You are on page 1of 5

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

PEMRAKARSA PT. KITADIN

NAMA DOKUMEN Kegiatan Pertambangan Batubara di Wilayah Perluasan KP Eksploitasi KW. 96P00174/KALTIM

NO. PERSETUJUAN & TANGGAL 5216/31/SJN.T/2000, Tanggal 22 Desember 2000 (Komisi Penilai AMDAL Departemen Energi &
Sumber Daya Mineral, DESDM)
PENYUSUN DOKUMEN PT. Stannia Darmabakti Engineering
LOKASI Di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur.
Luas wilayah perluasan (KW.00JAP010) KP Eksploitasi KW. 96P00174/KALTIM adalah 2.000
hektar, serta secara geografis terletak pada koordinat 117° 05’ 0,0” – 117° 07’ 56,2” Bujur Timur dan
00° 18’ 0,0 – 00° 22’ 30” Lintang Selatan.

DESKRIPSI KEGIATAN Sistem penambangan yang akan diterapkan di Wilayah Perluasan KP Eksploitasi KW.
96P00174/KALTIM adalah dengan sistem penambangan terbuka (open pit mining). Stripping Ratio
adalah 7,5:1, dan tanah penutupnya (overburden) dikelola dengan cara penimbunan kembali “back
filling” di bekas tambang dengan menggunakan excavator, bulldozer, wheel loader, dan dump truck.
Areal penambangan dibagi dalam beberapa blok penambangan. Setiap penambangan direncanakan
dapat ditambang dalam jangka waktu satu tahun.
Berdasarkan hasil kegiatan eksplorasi Wilayah Perluasan KP Eksploitasi KW. 96P00174/KALTIM
diketahui bahwa terdapat jumlah cadangan batubara sebesar 19.385.600 ton yang dapat ditambang
secara tambang terbuka. Dengan recovery penambangan 90% maka total produksi sampai dengan
akhir penambangan 17.447.000 ton.

ISU POKOK Ganti rugi tanah.


Erosi tanah, akibat sistem penambangan terbuka.
Peningkatan kadar debu, akibat hilir mudik kendaraan yang mengangkut batubara.
Kesuburan tanah
Perubahan bentang alam, akibat terjadinya kolam bekas tambang.
Perubahan kualitas air permukaan (sungai).
Berkurangnya sumber keanekaragaman habitat satwa dan keanekaragaman fauna darat.
PENGELOLAAN Ganti rugi tanah :
- Mengupayakan ganti rugi dan tanam tumbuh kepada pemiliknya dengan cara musyawarah
Erosi tanah :
- Melakasanakan revegetasi di daerah bekas penambangan dengan tumbuhan setempat yang
mempunyai daya adaptasi dan cepat tumbuh; menanami muka tanahnya dengan tanaman
penutup (cover crop).
- Mengendalikan erosi secara mekanik berupa teras bangku, dengan lebar teras 10 meter dan
bentuk teras, miring ke belakang 2% (back slope terrace).
Debu :
- Melakukan penyiraman jalan pengangkutan batubara, khususnya sekitar lokasi pemukiman
pada hari-hari kering.
- Penanaman pohon sepanjang jalan pengangkutan batubarasebagai shelterbelt, untuk
menekan penyebaran dampak yang lebih luas (debu).
Kesuburan tanah :-
- Lapisan tanah pucuk (top soil) selama kegiatan penambangan ditimbun di sekitar lahan yang
akan ditanam dan digunakan kembali untuk membentuk lapisan penutup pada revegetasi
lahan. Timbunan tanah pucuk tersebut ditutup dengan tanaman penutup (cover crop)
Perubahan bentang alam (Morfologi) :
- Reklamasi lahan timbunan tanah penutup yaitu meratakan muka tanah timbunan dan
penyesuaiannya dengan muka tanah di sekitarnya.
- Membuat paritan yang diperlukan untuk drainase. Setelah muka lahan stabil maka dilakukan
revegetasi.
Perubahan kualitas air permukaan (sungai) :
- Air tambang (permukaan) di front penambangan terbuka mengalir ke kolam tunda (sump),
kemudian dipompakan ke beberapa kolam pengendapan secara bertingkat untuk menurunkan
tingkat kekeruhan air, muatan padat tersuspensi, dan residu terlarut. Untuk selanjutnya
dialirkan ke parit kemudian menuju rawa-rawa.
- Membuat saluran penirisan dilengkapi dengan sarana penangkap oli bekas (oil trap) untuk
mencegah adanya ceceran. Kemudian dikumpulkan dalam drum dan dijual pada perusahaan
pengumpul.
- Limbah cair dari instalasi pencucian batubara I (Washing Plant I) dialirkan ke tangki
pengendapan dan dipompakan ke (Washing Plant II), kemudian diendapkan ke kolam tailing,
bak penjernihan, dan bak sirkulasi.
- Apabila air buangan dari instalasi pencucian batubara berlebihan, maka air buangan yang
telah memasuki bak penjernihan, sewaktu-waktu akan dialirkan ke bak kontrol. Dan
selanjutnya ke Sungai Mahakam sebagai limbah cair setelah baku mutunya disesuaikan
dengan Kep. Gubernur Kaltim No. 19 Tahun 1997.
- Kolam tailing berfungsi untk menurunkan tingkat kekeruhan air, muatan padatan tersuspensi
dan residu terlarut
- Di sekeliling daerah pelabuhan batubara desa Emabalut, dibuat saluran drainase dengan
panjang 600 m, lebar 1,5 m dan kedalaman 1,5 m yang akan menampung air rembesan
Keanekaragaman satwa dan fauna darat :
- Melaksanakan revegetasi/reklamasi dengan melibatkan masyarakat setempat di lokasi bekas
penambangan
- Penanaman reklamasi lahan dengan membedakan antara tempat yang landai dan tempat
yang miring.
- Membuat jalur hijau sepanjang jalan pengangkutan untuk mengurangi pengaruh debu dengan
tumbuhan cepat tumbuh dan daunnya berbulu seperti suren, mindi, kayu belanda, bayur,
angsana, sengon, gamal, dan ketapang
- Memasang tanda larangan terhadap kemungkinan pengrusakan hasil penghutanan dan
terhadap kegiatan perburuan satwa oleh masyarakat
- Pengelolaan lingkungan terhadap fauna darat adalah sama dengan pengelolaan flora darat

