You are on page 1of 26

Keperawatan Anak

Management Terpadu Balita Sakit (MTBS)

“KEJANG”

Disusun Oleh :
Ismawati (070-300-69)
Rr. Ayu Arinta (070-300-85)
Supriadi (070-300-89)
Yulika Rudiana (070-300-94)
Yuni Susanti (070-300-95)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA
2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat, dan Karunia-
Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Keperawatan Anak
Management Terpadu Balita Sakit (MTBS) KEJANG”, sebagai salah satu tugas mata kuliah
keperawatan anak II pada semester 6 program studi S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya.
Penyusunan proposal penelitian ini tidak lepas dari segala bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Mariani, S Kep. Ns selaku dosen mata kuliah keperawatan anak II yang telah
memberikan tugas penyusunan makalah ini sehingga kami mendapatkan pengetahuan
tentang management terpada balita sakit kejang.
2. Semua pihak khususnya anggota kelompok yang telah meluangkan waktu dan pikirannya
untuk mengerjakan tugas ini
3. Serta teman teman semuayang telah mendukung terselesaikannya makalah ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga nakalah ini berguna baik bagi penulis maupun pihak lain yang
memanfaatkan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan nakalah ini.

Surabaya, 21 Maret 2010


Penulis
DAFTAR ISI

Sampul Depan .................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................ iv
Daftar Isi .......................................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................
B. Batasan Masalah .................................................................
C. Rumusan Masalah ...............................................................

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................
1. Pengertian kejang ............................................................
2 Insiden kejang pada bayi ................................................
3 Ppatofosiologi kejang pada bayi ...................................
4 Jenis-Jenis Kejang pada bayi ..........................................
5 Manifestasi Klinik kejang pada bayi ...........................
6 Komplikasi kejang pada bayi .........................................
7 Uji Laboratorium dan Diagnostik pada bayi kejang
8 tindakan pengobatan kejang pada bayi dengan
menggunakanmanagement terpadu balita sakit ( MTBS )

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa.
Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit,
lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab
demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi
saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).
Insiden terjadinya kejang terutama pada golongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang . Kejang lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada
perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral
yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan
Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden
kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang
dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien
kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di
atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan
kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat
baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) .
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat
diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan
kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif
dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan
kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai
satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan
keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang,
melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri
yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,
prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik membuat karya tulis
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak “A” dengan Kejang Demam di Ruang
Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya”.

B. Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas dan untuk bisa
memfokuskan masalahnya, maka hanya dibatasi pada masalah kejang pada bayi.

C. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi kejang pada bayi ?
2. Berapakah jumlah insiden kejang pada bayi ?
3. Bagaimanakah patofosiologi kejang pada bayi ?
4. Sebutkan Jenis-Jenis Kejang pada bayi ?
5. Apa saja Manifestasi Klinik kejang pada bayi?
6. Apa saja Komplikasi kejang pada bayi ?
7. Apa saja Uji Laboratorium dan Diagnostik yang dilakukan pada bayi kejang?
8. Bagaimana tindakan pengobatan kejang pada bayi dengan
menggunakanmanagement terpadu balita sakit ( MTBS )?
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
• Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara
sebagai akibat dari aktifitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan
listrik serebral yang berlebihan. Aktivitas ini bersifat dapat parsial atau vokal,
berasal dari daerah spesifik korteks serebri, atau umumnya melibatkan kedua
hemisfer otak. Manifestasi jenis ini bervariasi, tergantung bagian otak yang
terkena. (nirwanatjeh, 2008)
• Kejang adalah gangguan lepas muatan listrik yang berlebihan dari
sinkron pada sekelompok sel neuron otak. (Ngastiyah,1997)

2. Insidens
Sedikitnya kejang terjadi sebanyak 3% sampai 5% dari semua anak-anak sampai
usia 5 tahun, kebanyakan terjadi karena demam.

