan adalah
salah satu perbanyakan tananam pisang yang dapat memberikan sifat genetik yang
sama dengan induknya dan dapat menghasilkan jumlah anakan yang banyak.
Keuntungan menggunakan bibit kultur jaringan adalah bibit bebas penyakit. Bibit
dapat dihasilkan dalam jumlah besar dan seragam, sehingga waktu panen dapat diatur.
Di samping itu tehnik ini juga tidak lepas dari kekurangan antara lain mahalnya biaya
dan memerlukan keterampilan khusus untuk dapat menunjang keberhasilan proses
kultur jaringan ini. Di samping itu juga selama melakukan proses ini harus selalu
dalam keadaan steril dan aseptis.
Tehnik kultur jaringan tanaman didasarkan pada prinsip totipotensi sel,
pengaturan regenerasi akar dan pucuk oleh hormon, organogenesis atau
embriogenesis, serta kompetensi dan detreminasi inisiasi eksplan. Perbanyakan pisang
kepok kuning secara kultur jaringan melalui kultur meristem, di mana
perbanyakannya dilakukan dengan menggunakan anakan pisang yang sehat, bebas
penyakit dan mempunyai kualitas yang unggul. Hal ini dapat dibuktikan apabila
bonggolnya dipotong tidak terdapat warna hitam yang merupakan ciri adanya
penyakit fusarium, selain itu batas maksimal bonggol yang akan dikultur minimal
setinggi lutut orang dewasa karena hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
jaringan meristem yang akan dikultur/dijadikan eksplan. Pelapah batang semu pisang
dikelupas sampai ukuran eksplan menjadi lebih kecil dan perbatasan antara bonggol
dan batang semu juga dipotong. Perlakuan ini dilakukan dalam air mengalir. Hal ini
dimaksudkan agar eksplan tidak cepat mengalami browning yang dapat menghambat
keberhasilan proses kultur jaringan.
Sterilisasi eksplan tahap awal dilakukan dengan merendamnya dalam larutan
deterjen selama 30 menit. Perlakukan ini bertujuan untuk membersihkan kotoran-
kotoran yang ada dalam eksplan yang mungkin terbawa pada saat pengambilan dari
kebun dan dilanjutkan dengan merendamnya dalam larutan bakterisida dan fungisida
selama 24 jam. Perlakuan ini bertujuan untuk mematikan bakteri dan fungi yang
terdapat dalam eksplan, sedangkan sterilisasi berikutnya dilakukan dengan
penggojogan di atas rotator dalam botol jam yang berisi larutan bycline, di mana
larutan bycline berfungsi sebgai disinfektan yang nantinya dibilas dengan
menggunakan aqudes steril yang berfungsi sebagai penghilang larutan bycline.
Larutan bycline harus di encerkan karena larutan bycline dapat menyebabkan
hipertonis cairan eksplan atau keluarnya cairan dalam eksplan karena perbedaan
konsentrasi (konsentrasi larutan lebih tinggi).
Tahap kedua dalam kultur jaringan adalah inokulasi, dalam proses ini melibatkan
pemotongan sejumlah komponen biologis meliputi seludang dan bonggol eksplan.
Setelah eksplan dikupas seludangnya dan dipotong bonggolnya, proses selanjutnya
adalah penanaman eksplan dalam media. Media merupakan salah satu komponen
penting dalam menentukan keberhasilan dalam proses kultur jaringan. Selain itu,
media memiliki dua fungsi yaitu untuk menyediakan nutrisi dan mengarahkan
pertumbuhan melalui ZPT. Menurut Santoso dan Nursadi (2002), hampir dipastikan
bahwa kesuksesan kegiatan kultur jaringan akan sangat ditentukan dan tergantung
oleh media yang digunakan. Harus diingat bahwa tehnik kultur jaringan menekankan
lingkungan yang cocok agar eksplan dapat tumbuh dan berkembang. Dalam proses
kultur jaringan pisang kepok kuning digunakan media MS (Murashige & Skoog).
