Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
M. Tri Wibowo
NIM. 5150402022
Teknik Sipil S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul Pengaruh Penambahan Tras Muria Terhadap Kuat Tekan, Kuat
Tarik Dan Serapan Air Pada Mortar telah disetujui oleh dosen pembimbing Jurusan
Pembimbing I Pembimbing II
Skripsi dengan judul : Pengaruh Penambahan Trass Muria Terhadap Kuat Tekan, Kuat
Tarik Dan Serapan Air Pada Mortar
Oleh
NIM : 5150402022
Telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian Skripsi Jurusan Teknik Sipil,
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
M. Tri Wibowo
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Muliakanlah orang orang yang sekalian kamu belajar ilmu dari padanya
Berlarilah selagi orang lain berjalan maka kamu akan mendapatkan hasil yang lebih. Run
Man!!! Run!
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala keberkahan,
kenikmatan dan senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana
teknik pada program study Teknik Sipil di Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Skripsi dengan judul Pengaruh Penambahan Trass Muria Terhadap Kuat Tekan,
Kuat Tarik dan Serapan Air Pada Mortar saya harapkan dapat menjadi sumbangsih
Saya ucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberikan
skripsi ini. Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materiil.
2. Bapak Prof. Dr. Soesanto, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang.
3. Bapak Drs. Lashari, M. T, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri
Semarang.
5. Bapak Dr. Ir. Iman Satyarno,ME selaku Pembimbing I. Saya ucapkan terimakasih
6. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu selesainya skripsi ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
Semoga Allah SWT memberikan barokhah kepada mereka semua. Akhir kata,
saya berharap semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu
Penulis
SARI
M. Tri Wibowo. 2007. Pengaruh Penambahan Trass Muria Terhadap Kuat Tekan, Kuat
Tarik dan Serapan Air pada Mortar. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Hery Suroso, S.T, M.T dan Dr.
Ir.Iman Satyarno, ME
Kata kunci: mortar, trass muria, kuat tekan, kuat tarik, serapan air
Mortar merupakan bahan bangunan yang berfungsi untuk merekatkan pasangan
batu bata, batako dan plesteran. Bahan ikat utama mortar selama ini adalah semen
portland dan kapur. Perlu adanya alternatif bahan ikat lain sebagai bahan alternatif
pengganti semen portland khususnya untuk konstruksi non struktural. Trass merupkan
salah satu jenis pozzolan yang sebagian besar terdiri dari unsur unsur silikat dan
aluminat yang reaktif, seperti semen. Oleh karenanya trass dipilih sebagai alternatif
bahan ikat tambahan dalam campuran pembuatan mortar. Penelitian ini dilakukan untuk
mengkaji seberapa besar pengaruh penambahan trass Muria terhadap kuat tekan, kuat
tarik dan serapan air pada mortar. Dari penelitian ini diharapkn dapat meningkatkan nilai
ekonomis trass dan mengurangi ketergantungan penggunaan semen portland.
Penelitian menggunakan komposisi campuran dengan perbandingan berat bahan
susun mortar yang terdiri dari trass, semen portland (PC)dan pasir (Psr). Perbandingan
komposisi campuran yang dipakai adalah 0,0Trass:1PC:5,92Psr; 0,11Trass : 1PC :
5,92Psr; 0,21Trass : 1PC : 5,92Psr; 0,27Trass : 1PC : 5,92Psr; 0.32Trass : 1PC :
5,92Psr; 0,37Trass : 1PC : 5,92Psr; 0.43Trass : 1PC : 5,92Psr dan 0,53Trass : 1PC :
5,92Psr. Sampel yang diuji memiliki 2 macam bentuk yaitu bentuk kubus dengan ukuran
50 mm x 50 mm x 50 mm untuk pengujian kuat tekan dan serapan air mortar sedangkan
bentuk seperti angka delapan dengan ukuran 75 mm x 50 mm x 25 mm dengan panjang
sisi tengah 25 mm untuk pengujian kuat tarik mortar
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai kuat tekan terbesar terjadi pada
perbandingan campuran 0,21Trass:1PC:5,92Psr yaitu sebesar 116,81 kg/cm2, sedangkan
nilai kuat tekan terkecil terjadi pada perbandingan campuran 0,53Trass:1PC:5,92Psr
yaitu sebesar 72,53 kg/cm2 termasuk dalam type mortar S. Nilai kuat tarik terbesar terjadi
pada perbandingan campuran 0,21Trass:1PC:5,92Psr yaitu sebesar 13,57 kg/cm2,
sedangkan nilai kuat tarik terkecil terjadi pada perbandingan campuran
0,53Trass:1PC:5,92Psr yaitu sebesar 11,40 kg/cm2. Nilai serapan air terbesar terjadi pada
perbandingan campuran 0,53Trass:1PC:5,92Psr yaitu sebesar 11,06%, sedangkan nilai
serapan air terkecil terjadi pada perbandingan campuran 0,0Trass:1PC:5,92Psr yaitu
sebesar 9,00%. Semakin banyak penggunaan trass dalam perbandingan campuran, nilai
serapan air semakin besar.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
B. Permasalahan ............................................................................. 3
C. Pembatasan Masalah................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian........................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian...................................................................... 4
B. Trass .......................................................................................... 11
C. Semen Portland........................................................................... 14
D. Air ............................................................................................. 15
E. Mortar ........................................................................................ 16
1. Pengertian Mortar................................................................. 17
2. Jenis Mortar.......................................................................... 17
B. Alat Penelitian............................................................................ 28
4. Pengujian Mortar.................................................................. 40
2. Trass ................................................................................... 46
3. Pasir .................................................................................... 47
4. Air ....................................................................................... 49
A. Simpulan .................................................................................... 62
B. Saran ........................................................................................ 64
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2. Persyaratan mutu trass dan semen merah (PUBI-1982) .............. 13
Tabel 4.5. Hasil Pemeriksaan serapan air dan jumlah pasta mortar .............. 56
Lampiran 12. Uji Sebar Mortar dan Faktor Air Semen .................................. 80
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
plesteran, pekerjaan pasangan dan pekerjaan lainnya. Bahan ikat yang digunakan secara
umum adalah semen portland. Penggunaan semen portland sebagai bahan pengikat dalam
mortar secara langsung dapat mempengaruhi nilai teknis dan ekonomis dari bangunan
sehubungan dengan kualitas, harga dan proporsi campuran yang digunakan. Pengurangan
semen portland akan berdampak pada penurunan kualitas bangunan yang pada akhirnya
portland dalam pembuatan mortar, seperti halnya dengan menambahkan bahan kimia
maupun bahan mineral lainnya dengan mutu yang dihasilkan sama. Bahan mineral atau
bahan tambang banyak ditemukan di Indonesia. Salah satu bahan mineral atau bahan
tambang yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan adalah trass alam.
