You are on page 1of 10

Pengertian dan Karakteristik Jasa

B.Pengertian dan Karakteristik Jasa Pengertian jasa menurut pendapat para ahli antara
lain :

1. Menurut Kotler (2000:428) “Jasa ialah setiap tindakan atau unjuk kerja yang
ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan
menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya bisa dan bisa juga tidak
terikat pada suatu produk.”

2. Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005:28) ”Jasa pada dasarnya adalah
seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik,
dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara
prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.”

Berdasarkan pengertian jasa di atas, Tjiptono (2004:18) mengutarakan ada lima


karakteristik utama jasa bagi pembeli pertamanya.

1. Intangibility (tidak berwujud) Jasa bebeda dengan barang. Bila barang merupakan
suatu objek, alat, atau benda; maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman,
proses, kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa,
dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi para pelanggan,
ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi karena terbatasnya search qualities,
yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli sebelum pembelian dilakukan.
Untuk jasa, kualitas apa dan bagaimana yang akan diteriman konsumen, umumnya tidak
diketahui sebelum jasa bersangkutan dikonsumsi.

2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan) Barang biasa diproduksi, kemudian dijual, lalu
dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi
dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.

3. Variability / Heterogeneity (berubah-ubah) Jasa bersifat variabel karena merupakan


non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung
kepada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal ini dikarenakan jasa
melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung tidak
bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya.

4. Perishability (tidak tahan lama) Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi
pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang
tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.

5. Lack of Ownership Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan
barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan
manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau
menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki
akses personel atas suatu jasa untuk jangka waktu terbatas (misalnya kamar hotel,
bioskop, jasa penerbagan san pendidikan).

Experiential Marketing : Pengertian, Karakteristik dan


Manfaat Experiential Marketing
Menurut Pine II dan Gilmore (1999) terdapat 4 tingkatan dalam ilmu pemasaran
(economic value) yakni commodities, goods, service dan experience yang masing-masing
tingkatan memiliki arti dan pengaruh masing-masing yang berkaitan dengan kepuasan
konsumen.
a. Commodities
Komoditi atau komoditas merupakan bahan material yang diambil secara langsung dari
alam misalnya flora, fauna, air, udara, tanah serta mineral. Pada umumnya komoditi
diproses lebih lanjut sehingga diperoleh suatu karakteristik tertentu dan lebih bermanfaat
dan mempunyai nilai jual jika dilakukan pengolahan lebih lanjut.
b. Goods
Goods merupakan komoditi sebagai bahan mentahnya atau merupakan barang setengah
jadi dan siap dijual. Harga goods itu sendiri ditentukan berdasarkan pada biaya produksi.
c. Services
Service lebih kenal dengan jasa yang dipergunakan untuk memenuhi keinginan
konsumen. Konsumen pada umumnya menilai manfaat dari service adalah lebih tinggi
dari yang konsumen ekspektasikan atau harapkan (kepuasan).
d. Experience
Experience adalah suatu kejadian yang terjadi apabila badan usaha dengan sengaja
menggunakan services sebagai prasarana dan goods menjadi penyangga untuk dapat
menarik hati atau minat konsumen secara individual dan emosi. Badan usaha berusaha
mengikat pengalaman disekeliling goods maupun services yang ada untuk dapat menarik
konsumen lebih banyak. Konsumen secara umum menilai pengalaman berdasarkan pada
ingatan atas kejadian yang menarik hati.
Pergerakan economic value dari keempat tingkatan yang ada mulai dari commodities,
goods, service dan experience akan meningkat secara besar dalam value karena
konsumen menemukan bahwa dalam tiap tingkatan tersebut lebih relevan terhadap apa
yang diinginkannya. Setiap badan usaha memiliki tingkat experience yang berbeda-beda
sehingga
mereka lebih mudah mendiferensiasikan apa yang mereka tawarkan. Pendekatan yang
dapat digunakan oleh badan usaha untuk dapat menggerakan economic value menuju
pada tingkatan experiential yaitu dengan menambah elemen-elemen yang dapat
mempertinggi interaksi yang berkaitan secara langsung dengan panca indra melalui
penglihatan, suara, sentuhan, rasa dan bau dari konsumen tersebut. Tahapan-tahapan
dalam pergerakan economic value adalah mengolah barang atau bahan baku (extract
commodities), tahap membuat barang atau produk (make goods), tahap memberikan
pelayanan (deliver services) dan tahap pengalaman (stage experience) yang mempunyai
arti memberikan pengalaman yang bersifat memorable (selalu diingat dan dikenang
dalam pikiran).
Pengertian Experiential Marketing
Experiential Marketing berasal dari dua kata yaitu Experiential dan Marketing.
Sedangkan Experiential sendiri berasal dari kata experience yang berarti sebuah
pengalaman. Definisi experience menurut Schmitt (1999, p.60): “Experiences are private
events that occur in response to some stimulation (e.g. as provided by marketing efforts
before and after purchase)” yang berarti pengalaman merupakan peristiwa-peristiwa
pribadi yang terjadi dikarenakan adanya stimulus tertentu (misalnya yang diberikan oleh
pihak pemasar sebelum dan sesudah pembelian barang atau jasa).
Pine II dan Gilmore (1999, p.12) berpendapat bahwa “Experience are event that engage
individuals in a personal way” yang berarti pengalaman adalah suatu kejadian yang
terjadi dan mengikat pada setiap individu secara personal.
Sedangkan pengertian marketing menurut Evans and Berman (1992, p.8): “Marketing is
the anticipation, management and satisfaction of demand through the exchange process”,
artinya bahwa marketing adalah suatu aktivitas untuk melakukan antisipasi, pengelolaan
dan pencapaian kepuasan konsumen melalui proses pertukaran.
Menurut Kotler et.al (2003, p.5): ”Marketing is typically seen as the task of crediting,
promoting and delivering goods and services to consumers and businesses”, artinya
marketing adalah suatu aktivitas bertypikal sebagai tugas untuk berekreasi atau
menciptakan, berpromosi dan menjembatani antara barang dan jasa kepada konsumen
dan bisnis. Bisa dikatakan bahwa pengertian Experiential Marketing adalah suatu
aktivitas untuk melakukan antisipasi, pengelolaan dan pencapaian kepuasan konsumen
melalui proses pertukaran yang merupakan peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadi
sebagai tanggapan atau beberapa stimulus.

