You are on page 1of 9

VALUE ENGINEERING PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Ir. Darmansyah
Director
PT. Nan Tembo Consultant

1. LATAR BELAKANG
Perkebunan kelapa sawit salah satu agribisnis yang cukup besar dan mempunyai pasar yang sangat baik di dunia
karena hasil produksinya merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat (minyak makan). Perkebunan kelapa sawit
Indonesia merupakan perkebunan nomor dua besar di Asia setelah Malaysia.

Produksi sawit Asia merupakan terbesar di dunia dan sebagian besar dikelola oleh PTPN maupun swasta, bahkan
banyak juga kebun masyarakat dan perkebunan sawit ini telah mulai lebih kurang dua puluh lima tahun yang lalu,
mulai dari bibit sawit sampai kepada pabrik minyak. Kepala sawit telah menyebar di seluruh wilayah Indonesia
dan bagi masyarakat Indonesia persoalan kelapa sawit sudah merupakan hal biasa-biasa saja.

Persoalan bidang pertanian di Indonesia pada saat ini sedang asyik dengan persoalan subsidi mulai dari BBM
sampai kepada persoalan pupuk sehingga timbul persoalan baru bagi orang yang punya kesempatan dan kekuatan
untuk mengekspor barang-barang ini ke luar negeri karena selisih harga cukup menggiurkan.

Beban negara jadi bertambah untuk memenuhi subsidi agar masyarakat masih bisa berusaha suatu revolusi sosial
yang kalah pentingnya karena uang subsidi juga merupakan hutang negara notabene hutang rakyat. Pertanian pada
kondisi saat sekarang cukup sulit untuk mendapatkan pupuk kalau ada jumlahnya sangat terbatas dengan harga
yang cukup besar jika dibandingkan dengan penjualan hasil produksi, yang mengakibatkan biaya produksi menjadi
berat karena komposisi pupuk pada biaya produksi pertanian memegang peran (30-40)%.

Pertanian tanpa pupuk pada paska modern ini artinya sama dengan kembali pada zaman primitif, walaupun
mekanisasi pertanian modern dan bibit unggul. Suatu pertanyaan kita pada kondisi pertanian Indonesia saat ini
kenapa tidak mencoba mengembangkan atau mencari solusi pertanian agar dapat menurunkan biaya produksi
dengan metode mencari substitusi pupuk dengan jalan atau cara pengembangan teknologi kebutuhan nutrisi
tanaman dari lingkungannya sendiri, apakah kita tidak belajar dari alam sekitar kita atau melihat hutan belantara
bagaimana rumus alam tersebut semakin lebat hutannya semakin subur hutannya dan semakin banyak dapat
menahan air hujan.

Secara alamiah hutan mengembangkan metode bioteknologi sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan
sempurna dan berkelanjutan (Sustainable Agriculture). Artinya satu dengan yang lainnya seling menghidupkan
sehingga dapat berkesinambungan dan semua sistem kehidupan itu merupakan satu mata rantai yang tidak terputus
(Analisis Sistem Agriculture).

2. MAKSUD VE
Didalam penyusunan Value Engineering Perkebunan Sawit ini hendaknya disusun suatu Sistem Pertanian Terpadu
yang akan didukung dengan penerapan Bioteknologi NT 45 diseluruh aspek hingga tercapai satu mata rantai yang
tidak terputus.
Diantara mata rantai yang mempengaruhi di dalam cost produksi perkebunan tersebut dapat dilakukan di
lingkungan perkebunan itu sendiri sehingga yang biasanya menjadi cost out dapat menjadi cost in.
Mata rantai tersebut adalah :
1. Pupuk untuk Kelapa Sawit
2. Pembersihan gulma gawang sawit
3. Pembersihan piringan sawit
4. Pembersihan lumut dan jamur pada pohon sawit
5. Penebangan pelepah sawit yang sudah tua
6. Pembuangan abu pembakaran cangkang dan pelepah tandan sawit sebagai pembakaran air untuk turbin
7. Pembuangan air (limbah) pabrik kelapa sawit
8. Penaikan PH tanah terutama pada piringan pohon kelapa sawit

-1-
Dari delapan mata rantai tersebut diatas adalah merupakan cost produksi TBS (Tandan Bahan Sawit) maupun CPO
(Crude Palm Oil) dan kalau kita susun menjadi sebuah sistem pertanian kelapa sawit adalah sebagai berikut.