Trass adalah batuan gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi kimia
yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah. Bahan galian ini
berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan, kompak dan padu dan agak sulit
umum trass memiliki bahan penyusun kimia yaitu SiO2, P2O5, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO,
Pozzolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur unsur
silikat dan atau aluminat yang reaktif ( Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia,
PUBI-1982 ). Penggunaan Pozzolan dalam mortar maupun beton bertujuan agar kapur
bebas (Ca(OH)2) yang tersisa dari reaksi antara air dan semen dapat bereaksi dengan
unsur yang terkandung dalam Pozzolan dan akan membentuk gel yang mempunyai sifat
seperti semen.
(Lampung, Bukit Tinggi, dan lain-lain), Nusa Tenggara (P. Flores), Sulawesi (Sulsel,
industri semen, campuran bahan bangunan dan semen alam. Pada saat ini belum
dimanfaatkan secara optimal, namun secara lokal telah dimanfaatkan penduduk untuk
Pemilihan trass sebagai bahan ikat tambahan dalam pembuatan mortar merupakan
bagian dari usaha untuk memecahkan permasalahan ketergantungan pada semen portland,
karena saat ini trass hanya di pakai sebagai campuran dalam pembuatan batako. Trass
alam diperoleh dengan memecah batu menjadi butiran yang diiginkan dengan cara
Berdasarkan kajian di atas, perlu adanya penelitian akan pemanfaatan trass sebagai
bahan ikat ataupun bahan pengisi pada campuran mortar dengan komposisi yang
bervariasi, sehingga dapat mengurangi penggunaan pasir dan bahan ikat semen tanpa
B. Permasalahan
adalah seberapa besar pengaruh penambahan trass terhadap kuat tekan, kuat tarik dan
serapan air pada mortar dengan variasi campuran yang telah ditentukan.
C. Pembatasan Masalah
Data yang diharapkan dari penelitian ini yaitu tentang uji kuat tekan, kuat tarik
dan serapan air pada mortar dengan penambahan trass. Macam dan jenis penelitian akan
1. Konsentrasi variasi campuran bahan susun mortar sesuai yang tercantum dalam
variabel penelitian.
2. Benda uji mortar dengan ukuran 50 x 50x 50 mm untuk uji tekan dan serapan air dan
3. Pengujian kuat tekan, kuat tarik dan serapan air pada mortar berumur 90 hari.
5. Semen Portland yang dipakai adalah Semen Tonasa Type I dengan berat semen tiap
kemasan 50 kg.
6. Trass yang dipakai adalah trass dari daerah Muria Kabupaten Kudus.
7. Pemeriksaan terhadap pasir meliputi pemeriksaan gradasi, berat jenis pasir, berat
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sifat karakteristik bahan susun mortar meliputi : pengujian gradasi pasir,
berat jenis pasir, berat satuan pasir, kandungan lumpur pasir, kekekalan butir pasir,
berat jenis trass, kadar air trass dan berat satuan trass.
2. Mengetahui kuat tekan, kuat tarik dan nilai serapan air pada mortar dengan bahan ikat
E. Manfaat Penelitian
3. Hasil penelitian ini diharapkan trass yang berada didaerah Muria Kudus ataupun pada
daerah lain dapat dimanfaatkan secara optimal baik sebagai campuran mortar maupun
4. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat megatasi kelangkaan semen portland dan
LANDASAN TEORI
A. Agregat Halus
Menurut SNI 03-6820-2002 (2002), agregat halus adalah agregat berupa pasir alam
sebagai hasil disintegrasi batuan atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah
mm yang didapat dari disintegrasi batuan alam (natural sand) atau didapat dari
memecahnya (artificial sand). Menurut Nevill (1997) agregat halus merupakan agregat
yang besarnya tidak lebih dari 5 mm sehingga pasir dapat berupa pasir alam atau berupa
Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03-6821-2002 adalah sebagai
berikut:
c. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium
sulfat bagian yang hancur maksimum 10% berat, sedangkan jika dipakai magnesium
d. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering).
yang ditetapkan oleh SNI 03-6821-2002 yakni dengan modulus halus 1,5 sampai 3,8.
