You are on page 1of 15

UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah : Landasan Pendidikan

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Si

Oleh:

Nama : SUHADI
NIM : 0301510058
ROMBEL : B-2

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


PROGRAM PASCASARJANA S-2
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
TAHUN 2010
0
SOAL UJIAN AKHIR MATA KULIAH LANDASAN KEPENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL S-2
SEMESTER SATU TAHUN 2010
WAKTU 90 MENIT

Pertanyaan
1. Ada beberapa rumusan hakikat manusia dan rumusan hakikat pendidikan. Buktikan
dengan 2 contoh bahwa ada hubungan logis dan konsisten antara kedua rumusan
tersebut!
2. Dewasa ini semakin berkembang isu tentang krisis kewibawaan guru.
a. Jelaskan dengan perfektif landasan kependidikan mengapa banyak terjadi krisis
kewibawaan guru!
b. Uraikan dengan ringkas usaha-usaha untuk menanggulangi krisis kewibawaan guru
terebut!
3. Globalisasi dan Pendidikan
a. Jelaskan alur pikir yang sistematis pengaruh globalisasi terhadap manajemen
pendidikan di Indonesia!
b. Jelaskan pula usaha-usaha untuk meningkatkan akselerasi pencapaian mutu
pendidikan agar dapat menjawab tantanga globalisasi!
4. Otonomi dan Desentralisasi Pendidikan
a. Jelaskan perbedaan konsep otonomi pendidikan dan desentralisasi pendidikan!
b. Jelaskan pula logika pikiran Anda tentang pengaruh otonomi pendidikan terhadap
peningkatan kualitas dan relevansi!
5. Ada beberapa masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini yang mendesak
untuk segera mendapat perhatian dan pemecahannya. Sebutkan dan jelaskan masalah-
masalah pendidikan dan bagaimana pemecahannya menurut Saudara!

1
1. Ada beberapa rumusan hakikat manusia dan rumusan hakikat pendidikan. Buktikan
dengan 2 contoh bahwa ada hubungan logis dan konsisten antara kedua rumusan
tersebut!
JAWAB
Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas maka perlu dijelaskan lebih dahulu
tentang hakikat manusia dan hakikat pendidikan kemudian baru menjelaskan hubungan
logis dan konsisten di antara keduanya.
1) Hakikat manusia
(a) Manusia sebagai mahluk pebelajar
Hakikat manusia sebagai mahluk pebelajar, artinya bahwa manusia adalah selalu
belajar di sepanjang hayatnya. Ia belajar dari pengalaman-pengalaman yang
didapatnya dalam kehidupan sehingga pengetahuannya selalu berkembang
sesuai dengan pengalaman empiris yang diperolehnya.
(b) Manusia sebagai mahluk sosial
Hakikat manusia sebagai mahluk sosial, artinya bahwa manusia adalah mahluk
yang membutuhkan keberadaan orang lain dalam hidupnya. Tanpa kehadiran
orang lain di sekitarnya manusia tidak dapat hidup dengan manusiawi. Sebagai
mahluk sosial manusia berinteraksi dengan sesamanya. Sebagai mahluk sosial
akan tercipta masyarakat.
(c) Manusia sebagai mahluk berbudaya
Hakikat manusia sebagai mahluk berbudaya berarti bahwa mempunyai cipta,
rasa dan karsa. Dengan cipta, rasa dan karsanya, manusia menciptakan budaya
yang menuntun tingkah lakunya. Tingkah laku yang sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat.
(d) Manusia sebagai mahluk religius
Manusia sebagai mahluk religius artinya bahwa manusia menyadari adanya
kekuatan-kekuatan di luar kemampuanya yang mempengaruhi kehidupannya
yaitu Tuhan. Manusia mempunyai keyakinan bahwa setiap perbuatan yang
dilaksanakannya di dunia akan berdampak di kehidupan kelak. Perbuatan yang
jelek atau dosa akan mendapatkan balasan neraka dan sebaliknya perbuatan baik
akan mendapatkan balasan sorga. Jadi nilai-nilai religius ini menuntun manusia
untuk berperilaku baik/bermoral
(e) Manusia sebagai mahluk berakal
Manusia sebagai mahluk berakal artinya manusia berbeda dengan mahluk lain
seperti binatang. Dengan akalnya, manusia menjadi mahluk yang cerdas karena
manusia mampu berfikir.
(f) Manusia sebagai mahluk biologis
Manusia sebagai mahluk biologis maksudnya manusia adalah mahluk yang
tumbuh dan berkembang secara fisik. Manusia tumbuh dari kecil sampai besar
dan berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, taruna dan dewasa. Untuk
pertumbuhan fisiknya manusia memerlukan makan, minum, istirahat dan
kebutuhan-kebutuhan biologisnya. Sedangkan untuk berkembang dari masa
anak-anak hingga dewasa memerlukan kebutuhan yang bersifat psikologis.