Perkebunan Pembersihan
Pupuk Kelapa Sawit (PKS) Gulma

Pembersihan
Anti Hama Piringan
Tandan Buah Sawit
(TBS

Pembersihan
Anti Jamur Pelepah

Pabrik
Abu Kelapa Sawit Limbah
Pembuangan Ketel

Cangkang
Sawit Crude Palm Oil Limbah
(CPO) Cucian

Industri Limbah
Lanjutan Karnel CPO

Gambar 1: Sistem Pertanian Kelapa Sawit

3. TUJUAN VE
Value Engineering ini disusun bertujuan agar dapat di pahami analisa sistem pertanian terpadu secara teknis
sehingga beban yang ada dapat dievakuasi sehingga dapat lebih ringan atau kalau dapat menjadi nilai tambah
untuk aspek lainnya dan jika diperlukan di bangun sekaligus multiplier efeknya.
Value engineering pada perkebunan sawit ini bertujuan untuk melepaskan ketergantungan kepada pihak lain
sehingga tidak terjadi fluktuasi cost produksi terutama menyangkut pupuk untuk tanaman baik harga maupun
keberadaannya karena sesuai dengan jadwalnya tidak dapat digeser karena akan berakibat kepada produksi baik
secara kualitas maupun kuantitasnya.

Dalam perencanaannya VE ini akan timbul beberapa pabrik baru (industri lanjutan) atau usaha baru yang tidak
memberatkan beban produksi tetapi meringankan cost produksi sawit (TBS) maupun PKS, diantaranya adalah :
• Pabrik pupuk organik lengkap
• Pabrik pakan ternak
• Pabrik pupuk cair dan anti jamur/lumut batang
• Perkebunan jagung sebagai bahan baku pakan ternak
Dimana setiap usaha baru diatas dapat menjadi usaha baru yang saling mendukung bahkan hasilnya mungkin akan
lebih baik dari kelapa sawit dan di dalam manajemen setiap produk harus saling mendukung (cooperation).

-2-
1. ANALISA SISTEM AGRO INDUSTRI SETELAH VE

PERKEBUNA PERKEBUNA PABRIK


N JAGUNG N KELAPA KELAPA
SAWIT SAWIT

PABRIK PABRIK
PAKAN PUPUK
PETERNAKA
TERNAK ORGANI
N SAPI
POTONG

BIOTE
K
NT 45

Gambar 2: Sistem Agriindustri Setelah VE

2. SASARAN VE
Dari kondisi yang ada di Perkebunan Kelapa Sawit maupun pada Pabrik Kelapa Sawit yang hendak dicapai setelah
VE tersusun dengan baik dapat diturunkannya produksi TBS yang diakibatkan oleh bermacam-macam kegiatan
perhubungan maupun produksi sehingga nilai tambah keuntungan infestasi dapat lebih besar dan stabil sampai
mencapai tingkat pengembalian.
Dan tanpa memperluas perkebunan akan terjadi peningkatan pendapatan usaha perkebunan ini sehingga arti VE
betul-betul dapat mencapai sasaran.

VE yang disusun menurut konsep atau metode NT 45 ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Peningkatan nilai pertumbuhan ekonomi baik bagi persero maupun bagi karyawannya sehingga usaha
perkebunan ini benar-benar mencapai nilai-nilai ideal.
2. Pembukuan lapangan kerja baru yang berkelanjutan dengan metode cooperation yang saling menguntungkan
antara persero dan masyarakat.
3. Pengentasan kemiskinan antara persero dan masyarakat buruh kebun karena di standarisasinya nilai-nilai VE
yang akan dilaksanakan sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial dan ekonomi di dalam usaha bersama ini.
4. Secara teknis perkebunan kelapa sawit ini akan jauh dari aspek-aspek kimia dan racun sehingga perkebunan
ini dapat dicapai menurut konsep Sustainable Agriculture dan kualitas produksi TBS kedepan benar-benar
berkualitas tinggi seperti yang diharapkan pasar global.

Ciri-ciri dari TBS yang dihasilkan tanpa kimia dan racun dari perkebunan kepala sawit adalah :
1. Kualitas buah lebih berat (15-20)% dari standar.
2. Rendemen dari TBS lebih tinggi.
3. Waktu keasaman TBS akan lebih lama.
4. Ph tanah PKS tidak cepat turun karena sinar matahari yang cukup dan tidak terjadi pengkristalisasian tanah
akibat pupuk kimia.
5. Penyerapan air akan lebih baik ke dalam tanah karena tanah menjadi gembur.