Pemilihan media ini dikarenakan media ini dinilai sudah dapat mencukupi kebutuhan
nutrisi eksplan untuk dapat tumbuh dan berkembang. Dari sekian banyak jenis media
dasar yang digunakan dalam teknik kultur jaringan, tampaknya media MS (Murashige
& Skoog) mengandung jumlah hara organik yang layak untuk memenuhi kebutuhan
banyak jenis sel tanaman dalam kultur. Pada saat melakukan inokulasi, dari 10
eksplan pisang kepok kuning terjadi kontaminasi oleh jamur sebanyak 2 eksplan,
kontaminasi ini dicirikan dengan terjadinya perubahan warna putih dan terdapat
benang-benang di atas permukaannya. Kontaminasi dapat muncul karena beberapa
faktor, diantaranya kelalaian dan sterilisasi alat dan bahan yang kurang baik.
Tahap berikutnya adalah Multiplikasi. Dalam proses ini eksplan yang dapat
tumbuh baik dan tidak terkontaminasi baik oleh jamur ataupun bakteri dikupas satu
seludangnya dan dipotong sedikit bonggolnya. Perlakuan ini bertujuan supaya
pertumbuhan eksplan dapat optimal. Eksplan dipotong menjadi empat bagian.
Pemotongan eksplan didasarkan pada prinsip kemampuan totipotensi sel yang
nantinya diharpakan setiap bagian yang terpotong akan tumbuh menjadi eksplan baru.
Pada tahap multiplikasi, terjadi kontaminasi sebanyak 6 botol. Faktor lingkungan
menjadi salah satu penyebab terjadinya kontaminasi, karena lingkungan berpengaruh
terhadap perkembangan kultur.
Proses berikutnya adalah subkultur. Proses ini merupakan tahap perakaran tunas
(regenerasi plantlet). Eksplan dalam tahapan ini sudah mempunyai akar yang
bergerombol. Untuk menghindari terjadinya perebutan unsur hara, maka dilakukan
proses subkultur supaya pertumbuhan tanaman pisang dalam botol menjadi optimal.
Pada kegiatan subkultur dari satu eksplan dapat dihasilkan lebih dari lima eksplan
untuk dijadikan bibit tanaman pisang baru. Pada tahapan subkultur, terjadi
kontaminasi 1 botol. Kontaminasi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya sterilisasi alat dan bahan yang kurang maksimal, hingga jamur dan bakteri
masih dapat tumbuh.
Setelah eksplan berumur sembilan bulan, maka dilakukan proses Aklimatisasi
yang merupakan proses adaptasi tanaman hasil subkultur di laboratorium dengan
lingkungan terbuka. Menurut Yusnita (2003), aklimatisasi adalah suatu upaya
mengondisikan plantlet hasil perbanyakan melalui kultur in vitro ke lingkungan in
vivo yang septik. Aklimatisasi merupakan proses yang penting dalam rangkaian
proses tehnik kultur jaringan untuk mendukung pengembangan pertanian. Masa
aklimatisasi merupakan masa yang kritis karena pucuk atau plantlet yang
diregenrasikan dari kultur in vitro menunjukan beberapa sifat yang kurang
menguntungkan, seperti lapisan lilin (kutikula) belum berkembang dengan baik,
kurangnya lignifikasi batang, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang
berkembang, dan stoma sering kali tidak berfungsi (tidak menutup ketika penguapan
tinggi). Keadaan ini menyebabkan pucuk-pucuk in vitro sangat peka terhadap
transpirasi, serangan jamur dan bakteri, cahaya dengan intensitas tinggi, dan suhu
yang tinggi. Oleh karena itu pada saat proses aklimatisasi dilakukan perlakukan
khusus seperti modifikasi terhadap kondisi lingkungan terutama kaitannya dengan
suhu, kelembapan dan intensitas cahaya. Hal ini dilakukan dengan cara mengatur
jarak tanam yaitu 2,5 cm x 3 cm dan penutupan pada kompot dengan plastik bening
agar penyinaran cahaya matahari dapat tembus sekitar 65 %. Disamping itu peranan
medium tumbuhpun memiliki peran yang cukup penting, maka dalam pembuatan
media digunakan komponen yang steril dan setelah eksplan ditanampun dilakukan
penyiraman dengan menggunakan larutan bakterisida dan fungisida supaya dapat
menekan pertumbuhan bakteri dan jamur. Hingga keberhasilan dilapangan dalam
proses ini mencapai 99 %, yang berarti bibit tanaman pisang raja berhasil tumbuh
dengan baik. Dari 46 tunas, hanya 1 tunas yang mati. Kematian ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya kerapatan yang terlalu padat dan terkontaminasi
oleh jamur dan bakteri.
