You are on page 1of 13

KELAINAN SENDI TEMPOROMANDIBULAR

10.1 Definisi kelainan temporomandibular

Secara singkat akan di jelakan antomi dari sendi


temporomandibular Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah
persendiaan dari kondilus mandibula dengan fossa gleinodalis dari tulang
temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab
terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan
berbicara yang letaknya dibawah depan telingaa.

Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di


kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka
seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut berupa
nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara,
bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan sendi
temporomandibula disebut dengan disfungsi temporomandibular. Salah
satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan
menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang seringkali, tidak
disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya kelainan sendi
temporomandibular5.

Susunan anatomi normal dari


Temporomandibula joint ini
dibentuk oleh bagian –
bagian:

1. Fossa glenoidalis

2. Prosesus kondiloideus

3. Ligamen

4. Rongga Synovial

5. Diskus artikularis

Definisi dari kelainan temporomandibular merupakan kelainan


pada bagian sendi temporal dimana hal tersebut menyebabkan terjadinya
ke abnormalan pada fungsi dan antomi dari senti temporal
tersebut.Gangguan pada TMJ merupakan kondisi yang bersifat
progresif.

Secara garis besar gangguan pada sendi temporal akan


menyebabkan rasa sakit,rasa sakit itulah yang disebut arthalgia dimana
rasa sakit itu hanya bersal dari nociceptor yang berada di jaringan lunak
sekitar sendi discal ligament,capsular ligament,dan retrodiscal tissue.Jika
ligament ini elongasi atau tertekan maka nosiseptor akan meneruskan
implus sehingga timbul rasa sakit dimana penderita tidaka akan bias
membedakan sumber rasa sakit yang pasti Karena semua di artikan
sebagai sakit sendi.jika rasa sakit timbul maka gerakan mandibula akan
terhambat (reflex nociceptive).pada rasa sakit kronis,gerakan rahang
menjadi terbatas dan penderita akan berhati-hati untuk menghindari
timbulnya rasa sakit (protective co-contraction)

Juga dapat menimbulkan disfungsi organ pada bagian


temporamandibular biasanya akan menghambat pengerakan normal dari
kondilus-diskus disertai bunyi clik atau pop (jika lebih keras ) atau
krepitasi.

10.2 Etiologi kelainan sendi temporomandibular

Etiologi dari trauma itu sendiri terbagi atas 2 yaitu makrotrauma


dan mikro trauma.tekanan yang berlebihan akan menyebaban gangguan
fungsional pada bagian tersebut dan dapat berdampak kerusakan pada
jaringan tersebut juga.

 Makro trauma

Tekanan yang terjadi secara langsung pada bagian yang


mengalami kerusakan yang menyebabkan perubahan pada
bagian diskus dan kondilaris secara langsung.makro trauma
dapat juga terjadi ketika gigi bersamaan atau dapat juga
menyebabkan perubahan pada kondilus dengan fossa ketika
mulut di buka. Trauma besar yang tiba-tiba dan
mengakibatkan perubahan struktural, seperti pukulan pada
wajah atau kecelakaan.

 Mikro trauma
Dimana trauma ini merubah posisi diskus dan kondilus
secara perlahan-lahan.Trauma ringan tapi berulang dalam
jangka waktu yang lama, seperti bruxism dan clenching.
Kedua hal tersebut dapat menyebabkan microtrauma pada
jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot.
 Kondisi oklusi

Dulu oklusi selalu dianggap sebagai penyebab utama


terjadinya TMD, namun akhir-akhir ini banyak
diperdebatkan

 Stress emosional

Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi


pengunyahan adalah peningkatan stres emosional. Pusat
emosi dari otak mempengaruhi fungsi otot. Hipotalamus,
sistem retikula, dan sistem limbik adalah yang paling
bertanggung jawab terhadap tingkat emosional individu.
Stres sering memiliki peran yang sangat penting pada TMD.

Stres adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stres, energi


yang timbul akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan
secara internal dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
psikotropik seperti hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau
peningkatan tonus otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi
peningkatan aktivitas otot nonfungsional seperti bruxism
atau clenching yang merupakan salah satu etiologi TMD.