3. KONDISI EKSISTING BIAYA PRODUKSI PKS SAAT INI


Perkebunan Kelapa Sawit yang akan disusun Value Engineeringnya adalah kebun yang telah berproduksi atau
masih baru ditanam tetapi kondisi yang akan disajikan pada makalah ini adalah kondisi yang telah menghasilkan
TBS sehingga akan dapat dibandingkan dengan jelas nilai tambah yang diberikan (value)nya.
Dan nilai-nila yang diukur bersifat general dan ideal atau kondisi yang telah berlalu diantaranya adalah :
1. Biaya pupuk untuk satu batang sawit selama satu tahun ± 10-12 Kg/Batang dengan harga rata-rata Rp
22.500/Batang/Tahun dan setiap hektar kita ambil rata-rata 100 batang jadi pupuk untuk satu tahun Rp
2.250.000/Ha/Tahun
2. Biaya penyiangan gawangan kita anggap 2 kali tiap tahun Rp 500.000/Ha atau dengan sistem pegawai tetap
juga akan menekan biaya yang hampir sama. Jadi biaya setiap tahun Rp 1.000.000/Ha/tahun.

-3-
3. Biaya pembersihan piringan batang sawit dan gulma setidaknya satu kali tiap 3 bulan atau 4 kali satu tahun
jadi biaya satu tahun 4 x Rp 500.000 = Rp 2.000.000/Ha/tahun.
4. Biaya penebangan pelepah sawit termasuk pengambilan TBS tapi kita anggap hanya penebangan pelepah saja
setiap sebulan sekali atau 12 kali setahun sehingga daun yang ada pada batang sawit kelapa 24 lembar setiap
batang.

Semua biaya diatas merupakan cost terhadap TBS yang dihasilkan PKS dan pada Pabrik kelapa Sawit juga terjadi
beban cost bersifat limbah :
1. Pembuangan abu pembakaran cangkang meupun tandan kelpa sawit yang telah diambil buahnya dan limbah-
limbah ini dibakar untuk membakar ketel uap untuk sumber energi dengan produksi puluhan ton setiap jam,
jumlah abu pembakaran harus di buang setiap hari dalam jumlah puluhan ton juga.
2. Pada permulaan sawit di proses dengan sistem pemanasan uap air, uap akan menjadi limbah cair begitu
seterusnya baik limbah cair maupun padat merupakan cost produksi jika tidak dijadikan bahan berguna lain.

Semua limbah cair maupun padat yang dibuang dari Pabrik Kelapa Sawit dengan akan menjadi cost produksi tetapi
kalau diolah akan menjadi nilai tambah dan proses ini dapat dimanfaatkan Bioteknologi yang orientasinya menjadi
pupuk dan makanan ternak.

4. VALUE ENGGINEERING PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


Didalam perencanaan ini akan disusun sebuah konsep baik secara makro maupun mikro mulai dari manajemen
sampai kepada teknologi yang akan dilaksanakan secara teknis dimana semua prinsip-prinsip diatas adalah hasil
riset development dari konsultan perencana yang disebut dengan metode NT 45.
Konsep Manajemen pembangunan VE yang Akan dilaksanakan nantinya ada beberapa unsur yang ikut secara
langsung dan terus menerus dengan waktu tanpa batas yaitu :
- Pihak pertama disebut sebagai pemilik perkebunan (owner) baik PTPN maupun swasta.
- Pihak kedua disebut sebagai Consultant Development Service (CDS) penyusun dan pengawas program.
- Pihak ketiga disebut sebagai Karyawan Partner (KP) pelaksana pekerjaan di masa depan setelah tersusun
program VE.

Mata rantai hubungan antara ketinganya untuk tujuan program Ve tersebut adalah sebagaimana gambar 3

OR

PROGRAM VE

CDS KP
Gambar 3: Manajemen Cooperation

Untuk membangun dan mewujudkan Program VE perlu disusun suatu komponen manajemen terpadu yang di
standarisasi serta disepakati sesuai dengan nilai-nilai yang dikemukakan pada sasaran penyusunan VE tersebut
diantaranya adalah menyangkut masalah Manajemen Opearsional, Manajemen Finansial dan Manajemen Teknikal
(teknologi) sehingga dapat dicapai hasil VE tersebut baik nilai-nilai sosial ekonomi maupun nilai teknologi
berkelanjutan dan gambaran diagramnya adalah seperti gambar 4