Karakteristik Experiential Marketing


Schmitt (1999, p.12) membagi Experiential Marketing menjadi empat kunci karakteristik
antara lain:

a. Fokus pada pengalaman konsumen


Suatu pengalaman terjadi sebagai pertemuan, menjalani atau melewati situasi tertentu
yang memberikan nilai-nilai indrawi, emosional, kognitif, perilaku dan relasional yang
menggantikan nilai-nilai fungsional. Dengan adanya pengalaman tersebut dapat
menghubungkan badan usaha beserta produknya dengan gaya hidup konsumen yang
mendorong terjadinya pembelian pribadi dan dalam lingkup usahanya.
b. Menguji situasi konsumen
Berdasarkan pengalaman yang telah ada konsumen tidak hanya menginginkan suatu
produk dilihat dari keseluruhan situasi pada saat mengkonsumsi produk tersebut tetapi
juga dari pengalaman yang didapatkan pada saat mengkonsumsi produk tersebut.
c. Mengenali aspek rasional dan emosional sebagai pemicu dari konsumsi
Dalam Experiential Marketing, konsumen bukan hanya dilihat dari sisi rasional saja
melainkan juga dari sisi emosionalnya. Jangan memperlakukan konsumen hanya sebagai
pembuat keputusan yang rasional tetapi konsumen lebih menginginkan untuk dihibur,
dirangsang serta dipengaruhi secara emosional dan ditantang secara kreatif.
d. Metode dan perangkat bersifat elektik
Metode dan perangkat untuk mengukur pengalaman seseorang lebih bersifat elektik.
Maksudnya lebih bergantung pada objek yang akan diukur atau lebih mengacu pada
setiap situasi yang terjadi daripada menggunakan suatu standar yang sama. Pada
Experiential
Marketing, merek bukan hanya sebagai pengenal badan usaha saja, melainkan lebih
sebagai pemberi pengalaman positif pada konsumen sehingga dapat menimbulkan
loyalitas pada konsumen terhadap badan usaha dan merek tersebut.

Manfaat Experiential Marketing


Fokus utama dari suatu Experiential Marketing adalah pada tanggapan panca indra,
pengaruh, tindakan serta hubungan. Oleh karena itu suatu badan usaha harus dapat
menciptakan experiential brands yang dihubungkan dengan kehidupan nyata dari
konsumen. Dan Experiential Marketing dapat dimanfaatkan secara efektif apabila
diterapkan pada beberapa situasi tertentu. Ada beberapa manfaat yang dapat diterima dan
dirasakan suatu badan usaha menurut pandangan Schmitt (1999, p.34) apabila
menerapkan Experiential Marketing antara lain: (a) to turn araund a declining brand, (b)
to be differentiate a product from competition, (c) to create an image and identity for a
corporation, (d) to promote innovation, (e) to induce trial, purchase and the most
important, loyal consumption.
yang kurang lebih memiliki arti (a) untuk membangkitkan kembali merek yang sedang
merosot, (b) untuk membedakan satu produk dengan produk pesaing, (c) untuk
menciptakan citra dan identitas sebuah perusahaan, (d) untuk mempromosikan inovasi,
(e) untuk membujuk percobaan, pembelian dan loyalitas konsumen.