2) Pendidikan merupakan usaha sadar guna menyiapkan masa depan peserta didik. Hal
ini berarti pendidikan merupakan suatu proses mempengaruhi dan proses
pembiasaan.
Hakikat Pendidikan adalah:
(a) kecerdasan
Hakikat pendidikan adalah kecerdasan, artinya bahwa setiap usaha sadar
menyiapkan peserta didik agar memiliki kecerdasan. Proses pendidikan harus
mampu mengembangkan perkembangan kognitif peserta didik dengan
pembiasaan-pembiasan belajar yang baik dan benar.
(b) kesejahteraan

2
Hakikat pendidikan adalah kesejahteraan, artinya bahwa proses pendidikan
harus mampu mengembangkan kemandirian dan ketrampilan hidup sehingga
peserta didik kelak dapat mewujudkan kesejahteraan hidupnya. Singkat kata
pendidikan harus dapat menjamin kesejahteraan masyarakat.
(c) kearifan
Hakekat pendidikan adalah kearifan, hal ini mengandung maksud bahwa
pendidikan harus dapat menghasilkan manusia-manusia yang arif, humanis dan
religius. Untuk menghasilkan manusia yang arif, maka penyelenggaraan
pendidikan juga harus didasari dengan kearifan. Gurunya arif, kurikulumnya arif
dan lain-lain.
(d) kejujuran
Hakikat pendidikan adalah kejujuran, artinya pendidikan harus mampu
menjadikan peserta didik yang jujur. Mengingat kejujura adalah hal yang
penting dalam kehidupan. Kalau semua orang bisa jujur maka tidak ada
penyimpangan, tidak ada korupsi, tidak ada kolusi dan lain-lain. Oleh karena
pendidikan itu merupakan suatu proses mempengaruhi dan proses pembiasaa
maka agar peserta didik kelak menjadi manusia yang jujur maka pendidik juga
harus bersikap jujur, dan anak-anak juga harus dibiasakan bersikap jujur.
(e) keadilan
Hakikat pendidikan adalah keadilan artinya pendidikan harus dilaksanakan
dengan keadilan. Adil tidak pandang bulu. Adil apa adanya, tidak ada
perlakukan deskriminasi pada peserta didik.
(f) kedamaian
Hakikat pendidikan adalah kedamaian artinya pendidikan harus dilaksanakan
dalam suasana damai, tidak ada ancaman, tidak ada kekerasan. Intinya peserta
didik dibuat merasa nyaman dalam proses pendidikan.

3) Ada hubungan logis dan konsisten antara hakikat manusia dengan hakikat
pendidikan. Hubungan tersebut adalah hubungan sebab akibat (kausalitas) misalnya
hakikat manusia sebagai mahluk berakal, kemudian hakikat pendidikan adalah
kecerdasan. Agar akal manusia bisa berkembang dengan baik membutuhkan
pendidikan. Setelah mengalami proses pendidikan manusia(peserta didik) menjadi
pandai. Dengan kepandaiannya manusia bisa memajukan pendidikan. Majunya
pendidikan dapat membawa kemaslahatan umat.
Contoh hubungan logis dan konsisten hakikat manusia dan hakikat pendidikan
(a) Hubungan logis dan konsisten antara hakikat manusia sebagai mahluk berakal
dan pebelajar dengan hakikat pendidikan adalah kecerdasan.
Pendidikan merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik agar peserta didik
itu memiliki kecerdasan. Sedangkan peserta didik adalah manusia. Hal ini
berarti manusia mempunyai hak cerdas, mempunyai hak untuk berkembang
kemampuan kognitifnya. Jadi disinilah letak hubungan logis dan konsistennya.
Manusia mempunyai hak cerdas dan pendidikan memenuhi hak tersebut dengan
menyelenggarakan pengajaran yang mempengaruhi perkem-bangan kecerdasan
dan pembiasaan yang cerdas pula.

Pendidikan yang bermutu mampu menjadikan peserta didik yang cerdas.


Kecerdasan inilah yang nantinya diharapkan menjadikan manusia yang berguna
bagi dirinya, masyarakatnya dan bangsanya.
Hubungan logis dan konsisten antara hakikat manusia sebagai mahluk berakal,
pebelajar dengan hakikat pendidikan adalah kecerdasan dapat digambarkan
dengan bagan sebagai berikut:

3
Peserta didik Pendidikan
memiliki hak adalah
cerdas kecerdasan

(b) Hubungan logis dan konsisten antara hakikat manusia religius dengan hekikat
pendidikan kearifan dan berketuhanan.
Manusia sebagai mahluk religius artinya bahwa manusia menyadari adanya
kekuatan-kekuatan di luar kemampuanya yang mempengaruhi kehidupannya
yaitu Tuhan. Manusia mempunyai keyakinan bahwa setiap perbuatan yang
dilaksanakannya di dunia akan berdampak di kehidupan kelak. Perbuatan yang
jelek atau dosa akan mendapatkan balasan neraka dan sebaliknya perbuatan baik
akan mendapatkan balasan sorga. Jadi nilai-nilai religius ini menuntun manusia
untuk berperilaku baik/bermoral.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terrencana agar peserta didik sebagai
mahluk religius semakin tinggi nilai spiritual dan religius. Maka pendidikan
harus berketuhanan yang maha esa. Semakin tinggi nilai spiritual dan nilai
religius pada diri peserta didik akan mempengaruhi kearifan, kedamaian,
kesejahteraan dengan dilandasi moral yang tinggi.
Nilai-nilai moral itu akan Nampak dari perilaku baik, yaitu perilaku yang sesuai
dengan ajaran Tuhan. Perilaku ahlakul karimah (ahlak mulia).
Hubungan logis dan konsisten kedua rumusan hakikat tersebut di atas dapat
digambarkan dengan bagan sebagai berikut :