3. Patofosiologi

Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak diperlikan energi yasm
didapat dari metabolisme.bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-
paru dan diteruskan keotak melalui sistem kardiovaskuler.

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa sumber energi otak adalah
glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi
oleh membran yang teridri dari permukaan membran yaitu lipoid dan permukaan
luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilaalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya,kecuali ion klorida (Cl-). Akibat konsentrasi K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan
sdiluar sel, maka terdapat keadaan potensial membran yang disebut potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbengan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan en zim Na-K ATP- ase yang terdapat pada
permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah menjadi :

1. perubahan kosentrasi ion diluar ekstraseluler


2. rangnsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya.
3. perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.

Pada seoarang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari


seluruh tubnuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh
karena itu, kenaikansuhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatn listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel
maupun kemembran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter dan terjadi kejang.

4. Etiologi kejang digolongkan :


1. Intrakranial
 Gangguan metabolik
 Hiperglikemi
 Hipokalsemia
 Hipomagnesium
 Gangguan elektrolit
2. toksik

 Intoksikasi anastesi
 Drug withdrawal (penghentian obat)

3. Kelainan diturunkan

 gangguan metabolisme
 kekurangan peridoxin
 Kernikterus

a. Ekstrakanial

 Asfiksia
 Trauma ( perdarahan )
 Infeksi - bakteri dan virus
 Kelainan

b. Idiopatik

 kejang yang terjadi 48 jam pertama yaitu asfiksia, trauma lahir


dan hipoglikemi
 kejang hari ke 5 – 27 yaitu hipokalsemia ( bukan komplikasi)
 kejang antara hari 7 – 10 karena infeksi dan kelainan genetik

5. Jenis Kejang
a. Kejang Parsial
a) Kejang Parsial Sederhana : Kesadaran tidak terganggu; dapat
mencakup satu atau lebih hal berikut ini:
 Tanda-tanda motoris→kedutaan pada wajah. Tangan, atau salah satu
sisi tubuh : umumnya gerakan kejang yang sama.
 Tanda atau gejala otonomik→muntah berkeringan, muka merah,
dilatasi pupil.
 Gejala somatosensoris atau sensoris khusus→-mendengar musik,
merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
 Gejala psikik→dejavu, rasa takut, sisi panoramic.

b) Kejang parsial kompleks


 Terdapat gangguan kesadaran. Walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks.
 Dapat mencakup otomatisme atau gerakan aromatic—mengecapkan
bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada
tangan dan gerakan tangan lainnya.
 Dapat tanpa otomatisme—tatapan terpaku.

b. Kejang Umum (Konvulsif atau Non-Konvulsif)


a) Kejang Absens
 Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.
 Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung
kurang dari 15 detik.
 Awitan dan khiran cepat, setelah itu kembali waspada dan
berkonsentrasi penuh.
 Umumnya dimulai pada usia antara 4 dan 14 tahun dan sering
sembuh dengan sendirinya pada usia 18 tahun.

b) Kejang Mioklonik
Kedutaan-kedutaan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi mendadak
Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila patologik,
berupa kedutaan-kedutaan sinkron dari leher, bahu, lengan atas dan kaki.
 Umumnya berlangusung kurang dari 15 detik dan terjadi
didalam kelompok.
 Kehilangan kesadaran hanya sesaat

c) Kejang Tonik-Klonik
 Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku
umum pada otot ektremitas, batang tubuh, dan wajah, yang langsung
kurang dari 1 menit.
 Dapat disertai dengan hilangnya kontrol kandung kebih dan
usus.
 Tidak adan respirasi dan sianosis
 Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremitas atas
dan bawah.
 letargi, konfusi, dan tidur dalam fase postical

d) Kejang Atonik
 Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat
menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk atau jatuh
ketanah.
 Singkat, dan terjadi tampa peringatan.