Arti Definisi/Pengertian Produksi & Nilai Guna Barang


Dan Jasa - Ekonomi Produksi

Dalam kehidupan sehari-hari, apabila kita mendengar kata produksi, maka yang
terbayang di pikiran kita adalah suatu kegiatan besar yang memerlukan peralatan yang
serba canggih, serta menggunakan ribuan tenaga kerja untuk mengerjakannya.
Sebenarnya dugaan tersebut tidak benar.
Produksi artinya, kegiatan menambah nilai guna suatu barang atau jasa untuk keperluan
orang banyak. Dari pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, tidak semua
kegiatan yang menambah nilai guna suatu barang dapat dikatakan proses produksi.
Contohnya, seorang ibu yang membuat kue untuk keluarganya dirumah, maka kegiatan
tersebut tidak dapat dikatakan proses produksi karena, tujuannya bukan untuk masyarakat
banyak.
Salah satu yang dilakukan dalam proses produksi ialah menambah nilai guna suatu
barang atau jasa. Dalam kegiatan menambah nilai guna barang atau jasa ini, dikenal lima
jenis kegunaan, yaitu :
1. Guna bentuk
Yang dimaksud dengan guna bentuk yaitu, didalam melakukan proses produksi,
kegiatannya ialah merubah bentuk suatu barang sehingga barang tersebut mempunyai
nilai ekonomis. Contohnya: keramik.

2. Guna jasa
Guna jasa ialah kegiatan produksi yang memberikan pelayanan jasa. Contohnya: tukang
becak, buruh, dll.

3. Guna tempat
Guna tempat adalah kegiata produksi yang memanfaatkan tempat- tempat dimana suatu
barang memiliki nilai ekonomis. Contoh: pengangkutan pasir dari tempat yang pasirnya
melimpah ketempat dimana orang membutuhkan pasir tersebut.

4. Guna waktu
Guna waktu ialah kegiatan produksi yag memanfaatkan waktu- tertentu. Misalnya:
pembelian beras yang dilakukan oleh Bulog pada saat musim panen, dan dijual kembali
pada saat masyarakat membutuhkan.

5. Guna milik
Guna milik ialah, kegiatan produksi yang memanfaatkan modal yang dimiliki untuk
dikelola orang lain dan dari hasil tersebut ia mendapatkan keuntungan.

Produk Jasa, Pengertian, Karakteristik dan Jenisnya


Pengertian Jasa

Menurut Lupiyoadi (2001:5)pengertian jasa adalah:


“A service is an activity or series of activities of more or less intangible nature that
normally, hut not necessarile, take place in interactions between the customer and service
employees and/or physical resources or good ard/or system of the service provider, which
are provided as solutions to customer problems.”(Gronroos, 1 990)
Tidak jauh berbeda dengan definisi diatas, Kotler(1991: 260)mendefinisikan jasa sebagai:
“Setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan suatu pihak kepada yang lain yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.”

Sementara itu, produksi jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak. Jadi pada
dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan
produk dalam bentuk fisik atau kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama
dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya
kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang
dihadapi konsumen.

Karaktenstik Jasa
Beberapa karakteristik utama dari jasa, menurut Kotler(1 993:230), adalah sebagai
berikut:
1. Intangibility (Tidak berwujud)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karma tidak bisa dindentifikasi oleh ke lima indera
manusia, seperti: dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum terjadi proses
transaksi pembelian.

2. Inseparability (Tidak dapat dipisahkan)


Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang maupun
mesin, disamping itu apakah sumber itu hadir atau tidak, produk fisik yang berwujud
tetap ada.

3. Variability (Berubah-ubah)
Jasa dapat mudah berubah-ubah karena jasa ini tergantung pada siapa yang menyajikan,
kapan, dan dimana disajikan.

4. Perishability (Daya tahan)


Jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya than yang lama karena sifatnya
tergantung dari fluktuasi pennintaan.