Hakekat Land. Pend


manusia sbg Ketuhanan
mahluk Yang Maha
religius Esa

2. Dewasa ini semakin berkembang isu tentang krisis kewibawaan guru.


a. Jelaskan dengan perfektif landasan kependidikan mengapa banyak terjadi krisis
kewibawaan guru!
JAWAB
Guru adalah jabatan dan pekerja professional. Guru profesional merupakan
syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.
Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal
8: dinyatakan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Ada empat kompetensi pendidik yang harus dikuasai guru, yaitu: (1)
kompetensi profesional, (2) kompetensi paedagogik, (3) kompetensi kepribadian
dan kompetensi sosial.
Jika guru tidak menguasai kompetensi pendidik, tidak memiliki kualifikasi
akademik yang disyaratkan, serta tidak memiliki kemampuan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional maka kualitas pendidikan akan menjadi rendah. Rendanya

4
kualitas pendidikan juga akan menyebabkan terjadinya krisis kewibawaan guru
karena guru merupakan ujung tombak dalam system pendidikan.
Dari uraian tersebut maka dapat ditarik simpulan bahwa terjadinya krisis
kewibawan guru disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
(a) Banyak guru yang tidak memiliki kualifikasi akademik yang baik. Mereka
mungkin mempunyai ijazah dan akta mengajar namun kualitasnya rendah.
(b) Rendahnya kompetensi pendidik yang dimiliki guru.
Akibat rendahnya kompetensi pendidik yang harus dikuasai guru , yaitu (1)
kompetensi profesional, (2) kompetensi paedagogik, (3) kompetensi
kepribadian, dan (4) kompetensi sosial dapat menurunkan citra guru. Misalnya
pada kompetensi professional dan paedagogik. Kompetensi professional dan
paedagogik berkaitan dengan penyelesaian tugas keguruan dan pembelajaran.
Kedua kompetensi tersebut berupa kemampuan dalam penguasaan landasan
kependidikan, psikologi pengajaran, penguasaan materi pelajaran, penerapan
berbagai media dan metode pembelajaran, kemampuan merancang dan
memanfaatkan berbagai macam media/sumber belajar, kemampuan dalam
menyusun program pembelajaran, kemampuan dalam evaluasi pembelajaran,
kemampuan dalam mengembangkan kinerja pembelajaran.
Jika kemampuan-kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh guru maka guru tidak
dapat melaksanakan tugasnya dengan professional yang kemudian akan
berdampak pada penurunan krisis kewibawaan guru. Adanya praktik-praktik
yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
Ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan guru(Mulyasa,2009:20-30)
dalam praktek pembelajaran dilapangan yang dapat menimbulkan krisis
kewibawaan guru antara lain :
1) mengambil jalan pintas dalam pembelajaran;
2) menggunakan destructive discipline;
3) merasa paling pintar;
4) mengabaikan perbedaan peserta didik;
5) tidak adil (kurang demokratis);
6) memaksa hak peserta didik;
7) menunggu peserta didik berperilaku negative
Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial berkenan dengan
kemampuan guru dalam kehidupan bermasyarakat. Guru dianggap oleh
masyarakat sebagai sosok yang “digugu lan ditiru” menjadikan guru harus
berkepribadian baik dan berperan aktif dalam masyarakat.
Jika sosok guru yang seharusnya “digugu lan ditiru” berkepribadian jelek
dan acuh tak acuh (kurang peduli) dalam masyarakat maka akan dapat
menyebabkan terjadinya krisis kewibawaan guru.

(c) Kesejahteraan guru yang rendah, sehingga banyak guru yang kurang persiapan
dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar karena guru sibuk mencari
tambahan penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena kurangnya
persiapan untuk melaksanakan tugas dalam kegiatan belajar mengajar
menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan. Rendahnya kualitas pendidikan
akan disorotkan pada kinerja guru yang diangggap kurang professional. Hal ini
bisa dipahami karena masyarakat memandang bahwa ujung tombak pendidikan
ada pada guru.

b. Uraikan dengan ringkas usaha-usaha untuk menanggulangi krisis kewibawaan guru


terebut!
JAWAB
Usaha-usaha menanggulangi krisis kewibawaan guru dapat dilakukan dengan usaha
peningkatan kualitas tenaga pendidikan (guru). Peningkatan kualitas khususnya