Proses terakhir dari tehnik kultur jaringan adalah pindah tanam (Transplanting).
Proses ini dilakukan dengan memindahtanamkan bibit yang sudah diaklimatisasikan
selama 2-4 minggu kedalam kantong Polybag yang didalamnya berisi medium
campuran antara pupuk kandang, tanah (1:1) dan sekam. Perlakukan ini terbilang
paling mudah dibandingkan dengan proses-proses sebelumnya karena dalam proses
ini bibit pisang sudah tumbuh baik dan sudah mempunyai akar serta sudah bisa
beradaptasi dengan lingkungan. Proses ini memerlukan perawatan yang rutin dengan
melakukan penyiraman supaya proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik.
Setelah tanaman mencapai ketinggian sekitar ≥ 30 cm, maka bibit siap untuk ditanam.
Pada tahap pindah tanam pisang raja, dari 50 batang pisang raja terjadi kematian
sebanyak 10 batang, kematian ini dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya
perawatan dan penyiraman yang kurang optimal.
Selama melakukan proses kultur jaringan pisang kepok kuning dan pisang raja,
tidak sedikit masalah yang muncul sebagai penyebab ketidakberhasilan proses ini.
Masalah itu antara lain kontaminasi jamur dan bakteri, pencoklatan, hingga gangguan
yang muncul dari lingkungan kultur dan mannusia. Pada pisang kepok kuning, dalam
proses inokulasi dan multiplikasi mengalami perubahan warna yang sangat cepat
dibandingkan dengan pisang lainnya. Peristiwa ini dikenal denga istilah browning
atau pencoklatan. Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau
hitam yang sering tidak membuat terjadinya pertumbuhan dan perkembangan ekpslan.
Peristiwa pencoklatan ini mejadi salah satu penyebab keberhasilan proses kultur
jaringan pisang kepok kuning sangat tipis hingga perlu dilakukan perlakuan khusus
dalam menanganinya. Menurut Fitriani (2003), warna coklat pada kalus menandakan
sintesis senyawa fenolik. Dalam hal ini, sel mengalami cekaman luka pada jaringan,
selain cekaman dari medium. Senyawa fenol sangat toksik bagi tanaman dan dapat
menghambat pertumbuhan. Untuk mencegah timbulnya warna coklat (browning) pada
luka bekas potongan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
Polivinylpyrrolidone (PVP) yang cukup efektif mampu menyerap senyawa toksik,
dengan dosis 1 ppm (Widiastoety, 2001).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1) Proses perbanyakan pisang kepok kuning (Musa paradisiaca L) dengan kultur
jaringan dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Sterilisasi alat dan Bahan
b. Pembuatan Media pertumbuhan
c. Proses pengambilan eksplan
d. Proses Inokulasi
e. Proses Multiplikasi
f. Proses Subkultur
g. Proses Aklimatisasi
h. Proses Pindah tanam
2) Tehnik kultur jaringan tanaman (kultur in vitro) didasarkan pada prinsip
totipotensi sel, pengaturan regenerasi akar dan pucuk oleh hormon,
organogenesis atau embriogenesis, kompetensi dan detreminasi inisiasi
eksplan serta selalu dalam keadaan aseptis dan steril.