e) Status Epileptikus
 Biasanya. Kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang.
 Anak tidak sadar kembali diantara kejang.
 Potensial untuk depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia
 memerlukan pengobatan medis darurat dengan segera.
6. Manifestasi Klinik
a. kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat
dan kejang-kejang selama 5 menit .
b. bola mata berbalik ke atas
c. gigi terkatup
d. muntah
e. tak jarang Bayi berhenti napas sejenak.
f. pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air
besar/kecil.
g. pada kasus berat, Bayi kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas
waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan
menit.
h. Kadang disertai peningkatan suhu tubuh
7. Komplikasi
a. Pnemonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
d. Cacat fisik atau kelumpuhan
e. Kematian
f. Kepayahan
g. Hipertensi
h. Tekanan intra kranial
i. Cidera
8. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan


neurologik, pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dan berurutan seperti
berikut :
a. usahakan lihat sendiri manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada
kejang multifokal yang berpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya
menunjukkan adanya kelainan struktur otak.
b. Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan
hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil
terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan
terjadinya perdarahan intraventikular.
c. Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala
berlebihan yang disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan
membenjol menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat
disebabkan oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang
lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin
dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan
penyuntikan obat anestesi pada ibu.
d. Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan
kraniofasial yang mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.
e. Pemeriksaan fundus kopi dapat menunjukkan kelainan perdarahan
retina atau subhialoid yang merupakan gejala potogonomik untuk hematoma
subdural. Ditemukannya korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis,
infeksi sitomegalovirus dan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran
vena yang berkelok – kelok di retina terlihat pada sindom hiperviskositas.
f. Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan
cairan subdural atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.
g. Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya
sianosis dan bising jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.

9. Uji Laboratorium dan Diagnostik


a. Elektroensefalogram (EEG) →dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan
focus dan kejang.
 Diagnosis epilepsy tidak hanya tergantung pada temuan EEG yang
abnormal
 Tidur lebih disukai selama EEG, meskipun sedasi dengan pemantauan
mungkin dindakasikan
b. Pemindaian CT→menggunakan kajian sinar-X yang masih lebih
sensitive dan biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. MRI ( Magnetic Resonance imaging) →menghasilkan bayangan
dengan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah-daerah otak (regio fossa posterior dan regio sella) yang
tidak terlihat jelas apabila menggunakan pemindaian CT.
d. PET (Pemindaian positron emission temography)→untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi,
perubahan metabolic, atau aliran darah dalam otak (mencakup suntikan
radioisotop secara IV).
e. Potensial yang membangkitkan→digunakan untuk menentukan
integritas jalur sensoris dalam otak (respons yang tidak ada atau tertunda atau
mengindikasikan keadaan yang patologik).
f. Uji laboratorium→ berdasarkan riwayat anak dan hasil pemeriksaan.
 Punksi lumbal untuk menganalisis cairan serebrospinal→terutama dipakai
untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi.
 Hitung daerah lengkap→untuk menyingkirkan infeksi sebagai penyebab;
dan pada kasus yang diduga disebabkan trauma, dapat mengevaluasi
haematokit dan jumlah trombosit.
 Panel elektrolit→serum elektrolit, Ca total, dan magnesium serum
seringkali diperiksa pada saat pertama kali terjadi kejang, dan pada anak
yang berusia kurang dari 3 bulan, dengan penyebab elektrolit dan
metabolic lebih lazim ditemuai (uji glukosa darah dapat bermamfaat pada
bayi atau anak kecil dengan kejang yang berkepanjangan untuk
menyingkirkan kemungkinan hipoglikemia).
 Skrining toksisk dari serum dan urin→digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan keracunan.
 Pemantauan kadar obat antiepileptik→digunakan pada fase awal
penatalaksanaan dan jika kepatuhan pasien diragukan.
PENILAIAN, KLASIFIKASI, DAN TINDAKAN/PENGOBATAN BAYI MUDA
UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