-4-
VE

Manajemen Finansial

• Cooperation
• Terbuka • Modal Sendiri
• Yuridis Teknologi • Kerja Sama Bank
Formal • Kerja Sama
T k l Swasta
• Tepat Guna • Bantuan Tidak
• Ekonomis Mengikat
o • Kerja Sama

Gambar 4: Standart Operational Procedure

8. ANALISA SISTEM PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERPADU


Sesuai dengan yang telah ada di lapangan sampai saat ini pada perkebunan kelapa sawit yang ada baru
perencanaan PKS belum ada perencanaan sistem perkebunan PKS, dapat kita lihat seperti diagram terbuka pada
gambar 5

TBS

Pupuk Perkebunan Pabrik Kelapa CPO


Kelapa Sawit Sawit

Anti Pelepah Limbah Limbah


Lumut Abu Cangkang

Gulma Limbah
Cair Ketel
Anti
Busuk

Lumut Limbah
Batang Cair CPO

BEBAN PRODUKSI BEBAN PRODUKSI


TBS CPO

Gambar 5: Pembangunan Perkebunan Sistem Terbuka

-5-
Di dalam penyusunan sistem terbuka artinya semua unsur menjadi beban dan didatangkan dari luar artinya sangat
besar ketergantungannya.
Pada penyusunan VE perkebunan kelapa sawit ini akan disusun suatu sistem pertanian terpadu sehingga mata
rantai sistem itu semuanya jadi tertutup sehingga tidak ada lagi ketergantungan dari umur perkebunan itu dan di
lain sisi tidak akan terjadi fluktuasi harga biaya produksi seperti pada gambar 5

Tabel 1 : Market Product

Market Karne Sapi Pakan Pupuk Anti Anti


No CPO
Product l Potong Ternak Organik Hama Jamur
1 Industri ♣ ♣
Lanjutan
2 Pabrik Minyak ♣
Makan
3 Pasar Ternak ♣ ♣ ♣ ♣ ♣
4 Rumah Potong ♣ ♣
Hewan
5 Perkebunan ♣ ♣ ♣
Besar
6 Perkebunan/Pert ♣ ♣ ♣
anian Rakyat
7 Peternakan ♣ ♣ ♣
Besar
8 Peternakan ♣ ♣
Rakyat

9. PERKEBUNAN SAWIT

Pembangunan Perkebunan Sistem Tertutup


Perbandingan COS Produksi antara sistem terbuka dan sistem tertutup atau produksi konvensional dengan
produksi CD
• Cost Produksi Konvensional
ˆ Pupuk (10-20) Kg/Batang/Tahun
ˆ Penyiangan Piringan (2-3) kali/tahun
ˆ Penyiangan Gawang 2 kali/tahun
ˆ Pemotongan Pelepah 12 kali/tahun
• Cost produksi CD :
- Pupuk Organik 10 Kg/batang/tahun : Produksi sendiri
- Penyiangan Piringan : Tidak ada
- Penanaman Palawija pada gawang : tidak dibayar
- Pemotongan pelepah : tidak di bayar

Aspek Pasar Dari Produksi


Setelah disusun analisa sistem pertanian terpadu pada perkebunan kelapa sawit dapat kita lihat beberapa kegiatan
yang tadinya menjadi cost produksi tidak lagi menjadi beban tetapi tidak menjadi nilai ekonomi baru pad
abahagian yang lain dan semua sistem tersebut dilaksanakan dengan metode community development.
Tetapi pada rancangan yang baru kelihatan timbul industri baru dan perkebunan baru diantaranya adalah :
- Perkebunan jagung di dalam perkebunan kelapa sawit dengan metode tumpang sari
- Peternakan sapi potong di areal perkebunan
- Industri (pabrik) Pupuk Organik lingkup di dalam atau dilingkungan pabrik kelapa sawit
- Industri pakan ternak di dalam unit lingkungan pabrik kelapa sawit.
Dan semua sistem baru yang ada merupakan industri baru yang berskala besar bahkan dapat dipastikan lebih besar
dari industri CPO itu sendiri baik secara kualitas maupun kuantitas untuk itu perlu suatu analisa teknis untuk
bersaing dengan produk lainnya.