Macam-macam jasa
Menurut Converse (1992:233), macam-macam jasa seperti yang telah disebutkan diatas,
dapat dikelompokkan sebagai berikut:

I. Personalized services
Personal services adalah jasa yang sangat mengutamakan pelayanan orang dan
perlengkapannya, seperti tukang cukur, salon kecantikan, laundry, foto. Sementara itu,
yang sangat perlu diperhatikan dalam pemasaran jasa antara lain adalah, lokasi yang baik,
menyediakan fasilitas dan suasana yang menarik, serta nama baik yang bersangkutan.
Dalam marketing personal services diusahakan supaya timbul semacam patronage motive
yaitu keinginan untuk menjadi langganan tetap. Contohnya patronage ini bisa timbul di
dalam usaha laundries, karena kebersihan, layanan yang ramah tamah serta baik, dan
sebagainya.

2. Financial services
Financial services terdiri dari:
a) Banking services (Bank).
b) Insurance services (Asuransi).
c) Investment securities (Lembaga penanaman modal).
d) Public utility and Transportation services.

Perusahaan public utility mempunyai monopoli secara alamiah, misalnya perusahaan


listrik, air minum. Para pemakainya terdiri dari: Domestic consumer (konsumen lokal),
Commercial and office (perkantoran dan perdagangan), Municipalities (kota praja,
pemda).
Sedangkan dalam transportation services, meliputi: angkutan kereta api, kendaraan
umum, pesawat udara, dsb. Pelayanan disini ditujukan untuk angkutan penumpang dan
angkutan barang.
3. Entertainment
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah usaha-usaha dibidang olahraga, bioskop,
gedung-gedung pertunjukan, dan usaha-usaha hiburan lainnya. Metode marketing yang
dipakai adalah sistem penyaluran langsung dimana karcis dijual di loket-loket.

4. Hotel services
Hotel merupakan salah satu sarana dalam bidang kepariwisataan. Dalam hal ini hotel
perlu mengadakan kegiatan bersama dengan tempat-tempat rekreasi, hiburan, travel biro,
dan sebagainya..

Barang

Barang atau komoditas dalam pengertian ekonomi adalah suatu objek atau jasa yang
memiliki nilai. Nilai suatu barang akan ditentukan karena barang itu mempunyai
kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan.
Dalam makroekonomi dan akuntansi, suatu barang sering dilawankan dengan suatu jasa.
Barang didefinisikan sebagai suatu produk fisik (berwujud, tangible) yang dapat
diberikan pada seorang pembeli dan melibatkan perpindahan kepemilikan dari penjual ke
pelanggan, kebalikan dengan suatu jasa (tak berwujud, intangible). Istilah "komoditas"
sering digunakan dalam mikroekonomi untuk membedakan barang dan jasa.

Macam/Jenis Kategori Produk Konsumen Barang/Jasa


Yang Dikonsumsi Rumah Tangga
Produk Konsumen adalah produk barang atau jasa yang konsumennya adalah konsumen
rumah tangga sebagai pemakai akhir di mana produk dari produsen yang terjual dan
dibeli konsumen akan dipakai dan dikonsumsi sendiri dan bukan untuk dijual kembali.
Produk konsumen dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu :

1. Convenience Goods
Barang convenience adalah barang yang sering dibeli, harganya tidak mahal dan
keputusan membeli tidak memerlukan banyak pertimbangan atau berdasarkan kebiasaan
saja. Barang convenience dibagi menjadi beberapa jenis, yakni :

a. Barang Bahan Pokok / staples goods


Adalah barang yang sering dibeli rutin tanpa banyak pertimbangan yang umumnya
merupakan barang kebutuhan sehari-hari seperti obat, bahan makanan, dan lain
sebagainya.
b. Barang Dorongan Hati Sesaat / Impulse Goods
Adalah barang-barang yang dibeli tanpa adanya perencanaan dan pertimbangan yang
matang seperti makanan ringan di rak antrian kasir.
c. Barang Darurat dan Mendesar / Emergency Goods
Adalah barang yang dibeli ketika masa-masa kritis atau darurat seperti jasa tambal ban,
ambulan, mobil derek, pemadam kebakaran, dll.

2. Shopping Goods
Barang Shopping adalah barang yang untuk memutuskan membelinya butuh
pertimbangan seperti dengan melakukan perbandingan dan pencarian informasi produk
dari berbagai sumber. Jenis barang ini dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Homogenous Shooping Goods
adalah barang yang pada dasarnya sama namun harga tiap toko beda sehingga konsumen
mencari harga termurah. Contoh : Mobil, motor, televisi, kaset tape, dsb.

b. Heterogenous Shopping Goods


adalah barang yang dianggap berbeda dan ingin melihat mutu dan kecocokan barang
terlebih dahulu di mana ciri dan keunikan lebih berpengaruh dibandingkan dengan harga.
Contohnya seperti perabot rumah tangga, parts komputer, dan lain-lain.