Tanyakan pada ibu mengenai masalah anaknya Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang,
Tanyakan apakah ini kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk masalah tersebut ? henti nafas, segera lakukan tindakan/pengobatan
• Pada setiap kunjungan pertama dilakukan penilaian pada bayi muda sesuai dengan bagan
sebelum melakukan penilaian yang lain dan RUJUK
• Jika kunjungan ulang, lakukan penilaian secara lengkap, sedangkan untuk klasifikasi
dari kunjungan pertama dilakukan pelayanan tindak lanjut SEGERA

MEMERIKSA
TANDA/GEJAL KLASIFI TINDAKAN/PENGOBATAN
KEJANG KASI
Ada
A riwayat kejang
ATAU Jika bayi kejang :
Klasifikasikan Ada tanda / gejala Bebaskan jalan nafas dan
TANYA : LIHAT, DENGAR, RABA kejang berikan oksigen (jika ada)
• Apakah ada Adakah tanda/gejala kejang Kejang Tremor dengan K Tangani kejang dengan obat anti
riwyat kejang berikut kejang
atau tanpa
? • Tremor dengana atau tanpa kesadaran E Jika kejang berulang lihat bagian
kesadaran menurun ? menurun menangani kejang dengan
• Menangis melengking tiba- ATAU obat anti kejang
tiba? Menangis J Jika hanya riwayat kejang atau tremor
• Gerakan yang tidak melengking tanpa kesadaran menurun, idak perlu
terkendali pada mulut, mata, tiba-tiba ATAU A diberi obat anti kejang
atau anggota gerak ? Gerakan yang Cegah agar gula darah tidk menurun
tidak terkendali Nasehati ibu agar bayi tetap hangat
• Mulut mecucu
pada mulut,
N selama dalm perjalanan
• Kaku sseluruh badan dengan
atau tanparangsangan mata, atau Jika ditemukan tersangka tetanus beri
anggota gerak G obat anti kejang Diazepam dan dosis
ATAU pertama antibiotik intramuskular
Mulut mecucu, penisilin prokain (PP)
ATAU RUJUK SEGERA
Kaku sseluruh CATATAN
badan dengan Jika ditemukan tersangka tetanus
atau tanpa neonatorum , lihat pedoman eliminasi
rangsangan tetanus neonatorum
10. TINDAKAN/PENGOBATAN
a. TANYA: adakah riwayat kejang?
Ajukan pertnyaan ini pada ibu. Riwayat kejang pada episode sakit ini, kadang
sulit diketahui. Jika ibu mengatakan bayinya kejang atau ada gerakan yang
tidak biasa, pikirkan kemungkinan bayi kejang. Istilah lokal yang mudah
dimengerti ibu seperti “setep”

LIHAT: apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun?


Tremor atau gemetar adalah gerakan halus yang konstan. Tremor disertai
kesadaran menurun, kemungkinan bayi kejang. Tremor tanpa kesadaran
menurun biasanya disebabkan oleh kadar gula darah turun. Kesadaran
menurun dapat dinilai pada saat membuka pakaian bayi. Jika bayi sadar , ia
akan bangun ketika saudara membuka pakaiannya. Jika bayi tidak sadar, ia
tidak dapat dibangunkan atau tidak bereaksi ketika disentuh.

DENGAR: apakah bayi menangis melengking tiba-tiba?


Bayi menangis tiba-tiba dengan nada tinggi/ melengking dan terus
menerus menunjukan ada proses tekanan intra kranial yang meninggi atau
kerusakan susunan saraf pusat lainya.

LIHAT : apakah ada gerakan yang tidak terkendali?


Gerakan tidak terkendali dapat berupa gerakan berulang-ulang pada
mulut seperti menguap, mengunyah atau menghisap, pada mata seperti kelopak
mata berkedip-kedip, adanya gerakan cepat bola mata, mata mendelik (melihat
ke atas terus) atau bola mata berputar-putar dan pada anggota gerak misalnya
kaki seperti mengayuh sepeda, tangan seperti petinju atau gerakan tangan dan
atau kaki berulang-ulang satu sisi. Pada bayi normal kadang ditemukan
gerakan tidak terkendali, namun gerakan tersebut berhenti jika disentuh atau di
elus-elus, sedangkan pada kejang gerakan tersebut tetap ada.

