Professional Documents
Culture Documents
Ir. Darmansyah
Director
PT. Nan Tembo Consultant
1. LATAR BELAKANG
Perkebunan kelapa sawit salah satu agribisnis yang cukup besar dan mempunyai pasar yang sangat baik di dunia
karena hasil produksinya merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat (minyak makan). Perkebunan kelapa sawit
Indonesia merupakan perkebunan nomor dua besar di Asia setelah Malaysia.
Produksi sawit Asia merupakan terbesar di dunia dan sebagian besar dikelola oleh PTPN maupun swasta, bahkan
banyak juga kebun masyarakat dan perkebunan sawit ini telah mulai lebih kurang dua puluh lima tahun yang lalu,
mulai dari bibit sawit sampai kepada pabrik minyak. Kepala sawit telah menyebar di seluruh wilayah Indonesia
dan bagi masyarakat Indonesia persoalan kelapa sawit sudah merupakan hal biasa-biasa saja.
Persoalan bidang pertanian di Indonesia pada saat ini sedang asyik dengan persoalan subsidi mulai dari BBM
sampai kepada persoalan pupuk sehingga timbul persoalan baru bagi orang yang punya kesempatan dan kekuatan
untuk mengekspor barang-barang ini ke luar negeri karena selisih harga cukup menggiurkan.
Beban negara jadi bertambah untuk memenuhi subsidi agar masyarakat masih bisa berusaha suatu revolusi sosial
yang kalah pentingnya karena uang subsidi juga merupakan hutang negara notabene hutang rakyat. Pertanian pada
kondisi saat sekarang cukup sulit untuk mendapatkan pupuk kalau ada jumlahnya sangat terbatas dengan harga
yang cukup besar jika dibandingkan dengan penjualan hasil produksi, yang mengakibatkan biaya produksi menjadi
berat karena komposisi pupuk pada biaya produksi pertanian memegang peran (30-40)%.
Pertanian tanpa pupuk pada paska modern ini artinya sama dengan kembali pada zaman primitif, walaupun
mekanisasi pertanian modern dan bibit unggul. Suatu pertanyaan kita pada kondisi pertanian Indonesia saat ini
kenapa tidak mencoba mengembangkan atau mencari solusi pertanian agar dapat menurunkan biaya produksi
dengan metode mencari substitusi pupuk dengan jalan atau cara pengembangan teknologi kebutuhan nutrisi
tanaman dari lingkungannya sendiri, apakah kita tidak belajar dari alam sekitar kita atau melihat hutan belantara
bagaimana rumus alam tersebut semakin lebat hutannya semakin subur hutannya dan semakin banyak dapat
menahan air hujan.
Secara alamiah hutan mengembangkan metode bioteknologi sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan
sempurna dan berkelanjutan (Sustainable Agriculture). Artinya satu dengan yang lainnya seling menghidupkan
sehingga dapat berkesinambungan dan semua sistem kehidupan itu merupakan satu mata rantai yang tidak terputus
(Analisis Sistem Agriculture).
2. MAKSUD VE
Didalam penyusunan Value Engineering Perkebunan Sawit ini hendaknya disusun suatu Sistem Pertanian Terpadu
yang akan didukung dengan penerapan Bioteknologi NT 45 diseluruh aspek hingga tercapai satu mata rantai yang
tidak terputus.
Diantara mata rantai yang mempengaruhi di dalam cost produksi perkebunan tersebut dapat dilakukan di
lingkungan perkebunan itu sendiri sehingga yang biasanya menjadi cost out dapat menjadi cost in.
Mata rantai tersebut adalah :
1. Pupuk untuk Kelapa Sawit
2. Pembersihan gulma gawang sawit
3. Pembersihan piringan sawit
4. Pembersihan lumut dan jamur pada pohon sawit
5. Penebangan pelepah sawit yang sudah tua
6. Pembuangan abu pembakaran cangkang dan pelepah tandan sawit sebagai pembakaran air untuk turbin
7. Pembuangan air (limbah) pabrik kelapa sawit
8. Penaikan PH tanah terutama pada piringan pohon kelapa sawit
-1-
Dari delapan mata rantai tersebut diatas adalah merupakan cost produksi TBS (Tandan Bahan Sawit) maupun CPO
(Crude Palm Oil) dan kalau kita susun menjadi sebuah sistem pertanian kelapa sawit adalah sebagai berikut.