5
dilakukan pada faktor-faktor penyebab terjadinya krisis kewibawaan guru. Adapun
usaha-usaha tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1) Peningkatan kualitas lulusan tenaga pendidikan dan kependidikan. Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK atau Perguruan Tinggi) sebagai
lembaga pencetak guru harus menghasilkan lulusan yang berkualitas.
2) Tingkatkan profesionalisme guru melalui pengembangan kompetensi pendidik
dengan PLPG atau dengan pendidikan profesi guru.
3) Perketat pelaksaanaan sertifikasi guru dalam jabatan melalui program
portofolio. Sehingga pemberian sertifikat pendidik benar-benar diberikan
kepada guru-guru yang professional.
4) Peningkatkan profesionalisme guru melalui program PPG (Pendidikan Profesi
Guru) merupakan suatu keniscayaan.
5) Berdayakan peran MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru
mengingat fungsi MGMP itu sendiri sebagai mitra pemerintah dalam
meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru terutama dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di kelas
sehingga mampu mengupayakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan
di sekolah.
6) Tingkatkan kesejahteraan guru. Pengakuan profesionalisme guru dengan
tugasnya yang berat dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus
diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan. JIka guru sejahtera diharapkan
akan mengoptimalkan kinerjanya dalam pembelajaran. Hal ini bisa dipahami
jika guru telah sejahtera maka ia tidak akan memikirkan hal-hal lain di luar
pekerjaannya.
7) Laksanakan supervisi pendidikan secara berkala dan rutin. Hal ini disebabkan
supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka
secara efektif. Supervisi adalah upaya bantuan yang diberikan kepada guru
dalam melaksanakan tugas profesionalnya, agar guru mampu membantu para
siswanya dalam belajar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
8) Berangkat dari asumsi bahwa krisis kewibawaan guru bisa berasal dari diri guru
(fakor internal), sebagaimana dikatakan oleh Mulyasa(2009) bahwa ada 7
kesalahan guru, yaitu (1) mengambil jalan pintas dalam pembelajaran; (2)
menggunakan destructive discipline; (3) merasa paling pintar; (4) mengabaikan
perbedaan peserta didik; (5) tidak adil (kurang demokratis); (6) memaksa hak
peserta didik; (7) menunggu peserta didik berperilaku negative. Maka guru
harus merefleksi pekerjaannya sebagai seorang professional. Guru harus selalu
belajar untuk menjaga kompetensinya sebagai pendidik.

3. Globalisasi dan Pendidikan


a. Jelaskan alur pikir yang sistematis pengaruh globalisasi terhadap manajemen
pendidikan di Indonesia!
JAWAB
Alur pikir pengaruh globalisasi terhadap manajemen pendidikan di
Indonesia. Perhatikan bagan di bawah ini!

6
Globalisasi =
Internasionalisasi

Persaingan dunia = global


sangat ketat

Agar mampu bersaing


butuh SDM berkualitas

Butuh Sekolah bermutu


Internasionalisasi

Butuh Pendidikan yang Globalisasi =


bermutu global Internasionalisasi

Media/Sumber Belajar Sarana dan Prasarana


berstandar

Guru Profesional = Kurikulum berwawasan


bersertifikat ISO global

Globalisasi seperti gelombang yang akan menerjang tanpa kompromi, maka


kita harus siap menghadapinya. Kalau kita tidak siap maka kita akan menjadi
korban globalisasi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin
kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia
pendidikan. Globalisasi pendidikan perlu dilakukan untuk menjawab kebutuhan
pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi
pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia.
Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup
negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus
menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana model sekolah masa
depan? Jawabannya adalah sekolah-sekolah harus men-dapat pengakuan
internasional. Hal ini dapat dipahami karena di era globalisasi yang dibutuhkan
adalah bagaimana kita dapat diakui dan diterima keberadaannya di belahan bumi
manapun. Agar dapat diterima maka dengan bekal sertifikat nasional tidaklah
cukup. Tentunya untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dibutuhkan
sertifikat interna-sional.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa di era globalisasi ini sekolah harus
menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional untuk mendapatkan ijazah
internasional.
Permasalahan selanjutnya : apakah sekolah siap menyelenggarakan
pendidikan bertaraf internasional? Apakah guru sudah kompeten dalam
menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional?
Jika jawabannya tidak siap, maka apa yang akan terjadi?

7
Yang akan terjadi jika sekolah, guru tidak siap maka akan muncul desakan
dari orang tua yang menuntut penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional
dan desakan agar peserta didik bisa ikut ujian inter-nasional.
Bagaimana jika sekolah tidak mampu memenuhi harapan tersebut? Jika
sekolah tidak mampu memenuhi harapan tersebut maka sekolah akan ditinggalkan
karena tidak ada lagi yang mau bersekolah di sekolah konven-sional.
Bagaimana agar sekolah tetap eksis di era globalisasi? Agar sekolah tetap
eksis di era globalisasi maka sekolah harus :
1) meningkatkan SDM terutama guru dalam penguasaan bahasa Inggris dan
bahasa Asing lainnya.
2) Peningkatan mutu guru dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi,
3) peningkatan mutu Managemen sekolah
4) peningkatan mutu sarana dan prasarana
5) sertifikasi internasional untuk guru.

b. Jelaskan pula usaha-usaha untuk meningkatkan akselerasi pencapaian mutu


pendidikan agar dapat menjawab tantangan globalisasi!
JAWAB
Usaha-usaha untuk meningkatkan akselerasi pencapaian mutu pendidikan agar
dapat menjawab tantangan globalisasi antara laian:
1) meningkatkan SDM terutama guru dalam penguasaan bahasa Inggris dan bahasa
Asing lainnya.
2) Peningkatan mutu guru dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi,
3) peningkatan mutu Managemen sekolah
4) peningkatan mutu sarana dan prasarana
5) sertifikasi internasional untuk guru.