Tabel syarat batas gradasi agregat halus dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Keterangan :
Zone 1 = Pasir Kasar
Zone 2 = Pasir Agak Kasar
Zone 3 = Pasir Halus
Zone 4 = Pasir Agak Halus
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan masa air dengan
volume sama pada suhu yang sama. Berdasarkan hal ini maka agregat dibedakan menjadi
(Tjokrodimuljo,1996):
Karena pada umumnya agregat mengandung pori pori yang ada dalam butiran /
tidak saling berhubungan, maka berat jenis agregat dibedakan menjadi dua istilah, yaitu :
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir butir
agregat memiliki ukuran yang sama ( seragam ) volume pori akan besar. Sebaliknya bila
ukuran butir butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena
butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran yang besar, sehingga pori porinya
Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton diinginkn suatu butiran yang
kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit, dan ini berarti hanya
membutuhkan bahan ikat sedikit saja ( bahan ikat mengisi pori antara butir butir
saat ini ( dalam SK SNI T-15-1990-03 ) kekasaran pasir dapat dibagi menjadi empat
kelompok menurut gardasinya yaitu pasir kasar (daerah I), pasir agak kasar (daerah II),
pasir agak halus (daerah III), dan pasir halus (daerah IV)
Berat satuan agregat adalah berat agregat dalam satu satuan volume, dinyatakan
dalam kg/liter atau ton/m3. Jadi berat satuan dihitung berdasar berat agregat dalam suatu
tempat tertentu, sehingga yang dihitung volumenya adalah volume padat (meliputi pori
tertutup) dan volume pori terbuka. Berat satuan pasir digolongkan dalam agregat normal,
dengan berat satuan agregat normal berkisar antara 1,2 1,6 (Tjokrodimuljo,1996)
5. Kandungan Lumpur Agregat Halus
a. Kadar lumpur atau bagian butir yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no 200)
b. Kadar gumpalan tanah liat atau partikel yang mudah direpihkan maksimum 3%.
c. Kandungan arang atau lignit, bila tampak permukaan beton dipandang penting
Sifat ketahanan agragat terhadap perubahan cuaca disebut ketahanan cuaca atau
kekekalan. Suatu agregat dikatakan tidak kekal apabila terjadi perubahan volume yang
mengakibatkan memburuknya sifat beton. Hal ini, dapat muncul dalam bentuk
perubahan setempat hingga terjadi retakan permukaan atau disintegrasi pada suatu
kedalaman yang cukup besar. Kerusakan yang terjadi dapat bervariasi dari kenampakan
(Tjokrodimuljo,1996) :
a. Kering tungku; benar benar tdak berair ini berarti dapat secara penuh menyerap air.
b. Kering udara; butir butir agregat kering permukaannya tetapi mengandung sedikit
air didalam porinya. Oleh karena itu pasir dalam tingkat ini masih dapat sedikit
menyerap air.
c. Jenuh kering muka; pada tingkat ini tidak ada air dipermukaan tetapi butir butirnya
d. Basah; pada tingkat ini butir butir mengandung banyak air, baik dipermukaan
maupun di dalam butiran, sehingga bila dipakai untuk campuran akan memberi air.
volume itu disebabkan karena adanya lapisan tipis (selaput permukaan air) air disekitar
butir butir pasir. Ketebalan lapisan air itu bertambah dengan bertambahnya kandugan
air didalam pasir, dan ini berarti pengembangan volume secara keseluruhan. Akan tetapi
pada suatu kadar air tertentu, volume pasir mulai berkurang dengan bertambahnya kadar
air. Pada kadar air tertentu pula, besar penambahan volume pasir itu menjadi nol, berarti
Modulus halus butir adalah suatu indek yang dipakai untuk menjadi ukuran
kehalusan atau kekasaran butir butir agregat. Modulus halus butir ini didefinisikan
sebagai jumlah besar komulatif dari butir butir agregat yang tertinggal diatas suatu set
Makin besar nilai modulus halus menunjukkan bahwa makin besar butir butir
agregatnya. Pada umumnya pasir mempunyai modulus halus butir antara 1,5 sampai 3,8
B. Trass
Trass adalah batuan gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi kimia
yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah. Bahan galian ini
berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan, kompak dan padu dan agak sulit
digali dengan alat sederhana. Kegunaan trass adalah untuk bahan baku batako, industri
(http://www.garut.go.id/static/sda/pertambangan.php).
Pozolan alam atau yang lazim disebut Trass, adalah hasil lapukan batuan gunung
berapi yang banyak mengandung silika, yang dalam keadaan halus bila dicampur dengan
kapur dan air setelah beberapa waktu akan membentuk masa yang padat, keras dan tidak
larut dalam air .Trass merupakan bahan pozolan alam karena sebagian besar terdiri dari
unsur unsur silika dan atau aluminat yang reaktif (Persyaratan Umum Bahan Bangunan
Trass dapat dipakai sebagai bahan tambahan atau sebagai pengganti sebagian
semen portland. Bila dipakai sebagai pengganti semen portland, umumnya berkisar antara
10 sampai 35 persen dari berat semen. Bahan tambahan ini dapat membuat beton lebih
tahan terhadap garam, sulfat, dan air asam. Laju kenaikan kekuatannya lebih lambat dari
pada beton normal dan pada umur 28 hari kuat tekannya lebih rendah dari beton normal,
namun setelah tiga bulan ( 90 hari ) kuat tekannya dapat sedikit lebih tinggi.