Perkebunan Pembersihan
Pupuk Kelapa Sawit (PKS) Gulma
Pembersihan
Anti Hama Piringan
Tandan Buah Sawit
(TBS
Pembersihan
Anti Jamur Pelepah
Pabrik
Abu Kelapa Sawit Limbah
Pembuangan Ketel
Cangkang
Sawit Crude Palm Oil Limbah
(CPO) Cucian
Industri Limbah
Lanjutan Karnel CPO
3. TUJUAN VE
Value Engineering ini disusun bertujuan agar dapat di pahami analisa sistem pertanian terpadu secara teknis
sehingga beban yang ada dapat dievakuasi sehingga dapat lebih ringan atau kalau dapat menjadi nilai tambah
untuk aspek lainnya dan jika diperlukan di bangun sekaligus multiplier efeknya.
Value engineering pada perkebunan sawit ini bertujuan untuk melepaskan ketergantungan kepada pihak lain
sehingga tidak terjadi fluktuasi cost produksi terutama menyangkut pupuk untuk tanaman baik harga maupun
keberadaannya karena sesuai dengan jadwalnya tidak dapat digeser karena akan berakibat kepada produksi baik
secara kualitas maupun kuantitasnya.
Dalam perencanaannya VE ini akan timbul beberapa pabrik baru (industri lanjutan) atau usaha baru yang tidak
memberatkan beban produksi tetapi meringankan cost produksi sawit (TBS) maupun PKS, diantaranya adalah :
• Pabrik pupuk organik lengkap
• Pabrik pakan ternak
• Pabrik pupuk cair dan anti jamur/lumut batang
• Perkebunan jagung sebagai bahan baku pakan ternak
Dimana setiap usaha baru diatas dapat menjadi usaha baru yang saling mendukung bahkan hasilnya mungkin akan
lebih baik dari kelapa sawit dan di dalam manajemen setiap produk harus saling mendukung (cooperation).
-2-
1. ANALISA SISTEM AGRO INDUSTRI SETELAH VE
PABRIK PABRIK
PAKAN PUPUK
PETERNAKA
TERNAK ORGANI
N SAPI
POTONG
BIOTE
K
NT 45
2. SASARAN VE
Dari kondisi yang ada di Perkebunan Kelapa Sawit maupun pada Pabrik Kelapa Sawit yang hendak dicapai setelah
VE tersusun dengan baik dapat diturunkannya produksi TBS yang diakibatkan oleh bermacam-macam kegiatan
perhubungan maupun produksi sehingga nilai tambah keuntungan infestasi dapat lebih besar dan stabil sampai
mencapai tingkat pengembalian.
Dan tanpa memperluas perkebunan akan terjadi peningkatan pendapatan usaha perkebunan ini sehingga arti VE
betul-betul dapat mencapai sasaran.
VE yang disusun menurut konsep atau metode NT 45 ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Peningkatan nilai pertumbuhan ekonomi baik bagi persero maupun bagi karyawannya sehingga usaha
perkebunan ini benar-benar mencapai nilai-nilai ideal.
2. Pembukuan lapangan kerja baru yang berkelanjutan dengan metode cooperation yang saling menguntungkan
antara persero dan masyarakat.
3. Pengentasan kemiskinan antara persero dan masyarakat buruh kebun karena di standarisasinya nilai-nilai VE
yang akan dilaksanakan sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial dan ekonomi di dalam usaha bersama ini.
4. Secara teknis perkebunan kelapa sawit ini akan jauh dari aspek-aspek kimia dan racun sehingga perkebunan
ini dapat dicapai menurut konsep Sustainable Agriculture dan kualitas produksi TBS kedepan benar-benar
berkualitas tinggi seperti yang diharapkan pasar global.