 Deep pain input

Aktivitas parafungsional adalah semua aktivitas di luar


fungsi normal (seperti mengunyah, bicara, dan menelan),
dan tidak mempunyai tujuan fungsional. Contohnya adalah
bruxism, dan kebiasaan-kebiasaan lain seperti menggigit-
gigit kuku, pensil, bibir, mengunyah satu sisi, tongue thrust,
dan bertopang dagu. Aktivitas yang paling berat dan sering
menimbulkan masalah adalah bruxism, termasuk clenching
dan grinding. Bruxism adalah mengerat gigi atau grinding
terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah
mempertemukan gigi atas dan bawah dengan keras yang
dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari.

Pasien yang melakukan clenching atau grinding pada


saat tidur sering melaporkan adanya rasa nyeri pada sendi
rahang dan kelelahan pada otot-otot wajah saat bangun
tidur..

Pada anak bruxism yang juga disertai keluhan nyeri


kepala, perlu dilakukan pemeriksaan fungsi mastikasi dan
TMD-nya untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
keduanya. Bila ternyata tidak ada hubungan, anak tersebut
harus dirujuk ke spesialis lain. Sehubungan dengan adanya
rasa nyeri, beberapa peneliti menemukan bahwa 70-85 %
pasien TMD sering merasakan nyeri kepala dan 40 %
melaporkan adanya nyeri wajah. Nyeri tersebut bertambah
pada saat membuka dan menutup mulut. 50 % pasien TMD
sering mengeluhkan nyeri telinga, namun pada saat diperiksa
tidak ditemukan tanda infeksi. Bunyi sendi juga sering
dilaporkan oleh pasien TMD ,tanpa atau disertai rasa nyeri.
Pening (dizziness) juga dilaporkan oleh 40 % pasien, selain
itu 33 % melaporkan telinga terasa penuh dan berdengung.

Gejala-gejala tersebut lokasinya berada di daerah


orofasial namun karena tidak berada dalam rongga mulut
seperti sakit gigi, maka pasien tidak mencari pengobatan ke
dokter gigi melainkan ke dokter umum atau spesialis lain
seperti THT, neurologi, rehabilitasi medik maupun
chiropractor.

Studi di Finlandia menemukan bahwa banyak pasien


TMD mengalami overdiagnosis dan overtreatment karena
tanda dan gejala TMD sering tidak betul-betul dipahami oleh
para praktisi. Namun karena TMD banyak berhubungan
dengan mastikasi, dokter gigilah yang merupakan tenaga
medis pertama yang harus dapat mendiagnosa dan merawat
pasien dengan tanda dan gejala TMD.
10.3 Klasifikasi / pembagian kelainan temporomandibular

 Pertumbuhan abnormal

Gangguan pertumbuhan pada sistem mastikasi dibagi ke


dalam 2 kategori umum menurut jaringan yang terlibat:

(1) Gangguan pada tulang


(2) Gangguan pada otot

Gangguan Kongenital dan Perkembangan Tulang


diantaranya agenesis (tidak tumbuh), hypoplasia (perkembangan
yang tidak sempurna), hyperplasia (pertumbuhan yang berlebihan),
atau neoplasia (pertumbuhan yang tidak terkontrol)

Trauma merupakan salah satu fantor penyebab terutama


pada sendi seseorang yang masih muda bisa ditandai dengan
hypoplasia pada kondilusnya, yang mengakibatkan
ketidakseimbangan pola pertumbuhannya. Pada akhirnya ini akan
mengakibatkan pergeseran mandibula yang berhubungan dengan
maloklusi. Ketidakseimbangan pola pertumbuhan mungkin juga
mengakibatkan rheumatoid arthritis dari perkembangan yang cepat.
Trauma dapat menyebabkan reaksi hyperplastic, yang
mengakibatkan pertumbuhan yang berlebihan pada tulang. Ini
biasanya dapat dilihat pada tempat fracture yang sudah lama. .

Suatu perubahan fungsi atau rasa sakit yang ada bukan yang
utama dalam perubakan struktur. Ketidakseimbangan klinis mungkin
berhubungan dengan perubahan struktur dan juga menunjukan
berhentinya pertumbuhan atau perkembangan. Radiograph pada
TMJ, sebagaimana CT scans, sangat penting dan mengidentifikasi
perubahan struktur tulang .