LIHAT : apakah mulut bayi mencucu?


Mulut yang mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup
khas pada tetanus neonatriun.
LIHAT DAN RABA : apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa
rangsangan?
Disebut kejang tonik ika seluruh tubuh bayi terlihat kaku
disertai fase lemas yang bergantian. Kejang tonik terlihat jika ada rangsangan
sentuhan, cahaya atau suara. Kejang seperti ini biasanya pada bayi tetanus
SYARAT RUJUKAN
• suhu >380C
• denyut jantung ≥ 100 per menit
• tidak ada tanda dehidrasi berat

b. MEMBEBASKAN JALAN NAFAS DAN MEMBERIKAN OKSIGEN (JIKA


ADA)
Jika saudara menemukan penderita dalam keadaan KEJANG, GANGGUAN
NAFAS, MENGKIN INFEKSI BAKTERI SISTEMIK yang memerlukan
tindakan pembebasan jalan nafas dan pemberian oksigen, lakukan hal berikut
• Posisikan kepala bayi setengah tengadah, jika perlu bahu diganjal
dengan gulungan kain.

• Bersihkan jalan nafas dengan mengunakan alat penghisap lendir.


• Jika mungkin berikan oksigen dengan kateter nasal atau nasal prong
dengan kecepatan 2 liter per menit.

c. MENANGANI KEJANG DENGAN OBAT ANTI KEJANG


Jika saudara menemukan bayi dalam keadaan kejang, bersihkan jalan nafas
dan berikan oksigen ( jika ada ), selanjutnya berikan obat anti kejang dan rujuk
segera
Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan obat anti kejang :
Obat anti kejang pilihan pertama : Fenobarbital
Obat anti kejang pilihan kedua : Diazepam
Obat anti kejang

Diazepam
Fenobarbital
5 mg/ml (dalam ampul 1 ml) atau 10 mg/2
100 mg/2 ml (dalam ampul 2 ml)
ml (dalam ampul 2 ml)
Diberikan secara intramuskular
diberikanperrektal

• Berat < 2500 gram berikan 0,25 ml


Dosis : 30 mg = 0,6 ml
• Berat ≥ 2500 gram diberikan 0,5 ml

diberikan dengan menggunakan semprit 1 ml

Jika kejang muncul lagi (kejang berulang), ulangi pemberian Fenobarbital


1 kali dengan dosis yang sama, minimal selang waktu 15 menit
Jika diduga tetanus neonatorum berikan Diazepam

d. MENCEGAH AGAR GULA DARAH TIDAK TURUN


• Jika bayi masih bisa menetek ibu diminta untuk terus meneteki
bayinya
• Jika bayi tidak bisa menetek tapi masih bisa menelan beri ASI peras
dengan cangkir kecil atau sendok atau ditetesi dengan pipet. Berikan kira-
kira 50 ml sebelum dirujuk. Jika tidak memungkinkan berikan air gula
atau susu pengganti.
• Jika bayi tidak bisa menelan, berikan 50 ml ASI peras, susupengganti
atau air gula melalui lambung kecuali bayi dengan klasifikasi gangguan
saluran cerna
• Jika bayi dengan klasifikasi gangguan saluran cerna jika
memeungkinkan berikan infus dekstrosa 5% sesuai dengan berat dan umur
kemudian rujuk segera.