-6-
10. ANALISA TEKNIS PRODUKSI INDUSTRI BARU

1. Perkebunan Jagung Dalam PKS


- Luas kebun/gawang untuk setiap 1,00 hektar di prediksi 75 % X 10.000 M2 = 7,500 m2.
- Jarak tanam 20 cm jadi untuk setiap 1 m2 25 batang untuk 7500 m2 = 187.500 batang.
- Umur jagung yang ditanam 2 bulan (60 hari) dengan metode pohon di cabut.
- Jumlah berat di waktu panen 60 hari 0,50 Kg/batang
- Total berat batang jagung 1 hektar/60 hari 187.500 x 0,50 Kg = 93.750 Kg.
- Prediksi kegagalan tumbuh sempurna 20 % jadi panen bersih yang diterima 0,80 % 75.000 Kg/2 bulan/hektar
- Pendapatan petani jangung seandainya dibeli perusahaan Rp 100/Kg = Rp 3.750.000/bulan/keluarga

2. Industri Pakan Ternak dari Batang Jagung


Jagung akan dijadikan pakan ternak tetapi melalui proses industri sehingga menjadi bentuk tablet dengan kondisi
kering 10 % kadar air
- Upah giling Rp 100/Kg
- Upah pengeringan Rp 100/Kg
- Cetak dan packing Rp 100/Kg
- Analisa produksi pakan ternak batang jagung
- Susut akibat pengeringan 59 % harga bahan dasar menjadi Rp 200/Kg
- Biaya Produksi Rp 300/Kg
Biaya Total Produksi Rp 500/Kg Siap Jual

- Pendapatan industri setiap 1 hektar/1 bulan Rp 300 X 37.500 Kg = Rp 11.250.000/bulan dianggap bekerja pada
3 proses adalah 1 orang petani industri 11.250.000 : 3 = Rp 3.750.000/bulan

3. Peternakan Sapi Potong


Peternakan sapi dengan pakan olahan perkebunan sawit
- Prediksi bobot sapi yang dipelihara 400 Kg/ekor
- Kebutuhan pakan kering diprediksi 20 kg/hari
- Biaya pakan sapi setiap hari 20 x 500 = Rp 10.000
- Prediksi kenaikan sapi setiap hari 1,4 Kg/hari
- Nilai pertumbuhan sapi 1,4 X Rp 1400 = Rp 19.600 hari
- Pertumbuhan sapi cukup baik dan layak
- Pembuangan kotoran dengan pakan kering 10 % kadar air 60 % X 20 = 12 Kg/hari/kering
- Merupakan 40 % bahagian pupuk organin dinilai jual setelah proses Rp 1.000/Kg
- Purna Jual kotoran sapi setiap hari setelah proses bioteknologi (40 % biaya Produksi) 60 % X 12 X 1000 = Rp
7200/ekor/hari

4. Pemangkasan Daun/Pelepah Sawit


Pemangkasan daun sawit dilakukan setiap bulan jumlah berat daun dibanding produksi TBS adalah 4 kali berat TBS
(berat minimum) diperkirakan produksi setiap hektar sawit untuk setiap bulan 100 X 30 Kg = 3000 Kg. Berat daun
Sawit 3000 Kg = 12000 Kg/Ha/Bulan
- Daun sawit di coper dengan upah coper Rp 50 /Kg jadi harga daun setelah dicoper 50 X 12.000 = Rp
600.000/ha/bulan
- Daun sawit dapat dijadikan pakan ternak atau bahagian dari pupuk organik yang nilai-nilai gizinya cukup baik
untuk ternak atau pupuk organik dan dapat dijadikan pupuk kembali.
5. Untuk menghidupkan PKS dari suatu perkebunan sawit biasanya energi untuk menghidupkan turbin sebagai
penghasil listrik penggerak mesin-mesin PKS dengan sistem pembakaran cangkang dan tandan sawit dan hasil dari
pembakaran ini akan didapatkan abu pembakaran yang cukup banyak setiap hari.

6. Komposisi pupuk organik untuk kebun kelapa sawit dengan komposisi seimbang sesuai dengan produksi minyak
yang kaya dengan beta karotin. Komposisi seimbang untuk produksi 1 ton pupuk.
a. Kotoran sapi (ternak) kering/basah 40 %
b. Serbuk dan sawit kering/basah 40 %
c. Abu hasil pembakaran cangkang/Tandan sawit 10 %
d. Bekatul Kering/tepung king rice 10 %
e. Bakteri Pengurai NTJ45 2 liter/ton

11. KONDISI HARGA DAN KEBUTUHAN PASAR


• Pakan Ternak dengan komposisi :
Protein 16 % TPN 60
Jakarta/Pulau Jawa Rp 1.000/Kg
Sumatera Utara Rp 1.300/Kg