Trass mengandung unsur silikat dan aluminat dimana apabila unsur tersebut
bereaksi dengan kapur bebas yang merupakan hasil sampingan proses hidarsi antara
semen dan air menjadi kalsium silikat hidrat (Tobermorite). Secara sederhana proses
CH + S + H C S H .................................................................. (2-1)
Dan
CH + A + H C A H .................................................................. (2-2)
Keterangan :
CH = kalsium hidroksida ( kapur bebas )
S = silikon dioksida (SiO2)
A = alumunium oksida ( Al2O3)
C-S-H = kalsium silikat hidrat
Trass digunakan untuk bahan baku batako, industri semen, campuran bahan
bangunan dan semen alam. Trass sebagai bahan untuk campuran adukan pasangan dan
plesteran dinding harus memenuhi syarat. Persyaratan mutu yang harus dipenuhi oleh
trass dan semen merah dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut :
Trass yang digunakan pada penelitian ini adalah trass yang berasal dari daerah
Jawa Tengah . Khususnya trass yang berasal dari Gunung Muria, Kudus. Trass Muria
memiliki bahan penyusun kimia yaitu SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, Na2O, K2O, MnO,
TiO2, P2O5, SO3. Jumlah kandungan senyawa kimia trass Muria dapat dilihat pada Tabel
C. Semen Portland
Semen portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis (dapat mengeras jika
bereaksi dengan air) dengan gips sebagai bahan tambahan (SK SNI S-04-1989, 1989: 1).
Persentasi dari oksida oksida yang terkandung didalam semen portland adalah sebagai
berikut :
1. Kapur ( CaO) : 60 66 %
2. Silika (SiO2) : 16 25 %
3. Alumina (Al2O3) : 3 8 %
4. Besi : 1 - 5 %
Beberapa jenis dari semen portland dibuat dengan mengadakan variasi baik dalam
senyawa tersebut diatas saling bereaksi di dalam tungku dan membentuk senyawa
senyawa kompleks dan biasanya masih terdapat kapur sisa karena tidak cukup bereaksi
Silikat dan aluminat yang terkandung dalam semen portland jika bereaksi dengan
air akan menjadi perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi
membentuk media perekat ini disebut dengan hidrasi (Tjokrodimulyo, 1996). Reaksi
kimia semen bersifat exothermic dengan panas yang dihasilkan mencapai 110
kalori/gram. Akibatnya dari reaksi exothermic terjadi perbedaan temperatur yang sangat
Proses reaksi kimia semen dengan air sehingga membentuk masa padat ini juga
masih belum bisa diketahui secara rinci karena sifatnya yang sangat kompleks. Rumus
kimia yang dipergunakan juga masih bersifat perkiraan untuk reaksi kimia dari unsur C2S
D. Air
Air mempunyai 2 fungsi, yang pertama untuk memungkinkan reaksi kimia yang
sebagai pelicin campuran kerikil, pasir dan semen agar memudahkan pencetakan. Air
diperlukan untuk bereaksi dengan semen serta menjadi bahan pelumas antara butir-butir
agregat sehingga mudah dipadatkan. Di dalam penggunaannya, air tidak boleh terlalu
Air yang digunakan untuk pembuatan mortar/beton harus bersih dan tidak
mengandung minyak, tidak mengandung alkali, garam-garaman, zat organis yang dapat
merusak beton atau baja tulangan. Air tawar yang biasanya diminum baik air diolah oleh
PDAM atau air dari sumur yang tanpa diolah dapat digunakan untuk membuat mortar.
Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari Laboratorium Bahan
Bangunan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang. Air tersebut harus
memenuhi syarat menurut SKSNI S-04-1989-F, persyaratan air sebagai bahan bangunan
2. Tidak mengandung garam-garaman yang merusak beton (asam dan zat organik) lebih
dari 15 gram/liter. Kandungan khlorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa
5. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat
secara visual.
6. Jika dibanding dengan kekuatan tekan adukan beton yang memakai air suling,
penurunan kekuatan adukan yang memakai air yang diperiksa tidak lebih dari 10%.
7. Semua air yang mutunya meragukan dianalisa secara kimia dan dievaluasi mutunya
menurut pemakaian.
8. Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat di atas, air tidak boleh
E. Mortar
1. Pengertian Mortar
Mortar adalah campuran yang terdiri dari agregat halus, bahan pengikat dan air
dengan cara diaduk sampai homogen. Mortar sering digunakan sebagai bahan plesteran,
pekerjaan pasangan dan banyak pekerjan lainnya. Bahan perekat yang digunakan dapat
bermacam macam, yaitu tanah liat, kapur, semen merah ( bata merah yang dihaluskan )
2. Jenis Mortar
empat jenis
Mortar lumpur dibuat dari campuran pasir, tanah liat/lumpur dan air. Pasir, tanah
liat dan air tersebut dicampur sampai rata dan mempunyai kelecekan yang cukup baik.
Jumlah pasir harus diberikan secara tepat untuk memperoleh adukan yang baik. Terlalu
sedikit pasir menghasilkan mortar yang retak retak setelah mengeras sebagai akibat
besarnya susutan pengeringan. Terlalu banyak pasir menyebabkan adukan kurang dapat
melekat. Mortar ini biasanya dipakai sebagai bahan tembok atau bahan tungku api didesa.
Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur dan air. Kapur dan pasir mula
mula dicampur dalam keadaan kering, kemudian ditambahkan air. Air diberikan
secukupnya agar diperoleh adukan yang cukup baik ( mempunyai kelecakan baik ).