3. Unsought Good / Barang Yang Tidak Dicari


Unsought goods adalah barang yang belum diinginkan dan tidak diketahui oleh
konsumen potensial. Jenis barang ini dapat kita bagi menjadi dua macam, yaitu :

a. New Onsought Goods / Barang Unsought Baru


adalah barang yang benar-benar baru sehingga tidak dikatahui konsumen seperti laptop
dan ponsel yang akan dirilis.

b. Regularly Unsought Goods / Barang Unsought Rutin


adalah barang yang selalu tidak dicari tetapi belum tentu tidak butuh seperti produk peti
mati, batu nisan, dan lain sebagainya.

4. Specialty Goods
Specialty goods adalah barang eksklusif, unik dan mahal yang hanyak bisa dimiliki
segelintir orang saja namun dicari orang seberapa pun harganya dan tempat belinya
seperti produk jam merek terkenal, jaguar, dsb.

5. Produk Industri / Industrial Goods


Produk industri adalah produk yang dipakai perusahaan untuk operasional menghasilkan
barang dan atau jasa. Produk industri dapat dibagi menjadi beberapa kategori seperti
produk instalasi, peralatan tambahan, persediaan, pelayanan, bahan mentah, komponen
dan lain-lain.

Produk
Dalam bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan. Dalam
marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa
memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan.[1] Dalam tingkat pengecer, produk sering
disebut sebagai merchandise. Dalam manufaktur, produk dibeli dalam bentuk barang
mentah dan dijual sebagai barang jadi. Produk yang berupa barang mentah seperti metal
atau hasil pertanian sering pula disebut sebagai komoditas.

Kata produk berasal dari bahasa Inggris product yang berarti "sesuatu yang diproduksi
oleh tenaga kerja atau sejenisnya".[2] Bentuk kerja dari kata product, yaitu produce,
merupakan serapan dari bahasa latin prōdūce(re), yang berarti (untuk) memimpin atau
membawa sesuatu untuk maju. Pada tahun 1575, kata "produk" merujuk pada apapun
yang diproduksi ("anything produced").[3] Namun sejak 1695, definisi kata product lebih
merujuk pada sesuatu yang diproduksi ("thing or things produced"). Produk dalam
pengertian ekonomi diperkenalkan pertama kali oleh ekonom-politisi Adam Smith.[4]

Dalam penggunaan yang lebih luas, produk dapat merujuk pada sebuah barang atau unit,
sekelompok produk yang sama, sekelompok barang dan jasa, atau sebuah
pengelompokan industri untuk barang dan jasa.

Promosi
Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada
dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan
adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan.

Tujuan Promosi di antaranya adalah:

1. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial


2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit
3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan
4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar
5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing
6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.

Beberapa cara untuk melakukan promosi adalah:

1. Melalui e-mail
2. Melalui sms
3. Melalui pembicaraan
4. Melalui iklan
5. dll

Contoh promosi antara lain:

1. Pasang iklan di tv mengenai produk baru perusahaan X


2. Kirim 5 sms, dapat 10 sms gratis ke semua operator
3. Beli kaos kaki seharga Rp. 30.000,00 dapat 2 kaos kaki gratis
4. Diskon 50% bagi produk tertentu di Department Store
5. Beli coklat malam hari dapat segelas teh gratis
Bauran Promosi

Bauran promosi adalah gabungan dari beberapa promosi dari satu produk sama agar
promosinya dapat maksimal dan hasilnya memuaskan.

Hubungan promosi dengan penjualan yaitu promosi dapat meningkatkan angka


penjualan. Pada umumnya setelah angka penjualan cukup tinggi, suatu badan
produksi atau distributor akan mengurangi kegiatan promosi.

Tiga aspek lainnya dari bauran pemasaran adalah manajemen produk, harga, dan
promosi.

Distribusi (bisnis)
Distribusi adalah salah satu aspek dari pemasaran. Seorang atau sebuah perusahaan
distributor adalah perantara yang menyalurkan produk dari pabrikan (manufacturer) ke
pengecer (retailer). Setelah suatu produk dihasilkan oleh pabrik, produk tersebut
dikirimkan (dan biasanya juga sekaligus dijual) ke suatu distributor. Distributor tersebut
kemudian menjual produk tersebut ke pengecer atau pelanggan.

You might also like