 Kelainan letak pada sendi temporomandibular

Disc displacement Permukaan posterior dari disc menipis


dan inferior retrodiscal lamina dan lateral distal dan lateral ligamen
memanjang, maka disc akan bergeser melalui permukaan artikularis
dari kondilus

 Degenerative joint disease atau inflamasi

Bukan merupakan gangguan pada sendi


temporalnya,kelainan ini jarang di temui pada penderita kelainan
pada sendit temporomandibularnya.perawatan Obat anti inflamasi.
Untuk mengurangi inflamasi (peradangan) dan rasa sakit, dokter gigi
anda mungkin akan menyarankan aspirin atau obat anti inflamasi
nonsteroid lainnya, misalkan ibuprofen (Advil, Motrin, dll)

 Dislokasi
Kelainan lain dapat berupa dislokasi dimana di bagi atas 2
bagian: Dislokasi tanpa adanya pengurangan atau reduksi dan
dislokasi dengan adanya pengurangan atau reduksi.

 Ankylosis

Merupakan penyakit yang menyebabkan keterbatasa pada


saat pembukaan mulut yang di sebabkan pleh kelainan dari
TMJ.dimana ankylosis terbagi atas 2 yaitu:

1. Extracapsular ankylosis
2. Intracapsular ankylosis
 Fibrous ankylosis
 Bony ankylosis

Intracapsular ankylosis. Intracapsular ankylosis, atau


penyatuan dari sendi, dapat menyebabkan pembukaan/depresi pada
mandibula berkurang. Intracapsular ankylosis timbul akibat
penyatuan dari kondilus, disk, dan kompleks fossa, juga merupakan
hasil dari pembentukan jaringan fibrosa, penyatuan tulang, atau
kombinasi keduanya. Penyebabnya yang paling umum mencakup
macrotrauma, paling sering berhubungan dengan fraktur kondilar.
Penyebab lain dari ankylosis juga karena sebelumnya menjalani
perawatan surgical yang menimbulkan bekas/goresan dan juga
infeksi.Evaluasi pada pasien memperlihatkan pembatasan pada
pembukaan maksimal yang cukup parah, penyimpangan pada sisi
yang kena, dan ekskursi lateral pada sisi kontralateral. Ankylosis
yang disebabkan jaringan fibrosa, mobilitas rahangnya lebih besar
daripada ankylosis yang disebabkan oleh penyatuan tulang.

Extracapsular ankylosis. Ankylosis tipe ini biasanya


melibatkan prosessus koronoid dan otot temporalis. Penyebab yang
paling sering dari ankylosis extracapsular antara lain, pembesaran
dari prosessus koronoid, atau hiperplasia, dan trauma pada area
lengkung zygomatic. Infeksi di sekitar otot temporalis juga dapat
menghasilkan ankylosis extracapsular.Pasien ini biasanya
mempunyai pembatasan pada pembukaan mulut dan penyimpangan
pada sisi yang kena. Pada kasus ini, sangat jarang terjadi restriksi
total pada pembukaan, dan pembatasan gerakan lateral dan protrusif
biasanya menunjukkan tidak adanya ankylosis intracapsular.

 Trauma / Fraktur

Luka pada bagian tmj khususnya kondilus, bisa disebabkan


oleh mekanisme yang sangat bervariasi. Pada orang dewasa,
penyebab dari fraktur ini sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan
kandaraaan bermotor, kekerasan, kecelakaan kerja, serta kecelakaan
saat melakukan olahraga, faktor lain yang juga menjadi penyebab
fraktur ini adalah jatuh.

Lindahl, membagi gaya traumatic penyebab luka pada


kondilus ke dalam tiga kategori. Pertama adalah energy yang yang
dikeluarkan oleh masing – masing individu karena objek bergerak.
Luka jenis ini digolongkan kedalam luka pukulan wajah oleh karena
tinju, pemukul baseball, atau objek lain. Luka yang kedua adalah
luka ketika seorang individu yang bergerak mengenai benda yang
diam, sebagai contoh ketika seorang anak terjatuh dan dagu
menghantam aspal. Mekanisme jenis ini secara klasik di deskripsikan
sebagai “parade ground fracture”. Kategori yang terakhir adalah
energi yang merupakan kombinasi dari yang pertama dan kedua,
seperti pada kecelakaan ketika seorang pengendara mobil menabrak
mobil dari arah yang berlawanan, dan biasanya menyebabkan luka
yang lebih berat.