4. Otonomi dan Desentralisasi Pendidikan


a. Jelaskan perbedaan konsep otonomi pendidikan dan desentralisasi pendidikan!
JAWAB
Perbedaan Konsep Otonomi Pendidikan dan Desentralisasi Pendidikan
1) Pengertian Otonomi Pendidikan
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti
sendiri, dan nomos yang berarti Hukum atau aturan. Dalam konteks etimologis ini
sebagaimana dijelaskan Raflen A. Gerungan(2006), ada beberapa penulis
memberikan pengertian tentang otonomi. Otonomi diartikan sebagai ‘perundangan
sendiri’ (Danuredjo, 1977), Koesoema-hatmadja(1979), lebih lanjut mengemukakan
bahwa menurut perkem-bangan sejarahnya di Indonesia, otonomi selain
mengandung arti ‘perundangan’, juga mengandung pengertian `pemerintahan’.
Secara konseptual banyak konseptual Syarif Saleh (1963) dalam Gerungan
mengartikan otonomi sebagai hak mengatur dan memerintah daerah sendiri, hak
mana diperoleh dari pemerintah pusat. Sedangkan Sugeng Istanto menyatakan
bahwa otonomi diartikan sebagai hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga daerah.
Sementara itu, Ateng Syafruddin (1985: 23) mengemukakan bahwa istilah
otonomi mempunyai makna kebebasan dan kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan.
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada
Pasal 1 ayat (5) dikemukakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Daerah Otonom di sini dimaksud-kan adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri ber-dasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Otonomi daerah sebagai bentuk desentralisasi pemerintahan.

8
Dengan memahami beberapa konsep tersebut di atas, dapat dirumuskan
bahwa yang dimaksud dengan otonomi pendidikan adalah hak dan wewenang
mengatur sendiri bidang yang diberikan oleh pemerintah dalam hal ini adalah
bidang pendidikan. Dalam hal ini jelas menunjuk pada kemandirian daerah, di mana
daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus pendidikan. Dengan
otonomi tersebut, daerah bebas untuk berimprovisasi, mengekspresikan dan
mengapresiasikan kemampuan dan potensi yang dimiliki, mempunyai kebebasan
berpikir dan bertindak, sehingga bisa berkarya sesuai dengan kebebasan yang
dimilikinya. Otonomi pendidikan merupakan bentuk desentralisasi pendidikan.

2) Pengertian Desentralisasi Pendidikan


Desentralisasi diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerin-tahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 ayat (7)
UU Nomor 32 Tahun 2004).
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 pada Pasal 7 ayat (1) dikemukakan
bahwa kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, fiskal/moneter, dan agama, serta kewenangan lain yang diatur
secara khusus. Selain itu, semuanya menjadi kewenangan daerah, termasuk salah
satunya bidang pendidikan.
Tujuan pemberian kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan,
demokratisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal, serta memerhatikan potensi
dan keanekaragaman daerah.
Kewenangan pengelolaan pendidikan berubah dari system sentralisasi ke
sistem desentralisasi. Desentralisasi pendidikan berarti terjadinya pelimpahan
kekuasaan dan wewenang yang lebih luas kcpada daerah untuk membuat
perencanaan dan mengambil keputusannya sendiri dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapi di bidang pendidikan (Abdul Halim, 2001: 15). Berdasarkan PP
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi
sebagai daerah Otonom, pada kelompok bidang pendidikan dan kebudayaan
disebutkan bahwa kewenangan pemerintah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar, serta pengaturan
kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional, serta pedoman
pelaksanaannya;
2) penetapan standar materi pelajaran pokok;
3) penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik;
4) penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan;
5) penetapan persyaratan penerimaan, perpindahan, sertifikasi siswa, warga belajar
dan mahasiswa;
6) penetapan persyaratan peningkatan/zoning, pencarian, pemanfataan,
pemindahan, penggandaan, sistem pengamanan dan kepemilikan benda cagar
budaya, serta persyaratan penelitian arkeologi;
7) pemanfaatan hasil penelitian arkeologi nasional serta pengelolaan museum
nasional, galeri nasional, pemanfaatan naskah sumber arsip, dan monumen yang
diakui secara internasional;
8) penetapan kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap tahun bagi
pendidikan dasar, menengah, dan luar sekolah;
9) pengaturan dan pengembangan pendidikap tinggi, pendidikan jarak jauh, serta
pengaturan sekolah internasional;
10) pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Sementara itu, kewenangan pemerintah provinsi meliputi hal-hal sebagai
berikut:

9
1) penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari masyarakat
minoritas, terbelakang, dan/ atau tidak mampu;
2) penyediaan bantuan pengadaan buku pelajaran pokok/ modul pendidikan untuk
taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
luar sekolah;
3) mendukung/membantu penyelenggaraan pendidikan tinggi selain pengaturan
kurikulum, akreditasi, dan pengangkatan tenaga akademis;
4) pertimbangan pembukaan dan penutupan perguruan tinggi;
5) penyelenggaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan dan/ atau penataran
guru;
6) penyelenggaraan museum provinsi, suaka peninggalan sejarah, kepurbakalaan,
kajian sejarah dan nilai tradisional, serta pengembangan bahasa dan budaya
daerah.
Desentralisasi pendidikan merupakan sebuah sistem manajemen untuk
mewujudkan pembangunan pendidikan yang menekankan pada kebhinnekaan.
Menurut Santoso S. Hamijoyo (1999: 3), ada beberapa hal yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan, yaitu (1) pola dan pelaksanaan
manajemen harus demokratis; (2) pemberdayaan masyarakat harus menjadi tujuan
utama; (3) peran serta masyarakat bukan hanya pada stackholders, tetapi harus
menjadi bagian mutlak dari sistem pengelolaan; (4)pelayanan harus lebih cepat,
efisien, efektif, melebihi pelayanan era sentralisasi demi kepentingan peserta didik
dan rakyat banyak; dan (5) keanekaragaman aspirasi dan nilai serta norma lokal
harus dihargai dalam kerangka dan demi penguatan sistem pendidikan nasional.

b. Jelaskan pula logika pikiran Anda tentang pengaruh otonomi pendidikan terhadap
peningkatan kualitas dan relevansi!
JAWAB
Pengaruh Otonomi Pendidikan terhadap Peningkatan Kualitas dan Relevansinya
Otonomi pendidikan sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintah di
bidang pendidikan pada hakikatnya ditujukan untuk me-menuhi kepentingan bangsa
secara keseluruhan, yaitu upaya untuk lebih mendekti tujuan-tujuan
penyelenggaraan pemerintahan di bidang pendi-dikan untuk mewujudkan
masyarakat yang lebih baik, yaitu masyarakat yang lebih adil dan lebih sejahtera.
Otonomi pendidikan dan desentralisasi pendidikandalam praktiknya berbeda
dengan desentralisasi di bidang lain. Kalau desentralisasi pemerintahan berada pada
pemerintahan di tingkat kabupaten/kota, maka desentralisasi di bidang pendidikan
tidak berhenti pada tingkat kabupaten/ kota, tetapi justru sampai pada lembaga
pendidikan atau sekolah sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan. Dalam
praktik desentralisasi pendidikan itulah maka dikembangkanlah yang dinamakan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Desentralisasi penyelenggaraan pendidikan dan manajemen berbasis
sekolah, sebenarnya merupakan kecenderungan internasional yang dipraktikkan di
banyak negara (Brady, 1992), dan untuk Indonesia merupakan salah satu upaya
untuk memperbaiki mutu pendidikan dan sumber daya manusia yang belakangan ini
dirisaukan banyak pihak, terutama bila dilihat dari beberapa laporan hasil survei
dari lembaga-lembaga independen dunia, menempatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia pada urutan bawah, jauh di bawah negara-negara tetangga
seperti Singapore, Malaysia, Thailand, dan bahkan Philipina.
Dalam konteks desentralisasi ini, peran serta masyarakat sangat diperlukan.
Aparatur pendidikan baik di pusat maupun di daerah, berperan penting dalam
peningkatan peran serta, efisiensi, dan produktivitas masyarakat untuk membangun
pendidikan yang mandiri dan profesional. Salah satu sasaran pembangunan adalah
mewujudkan desentralisasi daerah yang nyata, dinamis, dan bertanggung jawab.
Titik berat desen-tralisasi diletakkan pada kabupaten/kota. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas aparatur pendidikan di daerah amatlah mendasar peranannya,

10
terutama pada lapisan yang terdekat dengan rakyat yang mendapat pelayanan.
Efektivitas pelayanan pendidikan pada tingkat grass root juga penting untuk
mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan pendidikan.
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, bahwa desentralisasi di bidang pendidikan
berbeda dengan desentralisasi bidang pemerintahan lainnya yang berhenti pada
tingkat kabupaten/kota. Di bidang pendidikan justru sampai pada pelaksana teknis
atau ujung tombak pendidikan, yaitu sekolah-sekolah.