Selama proses pengerasan kapur mengalami susutan, sehingga jumlah pasir umumnya
dipakai 2 atau 3 kali volume kapur. Mortar ini biasa dipakai untuk pembuatan tembok
bata.
Mortar semen dibuat dari campuran pasir, semen portland dan air dalam
perbandingan campuran yang tepat. Perbandingan antara volume semen dan volume pasir
berkisar antara 1 : 2 dan 1 : 6 atau lebih besar. Mortar ini kekuatannya lebih besar dari
pada kedua mortar terdahulu, oleh karena itu biasa dipakai untuk tembok, pilar, kolom
atau bagian lain yang menahan beban. Karena mortar ini rapat air maka juga dipakai
untuk bagian luar dan yang berada dibawah tanah. Pasir dan semen mula mula
dicampur secara kering sampai merata diatas suatu tempat yang rata dan rapat air.
Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar kapur dan
mortar semen dengan tujuan tertentu. Mortar ringan diperoleh dengan menambahkan
asbestos fibers, jute fibers ( serat rami ), butir kayu, serbuk gergajian kayu dan
sebagainya. Mortar ini digunakan untuk bahan isolasi panas atau peredam suara. Selain
itu juga ada mortar tahan api, diperoleh dengan menambahkan bubuk bata-api dengan
aluminous cement, dengan perbandingan satu aluminous cement dan dua bubuk bata-api.
Mortar harus memenuhi standar untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Mortar
a. Murah.
b. Tahan lama (awet) dan tidak mudah rusak oleh pengaruh cuaca.
adukan yang tertentu pula. Sebagai contoh untuk bangunan yang bertingkat banyak
4. Pegujian Mortar
Tujuan dari pengujian mortar adalah untuk mendapatkan nilai kuat tarik, kuat tekan,
serapan air dan nilai lekatan mortar pada umur tertentu yang digunakan untuk mengetahui
mutu mortar.
Kuat tekan adalah kemampuan mortar untuk menahan gaya luar yang datang pada
arah sejajar serat yang menekan mortar. Mortar yang digunakan untuk bahan bangunan
harus mempunyai kekuatan terutama untuk pasangan dinding batu bata, pasangan batako
Pasangan dinding menerima beban tekan yang diakibatkan oleh pengaruh dari atas, angin
kekuatan adukan mortar, hanya untuk kondisi tertentu dianjurkan menggunakan jenis
campuran tertentu pula. Beberapa negara sudah mencantumkan kekuatan adukan mortar.
berikut :
a. Mortar tipe M
Mortar tipe M adalah adukan dengan kuat tekan yang tinggi, dipakai untuk dinding
bata bertulang, dinding dekat tanah, pasangan pondasi, adukan pasangan pipa air kotor,
adukan dinding penahan dan adukan untuk jalan. Kuat tekan minimumnya adalah 175
kg/cm2.
b. Mortar tipe N
Mortar tipe N adalah adukan kuat tekan sedang, dipakai bila tidak disyaratkan
menggunakan tipe M, tetapi diperlukan daya rekat tinggi serta adanya gaya samping.
Mortar tipe S adalah adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk pasangan
d. Mortar tipe O
Mortar tipe O adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk konstruksi
dinding yang tidak menahan beban yang lebih dari 7 kg/cm2 dan gangguan cuaca tidak
e. Mortar tipe K
Mortar tipe K adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk pasangan
dinding terlindung dan tidak menahan beban, serta tidak ada persyaratan mengenai
Menurut Tjokrodimulyo (1996), uji kuat tekan dilakukan dengan membuat kubus
mortar berukuran 50 mm sampai 100 mm. Pengujian dilakukan setelah mortar mengeras
dengan menggunakan mesin uji tekan. Nilai kuat tekan didapat dengan membagi besar
beban maksimum (N) dengan luas tampang (mm2). Gambar 2.1 menunjukkan kubus
50mm
50mm
50mm
Gambar 2.1 Benda uji kuat tekan mortar
pembuatan mortar maupun porositas pasta semen itu sendiri. serapan air adalah
persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu agregat jika direndam dalam air. Pori
dalam butir agregat mempunyai ukuran dengan variasi cukup besar. Pori pori tersebar
diseluruh butiran, beberapa merupakan pori pori yang tertutup dalam materi, beberapa
yang lain terbuka terhadap permukan butiran. Beberapa jenis agregat yang sering dipakai
(Tjokrodimuljo,1996).