 Neoplasia
Neoplasma pada TMJ sangatlah jarang. Kadang-kadang
menimbulkan restriksi/pembatasan pada pembukaan rahang dan
sakit pada sendi.Tumor di dalam TMJ mengakibatkan kelainan
pada kondilus dan hubungan fossa serta dapat mengakibatkan
ankylosis intracapsular.
 Infeksi

Infeksi pada TMJ juga sangat jarang ditemukan, bahkan


pada kasus trauma atau pengobatan surgical pada area ini.
Perluasan dari proses infeksi pada telinga kadang melibatkan
TMJ dan mengakibatkan ankylosis intracapsular.

10.4 Gejala umum kelainan TMJ


Gejalanya biasanya lebih dari satu, yaitu :
1. Nyeri di sekitar sendi rahang
2. Nyeri kepala
3. Gangguan pengunyahan
4. Bunyi sendi ketika membuka/menutup mulut → dapat
disertai atau tanpa rasa nyeri
5. Terbatasnya buka mulut
6. Selain gejala diatas, mungkin juga terjadi gejala lain,
seperti :
 Nyeri otot terutama otot leher dan bahu
 Nyeri telinga
 Telinga berdengung
 Vertigo: sakit kepala

TMD adalah kejadian yang kompleks dan disebabkan oleh


banyak faktor. Perawatan TMD dapat mencapai keberhasilan bila
faktor-faktor penyebab tersebut dapat dikenali dan dikendalikan.
Untuk itu seorang dokter gigi harus melakukan anamnesa yang
seksama untuk mencari penyebab utama terjadinya TMD, sebelum
melakukan perawatan.
10.5 Patofisiologi kelainan TMJ
Kelainan pada bagian TMJ terbagu atas 2 menurut caranya:
1. Faktor sistemik (degeneratif, endokrin, infeksi)
2. Faktor lokal (berhubungan dengan mastikasi)

Kelainan patofisiologi berupa Dislokasi,Internal derangement,dan closed


lock

 Dislokasi

Dislokasi dari TMJ seringkali timbul dan disebabkan oleh


hipermobilitas dari mandibula. Subluxation (dislokasi parsial dari sendi)
menyebabkan pemindahan dari kondilus, biasanya tidak membutuhkan
pengelolaan medis. Kondisi yang lebih serius timbul ketika kondilus
mandibula bertranslasi ke anterior di depan articular eminence dan
terkunci pada posisi itu. Dislokasi dapat terjadi secara unilateral atau
bilateral dan dapat timbul secara spontan ketika mulut membuka secara
lebar, seperti pada saat menguap, makan, atau pada saat prosedur
perawatan gigi. Dislokasi dari kondilus mandibula yang bertahan lebih
dari beberapa detik biasanya akan menyebabkan sakit dan biasanya juga
menibulkan kejang otot parah.

Dislokasi dapat diatasi sesegera mungkin. Pengurangannya


dilakukan dengan membuat tekanan ke bawah pada gigi posterior dan
tekanan ke atas pada dagu, disertai dengan
displacement/pemindahan pada posterior
mandibula. Pengurangan ini biasanya juga
tidak sulit. Bagaimanapun, kejang otot dapat
menghambat pengurangan tersebut, terutama
sekali ketika dislokasi tidak dapat dikurangi
sesegara mungkin.

 Internal derangement
Merupakan salah satu kelainan intraartikular sendi
temporomandibular,dimana terdapat hubungan yang tidak harmonis
antara diskus artikularis dengan kondilus.baik itu bersifat unilateral
ataupun bilateral.
Jika perlekatan meniscus pada kutub processus condylaris
lateral mengendur atau terputus, atau jika zona bilaminar mengalami
kerusakan atau degenerasi akibat trauma atau penyakit sendi
(terutama stratum superior, yaitu serabut elastic), atau keduanya,
maka stabilitas sendi akan terganggu. Akibatnya akan terjadi
pergeseran discus ke arah anteromedial akibat tidak adanya penahan
terhadap musculus pterygoideus lateralis superior. Berkurangnya
pergeseran ke arah lateral anterior yang spontan dari discus ini akan
menimbulkan “clicking” yang khas, yang akan terjadi bila jarak antar
insisal meningkat (Gb. 13-6). Sumber “clicking” sendi ini
berhubungan dengan pergeseran processus condylaris melewati pita
posterior meniscus yang tebal. Dengan memendeknya pergeseran
anterior dari meniscus, terjadi “clicking” berikutnya. Pada tahap
inilah diskus akan bersifat fibrokartilagenus, yang mendorong
terbentuknya konfigurasi cembung-cembung
Terdapat 2 klasifikasi dalam internal derangement:
1. dengan reduksi
 cliking opening dan closing (reciprocal
cliking)
 pembukaan mulut normal
 rasa sakit
 deviasi mandibula
2. tanpa reduksi
 tidak adanya cliking
 keterbatasan membuka mulut
 pain
 mandibular deflection
 closed lock
Merupakan akibat dari pergeseran diskus ke anterior yang
terus bertahan. Bila pita posterior dari diskus yang mengalami
deformasi tertahan di anterior processus condylaris, akan terbentuk
barier mekanis untuk pergeseran processus condylaris yang normal
(Gb. 13-7). Jarak antar insisal jarang melebihi 25mm, tidak terjadi
translasi, dan fenomena “clicking” hilang. Closed lock dapat terjadi
sebentar-sebentar dengan disela oleh “clicking” dan “locking”, atau
bias juga bersifat permanen. Pada kondisi persisten, jarak antara
insisal secara bertahap akan meningkat akibat peregangan dari
perlekatan posterior discus yang disertai dengan osteoarthritis pada
processus condylaris dan eminentia articularis.