Ciri-ciri dari TBS yang dihasilkan tanpa kimia dan racun dari perkebunan kepala sawit adalah :
1. Kualitas buah lebih berat (15-20)% dari standar.
2. Rendemen dari TBS lebih tinggi.
3. Waktu keasaman TBS akan lebih lama.
4. Ph tanah PKS tidak cepat turun karena sinar matahari yang cukup dan tidak terjadi pengkristalisasian tanah
akibat pupuk kimia.
5. Penyerapan air akan lebih baik ke dalam tanah karena tanah menjadi gembur.
-3-
3. Biaya pembersihan piringan batang sawit dan gulma setidaknya satu kali tiap 3 bulan atau 4 kali satu tahun
jadi biaya satu tahun 4 x Rp 500.000 = Rp 2.000.000/Ha/tahun.
4. Biaya penebangan pelepah sawit termasuk pengambilan TBS tapi kita anggap hanya penebangan pelepah saja
setiap sebulan sekali atau 12 kali setahun sehingga daun yang ada pada batang sawit kelapa 24 lembar setiap
batang.
Semua biaya diatas merupakan cost terhadap TBS yang dihasilkan PKS dan pada Pabrik kelapa Sawit juga terjadi
beban cost bersifat limbah :
1. Pembuangan abu pembakaran cangkang meupun tandan kelpa sawit yang telah diambil buahnya dan limbah-
limbah ini dibakar untuk membakar ketel uap untuk sumber energi dengan produksi puluhan ton setiap jam,
jumlah abu pembakaran harus di buang setiap hari dalam jumlah puluhan ton juga.
2. Pada permulaan sawit di proses dengan sistem pemanasan uap air, uap akan menjadi limbah cair begitu
seterusnya baik limbah cair maupun padat merupakan cost produksi jika tidak dijadikan bahan berguna lain.
Semua limbah cair maupun padat yang dibuang dari Pabrik Kelapa Sawit dengan akan menjadi cost produksi tetapi
kalau diolah akan menjadi nilai tambah dan proses ini dapat dimanfaatkan Bioteknologi yang orientasinya menjadi
pupuk dan makanan ternak.
Mata rantai hubungan antara ketinganya untuk tujuan program Ve tersebut adalah sebagaimana gambar 3
OR
PROGRAM VE
CDS KP
Gambar 3: Manajemen Cooperation
Untuk membangun dan mewujudkan Program VE perlu disusun suatu komponen manajemen terpadu yang di
standarisasi serta disepakati sesuai dengan nilai-nilai yang dikemukakan pada sasaran penyusunan VE tersebut
diantaranya adalah menyangkut masalah Manajemen Opearsional, Manajemen Finansial dan Manajemen Teknikal
(teknologi) sehingga dapat dicapai hasil VE tersebut baik nilai-nilai sosial ekonomi maupun nilai teknologi
berkelanjutan dan gambaran diagramnya adalah seperti gambar 4
-4-
VE
Manajemen Finansial
• Cooperation
• Terbuka • Modal Sendiri
• Yuridis Teknologi • Kerja Sama Bank
Formal • Kerja Sama
T k l Swasta
• Tepat Guna • Bantuan Tidak
• Ekonomis Mengikat
o • Kerja Sama
TBS
Gulma Limbah
Cair Ketel
Anti
Busuk
Lumut Limbah
Batang Cair CPO
-5-
Di dalam penyusunan sistem terbuka artinya semua unsur menjadi beban dan didatangkan dari luar artinya sangat
besar ketergantungannya.