Menurut Tjokrodimuljo (1996) bahwa dalam adukan beton atau mortar, air dan
semen membentuk pasta yang disebut pasta semen. Pasta semen ini selain mengisi pori
pori diantara agrerat halus, juga bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses
pengerasan, sehingga butir butiran gregat saling terikat kuat dan terbentuklah suatu
massa yang kompak atau padat. Penyebab semakin meningkatnya daya serap air adalah
semakin meningkatnya porositas mortar semen sebagai akibat kelebihan air yang tidak
bereaksi dengan semen. Air ini akan menguap atau tinggal dalam mortar semen yang
akan menyebabkan terjadinya pori pori ( capillary pores) pada pasta semen sehingga
akan menghasilkan pasta yang porous, hal ini akan menyebabkan semakin berkurangnya
Kuat tarik adalah ukuran kuat mortar yang diakibatkan oleh suatu gaya yang
cenderung untuk memisahkan sebagian mortar akibat tarikan. Uji kuat tarik dilakukan
dengan membuat mortar dalam bentuk angka delapan. Benda uji ini setelah keras
kemudian ditarik dengan benda uji cemen briqquettes. Nilai kuat tarik yang diperoleh
dihitung dari besar beban tarik maksimum ( N ) dibagi dengan luas penampang yang
Kelemahan struktur berbahan dasar beton/mortar adalah kuat tarik yang rendah
memperbaiki sifat kurang baik, yaitu kuat tarik dan lentur dengan cara penambahan
bahan tambah, baik yang bersifat kimiawi maupun fisikal pada adukan. Gambar benda uji
F. Tinjauan Pustaka
bahwa pemanfaatan pozolan dan kapur sebagai bahan baku pembangunan rumah dapat
dilakukan sepanjang bahan baku memenuhi syarat. Semen berbasis pozolan merupakan
alternatif untuk mengurangi harga bangunan yang berarti pula dapat mengurangi biaya
pembangunan rumah.
Dari hasil penelitian Hidayat, dkk (1995), tentang mutu trass, kapur dan semen
pozolan kapur di daerah Kudus dan Grobogan diperoleh hasil bahwa trass yang mutunya
memenuhi SK SNI 04 1989 F, adalah yang berasal dari Desa Krajan mencapai mutu
I, dari Desa Rahtawu II hanya mencapai mutu III, sedangkan yang berasal dari daerah
Menurut Prasetyo (2000) bahwa pengaruh penambahan trass terhadap kuat tekan
dan modulus elastisitas beton yang diberi perawatan tekanan uap (steam curing) dengan
ditentukan dalam rencana adukan (mix design). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan trass berpengaruh terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas beton yang di
beri perawatan tekanan uap. Kuat tekan beton optimum terjadi pada penambahan trass 17
% yaitu sebesar 165,207 kg/cm2 atau meningkat sebesar 43 % dari beton yang tidak
penambahan trass 13 % yaitu sebesar 107.507 kg/cm2 atau meningkat sebesar 9,3 % dari
Dari penelitian Majid (2001), tentang kajian kuat desak beton dengan
menggunakan trass alam sebagai subtitusi semen dengan variasi prosentase trass 0%,
5%, !0%, 15%, 20%, 25% dan 30%, diperoleh hasil bahwa penggunaan trass alam dari
Banjarnegara pada pembuatan beton dapat meningkatkan laju kenaikan kuat desak beton
pada umur 7 hari sampai 14 hari. Pada umur setelah 14 hari hingga 28 hari laju kenaikan
kuat desak beton cenderung menurun. Laju kenaikan kuat desak beton trass dapat dilihat
Dar hasil penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan trass sampai prosentase
30% masih dapat untuk menghasilkan beton mutu kelas II yaitu beton dengan kuat desak
10Mpa sampai 20 Mpa. Penggantian semen dengan trass sampai 20% masih dapat
menghasilkan beton yang disyaratkan yaitu 20 Mpa, sedangkan penggantian semen lebih
dari 20% kuat desaknya kurang dari beton yang disyaratkan. Hasil penelitian kuat desak
METODE PENELITIAN
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Air
Air yang digunakan dalam penelitian diambil dari jaringan air bersih dari
Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang. Secara visual air
2. Semen
Semen yang digunakan adalah semen portland type I produksi PT. Tonasa. Menurut
3. Agregat Halus
Pasir yang digunakan dalam penelitian adalah pasir Muntilan kabupaten Magelang,
Jawa Tengah.
4. Trass
Trass yang digunakan adalah trass Muria diambil dari Kabubaten Kudus, Jawa
Tengah.
B. Alat Penelitian
1. Ayakan
a. Ayakan dengan diameter berturut-turut 4,8 mm, 2,40 mm, 1,2 mm, 0,6 mm, 0,3 mm,
0,15 mm yang dilengkapi dengan tutup pan dan alat penggetar dengan merk Tatonas.
b. Ayakan dengan diameter 0,075 mm dengan merk Tatonas, untuk pemeriksaan trass
yang akan digunakan sebagai bahan ikat tambahan dan digunakan untuk pemeriksaan
2. Timbangan
contoh mortar.
3. Gelas ukur
Gelas ukur volume 250 ml digunakan pada pemeriksaan kandungan zat organis
dalam pasir. Gelas ukur volume 50 ml, 100 ml, 250 ml, 1000 ml, digunakan untuk
mengukur volume air yang dibutuhkan untuk adukan mortar semen dan juga untuk
Baskom digunakan sebagai tempat untuk penyimpanan bahan susun adukan mortar
5. Picknometer
Picknometer, digunakan untuk mencari berat jenis pasir dengan kapasitas 500
gram.
6. Oven
7. Bejana baja
Bejana baja dengan diameter 225 mm, tinggi 244 mm, digunakan untuk mengetahui
berat satuan pasir dalam kondisi dipadatkan maupun tidak dipadatkan dilengkapi dengan
8. Desikator
Desikator, digunakan untuk mendinginkan bahan benda uji setelah dikeluarkan dari
oven.
untuk pengujian kuat tekan pada benda uji kubus dan cetakan seperti angka delapan
Mesin merk The Creteanggle Multi Flow dengan motor listrik, berkapasitas 60
Alat uji tekan dan uji tarik yang digunakan adalah mesin uji desak ( Compression
Tension Machine) merk indotest dengan kapasitas kuat tekan 150 ton dengan kecepatan
sebelum dicetak. Meja sebar yang digunakan adalah Compressive Of Hydraulic Mortar
a. Alas meja yang berbentuk lingkaran dan terbuat dari kuningan dengan diameter 300
mm dan ketebalan 20 mm. Pada permukaan alas terdapat empat garis yang masing
masing membentuk sudut 450 yang digunakan untuk pembacaan nilai sebar mortar
b. Kerucut kuningan yang mempunyai diameter atas 69,8 mm dan diameter bawah 102
c. Jangka sorong khusus yang terbuat dari kuningan dengan skala yang menunjukan
d. Penumbuk yang terbuat dari kuningan, yang digunakan untuk pemadatan mortar yang
akan diuji didalam kerucut kuningan yang diletakkan di atas alas meja sebar.