Terjaminnya Mutu Pendidikan di Era Otonomi Daerah (Otonomi Pendidikan)


Yang perlu diketahui bahwa otonomi daerah yang berimplikasi pada
otonomi pendidikan ini dibangun atas dasar filosofi bahwa masyarakat di setiap
daerah merupakan fondasi yang kuat dalam pengembangan kualitas sumber daya
manusia (SDM) secara nasional. Sisi moralnya adalah bahwa orang-orang daerahlah
yang paling mengetahui permasalahan dan kebutuhan mereka sendiri.
Penyelenggaraan otonomi daerah semestinya mendorong terjadinya proses otonomi
pendidikan di tingkat daerah. Adanya Otonomi daerah dan otonomi
penyelenggaraan pendidikan daerah bertujuan agar pengelolaan dan
menyelenggarakan pendidikan lebih sesuai dengan konteks kebutuhan daerah yang
bermutu dan adil.
Hasil dari otonomi daerah dan otonomi pendidikan adalah out put yang
cerdas secara nasional dan arif dalam tingkatan local. Out put yang cerdas dan arif
ini secara umum akan membentuk tatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik,
berhasil dan produktif sesuai dengan konteks dimana ia berada. Dan melalui
pendidikan yang mengerti lokalitas (yang sesuai dengan kebutuhan daerah) menjadi
satu-satunya media pembentuk masyarakat tamadun (beradap), yang menjadikan
manusia berada pada piramida tertinggi dalam pola relasi kehidupan di dunia
(khalifatullah fil Ardh) berguna dan bernilai sesuai dengan konteks kedaerahan dan
kebutuhan masyarakatnya.
Menurut pemikiran penulis, ada beberapa unsur yang mesti terpenuhi dalam
penyelenggaraan otonomi daerah dan otonomi pendidikan, yaitu: Pertama,
pemerintah baik pusat/daerah, sebagai pengambil kebijakan pendidikan, sudah
sepatutnya menanggung biaya minimal pendidikan yang diperlukan anak usia
sekolah/madrasah tingkat dasar dan lanjutan baik negeri maupun swasta yang
diberikan secara individual kepada siswa.
Kedua, masyarakat sebagai stake holder pendidikan setempat semestinya
berpartisipasi aktif dalam perumusan kurikulum muatan lokal, yang akan membantu
mendiagnosis kebutuhan-kebutuhan pendidikan sesuai dengan konteks lokalitas.
Ketiga, sekolah-sekolah, baik negeri/swasta, hendaknya diberdaya-kan
potensinya melalui bantuan dan subsidi dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran siswa dan optimalisasi daya tampung yang tersedia.
Keempat, daerah-daerah yang membutuhkan pembangunan gedung sekolah
baru dan ruang kelas baru hendaknya diprioritaskan untuk mendapatkan fasilitas
tersebut.
Kelima, memberikan perhatian khusus bagi anak usia sekolah dari keluarga
miskin, masyarakat terpencil, kumuh dan masyarakat daerah yang sedang
mengalami konflik dan bencana alam; dengan memberikan beasiswa pendidikan
kepada mereka.
Keenam, partisipasi semua pihak untuk ikut serta menangani penuntasan
wajib belajar (wajar) 9 tahun.
Terakhir, pada dasarnya otonomi daerah adalah kesempatan emas bagi
pemerintah daerah untuk membangun dan mengatur pendidikan sebaik dan sesuai
dengan kebutuhan yang ada di daerah, disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan
yang ada di daerah. Pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan umum
pendidikan harus memulainya dari adanya political will yang kuat guna menjamin
pemerataan kesempatan bagi seluruh anak dan semua lapisan masyarakat untuk

11
mendapatkan pendidikan bermutu sebagai hak mereka. Peran ini bisa dilakukan
melalui perumusan kebijakan umum, pelayanan teknis, dan memonitor program
secara regular akan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.

5. Ada beberapa masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini yang mendesak
untuk segera mendapat perhatian dan pemecahannya. Sebutkan dan jelaskan masalah-
masalah pendidikan dan bagaimana pemecahannya menurut Saudara!
JAWAB
Masalah-masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia yang mendesak
untuk segera mendapat perhatian dan pemecahan, antara lain ada 2 (dua) permasalahan
yaitu:
Pertama, adanya kekeliruan paradigma pendidikan di masa lalu, yaitu
sentralisasi pendidikan yang mendasari keseluruhan penyelenggaraan sistem
pendidikan.
Kedua, masalah-masalah cabang lainnya yang berkaitan dengan aspek praktis
dan teknis penyelenggaraan pendidikan meliputi:
a. Relatif mahalnya biaya pendidikan
b. Rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
c. Rendahnya kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
Penjelasan
1) Masalah kekeliruan paradigma pendidikan di masa lalu, yaitu sentralisasi
pendidikan yang mendasari keseluruhan system pendidikan.
Pada masa lalu paradigma pendidikan yaitu sentralisasi pendidikan. Hal ini
berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan mulai
dari kurikulum dan lainnya ditetapkan dari pusat. Guru menerima barang jadi dari
pemerintah. Hal ini terbukti dalam sejarah kurikulum yang pernah berlaku di
Indonesia.
Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia antara lain kurikulum 1964,
Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum
2002, Kurikulum 2004 dan Kurikulmum 2006. Sebelum diberlakukannya kurikulum
2006, kurikulum-kurikulum sebelumnya merupakan produk dari sentralisasis
pendidikan. Sedangkan kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan jawaban atas diberlakukannya
paradigma pendidikan desentralisasi pendidikan.
Ketika muncul gelombang reformasi nasional termasuk reformasi di bidang
pendidkan yang mensyaratkan penyelenggaraan dengan system desentralisasi
pendidikan inilah mulai terjadi beberapa permasalahan-permasalahan. Guru yang
sebelumnya selama bertahun-tahun menerima barang jadi dari pusat (guru tinggal
melaksanakan tugas karena segala sesuatu yang berkenaan dengan materi yang akan
diajarkan sudah ditentukan oleh pemerintah pusat) tiba-tiba harus merencanakan
pembelejaran sendiri, membuat program evaluasi sendiri, dan lain-lain yang serba
sendiri.
Untuk mengatasi permalahan tersebut tersebut, maka harus segera
dilaksanakan upaya inovasi dibidang pendidikan. Inovasi di bidang pendidikan ini
tentunya dilaksanakan dalam kerangka paradigm desen-tralisasi pendidikan.