Terdapat juga keadaan dimana closed lock


bersifat akut yang mana Keadaan closed lock yang
akut biasanya diakibatkan oleh trauma yang
menyebabkan processus condylaris terdorong ke
posterior dengan akibat terjadi cedera pada perlekatan
posterior. Rasa sakit atau tidak enak yang
ditimbulkannya dapat sangat parah, dan keadaan ini
kadang disebut sebagai discitis. Discitis ini lebih
menggambarkan keradangan pada perlekatan discus daripada
keadaan discus yang avascular/aneural.

10.6 cara menegakkan diagnosis


Diagnosis dan evaluasi yang baik di perlukan untuk mengetahui
adanya kelainan dimana ideal treatment plan akan menghasilkan
successful of treatment.
Langkah-langkah yang di gunakan dengan cara:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan klinis
3. Pemeriksaan radiologis
 Anamnesis
Dengan meninjau sisi dari etiologi pasien,lama pasien
mengalami trauma tersebut,maupun usia dari pasien
penderita tersebut.anamnesisi yang dilakukan harus
benar karena ketepatan dalam melakukan anamnesis
akan menentukan keberhasilan dalam perawatan
sehingga kita mengetahui apa dan mengapa kelainan
tersebut terjadi pada pasien.
 Pemeriksaan klinis

Terbagi atas 2 yaitu pemeriksaan secara ekstra oral maupun


dengan cara pemeriksaan intra oral.

Pemeriksaan ekstra oral terbagi atas:

o Rentang Pergerakan

Pasien diminta untuk mebuka mulut lebar –


lebar dan dengan bantuan sepasang kaliper atau jangka,
jarak antara tepi gigi seri atas dan bawah diukur.
Nevakari (1960) melaporkan bahwa jarak rata – rata
pada pria 57,5 mm sedang pada wanita 54 mm. Dengan
berdasar pada pendapat ini, jarak lebih dari 40 mm pada
orang dewasa dapat dianggap tidak normal. Agerberg
(1974) juga menemukan angka yang sama.jarak rata –
rata pada pria 58,6 mm dan pada wanita 53,3 mm. Batas
terendah adalah 42 mm dan 38 mm. Tetapi penting
untuk mempertimbangkan juga kedalaman overbite yang
ada. Pergerakan pada bidang horizontal dapat diukur
dengan pergeseran garis tengah insisal pada pergerakan
lateral mandibula yang eksterm ke salah satu sisi.
Agerberg menemukan bahwa batas terendah dari jarak
normal adalah 5mm pada kedua jenis kelamin1.

o Bunyi Sendi
 kliking

Gejala ini paling sering menandakan adanya


TMD dan dislokasi diskusi artikularis. Bunyi kliking
muncul saat rahang dibuka atau saat menutup.
Umumnya bunyi tersebut hanya dapat didengar oleh
penderita, namun pada beberapa kasus, bunyi tersebut
menjadi cukup keras sehingga dapat didengar oleh orang
lain. Bunyi tersebut dideskripsikan penderita sebagai
suara yang berbunyi 'klik'.