C. Pelaksanaan Penelitian
Teknik Sipil Fakultas Teknik Univesitas Negeri Semarang. Adapun tahap tahap
pelaksanaan penelitian ini meliputi tahap persiapan, tahap perhitungan kebutuhan bahan
susun adukan mortar, tahap pembuatan benda uji, perawatan dan pelaksanaan pengujian.
visual. Semen diamati warna dan kehalusan butirnya, kemudian jika terdapat gumpalan
Tujuan untuk mengetahui variasi diameter butiran pasir dan modulus kehalusan
pasir. Alat yang digunakan yaitu satu set ayakan 4,8mm, 2,4 mm, 1,2mm, 0,6mm,
a. Mengeringkan pasir dalam oven dengan suhu 1100 C sampai beratnya tetap.
c. Menyusun ayakan sesuai dengan urutannya, ukuran terbesar diletakkan paling atas
yaitu : 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15mm.
d. Memasukkan pasir dalam ayakan paling atas, tutup dan diayak dengan cara
digetarkan selama 10 menit kemudian pasir didiamkan selama 5 menit agar pasir
tersebut mengendap.
pasir yang lolos pada masing-masing ayakan. Nilai modulus halus butir pasir dihitung
seratus.
a. Mengeringkan pasir dalam tungku pemanas (oven) dengan suhu 1100 C sampai
beratnya tetap, selanjutnya pasir didinginkan pada suhu ruang kemudian rendam pasir
terbuang. Pasir di biarkan diatas nampan dan di keringkan sampai keadaan jenuh
kering muka. Untuk pemeriksaan jenuh kering muka dilakukan dengan memasukkan
pasir pada kerucut terpancung dan di padatkan dengan menumbuk sebanyak 25 kali.
Pada saat kerucut diangkat pasir akan runtuh tetapi masih berbentuk kerucut.
masukkan air dalam piknometer hingga mencapai 90% isi piknometer, memutar dan
didalamnya.
d. Merendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan
f. Pasir dikeluarkan dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 1100 C sampai beratnya
g. Piknometer dibersihkan lalu diisi air sampai penuh kemudian ditimbang (W3).
a. Mengambil pasir yang telah kering oven selama 24 jam dengan suhu 1100 C seberat
100 gr ( W1).
b. Mencuci pasir dengan air bersih yaitu dengan memasukkkan pasir kedalam gelas ukur
dan didiamkan selama 2 menit. Air yang kotor dibuang tanpa ada pasir yang ikut
itu pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 1100 C selama 24 jam.
d. Setelah 24 jam pasir dikeluarkan dalam oven dan didinginkan hingga mencapai suhu
b. Contoh pasir pada kadar air 18,040 % dimasukkan ke dalam silinder baja yang
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sifat kekal pasir dari cuaca. Alat yang
Bahan bahan yang digunakan yaitu pasir, larutan jenuh Na2SO4 dan larutan jenuh
MgSO4.
a. Mengambil sampel agregat yang telah dicuci dan keringkan dalam oven sebanyak 300
gr selama 24 jam. Setelah 24 jam pasir dikeluarkan dari oven dan dibiarkan dingin
kemudian masukkan pasir dalam 3 buah gelas sehingga masing masing gelas berisi
100 gr dan diisi larutan jenuh Na2SO4 dan MgSO4. pada masing masing gelas.
b. Setelah itu direndam selam 24 jam kemudian sampel pasir dicuci diatas ayakan 0,075
ditimbang.
1.3 Trass
Pemeriksaan trass dilakukan dengan secara visual yaitu trass yang masih berupa
batuan dihaluskan dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Trass yang dipakai sebagai
bahan ikat tambahan harus lolos ayakan 0.075 mm. Pengujian berat satuan trass
a. Mengambil sampel trass yang telah dikeringkan dalam oven dengan waktu 24 jam.
piknometer agar semua sampel terbasahi oleh air, namun jangan ada yang tertumpah.
atas kompor, setelah gelembung udaranya hilang, dinginkan sehingga suhunya sama
dengan suhu ruangan. Menambahkan air lagi sampai memenuhi piknometer dan
suhunya (t o C).
i. Membuang air dan sampel trass yang ada dalam piknometer kemudian dibersihkan,
selanjutnya mengisi piknometer dengan air destilasi yang bersih hingga penuh.
a. Mengambil sampel trass 3 bagian dengan berat masing-masing sebesar 100 gr (W1).
b. Menuangkan trass dalam cawan yang telah ditimbang terlebih dahulu beratnya (W3)
setelah itu tras dikeringkan dalam oven dengan suhu 1100 C selama 24 jam.
