Professional Documents
Culture Documents
KEMISKINAN DI INDONESIA
Di susun oleh:
Juliandari
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan rahmat
dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini juga disusun dengan harapan menjadi sumber pengetahuan dan dapat
meningkatkan pemahaman tentang pokok-pokok materi yang akan kita bahas bersama nantinya
guna meraih prestasi belajar yang maksimal.
Kami menyadari makalah ini masih ada beberapa kekurangan. Untuk itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun baik dari teman-teman dan para raktisi
pendidikan agar kedepannya lebih sempurna. Akhir kata, SELAMAT BELEJAR dan jangan lupa
selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata pegantar ……………………………………………………………………….…….i
Referensi …………………………………………………………………………………..7
ii
A. DEFINISI KEMISKINAN
Sebenarnya Kemiskinan adalah sesuatu yang akrab dengan kita , baik melalui penglihatan
sehari-hari dan bahkan langsung mengalami kemiskinan itu sendiri . pembangunan nasional di
Indonesia masih terus di hantui dengan persoalan klasik mengenai kemiskinan adalah fenomena
multidimensi dimana alternatif kebajikan penanggulangannya memerlukan suatu kajian yang
komprehensif dengan pemahaman yang spesifik di setiap daerah .
Secara teori Kemiskinan sesungguhnya ditunjukan dengan adanya (jarak) antara nilai-
nilai utama yang berakumulasikan dengan pemenuhan kebutuhan akan nilai tersebut secara
layak. Selain itu kemiskinan berkaitan dengan aspek-aspek material ( Seperti pendapatan,
pendidikan ) dan aspek-aspek non material ( seperti berbagai macam kebebasan , hak untuk
hidup yang layak), Serta merupakan salah satu ukuran keberhasilan dalam suatu proses
pembangunan.
B. HAKIKAT KEMISKINAN
Meski kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang setua peradaban manusia tetapi
pemahaman kita terhadapnya dan upaya-upaya untuk mengentaskannya belum menunjukan hasil
yang menggembirakan. Para pengamat ekonomi pada awalnya melihat masalah kemiskinan
sebagai "sesuatu" yang hanya selalu dikaitkan dengan faktor-faktor ekonomi saja.
Hari Susanto [2006] mengatakan umumnya instrumen yang digunakan untuk menentukan
apakah seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat tersebut miskin atau tidak bisa
dipantau dengan memakai ukuran peningkatan pendapatan atau tingkat konsumsi seseorang atau
sekelompok orang. Padahal hakikat kemiskinan dapat dilihat dari berbagai faktor. Apakah itu
sosial-budaya, ekonomi, politik, maupun hukum.
Menurut Koerniatmanto Soetoprawiryo menyebut dalam Bahasa Latin ada istilah esse [to
be] atau [martabat manusia] dan habere [to have] atau [harta atau kepemilikan]. Oleh sebagian
besar orang persoalan kemiskinan lebih dipahami dalam konteks habere. Orang miskin adalah
orang yang tidak menguasai dan memiliki sesuatu. Urusan kemiskinan urusan bersifat ekonomis
semata.
2
C. PARADIGMA PEMBANGUNAN
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas kuncinya harus ada kebijakan dan strategi
pembangunan yang komprehensif dan berkelanjutan jangka panjang. Pemerintah boleh saja
mengejar pertumbuhan-ekonomi makro dan ramah pada pasar. Tetapi, juga harus ada pembelaan
pada sektor riil agar berdampak luas pada perekonomian rakyat.
Ekonomi makro-mikro tidak bisa dipisahkan dan dianggap berdiri sendiri. Sebaliknya
keduanya harus seimbang-berkelindan serta saling menyokong. Pendek kata harus ada simbiosis
mutualisme di antara keduanya.