Di antara fossa dan kondil terdapat diskus yang


berfungsi sebagai penyerap tekanan dan mencegah
tulang saling bergesekan ketika rahang bergerak. Bila
diskus ini mengalami dislokasi, dapat menyebabkan
timbulnya bunyi saat rahang bergerak. Penyebab
dislokasi bisa trauma, kontak oklusi gigi posterior yang
tidak baik atau tidak ada, dan bisa saja karena gangguan
tumbuh kembang rahang dan tulang fasial. Kondisi
seperti ini dapat juga menyebabkan sakit kepala, nyeri
wajah dan teliga. Jika dibiarkan tidak dirawat, dapat
menyebabkan rahang terkunci.

 Krepitus

Krepitus sangat berbeda dari kliking. Krepitus


merupakan bunyi mengerat atau menggesek yang terjadi
selama pergerakan mandibula, terutama pergerakan dari
sisi yang satu dengan sisi yang lain. Bunyi sering kali
dapat lebih diketahui dengan perabaan dari pada
pendengaran. Hanya sedikit atau tidak ada keterangan
tambahan yang diperoleh pada penggunaan stetoskop
untuk memeriksa bunyi sendi

 Rasa Sakit dan Nyeri

Usaha dari pasien atau dokter gigi untuk


membuka rahang yang terkunci akan menimbulkan rasa
sakit yang juga terasa pada sendi dan otot yang
bergubungan denganny.

Pemeriksaan secara Intra-Oral

Pemeriksaan mulut yang meyelurh dilakukan untuk


mengetahui kapasitas fungsional dari gigi geligi.
Pemeriksaan tersebut harus termasuk pemeriksaan keadaan
patologi yang mungkin merupakan penyebab dari gejala,
baik sifat maupun pengaruhnya pada fungsi mandibula.
Contoh yang sering ditemukan adalah peradangan gusi pada
geraham besar ketiga yang sedang bererupsi sebagian.
Rahang menyimpang untuk menghindari daerah yang sakit
ini. Gigi yang terserang periodontitis atau tambalan yang
terlalu tinggi juga dapat menimbulakan gejala yang sama1.

Faktor –faktor berikut harus diperhatikan :

1. Hubungan Oklusi.

2. Freeway space.

3. Overjet dan overbite.

4. Gigi yang tanggal.

5. Protesa, bila ada.

6. Atrisi dan bekas abrasi.

7. Kontak gigi prematur1.

Bila keparahan kelainan tersebut mengurangi


hasil pemeriksaan fungsional dari oklusi, perawatan
harus diarahkan untuk mengurangi gejala yang ada
terlebih dahulu. Analisa dapat dilanjutkan nanti dengan
cara yang normal

 Pemeriksaan secara radiologis


Ada banyak pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan cara
radiologis di antaranya:
1. Orthopantomogram radiographic
2. TMJ radiographic
3. Schedule lateral
4. Lateral oblique of the mandible
5. Submentovertex
6. CT scan
7. MRI

10.7 Perawatan pada penderita kelainan TMJ

Perawatan pada penderita kelainan TMJ dapat menggunakan


beberapa cara:

1. Pemberian obat-obatan
2. Phsioterapi
3. Reposisi secara manual
4. Occlusal Splint
5. Pembedahan
 Pemberian obat

Obat-obatan yang diberikan bisa berupa obat yang


melenturkan otot, untuk menghilangkan sesak dan nyeri. Tetapi
pemberian obat tidak bersifat menyembuhkan, dan tidak
dianjurkan pada orang lanjut usia dan hanya diberikan dalam
waktu yang singkat (biasanya 1 bulan atau kurang).

Obat pereda nyeri (misalnya anti peradangan non-


steroid, contohnya aspirin) juga bisa mengurangi nyeri. Obat
tidur kadang diberikan untuk membantu penderita yang
mengalami kesulitan tidur karena nyeri yang timbul.

 Phisioterapi

Dapat berupa pengurangan stress atau rasa depresi dari


pasien itu,dapat juga berupa menghilangkan gangguan secar
psikis yang kasat mata.

 Reposisi secara manual

Dengan menggunakan tangan

Occlusal splint

Occlusal splint (Anterior mandibular reposition)

 Pembedahan

Ada 2 metode yaitu

1. Discoplasty merupakan pembedahan untuk membentuk


atau contouring meniscus dari temporomandibular
2. Disectomy merupakan prosedur operasi di mana pusat
dari sebuah intervertebral disc, nukleus pulposus, yang
menyebabkan sakit pada saraf tulang belakang atau
radiating urat, akan dihilangkan(dibuang)

You might also like