CARA MEMBUAT GULA :


Larutkan gula sebanyak 2 sendok teh ( 10 gram ) kedalam 1 gelas berisi air
matang sebanyak 200 ml, aduk sampai rata.
]
CARA MEMBERI INFUS DEKSTROSA 5%
Jika bayi diklasifikasikan sebagai gangguan saluran cerna atau bayi tidak bisa
menelan dan ditempat tidak tersedia fasilitas pipa lambung, cegah agar gula
darah tidak turun dengan memberikan infus dekstrosa 5%.
Umur Jumlah cairan / kgBB/hari
1 ml = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
1-7 hari 80 ml
8-14 150 ml
≥ 15 hari 200

Jika gagal pasang infus, coba sekalilagi


Jika 2 kali pemasangan infus gagal, RUJUK SEGERA
e. CARA MENGHANGATKAN TUBUH BAYI SEGERA
Bayi dengan HIPOTERMIA BERAT, HIPOTERMIA SEDANG, harus segera
dihangakan sebelum dirujuk. Caranya sebagai berikut :
 Segera keringkan tubuh bayi yang basah dengan handuk atau kain
kering. Ganti pakaian, selmut/kain basah dengan yang kering.
 Hangatkan tubuh bayi dengan metode kangoro atau menggunakan
cahaya lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm, sampai suhu normal dan
pertahankan suhu tubuh bayi
 Bungkus bayi dengan kainkering dan hangat, beri tutup kepala. Jaga
bayi tetap hangat. Hindari ruangan yang banyak angin, jauhkan bayi dari
jendela atau pintu
 Pada bayi dengan hipotermia berat : jika dalam satu jam suhu tubuh <
260C, rujuk segera dengan metode kanguru.
 Pada bayi dengan hipotermia sedang jika dalam 2 jam suhu tubuh <
36,50C, rujuk segera dengan metode kanguru
METODE KANGURU
 \Bayi telanjang dada(hanya menggunakan popok, topi. Kaus tangan,
kaus kaki diletakkan telungkup di dada ibu dengan posisi tegak atau
diagonal.)tubuh bayi menempel atau kontak langsung dengan ibu
 Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk menghindari
terhalangnya jalan nafas. Kepala menoleh kesamping dibawah dagu ibu
(ekstensi ringan).
 Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi “katak”
kemudian “fiksasi” dengan selendang.
 Supaya hangat, ibu mengenakan pakaian atau blus longgar sehingga
bayi berada dalam satu pakaian ibu. Jika perlu gunkan selimut.
 Selaian ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa melakukan metoda
kangguru

f. MEMBERI ANTIBIOTIK INTRAMUSKULAR


beri dosis awal antibiotik intramuskular untuk bayi dengan klasifikasi
KEJANG tersangka Tetanus Neonatorum, gangguan nafas, mungkin infeksi
bakteri sistemik, mungkin infeksi bakteri lokal nerat dan rujuk segera ke rumah
sakit
Untuk Semua Klasifikasi Yang Membutuhkan Antibiotik Intramuskular
Antibiotik Intramuskular Pilihan Pertama : Ampisilin
Antibiotik Intramuskular Pilihan Kedua : Penisilin Prokain
Ampisilin Penisilin Prokain
Dosis : 100 mg/kgBB/24 jam Dosis : 50.000 Unit/kgBB/24
Jam
Berat Badan
Tambahkan 9 ml aquadest ke
(Gram)
Tambahkan 1,5 ml aqua steril ke botol dalam bool 3 gram (3.000.000
0,5 g (200 mg/ml) unit) menjadi 10 ml dengan
300.000 unit/ml
1000 - < 2000 0,5 ml 0,3 ml
2000 - < 3000 0,6 ml 0,4 ml
3000 - < 4000 0,8 ml 0,5 ml
4000 - < 5000 1,0 ml 0,7 ml
Diberikan dengan semprit 1 ml.
Jika ditemukan tersangka tetanus neonatorum, langsung bei dosis pertama
antibiotik intramuskular penisilin prokain.
11. TATALAKSANA KEJANG
1. Lindungin anak dari cidera
o Jangan coba merestrein anak.
o Jika anak berdiri atau duduk sehingga dapat kemungkinan jatuh, turunkan
anak tersebut agar tidak jatuh.
o Jangan memasukkan benda apapun kedalam mulut anak.
o Longgarkan pakaian bila ketat.
o Cegah anak agar tidak terpukul benda tajam, lapisi setiap benda yang mungkin
terbentur olah anak dan singkirkan semua benda tajam dari darah tersebut.
o Miringkan badan anak untuk menfasilitasi bersihan jalan napas dari secret.