2) Masalah yang berkaitan dengan teknis dan praktis penyelengaraan pendidikan


meliputi:
(a) Relatif mahalnya biaya pendidikan
Landasan yuridis penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam Undang-undang Dasar 1945
pasal 31 ayat 1 – 5, dinyatakan bahwa :
 setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan
 Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.

12
 Pemerintah mengusakan dan menyelengarakan pendidikan nasional untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta aklhak mulia.
 Anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN
 Pemerintah memajukan IPTEK dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama
dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.

Jika kita bertolak dari hakikat pendidikan, maka seharusnya warga


Negara yang memiliki hak cerdas mempunyai hak untuk mengikuti pendidikan
dengan gratis, tidak membayar bila perlu diberi beasiswa. Namun kenyataan
yang terjadi warga Negara masih ditarik biaya sehingga pendidikan menjadi
relative mahal.
Relatif mahalnya biaya pendidikan inilah yang menyebabkan upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi terhambat karena
ketidakmampuan warga Negara dalam mengikuti pendidikan.
Ketidakmampuan pemerintah dalam membiayai pendidikan inilah yang harus
dicarikan jalan pemecahannya.

(b) Rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan di sekolah


Masih banyak dijumpai sekolah-sekolah kurang memadai keadaan
sarana pendidikannya. Sarana pendidikan fisik seperti ruang pembelajaran yang
memenuhi standar, laboratorium, perpustakaan, bengkel kerja, dan lain-lain
masih rendah kualitasnya.
Keberadaan laboratorium di sekolah sangat diperlukan untuk membantu
menanamkan konsep yang lebih baik karena siswa dapat mempraktekan teori
yang didapat di kelas melalui kegiatan praktek di laboratorium. Apalagi
sekarang, dengan kemajuan yang pesat dibidang teknologi informasi dan
computer keberadaan laboratorium TIK sangat dibutuhkan guna memberikan
pengetahuan yang global pada peserta didik sehingga ia memiliki wawasan
global.
Perpustakaan sebagai jendela ilmu pengetahuan di sekolah belum bisa
dimanfaatkan sebagai sumber belajar siswa. Hal ini disebabkan keterbatasan
fasilitas yang ada di dalamnya seperti kurangnya koleksi buku. Perpustakaan
seharusnya dapat menjadi daya tarik bagi siswa, guru dan warga sekolah lainnya
untuk meningkatkan pengetahuan.
Bengkel kerja merupakan tempat pengembangan teori dan praktek. Pada
pendidikan kejuruan keberadaan bengkel kerja mutlak dibutuhkan agar lulusan
kejuruan memiliki ketrampilan vokasional yang dibutuhkan masyarakat. Akan
tetapi jika keberadaan bengkel kerja ini kurang berkualitas maka tidak dapat
memberikan yang terbaik bagi peserta didik.
Keberadaan sarana pendukung kegiatan KBM seperti media
pembelajaran juga sangat memprihatinkan. Banyak sekolah-sekolah yang
kurang memiliki media pembelajaran. Padahal kehadiran media dalam proses
belajar mengajar sangat dibutuhkan untuk merangsang minat siswa agar belajar,
mempertegas materi, menghadirkan objek kajian yang abstrak. Singkat kata
penggunaan media pembelajaran mampu menekan pengetahuan siswa yang
bersifat verbalistik.

(c) Rendahnya kompetensi pendidik dan tenaga pendidikan


Kualitas atau mutu pendidikan sangat bergantung pada mutu guru. Guru adalah
pendidik profesional, mendidik adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu
guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik yang profesional.
Sebagai pendidik profesional guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya
secara profesional tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan
profesional. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah

13
kemampuan mengelola proses belajar mengajar yang meliputi kemampuan
mem-persiapkan pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran dan
kemampuan mengevaluasi. Untuk dapat memiliki kemampuan mengelola proses
belajar mengajar tersebut, guru harus selalu mengembangkan kemampuannya
agar dalam menyampaikan materi kepada siswanya sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi saat ini. Seperti yang disebutkan dalam UU
RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa Presiden RI menimbang
pada poin Peningkatan mutu dan relevansi serta tata pemerintahan yang baik
dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan
pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah
dan berkesinambungan”. Peningkatan kemampuan guru dapat dilakukan dengan
memberikan pelatihan, seminar, talk show dan lain-lain.

14

You might also like