Perekonomian nasional dengan demikian menjadi sangat kokoh dan vital dalam usaha
pemenuhan cita-cita tersebut. Perekonomian yang tujuan utamanya adalah pemerataan dan
pertumbuhan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab, tanpa perekonomian nasional yang
kuat dan memihak rakyat maka mustahil cita-cita tersebut dapat tercapai. Intinya tanpa
pemaknaan yang subtansial dari kemerdekaan politik menjadi kemerdekaan ekonomi maka sia-
sialah pembentukan sebuah negara. Mubazirlah sebuah pemerintahan. Oleh karenanya
pentingnya menghapus kemiskinan sebagai prestasi pembangunan yang hakiki. [Dari berbagai
sumber].
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi.
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
Syukur : Amat sedikit dari bangsa ini yang mau bersyukur atas nikmat pemberian Allah
Swt, sebagaimana tersebut dalam surah Al-A’raf ayat 10. karena tidak bersyukur, maka
merasa tidak cukup dan serba kurang. Tidak bisa berterimakasih kepada Sang Pemberi,
yakni Allah Swt.
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ”Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan khalifah di muka bumi” maka mereka (malaikat) berkata: ”Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui,” (QS. Al-Baqarah [2]:30).
Bangsa Indonesia ternyata tidak dengan baik dapat melaksanakan amanah Allah Swt
sebagai khalifah di bumi. Seharusnya bertindak mamayu hayuning bawono, memelihara,
menjaga kelestarian. Dan mengelola dengan baik kekayaan alam untuk kesejahteraan.
Ajaran untuk banyak berbuat kebaikan sangat ditekankan oleh Islam. Bukan sebaliknya,
berbuat kerusakan. ”.....Janganlah merajalela berbuat kerusakan di muka bumi....” (QS.
Al-baqarah [2] : 60; Al-A’raaf [7]: 74; Asy-Syu’araa’ [26]: 183).
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah
adalah maha Penyayang kepadamu,” (QS. An-Nisaa’ [4]: 29).
Berpaling : Semakin banyak yang menjauh dari Allah Swt, berpaling dari peringatan-
Nya. Padahal Allah Swt sudah memberi peringatan:
E. PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah
menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan,
kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan
sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan
ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan
perawatan kesehatan.
Menyediakan tanah baru melalui realokasi atau meningkatkan akses masyarakat terhadap
tanah melalui Land Reform.
Menciptakan asset baru dan peluang kerja diberbagai sektor dan bidang pekerjaan yang di
ciptakan langsung oleh pemerintah atau pihak swasta (investor).
Perluasan jangkauan kredit mikro dengan bunga rendah dan tanpa jaminan, serta
pemberian akses ke lembaga kredit .
Program penciptaan lapangan kerja. Usaha penciptaan lapangan kerja di segala bidang
yang dapat membantu masyarakat keluar dari kemiskinan tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah tetapi juga perusahaan swasta, organisasi sosial (LSM) dan masyarakat
sendiri.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia berkembang, ada bukti tentang
kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum
tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin.
Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-
orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin.
Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal itu, antara lain, berupa beras untuk
rakyat miskin dan program jarring. Pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini
akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk
pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.
Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru
dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin
seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu
membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-
program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya. Alangkah
lebih baik apabila dana-dana bantuan tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas
sumber daya manusia (SDM), seperti dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD)
dan sekolah menengah pertama (SMP), serta dibebaskannya biaya- biaya pengobatan di pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas).
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Kemiskinan di Indonesia, January 17 th, 2010
Hamonangan Ritonga Kepala Subdit pada Direktorat Analisis Statistik, Badan Pusat Statistik
Artikel dari Abdul Ghopur yaitu seorang Ilmuwan Muda NU dan Aktivis Gerakan Mahasiswa
Pemuda Indonesia [GMPI] Jakarta.
Artikel oleh A. Walid yang mengambil dari artikel seseorang yang bernama dede, on Wed,
17/09/2008 - 09:00.
Sumber: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0402/10/ekonomi/847162.htm
Nama : Juliandari
PMT 1 C