2. Lakukan observasi secara teliti dan catat aktivitas kejang untuk membantu diagnosis
atau pengkajian respons pengobatan.
o Waktu awitan dan kejadian pemicu.
o Aura (semacam peringatan akan terjadinya kejang).
o Jenis kejang atau deskripsi gerakan motoris dan tingkat kesadaran.
o Lamanya kejang.
o Intervensi selama kejang (Pemberian obat atau tindakan keselamatan).
o Fase Postical.
o Tanda-tanda vital.

Status Epileptikus
o Stabilkan kepatenan jalan napas:.lakukan pengisapan bila perlu.
o Beri tambahan oksigen 100 % melebihi masker.
o Siapkan jalur IV untuk pemberian terapi anti konvulsan atau obat lain; pada
pemberian lorazepam, diazepam, fenitoin, atau fenobarbital, bersiaplah terhadap
kemungkinan timbulnya depresi pernapasan dan penatalaksanaan jalan napas jika
perlu.
o Pantau tanda-tanda vital.

Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah


o Beri penjelasan mengenai kejang dan jelaskan jika ada pemahaman yang
salah.
o Tekankan pentingnya minum obat secara teratur dan pemeriksaan tidak lanjut
pada dokter untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan dan efek samping
sekecil apapun.
o Tuliskan bagi keluarga langkah-langkah penatalaksanaan bila kejang timbul
dan kapan keluarga harus meminta bantuan perawatan bila darurat.
o Beri pedoman antisipatif sehubungan dengan keamanan.
 4.1. Sediakan gelang khusus yang menandakan kewaspadaan medis.
 4.2. Keamanan air—berenang hanya kawalan ketat seseorang
kompoten (mengetahui tentang pertolongan penyelematan).
 4.3. Hindari tempat-tempat tinggi yang tidak terlendungi.
 4.4. Kemungkinan larangan menjalankan mesin-mesin tertentu, alat-
alat panas, atau mobil.
o Bantu dalam proses pemahaman agar terbentuk konsep diri yang sehat.
o Rujuk ke Yayasan Epilepsi Indonesia untuk mendapatkan keterangan dan
dukungan.
o Rujuk anak dan keluarga untuk dukungan dan konseling, bila perlu.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
akibat dari aktifitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral
yang berlebihan.
Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang, henti nafas, segera lakukan
tindakan/pengobatan sebelum melakukan penilaian yang lain dan rujuk segera. Lihat, dengar,
dan raba adakah tanda/gejala kejang berikut : tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun,
menangis melengking tiba-tiba, gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, atau anggota
gerak, mulut mencucu, dan kaku seluruh badan atau tanpa rangsangan.
Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi bayi kejang antara lain
membebaskan jalan nafas dan memberikan oksigen, menangani kejang dengan obat anti
kejang, mencegah agar gula darah tidak turun, menghangatkan tubuh bayi dengan segera, dan
memberikan antibiotik intramuskular.

A. Saran
Untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan
kejang yang sering, tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam
mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai
satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan
keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang,
melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri
yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,
prognosis dan kebutuhan penanganannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://en.wordpress.com/tag/kejang/

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1682709-kejang-pada-bayi/

http://jovandc.multiply.com/journal/item/36/LAPORAN_PENDAHULUAN_KEJANG_PAD

A_ANAK

http://kautsarku.wordpress.com/2009/08/11/mengatasi-kejang-pada-bayi-dan-balita/

http://www.irwanashari.com/2009/04/kejang.html

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC


.

You might also like