PEMANTAUAN Ganti rugi tanah :


- Mengumpulkan data sekunder atau penelusuran langsung ke lahan penduduk yang akan
dibebaskan. Serta mendata sikap masyarakat terhadap proses pembebasan lahan yang
dilakukan.
- Memastikan luas lahan yang akan dibebaskan, jenis dan jumlah tanam tumbuh yang akan
diganti rugi. Serta harga pembebasan lahan sesuai dengan KEPPRES RI No. 55 Tahun 1993.
Erosi tanah :
- Pengukuran tingkat erosi tanah ini dengan mengamati ada tidaknya pembentukan alur-alur
atau parit-parit yang terbentuk di daerah penambangan. Selanjutnya membandingkan dengan
kondisi permukaan tanah yang masih utuh.
- Parameter-parameter tanah yang akan dipantau dilakukan dengan pengukuran langsung di
lapangan, pengambilan contoh tanah dan analisis tanah di laboratorium. Contoh tanah diambil
dari permukaan tanah yang telah terganggu dan tidak ditimbuni tanah penutup lagi. Analisis
dilakukan dengan cara membandingkan sifat-sifat tanah sebelum dan sesudah pelaksanaan
kegiatan penambangan.
Debu :
- Pengukuran debu diukur dengan alat pengukur debu, seperti “High Volume Dust Sampler”
selama periode waktu tertentu. Pengamatan perubahan bentang alam diukur dengan theodolit
dan abne level. Kemudian mencatat volume, tinggi dan sudut timbunan tanah. Selanjutnya
dibandingkan dengan bentuk awal morfologi lahan.
Kesuburan tanah :
- Contoh tanah diambil dari permukaan tanah yang telah terganggu dan tidak ditimbuni tanah
penutup lagi, kemudian dianalisis di laboratorium
- Analisis dilakukan dengan cara membandingkan data sifat-sifat tanah sebelum dan sesudah
pelaksanaan kegiatan penambangan
Perubahan bentang alam (Morfologi) :
- Mengamati vegetasi sekitar lokasi penghijauan dan reklamasi.
- Pencatatan pertumbuhan tanaman (diameter dan tinggi) dan kehidupannya (jumlah yang hidup
dan mati, serta faktor-faktor kematian) dengan metoda jalur.
- Menganalisis perkembangan komunitas tipe vegetasi, termasuk faktor hama dan penyakitnya.
Perubahan kualitas air permukaan (sungai) :
- Pengukuran kekeruhan air dilakukan dengan memakai “Kemerer Water Sampler”, dan
menggunakan alat turbidimeter dengan satuan NTU.
- Pemantauan dilakukan di Sungai Separi, Loa Manik, Embalut, dan Angkuang khususnya
parameter kekeruhan air, muatan padatan tersuspensi (TSS), residu terlarut, besi total (Fe),
mangan total (Mn) dan pH.
Keanekaragaman habitat satwa dan fauna darat :
- Memantau habitat satwa dengan metoda jalur.
- Mengadakan inventarisasi satwa dengan metoda transek dan pengintaian (watching).
- Menganalisis data secara tabulasi dan deskriptif untuk mengetahui perkembangan daftar jenis
dan kelimpahannya.
PETA
PETA BATAS WILAYAH STUDI PT. KITADIN

You might also like