• Pupuk Organik Lengkap


Jakarta/Pulau Jawa Rp 1.000/Kg

-7-
Jakarta Untuk Ekspor Rp 1.300/Kg
Sumatera Untuk Lokal Rp 25.000-Rp 40.000/25 Kg

• Anti hama/lumut organik


Jakarta/Pulau Jawa untuk lokal Rp 40.000/liter
Sumatera untuk lokal Rp 25.000-Rp 40.000/liter

• Sapi Potong Pejantan Murni


Jakarta/Pulau Jawa Untuk Lokal Rp 15.500-Rp 16.500/Kg bobot
Sumatera untuk lokal Rp 15.000-Rp 16.000/Kg bobot

• Sapi Potong Jantan Betina


Jakarta/Pulau Jawa Rp 14.500-Rp 15.500/Kg bobot
Sumatera untuk lokal Rp 14.500-Rp 15.000/Kg bobot

Tabel 2: Harga Komoditi

LOKAL EKSPOR
NO JENIS KOMODITI
(Rp) (Rp)
1 Pakan Ternak 1.300/Kg 1.300/Kg
2 Pupuk Organik 1.000/Kg 1.300/Kg
3 Anti Hama/Lumut Organik 25.000-40.000/lt 40.000/lt
4 Sapi Potong Pejantan Murni 15.000-16.000/Kg 15.500-16.500/Kg
bobot bobot
5 Sapi Potong Jantan Betina 14.500-15.000/Kg 14.500-15.500/Kg
bobot bobot

1. KESIMPULAN

Dari perencanaan perkebunan kelapa sawit yang ada sampai saat ini, analisa sistem pertanian yang dipakai masih
sistem terbuka sehingga begitu besar pengaruh luar terhadap cost produksi.

Dan Indonesia mempunyai potensi besar untuk berkembang disisi ini karena wilayah yang luas dan telah sangat
memasyarakat apalagi industri lanjutannya merupakan kebutuhan sehari-hari untuk hidup bagi manusia dan
timbulnya merupakan pakan ternak strategis.

Dari penyusunan VE perkebunan kelapa sawit ini ada 4 (empat) sasaran yang hendak dicapai :
1. Pertumbuhan ekonomi baik ouner maupun karyawan perkebunan dengan nilai cost out menjadi cost in.
2. Pengentasan kemiskinan masyarakat petani dengan pendapatan diatas dua juta rupiah setiap keluarga.
3. Pembukaan lapangan kerja baru satu keluarga setiap hektar lahan perkebunan.
4. Pertanian yang berkelanjutan artinya produksi tanpa kimia dan pestisida.

Dari hasil penyusunan VE perkebunan kelapa sawit ditinjau dari perkembangan Agro Industri yang berbasis
masyarakat benyaj yang berskala besar dengan standar ekspor :
1. Industri pupuk organik lengkap dan anti hama serta anti jamur organik
2. Industri pakan ternak
3. Industri peternakan sapi potong
4. Perkebunan jagung yang sama besarnya di PKS

Peluang pasar dilihat dari nilai harga jual dibandingkan dengan cost produksi karena peluang pasar juga
dipengaruhi oleh berapa banyak nilai tambah yang dapat dipenuhi produk tersebut, dapat kita lihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 3 : Perbandingan Harga Pemasaran

Harga Pabrik Harga Pasar


No Jenis Pupuk Keterangan
(Rp) (Rp)
1 Pupuk Organik 350-500/Kg 1000/Kg Organik murni tanpa stater
Lengkap kimia
2 Anti hama 1500/20.000/lt 30.000-40.000/lt Non Chemical

-8-
3 Anti Jamur 15.000-20.000/lt 30.000-40.000/lt Tanpa Kadaluarsa
4 Pakan Ternak 500/Kg 1000-1300/Kg Energi diatas standar dan daya
Ruminansia cerna > 70%
5 CPO Lebih rendah dari Lebih mahal di pasar Rendemen lebih tinggi dari
sebelum VE ekspor karena standar 15-20%
organik

Dari seluruh perancangan yang ada dilautan penyusunan VE. Perkebunan kelapa sawit ini disusun atas konsep
perencanaan berbasis lingkungan sehingga adanya keseimbangan pembangunan untuk kemakmuran bangsa
Indonesia.

Penyusun mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT dan semoga ilmu yang diredhainya adalah atas kehendaknya
juga.

-9-

You might also like