Pada penyusunan VE perkebunan kelapa sawit ini akan disusun suatu sistem pertanian terpadu sehingga mata
rantai sistem itu semuanya jadi tertutup sehingga tidak ada lagi ketergantungan dari umur perkebunan itu dan di
lain sisi tidak akan terjadi fluktuasi harga biaya produksi seperti pada gambar 5
9. PERKEBUNAN SAWIT
-6-
10. ANALISA TEKNIS PRODUKSI INDUSTRI BARU
- Pendapatan industri setiap 1 hektar/1 bulan Rp 300 X 37.500 Kg = Rp 11.250.000/bulan dianggap bekerja pada
3 proses adalah 1 orang petani industri 11.250.000 : 3 = Rp 3.750.000/bulan
6. Komposisi pupuk organik untuk kebun kelapa sawit dengan komposisi seimbang sesuai dengan produksi minyak
yang kaya dengan beta karotin. Komposisi seimbang untuk produksi 1 ton pupuk.
a. Kotoran sapi (ternak) kering/basah 40 %
b. Serbuk dan sawit kering/basah 40 %
c. Abu hasil pembakaran cangkang/Tandan sawit 10 %
d. Bekatul Kering/tepung king rice 10 %
e. Bakteri Pengurai NTJ45 2 liter/ton
-7-
Jakarta Untuk Ekspor Rp 1.300/Kg
Sumatera Untuk Lokal Rp 25.000-Rp 40.000/25 Kg
LOKAL EKSPOR
NO JENIS KOMODITI
(Rp) (Rp)
1 Pakan Ternak 1.300/Kg 1.300/Kg
2 Pupuk Organik 1.000/Kg 1.300/Kg
3 Anti Hama/Lumut Organik 25.000-40.000/lt 40.000/lt
4 Sapi Potong Pejantan Murni 15.000-16.000/Kg 15.500-16.500/Kg
bobot bobot
5 Sapi Potong Jantan Betina 14.500-15.000/Kg 14.500-15.500/Kg
bobot bobot
1. KESIMPULAN
Dari perencanaan perkebunan kelapa sawit yang ada sampai saat ini, analisa sistem pertanian yang dipakai masih
sistem terbuka sehingga begitu besar pengaruh luar terhadap cost produksi.
Dan Indonesia mempunyai potensi besar untuk berkembang disisi ini karena wilayah yang luas dan telah sangat
memasyarakat apalagi industri lanjutannya merupakan kebutuhan sehari-hari untuk hidup bagi manusia dan
timbulnya merupakan pakan ternak strategis.
Dari penyusunan VE perkebunan kelapa sawit ini ada 4 (empat) sasaran yang hendak dicapai :
1. Pertumbuhan ekonomi baik ouner maupun karyawan perkebunan dengan nilai cost out menjadi cost in.
2. Pengentasan kemiskinan masyarakat petani dengan pendapatan diatas dua juta rupiah setiap keluarga.
3. Pembukaan lapangan kerja baru satu keluarga setiap hektar lahan perkebunan.
4. Pertanian yang berkelanjutan artinya produksi tanpa kimia dan pestisida.
Dari hasil penyusunan VE perkebunan kelapa sawit ditinjau dari perkembangan Agro Industri yang berbasis
masyarakat benyaj yang berskala besar dengan standar ekspor :
1. Industri pupuk organik lengkap dan anti hama serta anti jamur organik
2. Industri pakan ternak
3. Industri peternakan sapi potong
4. Perkebunan jagung yang sama besarnya di PKS
Peluang pasar dilihat dari nilai harga jual dibandingkan dengan cost produksi karena peluang pasar juga
dipengaruhi oleh berapa banyak nilai tambah yang dapat dipenuhi produk tersebut, dapat kita lihat pada tabel
berikut ini.
-8-
3 Anti Jamur 15.000-20.000/lt 30.000-40.000/lt Tanpa Kadaluarsa
4 Pakan Ternak 500/Kg 1000-1300/Kg Energi diatas standar dan daya
Ruminansia cerna > 70%
5 CPO Lebih rendah dari Lebih mahal di pasar Rendemen lebih tinggi dari
sebelum VE ekspor karena standar 15-20%
organik
Dari seluruh perancangan yang ada dilautan penyusunan VE. Perkebunan kelapa sawit ini disusun atas konsep
perencanaan berbasis lingkungan sehingga adanya keseimbangan pembangunan untuk kemakmuran bangsa
Indonesia.
Penyusun mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT dan semoga ilmu yang diredhainya adalah atas kehendaknya
juga.
-9-