3) Pisang kepok kuning mempunyai keberhasilan proses kultur jaringan yang
sangat minim. Hal ini dimungkinkan selain karena pengaruh kontaminasi,
jenis pisang ini cepat mengalami perubahan warna menjadi coklat (Browning).
Warna coklat kalus menandakan sintesis senyawa fenolik, dimana Senyawa
fenol sangat toksik bagi tanaman dan dapat menghambat pertumbuhan.
B. SARAN
1. Saran untuk perguruan tingggi
a. Melihat perkembangan dunia kerja, maka mata kuliah yang ada kaitannya
dengan kemajuan keilmuan yang potensial supaya dimasukkan, seperti
tehnik kultur jaringan.
b. Melihat lamanya waktu dan pentingnya pemahaman terhadap apa yang
dilakukan disaat praktek kerja lapangan, maka disarankan SKS dalam PKL
dinaikan menjadi 3 SKS.

2. Saran untuk instansi Kebun Plasma Nutfah Pisang Yogyakarta.


a. Pisang kepok memiliki tingkat keberhasilan yang mimim dalam proses
kultur jaringan, maka disarankan untuk memberikan perlakuan khusus
supaya tingkat keberhasilannya menjadi optimal.
b. Kontaminasi merupakan salah satu penyebab ketidakberhasilan proses
kultur, maka disarankan setiap ada fasilitas yang sudah rusak harap segera
diperbaiki atau diganti, seperti pintu dalam laboratoriun kultur jaringan.
c. Menurunkan harga bibit pisang, karena dalam proses pembuatannya semua
fasilitasnya dari pemerintah.
d. Melihat dari manfaat pisang, maka diharapkan adanya pelatihan gratis baik
dalam hal budidaya ataupun perbanyakan bibit untuk para petani pisang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kebun Plasma Nutfah Pisang. Kantor Kehewanan dan Pertanian.
Yogyakarta.
Cahyono, Bambang. 1992. Pisang Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Cetakan ke-5.
Kanisius. Yogyakarta.
Chatimatunnisa dan Rodinah. 2005. Kultur Jaringan Beberapa Kultivar Buah Pisang
(Musa paradisiaca L) Dengan Pemberian Campuran NAA dan Kinetin. Jurnal
Bioscientiae. Volume 2, Nomor 2, Halaman 23-36.
Fitriani, A. 2003. Kandungan Ajmalisin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus (L.)
G. Don Setelah Dielisitasi Homogenat Jamur Pythium aphanidermatum Edson
Fitzp. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702). Program Pasca Sarjana / S3.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hendaryono, D.P., Wijayani, A. 1994. Tehnik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat. 1999. Usaha Tani Pisang. Cetakan ke-1. Kanisius. Yogyakarta.
Santoso, U. Dan F. Nursadi. 2002. Kultur Jaringan Tanaman. UMM Press. Malang.
191 p.
Satuhu, S. dan Supriyadi, A. 2005. Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar Pisang.
Cetakan ke-12. Penerbit Swadya. Jakarta.
Widiastoety, D. dan A.Santi. 1994. Pengaruh Air Kelapa terhadap Pembentukan
Proticorm Like Bodies (PLBs) dari Anggrek Vanda dalam Medium Cair. Jurnal
Hortikultura Volume 4 No. 2.
Winata, L. 1987. Tehnik Kultur Jaringan. Bogor : Pusat Antar Universitas Institut
Pertanian Bogor.
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan : Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agro
Media Pustaka. Jakarta.
Zulkarnaen, H. 2009. Kultur Jaringan Tanaman, Solusi Perbanyakan Tanaman
Budidaya. Bumi Aksara. Jakarta.

You might also like