c. Setelah 24 jam cawan yang berisi trass dikeluarkan darioven dan didinginkan hingga
1.4 Air
Pemeriksaan terhadap air dilakukan secara visual yaitu air harus bersih, tidak
mengandung lumpur, minyak dan garam sesuai dengan persyaratan air untuk minum. Air
yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari Laboratorium Bahan Bangunan
dari masing-masing komposisi campuran yaitu semen portland, trass, pasir dan air.
perbandingan volume.
kering hingga homogen dalam bak adukan. Langkah ini dilakukan agar pencampuran
bahan-bahan tersebut bisa lebih mudah dan merata sehingga diharapkan mendapat
b. Tuangkan air ke dalam bak adukan dengan merata, kemudian aduk hingga didapatkan
c. Diamkan selama kurang lebih 1 menit, di dalam bak adukan, kemudian aduk kembali
Syarat diameter rata-rata (dr) dari hasil uji sebar adalah 1 1,15 kali diameter
semula (ds). Diameter cincin meja uji sebar adalah 100 mm, jadi diameter rata-rata
maksimum yang diijinkan adalah 115 mm. Langkah-langkah dalam uji sebar mortar
a. Setelah pasta mortar sudah diaduk dan siap digunakan, siapkan alat uji sebar mortar.
b. Letakkan cincin sebar di atas meja sebar, lalu isi dengan pasta mortar hingga kurang
lebih ½ dari cincin, padatkan dengan alat pemadat kurang lebih 20 kali tumbukan.
c. Ratakan permukaan atas mortar dalam cincin sebar dan bersihkan mortar yang
d. Angkat cincin sebar perlahan-lahan sehingga di atas meja sebar terbentuk kerucut
terpancung.
e. Meja sebar digetarkan sebanyak 25 kali selama 15 detik dengan tinggi jatuh meja ½
f. Ukur diameter bawah mortar di atas meja sebar, minimal dari 4 arah yang berbeda,
g. Jika hasil diameter rata-rata mortar lebih dari 115 mm, maka pengujian diulangi
pembuatan benda uji mortar. Langkah pembuatan benda uji mortar adalah sebagai berikut
( Andoyo,2002 ) :
a. Mengaduk kembali mortar yang ada didalam mangkok dengan sendok pengaduk
lapis dan setiap lapis dipadatkan ± 32 kali. Pencetakan kubus mortar harus sudah
e. Mengumpulkan kubus kubus mortar untuk disimpan di tempat tertentu untuk masa
tempat yang lembab. Masa perawatan diperkirakan sekitar 90 hari karena mortar tersebut
menggunakan bahan tambah pozolan, di mana bahan yang mengandung pozolon bila
dipakai sebagai pengganti semen portland laju kenaikan kekuatannya lebih lambat
daripada beton normal, dan baru dapat lebih tinggi kekuatanya sesudah umur 90 hari
(Tjokrodimuljo,1996).
4. Pengujian Mortar
a. Masing-masing benda uji diukur panjang, lebar, tingginya dan ditimbang beratnya
b. Letakkan benda uji pada mesin uji tekan secara simetris, Jalankan mesin tekan dengan
Plat Landasan
Mortar
Plat Landasan
a. Mortar yang telah berumur 90 hari direndam dalam air selama 24 jam setelah 24 jam
c. Setelah 24 jam, mortar dikeluarkan dari oven dan didinginkan selama beberapa menit,
a. Membuat mortar seperti angka delapan dengan 5 buah benda uji untuk masing
masing variasi
b. Setelah mortar berumur 90 hari dilakukan pengujian tarik dengan alat uji Cement
Briquettes.
Gambar 3.2 Alat uji tarik mortar (Cement Briquettes)
W2
BulkSpesif ikGrafity = .................................. (3-1)
(W1 + W0 − W3 )
W0
BulkSpesif ikGrafity SSD = .................................. (3-2)
(W1 + W0 − W3 )
W2
Apparent Spesifik Grafity = ................................... (3-3)
(W1 + W2 − W3 )
W0 − W2
Absorbsi = x100% ................................... (3-4)
W2
Dimana,
W1 − W2
Kandungan Lumpur = x100% ................................... (3-5)
W1
Dimana :
W 2 − W1
Kekekalan butir pasir = x100% .................................. (3-6)
W1
Dimana :
W1 = Berat pasir atau setelah dicuci kemudian dikeringkan dalam oven (gram)
W2 = Berat pasir atau trass setelah direndam larutan Na2SO4 atau MgSO4(gram)
W3
Berat satuan pasir = .......................................................... (3-7)
V
Dimana :
A = W2 W1 ............................................................................ (3-9)
B = W3 W4 ............................................................................ (3-10)
C =A B ................................................................................ (3-11)
A
Berat Jenis = ........................................................................ (3-12)
C
Dimana :
W 1 − (W 2 − W 3)
Kadar air trass = x100% ............................... (3-13)
(W 2 − W 3)
Dimana :
P
fc = ...................................................................................... (3-14)
A
Dimana :
W2 − W1
Serapan air = x100% ................................................ (3-15)
W1
Dimana :
P
f trk = .................................................................................... (3-16)
A
Dimana :
D. Variabel Penelitian
E. Analisa Data
Data yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah nilai kuat tekan, kuat tarik
dan serapan air. Data yang diperoleh dari penelitian diplotkan dalam bentuk grafik untuk
menyatakan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebelum diplotkan
dalam bentuk grafik terlebih dahulu data diurutkan dari nilai yang tertinggi ke nilai yang
terendah. Hubungan titk titik data dibuat dengan diagram garis ( line type )